Halaman

Jumat, 27 Desember 2013

[FANFIC] The Time Controller (part 2)




Jieun terbelalak, seketika ia melihat ke sekitar untuk memastikan tak ada yang mendengarnya. Hal ini, hal yang tak pernah ia bicarakan dengan orang lain, bagaimana laki-laki bernama Changjo ini bisa mengatakannya begitu saja?

            “Mungkin kau tidak percaya. Tapi aku mohon kau bisa mempercayaiku.”
            “A..apa yang sebenarnya kau bicarakan?” tanya Jieun mencoba menutupinya.
            “Kau tak bisa mengelak. Meski aku tak bisa menunjukkannya sekarang, aku juga sama sepertimu.” Jelas Changjo dengan tenang.
            “Kau?” tanya Jieun tak percaya.
            “Banyak yang harus aku jelaskan padamu sunbaenim, tapi tidak sekarang. Ada banyak hal yang harus kau tahu tentang semua ini. Aku harap kau siap menerimanya.” Changjo lalu beranjak pergi, “Maaf jika aku mengejutkanmu.” Dia lalu tersenyum, “Aku Changjo. Adik kelasmu.”
            Jieun hanya mengangguk sambil melihat anak itu pergi begitu saja meninggalkan dirinya yang masih dalam kebingungan. Jelas sulit untuk mempercayai hal ini. Hal yang selama ini hanya dia yang tahu, entah bagaimana bisa ada pengendali waktu lain di dunia ini.
            Bukan Jieun tak pernah bertanya-tanya, tapi dia tak percaya ada orang lain,  orang lain yang sama dengannya, memiliki keanehan yang berbeda dari orang lain. Di lubuk hatinya, Jieun merasa lega, karena untuk pertama kalinya ia merasa tak sendirian. Betapa inginnya ia mempercayai ini semua meski sulit.
***

            “Ya ampun Eunji-ah?” Jongdae terkejut melihat wajah Eunji. “Apa yang terjadi dengan pipi kirimu? Apa kau terlibat pertarungan antar geng semalam?”
            Eunji hanya melihatnya dengan malas namun tak bicara apa-apa. Dia sudah terlalu pusing merasakan memar di pipinya itu. Dia bahkan sudah lelah menerima interogasi dari orang tuanya semalam.
            “Ini karena dia dari rumah Myungsoo semalam.” Jiyoung yang menjawab, “Ada orang-orang setengah mabuk yang menganggunya.”
            “Dan kau mengahajar semuanya?” tanya Jongdae takjub.
            “Lebih tepatnya Myungsoo yang menghajar salah satunya.” Jawab Eunji kesal. Dia benar-benar masih kesal.
            “Jinja?” tanya Jongdae semangat, “Harusnya aku melihat semuanya semalam. Pasti seru!”
            “Ya!” teriak Jiyoung tak terima, “Dasar otak aneh!”
            “Wae? Apa kau tidak ingin melihat temanmu dengan hebatnya menghajar berandalan itu? Dasar pecinta drama! Kau harus melihat film aksi sekali-kali.”
            Jiyoung hanya melempar pandang malas pada Jongdae.
            “Ya! Kalian tahu apa yang baru saja aku dengar?” tanya Chanyeol setelah dengan tiba-tiba datang.
            “Wae wae wae? Ada berita baru?” tanya Jongdae lebih semangat lagi.
            “Kalian tahu apa alasan Baekhyun pindah ke sekolah ini?” tanya Chanyeol dan dijawab gelengan kepala oleh Jiyoung dan Jongdae, sedangkan Eunji masih sibuk dengan kekesalannya sendiri. “Agar lebih dekat dengan gadis yang dijodohkan dengannya.”
            “Jinja?” tanya Jongdae.
            “Dan kalian tahu siapa gadis yang dijodohkan dengannya?” tanya Chanyeol lagi membuat teman-temannya makin penasaran.
            Jongdae dan Jiyoung menggeleng lagi.
            “Jung Krystal.” Jawab Chanyeol singkat.
            “JINJA?” tanya Jongdae dan Jiyoung bersamaan.
            “Apa yang kalian bicarakan?” Jongin lalu memasuki kelas dan dibuat heran oleh sikap teman-temannya itu.
            Baru Chanyeol akan menjawab pertanyaannya, Jiyoung sudah beranjak dari kursinya dan menutup kedua telinga Jongin. “Chanyeol! Diam!” teriaknya.
            Jongin makin bertanya-tanya, “Ada apa sebenarnya?”
            “Ani Jongin kau tak perlu dengar. Itu hanya lelucon bodoh si bongsor Chanyeol. Itu tidak penting.” Kata Jiyoung cepat-cepat.
            “Lalu kau apa bayi raksasa? Aku hanya ingin memberitahunya soal Krystal dan Baekhyun, bukankah dia harus tahu?” tanya Chanyeol.
            Jongin lalu menurunkan tangan Jiyoung dari telinganya setelah mengerti apa yang sebenarnya sedang teman-temannya bicarakan. “Aku sudah tahu.” Katanya pelan.
            “Jinja?” tanya Jiyoung panik. Ia segera menarik tangannya setelah sadar tangannya masih ada dalam genggaman Jongin.
            “Aku dengar dari Appaku soal kerjasama bisnis orang tua mereka berdua. Aku baru tahu semalam.” Jelas Jongin lalu ia duduk di bangkunya.
            Jiyoung menatap Jongin sedih. Jiyoung yakin meski Jongin terlihat setenang itu, dia pasti sedih dengan kenyataan itu. Jiyoung berharap dia tak terlihat dan bisa memeluk Jongin dan menenangkannya diam-diam.
            Mereka semua segera diam saat Baekhyun juga memasuki kelas dan duduk di sebelah Jongin seperti biasa. “Anyeong!” sapanya.  Dia merasa agak aneh dengan suasana yang terasa canggung itu. Lalu ia menangkap pemandangan wajah Eunji yang memar. “Kau? Kenapa?”
            Eunji hanya menatapnya malas, “Bukan urusanmu.” Dia lalu meletakkan kepalanya di atas mejanya.
            Baekhyun bertanya-tanya, dia melihat pada Jiyoung mencoba mendapat jawaban, tapi Jiyoung malah membuang mukanya dan ikut meletakkan kepalanya di atas meja.
            “Mereka kenapa?” tanya Baekhyun pada yang lain.
            Namun Chanyeol malah bertanya hal yang lain, “Baekhyun, apa benar kau dan Krystal dijodohkan?”
            Seketika ekspresi Baekhyun berubah, ia tak sesemangat sebelumnya, ia hanya tersenyum kecut dan bertanya, “Dari..mana kau dapat berita itu?”
            “Ya, di sekolah ini apapun gosipnya akan cepat sekali menyebar.” Jawab Chanyeol.
            Baekhyun lalu tak merespon lagi dan berbalik menghadap buku di mejanya. Jongin memperhatikannya, melihat Baekhyun mendadak fokus pada buku di hadapannya. Sedangkan Jiyoung baru saja memukul kepala Chanyeol karena bertanya hal itu pada Baekhyun di depan Jongin, membuat Jongdae menertawainya.
***

            Jieun mengeluarkan sepedanya melewati pagar rumah Krystal. Dia hanya berniat bersepeda di sekitar hutan untuk menghabiskan sore akhir pekan itu, seperti yang biasa ia lakukan. Dan saat itu pula ia melihat Baekhyun sedang berlari-lari kecil di depan pagar rumahnya. Tanpa bisa melakukan apa-apa untuk menghindar, Baekhyun sudah melihatnya dan terbelalak saat mengenalinya.
            “Lee Jieun?”
            Malas berlama-lama Jieun segera menjawab, “Aku tinggal di paviliun belakang rumah Krystal, Orang tuaku sudah lama berkerja disini, jika kau bertanya-tanya.”
            “Ne?” Baekhyun lalu berhasil mencernanya dan tertawa, “Sungguh? Kau tinggal disini?”
            Jieun mengangguk.
            “Ah, jadi kau tahu aku tinggal di sini?” tanya Baekhyun.
            Jieun mengangguk. Lalu Baekhyun membuat ekspresi kecewa, membuat Jieun heran. “Kenapa kau tak memberitahuku? Aku menjadi orang jahat terus memintaimu bantuan. Kau menaiki sepedamu itu dari sini ke sekolah?”
            Masih heran, tapi Jieun mengangguk.
            “Ah, kau benar-benar tega, membuatku jadi orang sejahat itu. Jadi waktu itu kau pulang lebih malam? Karena aku?”
            “Gwen…” Jieun tak sempat menyelesaikan perkataannya.
            “Apanya yang tak apa? Jelas aku tak bisa dimaafkan.” Baekhyun terlihat begitu terganggu dengan masalah sekecil itu bagi Jieun.
            “Bukankah orang yang tidak tahu selalu mendapat pengecualian?” tanya Jieun akhirnya. Dia agak terkejut dengan reaksinya sendiri, entah sejak kapan ia bisa semudah ini berkomunikasi dengan orang lain.
            Baekhyun menatapnya, “Apa kau selalu sedingin ini dengan orang lain?”
            Jieun tak tahu harus merespon seperti apa, dia malah beranjak pergi.
            “Ya, kau mau kemana? Aku masih bicara denganmu.” Baekhyun tiba-tiba menghampiri Jieun saat ia berhenti dan menaiki boncengan sepeda Jieun. “Bisa aku ikut denganmu? Aku bosan setengah mati di dalam rumah.”
            Jieun sudah mau menolak, tapi Baekhyun tersenyum, senyum khasnya lagi, dan entah kenapa Jieun malah mengijinkannya dan mulai mengayuh sepedanya.
            “Kau sering melakukan ini? Bersepeda di hutan?” tanya Baekhyun di tengah perjalanan mereka. Lagi-lagi dia hampir gila karena sedari tadi Jieun tak bicara apa-apa.
            “Ya.”
            “Kau menguasai jalan-jalan kecil ini?”
            “Ya.”
            “Jadi kau tahu jalan-jalan pintas di sini?”
            “Ya.”
            “Dan apa kau selalu bicara sesingkat itu?” tanya Baekhyun tak sabar.
            “Ani, aku hanya tak terbiasa bicara denganmu.” jawab Jieun akhirnya. Dia sendiri tak yakin dengan jawabannya.
            “Kita satu sekolah, kita sudah beberapa kali bertemu, dan lihat sekarang, kita bahkan tetangga, apa aku masih terlalu asing untukmu?” tanya Baekhyun tak abis pikir. Dalam hidupnya bersosialisasi dengan orang lain bukankah sesuatu yang perlu dibahas lagi, karena itu sudah mendarah daging dengannya, dia takkan bisa hidup tanpa bicara satu jam saja.
            Jieun lalu menghentikan sepedanya.
            “Ya, apa kau marah?” tanya Baekhyun, ia lalu mengikuti Jieun, turun dari sepedanya.
            “Ani.” Jawab Jieun sambil menggeleng.
            “Lalu kenapa kau berhenti?” tanya Baekhyun.
            “Aku ingin mengambil ini.” Jieun menunjuk bunga-bunga liar yang tumbuh di bawah pohon yang cukup besar di hadapannya.
            Baekhyun lalu menertawakan dirinya sendiri, “Oh begitu ya.”
                        Beberapa menit kedepan, Baekhyun hanya diam menunggu Jieun sambil menikmati pemandangan sekitar. Dia belum pernah menghabiskan waktu di tempat seperti ini, dan ini hal yang menarik baginya.
            Setelah melihat Jieun sepertinya sudah selesai, Baekhyun bicara lagi, "Kau sudah selesai?"
            Jieun menoleh bermaksud menjawabnya sebelum ia melihat sesuatu di atas kepala Baekhyun, "Jangan bergerak!"
            "Apa?" tanya Baekhyun tak mengerti, lalu ia tahu Jieun sedang melihat atas kepalanya, "Apa ada sesuatu di atas kepalaku?"
            Jieun mengangguk dan menghampiri Baekhyun sepelan mungkin.
            "Apa itu?" Baekhyun mendadak histeris, "Apa itu lebah? Sebesar apa? Apa dia akan menggigitku? Singkirkan itu sekarang! Singkirkan sekarang Lee Jieun!"
            Jieun malah menghentikan langkahnya, lalu ia tertawa, menertawakan Baekhyun lebih tepatnya, "Bukan. Kupu-kupunya sudah terbang."
            "Apa?" Baekhyun memang melihat kupu-kupu sedang terbang di sekitarnya dan sekarang menjauhinya. Wajahnya melebur merah, karena dia sudah bertindak sebodoh itu.
            "Kupu-kupunyalah yang takut padamu." Jieun merasa bersalah karena tidak bisa menghentikan tawanya.
            "Kau senang?" tanya Baekhyun sedikit kesal. Tapi dia baru sadar, Jieun bisa mengeluarkan tawa seperti ini, secantik ini. Dia tak menyangka Jieun bisa melakukan itu.    "Mianhae." jawab Jieun saat tawanya sudah reda.
            "Kau tahu? Ini menyebalkan. Karena sepertinya kau punya semua kemampuan yang melebihiku. Dan aku selalu menunjukkan sisi lemahku padamu." jelas Baekhyun sekarang dia memegang kendali sepeda Jieun. "Ayo naik, dan biarkan aku yang menyetir sekarang. Kau diam saja dan naik!" kata Baekhyun dengan berusaha menegaskan setiap perkataannya.
            Jieun masih sesekali tertawa kecil sampai akhirnya ia benar-benar duduk di boncengan sepedanya. Entah kenapa bersosialisasi dengan lelaki ini, membuat Jieun merasa mudah.
            Mereka kembali dan menemukan Krystal di dalam mobil melewati gerbang rumahnya, sepertinya akan pergi ke suatu tempat. Dan dia melihat mereka berdua, sama sekali tak menatap Baekhyun, dia hanya memberi tatapan tidak sukanya pada Jieun. Membuat Jieun tahu, ini semua jelas mengganggu Krystal.
***
           
"Kau dan timmu sudah bisa latihan hari ini." Myungsoo menghampiri Eunji yang sedang makan siang di kantin bersama Jiyoung dan Jongin.
            "Benarkah?" tanya Eunji, tak begitu bersemangat berurusan dengan lelaki itu lagi. Jiyoung dan Jongin yang tadi berbincang seketika diam dan hanya memperhatikan, tepatnya memperhatikan Kim Myungsoo.
            Myungsoo mengangguk, "Apa lukamu sudah sembuh?"
            Eunji hanya meliriknya, "Apa pedulimu?" lalu membuang muka.
            Saat itulah Baekhyun datang bersama Krystal sambil membawa makanan mereka. Baekhyun mencari-cari tempat dan memutuskan untuk makan di meja tempat Jieun makan saat ini.
            "Karena kalian saling kenal, tak apa kan jika aku dan Krystal makan di sini?" tanya Baekhyun. Tak terlalu mempedulikan respon Jieun ataupun reaksi Krystal.
            Myungsoo dan Jongin seketika melihat itu. Jongin mendadak suram sedangkan Myungsoo terlihat marah, meski ia berusaha menutupinya.
            Krystal tahu Myungsoo ada di tempat itu, dan saat ini dia benar-benar merasa kesal. Dia takkan mengajak Baekhyun makan bersama jika akhirnya seperti ini. Jika dia tak mengajak Baekhyun tadi, dia takkan perlu melihat reaksi marah Myungsoo dan semeja dengan Jieun yang entah sudah berapa lama tak pernah ia ajak bicara. Krystal membenci keadaan ini, dan dia lebih benci lagi saat melihat Baekhyun begitu bersikap akrab pada Jieun. Krystal membenci itu, dia benci hubungan antara Baekhyun dan Jieun.
            Myungsoo sudah pergi dari tempat itu tanpa kata, sedangkan Jiyoung mengajak Jongin ke perpustakaan karena ia tahu itu juga bukan keadaan yang bagus untuk Jongin, meninggalkan Eunji sendiri dengan makanannya dan pemandangan drama yang sama sekali tak menarik minatnya.
            “Kenapa kau tak memakannya?” tanya Baekhyun pada Krystal yang masih diam saja sedari tadi.
            Jieun terus memaksakan untuk makan, menghabiskan makanan yang tadi sudah dibelinya, meskipun sangat sulit dengan melihat Krystal seperti itu. Dia tak bisa menyalahkan Baekhyun yang tak tahu apa-apa tentang mereka berdua.
            “Mendadak aku tidak lapar.” Jawab Krystal memaksakan senyumnya.
            “Apa dia memang sering begini Jieun?” Baekhyun malah bertanya pada Jieun tentang gadis yang menyuruhnya berhenti bicara padanya.
            Jieun melihatnya lagi, ekspresi wajah Krystal, ketidak sukaannya terhadap keadaan ini, atau lebih tepatnya pada Jieun sendiri. Jieun lalu segera beranjak dari duduknya sambil berkata, “Aku sudah selesai. Permisi.”
            Baekhyun tertegun melihatnya dan bertanya-tanya ada apa dengan dua gadis ini. Apa memang terjadi sesuatu dan dia sama sekali tidak peka? Baekhyun ingin tahu.
***

            “Gomawo.” Kata Jongin pada Jiyoung saat mereka sudah sampai di perpustakaan, meski mereka sama sekali tak bermaksud datang kesana.
            “Untuk apa?” tanya Jiyoung.
            “Karena membawaku pergi. Karena kepekaanmu tentang keadaanku.” Jawab Jongin langsung ke intinya.
            Jiyoung hanya tersenyum bodoh, “Ah itu biasa saja, aku kan memang sudah berjanji untuk membantumu soal ini. Jadi aku bisa melakukan apapun. Karena aku juga temanmu.”
            “Gomawo.”
            “Untuk apa lagi?”
            “Karena sudah bersedia menjadi temanku semenjak kita berumur 5 tahun.” Kata Jongin tersenyum. Memang dengan bantuan Jiyoung, kesedihannya bisa sedikit terlupakan. Lagi-lagi ia berusaha membutakan hatinya bahwa Jiyoung menyukainya.
            Jiyoung tersenyum dengan pikiran bercabangnya.
            Jieun melihat senyum Jiyoung saat ia juga memasuki perpustakaan, melewati mereka dan menempatkan dirinya di tempat favoritnya di pojok ruangan, namun dia malah menemukan lelaki bernama Changjo itu di sana. Dan Jieun akhirnya mememutuskan menghampirinya.
            “Kau Changjo?” kata Jieun tak yakin. Anak itu menggunakan earphone di telinganya. Terlihat tak mendengar Jieun sama sekali, dia tetap diam sambil memejamkan matanya.
            Akhirnya Jieun mendekat dan menyentuh bahunya kilat sambil memanggilnya lagi, “Changjo?”
            Changjo membuka matanya, “Aku mendengarmu Lee Jieun-ssi.” Kata ‘sunbaenim’ sudah hilang entah kemana.
            “Ah, begitu. Bisa.. bisa kita bicara?” tanya Jieun.
            “Bukankah kita sedang bicara noona?” tanyanya, kata ‘noona’ begitu saja dipakainya.
            “Noona?” tanya Jieun agak secara spontan.
            “Waeyo? Bukankah aku lebih muda darimu?” Changjo duduk lebih tegak dan melepas earphonenya.
            Jieun memilih tak mempermasalahkannya, "Kau serius soal perkataanmu waktu itu?"
            Changjo mengangguk.           
            "Lalu apa saja hal yang harus kudengar darimu?" tanya Jieun hati-hati, ini sama sekali bukan dirinya, bicara dengan orang yang belum begitu ia kenal.
            "Kita tak bisa bicara di sini noona." katanya sambil melihat ke sekeliling, "Sebenarnya aku ingin membawamu ke suatu tempat. Membawamu menemui beberapa orang."
            "Beberapa orang?"
            Changjo mengangguk lagi, "Tapi bukan hari ini. Entah kapan, tapi secepatnya." Changjo lalu menatap Jieun seksama, "Mian, jika aku benar-benar membingungkanmu. Tapi semua yang aku lakukan ini bukan hal yang buruk untukmu." ada ketulusan di matanya, Jieun bisa melihatnya.
            Jieun hanya diam, dia bepikir, meski dia juga tak tahu harus memikirkan apa.
            "Bukan hanya kita noona, ada cukup banyak orang lain yang memiliki kemampuan seperti kita. Kau harus tahu itu." jelas Changjo.
            "Benarkah?" Jieun benar-benar sulit mempecayai hal ini, seperti mempercayai kemampuannya sendiri saat pertama kali kemampuannya muncul begitu saja 14 tahun yang lalu.
            Changjo mengangguk lagi, lalu ia beranjak, "Percayalah padaku." sekarang dia mulai berjalan dan berhenti lagi untuk bicara, "Noona berhentilah bersikap menyedihkan." lalu ia pergi begitu saja. Lagi-lagi meninggalkan Jieun dengan kebingungannya.
***

            Baekhyun tahu bel masuk sudah berbunyi, tidak diam di bangku dalam kelasnya dan menunggu guru yang akan mengajar untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar, dia malah keluar berjalan menyusuri koridor hingga sampai di bawah tangga yang menuju ke atap gedung sekolah.
            Alasannya tak ingin berada di kelasnya saat ini adalah topik absennya Krystal dari bangkunya sendiri hingga Chanyeol dan Jongdae menanyainya tentang keberadaan Krystal, bahkan memasukkan soal mereka dijodohkan dan Baekhyun benar-benar tak menyukai hal itu. Baekhyun bahkan sempat mendengar kabar bahwa Krystal berpisah dengan kekasihnya, yang juga murid sekolah ini, karena kedatangan dirinya, sang calon pendamping hidupnya.
            Baekhyun malah menemukan Jieun di tempat itu, dengan keadaan setengah tubuhnya basah. Jieun jelas terlihat terkejut melihat Baekhyun.
            "Jieun?" Baekhyun menghampirinya.
            "Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau membolos?" tanya Jieun.
            "Itu yang ingin aku tanyakan padamu, apa yang kau lakukan dengan seragam basahmu itu?" Baekhyun lalu mengeluarkan saputangan dari sakunya dan membasuh wajah Jieun yang sebagian masih basah. Jieun segera menepisnya, karena keadaan ini membuatnya berdebar. "Kau bisa sakit, udaranya cukup dingin."
            Jieun hanya tersenyum kecut, "Aku sudah terbiasa."
            Lalu suatu yang akhir-akhir ini memenuhi otak Baekhyun muncul dan tanpa berpikir lagi, ia bertanya, “Aku ingin menanyakan beberapa hal padamu.”
            Jieun hanya menatapnya.
            “Kau dan Krystal, apa yang terjadi di antara kalian berdua? Kenapa kalian secanggung itu?”
            Jieun sempat berpikir Baekhyun ingin tahu hal ini, tapi tak menyangkan bahwa lelaki ini akan langsung menanyainya. “Kami memang tidak saling bicara.”
            “Wae?”
            Jieun hanya diam, tak mau menjelaskan dan Baekhyun memberinya pertanyaan lain.
            “Jadi kau tidak tahu apa-apa soal Krystal?”
            “Apa kau ingin mempelajari tentangnya dariku?” tanya Jieun balik, entah apa yang membuatnya penasaran akan hal ini.
            “Apa kau tahu siapa kekasihnya?” Baekhyun terlihat benar-benar ingin tahu.
            “Aku..” belum sempat Jieun menyelesaikan kalimatnya, langkah kaki terdengar dari sisi lain koridor, memberi tahu mereka bahwa seorang guru sedang berpatroli. Dengan cepat Baekhyun meraih tubuh Jieun dan berpindah ke belakang tangga yang menuju ke atap gedung itu, menjebak Jieun di antara dinding dan tubuhnya sendiri tanpa sengaja. Mereka bertahan seperti itu hingga guru itu hilang dari pandangan.
            Jieun berdebar, sangat kencang hingga ia takut Baekhyun akan mendengar atau merasakannya. Bahkan dia merasa gila, karena debaran itu terasa memantul dari dada Baekhyun. Terlalu keras, terlalu menyesakkannya hingga mungkin dia bisa mati sekarang karena situasi ini. Dan ditambah lagi dengan sepasang mata yang sedang menatapnya. Mata yang terlihat sedang sama terkejutnya dengan miliknya itu entah mengapa terasa seperti tempat yang familiar untuknya. Entah mengapa ia seakan sama sekali tak keberatan jika tenggelam dalam mata itu. Ini rasa yang aneh.
            Mereka berdua saling memisahkan diri dalam ketekejutan setelah sadar mereka tengah berada dalam posisi yang terlalu dekat.
            “Jika kita membolos harusnya kita tidak berkeliaran di koridor kan?” tanya Baekhyun mencarikan suasana. “Apa kau punya tempat yang bagus?”
            Mereka berdua menaiki tangga itu menuju atap gedung tempat Jieun biasa mengeringkan diri, tanpa ada yang tahu.
            Di sanalah mereka, berharap mendapat tempat sembunyi yang biasa Jieun jamin kesunyiannya, malah menemukan adegan yang benar-benar membuat Baekhyun tak enak hati. Mereka bersembunyi di balik pot besar berisi tanaman, tak ingin mengganggu dua murid yang sedang bicara serius di pinggir gedung itu.
            “Asal kau tahu aku masih tak ingin mempercayai alasanmu berpisah denganmu adalah lelaki itu. Aku masih ingin percaya bahwa kau ingin melindungiku, menjauhkanku dari masalah dengan keluargamu dengan cara menyakiti dirimu sendiri.” Myungsoo bicara pada Krystal yang saat ini sama sekali tak menatapnya, matanya tertuju pada langit luas dan cerah di depan mereka.
            “Kau bisa berhenti melakukannya sekarang, atau kau makin terluka pada akhirnya.” Krystal bicara dengan dingin, dia tak ingin melihat ekspresi Myungsoo saat ini, ekspresi yang akan membuatnya merasa bersalah.
            Myungsoo lagi-lagi tertawa kecut, “Kau benar-benar menyukainya? Lelaki itu?”
            “Kau sudah tahu jawabanku, aku tak pernah berbohong padamu.”
            “Lalu dulu kau sungguh menyukaiku?” Perih bisa terasa dari suara yang keluar dari mulut Myungsoo, menunjukkan betapa terlukanya ia saat ini.
            “Kau sudah tahu jaw..” Myungsoo memotongnya.
            “Meski aku tahu jawabanku tak tahukah kau betapa seulitnya untukku mempercayainya sekarang?” teriak Myungsoo.
            Krystal mengernyit kali ini dia menatap Myungsoo dan menguatkan hatinya, “Kau sudah berlebihan. Kau bahkan sudah tahu kita sudah tidak memerlukan semua pembicaraan ini. Ini hanya akan melukaimu lebih dalam.” Krystal pergi kembali ke kelasnya. Sedangkan Myungsoo menendang didinding pembatas di hadapannya sebelum akhirnya juga pergi entah kemana.
            Mereka berdua keluar dari persembunyiannya, “Harusnya kita juga tidak kesini.” Kata Jieun.
            Baekhyun diam saja sejak tadi. Sama sekali tak bersuara dan ekspresi wajahnya bergitu terkejut sekaligus sedih, “Jadi, semua itu benar?” Perasaan bersalah menghantamnya. Dia tak menyukai ini, ini adalah salah satu dari hal yang ia takuti sejak dulu. “Siapa namanya?”
            Jieun dengan segan menjawab, “Kim Myungsoo.”
***

            Baekhyun menatap gadis di hadapannya itu dengan iba, rasa bersalahnya masih menumpuk.
            “Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Krystal. Saat ini mereka sedang berada di beranda kamar Krystal. Baekhyun menghampirinya saat ia menghabiskan waktu denganmembaca buku-buku kesukaannya. Dalam hatinya ia merasa senang, karena untuk pertama kalinya, Baekhyun khusus datang ke rumahnya, untuk mencarinya dan bicara dengannya. Ia bahkan hampir tak percaya dengan perkataan pelayannya tadi sebelum mempersilahkan Baekhyun masuk.
            “Mianhae.” Baekhyun tak tahu lagi harus berkata apa.
            Jelas Krystal meresponnya dengan heran, “Waeyo?”
            “Jujur aku tidak tahu harus memulai semua ini darimana…” Baekhyun kehabisan kata-kata, dia tak tega membawa topik yang ia pikirkan ke permukaan.
            Ekspresi wajah Krystal berubah khawatir melihat keseriusan Baekhyun meski dia berusaha menutupinya, belum pernah ia melihat Baekhyun yang seperti ini. Itu semakin membuatnya benar-benar merasa sama sekali tak mengenal Baekhyun. Laki-laki yang sebenarnya selama ini mengisi hatinya.
            “Aku tahu tujuan perjodohan kita.” Baekhyun terus menatap krystal, membuat gadis itu tak berani menatap balik. "Bahkan mereka sudah mulai membicarakan pertunangan kita. Tapi, kau tahu sejak awal aku.."
            "Kau tidak pernah menyetujui perjodohan ini." Krystal memotong perkataan Baekhyun dengan datar. Inilah kenyataan yang sama sekali tak ia sukai. Inilah yang selama ini ia takutkan, sesuatu yang tak sesuai dengan keinginannya namun begitu penting dan akan merusak semua kebahagiaannya.
            Baekhyun mengangguk lemah, "Apa kau kecewa?"
            "Sangat. Kau tahu dari awal hanya aku yang menyetujui perjodohan ini. Dan dengan menyedihkannya aku menyukaimu sendirian." jawab Krystal jujur, toh tak ada gunanya lagi menyembunyikan ini semua.
            Baekhyun makin tak tega mendengarnya. Dia menyesal dia harus tumbuh seperti ini, memiliki hati yang cukup lemah untuk selalu merasa kasihan pada orang lain atau untuk selalu menurut pada perkataan orang tuanya meski ia sama sekali tak mau.
            "Lalu Kim Myungsoo itu?" Baekhyun mencoba bertanya.
            Krystal agak terkejut Baekhyun mengetahui tentang Myungsoo, "Apa yang ingin kau ketahui?"
            "Tak bisakah kau melihat seluruh kekecewaannya karena berpisah denganmu?"
            Kali ini Krystal melihat ke bawah berandanya berusaha menghindar dari tatapan Baekhyun, "Itu urusanku, kau tak perlu khawatir."
            "Tapi kenapa kau menjalin hubungan dengannya jika pada akhirnya kau meninggalkannya?"
            Krystal mengingat benar masa-masa itu. Masa dimana Krystal pada akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Myungsoo, "Karena aku merasa gila. Aku gila karena aku masih belum mendengar kabar dari keluargamu di Amerika tentang perjodohan kita. Saat itulah Myungsoo datang dan membuatku menyukainya." Krystal memberanikan diri menatap Baekhyun, "Ya, anggap saja aku hanya memanfaatkannya selama aku menunggumu."
            "Kenapa kau seperti ini? Haruskah kau melewati semuanya dengan keegoisanmu itu?" Krystal benci mendengar kekhawatiran yang tulus dari Baekhyun itu, itu membuatnya merasa lemah karena bahkan lelaki yang tidak menyukainya pun mengkhawatirkan hidupnya, Krystal benar-benar benci itu.
            "Bisa kau pergi? Aku ingin istirahat." kata Krystal mengakhiri semuanya.
            Baekhyun tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia pun pergi dari tempat itu.
            Jieun baru saja kembali tempat favoritnya di hutan belakang rumah Krystal itu saat ia melihat Baekhyun keluar dari rumah Krystal dengan wajah penuh pikirannya.
            Baekhyun melihat Jieun dan memaksakan senyumnya. Entah mengapa sejak kejadian itu, ia menjadi sedikit merasa canggung jika berada di dekat Jieun. Dia sendiri tahu ini sama sekali bukan sifatnya, dia jarang sekali merasakan hal semacam itu dengan orang lain. Namun semenjak jantungnya berdetak terlalu kencang seperti saat itu, berada di dekat Jieun menjadi hal yang menyesakkan baginya. Pandangannya terhadap Jieun sekarang pun menjadi berbeda. Ini benar-benar aneh pikirnya.
            Mereka sama sekali tak bicara, dan Jieun agak merasa aneh karena sepertinya Baekhyun yang selalu ceria dan banyak bicara sedang hilang entah kemana.
***

            "Kau Kim Myungsoo?" tanya Baekhyun setelah mengahampiri lelaki yang baru saja selesai latihan basket di gedung olahraga sekolah mereka itu.
            Setelah menegak air minumnya, Myungsoo mendongak dan mendapati lelaki yang lebih pendek darinya menunduk menatapnya dengan pandangan yang tidak ia mengerti.
            Myungsoo mengenalinya, lelaki yang dijodohkan dengan Krystal, lelaki yang menjadi alasan bagi Krystal untuk berpisah dengannya.
            "Mianhae. Aku hanya ingin meminta maaf padamu. Aku tahu mungkin bahkan aku tak pantas dimaafkan, tapi.."
            Myungsoo memotongnya, malas mendengar perkataannya yang terlihat tulus itu, "Apa yang sebenarnya kau bicarakan? Aku bahkan tak mengenalmu." Myungsoo merasa bodoh. Ia merasa kalah, jelas jika dibandingkan dengan lelaki seperti Byun Baekhyun ini dia tak ada apa-apanya. Lelaki yang terlihat begitu baik dengan latar belakang keluarga yang bagus itu jelas membuatnya terlihat tak berguna jika dibandingkan dengan kehidupannya sendiri. Dia sekarang bahkan tak punya orang tua sebagai latar belakangnya. Hidupnya yang keras membangun sifatnya yang juga keras. Pastilah Krystal lebih memilih masa depan yang cerah bersama Baekhyun. Myungsoo ingin membenci lelaki di hadapannya itu, tapi bahkan ia tak sanggup, karena Baekhyun memang sudah ada dalam kehidupan Krystal sejak dulu, dia sendirilah orang baru di situasi ini.
            "Mungkin memang gara-gara aku Krystal melakukan itu semua. Ya semua itu gara-gara aku. Jika aku tak kembali kesini semua itu pasti tidak akan terjadi." jelas Baekhyun.
            Myungsoo tak berani menatap Baekhyun, ia memandang ring basket yang seharusnya tidak perlu ia lihat itu. Dia tersenyum kecut.
            "Ini pertama kalinya kita bicara, seharusnya tidak seperti ini. Aku hanya ingin kau memaafkanku." mohon Baekhyun.
            "Bisa kau diam?"
            "Mian aku tidak bisa, aku tidak bisa hidup dengan adanya orang yang membenciku. Meski bukan sekarang, aku harap aku bisa menjelaskan semuanya padamu, untuk membuat lebih tenang. Dan aku harap kita bisa jadi teman, atau setidaknya bukan musuh."
            Myungsoo tak menyangka Baekhyun bisa banyak bicara seperti ini, bahkan meski mereka berdua belum saling kenal. "Kau sudah selesai?"
            "Baiklah, aku rasa itu cukup." Baekhyun lalu mengulurkan tangannya, "Aku Byun Baekhyun."
            "Aku sudah tahu." kata Myungsoo lalu beranjak pergi meninggalkan Baekhyun yang menjengkelkan itu.
            "Benarkah?" tanya Baekhyun terkejut.
            "Kau lupa ada nama di setiap seragam murid sekolah ini?" kata Myungsoo sambil lalu sambil keluar dari gedung olahraga. Dia tak menyangka Baekhyun sebodoh itu.
            Baekhyun tersnyum, "Ah benar. Aku lupa." Baekhyun menggaruk kepalanya yang tak gatal.
***

            "Sebentar lagi dia pasti lewat. Tadi aku melihatnya sudah memarkir sepedanya." kata Jongdae pada Chanyeol yang sedang memegang sejumlah tepung di tangannya.
            "Kalau begitu kali ini kau yang memberi aba-aba. Nanti kau salahkan aku lagi kalau tidak tepat sasaran." gerutu Chanyeol.
            Dan tak lama kemudian mereka melihat Jieun datang seperti yang mereka duga, "Ya! Itu dia, cepat bersiap!" kata Jongdae. Dan merekapun bersembunyi.
            Jieun sedang tak ingin terkena apapun itu yang tengah Jongdae dan Chanyeol persiapkan untuknya, dia sedang tak ingin mengalah hari ini. Ia sudah hampir menghentikan waktu saat mendengar Jongdae memberi aba-aba pada Chanyeol, namun itu tak terjadi karena ada seseorang yang mencegah mereka.
            "Ya! Apa yang kalian lakukan? Hentikan!" Baekhyun menghampiri Chanyeol dan Jongdae dengan wajah yang tak enak dilihat.
            "Ah wae? Apa masalahmu?" tanya Jongdae.
            "Kau benar-benar temannya?" tanya Chanyeol tak percaya. "Kalian sedekat itu?"
            "Jadi kalian yang sering mengerjainya? Ada apa dengan Jieun apa yang salah darinya? Kenapa kalian jahat sekali padanya?" bela Baekhyun dengan kekesalannya.
            "Ya, dia bukan satu-satunya, dia hanya salah satu murid yang menjadi sasaran kami." jelas Jongdae.
            "Apa kalian tidak punya pekerjaan lain yang lebih bermanfaat?" Tanya Baekhyun tak habis piki sambil menghampiri Jieun.
            "Jieun-ah! Gwenchana?" Baekhyun mengecek keadaan Jieun, dan lagi-lagi debaran di dadanya muncul. Ia lupa bahwa ia sedang dalam keadaan seperti ini jika di dekat Jieun. Baekhyun langsung melebur merah dan pergi begitu saja.
            Jelas Jieun dibuat heran lagi. Tapi entah apa yang dia rasakan saat ini, terlalu bercampur aduk dengan rasa-rasa yang dia sendiri tak bisa menganalisisnya. Rasa yang dominan adalah, baru kali ini ia merasa dilindungi dan punya pelindung, seorang Byun Baekhyun yang punya senyum menentramkan hati itu.
            "Ya.. Mereka kenapa?" gumam Chanyeol heran.
            "Aku mencium sesuatu yang aneh dari mereka." jawab Jongdae.
***
            Untuk kesekian kalinya Baekhyun menemukan hanya meja tempat Jieun makanlah yang kosong pada jam makan siang seperti ini, tapi mengingat kondisi Baekhyun saat ini, ia memilih bergabung dengan teman sekelasnya, "Anyeong!" kata Baekhyun santai sambil duduk di samping Jongin.
            Jongin, Jiyoung dan Eunji melihatnya dengan heran. "Gwenchana?" tanya Eunji.
            "Wae?" tanya Baekhyun sambil menikmati makanannya.
            "Kenapa kau tidak menemani temanmu itu?" tanya Eunji lagi kali ini sambil melirik ke arah Jieun.
            "Apa aku tidak boleh makan di sini? Dan kenapa kedengarannya hanya aku satu-satunya temannya?"
            "Karena memang kelihatan begitu." kata Jiyoung.
            "Jadi kalian bukan? Sudah beberapa tahun ini kalian satu sekolah dengannya, kalian bukan temannya?" tanya Baekhyun, kali ini dia merasa agak kesal.
            “Ya! Bukannya kami tak mencoba berteman dengannya, tapi seperti yang aku kira, sampai saat ini hanya kau yang bisa dengan mudahnya bicara dengannya.” Jelas Eunji membela diri.
            “Geurae! Kau kira kami termasuk murid-murid yang menjauhinya hanya karena dia seperti itu?” kata Jiyoung tak terima. “Kau hanya tidak tahu seperti apa usaha Eunji agar Chanyeol dan Jongdae berhenti mengerjainya.”
            Baekhyun melihat kejujuran di mata mereka/ dia agak tak menyangka Jieun seperti ini. Dia memang tak begitu banyak bicara, tapi Baekhyun tak menyangka ternyata itu sangat berpengaruh dalam dunia pertemanannya. Dia jadi ingin membantu Jieun keluar dari dunianya itu.
            “Ya itu! Dua teman kalian itu! Ternyata memang mereka selama ini mengerjai Jieun.” Kata Baekhyun kesal. “Apa mereka memang begitu? Menghabiskan waktu mereka dengan hal-hal seperti itu?”
            “Kau bisa lihat sendiri.” Kata Jongin.
            “Ada yang sedang membicarakan kami?” Jongdae dan Chanyeol tiba-tiba datang.
            “Benar! Kami membicarakan kalian.” Jawab Baekhyun.
            “Wae?” tanya Jongdae, dia sembarang duduk di antara Baekhyun dan Jongin.
            “Bisakah kalian berhenti mengerjai Jieun?” lalu Baekhyun menggelengkan kepalanya, “Ani! Kalian harus berhenti mengerjai Jieun. Apa kalian tak tahu dia sering membolos kelas dan membiarkan dirinya kedinginan di atap gedung sekolah untuk mengeringkan diri?”
            Dua orang yang sedang menjadi topic malah membicarakan hal lain, “Sepertinya apa yang kita pikirkan benar!” Chanyeol berkata lalu bertepuk tangan dengan Jongdae.
            “Ya! Kalian dengar dia tidak?” tanya Eunji marah.
            “Ada yang lebih penting dari itu.” Kata Jongdae, wajahnya ia buat seolah-olah serius, “Byun Baekhyun aku harus bertanya padamu. Apa sebenarnya hubunganmu dengan Jieun?”
            “Mwo?” Baekhyun jelas tidak siap dengan pertanyaan ini, bahkan tak pernah terpikirkan olehnya mengenai hal ini.
            “Kau satu-satunya orang yang seakan mengenalnya dengan baik. Bagaimana itu bisa terjadi?” tanya Chanyeol.
            “Wae? Karena kalian tidak bisa maka aku juga tidak boleh bisa?” sangkal Baekhyun.
            “Berarti ada sesuatu yang istimewa dengan kalian kan?” tanya Jongdae, “Lalu kenapa waktu itu kau ajak Krystal makan bersama di mejanya?”
            “Kami bertiga saling kenal. Apa salahnya itu?” tanya Baekhyun balik.
            “Kalian saling kenal?” tanya Eunji dan Jiyoung bersamaan seakan mereka juga turut mengintrogasi Baekhyun sekarang.
            “Ya! Kami tetangga!”
            “Tetangga?” bereka semua kecuali Jongin terbelalak.
            “Jadi Krystal dan Jieun saling kenal?” tanya Eunji tak percaya.
            “Tapi kenapa Krystal bersikap seakan dia sama sekali tak kenal dengan Jieun?” tanya Jiyoung.
            “Ya, mereka kenal sejak kecil. Dan kalau soal itu, aku juga baru tahu baru-baru ini.” Jelas Baekhyun.
            Mereka menjadi semakin semangat menguak informasi dari Baekhyun.
            “Bahkan kenal sejak kecil?” tanya Eunji lagi.
            “Bagaimana Krystal bisa..?” Jiyoung tak sanggup meneruskan kalimatnya.
            “Ya, orang manapun pasti juga akan berpura-pura tak mengenal Jieun meskipun mereka kenal sekalipun.” Celetuk Chanyeol tanpa berpikir panjang. “Bukankah itu hak Krystal?”
            “Jieun tinggal di paviliun rumah Krystal.” Kata Baekhyun pelan, ia sedih memikirkan dua gadis yang tidak pernah bertegur sapa itu. “Entah bagaimana mereka bisa begitu.”
            “Apa Jieun anak pelayan di rumah Krystal?” tanya Jongdae setelah menarik sebuah kesimpulan. Yang lain seketika menoleh kea rah Jieun yang sepertinya secara melegakan tak bisa mendengar yang sedang mereka bicarakan.
            “Wae?” tanya Baekhyun marah, ”Kalau memang begitu kenapa? Apa kalian akan menggunakannya sebagai bahan olokannya?”
            “Ya!” Jongdae tersenyum, “Kenapa kau khawatir sekali?”
            “Sudah kubilang mereka itu terlalu istimewa.” Tambah Chanyeol.
            “Apa kau berusaha menjalin hubungan baik dengan anak pelayan Krystal?” tanya Jongdae.
            “Teruskan perkataanmu, Akan ku habisi kau!” kata Baekhyun benar-benar marah.
            “Anak ini bisa marah juga ternyata.” Jongdae malah tertawa.
            “Apa kau menyukainya? Apa kua menyukai Jieun?” tanya Chanyeol.
            Pertanyaan itu malah menamparnya. Ide itu kenapa secara mengejutkan cocok dengan mudah jika dilihat dari suasana hati Baekhyun terhadap Jieun saat ini? Baekhyun membeku.
            Jongdae dan Chanyeol terlihat senang. “Benarkan?”
            Eunji, Jiyoung dan Jongin ikut terkejut, mereka memperhatikan Baekhyun dengan seksama saat ini.
            “Benar kau menyukainya?” tanya Chanyeol sambil tertawa.
            “Lalu bagaimana dengan Krystal?” tanya Jongdae, tawanya juga semakin memuncak.
            Melihat ekspresi Baekhyun yang rumit, Jongin langsung menyuruh Jongdae dan Chanyeol untuk berhenti tertawa dengan gesturnya.
            “Bagaimana kalian bisa membahas hal itu?” tanya Eunji marah pada dua pembuat onar itu.
            “Ya! Kami penasaran. Bukankah kalian juga?”Protes Jongdae.
            “Oh tidak.” Kata Baekhyun Akhirnya.
“Apa bahkan kau baru menyadarinya sekarang?” Tanya Jongdae sambil tertawa lagi.
            Baekhyun hanya menatap mereka, sibuk dengan pikirannya sendiri.
            “Apa ada masalah? Kau bisa ceritakan pada kami. Bukankah sekarang kami temanmu?” kata Chanyeol. “Kami ini tim yang hebat, aku dan Jongdae bisa membuatmu sadar seperti itu. Bahkan kami sangat menghibur. Kalau kau sakit, Jiyoung bisa merawatmu dengan baik, Kalau kau punya sesuatu yang harus dipikirkan, otak Jongin sangat manjur untuk berpikir, dan kalau kau butuh bodyguard, Eunji bisa melakukan apapun untuk melindungimu.”
            Ide ini juga baru di otaknya. Dia tak pernah punya teman yang semacam itu. Seramah apapun dia menjalani hidupnya, semua orang selalu merasa segan untuk terlalu dekat dengannya karena latar belakang keluarganya. Dan saat ia hidup di Amerika kemarin, meski masih tak mempunyai teman sedekat itu karena perbedaan budaya, setidaknya tak ada yang mempermasalahkan latar belakang keluarganya di sana.
            Dan teman-teman baru di hadapannya ini, betapa inginnya dia mendapatkan semua yang dikatakan Chanyeol barusan. Mungkin hidupnya takkan terasa semenyesakkan seperti sebelumnya, itu yang ada di pikiran Baekhyun saat ini.
            “Sebenarnya aku…” Baekhyun masih ragu untuk mengatakan apa yang ingin dia katakan saat ini.
            “Tak apa. Katakan saja pada kami.” Kata Chanyeol. Jongdae dan Jiyoung mengangguk.
            “Jika kau sudah cukup mempercayai kami, maka katakanlah. Kami akan mempertahankan kepercayaanmu. Seperti itulah tepatnya kami.” Kata Eunji membuat Baekhyun semakin yakin.
            Baekhyun kali ini menatap Jongin, meminta persetujuan. “Eunji tak pernah berbohong.” Kata Jongin.
            Entah bagaimana seorang Byun Baekhyun bisa membawa aura seperti ini. Melihat keadaannya sekarang saja bisa membuat Jiyoung sejenak lupa akan rasa khawatirnya pada Jongin soal apa saja yang akan dikatakan Baekhyun jika itu mengenai Krystal. Membuat Jongin juga lupa sejenak akan rasa sukanya terhadap Krystal, dan membuat Jongdae dan Chanyeol kehilangan sejenak otak nakal mereka yang berniat mengerjai Baekhyun. Mereka semua menjadi fokus pada masalahnya. Keramahan dan ketulusan Byun Baekhyun bisa menggerakkan orang lain untuk simpati dan ingin menolongnya.
            “Sejak awal aku tidak pernah menyetujui perjodohan itu.” Kata Baekhyun akhirnya.
            Yang lain dengan seksama mendengarnya dan merasa terkejut.
            “Aku kira kau baik-baik saja.” Kata Eunji. “Bahkan aku kira kau menyukai Krystal.”
            “Dia sudah seperti adik bagiku. Aku hanya bersikap sebatas kakak padanya, karena sejak awal aku tak bisa menyukainya sebagai lelaki.” Jelas Baekhyun polos.
            Jongin dan Jiyoung saling bertatapan, mereka mengerti keadaan seperti apa sekarang.
            “Dan saat aku tahu dia memutuskan Kim Myungsoo, aku juga baru tahu bahwa dia benar-benar menyukaiku.”
            “Lalu Kim Myungsoo?” Tanya Eunji tak habis pikir, “Apa fungsinya dia bagi Krystal?”
            “Ya! Pelankan suaramu!” kata Jongdae dan Chanyeol bersamaan. Entah sejak kapan mereka berubah seserius itu.
            “Apa dia hanya memanfaatkan Kim Myungsoo selagi menunggumu?” tanya Eunji lagi.
            “Dia menyuruhku berpikiran seperti itu, tapi aku tahu Krystal bukan gadis seperti itu. Menurutku saat itu Krystal benar-benar menyukainya.” Jelas Baekhyun.
            “Ya, dia bukan gadis seperti itu.” Perkataan itu keluar begitu saja dari mulut Jongin. Jiyoung dan Eunji seketika menatapnya.
            Baekhyun yang tidak mengerti memilih meneruskan perkataannya, “Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?”
            “Memangnya kenapa?” tanya Chanyeol dan Jongdae bersamaan.
            “Dia sekarang menyukai Jieun, bukankah itu membuat semuanya semakin rumit? Apa kalian tidak bisa berpikir? Dasar bodoh!” kata Eunji tak sabaran.
***

            "Apa noona tidak bisa berhenti menggunakan kemampuan noona?" tanya Changjo tiba-tiba setelah duduk di samping Jieun di salah satu bangku taman di halaman tengah sekolah.
            Jieun yang sedang memperhatikan murid-murid yang sedang berbincang satu sama lain itu tentu saja terkejut, "Changjo?"
            Changjo tak menatapnya, ia juga mengedarkan pandangannya ke depan seperti Jieun tadi.
            "Apa maksud perkataanmu barusan?" tanya Jieun akhirnya.
            "Akan sulit jika aku menjelasnya sendirian. Aku sedang dalam masa tak bisa menggunakan kemampuanku dalam usaha untuk menghilangkannya." Changjo terlihat khawatir, dan Jieun kesal karena tak tahu apa-apa.
            "Apa? Bisa dihilangkan? Kenapa kau berusaha menghilangkannya?" tanya Jieun lagi, kali ini lebih menggebu dari yang tadi.
            "Kau akan tahu nanti.Yang terpenting mulai dari sekarang kau harus mengurangi pemakaian kemampuanmu, atau kalau bisa, jangan gunakan sama sekali." jelas Changjo singkat lalu pergi setelah meninggalkan sebuah minuman kaleng untuk Jieun, minuman kaleng favorit Jieun yang selalu menemaninya saat makan siang.
            Jieun mengambilnya dan memikirkan semua yang dikatakan Changjo, ia ingin segera mengerti semuanya.
            Dari jauh Baekhyun, ditemani Jongdae dan Chanyeol tak sengaja melihat pemandangan tadi. "Jadi Baek lupakan dulu sejenak tentang Krystal." kata Chanyeol.
            "Aku tahu kau pasti terbakar rasa cemburu sekarang. Ini kali pertamanya Jieun terlihat berbincang dengan orang selain kau di sekolah ini. Jadi datangi Jieun sekarang!" kata Jongdae mantap.
            "Ya, sekarang atau tidak selamanya. Kau harus mengatasi grogi berlebihanmu terhadap Jieun. Apa kau mau membiarkan Jieun berteman dengan anak itu? Siapa dia Jongdae?" Chanyeol menambahi.
            Jongdae menjentikkan jarinya, "Aku ingat namanya Changjo. Dia adik kelas kita. Kau mau Eunji menghajarnya Baek?"
            Baekhyun memutar bola matanya. Ada apa dengan dua orang ini? "Siapa bilang aku cemburu? Bukankah itu baik? Jieun mulai bisa berteman."
            "Jangan bohong Baek!" kata Jongdae dan Chanyeol bersamaan.
            "Aku tidak bohong!"
            "Sudah cepat sana! Atasi grogimu!" Jongdae sudah dengan kuat mendorongnya. Ia sudah tidak di balik pilar lagi dan Jieun sudah bisa melihatnya. Dan Ya Tuhan! Jieun tersenyum padanya. Senyuman itu entah kenapa selalu membuatnya merasakan sesuatu, sesuatu yang bahkan tak ia mengerti.
            Entah kenapa sekarang Baekhyun berpikir, dirinyalah orang yang sulit bergaul dan selalu canggung di hadapan orang lain, dan Jieun, melihatnya seperti itu, dia sama sekali tidak canggung dan terlihat mudah, bahkan terlalu mudah bergaul dengan orang lain. Pantas saja dia sudah punya teman baru sekarang. Adik kelas itu, betapa mudahnya dia berteman dengan Jieun? Dan dia tidak tahu betapa sulitnya Baekhyun mengajak Jieun bicara saat mereka baru kenal. Baekhyun mengerjapkan matanya, apa dia memang cemburu?

TO BE CONTINUED

9 komentar:

  1. saya hadiiirrr....
    berhubung sudah lama, jadi harus baca part1 lg buat nginget-inget -..-"
    *mmafingatansayalemah*
    aaaaaa banyakin Myungsoo-Eunjinya ddoooong..
    kok rsanya mereka hanya sekedar lewat di part ini :(
    cepetan dong lanjutannya... hahahah

    BalasHapus
  2. setelah sekian lamaa..
    sampe buka part 1 buat inget-inget alurnya -.-
    *maklumlahingatanlemah*
    aaaaaa Myungsoo-Eunjinya kuraaang.. >.<
    terus Changjo ini bikin dilema deh yah...

    BalasHapus
  3. tidak bgt cmburu. Kan baek anak baik2 yg tdak egois ekekekkeke . Eaakkk diam2 suka, loalah aku lakyo tambah seneng nang changjo gr2 de.e nyimpen rahasia ngene. Waaaa tiba2 chanchen berubah dadi baik hati dan pengertian benar2 abg labil . Jadi inget pepatah *tidak selamanya orang jahat akan selalu jahat* ekekekkek . Sumpiilllll pengen ndang dilanjut pengen ndang baek meet meet-an karo IU *sepakkrystal. Iso gak iso endinge kudu persis ambek opo sing tak pingin. *hiyaaa

    BalasHapus
  4. BaekJieun !
    Akhirnya mereka udah mulai saling suka di chapter ini. Suka banget sama Chanyeol & Chen di akhir, mereka jadi team Baek. hahaHAHA. Chen Yeol bakal berhenti ganggu Jieun.
    Kai! Kapan Kai suka sama Jiyoung juga?
    Eunji? Penasaran banget dengan siapa akhirnya Eunji di pasangkan.
    Dan Krystal, menurut feeling sepertinya Krystal itu beneran suka sama myugsoo di masa lalu. *kasihan Myungsoo*

    Point yang masih bikin penasaran ya tentang pengendali waktu itu. Siapa aja yg bisa mengendalikan? Apa Taoketua klub mereka? [?]
    Kenapa juga Changjo mau ilangin kemampuannya? Apa kalo menggunakan kemampuan itu terus, bakal bikin orangnya mati? zzZZZzzZZzzz

    Next chap nya di tunggu...

    BalasHapus
  5. yeah akhirnya dilanjut

    aq tunggu lanjutan kisah BaekU nya

    haha
    banyakin moment sweet mereka donk
    ff nya daebak cpet2 dilanjut ya thor

    #Hwaiting ^^

    ExoIU Shipper disini

    BalasHapus
  6. Akhirnya di update juga part 2, part 3 nya cepetan nyusul dong, ini keren bangen ceritanya... apalagi main castnya baekiu... :)

    BalasHapus
  7. Keren... baekiu couplenya... ditunggu update chapter 3nya yaa.. :)

    BalasHapus
  8. next chapter!
    aku suka banget sama cerita nya ^^

    please BAEKU moment! ^^

    BalasHapus
  9. author.. salut.. ak bener2 larut ke dalam cerita ff ini.... lanjutin ya! semangat! aku menantikan kelanjutannya ^^

    BalasHapus