Halaman

Minggu, 24 November 2013

[FANFIC] The Time Controller (part 1)










Cast:

Lee Jieun
Byun Baekhyun
Jung Krystal
Kim Jongin
Kang Jiyoung
Kim Myungsoo

Jung Eunji
Choi Jonghyun (Changjo)
Park Chanyeol
Kim Jongdae

 


Gadis kecil itu berlari dengan kaki mungilnya mengejar kelinci peliharaannya sambil menikmati sore yang lumayan cerah di hutan favoritnya itu. Ia terus berlari di sela-sela pohon-pohon yang tak begitu besar, berusaha terus mengikuti kelincinya. Hingga ia mendengar suara tangisan yang semakin lama semakin terasa dekat.Gadis itu bertanya-tanya, karena selama ia bermain di hutan ini dia tak pernah bertemu orang lain, hutan itu serasa taman bermainnya sendiri, tak pernah ada yang mengganggunya.
Namun tiba-tiba ia sudah mendengar suara seseorang berlari dan sedetik kemudian menabraknya, membuat dua tubuh kecil itu jatuh ke tanah. Gadis kecil itu seketika bangkit dan menemukan laki-laki seumurannya sedang menangis tersedu dan sekarang sedang memegangi lututnya yang mungkin sakit, ada goresan tanah di celananya, membuat pakaian rapinya terlihat kotor.
Gadis itu menatapnya, merasa penasaran apa yang membuat laki-laki itu menangis, dan kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya, meski terasa aneh, karena ia tak terbiasa, bicara dengan orang asing, namun laki-laki itu terlihat begitu sedih, hingga membuatnya ingin membantunya, "Kenapa kau menangis?"
"Aku tidak mau menikah dengan anak itu!" laki-laki kecil berwajah malaikat itu menjawab sambil terus menangis. "Dia anak yang mengerikan aku tidak mau menikah dengannya!" ia mengusap matanya yang penuh air mata.
Tidak begitu yakin dengan caranya, karena ia tak pernah tahu cara menghibur seseorang yang sedang menangis, karena belum pernah ada teman di hutan ini ataupun di kehidupannya, gadis itu mengambil kelincinya lalu menciumkan kelincinya ke pipi laki-laki yang masih menangis itu, "Uljima."
Ia berhasil membuat tangisan itu berhenti. Laki-laki itu lalu menatap kaget kelinci di depan wajahnya.
"Saat aku ingin menangis, aku melihat kelinciku ini, dan aku tidak ingin menangis lagi. Kata Appa menangis itu hal yang buruk, apalagi untuk laki-laki. Jadi jangan menangis lagi." gadis itu berusaha tersenyum, lalu menyentuhkan tangan laki-laki itu ke bulu halus kelinci putihnya.
Masih ada isak kecil dari laki-laki itu, tapi ia sudah tidak menangis dan mulai meraih kelinci itu agar dia bisa menggendongnya, gadis itu mengijinkannya.
"Wah, Eommaku tak pernah memberiku kelinci walaupun aku ingin. Apa kelinci ini punya nama?" Laki-laki itu sudah terlihat ceria.
Mereka berdua sekarang sudah duduk bersama di batang pohon besar yang tumbang. "Jiji. Namanya Jiji."
"Seharusnya aku menikah denganmu saja." laki-laki itu menggumam setelah bermain-main dengan kelinci itu dan memanggil-manggil namanya dengan senang.
Gadis itu agak terkejut. "Wae?"
"Anak itu, aku tidak mau menikah dengannya jika aku sudah besar nanti. Dia tidak punya senyuman yang cantik, dia tidak tersenyum. Dia menakutkan. Tapi kau punya kelinci yang lucu, kau juga cantik, senyumu juga cantik. Kau juga baik padaku."
Gadis itu tersenyum sambil terus memperhatikan kelincinya di pangkuan teman barunya. "Jangan menangis lagi."
Laki-laki itu tersenyum senang, "Ya, dan kalau aku sudah besar nanti aku ingin menikah denganmu."
Lalu gadis itu terkejut saat tiba-tiba laki-laki itu tanpa malu-malu mencium bibirnya.
"Kau mengerti? Kau harus menikah denganku nanti." laki-laki itu berkata dengan riang.
Belum sempat gadis itu merespon, mereka mendengar teriakan seseorang, "Tuan muda! Tuan muda! Tuan muda dimana?"
"Ah itu pasti tuan Song!" laki-laki itu menekuk wajahnya lagi, "Aku masih tidak mau pulang."
"Kajja!" gadis itu lalu menarik tangan teman barunya dan mengajaknya pergi. Namun suara itu semakin dekat dan sudah sampai di belakang mereka.
"Ah Tuan muda kau disana.."
Laki-laki itu lalu menggenggam erat lengan gadis yang sedang berusaha mencari jalan keluar di depannyanya itu. Gadis itu bingung harus sembunyi dimana dan dalam kepanikan itu ia memejamkan matanya.
"Tuan Song?" laki-laki itu heran bukan main setelah menengok ke belakang, menemukan pelayannya berhenti dan mematung, pandangan masih padanya namun ia bahkan tidak berkedip. Dan hal yang sama terjadi saat gadis kecil itu menoleh. Dan ternyata bukan hanya orang itu, pohon-pohon, burung-burung, angin dan bahkan kelincinya juga berhenti dan mematung. Dunia di sekitar mereka terasa sangat sunyi dan sepi seperti sedang berhenti untuk sejenak.
"Apa kau yang melakunya?" laki-laki itu bertanya dengan wajah terpukaunya.
Gadis itu juga bertanya-tanya dia melihat keseliling lagi, dunia ini memang terasa berhenti, hanya dia dan anak laki-laki di depannya yang bergerak. Tapi apa benar dia sendiri yang melakukan ini semua, dia tidak yakin, hingga dia menutup matanya lagi dan ketika ia membuka matanya semua kembali menjadi normal.
"Tuan muda! Apa yang tuan lakukan disini? Nyonya mencari anda. Ayo Kita pulang!" lelaki paruh baya itu bersuara lagi.
Dua anak itu saling menatap dengan terkejut. "Wah kau hebat sekali!" laki-laki itu bicara dengan senang. Sedangkan gadis itu masih tercengang.
"Ayolah tuan muda!" dengan sabar orang itu membawa laki-laki itu pergi dengan menggandeng tangan kecilnya. Gadis itu masih bisa mendengar perkataan mereka, "Kenapa tuan muda bicara dengan orang asing sembarangan?"
"Dia bukan orang asing. Dia baik padaku dia tidak jahat." laki-laki itu menoleh ke belakang dan tersenyum pada gadis yang sedang menatapnya itu.
Tidak ingin teman barunya pergi begitu saja, gadis itu segera menutup matanya lagi berharap apa yang tadi sudah terjadi bisa terjadi lagi, dan benar, seketika semua kembali membeku. Setidaknya dengan begini ia bisa melihat senyum itu beberapa waktu lebih lama. Dan ia mengembalikan semuanya seperti semula setelah menutup matanya lagi. Gadis itu terus mengulanginya hingga laki-laki itu hilang seutuhnya dari pandangannya. Ia tersenyum.
***

          “Sekarang Chanyeol-ah!” Jieun bisa mendengar suara itu lagi, suara yang hampir selalu menyambutnya setiap pagi di hari-hari sekolahnya.
            Dan seketika itu juga, air jatuh tempat mengenai tubuhnya dan membuatnya basah kuyup. Sudah terlalu bosan ia akan hal seperti ini, sudah lama dia membiarkan semuanya terjadi membiarkan orang-orang itu puas mengerjainya, ia sudah lama tak mencegah atau membalas mereka seperti yang biasa ia lakukan sejak kecil jika ada teman sekolahnya melakukan hal sejenis padanya. Dia sudah lelah, dia sudah tak peduli lagi. Dia takkan repot-repot lagi menghentikan waktu tepat saat dimana mereka akan melakukan suatu hal yang buruk padanya dan sebagai gantinya ia akan melakukan hal yang juga buruk sesuai emosinya saat itu saat waktu berhenti dan mengembalikan waktu seperti semula setelah pergi begitu saja. Membuatnya makin sendirian tanpa ada teman yang mau dekat dengannya atau bahkan duduk sebangku dengannya. Membuat semua orang menganggapnya gadis yang terkutuk dan membawa sial dan takkan ada berani dekat dengannya, meski sejujurnya dia takkan melakukan itu semua jika dia tak mengalami hal sedemikian rupa.
            Tapi Jieun tahu, pengertian seperti itu sudah lama hilang. Takkan ada yang mengerti keadaannya dan dia memang tak ingin orang lain tahu tentang perbedaannya dan kemampuan yang mungkin hanya ia miliki. Jadi saat ini, sudah cukup lama sejak Jieun merubah cara hidupnya dan membiarkan mereka smeua mengerjainya dan mungkin menindasnya, berharap, meskipun harapan itu lemah, agar mungkin hidupnya biisa berubah, mungkin akan ada perubahan dalam dunnia pertemanannya. Perubahan itu, Jieun masih menunggunya.
            Jieun bisa mendengar tawa puas dua murid lelaki yang selalu mengerjainya itu. Tanpa menghiraukannya Jieun membasuh wajahnya dengan kedua tangannya dan berjalan menuju toilet sekolah meninggalkan lautan tawa untuknya itu. Meski Jieun tahu ada beberapa simpati dari murid yang lain, namun Jieun tak mau meninggikan harapan perubahan yang sedang ia nanti itu, takut jika ia terbang terlalu tinggi hanya untuk dijatuhkan kembali dengan kasar, ia takut.
***

            “Yay! Eunji kita memang hebat!” teriakan Jiyoung masih bisa terdengar di tengah gemuruh suara murid lain yang berada di gedung olahraga sekolah itu.
            Jongin menepuk pundak Eunji bangga. Sedangkan Eunji sendiri tersenyum puas setelah tadi pertandingan basketnya berjalan selancar yang ia mau.
            “Kapten!” tim basket Eunji memberi gerakan hormat dengan tangan kanan mereka di dahi dari tengah lapangan lalu mereka tertawa bersama. Eunji juga ikut tertawa dan berkata, “Kalian juga bekeja dengan baik!”
            “Eunji!!” Jiyoung mengalungkan lengan kanannya di pundak Eunji. “Kapten basket kita satu ini membuat sekolah kita menang lagi.”
            “Ya! Tanganmu itu berat!” goda Eunji sambil melepar lengan Jiyoung dari pundaknya hingga Jiyoung memajukan bibirnya.
            "Aku kira kau sudah kehabisan akal di babak terakhir tadi, tapi kau selalu hebat di saat terpenting." Jongin mengacak rambut Eunji hingga Eunji langsung menepis tangannya.
            "Hilangkan kebiasaanmu itu Kim Jongin!" kata Eunji. Lalu ia melihat seorang gadis familiar di antara murid-murid yang keluar dari gedung itu. "Oh, tak biasanya dia melihat pertandingan basket?"
            Seketika Jongin dan Jiyoung mengikuti arah pandangan Eunji dan menemukan Krystal dengan Myungsoo di belakangnya, sepertinya berusaha mengejarnya.
            "Ah ternyata dia bersama kekasih kesayangannya." Eunji bergumam sambil menatap Jongin yang seperti ia sudah duga, matanya mengikuti kemana Krystal pergi, ekspresi wajahnya seketika berubah. Ia juga segera melihat Jiyoung yang juga dengan seketika merubah ekspresi wajahnya dan suasana antara tiga sahabat ini menjadi muram dan sedih.
            "Ya! Sudah cukup! Apa kalian mau ikut merayakan kemenangan ini bersamaku?" Eunji menggandeng lengan dua sahabatnya itu dan menyeret mereka ke kantin sekolah meski belum ada persetujuan dari mereka.
***

            Jieun baru selesai mengeringkan dirinya di atap gedung sekolahnya. Dia sudah melewatkan pertandingan basket sekolahnya hari itu, tapi itu memang lebih baik, dengan begini ia bisa hadir di kelasnya nanti dengan seragam yang sudah tidak basah lagi. Jieun terus menggosok lengannya yang dingin saat tak sengaja menabrak gadis di hadapannya tepat di anak tangga paling bawah dari atap sekolah itu.
            Mereka saling menatap sejenak untuk lalu kembali ke urusan mereka masing-masing. Itu Krystal, Jieun mengenalnya, mereka saling kenal sejak kecil, tapi hampir tak pernah ada kata di antara mereka, terakhir mereka bicara saat mereka berumur 6 tahun. Hingga mereka sendiri tak ingat apa yang terakhir kali mereka bicarakan. Tapi lebih tepatnya Krystal lah yang sudah tidak lagi bicara pada Jieun. Dan Jieun tak pernah punya kemampuan untuk memulai pembicaraan dengan Krystal dan menganggap mungkin itu semua yang diinginkan Krystal, jadi ia harus menghormatinya.
            Jieun masih bisa mendengar kekasih Krystal bicara, "Apa? Apa maksudnya ini?" lelaki itu tersenyum kecut.
            Saat Jieun sudah tak terlihat dan tak bisa mendengar, Krystal mulai bicara, "Kita berdua tahu aku tak perlu mengatakannya sekali lagi. Dan kau sudah cukup dewasa untuk mengerti maksud pembicaraanku tadi."
            "Kalau begitu beri aku alasan." Myungsoo masih tidak bisa percaya dengan apa yang dia dengar tadi saat pertandingan basket. Dia memang agak heran Krystal menerima ajakannya untuk melihat pertandingan basket sekolah mereka hari ini, itu bukan Krystal yang biasanya.
            "Aku sudah dijodohkan, sejak aku masih berumur 5 tahun, aku sudah dijodohkan." jawab Krystal mantap, sampai saat ini dia tak menatap Myungsoo.
            "Apa?" Myungsoo tertawa pahit, "Kau... Bagaimana kau... Kenapa kau baru memberitahuku sekarang?"
            "Karena aku pikir ini saat yang tepat, karena dia akan kembali. Daripada kau tahu saat sudah terlambat, bukankah itu akan melukaimu lebih dalam?"
            "Krystal, kau..." Myungsoo seakan kehabisan kata-kata, "Siapa orang yang mau menjalin hubungan jika akhirnya seperti ini? Kau... Jadi kau hanya menjadikanku selingan? Selama kau menunggunya kau menggunakanku untuk mengusir kebosananmu? Ini gila." Semua kenangan tentang mereka berdua melintas di kepala Myungsoo. Dia bahkan masih ingat dengan jelas Krystal yang pertama kali mengungkapkan perasaannya dan butuh beberapa waktu untuk Myungsoo menerima Krystal. Dan di saat Myungsoo sudah benar-benar menyukai Krystal seperti sekarang, Krystal juga yang memutuskan hubungan mereka terlebih dulu. Myungsoo tak bisa menerima ini, benar-benar tak bisa.
            "Terserah apa presepsimu. Aku hanya ingin memberitahumu ini semua. Mianhae." Krystal lalu pergi begitu saja, meninggalkan Myungsoo yang marah dan sebenarnya ia ingin menarik Krystal kembali, tapi ia tahu itu akan sia-sia. Selama ini dia merasa dia sudah kenal betul Jung Krystal, tapi ternyata dia salah, dia tak mengenalnya sama sekali, seperti apa cara berpikirnya dan sifatnya sekalipun. Myungsoo menghantamkan tinjunya ke salah satu pilar di dekatnya.
***

            “Chukahae!” Jiyoung berteriak senang, mereka bertiga saling mengangkat minuman kaleng mereka.
            Jongin mengambil makan di hadapannya, “Bukankah ini kejadian yang langka? Jung Eunji meneraktir kita?” dia tersenyum.
            “Ya! Siapa suruh kalian berdua merusak suasana di saat yang bagus seperti ini, setidaknya aku berusaha menghibur kalian.” Jelas Eunji sambil menegak minumannya.
            “Jadi kami harus sering-sering merusak suasana agar kau mengeluarkan uangmu?” Jongin tertawa.
            “Mian Eunji-ah, aku tidak bermaksud merusak suasana.” Jelas Jiyoung.
            “Sebegitu sukanyakah kau pada anak ini?” Eunji menanyai Jiyoung sambil melirik Jongin.
            “Ya! Bukan begitu! Sudah ku bilang aku tidak menyukainya. Jongin jangan dengarkan dia, ok?” Jiyoung mendadak salah tingkah lalu segera meminum minumannya.
            “Dan kau, sampai kapan kau terus melihat Krystal dari jauh?” Jongin sudah tidak tersenyum lagi. “Jika kau sama sekali tak membuat gerakan, kau itu menyedihkan.”
            Jongin tersenyum kecut, “Eunji, kau tahu..”
            “Bahwa dia sulit didapat?” Eunji memotongnya. “Karena itu, kau harus berjuang keras jika kau benar-benar menyukainya. Oh Tuhan sudah berapa kali aku mengakatan ini?”
            “Ya Jongin kau harus berusaha keras. Jangan khawatir, kami berdua akan siap membantumu. Iya kan Eunji?” Jiyoung berkata dengan semangat.
            Eunji mengangguk tapi agak tidak yakin dengan Jiyoung.
            Tiba-tiba keributan menghampiri mereka, dua teman pembuat onar mereka datang dan dengan lahap menyantap makanan milik mereka, mereka bahkan merebut minuman Jongin.
            “Yea!!! Kau menang lagi Eunji!!!” teriak Jongdae yang sekarang duduk di sebelah Jiyoung, membuatnya hampir kehilangan tempat dudukya.
“Ya!” teriak Jiyoung kesal.
“Kami boleh bergabung untuk merayakannya kan?” tambah Chanyeol yang duduk di sebelah Jongin sambil mengembalikan kaleng Jongin yang sebenarnya sudah kosong itu.
Eunji hanya melempar pandang malasnya pada mereka, “Ya! Disaat seperti ini saja kalian cepat datang. Aku bahkan tak melihat kalian berdua di gedung olahraga tadi.”
Jongdae dan Chanyeol tersenyum. “Mian, tadi kami ada urusan yang penting.” Kilah Jongdae.
“Urusan penting apa lagi?” tanya Jiyoung.
“Apa kalian mengerjai Lee Jieun lagi?” tanya Jongin.
“Benar kalian mengerjainya lagi?” tanya Eunji marah.
“Ani!” jawab mereka bersamaan.
“Kami baru mengerjakan tugas Kim Seongsaenim, kemarin kami belum mengupulkannya.” Jongdae tertawa bodoh sambil mengganruk kepalanya yang tak gatal.
“Benar, kalau urusan Jieun sudah beres sejak pagi tadi.” Chanyeol dengan bodohnya mengatakannya hingga Jongdae menginjak kakinya.
Eunji seketika beranjak dari duduknya dan memukul kepala Jongdae dan Chanyeol cukup keras.
“Ya! Kenapa kau memukul keras sekali?” rintih Jongdae. Jongin hanya tertawa melihat itu semua.
“Sudah kubilang berhentilah mengerjainya. Kau mau aku mengadukan kalian ke Songsaenim?” Eunji benar-benar marah dengan dua temannya itu, tak ada hari bagi mereka tanpa melakukan hal-hal tak berguna seperti itu.
Jiyoung juga ikut merlempar pandangan kesal pada Jongdae dan Chanyeol, “Apa alasan sebenarnya kalian mengerjainya? Apa dia musuh kalian? Apa dia pernah berbuat sesuatu pada kalian?”
“Ani.” Jongdae menghela nafas, “Biar aku jelaskan sekarang.” ia berubah menjadi serius, tapi temannya yang lain tahu seperti apa tingkat keseriusan seorang Kim Jongdae, “Kalian tahu kan? Aku sudah pernah bilang pada kalian bahwa aku satu SMP dengan Lee Jieun itu. Dia itu dulu dijuluki gadis pembawa sial.” Chanyeol mengangguk dengan perkataan temannya itu.
“Pembawa sial?” tanya Jiyoung.
“Dia dulu gadis yang memang aneh, kalian bisa lihat sendiri kan dia aneh? Dia… aku rasa dia terlalu diam. Kalian bisa rasakan auranya yang suram itu kan? Jadi dia dulu menjadi korban buli di sekolah kami, tapi setiap anak yang ingin mengerjainya selalu celaka bahkan sebelum mereka sempat mengerjainya. Mereka bilang itu kutukan yang menyertai Lee Jieun. Karena itulah Lee Jieun makin tidak punya teman sama sekali. Dia bahkan tidak punya teman sebangku, tak ada yang berani sebangku dengannya”
“Jadi?” tanya Jiyoung lagi.
“Aku ingin terus membuktikan bahwa kutukan itu tidak ada. Dan benar, selama aku mengerjainya dua tahun ini kami tidak pernah celaka. Iya kan yeol?” Jongdae mengangkat tangan kirinya dan Chanyeol menyambutnya dengan tepukan.
“Lalu kalian kira itu benar?” teriak Eunji.
“Ah, kau tidak mengerti bagaimana rasanya saat kau berhasil mengerjai seseorang. Apalagi Lee Jieun itu, dia itu..”
Eunji memotongnya lagi, “Teruskan saja mengerjai murid-murid sekolah ini, lalu nasibmu di sekolah ini akan berakhir.”
“Ya baiklah!” teriak Jongdae kesal. “Kau kira aku tidak bisa mengerti perkataanmu? Kenapa sekolah kau yang punya sekolah ini?” Jongdae lalu mengambil lagi makanan di depannya.
“Eunji-ah. Kami bahkan mengerjai para songsaenim, memang beginilah temanmu ini. Terima saja. Terima kasih sudah mengingatkan kami.” Chanyeol lalu bicara dengan sok bijaksana, membuat Jongin dan Jiyoung tak bisa menahan tawa mereka.
“Tapi kalian itu keterlaluan dengan Jieun itu. Aku sering melihatnya mengeringkan diri di atap sekolah dan melewatkan kelasnya. Berhentilah menyiramnya dengan air. Kau tidak tahu sekarang udaranya sudah bertambah dingin? Bagaimana kalau dia mati kedinginan ha?” Eunji lalu juga mengambil makanan di hadapannya.
“Kau itu.” Jongin berusaha menghentikan tawanya. “Penampilanmu saja yang tomboy dan cuek, tapi perhatianmu melebihi seorang ibu.”
“Eunji yang terbaik!” Jiyoung mengangkat jempolnya, lalu ia juga memaksa Jongdae dan Chanyeol mengangkat jempol mereka juga untuk Eunji.
Eunji hanya menghela nafas melihat tingkah teman-temannya itu.
***

            Jieun lega hari ini tidak ada air dingin yang menyambutnya di gerbang sekolah. Ia memarkirkan sepedanya di tempat biasa. Lalu perhatiannya tersita oleh murid lelaki yang sedang berisik dengan dirinya sendiri tak jauh dari tempatnya berdiri.
            “Kenapa Tuan Song harus melupakan surat pindahnya? Aish..” laki-laki itu mengacak rambutnya kesal lalu kembali fokus pada ponselnya. Ia bahkan menjejak-jejakkan kakinya ke tanah, benar-benar seperti anak kecil.
            Jieun agak bingung saat lelaki itu menatapnya dan setelah terlihat berpikir ia menghampiri Jieun, “Maaf, bisa kau antar aku ke ruang kepala sekolah?”
            Tak terbiasa, mendengar murid lain bicara padanya dan tak terbiasa merespon pembicaraan itu, Jieun malah berkata, “Ne?” meskipun ia sudah dengar dengan jelas.
            “Bisa kau antar aku ke ruang kepala sekolah?” tanya lelaki itu laki, Jieun bisa membaca nama Byun Baekhyun dari nama di seragamnya.
            “Ah, apa kau murid baru?” ini juga termasuk hal yang aneh, karena sekolahnya hampir tidak pernah menerima murid baru. Ya, tak banyak pendatang di kota kecil itu.
            Baekhyun mengangguk, “Ya, jadi bisa tolong antar aku?”Baekhyun memaksakan senyum memohonnya.
            “Ba.baiklah.” Jieun lalu melepas pegangannya dari sepedanya dan mulai mempimpin murid baru itu ke ruang kepala sekolah yang sebenarnya tidak begitu jauh dari tempat parker tadi.
            Jieun bisa merasakan tatapan-tatapan heran untuknya saat mereka berdua melewati koridor kelas. Jieun tahu benar apa yang mereka pikirkan. Pasti mereka terheran-heran bagaimana bisa seorang Lee Jieun berjalan bersama murid lain, apalagi mereka tak pernah melihat murid itu.
            “Disini.” Kata Jieun setelah mereka sampai di tempat tujuan mereka. Jieun segera pergi namun terhenti lagi saat Baekhyun mengeluarkan suara.
            “Ah, gomawoyo..” ia membaca nama Jieun. “Lee Jieun.” Lalu ia tersenyum. Senyum yang entah bagaimana menenangkan hati, membuat Jieun mendadak heran, apa sepertikah ini senyuman teman sekolah yang  sudah kau bantu? Dia tak ingat kapan terakhir kali hal seperti ini terjadi dalam hidupnya. Jieun sudah ingin menghentikan waktu untuk mengawetkan senyum itu sebentar saja, namun Baekhyun sudah masuk ke ruang kepala sekolah.
***

            Baekhyun bisa merasakan pandangan teman kelas barunya menusuk punggunnya. Entah apa yang membuat mereka melakukan itu, Baekhyun tak tahu. Apa mereka tidak pernah melihat murid baru sebelumnya, atau ada yang aneh dengan penampilannya, Baekhyun ingin tahu. Ia menoleh ke belakang, dua gadis di belakangnya masih tetap menatapnya. Begitu juga dua lelaki di belakang mereka.
            "Hai! Salam kenal!" kata Baekhyun mencairkan suasana sambil mengulurkan tangannya.
            Salah satu dari gadis itu menjabat tangannya, "Ya, kami sudah tahu, kau sudah memperkenalkan dirimu di depan kelas tadi. Aku Eunji. Dan Dia Jiyoung."
            "Aku Jiyoung." gadis di sebelahnya ikut bicara.
            "Aku Jongdae. Dan ini Chanyeol." dua laki-laki di belakang dua gadis itu tersenyum padanya. Yang bernama Chanyeol lalu tersenyum lebar memperlihatkan giginya.
            Baekhyun membalas senyum mereka. Tapi dia masih penasaran, "Boleh aku tahu maskud kalian melihatku seperti itu?"
            "Mulai sekarang kau harus terbiasa, mereka memang begitu." Teman sebangkunya yang bernama Jongin ikut bicara.
            Baekhyun tersenyum lagi.
            "Apa benar tadi Lee Jieun yang mengantarmu ke ruang kepala sekolah?" tanya Eunji penuh keingintahuan.
            "Bagaimana kalian bisa tahu?" tanya Baekhyun terkejut.
            "Di sekolah ini berita dan gosip cepat tersebar." Jawab Eunji. "Jadi?"
            "Ya, gadis bernama Lee Jieun yang tadi mengantarku."
            "Whoaaa." Jiyoung terpukau.
            "Kau bicara padanya? tatap muka?" tanya Chanyeol.
            "Tentu saja. Memangnya kenapa?" Baekhyun benar-benar heran, tak mengerti jalan pikiran mereka.
            Jongin akhirnya menceritakan semua tentang Jieun yang ia tahu, Baekhyun jelas tidak bisa begitu saja percaya, karena Lee Jieun yang ia temui tadi baik-baik saja, tidak seaneh yang mereka bicarakan. Dia bahkan punya aura bersahabat bagi Baekhyun, sama sekali tidak mungkin jika apa yang barusan ia dengar itu benar.
            "Jadi kalian sekalipun tidak pernah bicara dengannya?" tanya Baekhyun.
            "Lebih tepatnya tidak ada yang berani bicara padanya." kata Jongdae.
            "Tapi setidaknya kami sering berinteraksi dengannya." Chanyeol tertawa senang.
            "Tapi kalian mengerjainya. Apanya yang bagus?" Jiyoung memutar bola matanya.
            "Kalian soak baik padanya melarang kami mengerjainya, tapi kalian bahkan tak pernah bicara padanya." protes Jongdae.
            "Aku pernah bicara padanya." kata Eunji tak terima, lalu semangatnya menurun saat berkata, "Tapi mungkin waktu itu dia tak mendengarku, dia hanya tersenyum padaku."
            Jongdae, Chanyeol dan Jongin tertawa mendengarnya.
            "Kau itu memang gadis yang menakutkan, siapa yang mau bicara padamu? kau sering melayangkan tinjumu sembarangan. Kau harusnya bersyukur kami masih mau berteman denganmu." Jongdae mengejeknya dengan puas, membuat yang lain tertawa dan Eunji kembali melayangkan tinjunya.
            Lalu mereka berhenti saat Krystal memasuki kelas, Eunji dan Jiyoung seketika memperhatikan Jongin. Baekhyun mengikuti arah pandang mereka dan menemukan Krystal, karena akhirnya satu-satunya murid yang ia kenal di sekolah ini muncul, dan ia baru tahu bahwa mereka sekelas.
            "Krystal! Anyeong!" Sapan Baekhyun santai. Krystal melihatnya, lalu tersenyum senang.
            "Baekhyun?" Krystal menghampiri Baekhyun, "Kenapa aku tidak tahu kau sudah mulai sekolah hari ini?"
            "Ya, Aku juga baru tahu tadi pagi. Tuan Song lupa memberitahuku. Kau tahu sendiri dia sudah semakin tua sekarang." Baekhyun tak mengurangi senyumnya saat bicara.
            Sedangkan Jongin dan yang lain terpaku melihat adegan yang cukup mengejutkan ini. Ini pertama kalinya bagi mereka melihat Krystal terlihat secerah ini. Bahkan sepertinya Baekhyun orang pertama yang bisa terlibat dalam percakapan seperti ini dengan Krystal. Jelas mereka bertanya-tanya bagaimana Baekhyun bisa mengenal Krystal di hari pertamanya sekolah dan sejauh apa hubungan mereka sebenarnya.
***

            Jieun turun dari sepedanya dan menuntunnya memasuki halaman rumah megah itu. Seperti biasa, saat ia pulang mobil yang menjemput Krystal pasti sudah sampai terbelih dahulu.
            Jarak sekolah dari rumah menghabiskan waktu 60 menit untuk Jieun mengendarai sepeda kayuhnya. Tapi Jieun tak pernah terlambat datang ke sekolahnya, bahkan ia tak perlu repot-repot jika ia kesiangan, karena ia akan menghentikan waktu dan mengayuh sepedanya secepat mungkin. Dengan begitu ia bisa lebih menghemat waktu.
            Bukan tak pernah Ibu Krystal menawari Jieun agar berangkat bersama Krystal. Tapi Jieun tak pernah mau. Hubungannya dengan Krystal sudah lama seperti ini. Mereka berhenti bicara satu sama lain sejak mereka berumur 10 tahun, setelah Krystal menyuruh Jieun untuk tidak bicara padanya, dan Jieun mematuhinya.
            Jieun tinggal di paviliun belakang rumah Krystal yang berada di kawasan hutan yang hanya ada beberapa rumah milik orang-orang kalangan atas. Rumah Krystal sendiri berada di paling ujung komplek itu, sekitarnya adalah hutan tempat Jieun sering menghabiskan waktu.
            Orang tua Jieun adalah pekerja di rumah Krystal. Membuat Jieun tahu segala yang terjadi di dalam rumah Krystal dari cerita Ayah Ibunya yang sesungguhnya tak begitu ingin ia dengar.
            Krystal terlihat di beranda kamarnya di lantai dua. Gadis itu, di mata Jieun selalu terlihat sempurna. Jieun selalu mengaguminya, dan tanpa ia sadari ia mengerti benar Krystal luar dalam.
            Gadis itu sekarang sedang tersenyum. Senyum yang begitu langka untuk seorang Jung Krystal. Terakhir Jieun melihat senyum seperti ini adalah saat Krystal bersama Kim Myungsoo. Lalu apa lagi yang bisa membuat Krystal tersenyum seperti ini setelah dia tak lagi bersama Myungsoo? Jieun ingin tahu.
            Jieun ikut tersenyum melihat senyum itu, rasanya memang sudah lama ia sudah tak melihatnya. Jieun lalu mengikuti arah pandang Krystal yang tertuju pada rumah di seberang jalan sana. Rumah baru yang selama ini kosong, Jieun baru sadar penghuni barunya sudah datang.
            Seorang lelaki yang juga sedang berada di beranda kamarnya di lantai dua rumah itulah yang menarik perhatian Krystal. Lelaki itu terlihat baru saja terjatuh di lantai dan bangkit lagi, entah karena apa Jieun tak tahu.
            Lelaki itu, lelaki yang Jieun kenali sebagai murid baru di sekolahnya yang bernama Byun Baekhyun. Entah bagaimana lelaki itu ternyata penghuni baru rumah di seberang. Apapun yang terjadi yang Jieun tak tahu, lelaki itu pasti istimewa karena ia bisa menarik perhatian Krystal, apalagi di saat Krystal sudah tidak lagi bersama Myungsoo.
***
           
            Krystal masuk ke kelas Jieun. Jieun bisa melihatnya bertanya pada salah satu murid tentang keberadaan Myungsoo. Jieun tahu jawabannya, Kim Myungsoo sudah dua hari ini tidak masuk sekolah. Jieun bisa melihat kekhawatiran di mata Krystal, meski itu berusaha ditutupi, Jieun tahu benar seperti apa Krystal. Bersikap seolah gadis kuat dan dingin padahal di dalam dirinya ada seorang gadis yang selalu membutuhkan pertolongan dan kesepian.
            Mereka bertemu pandang, tapi seperti biasa, Krystal selalu yang lebih dulu membuang muka, membuat posisi mereka kembali seperti semula. Tak ada komunikasi.
            Jieun menghela nafas, keadaan Krystal saat ini membuatnya berpikir. Jieun mendengar dari percakapan orang tuanya semalam, bahwa tetangga baru mereka itu adalah keluarga calon besan keluarga Krystal. Jieun menyimpulkan Byun Baekhyun adalah lelaki yang dijodohkan dengan Krystal. Awalnya Jieun merasa kasihan padanya saat tahu ia berpisah dengan Myungsoo karena perjodohan itu. Mungkin Krystal hanya bermaksud melindungi Myungsoo agar tak terlibat urusan rumit dengan keluarganya, mengorbankan perasaannya, membuat perpisahan yang menyakitkan untuk Myungsoo dan terlebih untuknya sendiri, tapi Jieun benar-benar yakin senyum Krystal saat melihat Baekhyun sore itu bukan senyum biasa. Jika memang seperti apa yang Jieun pikirkan sebelumnya, Seharusnya Krystal akan benar-benar membenci Baekhyun dan juga membenci perjodohan sejak mereka kecil itu. Tapi sepertinya Jieun salah. Mungkin sejak awal Krystal memang sudah menyukai Byun Baekhyun itu, hanya saja Jieun tak tahu. Karena Jieun tak pernah melihat mereka bertemu, Jieun hanya mendengar dari orang tuanya dulu, bahwa Krystal dijodohkan dengan putra tunggal keluarga yang berpengaruh pada bisnis mereka. Jieun tak yakin ia mengenal Krystal dengan benar. Jieun merasa dia memang tak mengenal siapa-siapa dengan benar.
***

            Jieun melihat Krystal bicara dengan Baekhyun saat melewati koridor kelas. Mereka terlihat akrab. Mungkin Myungsoo melakukan hal yang baik dengan tidak datang ke sekolah jika harus melihat adegan-adegan seperti itu. Entah apa yang akan anak seperti Myungsoo lakukan pada Baekhyun setelah ia mengetahui siapa Baekhyun sebenarnya.
            “Sekarang Jongdae!” Jieun mendengar suara familiar itu lagi. Kali ini dia sedang tak ingin masuk ke dalam rencana mereka. Dengan segera ia menghentikan waktu dan mengembalikannya lagi setelah berjalan beberapa langkah ke depan.
            Sebuah ular mainan mendarat di belakang Jieun tanpa mengenainya sama sekali. Jieun senang melihat kekecewaan mereka.
            “Ya! Kenapa meleset?” teriak Chanyeol..
            “Berarti kau tidak tepat memberitahuku!” protes Jongdae.
            “Tidak! Aku sudah berteriak di saat yang tepat!” balas Chanyeol. “Kenapa dia cepat sekali menghindar?”
            “Bagaimana mungkin dia bisa menghindari lemparanku?”
            “Mana aku tahu?” kata Chanyeol kesal.
            “Ya! Kalian mau aku memberitahu Eunji?” Jiyoung meneriaki mereka dari jauh di belakang mereka.
            Jieun pergi dari tempat itu, lalu bertemu dengan pandangan murid laki-laki, yang Jieun kenali berada di kelas satu tahun di bawahnya. Laki-laki itu lalu segera membuang pandangnya dan pergi hingga Jieun tak bisa melihatnya lagi.
            Ini bukan pertama kalinya. Anak itu seperti selalu mengawasinya. Membuat Jieun merasa aneh jika ada laki-laki itu di sekitarnya. Jika dia pikirkan, anak itu selalu muncul saat Jieun baru saja menggunakan kemampuannya, tentu hal itu membuat Jieun merasa khawatir. Kemampuannya bukanlah hal yang biasa ia bagi dengan orang lain. Dia tak ingin perbedaannya dengan orang lain yang satu ini makin membuatnya terlihat aneh di mata orang lain. Dia akan terus merahasiakan hal itu, bagaimanapun caranya.
***

            “Eunji apa latihan basketnya dibatalkan?” tanya Jiyoung. “Jadi kau mau pulang bersamaku?” Ia melihat Eunji justru menuju ke gerbang sekolah bukannya ke gedung olahraga sekolah.
            “Ani, aish..” Eunji mengacak rambutnya kesal. “Dasar si Myungsoo itu! Kemana dia sebenarnya? Pelatih marah dia tidak datang latihan tadi. Jelas timnya menunda latihan itu. Lalu kapan timku latihan kalau begini caranya? Berani-beraninya dia membuat Kim seongsaenim marah?”
            “Dia memang tidak terlihat akhir-akhir ini. Apa dia bolos?” Jiyoung bertanya-tanya pelan sambil memperhatikan Jongin di sampingnya. Ekspresi Jongin langsung berubah saat nama Myungsoo disebut.
            “Oh ya Jongin!” Jongdae ikut bicara, “Aku baru dengar tadi dari teman sekelas Myungsoo, sepertinya Krystal dan Myungsoo berpisah.Jadi sepertinya itu alasan Myungsoo tidak terlihat akhir-akhir ini.”
            “Mwo?” Eunji tersenyum kecut tak habis pikir. “Karena putus cinta dia membiarkan tim basketnya seperti itu? Dasar tidak profesional!”
            “W..wae? Apa Krystal mencampakan Myungsoo?” tanya Jiyoung dengan takut sambil terus memperhatikan setiap perubahan ekpresi Jongin. Dalam lubuk hatinya, meski dengan susah payah Jiyoung menghilangkannya, tetap saja, ia akan lebih suka jika Krystal tetap bersama Myungsoo, dan Jongin akan menyerah dan membuka hatinya untuk gadis lain. Terasa jahat dan egois memang, tapi Jiyoung bahkan tak bisa mengontrolnya.
            “Dilihat dari reaksi Myungsoo seperti itu, sepertinya memang begitu.” Kata Jongdae.
            “Jadi Jongin, ini kesempatan bagimu kan?” kata Chanyeol semangat. “Iya kan?” ia lalu meminta persetujuan dari teman-temannya. Jongdae mengangguk mantap sedangkan Jiyoung memaksakan senyum dan anggukannya. Jongin hanya diam.
            “Sudahlah!” Eunji menyela. “Chanyeol-ah! Kau tahu alamat rumah Myungsoo kan? Kirim lewat pesan sekarang juga. Aku harus pergi sekarang!” ia lalu pergi meninggalkan teman-temannya terlebih dulu.
            “Jadi aku benar-benar pulang sendirian hari ini?” tanya Jiyoung sambil memajukan bibir bawahnya.
            “Pulanglah denganku.” Ajak Jongin tiba-tiba.
            “Ne?” Jiyoung agak tidak percaya dengan hal ini, tapi mendadak tubuhnya terasa ringan karena senang. “Kita..pulang berdua?” Wajahnya melebur merah, langsung terbayang adegan-adegan manis yang akan dia lewati bersama Jongin selama perjalanannya ke rumah di otak Jiyoung, itu makin membuatnya senang. Harapannya meninggi.
            “Tentu saja bersama kami juga!” kata Jongdae meruntuhkan harapan Jiyoung. “Apa yang kau harapkan?” dia tertawa.
            Chanyeol juga tertawa, “Sepertinya Jiyoung memang sangat menyukaimu Jongin-ah!”
            “YA!” teriak Jiyoung kesal. “Siapa bilang?”
            Jongin hanya tersenyum lalu mengajak mereka pulang bersama.
***

            Baekhyun melihat teman-teman kelas barunya pulang bersama sedangkan dia sendiri masih sibuk dengan ponselnya dan kesal karena teleponnya tidak dijawab. “Aish, kenapa tuan Song tak angkat ponselnya?” Baekhyun akhirnya menunggu di depan gerbang sekolahnya, menunggu jemputannya yang entah kapan akan datang, melihat sopirnya sendiri tak bisa diberitahu bahwa ia sudah pulang.
            Lalu sebuah mobil berhenti di depannya, setelah kacanya terbuka dia bisa melihat Krystal di dalamnya sedang bersama Ibunya. Ibu Krystal seketika mengajak Baekhyun pulang bersama.
            “Ah, tidak perlu, jemputanku akan segera datang.” Kata Baekhyun berbohong.
            Ibu Krystal tetap memaksanya hingga dia mengucapkan satu kebohongan lagi, “Tuan Song sudah dalam perjalanan kesini, aku akan merasa sangat bersalah jika membuatnya kembali.” Baekhyun berusaha menolak dengan sehalus mungkin, ia sama sekali tak menyingkirkan senyumnya.
            Akhirnya Ibu Krystal menyerah dan itu membuat Krystal sedikit kecewa. Mobil itu akhirnya pergi dan membuat Baekhyun lega. Lagi-lagi Baekhyun merepotkan diri dalam hal ini. Seharusnya ia bisa ikut mereka dan pulang dengan tenang. Tapi sekarang ia bahkan tak tahu kapan bisa pulang. Seandainya ia sudah tahu benar kota barunya itu dia akan nekat pulang sendiri.
            Baekhyun terus sibuk dengan ponselnya, tapi tentap saja tak ada yang menjawab teleponnya. “Aish… tuan Song! Mau mambuatku menangis disini?” gumam Baekhyun kesal.
            Hingga dua puluh menit kemudian, setelah sekolahnya sudah semakin sepi dan Baekhyun tak bisa melihat murid lain lagi, jemputannya masih belum datang. Dan sedetik kemudian sebuah pesan masuk dan memberitahunya bahwa sopirnya tak bisa menjemput hari ini dan meminta maaf karena tak memberitahu lebih awal dan bahkan menyuruh Baekhyun ikut dengan mobil Krystal atas permintaan Ibu Baekhyun.
            Baekhyun mengerang kesal. Sekarang dia tak tahu harus pulang dengan cara apa. “Kenapa aku harus hidup di kota kecil ini? Kenapa rumahku ada di pinggiran kota? Kenapa mereka memilih rumah di hutan? Ini menyedihkan!”
            Ia masih terus menggerutu kesal saat ia melihat seorang murid, mungkin murid terakhir, yang sedang dengan santai menuntun sepedanya meski hari sudah semakin sore dan akan segera gelap.
            Tanpa berpikir panjang Baekhyun menghampirinya, “Mian bisa kau antar aku ke halte terdekat atau apapun itu yang bisa membuatku pulang?” Baekhyun lalu mengenali gadis di hadapannya, “Kau? Lee Jieun?”
            Jieun melihatnya, agak bingung harus merespon seperti apa.
            “Ah.. mian, aku merepotkanmu lagi. Tapi.. aku baru di kota ini, jadi aku bahkan tidak tahu jalur busnya dan entah kenapa aku jarang melihat taksi sedari tadi. Dan jemputanku tak bisa datang. ”
            “Sekolah ini berada di pinggiran kota, jadi taksi jarang lewat. Dan soal bus, aku juga tidak tahu jalurnya, aku hanya bisa mengantarmu sampai ke halte.” Jelas Jieun. Jieun merasa konyol, dia bahkan tahu benar letak rumah laki-laki ini, tapi bagaimana dia bisa mengantarnya sejauh itu, sesore ini tanpa menghentikan waktu? Dia tidak mungkin melewati hutan itu saat hari sudah malam. Dia takkan bisa melihat jalan yang gelap itu.
            “Baiklah.” Dan Baekhyun berakhir di boncengan sepeda Jieun, meski ia memaksa akan memboncengnya, Jieun tetap bersikeras dia yang mengendarai sepedanya.
            "Ehm.. melihatmu pulang sesore ini, apa rumahmu dekat?" akhirnya Baekhyun bertanya karena kesunyian itu. Dia bisa gila jika tidak bicara sepanjang perjalanan.
            "Ani." jawab Jieun yang sepertinya lebih menyukai kesunyian di antara mereka.
            Baekhyun menghela nafas, entah kenapa dengan gadis ini semuanya jadi terasa canggung, padahal dia tipe orang yang selalu berhasil mencairkan suasana dengan siapapun ia berhadapan, sekalipun itu orang asing.
            Sesaat kemudian mereka di halte tempat Baekhyun segera turun dari sepeda Jieun dan menunggu bus yang bahkan ia tidak tahu akan datang kapan dan kemana.
            "Jeongmal gomawo." kata Baekhyun sebelum Jieun pergi sambil tersenyum. Betapa inginnya dia membuat Jieun tidak pergi dan menemaninya di tempat asing ini.
            Dan bagi Jieun, sekali lagi senyum itu membuatnya ingin menghentikan waktu, tapi kenyataan tentang lelaki di hadapannya itu adalah yang dijodohkan dengan Krystal, entah kenapa segera membuatnya berhenti dan pergi tanpa membalas senyum Baekhyun ataupun berkata apa-apa.
***

           
            "Aish... Dia tinggal di tempat seperti ini?" Eunji mengeluh saat sudah sampai di kawasan tempat tinggal Myungsoo yang agak kumuh dan lebih seperti kawasan persembunyian mafia itu semalam ini, "Pantas saja dia seperti itu."
            Setelah mengecek beberapa kali pesan dari Chanyeol, Eunji berhenti di depan sebuah flat kecil yang terlihat tak begitu terurus.
            "Aigoo... tidak kusangka Krystal bisa suka lelaki macam ini." Eunji lalu mengetuk pintu di hadapannya. Setelah beberapa kali ia melakukannya, tetap tak ada jawaban sama sekali.
            “Apa anak ini bunuh diri?” gumam Eunji kesal.
            Eunji lalu mendengar beberapa lelaki yang terlihat tidak seperti seumurannya dan setengah mabuk sedang berjalan. Jelas mereka melihat Eunji dan mereka mulai tertawa senang entah karena apa Eunji tak tahu. Eunji hanya memutar bola matanya.
            “Aku kira anak itu tidak normal. Ternyata masih ada gadis yang mau menemuinya.” Salah satu lelaki itu bicara dengan keras dan disambut tawa yang lainnya.
            “Kalau begitu kita boleh ikut merayakan kebahagiaannya kan?”
            Eunji lalu menatap mereka. Jelas mereka makin senang dan makin dekat menghampirinya. Empat orang itu jelas terlihat bukan orang baik-baik.
            “Kalian mau apa?” tanya Eunji ketus.
            Satu lelaki lalu memberi kode pada yang lain dan memegang tangan Eunji.
            “Ya!” teriak Eunji, “Lepaskan! Atau kalian menyesal!”
            “Ada apa gadis manis? Kenapa kau segalak itu?” salah satu dari mereka menggoda.
            “Pacarmu tidak akan membukakan pintu untukmu.”
            Eunji memutar bola matanya lagi. “Lepas sekarang, atau kalian benar-benar menyesal.” Nada bicara Eunji lebih tenang sekarang.
            “Diamlah!” teriak salah satu dari mereka dan sekarang meraih Eunji dan mendekapnya dari belakang hingga Eunji tak bisa bergerak sama sekali.
            Tiba-tiba pintu Myungsoo terbuka, “Kenapa kalian berisik sekali?” Myungsoo terlihat seperti baru saja bangun dari tidurnya, dengan rambut dan pakaian yang acak-acakkan. Bahkan matanya hanya separuh terbuka. Lalu segera terbuka lebar setelah melihat Eunji dan situasinya. “Kau?”
            “Ya! Kenapa tak kau kenalkan pacar barumu?” tanya lelaki yang tadi berteriak.
            “Lepaskan dia!” Myungsoo terlihat malas dan setengah marah. “Sampai kapan kalian akan terus berurusan denganku?”
            “Kau banyak bi..” perkataannya terpotong saat Myungsoo tiba-tiba menghantam rahangnya dengan tangan kosongnya. Setekita itu mereka segera merubah posisi untuk saling serang dan tentunya Myungsoo menjadi target mereka. Eunji masih tak bisa bergerak, dan orang itu membawanya agak jauh dari baku hantam itu.
            Myungsoo menghajar dua orang sekaligus tapi satu orang sisanya juga berhasil membuatnya berlutut setelah menendang dadanya dengan keras. Dan saat perhatian orang yang memeganginya tersita, Eunji segera menghantamkan kepalanya sendiri ke dagu orang itu hingga ia menggigit lidahnya sendiri. Eunji pun berhasil bebas dan segera menghajar orang itu agar tak mengejarnya lagi.
            Setelah Eunji selesai dengan mudah, posisi Myungsoo entah bagaimana sudah terpojok dan tiga orang tadi siap menghabisinya hingga dengan cekatan Eunji menendang dua orang sekaligus hingga mereka tersungkur ke tanah. Satu orang sisanya menjadi sasaran pukulan-pukulan Eunji, di wajahnya, perutnya dan punggungnya. Eunju bersyukur mereka sedang setengah  mabuk sekarang, membuat semuanya sedikit lebih ringan.
            Hal ini memberi kesempatan Myungsoo berdiri, walau sudah terlihat beberapa luka di wajahnya. Tapi salah satu dari orang yang ditendang Eunji tadi sudah berhasil bangkit dan menyerang Myungsoo.
            Belum selesai Eunji dengan satu orang tadi, dia tak sadar seseorang sudah meraih bahunya membaliknya dan dengan cepat meninju pipi kanannya hingga darah mengalir keluar dari ujung bibirnya. Eunji meludah dan sudah benar-benar marah hingga balik menyerang orang itu tanpa ampun.
            Untung saja kadaan bisa berbalik untuk Myungsoo, dia sekarang sudah berada di atas tubuh orang itu dan menghujaninya dengan pukulan setelah dirinya sendiri tadi juga menerima beberapa pukulan dan tendangan.
            Eunji berbalik, ia sudah selesai dengan orang tadi dan menemukan Myungsoo juga sudah selesai tapi terlihat lemah. Eunji hanya memutar bola matanya. Orang-orang tadi sekarang terkapar lemah di tanah dan menjadi lebih takut pada Eunji dari sebelumnya.
            Eunji tersenyum kecut, “Sudah kubilang kalian akan menyesal.” Mereka semua pun melesat pergi dengan cepat sambil berusaha memapah salah satu teman mereka yang terparah, korban hantaman Eunji tadi.
            Eunji menatap Myungsoo dengan kesal. “Ternyata kau payah.” Sedangkan Myungsoo menatapnya dengan takjub.
            Mereka berakhir di dalam flat kecil yang Myungsoo sebut rumahnya. Eunji dengan segan mengobati luka-luka Myungsoo dengan obat yang baru saja dibelinya di took terdekat.
            “Ah!” teriak Myungsoo kesakitan. “Bisa kau pelan-pelan?”
            Eunji menatapnya malas, “Ani, kesabaranku sudah habis.”
            Myungsoo tersenyum kecut, “Bagaimana gadis sepertimu bisa punya kekuatan sebesar itu?”
            Eunji hanya diam dan meneruskan pekerjaannya tadi.
            “Sebenarnya kenapa kau kesini? Darimana kau tahu rumahku?” kau merepotkan kau tahu?”
            Eunji berhenti dari apa yang dia lakukan. “Kenapa kau tak masuk sekolah seenaknya? Kenapa kau bahkan tak memberitahu Kim Seongsaenim? Kenapa kau cari masalah dengannya? Kau tahu, karena kau dia jadi marah dan tak mau melatih. Lalu bagaimana nasib timku? Dua minggu lagi kami harus bertanding!” Eunji bicara tanpa jeda.
            Myungsoo diam saja.
            “Ya! Kau tuli?” teriak Eunji kesal. “Apa kau tak tahu bagaimana Kim Seongsaenim itu? Dia orang yang kelewat sensitif, dia memang menyebalkan, jadi kau jangan ikut-ikut menyebalkan! Apa karena Krystal memutuskanmu kau menyerah pada hidupmu?”
            Myungsoo tergerak dengan kalimat terakhirnya, jelas yang satu itu menusuknya tepat di hatinya. “Mwo?”
            “Sudahlah, gosip memang selalu menyebar cepat di sekolah.” Eunji memelankan suaranya, “Cepatlah kembali ke sekolah besok dan minta maaf padan Seongsaenim.”
            “Apa hakmu menyuruhku?”
            “Aku tidak peduli aku punya hak atau tidak, tapi kau tetap harus masuk. Apa kau tak bisa memikirkan apa yang dirasakan timmu? Bagaimana kecewanya mereka punya kapten seperti ini?”
            Myungsoo mengalihkan pandangannya dari Eunji. Dia terdiam.
            “Aku memang tidak tahu ada masalah sebesar apa antara kau dan Krystal, tapi aku mohon kau juga memikirkan orang lain, kau tidak hidup sendiri di dunia ini. Dengan terkurung di sini apa kau bisa melupakannya? Tidak kan? Mungkin kau malah akan terus mengingatnya dengan jelas. Jadi lakukan hal yang lebih bermanfaat. Kau..”
            Myungsoo memotongnya, “Diamlah!”
            “Wae? Aku sedang bicara kenapa kau memotong?” tanya Eunji.
            Myungsoo sudah mengambil kapas lain dan mengusap ujung bibir Eunji yang berdarah saat ia akan bicara lagi, tentu seketika itu membuatnya terdiam, “Kau juga terluka.” Kata Myungsoo datar.
            Eunji segera merebut kapasnya, “Aku bisa sendiri!” Myungsoo lagi-lagi hanya diam, “Aish.. ini semua gara-gara kau.”
            “Harusnya kau tak perlu kesini.”
            “Aku melakukan ini demi timku. Kau pikir aku senang bisa kesini? Dasar kau ketua tim bodoh!” Eunji beranjak dari duduknya, “Sudahlah, intinya kau harus datang ke sekolah besok. Entah apapun yang kau lakukan pada Kim Seongsaenim, timku harus sudah kembali latihan besok. Mengerti?” Eunji tak menunggu jawaban Myungsoo, dia lalu segera pergi dari tempat itu meninggalkan Myungsoo tenggelam dalam pikirannya sendiri.
***

            Jieun melihat adik kelas di hadapannya itu dengan penuh tanda tanya. Lelaki yang Jieun rasa selalu mengawasinya ini akhirnya menampakkan dirinya. Sedetik yang lalu anak ini menghempirinya begitu sajaa saat dia sedang menghabiskan waktu sebelum bel masuk untuk membaca di perpustakaan.
            “Lee Jieun sunbaenim.” Jelas Jieun terkejut darimana anak ini bisa tahu namanya, seperti sudah mengenalnya sejak lama. “Aku tahu aku sangat tidak sopan.” Jieun membaca nama Changjo di dadanya.
            “W..waeyo?” tanya Jieun bingung.
            “Boleh aku duduk di sini?” anak ini terlihat tenang, membuat Jieun tak bisa mengerti situasi ini. Dia duduk di hadapan Jieun begitu saja, “Aku tak perlu basa-basi. Aku.. tahu bahwa kau bisa mengendalikan waktu.”
            Jieun terbelalak, seketika ia melihat ke sekitar untuk memastika tak ada yang mendengarnya. Hal ini, hal yang tak pernah ia bicarakan dengan orang lain, bagaimana laki-laki bernama Changjo ini bisa mengatakannya begitu saja?

TO BE CONTINUED

16 komentar:

  1. Juambret ini JJANG!
    Eunji preman berhati hello kitty banget ya disini. Suka-suka. tapi apakah Eunji berakhir dengan Myungsoo??
    Awalnya udah seneng banget soalnya Myungsoo pacaran sama Krystal, ternyata eh ternyata ya begitulah.
    Hmm. Jieun, seperti biasa. Stay cool, tapi aku agak kecewa kenapa Jieun gak nganter Baek aja? kan seru itu. terus kapan mereka sadar kalo mereka pernah ketamu waktu kecil?
    ChanChen beagle banget! Bisa banget bayangin dua makhluk itu berinteraksi. kkk
    Dan yg paling penting adalah KAIJING!!!! HUHU!!
    Ayolah kai cepet move on dan perhatikan Jiyoung. Lupakan Krystal... More KaiJing pokoknya! MORE!!!
    NEXT ya! cepet di post dan jangan lupa more KaiJing!

    BalasHapus
    Balasan
    1. m(_ _)m gomapseumnida
      jadi anda setuju dg love linenya? XD sudah kuduga.XD
      just keep read and waiting hehe

      Hapus
  2. SETUJU DENGAN LOVE LINENYAAAA!!!
    paling seneng sama ChanChen serasa rame beneran..
    kalo si Baek sama Jieun. Krystal gimana?
    balik sama Myungsoo apa Myungsoo tetep sama Eunji???

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha trims2 XD entah kenapa saya sedang senang memakai kekonyolan ChenChan XD
      untuk kelanjutan ceritanya, mohon sabar menunggu hingga akhir.'-')/

      Hapus
  3. saya dataaaang(?)
    wuih wuiiiih merinding banget pas pertama kali jieun gunain kekuatanya .-.
    itu mereka kapan bakal inget kalo mereka dulu pas masih kecil pernah janji mau kawin?
    krystal bakal jomblo ya kalo misalkan myung-eunji, kai-jiyoung. terus krystal jadi jones '-'a
    ChanChen lol banget, kurang kerjaan amat ngerjain orang setiap hari. udah macam sasaeng fans(?)
    itu kok changjo tau tentang jieun? apakah dia salah satu time control juga??
    cepet lanjut chap 2 nya yaaa ^^~

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih udah dateng lagi XDXD
      bisa bikin merinding ya? haha ga nyangka.
      tunggu terus part selanjutnya ya. makasih uda baca ^^

      Hapus
  4. Hai, aku reader baru..
    Seneng banget bisa baca fic ini. Flashback waktu bagian masa kecil itu bener-bener bikin gemes^o^
    Uh, agak sebel kok Krystal segitunya banget sama Jieun. Emang mereka berdua kenapa, sih?
    Um, BTW, sebagai reader aku kasih kritik sedikit, ya. Mungkin, ada beberapa kalimat yang terlalu panjang, jadinya agak bingung waktu bacanya. Terus, juga ada beberapa typo yang berceceran (yayaya, typo itu biasa).
    Baca fic ini bener-bener serasa lagi liat drama. Sukses buat kakak ^o^
    Ditunggu chapter 2-nya ya!

    BalasHapus
  5. Hai, aku reaser baru^o^
    Seneng banget baca fic ini. Flashback masa kecilnya bener-bener bikin gemes.
    Duh, aku ngerasa Jiyoung, kok, makan hati banget, ya? Jongin sadar nggak, sih? #keselkuadrat
    Terus, Krystal juga, kok, sebegitunya sama Jieun. Emangnya dulu mereka kenapa, sih?
    BTW, sebagai reader aku kasih sedikit kritik ya. Mungkin, ada beberapa kalimat yang terlalu panjang, jadinya aku agak bingung waktu bacanya.
    Over all, aku sukaaa banget! Ditunggu chapter selanjutnya ya! Keep writing and fighting, ne!

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha makasih udah baca^^
      haha iya, kalo masalah typo memang sudah mendarah daging kayaknyaXD penyakit lama hehe.
      keep waiting part selanjutnya ya^^

      Hapus
  6. kyaaa..ini Kereen
    aq harap Baek ama Jieun ya ok author
    soalnya aq punya feeling karna IU terlalu Baek jd nya ntar jieun mau berkorban bwt kristal
    andwee aq mau happy ending buat BaekU
    plis,pliss,please
    jebal
    hehe

    hwaiting thor and lanjutkan ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. suka BaekIU ya? XD
      saya juga berharap happy ending(lho?) XD
      ditunggu aja ya...

      Hapus
  7. wah, ini ff yg beda dari biasanya.. panjang n menarik ^^ gpp jieun gk nganter baek, biar ada alurnya n ceritanya makin bikin penasaran. hebat author!!!

    BalasHapus
  8. apikkk mbak bie. tapi kyoke kedawan -___- . pemain basket hahaah jadi mbayangno awakku dewe,, i wanna be jieun :p .... wes comment.ku mek ngene tok aku ate adus *apaan? aku lanjut part 2 :p

    BalasHapus
  9. Fanfic cool but gk kepikiran nih!

    BalasHapus