Halaman

Selasa, 19 April 2011

[LYRIC] F(x) Danger

English:
Remember me


Remember me

I’m in d-d-d-d-danger

Pinocchio

Remember me



Let's see, let's read, let's empty out my heart

Steal the emerald, that iris moves slowly, slowly

Scan me from head to toe, whining and buzzing

Take down your cover, colder than a knife’s blade



I’m now in danger

One layer, two layers - Hey, pull me like pastry

Danger!

Seep through the cracks like honey

I’m Pinocchio!

I’ve become someone that knows nothing but you

Dangerous, dangerous, risky, risky

Start the show



Follow, follow (Dda dda dda)

It’ll get exciting, exciting

You’re filled with curiosity

Don’t you even move!

Piece by piece (Dda dda dda)

Take it out (Dda dda dda)

I'll recreate you to my heart's satisfaction



I’m in d-danger, Pinocchio

Remember-member-member me, Pinocchio

Remember me



I’m not a doctor, but I just want to get to know you

You are Columbus who discovered an unexplored continent

My heart is racing faster! It’s racing!

What do I do about my heart?

It's like the time when I was younger, when I bought a doll with my oppa



I’m now in danger

One bite, two bites - Sweeter than a macaroon

Danger!

Seep through the cracks like honey

You’re Pinocchio!

I’ve become someone that knows nothing but you

Dangerous, dangerous, risky, risky

Start the show, show, show



Follow, follow (Dda dda dda)

It’ll get exciting, exciting

You’re filled with curiosity

Don’t you even move!

Piece by piece (Dda dda dda)

Take it out (Dda dda dda)

I'll recreate you to my heart's satisfaction



You’re wandering the maze, it’s the key meant to open you

Take off that cover that has been created by all your daily tricks

Oh, I just wanna tell you I’m in danger now



I’m in danger, in danger

Remember me, danger



You’ll be reborn into someone that everyone will see as perfection

Here, now let’s breathe life into those lips

It’s what you’ve dreamed of, Pinocchio



Follow, follow (Dda dda dda)

It’ll get exciting, exciting

You’re filled with curiosity

Don’t you even move!

Piece by piece (Dda dda dda)

Take it out (Dda dda dda)

I'll recreate you to my heart's satisfaction



Follow, follow (Dda dda dda)

It’ll get exciting, exciting

You’re filled with curiosity

Don’t you even move!

Piece by piece (Dda dda dda)

Take it out (Dda dda dda)

I'll recreate you to my heart's satisfaction



Remember me





f(x) - Pinocchio (Danger) Lyrics (Romanization)



[KRYSTAL] odiboja ilgoboja ne mameul toroboja

emeraldeu humchyobwa geu nundongja seureukseureuk



[SULLI] moributo balkkeutkkaji seukenhe jingjingwingwing

kallalboda chagapge geu kkopjil botgyone



[ALL] nan jigeum Danger



[VICTORIA] han-gyopdugyop peseuchyurichorom ya kkeullyo



[ALL] Danger



[VICTORIA] seumyodeuro teumsai kkul chorom



[ALL] naneun Pinocchio



[LUNA] nobakke moreuneun naega dwesso

aseul-aseul witewite sijakdweneun SHOW



[ALL] ttarattarattattatta jjaritjjaritalgoda

gunggeumtusongie no kkomjjangmara no



jogakjogak ttattatta kkonebogo ttattatta

mame deulge nol dasi jorihalgoya



I'm in Danger Danger Danger Pinocchio

remember ber ber me Pinocchio remember me



[VICTORIA] naneun eui-sasonsengnimeun anya geunyang nol algosipo

noran miji-ye deryug-eui balgyonja kollomboseu



[LUNA] simjangi magu ttwio! ttwio! ne mameul ottokehe

oriljok opparang satdon inhyongchorom



[ALL] nan jigeum Danger



[SULLI] hanipduip makarongboda dalgeyo



[ALL] Danger



[SULLI] seumyodeuro teumsai syareureu~

noneun Pinocchio



[KRYSTAL]nobakke moreuneun nega dwesso

aseul-aseul witewite sijakdweneun show show show



[ALL] ttarattara ttattatta jjaritjjaritalgoda

gunggeumtusongie no kkomjjangmara no



jogakjogak ttattatta busyobogo ttattatta

mame deulge nol dasi jorihalgoya



[AMBER] miroreul hemeji geugon nol yolgi wihan key

meil teuriksoge ssahin kkopjireul botgyone

oh I just wanna tell you i'm danger now



[ALL] I'm Danger in Danger

remember me



[KRYSTAL] nuga bwado non wanbyokhan-gol

noneun dasi teonalgoya



[LUNA] ja ije ipsure sumeul buro noho kkumkkwowatjana

Pinocchio



[ALL] ttarattara ttattatta jjaritjjarit halgoda

gunggeumtusongie no kkomjjak mara no



jogakjogak ttattatta kkonebogo ttattatta

mame deulge nol dasi jorihalgoya



ttarattara ttattatta jjaritjjarit halgoda

gunggeumtusongie kkomjjak mara no



jogakjogak ttattatta busyobogo ttattatta

mame deulge nol dasi jorihalgoya

Senin, 18 April 2011

[FANFIC] DON'T YOU KNOW??


“ Hara. Aku benar-benar telah jatuh cinta padanya.” Kata Seohyun bersemangat.


“ Oh.. ya aku ikut senang.” kata Hara berbohong.

“ Hara, aku tak bisa berhenti memikirkan Minho. Aku ingin selalu bersamanya.” Seohyun bersemangat.

“ Yayaya. Dia memang tampan.” Hara tersenyum.

Hati Hara terasa sangat sakit setelah mendengar perkataan Seohyun sahabatnya itu. Padahal selama ini Hara lebih dulu menyukai Minho, tapi Hara tak pernah memberitahu siapa-siapa tentang perasaanya. Dia pikir tak seharusnya dia menyukai Minho yang populer di kelasnya. Tapi untuk temannya Seohyun, memang sangat pantas menyukainya, karena Seohyun banyak disukai laki-laki di kelasnya. Akan terasa sangat serasi bila Seohyun bersama Minho.



Saat ini Hara sedang melamun di kelasnya, memikirkan semua puisi-puisi yang selalu ia selipkan di meja Minho setiap hari tanpa nama pengirim. Hara sudah melakukan hal itu sejak ia menyukai Minho tanpa ada yang tau.

“ Hara kenapa kau melamun saja?” Tanya Seohyun yang duduk di bangku di depan bangku Hara.

“ Ah.. tidak aku tidak melamun. Aku hanya mengantuk.” jawab Hara.

“ Hara lihat teman-teman! Mereka sedang asyik bernyanyi bersama. Sekarang kan jam kosong?” Seohyun terlihat sangat senang.

“ Oh yaya.” jawab Hara malas sambil melirik Minho yang duduk di bangku sebelah kanan bangku Seohyun.

Hara tak bisa ikut bersenang-senang dengan teman lainnya, dia hanya memandang ke luar jendela di sebelah kirinya.



“ Hara Hara! Apa kau mau membantuku mendapatkan Minho?” Tanya Seohyun.

“ Apa? membantumu mendapatkan Minho?” Tanya Hara takut apa yang didengarnya memang benar.

“ Ya. Kau mau kan? Hanya kau sahabatku. Jadi hanya kau yang bisa membantuku.” kata Seohyun memelas.

“ Baiklah.” kata Hara terpaksa. Dia tak bisa berbuat apa-apa lagi.



Hara terpaksa memilih membuatkan surat pernyataan cinta Seohyun pada Minho. Keesokan harinya Hara menaruh surat itu di laci bangku Minho. Hari ini Hara tak memberi Minho puisi seperti biasanya.

“ Seohyun apa tak lebih baik kau katakan langsung perasaanmu itu pada Minho?” Tanya Hara.

“ Tidak. Aku ingin seperti gadis kebanyakan. Jadi dia akan berpikir aku gadis yang polos.” jawab Seohyun sambil tersenyum bahagia.



Saat jam pelajaran, Hara melihat minho membaca surat dari lacinya. Minho tak menunjukkan ekspresi apa-apa. Hara hanya bisa mengalihkan perhatiannya pada pelajaran.



Saat istirahat, sebelum Hara dan Seohyun melangkah keluar kelas, Minho menarik tangan Seohyun.

“ Jadi kau suka padaku?” Tanya Minho.

“ Ehmm… ya. Aku memang menyukaimu.” jawab Seohyun tersenyum mengetahui minho sudah mengetahui perasaanya.

Minho tersenyum, dia terlihat sangat manis dan sangat bahagia.

“ Mengapa tak kau bilang dari dulu?” Tanya Minho sambil tetap tersenyum.

Hara yang berada di belakang mereka hanya bisa berusaha untuk menahan air matanya jatuh. Hara memaksakan diri untuk sedikit tersenyum pada Seohyun sebelum keluar meninggalkan mereka berdua di dalam kelas.



Bukan sedih lagi yang dirasakan Hara, tapi hatinya seperti teriris oleh pisaunya sendiri. Dia hanya bisa mencoba untuk bahagia mengetahui sahabat dan orang yang dicintainya bahagia. Dia pikir ini kebodohannya yang tak sanggup menyatakan perasaannya pada Minho sedari dulu.



“ Hara terima kasih banyak atas bantuanmu. Minho bilang dia sangat suka surat itu.” Seohyun masih terlihat bahagia seperti kemarin.

“ Ya. Aku senang kau bahagia seperti itu. Kalian pasangan yang serasi.” kata Hara senyumnya dipaksakan.



Sudah seminggu Minho bersama dengan Seohyun. Selama itu Hara tak lagi memberi Minho puisi-puisinya. Dia kira dia sudah tak pantas.

Namun beberapa hari kemudian, Hara memutuskan untuk memberi Minho puisi terakhirnya.



“ Kenapa kau beri aku puisi lagi?” Tanya Minho pada Seohyun.

“ Apa?” Tanya Seohyun heran.

“ Puisi. Puisi yang biasa kau berikan padaku saat kau belum menyatakan perasaanmu padaku?” Tanya Minho lagi.

Tak mau mencari masalah untuk hubungannya dengan Minho, Seohyun menjawab, “ Ohya. Aku hanya ingin saja.”

Minho hanya tersenyum dan membelai rambut Seohyun.

“ Tak salah aku memilihmu. Kau memang gadis yang aku inginkan.” jelas Minho tiba-tiba.

Seohyun tersenyum, “ Ya kau juga memang lelaki yang kuinginkan.”



Hara mendengar pembicaraan mereka dari kejauhan. Dia merasa sangat kecewa dengan jawaban Seohyun tadi. Hati Hara makin sakit dan dia tak kuat lagi merasakan itu semua. Upayanya selama ini untuk merelakan Minho benar-benar tak berhasil.



“ Panggil aku seperti di puisi itu!” pinta Minho.

“ Sudahlah. Kalau begitu aku pulang dulu ya. Kau tak bisa mengantarku?” kata Seohyun sambil berdiri dari duduknya.

Minho heran kenapa Seohyun menghindar,“ Pulanglah ini sudah sore! Maaf aku tak bisa mengantarmu pulang hari ini. Aku masih harus latihan basket.” jawab Minho.

Setelah Seohyun tak terlihat lagi, Hara sudah tak bisa menahan perasaannya lagi. Hara memutuskan untuk menjelaskan semuanya pada Minho.

“ Minho!” teriak Hara.

Minho menoleh, “ Hara? ada apa?”

“ Tidakkah kau tau? Aku… akulah yang menulis semua puisi itu untukmu. Akulah yang datang lebih pagi setiap hari agar bisa menaruhnya di lacimu tanpa ada orang yang tau. Bukan Seohyun.” Kali ini Hara tak bisa menahan air matanya.

“ Tega sekali kau memfitnah sahabatmu seperti itu?” Tanya Minho agak tak suka.

“ Tapi memang aku. Aku yang menulisnya.” jawab Hara, tangisnya makin deras.

“ Tapi tulisan puisi itu sama dengan surat dari Seohyun. Jadi jelas kalau Seohyun yang melakukan itu semua.” Minho masih mengelak.

“ Tapi aku yang menulis surat Seohyun untukmu.”

“ Hara tak kusangka kau tega melakukan semua ini pada sahabatmu.” Minho berbalik berniat pergi.

“ Bintang…. Bintangku…” Hara mulai mengatakan isi puisinya untuk Minho selama ini.

Minho berhenti melangkah mendengar perkataan Hara.

“ Kaulah bintangku yang selalu memberiku kerlap-kerlip di kehidupanku. Yang selalu memberi kecerahan hari-hariku. Tak peduli siang atau malam kau tetap bingtangku. Namun… mengapa kau begitu jauh? sampai aku tak bisa menjangkaumu? mengapa tak pernah ada bahasa diantara kita? aku rela kau hanya jadi bintangku, bintangku yang tak bisa ku sentuh, Bintangku yang hanya bisa kulihat di mata hatiku. Kau tetap bintangku selamanya….” Lanjut Hara masih menangis.

“Ha…Hara?......” Minho tercengang. Minho baru sadar selama ini dia berada di tempat yang salah. Dia bukan mencintai Seohyun tapi dia mencintai gadis yang memanggilnya Bintang itu, gadis yang selalu membuat hati Minho tentram setelah membaca puisi-puisi darinya. Dan ternyata gadis itu adalah Hara, Hara yang selalu memperhatikannya di belakang bangkunya, Hara yang selalu mencuri pandang padanya.

Hara hanya bisa tetap menangis, tapi tiba-tiba dengan cepat Minho menghampiri Hara dan menarik Hara dalam pelukannya. Membiarkan Hara menangis dalam pelukannya. Membiarkan gadis yang sebenarnya ia cintai menangis dalam dekapan cintanya.

#####

Sabtu, 16 April 2011

[FANFIC] THE END OF MY LOVE




recommended song: What Should We Finish ~ Soyeon T-ara


Donghae tersenyum memperhatikan Boram, kekasihnya. Donghae sadar dia tak secantik dan sesempurna gadis lain, namun dia menyukainya, benar-benar mencintainya.

Dengan susah pAppa Donghae mendapatkan Boram, gadis yang lain dari lainnya. Dia begitu tertutup, pendiam, dan yang lebih penting lagi, dia tak begitu suka berdandan seperti gadis kebanyakan.

Boram adalah teman donghae sejak SMP, namun dia baru bisa mendapatkannya setelah lulus kuliah. Donghae bangga dengan pengorbanannya selama ini menunggu Boram menerima cintanya. Karena bagaimanapun juga Donghae tahu bahwa Boram juga sangat mencintainya, meski Boram tak pandai mengungkapkannya.

###



Hari ini adalah hari kematian satu-satunya orang tua Boram. Appanya meninggal dalam pembunuhan tragis. Donghae dengan sabar menunggu Boram yang masih terdiam di makam Appanya. Sekarang dia yatim piatu, Donghae tahu itu.

Donghae melihat Boram terdiam, sejak Boram tahu Appanya meninggal, dia sama sekali tak menangis. Donghae berpikir gadis ini begitu kuat. Dia begitu kuat menyimpan semuanya sendirian, maka dari itu, sejak dulu Donghae selalu ingin satu-satunya orang yang bisa menjadi tumpuan Boram. Gadis yang terlihat kuat walau sebenarnya dia sangat rapuh.

“Boram-ah, kau boleh menangis disat seperti ini.” Donghae berkata sambil memegang pundak Boram.

Boram diam saja.

Donghae merangkul Boram dan membawanya kedalam pelukannya. “Menangislah… aku tahu kau ingin menangis. Itu tidak salah.” Donghae membelai lembut rambut Boram yang pendek dan halus itu. Namun Boram menepisnya.

“Kau tenang saja.” Kata Boram sambil melepas pelukan Donghae.

Donghae sudah terbiasa dengan hal ini.

“Kita pulang saja.” Ajak Boram.

###



Ini pertama kalinya Boram ke rumah Donghae. Boram merasa agak canggung dengan rumah asing ini.

“Anggap saja ini rumahmu Boram-ah.” Kata Donghae gembira sambil mempersilahkan Boram duduk di sofa ruang tamunya.

Boram menggangguk kaku.

“Kau santai saja! Eommaku sedang menginap di rumah Halmeoni. Dan Appaku masih belum pulang dari perusahaannya.” Jelas Donghae. “Kau mau minum sesuatu?”

“Apa saja.” Jawab Boram.

Donghae tersenyum kecut, dia tahu Boram masih berduka. “Baiklah. Tunggu saja disini!” Donghae pun pergi ke dapurnya.

Boram melihat-lihat ruang tamu Donghae. Dia beridir dan berjalan menuju sebuah lemari yang tidak begitu tinggi. Dia tasnya terdapa bebrpa hiasan mewah yang serasi dengan rumah mewah ini. Di sebelah sebuah guci kecil, Boram melihat sebuah frame. Terlihat foto Donghae dengan kedua orang tuanya. Boram mengambilnya dan mengamatinya.

Alangkah terkejutnya dia saat melihat wajah Appa Donghae. Boram benar-benar tak mengangka. Seketika Boram kembali mengingat malam di mana Appanya meninggal.

FLASH BACK


Malam sudah larut saat Boram pulang ke rumahnya. Dia lelah setelah seharian berada di universitasnya mengerjakan tugas yang sudah menumpuk. Saat Boram masih berjalan menuju rumahnya, dia melihat seorang pria berjas keluar dari rumahnya lalu memasuki sebuah mobil sedan mewah. Dengan cepat mobil itu berjalan. Namun saat mobil itu melewati Boram, Boram bisa melihat wajah tampan dari pengemudianya uyaitu pria yang baru saja keluar dari rumahnya.


Boram sedikit bertanya-tanya, karena dia tak mengenali pria itu. Boram hanya berpikir bahwa dia adalah teman Appanya. Boram pun memasuki rumahnya. Rumahnya sangat sepi waktu itu. Namun dia hanya berpikir bahwa Appanya hanya sedang tidur. Namun saat Boram melewati pintu kamar Appanya yang tertutup, Boram melihat genangan darah yang keluar melalui celah bagian bawah pintu kamar itu.


Boram dengan gugup membuka perlahan pintu kamar Appanya. Setelah itu dia tak menjerit ataupun berkata apa-apa. Dia melihat mayat Appanyatergeletak janggal di lantai. Lantai kamar yang tadinya berwarna putih bersih, sekarang berubah merah. Boram sadar itu adlah darah Appanya yang tergenang. Boram masih bisa melihat darah yang mengalir dari leher Appanya yang hampir putus.


Boram terduduk, dia tak bisa bergerak, badannya melemas. Dia membiarkan celananya terkena darah. Dia harus menerima kenyataan bahwa orang tuanya yang tersisa juga harus pergi untuk selama-lamanya.


Boram langsung teringat cuplikan-cuplikan saat ia kecil dan Appanya suka menggendongnya sambil berkeliling taman. Boram menyesal harusnya dia pulang lebih cepat. Mungkin dengan begitu dia bisa mencegah Appanya mati.


FLASH BACK END

Boram masih memegang frame foto itu dengan gemetar. Dia ingat jelas wajah Appa Donghae adalah wajah yang ia lihat sedang menyetir mobil setelah keluar dari rumahnya, di malam Appanya terbunuh.

“Kau sudah melihat foto Appa dan Eommaku?” tanya Donghae yang datang membawa dua gelas jus jeruk. Boram terkejut dan masih gemetar.

Donghae meletakkan dua gelas yang dibawanya di atas meja.

“Gwenchanayo?” tanya Donghae yang melihat Boram memucat.

“Gwe..gwenchana.” jawab Boram lalu dengan cepat meletakkan frame foto itu.

Boram segera kembali ke sofa, “Boleh aku minum ini?”

“Tentu. Kenapa kau masih canggung denganku?” jawab Donghae.

Boram segera meminum jus jeruk itu untuk membantu menenangkan dirinya sendiri.

“Jeongmal gwenchana?” tanya Donghae lagi.

Boram mengangguk sambil masih meminum jusnya.

Donghae hanya tersenyum dia sadar kadang Boram terlihat seperti gadis 9 tahun yang harus dilindungi. Dia makin menyukai Boram yang tak bisa ditebak itu.

Tak lama kemudian, Boram memutuskan untuk pulang. Saat sampai di pagar rumah donghae, Boram melihat mobil sedan yang pernah dilihatnya.

Appa Donghae pulang dan keluar dari mobilnya.

Donghae dengan senang memperkenalkan Boram padanya, “Appa, ini Boram, gadis yang selalu aku ceritakan padamu.”

Boram makin memucat saat berjabat tangan dengan Appa Donghae. “Jeon Boram imnida.” Kata Boram.

Appa Donghae agak berjengit saat mendengar nama Boram, namun dia menyamarkannya dengan tertawa, “Kau memang terlihat seperti apa yang Donghae ceritakan. Aku heran kenapa dia bisa menyukaimu.”

“Appa! Jangan berkata seperti itu.” Kata Donghae, wajahnya memerah.

Boram tersenyum kecut.

“Sudahlah sebaiknya kau pulang sekarang. Aku akan mengantarmu.” Kata Donghae pada Boram setelah Appanya masuk ke dalam rumah.

“Ani, kau tak perlu melakukannya. Aku bisa pulang sendiri.” Tolak Boram.

“Kau ini bagaimana? Kau kan kekasihku! Aku harus bertanggung jawab atasmu. Aku harus memastikanmu pulang dengan selamat. Kajja!”

Boram selalu tak bisa melawan Donghae. Mungkin karena tak tega.

###



Boram tak bisa tidur semalaman. Dia terus memikirkan Appa Donghae. Dia juga terus memikirkan Donghae. Boram memang tak pernah bercerita pada siapa-siapa bagimana tepatnya dia menemukan Appanya mati. Jika Boram membicarakan ini pada Donghae, Boram tak bisa karena ini akan membuat Donghae terluka.

Semua bukti menunjukkan Appa Donghaelah yang membunuh Appanya, Boram tak bisa berbuat apa-apa. Dia memang tak tahu harus berbuat apa. Dia memang langsung menganggap Appa Donghaelah yang membunuhnya. Dan hal itulah yang membuatnya serba salah dan bingung.

###



Dengan lemas Boram membuka pintu rumahnya. Dia baru sadar langit diluar sudah gelap. Seketika dia mendapat pelukan hanya dari tamu yang baru saja membuat gaduh dengan menekan bel dengan berlebihan.

“Boram-ah! Gwenchanayo? Kenapa kau tak kuliah hari ini? Kenapa kau tak mengangkat ponselmu?” tanya Donghae sambil melepas pelukannya.

Belum sempat Boram bicara, Donghae sudah menyentuh dahinya dan merasakan panas yang tak biasa.

“Bagaimana bisa kau sepanas ini?” tanya Donghae. “Kenapa kau tak bilang padaku bahwa kau sakit?”

Dengan cepat Donghae menidurkan Boram di sofa ruang tengah rumah sederhana namun nyaman itu. Boram hanya menurut saja. Dia masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

“Kau istirahat saja disini. Aku akan buatkan kau bubur. Dimana kotak obatmu?”

“Di dapur.” Jawab Boram lemas.

Beberapa menit kemudian Donghae kembali ke ruang tengah dengan semangkok sup dan sebuah obat demam.

Donghae dengan cekatan mendudukkan Boram dan menyuapinya.

“Kau tak perlu lakukan ini…” kata Boram masih lemah.

“Harus kukatakan berapa kali? Kau tak perlu sungkan denganku.” Kata Donghae.

Boram memperhatikan Donghae yang dengan tulus dan penuh kasih sayang menyuapinya.

“Aku takkan memaafkanmu jika kau seperti ini lagi.” Kata Donghae, kali ini dia mengambil obat dan meminumkannya pada Boram.

Boram hanya terdiam dan masih memperhatikan Donghae.

“Mianhae…” kata Boram tiba-tiba.

Donghae tersenyum “Gwenchanayo. Memang akhir-akhir ini kau kenapa? Apa ada sesuatu yang terjadi padamu hingga membuatmu gundah seperti ini?”

“Ne, mungkin aku memang sedang gundah dan sangat gelisah.” Jawab Boram. Tak biasanya dia mengungkapkan perasaannya.

“Tak apa jika kau tak mau memberitahuku alasannya. Tapi kau boleh berbagi kegundahan itu denganku. Aku bersedia melakukan apa saja ntuk membuatmu ceria.”

Boram hanya menatap Donghae.

“Wae?” tanya Donghae. “Kenapa kau menatapku seperti itu?”

“Kau tidak lelah terus mengurusiku seperti ini?” tanya Boram.

“Aniyo. Andwe!” jawab Donghae.

Tak lama setelah itu, Donghae memeluknya. Meskipun itu membuat Boram merasa tak enak dan canggung, namun Donghae tetap ,memeluknya dengan lembut hingga membuat Boram tertidur dalam pelukannya.

Donghae tersenyum bahagia melihat wajah damai Boram yang tertidur di pelukannya itu. “Tenanglah… aku akan selalu menjagamu.”

###



“Yeoboseyo?” Boram menjawab ponselnya.

“Boram-ah! Kau sudah sembuhkan?” tanya suara Donghae di seberang sana.

“Ne, weyo?”

“Bisa kau datang ke rumahku? Appa dan Eommaku sedang pergi. Bisa kau temani aku?”

“Lalu?”

“Kita bisa membakar daging disini? Aku baru saja membeli daging sapi kesukaanmu. Jebal…”

“Ne, Baiklah.”

“Baiklah. Biarkan aku menjemputmu sebentar lagi. Ohya, apa kau punya pisau daging?”

“Ne, kau mau aku membawanya?”

“Ne. gomawo.”

Setelah sampai di rumah Donghae, Donghae Segera membersihkan daging sapi yang sudah di belinya tadi.

“Mana pisau dagingmu?” tanya Donghae pada Boram yang sibuk menyiapkan bumbu.

“Mian, ternyata punyaku hilang.” Jawab Boram.

“Hilang? Lalu bagaimana kita memotong ini?” tanya Donghae sambil menujukkan daging sapi tadi.

Boram menggeleng tanda tak memiliki jawaban.

“Baiklah. Bisa kau bantu aku mencari di gudang? Mungkin Eommaku menyimpannya disana.”

Boram mengikuti Donghae ke gudang.

Donghae membuka beberapa kardus namun tak menemukan apa-apa. Sedangkan Boram dia menemukan sebuah kotak kayu yang cukup berat. Boram pun membukanya. Betapa terkejutnya dia melihat setelan jas yang ada di dalamnya. Ada noda darah di jas itu.yang lebih mengejutkan lagi, di balik lipatan jas itu, Boram menemukan sebuah pisau daging berlumuran darah yang sangat ia kenal. Boram tercekat.

“Boram-ah? Gwenchanayo? kau menemukan pisau?” tanya Donghae yang melihat Boram membeku.

Donghae menghampiri Boram dan melihatnya memegangi sebuah pisau daging yang kotor. “Wah! Kaumenemukannya. Tapi… itu kotor sekali.”

Boram masih tercekat dan terbelalak melihat pisau itu.

“Jangan kuatir, kita bersihkan saja!” Kata Donghae sambil mengambil pisau itu dari tangan Boram.

Boram terlihat murka, dia mengambil pisau itu lagi dari tangan Donghae. Kini dia yakin Memang Appa Donghae yang membunuh Appanya. Hatinya makin gusar. Namun emosi mendominasi hatinya. Dengan segera Boram melangkah pergi menuju pintu keluar rumah Donghae.

Donghae menyusul Boram dengan heran, “Boram-ah! Weyo? Kau mau kemana?”

Boram berbalik dan bertanya, “Dimana Appamu sekarang?”

“Appa? Dia ada di kantornya. Weyo?” Donghae makin tak mengerti dengan apa yang terjadi.

Setelah mendengar jawaban Donghae, Boram segera beranjak pergi tanpa mempedulikan Donghae.

“Boram-ah! Jawab aku! Apa sebenarnya yang sedang terjadi? Kau mau kemana?” teriak Donghae, lalu dia menarik lengan Boram.

“Jebal… jangan selalu seperti ini! Apa yang terjadi? Wegeurae?” tanya Donghae. Dia benar-benar khawatir.

Boram menoleh dan menatap Donghae. Dia melihat wajah khawatir Donghae, ya dia terlihat begitu khawatir pada Boram.

“Jebal…. Malhaebwa…” Donghae mulai berkaca-kaca.

“Mianhae… Jeongmal mianhae…” Jawab Boram. Dia juga berkaca-kaca.

Baru kali ini donghae melihat Boram menangis. Tiba-tiba Boram mencium Donghae “Saranghae. Jeongmal saranghae…” kata Boram lalu pergi meninggalkan Donghae yang terkejut setengah mati.

Ini pertama kalinya Boram melakukan itu semua. Ini pertama kalinya Boram mencium Donghae dan mengatakan perasaannya yang sebenarnya. Donghae bisa merasakan segumpal kebahagiaan dihatinya. Namun dia khawatir dengan apa yang terjadi pada Boram. Ini diluar kekuasaan Donghae. Donghae kehilangan jejak Boram untuk menyusulnya. Donghae tak tahu Boram pergi kemana.

###

Karena Boram bertanya dimana Appanya, Donghae segera menuju ke kantor Appanya. Namun ditengah perjalanan, ia terjebak macet hingga dia harus berlari 200 meter jauhnya untuk sampai ke kantor Appanya.

Dengan terengah-engah, akhirnya Donghae sampai di kantor Appanya. Dia makin khawatir melihat beberapa mobil polisi terparkir di depan kantor Appanya. Saat masuk ke dalam, Donghae sangat bingung karena orang-orang berlarian dan terlihat bingng dan takut. Bebrapa diantaranya menangis.

Donghae menuju lantai teratas yaitu menuju ruangan Appanya. Donghae makin menggila melihat garis polisi melingkari bagian depan ruangan Appanya. Cukup banyak poliisi disana, beberapa pegawai berkerumun ingin menghindarkan pegawai yang berkerumun.

Donghae mendekat, ia juga sangat ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Setelah dia berhasil menembus kerumunan, ia melihat Appanya yang terlihat tidur namun matanya terbelalak dan dadanya berlumuran darah. Lantai kantor sudah tergenangi darah Appanya.

“APPA!!!!” jerit Donghae histeris. Dia mendekat meski dihalangi oleh polisi yang berada di sana.

“Sebaiknya anda mundur.” Kata salah satu polisi.

“ANDWE! Dia Appaku…. Aku anaknya…” Donghae mulai menitihkan air matanya. Dia tak mengira akan terjadi hal yang mengerikan seperti ini pada Appanya.

“Nugu? Siapa orang yang berani melakukan ini?” teriak Donghae. Semua pegawai yang melihat terlihat prihatin dan saling berbisik.

Lalu salah satu asisten Appa Donghae menarik badan Donghae, “Donghae-ah… sudahlah. Direktur utama sudah tiada… kau harus merelakannya…”

“Ajushi… siapa yang melakukan ini? Nugu?” Tanya Donghae lagi.

“Dia…” pria itu menunjuk seorang mayat yang sedari tadi tergeletak di samping Appa Donghae.

Donghae melihatnya lewat matanya yang buram terkena air mata. Sosok mayat itu sangatlah ia kenali. Ya ia mengenal gadis yang selama ini dicintainya tergeletak disana.



FLASH BACK


Boram sampai di kantor Appa Donghae. Hatinya masih dipenuhi emosi. Dia langsung menuju resepsionis dan menanyakan ruangan direktur utama. Resepsionis pun memberitahunya bahwa ruangan direktur utama ada di lantai paling atas.


Boram berjalan kesana dengan mata berkaca-kaca namun hatinya sudah buta dan terbakar dendam. Dia menuju ruang Appa Donghae walaupun sekertarisnya menghalanginya. Boram membuka paksa pintu ruangan itu. Dia mulai mengeluarkan pisau daging yang bernoda darah itu dari balik jaketnya.


“Aku tak bisa membiarkan orang yang membunuh Appaku hidup tenang..” kata Boram lirih.


Appa Donghae terkejut bukan main. Dia juga langsung sadar gadis ini adalah putri lawan bisnisnya yang telah mengetahui rahasia kotor bisnisnya. Dan juga putri lawan bisnisnya yang telah ia habisi nyawanya.


“Suruh gadis ini keluar!” teriak Appa Donghae.


Beberapa pegawai dan asisten Appa Donghae berusaha menyuruh Boram keluar dan menyeretnya dengan takut akibat pisau daging yang cukup besar di tangannya itu.


Dengan kuat Boram melawan semua pegawai dan asisten Appa Donghae. Dia menghampiri Appa Donghae yang terpojok dan dengan cepat menusukkan pisau yang dipegangnya ke dada Appa Donghae.


Seketika Appa Donghae melemas. Semua pegawai yang berkerumun berteriak histeris melihat direktur utamanya yang sekarat. Ternyata salah satu pegawai telah memanggil polisi sehingga beberapa polisi dating.


“Letakkan pisaumu!” perintah salah satu polisi kepada Boram.


Boram tak mempedulikannya. Sekarang air matanya mengalir deras. Dia terduduk di samping tubuh Appa Donghae.


“Mianhae Appa…………..” kata Boram lirih. Dia terlihat menyesal.


Tiba-tiba semua orang menjerit lagi melihat Boram menusukkan pisau yang dibawanya ke jantungnya.


FLASH BACK END



Donghae menghampiri tubuh Boram yang sudah tak memiliki tanda-tanda kehidupan. Dia memeluknya dengan menangis hebat, “BORAM-AH!!!! KENAPA KAU PERGI SEPERTI INI? KENAPA HARUS BERAKHIR SEPERTI INI?”

Donghae benar-benar tak bisa menerima akhir dari cinta yang tragis. Dia tak bisa berhenti memeluk tubuh Boram yang berlumuran darah. Inilah akhir cintanya. Terdapat begitu banyak teka-teki di otaknya tentang peristiwa perginya dua orang yang dicintainya ini.

THE END

Jumat, 15 April 2011

[LYRIC] 03.30 UKISS


Romanization:

[ELI]


Yo

Listen up.

This is my tragic love story

Just to break in my heart.



[HOON]

Na ajikdo noreul jiul su eobseo

Jakku jakku niga saenggakna

Niga nomu bogoshipo



[UKISS]

Bamsae hansumdo jalsu eobseo



[HOON]

Nae mam changmuneul dudurineun bissuri

Niga ddeona beorin kujari

Nomunado keuriwuoseo



[KEVIN]

Bamsaehansumdo jalsu eobseo nan



[AJ]

Bitgil Bikyeo jinaganeun naui duit moseub

Amu geotdo halsu eobsneun naneun / geodeub

Haeseo maeil nanddo huhireulhae / mianhae

Gidohae I want you to be back

I can’t gyeondil su eobseo / nega Eobsneun haru nigga / chameul su eobseo

Nungae Nunmul heulreo / naega

Again noreul itjeul su isseulgga

Eonjeggaji naneun ireolgga



[SOOHYUN]

Na ajikdo noreul jiul su eobseo

Jakku jakku niga saenggakna

Niga nomu bogoshipo



[UKISS]

Bamsae hansumdo jalsu eobseo



[SOOHYUN]

Nae mam changmuneul dudurineun bissuri

Niga ddeona beorin kujari

Nomunado keuriwuoseo



[UKISS]

Bamsaehansumdo jalsu eobseo nan



[KISEOP]

O ireon oneulbamdo oneulbamdo her



[ELI]

Bamsae neoman saenggakhae naneun jal su eobseo

Why did I turn on this love show?

Neowa naui sain meoleotyeosseo

Naega i sarangui hainieosseo

Why did we fight? Urin wae iraettneunde Did you lose the sight? Urin saranghaettneunde

Naega wae i sungan meomchuo ittneunde

Baboya naega pilyohan geon baroneoya



[DONGHO]

Eoggaega chuk neuleojyeo ittneun neo

Hansumman ddang ggeojige suineun neo

Dandanhan gaseumman tangtang chineun neo

Duson moa haneulege gidohaneun neo

Ilgeorago mosubi naneun sangsangiga Uri da ijja jiuja nabbeun gieokdeuleulda

I’m sorry neoga eoddeolju ara Mianhadan mal bake hal su eobseo na



[KEVIN]

Na ajikdo noreul jiul su eobseo

Jakku jakku niga saenggakna

Niga nomu bogoshipo



[UKISS]

Bamsae hansumdo jalsu eobseo



[KEVIN]

Nae mam changmuneul dudurineun bissuri

Niga ddeona beorin kujari

Nomunado keuriwuoseo



[UKISS]

Bamsaehansumdo jalsu eobseo nan



[KEVIN]

O ireon oneulbamdo oneulbamdo her



[ELI, DONGHO, AJ]

You and I, uriui ggeun nohjima

Don’t deny our r² π Naege wa ije da gwenchana

Dashi Dashi modeungeol sijakhaneun geoya



[UKISS]

Bamsae hansumdo jalsu eobseo



[HOON]

Na ajikdo noreul jiul su eobseo

Jakku jakku niga saenggakna

Niga nomu bogoshipo

Bamsae hansumdo jalsu eobseo (jal su eobseo)



[KEVIN]

Nae mam changmuneul dudurineun bissori (bissori)

Niga ddeona beorin kujari (kujari)

Nomunado keuriwuoseo

Bamsaehansumdo jalsu eobseo



English Translate :



(Eli) Yo listen up, this is my tragic story, just to break into my heart (check it)



(Hoon) I still cannot erase you

I keep thinking about you

I really miss you

(U-Kiss) I cannot sleep at all at night

(Hoon) The sound of the raindrops hitting on the window of my heart

The place that you left

I really miss you

(U-Kiss) And I cannot sleep at all at night



(AJ) The view of your back, leaving me on this rainy road

Because I couldn't do anything again,

I regret it again everyday. I'm sorry,

I pray, I want you to be back.

I can't. I can't stand it. I cannot stand a day without you.

My tears are falling again.

Will I be able to forget you ? When will I be like that till ?



(Soohyun) I still cannot erase you

I keep thinking about you

I really miss you

(U-Kiss) I cannot sleep at all at night

(Soohyun) The sound of the raindrops hitting on the window of my heart

The place that you left

I really miss you

(U-Kiss) And I cannot sleep at all at night



(Kiseop) Oh tonight again, tonight again, her



(Eli) I keep thinking of you at night, I cannot sleep

Why did I turn on this love show

The distance between us has increased

I was the servant of this love

Why did we fight ? Why were we like that ?

Did you lose the sight ? We used to be in love.

Why am I stuck in this moment ? The one I need is you, silly.



(Dongho) You, drooping your shoulders

You, taking a rest on the ground

You, hitting your chest in frustration

You, praying to the heavens with your hands clasped

I think of you getting up. Let's forget and erase all our bad memories.

(I'm sorry) How would you ? I cannot say anything besides 'I'm sorry'.



(Kevin) I still cannot erase you

I keep thinking about you

I really miss you

(U-Kiss) I cannot sleep at all at night

(Kevin) The sound of the raindrops hitting on the window of my heart

The place that you left

I really miss you

(U-Kiss) And I cannot sleep at all at night



(Kevin) Oh tonight again, tonight again, her



(Eli, AJ, Dongho) You and I, don't cut our cord.

Don't deny our r²π

Come to me, everything is fine now.

We will start everything over, over again.



(U-Kiss) I cannot sleep at all at night



(Hoon) I still cannot erase you

I keep thinking about you

I really miss you

(U-Kiss) I cannot sleep at all at night

(Kevin) The sound of the raindrops hitting on the window of my heart

The place that you left

I really miss you

(U-Kiss) And I cannot sleep at all at night

Senin, 04 April 2011

(JUST FOR FUN) Cho Kyuhyun Pairing

I just to talk about Kyuhyun right now. I don't know why, but I just want it.
Just see.....

1. SeoKyu (Seohyun and Kyuhyun)


2. KyuYoung (Kyuhyun and Soyoung)


3. SunKyu (Sunny ang Kyuhyun)


4. KyuRi (Kyuhyun and Yuri)


5. KyuSica (Kyuhyun and Jessica)


6. Kyoona (Kyuhyun and Yoona)


7. Double Gyu (Kyuhyun and Gyuri)

 that's enough for today.... which pairing do you like guys???
(for me, I LOVE double Gyu)

Sabtu, 02 April 2011

(POEM) Tutup Mimpi

Sebelumnya, hatiku bergemuruh bahagia
Sebelumnya, otakku menari bergembira

Begitu penuh semangat yang terasa
Begitu sesak mulutku ingin bicara

Aku semakin dekat dengan mimpiku
Aku rasa aku akan segera menggapai mimpiku

Hingga dinding besar berdiri kokoh didepanku
Tak mungkin kupanjat hingga membeku

Terlalu jauh
Terlalu rapuh
Terlalu patuh

Kini tak mungkin lagi aku bertemu mimpiku
Kini tak mungkin lagi menggapai mimpiku
kini kuputuskan, kututup mimpiku