Cast:
Lee Jieun
Byun Baekhyun
Jung Krystal
Kim Jongin
Kang Jiyoung
Kim Myungsoo
Jung Eunji
Choi Jonghyun (Changjo)
Park Chanyeol
Kim Jongdae
Gadis kecil itu berlari dengan kaki
mungilnya mengejar kelinci peliharaannya sambil menikmati sore yang lumayan
cerah di hutan favoritnya itu. Ia terus berlari di sela-sela pohon-pohon yang
tak begitu besar, berusaha terus mengikuti kelincinya. Hingga ia mendengar suara
tangisan yang semakin lama semakin terasa dekat.Gadis itu bertanya-tanya,
karena selama ia bermain di hutan ini dia tak pernah bertemu orang lain, hutan
itu serasa taman bermainnya sendiri, tak pernah ada yang mengganggunya.
Namun tiba-tiba ia sudah mendengar suara
seseorang berlari dan sedetik kemudian menabraknya, membuat dua tubuh kecil itu
jatuh ke tanah. Gadis kecil itu seketika bangkit dan menemukan laki-laki
seumurannya sedang menangis tersedu dan sekarang sedang memegangi lututnya yang
mungkin sakit, ada goresan tanah di celananya, membuat pakaian rapinya terlihat
kotor.
Gadis itu menatapnya, merasa penasaran apa
yang membuat laki-laki itu menangis, dan kata-kata itu keluar begitu saja dari
mulutnya, meski terasa aneh, karena ia tak terbiasa, bicara dengan orang asing,
namun laki-laki itu terlihat begitu sedih, hingga membuatnya ingin membantunya,
"Kenapa kau menangis?"
"Aku tidak mau menikah dengan anak
itu!" laki-laki kecil berwajah malaikat itu menjawab sambil terus
menangis. "Dia anak yang mengerikan aku tidak mau menikah dengannya!"
ia mengusap matanya yang penuh air mata.
Tidak begitu yakin dengan caranya, karena ia
tak pernah tahu cara menghibur seseorang yang sedang menangis, karena belum
pernah ada teman di hutan ini ataupun di kehidupannya, gadis itu mengambil
kelincinya lalu menciumkan kelincinya ke pipi laki-laki yang masih menangis
itu, "Uljima."
Ia berhasil membuat tangisan itu berhenti.
Laki-laki itu lalu menatap kaget kelinci di depan wajahnya.
"Saat aku ingin menangis, aku melihat
kelinciku ini, dan aku tidak ingin menangis lagi. Kata Appa menangis itu hal
yang buruk, apalagi untuk laki-laki. Jadi jangan menangis lagi."
gadis itu berusaha tersenyum, lalu menyentuhkan tangan laki-laki itu ke bulu
halus kelinci putihnya.
Masih ada isak kecil dari laki-laki itu,
tapi ia sudah tidak menangis dan mulai meraih kelinci itu agar dia bisa
menggendongnya, gadis itu mengijinkannya.
"Wah, Eommaku tak pernah memberiku
kelinci walaupun aku ingin. Apa kelinci ini punya nama?" Laki-laki itu
sudah terlihat ceria.
Mereka berdua sekarang sudah duduk bersama
di batang pohon besar yang tumbang. "Jiji. Namanya Jiji."
"Seharusnya aku menikah denganmu
saja." laki-laki itu menggumam setelah bermain-main dengan kelinci itu dan
memanggil-manggil namanya dengan senang.
Gadis itu agak terkejut. "Wae?"
"Anak itu, aku tidak mau menikah
dengannya jika aku sudah besar nanti. Dia tidak punya senyuman yang cantik, dia
tidak tersenyum. Dia menakutkan. Tapi kau punya kelinci yang lucu, kau juga
cantik, senyumu juga cantik. Kau juga baik padaku."
Gadis itu tersenyum sambil terus
memperhatikan kelincinya di pangkuan teman barunya. "Jangan menangis
lagi."
Laki-laki itu tersenyum senang, "Ya,
dan kalau aku sudah besar nanti aku ingin menikah denganmu."
Lalu gadis itu terkejut saat tiba-tiba
laki-laki itu tanpa malu-malu mencium bibirnya.
"Kau mengerti? Kau harus menikah
denganku nanti." laki-laki itu berkata dengan riang.
Belum sempat gadis itu merespon, mereka
mendengar teriakan seseorang, "Tuan muda! Tuan muda! Tuan muda
dimana?"
"Ah itu pasti tuan Song!"
laki-laki itu menekuk wajahnya lagi, "Aku masih tidak mau pulang."
"Kajja!" gadis itu lalu menarik
tangan teman barunya dan mengajaknya pergi. Namun suara itu semakin dekat dan
sudah sampai di belakang mereka.
"Ah Tuan muda kau disana.."
Laki-laki itu lalu menggenggam erat lengan
gadis yang sedang berusaha mencari jalan keluar di depannyanya itu.
Gadis itu bingung harus sembunyi dimana dan dalam kepanikan itu ia
memejamkan matanya.
"Tuan Song?" laki-laki itu heran
bukan main setelah menengok ke belakang, menemukan pelayannya berhenti dan
mematung, pandangan masih padanya namun ia bahkan tidak berkedip. Dan hal yang
sama terjadi saat gadis kecil itu menoleh. Dan ternyata bukan hanya orang itu,
pohon-pohon, burung-burung, angin dan bahkan kelincinya juga berhenti dan
mematung. Dunia di sekitar mereka terasa sangat sunyi dan sepi seperti sedang
berhenti untuk sejenak.
"Apa kau yang melakunya?"
laki-laki itu bertanya dengan wajah terpukaunya.
Gadis itu juga bertanya-tanya dia melihat keseliling lagi, dunia ini
memang terasa berhenti, hanya dia dan anak laki-laki di depannya yang bergerak.
Tapi apa benar dia sendiri yang melakukan ini semua, dia tidak yakin, hingga
dia menutup matanya lagi dan ketika ia membuka matanya semua kembali menjadi
normal.
"Tuan muda! Apa yang tuan lakukan
disini? Nyonya mencari anda. Ayo Kita pulang!" lelaki paruh baya itu
bersuara lagi.
Dua anak itu saling menatap dengan terkejut.
"Wah kau hebat sekali!" laki-laki itu bicara dengan senang. Sedangkan
gadis itu masih tercengang.
"Ayolah tuan muda!" dengan sabar
orang itu membawa laki-laki itu pergi dengan menggandeng tangan kecilnya. Gadis
itu masih bisa mendengar perkataan mereka, "Kenapa tuan muda bicara dengan
orang asing sembarangan?"
"Dia bukan orang asing. Dia baik padaku
dia tidak jahat." laki-laki itu menoleh ke belakang dan tersenyum pada
gadis yang sedang menatapnya itu.
Tidak ingin teman barunya pergi begitu saja,
gadis itu segera menutup matanya lagi berharap apa yang tadi sudah terjadi bisa
terjadi lagi, dan benar, seketika semua kembali membeku. Setidaknya dengan
begini ia bisa melihat senyum itu beberapa waktu lebih lama. Dan ia
mengembalikan semuanya seperti semula setelah menutup matanya lagi. Gadis itu
terus mengulanginya hingga laki-laki itu hilang seutuhnya dari pandangannya. Ia
tersenyum.
***
“Sekarang Chanyeol-ah!”
Jieun bisa mendengar suara itu lagi, suara yang hampir selalu menyambutnya
setiap pagi di hari-hari sekolahnya.
Dan seketika itu juga, air
jatuh tempat mengenai tubuhnya dan membuatnya basah kuyup. Sudah terlalu bosan
ia akan hal seperti ini, sudah lama dia membiarkan semuanya terjadi membiarkan
orang-orang itu puas mengerjainya, ia sudah lama tak mencegah atau membalas
mereka seperti yang biasa ia lakukan sejak kecil jika ada teman sekolahnya
melakukan hal sejenis padanya. Dia sudah lelah, dia sudah tak peduli lagi. Dia
takkan repot-repot lagi menghentikan waktu tepat saat dimana mereka akan
melakukan suatu hal yang buruk padanya dan sebagai gantinya ia akan melakukan hal
yang juga buruk sesuai emosinya saat itu saat waktu berhenti dan mengembalikan
waktu seperti semula setelah pergi begitu saja. Membuatnya makin sendirian
tanpa ada teman yang mau dekat dengannya atau bahkan duduk sebangku dengannya.
Membuat semua orang menganggapnya gadis yang terkutuk dan membawa sial dan
takkan ada berani dekat dengannya, meski sejujurnya dia takkan melakukan itu
semua jika dia tak mengalami hal sedemikian rupa.
Tapi Jieun tahu,
pengertian seperti itu sudah lama hilang. Takkan ada yang mengerti keadaannya
dan dia memang tak ingin orang lain tahu tentang perbedaannya dan kemampuan
yang mungkin hanya ia miliki. Jadi saat ini, sudah cukup lama sejak Jieun
merubah cara hidupnya dan membiarkan mereka smeua mengerjainya dan mungkin
menindasnya, berharap, meskipun harapan itu lemah, agar mungkin hidupnya biisa
berubah, mungkin akan ada perubahan dalam dunnia pertemanannya. Perubahan itu,
Jieun masih menunggunya.
Jieun bisa mendengar tawa
puas dua murid lelaki yang selalu mengerjainya itu. Tanpa menghiraukannya Jieun
membasuh wajahnya dengan kedua tangannya dan berjalan menuju toilet sekolah
meninggalkan lautan tawa untuknya itu. Meski Jieun tahu ada beberapa simpati
dari murid yang lain, namun Jieun tak mau meninggikan harapan perubahan yang sedang
ia nanti itu, takut jika ia terbang terlalu tinggi hanya untuk dijatuhkan
kembali dengan kasar, ia takut.
***
“Yay!
Eunji kita memang hebat!” teriakan Jiyoung masih bisa terdengar di tengah
gemuruh suara murid lain yang berada di gedung olahraga sekolah itu.
Jongin
menepuk pundak Eunji bangga. Sedangkan Eunji sendiri tersenyum puas setelah
tadi pertandingan basketnya berjalan selancar yang ia mau.
“Kapten!”
tim basket Eunji memberi gerakan hormat dengan tangan kanan mereka di dahi dari
tengah lapangan lalu mereka tertawa bersama. Eunji juga ikut tertawa dan
berkata, “Kalian juga bekeja dengan baik!”
“Eunji!!”
Jiyoung mengalungkan lengan kanannya di pundak Eunji. “Kapten basket kita satu
ini membuat sekolah kita menang lagi.”
“Ya!
Tanganmu itu berat!” goda Eunji sambil melepar lengan Jiyoung dari pundaknya
hingga Jiyoung memajukan bibirnya.
"Aku
kira kau sudah kehabisan akal di babak terakhir tadi, tapi kau selalu hebat di
saat terpenting." Jongin mengacak rambut Eunji hingga Eunji langsung
menepis tangannya.
"Hilangkan
kebiasaanmu itu Kim Jongin!" kata Eunji. Lalu ia melihat seorang gadis
familiar di antara murid-murid yang keluar dari gedung itu. "Oh, tak
biasanya dia melihat pertandingan basket?"
Seketika
Jongin dan Jiyoung mengikuti arah pandangan Eunji dan menemukan Krystal dengan
Myungsoo di belakangnya, sepertinya berusaha mengejarnya.
"Ah
ternyata dia bersama kekasih kesayangannya." Eunji bergumam sambil menatap
Jongin yang seperti ia sudah duga, matanya mengikuti kemana Krystal pergi, ekspresi
wajahnya seketika berubah. Ia juga segera melihat Jiyoung yang juga dengan
seketika merubah ekspresi wajahnya dan suasana antara tiga sahabat ini menjadi
muram dan sedih.
"Ya!
Sudah cukup! Apa kalian mau ikut merayakan kemenangan ini bersamaku?" Eunji
menggandeng lengan dua sahabatnya itu dan menyeret mereka ke kantin sekolah
meski belum ada persetujuan dari mereka.
***
Jieun
baru selesai mengeringkan dirinya di atap gedung sekolahnya. Dia sudah
melewatkan pertandingan basket sekolahnya hari itu, tapi itu memang lebih baik,
dengan begini ia bisa hadir di kelasnya nanti dengan seragam yang sudah tidak
basah lagi. Jieun terus menggosok lengannya yang dingin saat tak sengaja
menabrak gadis di hadapannya tepat di anak tangga paling bawah dari atap sekolah
itu.
Mereka
saling menatap sejenak untuk lalu kembali ke urusan mereka masing-masing. Itu
Krystal, Jieun mengenalnya, mereka saling kenal sejak kecil, tapi hampir tak
pernah ada kata di antara mereka, terakhir mereka bicara saat mereka berumur 6
tahun. Hingga mereka sendiri tak ingat apa yang terakhir kali mereka bicarakan.
Tapi lebih tepatnya Krystal lah yang sudah tidak lagi bicara pada Jieun. Dan
Jieun tak pernah punya kemampuan untuk memulai pembicaraan dengan Krystal dan
menganggap mungkin itu semua yang diinginkan Krystal, jadi ia harus
menghormatinya.
Jieun
masih bisa mendengar kekasih Krystal bicara, "Apa? Apa maksudnya
ini?" lelaki itu tersenyum kecut.
Saat
Jieun sudah tak terlihat dan tak bisa mendengar, Krystal mulai bicara,
"Kita berdua tahu aku tak perlu mengatakannya sekali lagi. Dan kau sudah
cukup dewasa untuk mengerti maksud pembicaraanku tadi."
"Kalau
begitu beri aku alasan." Myungsoo masih tidak bisa percaya dengan apa yang
dia dengar tadi saat pertandingan basket. Dia memang agak heran Krystal
menerima ajakannya untuk melihat pertandingan basket sekolah mereka hari ini,
itu bukan Krystal yang biasanya.
"Aku
sudah dijodohkan, sejak aku masih berumur 5 tahun, aku sudah dijodohkan."
jawab Krystal mantap, sampai saat ini dia tak menatap Myungsoo.
"Apa?"
Myungsoo tertawa pahit, "Kau... Bagaimana kau... Kenapa kau baru
memberitahuku sekarang?"
"Karena
aku pikir ini saat yang tepat, karena dia akan kembali. Daripada kau tahu saat
sudah terlambat, bukankah itu akan melukaimu lebih dalam?"
"Krystal,
kau..." Myungsoo seakan kehabisan kata-kata, "Siapa orang yang mau
menjalin hubungan jika akhirnya seperti ini? Kau... Jadi kau hanya menjadikanku
selingan? Selama kau menunggunya kau menggunakanku untuk mengusir kebosananmu?
Ini gila." Semua kenangan tentang mereka berdua melintas di kepala
Myungsoo. Dia bahkan masih ingat dengan jelas Krystal yang pertama kali
mengungkapkan perasaannya dan butuh beberapa waktu untuk Myungsoo menerima
Krystal. Dan di saat Myungsoo sudah benar-benar menyukai Krystal seperti
sekarang, Krystal juga yang memutuskan hubungan mereka terlebih dulu. Myungsoo
tak bisa menerima ini, benar-benar tak bisa.
"Terserah
apa presepsimu. Aku hanya ingin memberitahumu ini semua. Mianhae." Krystal
lalu pergi begitu saja, meninggalkan Myungsoo yang marah dan sebenarnya ia
ingin menarik Krystal kembali, tapi ia tahu itu akan sia-sia. Selama ini dia
merasa dia sudah kenal betul Jung Krystal, tapi ternyata dia salah, dia tak
mengenalnya sama sekali, seperti apa cara berpikirnya dan sifatnya sekalipun.
Myungsoo menghantamkan tinjunya ke salah satu pilar di dekatnya.
***
“Chukahae!”
Jiyoung berteriak senang, mereka bertiga saling mengangkat minuman kaleng
mereka.
Jongin
mengambil makan di hadapannya, “Bukankah ini kejadian yang langka? Jung Eunji
meneraktir kita?” dia tersenyum.
“Ya!
Siapa suruh kalian berdua merusak suasana di saat yang bagus seperti ini,
setidaknya aku berusaha menghibur kalian.” Jelas Eunji sambil menegak
minumannya.
“Jadi
kami harus sering-sering merusak suasana agar kau mengeluarkan uangmu?” Jongin
tertawa.
“Mian
Eunji-ah, aku tidak bermaksud merusak suasana.” Jelas Jiyoung.
“Sebegitu
sukanyakah kau pada anak ini?” Eunji menanyai Jiyoung sambil melirik Jongin.
“Ya!
Bukan begitu! Sudah ku bilang aku tidak menyukainya. Jongin jangan dengarkan
dia, ok?” Jiyoung mendadak salah tingkah lalu segera meminum minumannya.
“Dan
kau, sampai kapan kau terus melihat Krystal dari jauh?” Jongin sudah tidak
tersenyum lagi. “Jika kau sama sekali tak membuat gerakan, kau itu menyedihkan.”
Jongin
tersenyum kecut, “Eunji, kau tahu..”
“Bahwa
dia sulit didapat?” Eunji memotongnya. “Karena itu, kau harus berjuang keras
jika kau benar-benar menyukainya. Oh Tuhan sudah berapa kali aku mengakatan
ini?”
“Ya
Jongin kau harus berusaha keras. Jangan khawatir, kami berdua akan siap
membantumu. Iya kan Eunji?” Jiyoung berkata dengan semangat.
Eunji
mengangguk tapi agak tidak yakin dengan Jiyoung.
Tiba-tiba
keributan menghampiri mereka, dua teman pembuat onar mereka datang dan dengan
lahap menyantap makanan milik mereka, mereka bahkan merebut minuman Jongin.
“Yea!!!
Kau menang lagi Eunji!!!” teriak Jongdae yang sekarang duduk di sebelah
Jiyoung, membuatnya hampir kehilangan tempat dudukya.
“Ya!” teriak
Jiyoung kesal.
“Kami boleh
bergabung untuk merayakannya kan?” tambah Chanyeol yang duduk di sebelah Jongin
sambil mengembalikan kaleng Jongin yang sebenarnya sudah kosong itu.
Eunji hanya
melempar pandang malasnya pada mereka, “Ya! Disaat seperti ini saja kalian
cepat datang. Aku bahkan tak melihat kalian berdua di gedung olahraga tadi.”
Jongdae dan
Chanyeol tersenyum. “Mian, tadi kami ada urusan yang penting.” Kilah Jongdae.
“Urusan penting
apa lagi?” tanya Jiyoung.
“Apa kalian
mengerjai Lee Jieun lagi?” tanya Jongin.
“Benar kalian
mengerjainya lagi?” tanya Eunji marah.
“Ani!” jawab
mereka bersamaan.
“Kami baru
mengerjakan tugas Kim Seongsaenim, kemarin kami belum mengupulkannya.” Jongdae
tertawa bodoh sambil mengganruk kepalanya yang tak gatal.
“Benar, kalau
urusan Jieun sudah beres sejak pagi tadi.” Chanyeol dengan bodohnya
mengatakannya hingga Jongdae menginjak kakinya.
Eunji seketika
beranjak dari duduknya dan memukul kepala Jongdae dan Chanyeol cukup keras.
“Ya! Kenapa kau
memukul keras sekali?” rintih Jongdae. Jongin hanya tertawa melihat itu semua.
“Sudah kubilang
berhentilah mengerjainya. Kau mau aku mengadukan kalian ke Songsaenim?” Eunji
benar-benar marah dengan dua temannya itu, tak ada hari bagi mereka tanpa
melakukan hal-hal tak berguna seperti itu.
Jiyoung juga
ikut merlempar pandangan kesal pada Jongdae dan Chanyeol, “Apa alasan
sebenarnya kalian mengerjainya? Apa dia musuh kalian? Apa dia pernah berbuat
sesuatu pada kalian?”
“Ani.” Jongdae
menghela nafas, “Biar aku jelaskan sekarang.” ia berubah menjadi serius, tapi
temannya yang lain tahu seperti apa tingkat keseriusan seorang Kim Jongdae,
“Kalian tahu kan? Aku sudah pernah bilang pada kalian bahwa aku satu SMP dengan
Lee Jieun itu. Dia itu dulu dijuluki gadis pembawa sial.” Chanyeol mengangguk
dengan perkataan temannya itu.
“Pembawa sial?”
tanya Jiyoung.
“Dia dulu gadis
yang memang aneh, kalian bisa lihat sendiri kan dia aneh? Dia… aku rasa dia
terlalu diam. Kalian bisa rasakan auranya yang suram itu kan? Jadi dia dulu
menjadi korban buli di sekolah kami, tapi setiap anak yang ingin mengerjainya
selalu celaka bahkan sebelum mereka sempat mengerjainya. Mereka bilang itu
kutukan yang menyertai Lee Jieun. Karena itulah Lee Jieun makin tidak punya
teman sama sekali. Dia bahkan tidak punya teman sebangku, tak ada yang berani
sebangku dengannya”
“Jadi?” tanya
Jiyoung lagi.
“Aku ingin terus
membuktikan bahwa kutukan itu tidak ada. Dan benar, selama aku mengerjainya dua
tahun ini kami tidak pernah celaka. Iya kan yeol?” Jongdae mengangkat tangan
kirinya dan Chanyeol menyambutnya dengan tepukan.
“Lalu kalian
kira itu benar?” teriak Eunji.
“Ah, kau tidak
mengerti bagaimana rasanya saat kau berhasil mengerjai seseorang. Apalagi Lee
Jieun itu, dia itu..”
Eunji
memotongnya lagi, “Teruskan saja mengerjai murid-murid sekolah ini, lalu
nasibmu di sekolah ini akan berakhir.”
“Ya baiklah!”
teriak Jongdae kesal. “Kau kira aku tidak bisa mengerti perkataanmu? Kenapa
sekolah kau yang punya sekolah ini?” Jongdae lalu mengambil lagi makanan di
depannya.
“Eunji-ah. Kami
bahkan mengerjai para songsaenim, memang beginilah temanmu ini. Terima saja.
Terima kasih sudah mengingatkan kami.” Chanyeol lalu bicara dengan sok
bijaksana, membuat Jongin dan Jiyoung tak bisa menahan tawa mereka.
“Tapi kalian itu
keterlaluan dengan Jieun itu. Aku sering melihatnya mengeringkan diri di atap
sekolah dan melewatkan kelasnya. Berhentilah menyiramnya dengan air. Kau tidak
tahu sekarang udaranya sudah bertambah dingin? Bagaimana kalau dia mati
kedinginan ha?” Eunji lalu juga mengambil makanan di hadapannya.
“Kau itu.”
Jongin berusaha menghentikan tawanya. “Penampilanmu saja yang tomboy dan cuek,
tapi perhatianmu melebihi seorang ibu.”
“Eunji yang
terbaik!” Jiyoung mengangkat jempolnya, lalu ia juga memaksa Jongdae dan
Chanyeol mengangkat jempol mereka juga untuk Eunji.
Eunji hanya menghela
nafas melihat tingkah teman-temannya itu.
***
Jieun
lega hari ini tidak ada air dingin yang menyambutnya di gerbang sekolah. Ia
memarkirkan sepedanya di tempat biasa. Lalu perhatiannya tersita oleh murid
lelaki yang sedang berisik dengan dirinya sendiri tak jauh dari tempatnya
berdiri.
“Kenapa
Tuan Song harus melupakan surat pindahnya? Aish..” laki-laki itu mengacak
rambutnya kesal lalu kembali fokus pada ponselnya. Ia bahkan menjejak-jejakkan
kakinya ke tanah, benar-benar seperti anak kecil.
Jieun
agak bingung saat lelaki itu menatapnya dan setelah terlihat berpikir ia
menghampiri Jieun, “Maaf, bisa kau antar aku ke ruang kepala sekolah?”
Tak
terbiasa, mendengar murid lain bicara padanya dan tak terbiasa merespon
pembicaraan itu, Jieun malah berkata, “Ne?” meskipun ia sudah dengar dengan
jelas.
“Bisa
kau antar aku ke ruang kepala sekolah?” tanya lelaki itu laki, Jieun bisa
membaca nama Byun Baekhyun dari nama di seragamnya.
“Ah,
apa kau murid baru?” ini juga termasuk hal yang aneh, karena sekolahnya hampir
tidak pernah menerima murid baru. Ya, tak banyak pendatang di kota kecil itu.
Baekhyun
mengangguk, “Ya, jadi bisa tolong antar aku?”Baekhyun memaksakan senyum
memohonnya.
“Ba.baiklah.”
Jieun lalu melepas pegangannya dari sepedanya dan mulai mempimpin murid baru
itu ke ruang kepala sekolah yang sebenarnya tidak begitu jauh dari tempat
parker tadi.
Jieun
bisa merasakan tatapan-tatapan heran untuknya saat mereka berdua melewati
koridor kelas. Jieun tahu benar apa yang mereka pikirkan. Pasti mereka
terheran-heran bagaimana bisa seorang Lee Jieun berjalan bersama murid lain,
apalagi mereka tak pernah melihat murid itu.
“Disini.”
Kata Jieun setelah mereka sampai di tempat tujuan mereka. Jieun segera pergi
namun terhenti lagi saat Baekhyun mengeluarkan suara.
“Ah,
gomawoyo..” ia membaca nama Jieun. “Lee Jieun.” Lalu ia tersenyum. Senyum yang
entah bagaimana menenangkan hati, membuat Jieun mendadak heran, apa sepertikah
ini senyuman teman sekolah yang sudah
kau bantu? Dia tak ingat kapan terakhir kali hal seperti ini terjadi dalam
hidupnya. Jieun sudah ingin menghentikan waktu untuk mengawetkan senyum itu
sebentar saja, namun Baekhyun sudah masuk ke ruang kepala sekolah.
***
Baekhyun
bisa merasakan pandangan teman kelas barunya menusuk punggunnya. Entah apa yang
membuat mereka melakukan itu, Baekhyun tak tahu. Apa mereka tidak pernah
melihat murid baru sebelumnya, atau ada yang aneh dengan penampilannya,
Baekhyun ingin tahu. Ia menoleh ke belakang, dua gadis di belakangnya masih
tetap menatapnya. Begitu juga dua lelaki di belakang mereka.
"Hai!
Salam kenal!" kata Baekhyun mencairkan suasana sambil mengulurkan
tangannya.
Salah
satu dari gadis itu menjabat tangannya, "Ya, kami sudah tahu, kau sudah
memperkenalkan dirimu di depan kelas tadi. Aku Eunji. Dan Dia Jiyoung."
"Aku
Jiyoung." gadis di sebelahnya ikut bicara.
"Aku
Jongdae. Dan ini Chanyeol." dua laki-laki di belakang dua gadis itu
tersenyum padanya. Yang bernama Chanyeol lalu tersenyum lebar memperlihatkan
giginya.
Baekhyun
membalas senyum mereka. Tapi dia masih penasaran, "Boleh aku tahu maskud
kalian melihatku seperti itu?"
"Mulai
sekarang kau harus terbiasa, mereka memang begitu." Teman sebangkunya yang
bernama Jongin ikut bicara.
Baekhyun
tersenyum lagi.
"Apa
benar tadi Lee Jieun yang mengantarmu ke ruang kepala sekolah?" tanya
Eunji penuh keingintahuan.
"Bagaimana
kalian bisa tahu?" tanya Baekhyun terkejut.
"Di
sekolah ini berita dan gosip cepat tersebar." Jawab Eunji.
"Jadi?"
"Ya,
gadis bernama Lee Jieun yang tadi mengantarku."
"Whoaaa."
Jiyoung terpukau.
"Kau
bicara padanya? tatap muka?" tanya Chanyeol.
"Tentu
saja. Memangnya kenapa?" Baekhyun benar-benar heran, tak mengerti jalan
pikiran mereka.
Jongin
akhirnya menceritakan semua tentang Jieun yang ia tahu, Baekhyun jelas tidak
bisa begitu saja percaya, karena Lee Jieun yang ia temui tadi baik-baik saja,
tidak seaneh yang mereka bicarakan. Dia bahkan punya aura bersahabat bagi
Baekhyun, sama sekali tidak mungkin jika apa yang barusan ia dengar itu benar.
"Jadi
kalian sekalipun tidak pernah bicara dengannya?" tanya Baekhyun.
"Lebih
tepatnya tidak ada yang berani bicara padanya." kata Jongdae.
"Tapi
setidaknya kami sering berinteraksi dengannya." Chanyeol tertawa senang.
"Tapi
kalian mengerjainya. Apanya yang bagus?" Jiyoung memutar bola matanya.
"Kalian
soak baik padanya melarang kami mengerjainya, tapi kalian bahkan tak pernah
bicara padanya." protes Jongdae.
"Aku
pernah bicara padanya." kata Eunji tak terima, lalu semangatnya menurun
saat berkata, "Tapi mungkin waktu itu dia tak mendengarku, dia hanya
tersenyum padaku."
Jongdae,
Chanyeol dan Jongin tertawa mendengarnya.
"Kau
itu memang gadis yang menakutkan, siapa yang mau bicara padamu? kau sering
melayangkan tinjumu sembarangan. Kau harusnya bersyukur kami masih mau berteman
denganmu." Jongdae mengejeknya dengan puas, membuat yang lain tertawa dan
Eunji kembali melayangkan tinjunya.
Lalu
mereka berhenti saat Krystal memasuki kelas, Eunji dan Jiyoung seketika
memperhatikan Jongin. Baekhyun mengikuti arah pandang mereka dan menemukan
Krystal, karena akhirnya satu-satunya murid yang ia kenal di sekolah ini
muncul, dan ia baru tahu bahwa mereka sekelas.
"Krystal!
Anyeong!" Sapan Baekhyun santai. Krystal melihatnya, lalu tersenyum
senang.
"Baekhyun?"
Krystal menghampiri Baekhyun, "Kenapa aku tidak tahu kau sudah mulai
sekolah hari ini?"
"Ya,
Aku juga baru tahu tadi pagi. Tuan Song lupa memberitahuku. Kau tahu sendiri
dia sudah semakin tua sekarang." Baekhyun tak mengurangi senyumnya saat
bicara.
Sedangkan
Jongin dan yang lain terpaku melihat adegan yang cukup mengejutkan ini. Ini
pertama kalinya bagi mereka melihat Krystal terlihat secerah ini. Bahkan
sepertinya Baekhyun orang pertama yang bisa terlibat dalam percakapan seperti
ini dengan Krystal. Jelas mereka bertanya-tanya bagaimana Baekhyun bisa
mengenal Krystal di hari pertamanya sekolah dan sejauh apa hubungan mereka
sebenarnya.
***
Jieun
turun dari sepedanya dan menuntunnya memasuki halaman rumah megah itu. Seperti
biasa, saat ia pulang mobil yang menjemput Krystal pasti sudah sampai terbelih
dahulu.
Jarak
sekolah dari rumah menghabiskan waktu 60 menit untuk Jieun mengendarai sepeda
kayuhnya. Tapi Jieun tak pernah terlambat datang ke sekolahnya, bahkan ia tak
perlu repot-repot jika ia kesiangan, karena ia akan menghentikan waktu dan
mengayuh sepedanya secepat mungkin. Dengan begitu ia bisa lebih menghemat
waktu.
Bukan
tak pernah Ibu Krystal menawari Jieun agar berangkat bersama Krystal. Tapi
Jieun tak pernah mau. Hubungannya dengan Krystal sudah lama seperti ini. Mereka
berhenti bicara satu sama lain sejak mereka berumur 10 tahun, setelah Krystal
menyuruh Jieun untuk tidak bicara padanya, dan Jieun mematuhinya.
Jieun
tinggal di paviliun belakang rumah Krystal yang berada di kawasan hutan yang
hanya ada beberapa rumah milik orang-orang kalangan atas. Rumah Krystal sendiri
berada di paling ujung komplek itu, sekitarnya adalah hutan tempat Jieun sering
menghabiskan waktu.
Orang
tua Jieun adalah pekerja di rumah Krystal. Membuat Jieun tahu segala yang
terjadi di dalam rumah Krystal dari cerita Ayah Ibunya yang sesungguhnya tak
begitu ingin ia dengar.
Krystal
terlihat di beranda kamarnya di lantai dua. Gadis itu, di mata Jieun selalu
terlihat sempurna. Jieun selalu mengaguminya, dan tanpa ia sadari ia mengerti
benar Krystal luar dalam.
Gadis
itu sekarang sedang tersenyum. Senyum yang begitu langka untuk seorang Jung
Krystal. Terakhir Jieun melihat senyum seperti ini adalah saat Krystal bersama
Kim Myungsoo. Lalu apa lagi yang bisa membuat Krystal tersenyum seperti ini setelah
dia tak lagi bersama Myungsoo? Jieun ingin tahu.
Jieun
ikut tersenyum melihat senyum itu, rasanya memang sudah lama ia sudah tak
melihatnya. Jieun lalu mengikuti arah pandang Krystal yang tertuju pada rumah
di seberang jalan sana. Rumah baru yang selama ini kosong, Jieun baru sadar
penghuni barunya sudah datang.
Seorang
lelaki yang juga sedang berada di beranda kamarnya di lantai dua rumah itulah
yang menarik perhatian Krystal. Lelaki itu terlihat baru saja terjatuh di
lantai dan bangkit lagi, entah karena apa Jieun tak tahu.
Lelaki
itu, lelaki yang Jieun kenali sebagai murid baru di sekolahnya yang bernama
Byun Baekhyun. Entah bagaimana lelaki itu ternyata penghuni baru rumah di
seberang. Apapun yang terjadi yang Jieun tak tahu, lelaki itu pasti istimewa
karena ia bisa menarik perhatian Krystal, apalagi di saat Krystal sudah tidak
lagi bersama Myungsoo.
***
Krystal
masuk ke kelas Jieun. Jieun bisa melihatnya bertanya pada salah satu murid
tentang keberadaan Myungsoo. Jieun tahu jawabannya, Kim Myungsoo sudah dua hari
ini tidak masuk sekolah. Jieun bisa melihat kekhawatiran di mata Krystal, meski
itu berusaha ditutupi, Jieun tahu benar seperti apa Krystal. Bersikap seolah
gadis kuat dan dingin padahal di dalam dirinya ada seorang gadis yang selalu
membutuhkan pertolongan dan kesepian.
Mereka
bertemu pandang, tapi seperti biasa, Krystal selalu yang lebih dulu membuang
muka, membuat posisi mereka kembali seperti semula. Tak ada komunikasi.
Jieun
menghela nafas, keadaan Krystal saat ini membuatnya berpikir. Jieun mendengar
dari percakapan orang tuanya semalam, bahwa tetangga baru mereka itu adalah
keluarga calon besan keluarga Krystal. Jieun menyimpulkan Byun Baekhyun adalah
lelaki yang dijodohkan dengan Krystal. Awalnya Jieun merasa kasihan padanya
saat tahu ia berpisah dengan Myungsoo karena perjodohan itu. Mungkin Krystal
hanya bermaksud melindungi Myungsoo agar tak terlibat urusan rumit dengan
keluarganya, mengorbankan perasaannya, membuat perpisahan yang menyakitkan
untuk Myungsoo dan terlebih untuknya sendiri, tapi Jieun benar-benar yakin
senyum Krystal saat melihat Baekhyun sore itu bukan senyum biasa. Jika memang
seperti apa yang Jieun pikirkan sebelumnya, Seharusnya Krystal akan benar-benar
membenci Baekhyun dan juga membenci perjodohan sejak mereka kecil itu. Tapi
sepertinya Jieun salah. Mungkin sejak awal Krystal memang sudah menyukai Byun
Baekhyun itu, hanya saja Jieun tak tahu. Karena Jieun tak pernah melihat mereka
bertemu, Jieun hanya mendengar dari orang tuanya dulu, bahwa Krystal dijodohkan
dengan putra tunggal keluarga yang berpengaruh pada bisnis mereka. Jieun tak
yakin ia mengenal Krystal dengan benar. Jieun merasa dia memang tak mengenal
siapa-siapa dengan benar.
***
Jieun
melihat Krystal bicara dengan Baekhyun saat melewati koridor kelas. Mereka
terlihat akrab. Mungkin Myungsoo melakukan hal yang baik dengan tidak datang ke
sekolah jika harus melihat adegan-adegan seperti itu. Entah apa yang akan anak
seperti Myungsoo lakukan pada Baekhyun setelah ia mengetahui siapa Baekhyun sebenarnya.
“Sekarang
Jongdae!” Jieun mendengar suara familiar itu lagi. Kali ini dia sedang tak
ingin masuk ke dalam rencana mereka. Dengan segera ia menghentikan waktu dan
mengembalikannya lagi setelah berjalan beberapa langkah ke depan.
Sebuah
ular mainan mendarat di belakang Jieun tanpa mengenainya sama sekali. Jieun
senang melihat kekecewaan mereka.
“Ya!
Kenapa meleset?” teriak Chanyeol..
“Berarti
kau tidak tepat memberitahuku!” protes Jongdae.
“Tidak!
Aku sudah berteriak di saat yang tepat!” balas Chanyeol. “Kenapa dia cepat
sekali menghindar?”
“Bagaimana
mungkin dia bisa menghindari lemparanku?”
“Mana
aku tahu?” kata Chanyeol kesal.
“Ya!
Kalian mau aku memberitahu Eunji?” Jiyoung meneriaki mereka dari jauh di
belakang mereka.
Jieun
pergi dari tempat itu, lalu bertemu dengan pandangan murid laki-laki, yang
Jieun kenali berada di kelas satu tahun di bawahnya. Laki-laki itu lalu segera
membuang pandangnya dan pergi hingga Jieun tak bisa melihatnya lagi.
Ini
bukan pertama kalinya. Anak itu seperti selalu mengawasinya. Membuat Jieun
merasa aneh jika ada laki-laki itu di sekitarnya. Jika dia pikirkan, anak itu
selalu muncul saat Jieun baru saja menggunakan kemampuannya, tentu hal itu
membuat Jieun merasa khawatir. Kemampuannya bukanlah hal yang biasa ia bagi
dengan orang lain. Dia tak ingin perbedaannya dengan orang lain yang satu ini
makin membuatnya terlihat aneh di mata orang lain. Dia akan terus merahasiakan
hal itu, bagaimanapun caranya.
***
“Eunji
apa latihan basketnya dibatalkan?” tanya Jiyoung. “Jadi kau mau pulang
bersamaku?” Ia melihat Eunji justru menuju ke gerbang sekolah bukannya ke
gedung olahraga sekolah.
“Ani,
aish..” Eunji mengacak rambutnya kesal. “Dasar si Myungsoo itu! Kemana dia
sebenarnya? Pelatih marah dia tidak datang latihan tadi. Jelas timnya menunda
latihan itu. Lalu kapan timku latihan kalau begini caranya? Berani-beraninya
dia membuat Kim seongsaenim marah?”
“Dia
memang tidak terlihat akhir-akhir ini. Apa dia bolos?” Jiyoung bertanya-tanya
pelan sambil memperhatikan Jongin di sampingnya. Ekspresi Jongin langsung
berubah saat nama Myungsoo disebut.
“Oh
ya Jongin!” Jongdae ikut bicara, “Aku baru dengar tadi dari teman sekelas
Myungsoo, sepertinya Krystal dan Myungsoo berpisah.Jadi sepertinya itu alasan
Myungsoo tidak terlihat akhir-akhir ini.”
“Mwo?”
Eunji tersenyum kecut tak habis pikir. “Karena putus cinta dia membiarkan tim
basketnya seperti itu? Dasar tidak profesional!”
“W..wae?
Apa Krystal mencampakan Myungsoo?” tanya Jiyoung dengan takut sambil terus
memperhatikan setiap perubahan ekpresi Jongin. Dalam lubuk hatinya, meski
dengan susah payah Jiyoung menghilangkannya, tetap saja, ia akan lebih suka
jika Krystal tetap bersama Myungsoo, dan Jongin akan menyerah dan membuka
hatinya untuk gadis lain. Terasa jahat dan egois memang, tapi Jiyoung bahkan
tak bisa mengontrolnya.
“Dilihat
dari reaksi Myungsoo seperti itu, sepertinya memang begitu.” Kata Jongdae.
“Jadi
Jongin, ini kesempatan bagimu kan?” kata Chanyeol semangat. “Iya kan?” ia lalu
meminta persetujuan dari teman-temannya. Jongdae mengangguk mantap sedangkan
Jiyoung memaksakan senyum dan anggukannya. Jongin hanya diam.
“Sudahlah!”
Eunji menyela. “Chanyeol-ah! Kau tahu alamat rumah Myungsoo kan? Kirim lewat
pesan sekarang juga. Aku harus pergi sekarang!” ia lalu pergi meninggalkan
teman-temannya terlebih dulu.
“Jadi
aku benar-benar pulang sendirian hari ini?” tanya Jiyoung sambil memajukan
bibir bawahnya.
“Pulanglah
denganku.” Ajak Jongin tiba-tiba.
“Ne?”
Jiyoung agak tidak percaya dengan hal ini, tapi mendadak tubuhnya terasa ringan
karena senang. “Kita..pulang berdua?” Wajahnya melebur merah, langsung
terbayang adegan-adegan manis yang akan dia lewati bersama Jongin selama
perjalanannya ke rumah di otak Jiyoung, itu makin membuatnya senang. Harapannya
meninggi.
“Tentu
saja bersama kami juga!” kata Jongdae meruntuhkan harapan Jiyoung. “Apa yang
kau harapkan?” dia tertawa.
Chanyeol
juga tertawa, “Sepertinya Jiyoung memang sangat menyukaimu Jongin-ah!”
“YA!”
teriak Jiyoung kesal. “Siapa bilang?”
Jongin
hanya tersenyum lalu mengajak mereka pulang bersama.
***
Baekhyun
melihat teman-teman kelas barunya pulang bersama sedangkan dia sendiri masih
sibuk dengan ponselnya dan kesal karena teleponnya tidak dijawab. “Aish, kenapa
tuan Song tak angkat ponselnya?” Baekhyun akhirnya menunggu di depan gerbang
sekolahnya, menunggu jemputannya yang entah kapan akan datang, melihat sopirnya
sendiri tak bisa diberitahu bahwa ia sudah pulang.
Lalu
sebuah mobil berhenti di depannya, setelah kacanya terbuka dia bisa melihat
Krystal di dalamnya sedang bersama Ibunya. Ibu Krystal seketika mengajak
Baekhyun pulang bersama.
“Ah,
tidak perlu, jemputanku akan segera datang.” Kata Baekhyun berbohong.
Ibu
Krystal tetap memaksanya hingga dia mengucapkan satu kebohongan lagi, “Tuan
Song sudah dalam perjalanan kesini, aku akan merasa sangat bersalah jika
membuatnya kembali.” Baekhyun berusaha menolak dengan sehalus mungkin, ia sama
sekali tak menyingkirkan senyumnya.
Akhirnya
Ibu Krystal menyerah dan itu membuat Krystal sedikit kecewa. Mobil itu akhirnya
pergi dan membuat Baekhyun lega. Lagi-lagi Baekhyun merepotkan diri dalam hal
ini. Seharusnya ia bisa ikut mereka dan pulang dengan tenang. Tapi sekarang ia
bahkan tak tahu kapan bisa pulang. Seandainya ia sudah tahu benar kota barunya
itu dia akan nekat pulang sendiri.
Baekhyun
terus sibuk dengan ponselnya, tapi tentap saja tak ada yang menjawab
teleponnya. “Aish… tuan Song! Mau mambuatku menangis disini?” gumam Baekhyun
kesal.
Hingga
dua puluh menit kemudian, setelah sekolahnya sudah semakin sepi dan Baekhyun
tak bisa melihat murid lain lagi, jemputannya masih belum datang. Dan sedetik
kemudian sebuah pesan masuk dan memberitahunya bahwa sopirnya tak bisa
menjemput hari ini dan meminta maaf karena tak memberitahu lebih awal dan
bahkan menyuruh Baekhyun ikut dengan mobil Krystal atas permintaan Ibu
Baekhyun.
Baekhyun
mengerang kesal. Sekarang dia tak tahu harus pulang dengan cara apa. “Kenapa
aku harus hidup di kota kecil ini? Kenapa rumahku ada di pinggiran kota? Kenapa
mereka memilih rumah di hutan? Ini menyedihkan!”
Ia
masih terus menggerutu kesal saat ia melihat seorang murid, mungkin murid
terakhir, yang sedang dengan santai menuntun sepedanya meski hari sudah semakin
sore dan akan segera gelap.
Tanpa
berpikir panjang Baekhyun menghampirinya, “Mian bisa kau antar aku ke halte
terdekat atau apapun itu yang bisa membuatku pulang?” Baekhyun lalu mengenali
gadis di hadapannya, “Kau? Lee Jieun?”
Jieun
melihatnya, agak bingung harus merespon seperti apa.
“Ah..
mian, aku merepotkanmu lagi. Tapi.. aku baru di kota ini, jadi aku bahkan tidak
tahu jalur busnya dan entah kenapa aku jarang melihat taksi sedari tadi. Dan
jemputanku tak bisa datang. ”
“Sekolah
ini berada di pinggiran kota, jadi taksi jarang lewat. Dan soal bus, aku juga
tidak tahu jalurnya, aku hanya bisa mengantarmu sampai ke halte.” Jelas Jieun.
Jieun merasa konyol, dia bahkan tahu benar letak rumah laki-laki ini, tapi
bagaimana dia bisa mengantarnya sejauh itu, sesore ini tanpa menghentikan
waktu? Dia tidak mungkin melewati hutan itu saat hari sudah malam. Dia takkan
bisa melihat jalan yang gelap itu.
“Baiklah.”
Dan Baekhyun berakhir di boncengan sepeda Jieun, meski ia memaksa akan
memboncengnya, Jieun tetap bersikeras dia yang mengendarai sepedanya.
"Ehm..
melihatmu pulang sesore ini, apa rumahmu dekat?" akhirnya Baekhyun
bertanya karena kesunyian itu. Dia bisa gila jika tidak bicara sepanjang
perjalanan.
"Ani."
jawab Jieun yang sepertinya lebih menyukai kesunyian di antara mereka.
Baekhyun
menghela nafas, entah kenapa dengan gadis ini semuanya jadi terasa canggung,
padahal dia tipe orang yang selalu berhasil mencairkan suasana dengan siapapun
ia berhadapan, sekalipun itu orang asing.
Sesaat
kemudian mereka di halte tempat Baekhyun segera turun dari sepeda Jieun dan
menunggu bus yang bahkan ia tidak tahu akan datang kapan dan kemana.
"Jeongmal
gomawo." kata Baekhyun sebelum Jieun pergi sambil tersenyum. Betapa
inginnya dia membuat Jieun tidak pergi dan menemaninya di tempat asing ini.
Dan
bagi Jieun, sekali lagi senyum itu membuatnya ingin menghentikan waktu, tapi
kenyataan tentang lelaki di hadapannya itu adalah yang dijodohkan dengan
Krystal, entah kenapa segera membuatnya berhenti dan pergi tanpa membalas
senyum Baekhyun ataupun berkata apa-apa.
***
"Aish...
Dia tinggal di tempat seperti ini?" Eunji mengeluh saat sudah sampai di
kawasan tempat tinggal Myungsoo yang agak kumuh dan lebih seperti kawasan
persembunyian mafia itu semalam ini, "Pantas saja dia seperti itu."
Setelah
mengecek beberapa kali pesan dari Chanyeol, Eunji berhenti di depan sebuah flat
kecil yang terlihat tak begitu terurus.
"Aigoo...
tidak kusangka Krystal bisa suka lelaki macam ini." Eunji lalu mengetuk
pintu di hadapannya. Setelah beberapa kali ia melakukannya, tetap tak ada
jawaban sama sekali.
“Apa
anak ini bunuh diri?” gumam Eunji kesal.
Eunji
lalu mendengar beberapa lelaki yang terlihat tidak seperti seumurannya dan
setengah mabuk sedang berjalan. Jelas mereka melihat Eunji dan mereka mulai
tertawa senang entah karena apa Eunji tak tahu. Eunji hanya memutar bola
matanya.
“Aku
kira anak itu tidak normal. Ternyata masih ada gadis yang mau menemuinya.”
Salah satu lelaki itu bicara dengan keras dan disambut tawa yang lainnya.
“Kalau
begitu kita boleh ikut merayakan kebahagiaannya kan?”
Eunji
lalu menatap mereka. Jelas mereka makin senang dan makin dekat menghampirinya.
Empat orang itu jelas terlihat bukan orang baik-baik.
“Kalian
mau apa?” tanya Eunji ketus.
Satu
lelaki lalu memberi kode pada yang lain dan memegang tangan Eunji.
“Ya!”
teriak Eunji, “Lepaskan! Atau kalian menyesal!”
“Ada
apa gadis manis? Kenapa kau segalak itu?” salah satu dari mereka menggoda.
“Pacarmu
tidak akan membukakan pintu untukmu.”
Eunji
memutar bola matanya lagi. “Lepas sekarang, atau kalian benar-benar menyesal.” Nada
bicara Eunji lebih tenang sekarang.
“Diamlah!”
teriak salah satu dari mereka dan sekarang meraih Eunji dan mendekapnya dari
belakang hingga Eunji tak bisa bergerak sama sekali.
Tiba-tiba
pintu Myungsoo terbuka, “Kenapa kalian berisik sekali?” Myungsoo terlihat
seperti baru saja bangun dari tidurnya, dengan rambut dan pakaian yang
acak-acakkan. Bahkan matanya hanya separuh terbuka. Lalu segera terbuka lebar
setelah melihat Eunji dan situasinya. “Kau?”
“Ya!
Kenapa tak kau kenalkan pacar barumu?” tanya lelaki yang tadi berteriak.
“Lepaskan
dia!” Myungsoo terlihat malas dan setengah marah. “Sampai kapan kalian akan
terus berurusan denganku?”
“Kau
banyak bi..” perkataannya terpotong saat Myungsoo tiba-tiba menghantam
rahangnya dengan tangan kosongnya. Setekita itu mereka segera merubah posisi
untuk saling serang dan tentunya Myungsoo menjadi target mereka. Eunji masih
tak bisa bergerak, dan orang itu membawanya agak jauh dari baku hantam itu.
Myungsoo
menghajar dua orang sekaligus tapi satu orang sisanya juga berhasil membuatnya
berlutut setelah menendang dadanya dengan keras. Dan saat perhatian orang yang
memeganginya tersita, Eunji segera menghantamkan kepalanya sendiri ke dagu
orang itu hingga ia menggigit lidahnya sendiri. Eunji pun berhasil bebas dan
segera menghajar orang itu agar tak mengejarnya lagi.
Setelah
Eunji selesai dengan mudah, posisi Myungsoo entah bagaimana sudah terpojok dan
tiga orang tadi siap menghabisinya hingga dengan cekatan Eunji menendang dua
orang sekaligus hingga mereka tersungkur ke tanah. Satu orang sisanya menjadi
sasaran pukulan-pukulan Eunji, di wajahnya, perutnya dan punggungnya. Eunju
bersyukur mereka sedang setengah mabuk
sekarang, membuat semuanya sedikit lebih ringan.
Hal
ini memberi kesempatan Myungsoo berdiri, walau sudah terlihat beberapa luka di
wajahnya. Tapi salah satu dari orang yang ditendang Eunji tadi sudah berhasil
bangkit dan menyerang Myungsoo.
Belum
selesai Eunji dengan satu orang tadi, dia tak sadar seseorang sudah meraih
bahunya membaliknya dan dengan cepat meninju pipi kanannya hingga darah
mengalir keluar dari ujung bibirnya. Eunji meludah dan sudah benar-benar marah
hingga balik menyerang orang itu tanpa ampun.
Untung
saja kadaan bisa berbalik untuk Myungsoo, dia sekarang sudah berada di atas tubuh
orang itu dan menghujaninya dengan pukulan setelah dirinya sendiri tadi juga
menerima beberapa pukulan dan tendangan.
Eunji
berbalik, ia sudah selesai dengan orang tadi dan menemukan Myungsoo juga sudah
selesai tapi terlihat lemah. Eunji hanya memutar bola matanya. Orang-orang tadi
sekarang terkapar lemah di tanah dan menjadi lebih takut pada Eunji dari
sebelumnya.
Eunji
tersenyum kecut, “Sudah kubilang kalian akan menyesal.” Mereka semua pun
melesat pergi dengan cepat sambil berusaha memapah salah satu teman mereka yang
terparah, korban hantaman Eunji tadi.
Eunji
menatap Myungsoo dengan kesal. “Ternyata kau payah.” Sedangkan Myungsoo
menatapnya dengan takjub.
Mereka
berakhir di dalam flat kecil yang Myungsoo sebut rumahnya. Eunji dengan segan
mengobati luka-luka Myungsoo dengan obat yang baru saja dibelinya di took
terdekat.
“Ah!”
teriak Myungsoo kesakitan. “Bisa kau pelan-pelan?”
Eunji
menatapnya malas, “Ani, kesabaranku sudah habis.”
Myungsoo
tersenyum kecut, “Bagaimana gadis sepertimu bisa punya kekuatan sebesar itu?”
Eunji
hanya diam dan meneruskan pekerjaannya tadi.
“Sebenarnya
kenapa kau kesini? Darimana kau tahu rumahku?” kau merepotkan kau tahu?”
Eunji
berhenti dari apa yang dia lakukan. “Kenapa kau tak masuk sekolah seenaknya?
Kenapa kau bahkan tak memberitahu Kim Seongsaenim? Kenapa kau cari masalah
dengannya? Kau tahu, karena kau dia jadi marah dan tak mau melatih. Lalu
bagaimana nasib timku? Dua minggu lagi kami harus bertanding!” Eunji bicara
tanpa jeda.
Myungsoo
diam saja.
“Ya!
Kau tuli?” teriak Eunji kesal. “Apa kau tak tahu bagaimana Kim Seongsaenim itu?
Dia orang yang kelewat sensitif, dia memang menyebalkan, jadi kau jangan
ikut-ikut menyebalkan! Apa karena Krystal memutuskanmu kau menyerah pada
hidupmu?”
Myungsoo
tergerak dengan kalimat terakhirnya, jelas yang satu itu menusuknya tepat di
hatinya. “Mwo?”
“Sudahlah,
gosip memang selalu menyebar cepat di sekolah.” Eunji memelankan suaranya,
“Cepatlah kembali ke sekolah besok dan minta maaf padan Seongsaenim.”
“Apa
hakmu menyuruhku?”
“Aku
tidak peduli aku punya hak atau tidak, tapi kau tetap harus masuk. Apa kau tak
bisa memikirkan apa yang dirasakan timmu? Bagaimana kecewanya mereka punya
kapten seperti ini?”
Myungsoo
mengalihkan pandangannya dari Eunji. Dia terdiam.
“Aku
memang tidak tahu ada masalah sebesar apa antara kau dan Krystal, tapi aku
mohon kau juga memikirkan orang lain, kau tidak hidup sendiri di dunia ini.
Dengan terkurung di sini apa kau bisa melupakannya? Tidak kan? Mungkin kau
malah akan terus mengingatnya dengan jelas. Jadi lakukan hal yang lebih
bermanfaat. Kau..”
Myungsoo
memotongnya, “Diamlah!”
“Wae?
Aku sedang bicara kenapa kau memotong?” tanya Eunji.
Myungsoo
sudah mengambil kapas lain dan mengusap ujung bibir Eunji yang berdarah saat ia
akan bicara lagi, tentu seketika itu membuatnya terdiam, “Kau juga terluka.”
Kata Myungsoo datar.
Eunji
segera merebut kapasnya, “Aku bisa sendiri!” Myungsoo lagi-lagi hanya diam,
“Aish.. ini semua gara-gara kau.”
“Harusnya
kau tak perlu kesini.”
“Aku
melakukan ini demi timku. Kau pikir aku senang bisa kesini? Dasar kau ketua tim
bodoh!” Eunji beranjak dari duduknya, “Sudahlah, intinya kau harus datang ke
sekolah besok. Entah apapun yang kau lakukan pada Kim Seongsaenim, timku harus
sudah kembali latihan besok. Mengerti?” Eunji tak menunggu jawaban Myungsoo,
dia lalu segera pergi dari tempat itu meninggalkan Myungsoo tenggelam dalam
pikirannya sendiri.
***
Jieun
melihat adik kelas di hadapannya itu dengan penuh tanda tanya. Lelaki yang
Jieun rasa selalu mengawasinya ini akhirnya menampakkan dirinya. Sedetik yang
lalu anak ini menghempirinya begitu sajaa saat dia sedang menghabiskan waktu
sebelum bel masuk untuk membaca di perpustakaan.
“Lee
Jieun sunbaenim.” Jelas Jieun terkejut darimana anak ini bisa tahu namanya, seperti
sudah mengenalnya sejak lama. “Aku tahu aku sangat tidak sopan.” Jieun membaca
nama Changjo di dadanya.
“W..waeyo?”
tanya Jieun bingung.
“Boleh
aku duduk di sini?” anak ini terlihat tenang, membuat Jieun tak bisa mengerti
situasi ini. Dia duduk di hadapan Jieun begitu saja, “Aku tak perlu basa-basi.
Aku.. tahu bahwa kau bisa mengendalikan waktu.”
Jieun
terbelalak, seketika ia melihat ke sekitar untuk memastika tak ada yang
mendengarnya. Hal ini, hal yang tak pernah ia bicarakan dengan orang lain, bagaimana
laki-laki bernama Changjo ini bisa mengatakannya begitu saja?
TO BE CONTINUED
Juambret ini JJANG!
BalasHapusEunji preman berhati hello kitty banget ya disini. Suka-suka. tapi apakah Eunji berakhir dengan Myungsoo??
Awalnya udah seneng banget soalnya Myungsoo pacaran sama Krystal, ternyata eh ternyata ya begitulah.
Hmm. Jieun, seperti biasa. Stay cool, tapi aku agak kecewa kenapa Jieun gak nganter Baek aja? kan seru itu. terus kapan mereka sadar kalo mereka pernah ketamu waktu kecil?
ChanChen beagle banget! Bisa banget bayangin dua makhluk itu berinteraksi. kkk
Dan yg paling penting adalah KAIJING!!!! HUHU!!
Ayolah kai cepet move on dan perhatikan Jiyoung. Lupakan Krystal... More KaiJing pokoknya! MORE!!!
NEXT ya! cepet di post dan jangan lupa more KaiJing!
m(_ _)m gomapseumnida
Hapusjadi anda setuju dg love linenya? XD sudah kuduga.XD
just keep read and waiting hehe
Good! Terusin Part 2 nya ^_^
BalasHapusSETUJU DENGAN LOVE LINENYAAAA!!!
BalasHapuspaling seneng sama ChanChen serasa rame beneran..
kalo si Baek sama Jieun. Krystal gimana?
balik sama Myungsoo apa Myungsoo tetep sama Eunji???
haha trims2 XD entah kenapa saya sedang senang memakai kekonyolan ChenChan XD
Hapusuntuk kelanjutan ceritanya, mohon sabar menunggu hingga akhir.'-')/
saya dataaaang(?)
BalasHapuswuih wuiiiih merinding banget pas pertama kali jieun gunain kekuatanya .-.
itu mereka kapan bakal inget kalo mereka dulu pas masih kecil pernah janji mau kawin?
krystal bakal jomblo ya kalo misalkan myung-eunji, kai-jiyoung. terus krystal jadi jones '-'a
ChanChen lol banget, kurang kerjaan amat ngerjain orang setiap hari. udah macam sasaeng fans(?)
itu kok changjo tau tentang jieun? apakah dia salah satu time control juga??
cepet lanjut chap 2 nya yaaa ^^~
makasih udah dateng lagi XDXD
Hapusbisa bikin merinding ya? haha ga nyangka.
tunggu terus part selanjutnya ya. makasih uda baca ^^
Hai, aku reader baru..
BalasHapusSeneng banget bisa baca fic ini. Flashback waktu bagian masa kecil itu bener-bener bikin gemes^o^
Uh, agak sebel kok Krystal segitunya banget sama Jieun. Emang mereka berdua kenapa, sih?
Um, BTW, sebagai reader aku kasih kritik sedikit, ya. Mungkin, ada beberapa kalimat yang terlalu panjang, jadinya agak bingung waktu bacanya. Terus, juga ada beberapa typo yang berceceran (yayaya, typo itu biasa).
Baca fic ini bener-bener serasa lagi liat drama. Sukses buat kakak ^o^
Ditunggu chapter 2-nya ya!
Hai, aku reaser baru^o^
BalasHapusSeneng banget baca fic ini. Flashback masa kecilnya bener-bener bikin gemes.
Duh, aku ngerasa Jiyoung, kok, makan hati banget, ya? Jongin sadar nggak, sih? #keselkuadrat
Terus, Krystal juga, kok, sebegitunya sama Jieun. Emangnya dulu mereka kenapa, sih?
BTW, sebagai reader aku kasih sedikit kritik ya. Mungkin, ada beberapa kalimat yang terlalu panjang, jadinya aku agak bingung waktu bacanya.
Over all, aku sukaaa banget! Ditunggu chapter selanjutnya ya! Keep writing and fighting, ne!
haha makasih udah baca^^
Hapushaha iya, kalo masalah typo memang sudah mendarah daging kayaknyaXD penyakit lama hehe.
keep waiting part selanjutnya ya^^
kyaaa..ini Kereen
BalasHapusaq harap Baek ama Jieun ya ok author
soalnya aq punya feeling karna IU terlalu Baek jd nya ntar jieun mau berkorban bwt kristal
andwee aq mau happy ending buat BaekU
plis,pliss,please
jebal
hehe
hwaiting thor and lanjutkan ^^
suka BaekIU ya? XD
Hapussaya juga berharap happy ending(lho?) XD
ditunggu aja ya...
wah, ini ff yg beda dari biasanya.. panjang n menarik ^^ gpp jieun gk nganter baek, biar ada alurnya n ceritanya makin bikin penasaran. hebat author!!!
BalasHapusmakasih uda baca n komen^^
Hapusapikkk mbak bie. tapi kyoke kedawan -___- . pemain basket hahaah jadi mbayangno awakku dewe,, i wanna be jieun :p .... wes comment.ku mek ngene tok aku ate adus *apaan? aku lanjut part 2 :p
BalasHapusFanfic cool but gk kepikiran nih!
BalasHapus