Jieun terbelalak, seketika ia melihat ke sekitar untuk
memastikan tak ada yang mendengarnya. Hal ini, hal yang tak pernah ia bicarakan
dengan orang lain, bagaimana laki-laki bernama Changjo ini bisa mengatakannya
begitu saja?
“Mungkin kau tidak
percaya. Tapi aku mohon kau bisa mempercayaiku.”
“A..apa yang
sebenarnya kau bicarakan?” tanya Jieun mencoba menutupinya.
“Kau tak bisa
mengelak. Meski aku tak bisa menunjukkannya sekarang, aku juga sama sepertimu.”
Jelas Changjo dengan tenang.
“Kau?” tanya Jieun
tak percaya.
“Banyak yang harus
aku jelaskan padamu sunbaenim, tapi tidak sekarang. Ada banyak hal yang harus
kau tahu tentang semua ini. Aku harap kau siap menerimanya.” Changjo lalu
beranjak pergi, “Maaf jika aku mengejutkanmu.” Dia lalu tersenyum, “Aku
Changjo. Adik kelasmu.”
Jieun hanya
mengangguk sambil melihat anak itu pergi begitu saja meninggalkan dirinya yang
masih dalam kebingungan. Jelas sulit untuk mempercayai hal ini. Hal yang selama
ini hanya dia yang tahu, entah bagaimana bisa ada pengendali waktu lain di
dunia ini.
Bukan Jieun tak
pernah bertanya-tanya, tapi dia tak percaya ada orang lain, orang lain yang sama dengannya, memiliki
keanehan yang berbeda dari orang lain. Di lubuk hatinya, Jieun merasa lega,
karena untuk pertama kalinya ia merasa tak sendirian. Betapa inginnya ia
mempercayai ini semua meski sulit.
***
“Ya ampun
Eunji-ah?” Jongdae terkejut melihat wajah Eunji. “Apa yang terjadi dengan pipi
kirimu? Apa kau terlibat pertarungan antar geng semalam?”
Eunji hanya
melihatnya dengan malas namun tak bicara apa-apa. Dia sudah terlalu pusing
merasakan memar di pipinya itu. Dia bahkan sudah lelah menerima interogasi dari
orang tuanya semalam.
“Ini karena dia
dari rumah Myungsoo semalam.” Jiyoung yang menjawab, “Ada orang-orang setengah
mabuk yang menganggunya.”
“Dan kau mengahajar
semuanya?” tanya Jongdae takjub.
“Lebih tepatnya
Myungsoo yang menghajar salah satunya.” Jawab Eunji kesal. Dia benar-benar
masih kesal.
“Jinja?” tanya
Jongdae semangat, “Harusnya aku melihat semuanya semalam. Pasti seru!”
“Ya!” teriak
Jiyoung tak terima, “Dasar otak aneh!”
“Wae? Apa kau tidak
ingin melihat temanmu dengan hebatnya menghajar berandalan itu? Dasar pecinta
drama! Kau harus melihat film aksi sekali-kali.”
Jiyoung hanya
melempar pandang malas pada Jongdae.
“Ya! Kalian tahu
apa yang baru saja aku dengar?” tanya Chanyeol setelah dengan tiba-tiba datang.
“Wae wae wae? Ada
berita baru?” tanya Jongdae lebih semangat lagi.
“Kalian tahu apa
alasan Baekhyun pindah ke sekolah ini?” tanya Chanyeol dan dijawab gelengan
kepala oleh Jiyoung dan Jongdae, sedangkan Eunji masih sibuk dengan
kekesalannya sendiri. “Agar lebih dekat dengan gadis yang dijodohkan
dengannya.”
“Jinja?” tanya
Jongdae.
“Dan kalian tahu
siapa gadis yang dijodohkan dengannya?” tanya Chanyeol lagi membuat
teman-temannya makin penasaran.
Jongdae dan Jiyoung
menggeleng lagi.
“Jung Krystal.”
Jawab Chanyeol singkat.
“JINJA?” tanya
Jongdae dan Jiyoung bersamaan.
“Apa yang kalian
bicarakan?” Jongin lalu memasuki kelas dan dibuat heran oleh sikap
teman-temannya itu.
Baru Chanyeol akan
menjawab pertanyaannya, Jiyoung sudah beranjak dari kursinya dan menutup kedua
telinga Jongin. “Chanyeol! Diam!” teriaknya.
Jongin makin
bertanya-tanya, “Ada apa sebenarnya?”
“Ani Jongin kau tak
perlu dengar. Itu hanya lelucon bodoh si bongsor Chanyeol. Itu tidak penting.”
Kata Jiyoung cepat-cepat.
“Lalu kau apa bayi
raksasa? Aku hanya ingin memberitahunya soal Krystal dan Baekhyun, bukankah dia
harus tahu?” tanya Chanyeol.
Jongin lalu
menurunkan tangan Jiyoung dari telinganya setelah mengerti apa yang sebenarnya
sedang teman-temannya bicarakan. “Aku sudah tahu.” Katanya pelan.
“Jinja?” tanya
Jiyoung panik. Ia segera menarik tangannya setelah sadar tangannya masih ada
dalam genggaman Jongin.
“Aku dengar dari
Appaku soal kerjasama bisnis orang tua mereka berdua. Aku baru tahu semalam.”
Jelas Jongin lalu ia duduk di bangkunya.
Jiyoung menatap
Jongin sedih. Jiyoung yakin meski Jongin terlihat setenang itu, dia pasti sedih
dengan kenyataan itu. Jiyoung berharap dia tak terlihat dan bisa memeluk Jongin
dan menenangkannya diam-diam.
Mereka semua segera
diam saat Baekhyun juga memasuki kelas dan duduk di sebelah Jongin seperti
biasa. “Anyeong!” sapanya. Dia merasa
agak aneh dengan suasana yang terasa canggung itu. Lalu ia menangkap
pemandangan wajah Eunji yang memar. “Kau? Kenapa?”
Eunji hanya
menatapnya malas, “Bukan urusanmu.” Dia lalu meletakkan kepalanya di atas
mejanya.
Baekhyun
bertanya-tanya, dia melihat pada Jiyoung mencoba mendapat jawaban, tapi Jiyoung
malah membuang mukanya dan ikut meletakkan kepalanya di atas meja.
“Mereka kenapa?”
tanya Baekhyun pada yang lain.
Namun Chanyeol
malah bertanya hal yang lain, “Baekhyun, apa benar kau dan Krystal dijodohkan?”
Seketika ekspresi
Baekhyun berubah, ia tak sesemangat sebelumnya, ia hanya tersenyum kecut dan
bertanya, “Dari..mana kau dapat berita itu?”
“Ya, di sekolah ini
apapun gosipnya akan cepat sekali menyebar.” Jawab Chanyeol.
Baekhyun lalu tak
merespon lagi dan berbalik menghadap buku di mejanya. Jongin memperhatikannya,
melihat Baekhyun mendadak fokus pada buku di hadapannya. Sedangkan Jiyoung baru
saja memukul kepala Chanyeol karena bertanya hal itu pada Baekhyun di depan
Jongin, membuat Jongdae menertawainya.
***
Jieun mengeluarkan
sepedanya melewati pagar rumah Krystal. Dia hanya berniat bersepeda di sekitar
hutan untuk menghabiskan sore akhir pekan itu, seperti yang biasa ia lakukan.
Dan saat itu pula ia melihat Baekhyun sedang berlari-lari kecil di depan pagar
rumahnya. Tanpa bisa melakukan apa-apa untuk menghindar, Baekhyun sudah
melihatnya dan terbelalak saat mengenalinya.
“Lee Jieun?”
Malas berlama-lama
Jieun segera menjawab, “Aku tinggal di paviliun belakang rumah Krystal, Orang
tuaku sudah lama berkerja disini, jika kau bertanya-tanya.”
“Ne?” Baekhyun lalu
berhasil mencernanya dan tertawa, “Sungguh? Kau tinggal disini?”
Jieun mengangguk.
“Ah, jadi kau tahu
aku tinggal di sini?” tanya Baekhyun.
Jieun mengangguk.
Lalu Baekhyun membuat ekspresi kecewa, membuat Jieun heran. “Kenapa kau tak
memberitahuku? Aku menjadi orang jahat terus memintaimu bantuan. Kau menaiki
sepedamu itu dari sini ke sekolah?”
Masih heran, tapi
Jieun mengangguk.
“Ah, kau
benar-benar tega, membuatku jadi orang sejahat itu. Jadi waktu itu kau pulang
lebih malam? Karena aku?”
“Gwen…” Jieun tak
sempat menyelesaikan perkataannya.
“Apanya yang tak
apa? Jelas aku tak bisa dimaafkan.” Baekhyun terlihat begitu terganggu dengan
masalah sekecil itu bagi Jieun.
“Bukankah orang
yang tidak tahu selalu mendapat pengecualian?” tanya Jieun akhirnya. Dia agak
terkejut dengan reaksinya sendiri, entah sejak kapan ia bisa semudah ini
berkomunikasi dengan orang lain.
Baekhyun
menatapnya, “Apa kau selalu sedingin ini dengan orang lain?”
Jieun tak tahu
harus merespon seperti apa, dia malah beranjak pergi.
“Ya, kau mau
kemana? Aku masih bicara denganmu.” Baekhyun tiba-tiba menghampiri Jieun saat
ia berhenti dan menaiki boncengan sepeda Jieun. “Bisa aku ikut denganmu? Aku
bosan setengah mati di dalam rumah.”
Jieun sudah mau
menolak, tapi Baekhyun tersenyum, senyum khasnya lagi, dan entah kenapa Jieun
malah mengijinkannya dan mulai mengayuh sepedanya.
“Kau sering
melakukan ini? Bersepeda di hutan?” tanya Baekhyun di tengah perjalanan mereka.
Lagi-lagi dia hampir gila karena sedari tadi Jieun tak bicara apa-apa.
“Ya.”
“Kau menguasai
jalan-jalan kecil ini?”
“Ya.”
“Jadi kau tahu
jalan-jalan pintas di sini?”
“Ya.”
“Dan apa kau selalu
bicara sesingkat itu?” tanya Baekhyun tak sabar.
“Ani, aku hanya tak
terbiasa bicara denganmu.” jawab Jieun akhirnya. Dia sendiri tak yakin dengan
jawabannya.
“Kita satu sekolah,
kita sudah beberapa kali bertemu, dan lihat sekarang, kita bahkan tetangga, apa
aku masih terlalu asing untukmu?” tanya Baekhyun tak abis pikir. Dalam hidupnya
bersosialisasi dengan orang lain bukankah sesuatu yang perlu dibahas lagi,
karena itu sudah mendarah daging dengannya, dia takkan bisa hidup tanpa bicara
satu jam saja.
Jieun lalu
menghentikan sepedanya.
“Ya, apa kau
marah?” tanya Baekhyun, ia lalu mengikuti Jieun, turun dari sepedanya.
“Ani.” Jawab Jieun
sambil menggeleng.
“Lalu kenapa kau
berhenti?” tanya Baekhyun.
“Aku ingin
mengambil ini.” Jieun menunjuk bunga-bunga liar yang tumbuh di bawah pohon yang
cukup besar di hadapannya.
Baekhyun lalu
menertawakan dirinya sendiri, “Oh begitu ya.”
Beberapa
menit kedepan, Baekhyun hanya diam menunggu Jieun sambil menikmati pemandangan
sekitar. Dia belum pernah menghabiskan waktu di tempat seperti ini, dan ini hal
yang menarik baginya.
Setelah melihat
Jieun sepertinya sudah selesai, Baekhyun bicara lagi, "Kau sudah
selesai?"
Jieun menoleh
bermaksud menjawabnya sebelum ia melihat sesuatu di atas kepala Baekhyun,
"Jangan bergerak!"
"Apa?"
tanya Baekhyun tak mengerti, lalu ia tahu Jieun sedang melihat atas kepalanya,
"Apa ada sesuatu di atas kepalaku?"
Jieun mengangguk
dan menghampiri Baekhyun sepelan mungkin.
"Apa
itu?" Baekhyun mendadak histeris, "Apa itu lebah? Sebesar apa? Apa
dia akan menggigitku? Singkirkan itu sekarang! Singkirkan sekarang Lee
Jieun!"
Jieun malah
menghentikan langkahnya, lalu ia tertawa, menertawakan Baekhyun lebih tepatnya,
"Bukan. Kupu-kupunya sudah terbang."
"Apa?"
Baekhyun memang melihat kupu-kupu sedang terbang di sekitarnya dan sekarang
menjauhinya. Wajahnya melebur merah, karena dia sudah bertindak sebodoh itu.
"Kupu-kupunyalah
yang takut padamu." Jieun merasa bersalah karena tidak bisa menghentikan
tawanya.
"Kau
senang?" tanya Baekhyun sedikit kesal. Tapi dia baru sadar, Jieun bisa
mengeluarkan tawa seperti ini, secantik ini. Dia tak menyangka Jieun bisa
melakukan itu. "Mianhae."
jawab Jieun saat tawanya sudah reda.
"Kau tahu? Ini
menyebalkan. Karena sepertinya kau punya semua kemampuan yang melebihiku. Dan
aku selalu menunjukkan sisi lemahku padamu." jelas Baekhyun sekarang dia
memegang kendali sepeda Jieun. "Ayo naik, dan biarkan aku yang menyetir
sekarang. Kau diam saja dan naik!" kata Baekhyun dengan berusaha
menegaskan setiap perkataannya.
Jieun masih sesekali
tertawa kecil sampai akhirnya ia benar-benar duduk di boncengan sepedanya.
Entah kenapa bersosialisasi dengan lelaki ini, membuat Jieun merasa mudah.
Mereka kembali dan
menemukan Krystal di dalam mobil melewati gerbang rumahnya, sepertinya akan
pergi ke suatu tempat. Dan dia melihat mereka berdua, sama sekali tak menatap
Baekhyun, dia hanya memberi tatapan tidak sukanya pada Jieun. Membuat Jieun
tahu, ini semua jelas mengganggu Krystal.
***
"Kau dan timmu sudah bisa latihan hari ini."
Myungsoo menghampiri Eunji yang sedang makan siang di kantin bersama Jiyoung
dan Jongin.
"Benarkah?"
tanya Eunji, tak begitu bersemangat berurusan dengan lelaki itu lagi. Jiyoung
dan Jongin yang tadi berbincang seketika diam dan hanya memperhatikan, tepatnya
memperhatikan Kim Myungsoo.
Myungsoo
mengangguk, "Apa lukamu sudah sembuh?"
Eunji hanya
meliriknya, "Apa pedulimu?" lalu membuang muka.
Saat itulah
Baekhyun datang bersama Krystal sambil membawa makanan mereka. Baekhyun
mencari-cari tempat dan memutuskan untuk makan di meja tempat Jieun makan saat
ini.
"Karena kalian
saling kenal, tak apa kan jika aku dan Krystal makan di sini?" tanya
Baekhyun. Tak terlalu mempedulikan respon Jieun ataupun reaksi Krystal.
Myungsoo dan Jongin
seketika melihat itu. Jongin mendadak suram sedangkan Myungsoo terlihat marah,
meski ia berusaha menutupinya.
Krystal tahu
Myungsoo ada di tempat itu, dan saat ini dia benar-benar merasa kesal. Dia
takkan mengajak Baekhyun makan bersama jika akhirnya seperti ini. Jika dia tak
mengajak Baekhyun tadi, dia takkan perlu melihat reaksi marah Myungsoo dan
semeja dengan Jieun yang entah sudah berapa lama tak pernah ia ajak bicara.
Krystal membenci keadaan ini, dan dia lebih benci lagi saat melihat Baekhyun
begitu bersikap akrab pada Jieun. Krystal membenci itu, dia benci hubungan
antara Baekhyun dan Jieun.
Myungsoo sudah
pergi dari tempat itu tanpa kata, sedangkan Jiyoung mengajak Jongin ke
perpustakaan karena ia tahu itu juga bukan keadaan yang bagus untuk Jongin,
meninggalkan Eunji sendiri dengan makanannya dan pemandangan drama yang sama
sekali tak menarik minatnya.
“Kenapa kau tak
memakannya?” tanya Baekhyun pada Krystal yang masih diam saja sedari tadi.
Jieun terus
memaksakan untuk makan, menghabiskan makanan yang tadi sudah dibelinya, meskipun
sangat sulit dengan melihat Krystal seperti itu. Dia tak bisa menyalahkan
Baekhyun yang tak tahu apa-apa tentang mereka berdua.
“Mendadak aku tidak
lapar.” Jawab Krystal memaksakan senyumnya.
“Apa dia memang
sering begini Jieun?” Baekhyun malah bertanya pada Jieun tentang gadis yang
menyuruhnya berhenti bicara padanya.
Jieun melihatnya
lagi, ekspresi wajah Krystal, ketidak sukaannya terhadap keadaan ini, atau
lebih tepatnya pada Jieun sendiri. Jieun lalu segera beranjak dari duduknya
sambil berkata, “Aku sudah selesai. Permisi.”
Baekhyun tertegun
melihatnya dan bertanya-tanya ada apa dengan dua gadis ini. Apa memang terjadi
sesuatu dan dia sama sekali tidak peka? Baekhyun ingin tahu.
***
“Gomawo.” Kata
Jongin pada Jiyoung saat mereka sudah sampai di perpustakaan, meski mereka sama
sekali tak bermaksud datang kesana.
“Untuk apa?” tanya
Jiyoung.
“Karena membawaku
pergi. Karena kepekaanmu tentang keadaanku.” Jawab Jongin langsung ke intinya.
Jiyoung hanya
tersenyum bodoh, “Ah itu biasa saja, aku kan memang sudah berjanji untuk
membantumu soal ini. Jadi aku bisa melakukan apapun. Karena aku juga temanmu.”
“Gomawo.”
“Untuk apa lagi?”
“Karena sudah
bersedia menjadi temanku semenjak kita berumur 5 tahun.” Kata Jongin tersenyum.
Memang dengan bantuan Jiyoung, kesedihannya bisa sedikit terlupakan. Lagi-lagi
ia berusaha membutakan hatinya bahwa Jiyoung menyukainya.
Jiyoung tersenyum
dengan pikiran bercabangnya.
Jieun melihat
senyum Jiyoung saat ia juga memasuki perpustakaan, melewati mereka dan menempatkan
dirinya di tempat favoritnya di pojok ruangan, namun dia malah menemukan lelaki
bernama Changjo itu di sana. Dan Jieun akhirnya mememutuskan menghampirinya.
“Kau Changjo?” kata
Jieun tak yakin. Anak itu menggunakan earphone di telinganya. Terlihat tak
mendengar Jieun sama sekali, dia tetap diam sambil memejamkan matanya.
Akhirnya Jieun
mendekat dan menyentuh bahunya kilat sambil memanggilnya lagi, “Changjo?”
Changjo membuka
matanya, “Aku mendengarmu Lee Jieun-ssi.” Kata ‘sunbaenim’ sudah hilang entah
kemana.
“Ah, begitu. Bisa..
bisa kita bicara?” tanya Jieun.
“Bukankah kita
sedang bicara noona?” tanyanya, kata ‘noona’ begitu saja dipakainya.
“Noona?” tanya
Jieun agak secara spontan.
“Waeyo? Bukankah
aku lebih muda darimu?” Changjo duduk lebih tegak dan melepas earphonenya.
Jieun memilih tak
mempermasalahkannya, "Kau serius soal perkataanmu waktu itu?"
Changjo mengangguk.
"Lalu apa saja
hal yang harus kudengar darimu?" tanya Jieun hati-hati, ini sama sekali
bukan dirinya, bicara dengan orang yang belum begitu ia kenal.
"Kita tak bisa
bicara di sini noona." katanya sambil melihat ke sekeliling,
"Sebenarnya aku ingin membawamu ke suatu tempat. Membawamu menemui
beberapa orang."
"Beberapa
orang?"
Changjo mengangguk
lagi, "Tapi bukan hari ini. Entah kapan, tapi secepatnya." Changjo
lalu menatap Jieun seksama, "Mian, jika aku benar-benar membingungkanmu.
Tapi semua yang aku lakukan ini bukan hal yang buruk untukmu." ada
ketulusan di matanya, Jieun bisa melihatnya.
Jieun hanya diam,
dia bepikir, meski dia juga tak tahu harus memikirkan apa.
"Bukan hanya
kita noona, ada cukup banyak orang lain yang memiliki kemampuan seperti kita.
Kau harus tahu itu." jelas Changjo.
"Benarkah?"
Jieun benar-benar sulit mempecayai hal ini, seperti mempercayai kemampuannya
sendiri saat pertama kali kemampuannya muncul begitu saja 14 tahun yang lalu.
Changjo mengangguk
lagi, lalu ia beranjak, "Percayalah padaku." sekarang dia mulai
berjalan dan berhenti lagi untuk bicara, "Noona berhentilah bersikap
menyedihkan." lalu ia pergi begitu saja. Lagi-lagi meninggalkan Jieun
dengan kebingungannya.
***
Baekhyun tahu bel
masuk sudah berbunyi, tidak diam di bangku dalam kelasnya dan menunggu guru
yang akan mengajar untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar, dia malah keluar
berjalan menyusuri koridor hingga sampai di bawah tangga yang menuju ke atap
gedung sekolah.
Alasannya tak ingin
berada di kelasnya saat ini adalah topik absennya Krystal dari bangkunya
sendiri hingga Chanyeol dan Jongdae menanyainya tentang keberadaan Krystal,
bahkan memasukkan soal mereka dijodohkan dan Baekhyun benar-benar tak menyukai
hal itu. Baekhyun bahkan sempat mendengar kabar bahwa Krystal berpisah dengan
kekasihnya, yang juga murid sekolah ini, karena kedatangan dirinya, sang calon
pendamping hidupnya.
Baekhyun malah
menemukan Jieun di tempat itu, dengan keadaan setengah tubuhnya basah. Jieun
jelas terlihat terkejut melihat Baekhyun.
"Jieun?"
Baekhyun menghampirinya.
"Apa yang kau
lakukan di sini? Apa kau membolos?" tanya Jieun.
"Itu yang
ingin aku tanyakan padamu, apa yang kau lakukan dengan seragam basahmu
itu?" Baekhyun lalu mengeluarkan saputangan dari sakunya dan membasuh
wajah Jieun yang sebagian masih basah. Jieun segera menepisnya, karena keadaan
ini membuatnya berdebar. "Kau bisa sakit, udaranya cukup dingin."
Jieun hanya
tersenyum kecut, "Aku sudah terbiasa."
Lalu suatu yang
akhir-akhir ini memenuhi otak Baekhyun muncul dan tanpa berpikir lagi, ia
bertanya, “Aku ingin menanyakan beberapa hal padamu.”
Jieun hanya
menatapnya.
“Kau dan Krystal,
apa yang terjadi di antara kalian berdua? Kenapa kalian secanggung itu?”
Jieun sempat
berpikir Baekhyun ingin tahu hal ini, tapi tak menyangkan bahwa lelaki ini akan
langsung menanyainya. “Kami memang tidak saling bicara.”
“Wae?”
Jieun hanya diam,
tak mau menjelaskan dan Baekhyun memberinya pertanyaan lain.
“Jadi kau tidak
tahu apa-apa soal Krystal?”
“Apa kau ingin
mempelajari tentangnya dariku?” tanya Jieun balik, entah apa yang membuatnya
penasaran akan hal ini.
“Apa kau tahu siapa
kekasihnya?” Baekhyun terlihat benar-benar ingin tahu.
“Aku..” belum
sempat Jieun menyelesaikan kalimatnya, langkah kaki terdengar dari sisi lain
koridor, memberi tahu mereka bahwa seorang guru sedang berpatroli. Dengan cepat
Baekhyun meraih tubuh Jieun dan berpindah ke belakang tangga yang menuju ke
atap gedung itu, menjebak Jieun di antara dinding dan tubuhnya sendiri tanpa
sengaja. Mereka bertahan seperti itu hingga guru itu hilang dari pandangan.
Jieun berdebar,
sangat kencang hingga ia takut Baekhyun akan mendengar atau merasakannya.
Bahkan dia merasa gila, karena debaran itu terasa memantul dari dada Baekhyun.
Terlalu keras, terlalu menyesakkannya hingga mungkin dia bisa mati sekarang
karena situasi ini. Dan ditambah lagi dengan sepasang mata yang sedang
menatapnya. Mata yang terlihat sedang sama terkejutnya dengan miliknya itu
entah mengapa terasa seperti tempat yang familiar untuknya. Entah mengapa ia
seakan sama sekali tak keberatan jika tenggelam dalam mata itu. Ini rasa yang
aneh.
Mereka berdua saling
memisahkan diri dalam ketekejutan setelah sadar mereka tengah berada dalam
posisi yang terlalu dekat.
“Jika kita membolos
harusnya kita tidak berkeliaran di koridor kan?” tanya Baekhyun mencarikan
suasana. “Apa kau punya tempat yang bagus?”
Mereka berdua
menaiki tangga itu menuju atap gedung tempat Jieun biasa mengeringkan diri,
tanpa ada yang tahu.
Di sanalah mereka,
berharap mendapat tempat sembunyi yang biasa Jieun jamin kesunyiannya, malah
menemukan adegan yang benar-benar membuat Baekhyun tak enak hati. Mereka
bersembunyi di balik pot besar berisi tanaman, tak ingin mengganggu dua murid
yang sedang bicara serius di pinggir gedung itu.
“Asal kau tahu aku
masih tak ingin mempercayai alasanmu berpisah denganmu adalah lelaki itu. Aku
masih ingin percaya bahwa kau ingin melindungiku, menjauhkanku dari masalah
dengan keluargamu dengan cara menyakiti dirimu sendiri.” Myungsoo bicara pada
Krystal yang saat ini sama sekali tak menatapnya, matanya tertuju pada langit
luas dan cerah di depan mereka.
“Kau bisa berhenti
melakukannya sekarang, atau kau makin terluka pada akhirnya.” Krystal bicara
dengan dingin, dia tak ingin melihat ekspresi Myungsoo saat ini, ekspresi yang
akan membuatnya merasa bersalah.
Myungsoo lagi-lagi
tertawa kecut, “Kau benar-benar menyukainya? Lelaki itu?”
“Kau sudah tahu
jawabanku, aku tak pernah berbohong padamu.”
“Lalu dulu kau
sungguh menyukaiku?” Perih bisa terasa dari suara yang keluar dari mulut
Myungsoo, menunjukkan betapa terlukanya ia saat ini.
“Kau sudah tahu
jaw..” Myungsoo memotongnya.
“Meski aku tahu
jawabanku tak tahukah kau betapa seulitnya untukku mempercayainya sekarang?”
teriak Myungsoo.
Krystal mengernyit
kali ini dia menatap Myungsoo dan menguatkan hatinya, “Kau sudah berlebihan.
Kau bahkan sudah tahu kita sudah tidak memerlukan semua pembicaraan ini. Ini
hanya akan melukaimu lebih dalam.” Krystal pergi kembali ke kelasnya. Sedangkan
Myungsoo menendang didinding pembatas di hadapannya sebelum akhirnya juga pergi
entah kemana.
Mereka berdua keluar
dari persembunyiannya, “Harusnya kita juga tidak kesini.” Kata Jieun.
Baekhyun diam saja
sejak tadi. Sama sekali tak bersuara dan ekspresi wajahnya bergitu terkejut
sekaligus sedih, “Jadi, semua itu benar?” Perasaan bersalah menghantamnya. Dia
tak menyukai ini, ini adalah salah satu dari hal yang ia takuti sejak dulu.
“Siapa namanya?”
Jieun dengan segan
menjawab, “Kim Myungsoo.”
***
Baekhyun menatap
gadis di hadapannya itu dengan iba, rasa bersalahnya masih menumpuk.
“Apa yang ingin kau
bicarakan?” tanya Krystal. Saat ini mereka sedang berada di beranda kamar
Krystal. Baekhyun menghampirinya saat ia menghabiskan waktu denganmembaca
buku-buku kesukaannya. Dalam hatinya ia merasa senang, karena untuk pertama
kalinya, Baekhyun khusus datang ke rumahnya, untuk mencarinya dan bicara
dengannya. Ia bahkan hampir tak percaya dengan perkataan pelayannya tadi
sebelum mempersilahkan Baekhyun masuk.
“Mianhae.” Baekhyun
tak tahu lagi harus berkata apa.
Jelas Krystal
meresponnya dengan heran, “Waeyo?”
“Jujur aku tidak
tahu harus memulai semua ini darimana…” Baekhyun kehabisan kata-kata, dia tak
tega membawa topik yang ia pikirkan ke permukaan.
Ekspresi wajah
Krystal berubah khawatir melihat keseriusan Baekhyun meski dia berusaha
menutupinya, belum pernah ia melihat Baekhyun yang seperti ini. Itu semakin
membuatnya benar-benar merasa sama sekali tak mengenal Baekhyun. Laki-laki yang
sebenarnya selama ini mengisi hatinya.
“Aku tahu tujuan
perjodohan kita.” Baekhyun terus menatap krystal, membuat gadis itu tak berani
menatap balik. "Bahkan mereka sudah mulai membicarakan pertunangan kita.
Tapi, kau tahu sejak awal aku.."
"Kau tidak
pernah menyetujui perjodohan ini." Krystal memotong perkataan Baekhyun
dengan datar. Inilah kenyataan yang sama sekali tak ia sukai. Inilah yang
selama ini ia takutkan, sesuatu yang tak sesuai dengan keinginannya namun
begitu penting dan akan merusak semua kebahagiaannya.
Baekhyun mengangguk
lemah, "Apa kau kecewa?"
"Sangat. Kau
tahu dari awal hanya aku yang menyetujui perjodohan ini. Dan dengan
menyedihkannya aku menyukaimu sendirian." jawab Krystal jujur, toh tak ada
gunanya lagi menyembunyikan ini semua.
Baekhyun makin tak
tega mendengarnya. Dia menyesal dia harus tumbuh seperti ini, memiliki hati
yang cukup lemah untuk selalu merasa kasihan pada orang lain atau untuk selalu
menurut pada perkataan orang tuanya meski ia sama sekali tak mau.
"Lalu Kim
Myungsoo itu?" Baekhyun mencoba bertanya.
Krystal agak
terkejut Baekhyun mengetahui tentang Myungsoo, "Apa yang ingin kau
ketahui?"
"Tak bisakah
kau melihat seluruh kekecewaannya karena berpisah denganmu?"
Kali ini Krystal
melihat ke bawah berandanya berusaha menghindar dari tatapan Baekhyun,
"Itu urusanku, kau tak perlu khawatir."
"Tapi kenapa
kau menjalin hubungan dengannya jika pada akhirnya kau meninggalkannya?"
Krystal mengingat
benar masa-masa itu. Masa dimana Krystal pada akhirnya memutuskan untuk
menjalin hubungan dengan Myungsoo, "Karena aku merasa gila. Aku gila
karena aku masih belum mendengar kabar dari keluargamu di Amerika tentang
perjodohan kita. Saat itulah Myungsoo datang dan membuatku menyukainya."
Krystal memberanikan diri menatap Baekhyun, "Ya, anggap saja aku hanya
memanfaatkannya selama aku menunggumu."
"Kenapa kau
seperti ini? Haruskah kau melewati semuanya dengan keegoisanmu itu?"
Krystal benci mendengar kekhawatiran yang tulus dari Baekhyun itu, itu
membuatnya merasa lemah karena bahkan lelaki yang tidak menyukainya pun
mengkhawatirkan hidupnya, Krystal benar-benar benci itu.
"Bisa kau
pergi? Aku ingin istirahat." kata Krystal mengakhiri semuanya.
Baekhyun tak bisa
berkata apa-apa lagi. Ia pun pergi dari tempat itu.
Jieun baru saja
kembali tempat favoritnya di hutan belakang rumah Krystal itu saat ia melihat
Baekhyun keluar dari rumah Krystal dengan wajah penuh pikirannya.
Baekhyun melihat
Jieun dan memaksakan senyumnya. Entah mengapa sejak kejadian itu, ia menjadi
sedikit merasa canggung jika berada di dekat Jieun. Dia sendiri tahu ini sama
sekali bukan sifatnya, dia jarang sekali merasakan hal semacam itu dengan orang
lain. Namun semenjak jantungnya berdetak terlalu kencang seperti saat itu,
berada di dekat Jieun menjadi hal yang menyesakkan baginya. Pandangannya
terhadap Jieun sekarang pun menjadi berbeda. Ini benar-benar aneh pikirnya.
Mereka sama sekali
tak bicara, dan Jieun agak merasa aneh karena sepertinya Baekhyun yang selalu
ceria dan banyak bicara sedang hilang entah kemana.
***
"Kau Kim
Myungsoo?" tanya Baekhyun setelah mengahampiri lelaki yang baru saja
selesai latihan basket di gedung olahraga sekolah mereka itu.
Setelah menegak air
minumnya, Myungsoo mendongak dan mendapati lelaki yang lebih pendek darinya
menunduk menatapnya dengan pandangan yang tidak ia mengerti.
Myungsoo
mengenalinya, lelaki yang dijodohkan dengan Krystal, lelaki yang menjadi alasan
bagi Krystal untuk berpisah dengannya.
"Mianhae. Aku
hanya ingin meminta maaf padamu. Aku tahu mungkin bahkan aku tak pantas
dimaafkan, tapi.."
Myungsoo
memotongnya, malas mendengar perkataannya yang terlihat tulus itu, "Apa
yang sebenarnya kau bicarakan? Aku bahkan tak mengenalmu." Myungsoo merasa
bodoh. Ia merasa kalah, jelas jika dibandingkan dengan lelaki seperti Byun
Baekhyun ini dia tak ada apa-apanya. Lelaki yang terlihat begitu baik dengan
latar belakang keluarga yang bagus itu jelas membuatnya terlihat tak berguna
jika dibandingkan dengan kehidupannya sendiri. Dia sekarang bahkan tak punya
orang tua sebagai latar belakangnya. Hidupnya yang keras membangun sifatnya
yang juga keras. Pastilah Krystal lebih memilih masa depan yang cerah bersama
Baekhyun. Myungsoo ingin membenci lelaki di hadapannya itu, tapi bahkan ia tak
sanggup, karena Baekhyun memang sudah ada dalam kehidupan Krystal sejak dulu,
dia sendirilah orang baru di situasi ini.
"Mungkin
memang gara-gara aku Krystal melakukan itu semua. Ya semua itu gara-gara aku.
Jika aku tak kembali kesini semua itu pasti tidak akan terjadi." jelas
Baekhyun.
Myungsoo tak berani
menatap Baekhyun, ia memandang ring basket yang seharusnya tidak perlu ia lihat
itu. Dia tersenyum kecut.
"Ini pertama
kalinya kita bicara, seharusnya tidak seperti ini. Aku hanya ingin kau
memaafkanku." mohon Baekhyun.
"Bisa kau
diam?"
"Mian aku
tidak bisa, aku tidak bisa hidup dengan adanya orang yang membenciku. Meski
bukan sekarang, aku harap aku bisa menjelaskan semuanya padamu, untuk membuat
lebih tenang. Dan aku harap kita bisa jadi teman, atau setidaknya bukan
musuh."
Myungsoo tak
menyangka Baekhyun bisa banyak bicara seperti ini, bahkan meski mereka berdua
belum saling kenal. "Kau sudah selesai?"
"Baiklah, aku
rasa itu cukup." Baekhyun lalu mengulurkan tangannya, "Aku Byun
Baekhyun."
"Aku sudah
tahu." kata Myungsoo lalu beranjak pergi meninggalkan Baekhyun yang
menjengkelkan itu.
"Benarkah?"
tanya Baekhyun terkejut.
"Kau lupa ada
nama di setiap seragam murid sekolah ini?" kata Myungsoo sambil lalu
sambil keluar dari gedung olahraga. Dia tak menyangka Baekhyun sebodoh itu.
Baekhyun tersnyum,
"Ah benar. Aku lupa." Baekhyun menggaruk kepalanya yang tak gatal.
***
"Sebentar lagi
dia pasti lewat. Tadi aku melihatnya sudah memarkir sepedanya." kata
Jongdae pada Chanyeol yang sedang memegang sejumlah tepung di tangannya.
"Kalau begitu
kali ini kau yang memberi aba-aba. Nanti kau salahkan aku lagi kalau tidak
tepat sasaran." gerutu Chanyeol.
Dan tak lama kemudian
mereka melihat Jieun datang seperti yang mereka duga, "Ya! Itu dia, cepat
bersiap!" kata Jongdae. Dan merekapun bersembunyi.
Jieun sedang tak
ingin terkena apapun itu yang tengah Jongdae dan Chanyeol persiapkan untuknya,
dia sedang tak ingin mengalah hari ini. Ia sudah hampir menghentikan waktu saat
mendengar Jongdae memberi aba-aba pada Chanyeol, namun itu tak terjadi karena
ada seseorang yang mencegah mereka.
"Ya! Apa yang
kalian lakukan? Hentikan!" Baekhyun menghampiri Chanyeol dan Jongdae
dengan wajah yang tak enak dilihat.
"Ah wae? Apa
masalahmu?" tanya Jongdae.
"Kau
benar-benar temannya?" tanya Chanyeol tak percaya. "Kalian sedekat
itu?"
"Jadi kalian
yang sering mengerjainya? Ada apa dengan Jieun apa yang salah darinya? Kenapa
kalian jahat sekali padanya?" bela Baekhyun dengan kekesalannya.
"Ya, dia bukan
satu-satunya, dia hanya salah satu murid yang menjadi sasaran kami." jelas
Jongdae.
"Apa kalian
tidak punya pekerjaan lain yang lebih bermanfaat?" Tanya Baekhyun tak
habis piki sambil menghampiri Jieun.
"Jieun-ah!
Gwenchana?" Baekhyun mengecek keadaan Jieun, dan lagi-lagi debaran di
dadanya muncul. Ia lupa bahwa ia sedang dalam keadaan seperti ini jika di dekat
Jieun. Baekhyun langsung melebur merah dan pergi begitu saja.
Jelas Jieun dibuat
heran lagi. Tapi entah apa yang dia rasakan saat ini, terlalu bercampur aduk
dengan rasa-rasa yang dia sendiri tak bisa menganalisisnya. Rasa yang dominan
adalah, baru kali ini ia merasa dilindungi dan punya pelindung, seorang Byun
Baekhyun yang punya senyum menentramkan hati itu.
"Ya.. Mereka
kenapa?" gumam Chanyeol heran.
"Aku mencium
sesuatu yang aneh dari mereka." jawab Jongdae.
***
Untuk kesekian
kalinya Baekhyun menemukan hanya meja tempat Jieun makanlah yang kosong pada
jam makan siang seperti ini, tapi mengingat kondisi Baekhyun saat ini, ia
memilih bergabung dengan teman sekelasnya, "Anyeong!" kata Baekhyun
santai sambil duduk di samping Jongin.
Jongin, Jiyoung dan
Eunji melihatnya dengan heran. "Gwenchana?" tanya Eunji.
"Wae?"
tanya Baekhyun sambil menikmati makanannya.
"Kenapa kau
tidak menemani temanmu itu?" tanya Eunji lagi kali ini sambil melirik ke
arah Jieun.
"Apa aku tidak
boleh makan di sini? Dan kenapa kedengarannya hanya aku satu-satunya
temannya?"
"Karena memang
kelihatan begitu." kata Jiyoung.
"Jadi kalian
bukan? Sudah beberapa tahun ini kalian satu sekolah dengannya, kalian bukan
temannya?" tanya Baekhyun, kali ini dia merasa agak kesal.
“Ya! Bukannya kami
tak mencoba berteman dengannya, tapi seperti yang aku kira, sampai saat ini
hanya kau yang bisa dengan mudahnya bicara dengannya.” Jelas Eunji membela
diri.
“Geurae! Kau kira
kami termasuk murid-murid yang menjauhinya hanya karena dia seperti itu?” kata
Jiyoung tak terima. “Kau hanya tidak tahu seperti apa usaha Eunji agar Chanyeol
dan Jongdae berhenti mengerjainya.”
Baekhyun melihat
kejujuran di mata mereka/ dia agak tak menyangka Jieun seperti ini. Dia memang
tak begitu banyak bicara, tapi Baekhyun tak menyangka ternyata itu sangat
berpengaruh dalam dunia pertemanannya. Dia jadi ingin membantu Jieun keluar
dari dunianya itu.
“Ya itu! Dua teman
kalian itu! Ternyata memang mereka selama ini mengerjai Jieun.” Kata Baekhyun
kesal. “Apa mereka memang begitu? Menghabiskan waktu mereka dengan hal-hal
seperti itu?”
“Kau bisa lihat
sendiri.” Kata Jongin.
“Ada yang sedang
membicarakan kami?” Jongdae dan Chanyeol tiba-tiba datang.
“Benar! Kami
membicarakan kalian.” Jawab Baekhyun.
“Wae?” tanya
Jongdae, dia sembarang duduk di antara Baekhyun dan Jongin.
“Bisakah kalian
berhenti mengerjai Jieun?” lalu Baekhyun menggelengkan kepalanya, “Ani! Kalian
harus berhenti mengerjai Jieun. Apa kalian tak tahu dia sering membolos kelas
dan membiarkan dirinya kedinginan di atap gedung sekolah untuk mengeringkan
diri?”
Dua orang yang
sedang menjadi topic malah membicarakan hal lain, “Sepertinya apa yang kita
pikirkan benar!” Chanyeol berkata lalu bertepuk tangan dengan Jongdae.
“Ya! Kalian dengar
dia tidak?” tanya Eunji marah.
“Ada yang lebih
penting dari itu.” Kata Jongdae, wajahnya ia buat seolah-olah serius, “Byun
Baekhyun aku harus bertanya padamu. Apa sebenarnya hubunganmu dengan Jieun?”
“Mwo?” Baekhyun
jelas tidak siap dengan pertanyaan ini, bahkan tak pernah terpikirkan olehnya
mengenai hal ini.
“Kau satu-satunya
orang yang seakan mengenalnya dengan baik. Bagaimana itu bisa terjadi?” tanya
Chanyeol.
“Wae? Karena kalian
tidak bisa maka aku juga tidak boleh bisa?” sangkal Baekhyun.
“Berarti ada
sesuatu yang istimewa dengan kalian kan?” tanya Jongdae, “Lalu kenapa waktu itu
kau ajak Krystal makan bersama di mejanya?”
“Kami bertiga
saling kenal. Apa salahnya itu?” tanya Baekhyun balik.
“Kalian saling
kenal?” tanya Eunji dan Jiyoung bersamaan seakan mereka juga turut
mengintrogasi Baekhyun sekarang.
“Ya! Kami
tetangga!”
“Tetangga?” bereka
semua kecuali Jongin terbelalak.
“Jadi Krystal dan
Jieun saling kenal?” tanya Eunji tak percaya.
“Tapi kenapa
Krystal bersikap seakan dia sama sekali tak kenal dengan Jieun?” tanya Jiyoung.
“Ya, mereka kenal
sejak kecil. Dan kalau soal itu, aku juga baru tahu baru-baru ini.” Jelas
Baekhyun.
Mereka menjadi
semakin semangat menguak informasi dari Baekhyun.
“Bahkan kenal sejak
kecil?” tanya Eunji lagi.
“Bagaimana Krystal
bisa..?” Jiyoung tak sanggup meneruskan kalimatnya.
“Ya, orang manapun
pasti juga akan berpura-pura tak mengenal Jieun meskipun mereka kenal
sekalipun.” Celetuk Chanyeol tanpa berpikir panjang. “Bukankah itu hak
Krystal?”
“Jieun tinggal di
paviliun rumah Krystal.” Kata Baekhyun pelan, ia sedih memikirkan dua gadis
yang tidak pernah bertegur sapa itu. “Entah bagaimana mereka bisa begitu.”
“Apa Jieun anak
pelayan di rumah Krystal?” tanya Jongdae setelah menarik sebuah kesimpulan.
Yang lain seketika menoleh kea rah Jieun yang sepertinya secara melegakan tak
bisa mendengar yang sedang mereka bicarakan.
“Wae?” tanya
Baekhyun marah, ”Kalau memang begitu kenapa? Apa kalian akan menggunakannya
sebagai bahan olokannya?”
“Ya!” Jongdae
tersenyum, “Kenapa kau khawatir sekali?”
“Sudah kubilang
mereka itu terlalu istimewa.” Tambah Chanyeol.
“Apa kau berusaha
menjalin hubungan baik dengan anak pelayan Krystal?” tanya Jongdae.
“Teruskan
perkataanmu, Akan ku habisi kau!” kata Baekhyun benar-benar marah.
“Anak ini bisa
marah juga ternyata.” Jongdae malah tertawa.
“Apa kau
menyukainya? Apa kua menyukai Jieun?” tanya Chanyeol.
Pertanyaan itu
malah menamparnya. Ide itu kenapa secara mengejutkan cocok dengan mudah jika
dilihat dari suasana hati Baekhyun terhadap Jieun saat ini? Baekhyun membeku.
Jongdae dan
Chanyeol terlihat senang. “Benarkan?”
Eunji, Jiyoung dan
Jongin ikut terkejut, mereka memperhatikan Baekhyun dengan seksama saat ini.
“Benar kau
menyukainya?” tanya Chanyeol sambil tertawa.
“Lalu bagaimana
dengan Krystal?” tanya Jongdae, tawanya juga semakin memuncak.
Melihat ekspresi
Baekhyun yang rumit, Jongin langsung menyuruh Jongdae dan Chanyeol untuk
berhenti tertawa dengan gesturnya.
“Bagaimana kalian
bisa membahas hal itu?” tanya Eunji marah pada dua pembuat onar itu.
“Ya! Kami
penasaran. Bukankah kalian juga?”Protes Jongdae.
“Oh tidak.” Kata Baekhyun Akhirnya.
“Apa bahkan kau baru menyadarinya sekarang?” Tanya
Jongdae sambil tertawa lagi.
Baekhyun hanya
menatap mereka, sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Apa ada masalah?
Kau bisa ceritakan pada kami. Bukankah sekarang kami temanmu?” kata Chanyeol.
“Kami ini tim yang hebat, aku dan Jongdae bisa membuatmu sadar seperti itu.
Bahkan kami sangat menghibur. Kalau kau sakit, Jiyoung bisa merawatmu dengan
baik, Kalau kau punya sesuatu yang harus dipikirkan, otak Jongin sangat manjur
untuk berpikir, dan kalau kau butuh bodyguard, Eunji bisa melakukan apapun
untuk melindungimu.”
Ide ini juga baru
di otaknya. Dia tak pernah punya teman yang semacam itu. Seramah apapun dia
menjalani hidupnya, semua orang selalu merasa segan untuk terlalu dekat
dengannya karena latar belakang keluarganya. Dan saat ia hidup di Amerika
kemarin, meski masih tak mempunyai teman sedekat itu karena perbedaan budaya,
setidaknya tak ada yang mempermasalahkan latar belakang keluarganya di sana.
Dan teman-teman
baru di hadapannya ini, betapa inginnya dia mendapatkan semua yang dikatakan
Chanyeol barusan. Mungkin hidupnya takkan terasa semenyesakkan seperti
sebelumnya, itu yang ada di pikiran Baekhyun saat ini.
“Sebenarnya aku…”
Baekhyun masih ragu untuk mengatakan apa yang ingin dia katakan saat ini.
“Tak apa. Katakan
saja pada kami.” Kata Chanyeol. Jongdae dan Jiyoung mengangguk.
“Jika kau sudah
cukup mempercayai kami, maka katakanlah. Kami akan mempertahankan
kepercayaanmu. Seperti itulah tepatnya kami.” Kata Eunji membuat Baekhyun
semakin yakin.
Baekhyun kali ini
menatap Jongin, meminta persetujuan. “Eunji tak pernah berbohong.” Kata Jongin.
Entah bagaimana
seorang Byun Baekhyun bisa membawa aura seperti ini. Melihat keadaannya
sekarang saja bisa membuat Jiyoung sejenak lupa akan rasa khawatirnya pada
Jongin soal apa saja yang akan dikatakan Baekhyun jika itu mengenai Krystal.
Membuat Jongin juga lupa sejenak akan rasa sukanya terhadap Krystal, dan
membuat Jongdae dan Chanyeol kehilangan sejenak otak nakal mereka yang berniat
mengerjai Baekhyun. Mereka semua menjadi fokus pada masalahnya. Keramahan dan
ketulusan Byun Baekhyun bisa menggerakkan orang lain untuk simpati dan ingin
menolongnya.
“Sejak awal aku
tidak pernah menyetujui perjodohan itu.” Kata Baekhyun akhirnya.
Yang lain dengan
seksama mendengarnya dan merasa terkejut.
“Aku kira kau
baik-baik saja.” Kata Eunji. “Bahkan aku kira kau menyukai Krystal.”
“Dia sudah seperti
adik bagiku. Aku hanya bersikap sebatas kakak padanya, karena sejak awal aku
tak bisa menyukainya sebagai lelaki.” Jelas Baekhyun polos.
Jongin dan Jiyoung
saling bertatapan, mereka mengerti keadaan seperti apa sekarang.
“Dan saat aku tahu
dia memutuskan Kim Myungsoo, aku juga baru tahu bahwa dia benar-benar
menyukaiku.”
“Lalu Kim Myungsoo?”
Tanya Eunji tak habis pikir, “Apa fungsinya dia bagi Krystal?”
“Ya! Pelankan
suaramu!” kata Jongdae dan Chanyeol bersamaan. Entah sejak kapan mereka berubah
seserius itu.
“Apa dia hanya
memanfaatkan Kim Myungsoo selagi menunggumu?” tanya Eunji lagi.
“Dia menyuruhku
berpikiran seperti itu, tapi aku tahu Krystal bukan gadis seperti itu.
Menurutku saat itu Krystal benar-benar menyukainya.” Jelas Baekhyun.
“Ya, dia bukan
gadis seperti itu.” Perkataan itu keluar begitu saja dari mulut Jongin. Jiyoung
dan Eunji seketika menatapnya.
Baekhyun yang tidak
mengerti memilih meneruskan perkataannya, “Lalu apa yang harus aku lakukan
sekarang?”
“Memangnya kenapa?”
tanya Chanyeol dan Jongdae bersamaan.
“Dia sekarang
menyukai Jieun, bukankah itu membuat semuanya semakin rumit? Apa kalian tidak
bisa berpikir? Dasar bodoh!” kata Eunji tak sabaran.
***
"Apa noona
tidak bisa berhenti menggunakan kemampuan noona?" tanya Changjo tiba-tiba
setelah duduk di samping Jieun di salah satu bangku taman di halaman tengah
sekolah.
Jieun yang sedang
memperhatikan murid-murid yang sedang berbincang satu sama lain itu tentu saja
terkejut, "Changjo?"
Changjo tak
menatapnya, ia juga mengedarkan pandangannya ke depan seperti Jieun tadi.
"Apa maksud
perkataanmu barusan?" tanya Jieun akhirnya.
"Akan sulit
jika aku menjelasnya sendirian. Aku sedang dalam masa tak bisa menggunakan
kemampuanku dalam usaha untuk menghilangkannya." Changjo terlihat
khawatir, dan Jieun kesal karena tak tahu apa-apa.
"Apa? Bisa
dihilangkan? Kenapa kau berusaha menghilangkannya?" tanya Jieun lagi, kali
ini lebih menggebu dari yang tadi.
"Kau akan tahu
nanti.Yang terpenting mulai dari sekarang kau harus mengurangi pemakaian
kemampuanmu, atau kalau bisa, jangan gunakan sama sekali." jelas Changjo
singkat lalu pergi setelah meninggalkan sebuah minuman kaleng untuk Jieun,
minuman kaleng favorit Jieun yang selalu menemaninya saat makan siang.
Jieun mengambilnya
dan memikirkan semua yang dikatakan Changjo, ia ingin segera mengerti semuanya.
Dari jauh Baekhyun,
ditemani Jongdae dan Chanyeol tak sengaja melihat pemandangan tadi. "Jadi
Baek lupakan dulu sejenak tentang Krystal." kata Chanyeol.
"Aku tahu kau
pasti terbakar rasa cemburu sekarang. Ini kali pertamanya Jieun terlihat
berbincang dengan orang selain kau di sekolah ini. Jadi datangi Jieun
sekarang!" kata Jongdae mantap.
"Ya, sekarang
atau tidak selamanya. Kau harus mengatasi grogi berlebihanmu terhadap Jieun.
Apa kau mau membiarkan Jieun berteman dengan anak itu? Siapa dia Jongdae?"
Chanyeol menambahi.
Jongdae
menjentikkan jarinya, "Aku ingat namanya Changjo. Dia adik kelas kita. Kau
mau Eunji menghajarnya Baek?"
Baekhyun memutar
bola matanya. Ada apa dengan dua orang ini? "Siapa bilang aku cemburu?
Bukankah itu baik? Jieun mulai bisa berteman."
"Jangan bohong
Baek!" kata Jongdae dan Chanyeol bersamaan.
"Aku tidak
bohong!"
"Sudah cepat
sana! Atasi grogimu!" Jongdae sudah dengan kuat mendorongnya. Ia sudah
tidak di balik pilar lagi dan Jieun sudah bisa melihatnya. Dan Ya Tuhan! Jieun
tersenyum padanya. Senyuman itu entah kenapa selalu membuatnya merasakan
sesuatu, sesuatu yang bahkan tak ia mengerti.
Entah kenapa
sekarang Baekhyun berpikir, dirinyalah orang yang sulit bergaul dan selalu
canggung di hadapan orang lain, dan Jieun, melihatnya seperti itu, dia sama
sekali tidak canggung dan terlihat mudah, bahkan terlalu mudah bergaul dengan
orang lain. Pantas saja dia sudah punya teman baru sekarang. Adik kelas itu,
betapa mudahnya dia berteman dengan Jieun? Dan dia tidak tahu betapa sulitnya
Baekhyun mengajak Jieun bicara saat mereka baru kenal. Baekhyun mengerjapkan
matanya, apa dia memang cemburu?
TO BE CONTINUED
saya hadiiirrr....
BalasHapusberhubung sudah lama, jadi harus baca part1 lg buat nginget-inget -..-"
*mmafingatansayalemah*
aaaaaa banyakin Myungsoo-Eunjinya ddoooong..
kok rsanya mereka hanya sekedar lewat di part ini :(
cepetan dong lanjutannya... hahahah
setelah sekian lamaa..
BalasHapussampe buka part 1 buat inget-inget alurnya -.-
*maklumlahingatanlemah*
aaaaaa Myungsoo-Eunjinya kuraaang.. >.<
terus Changjo ini bikin dilema deh yah...
tidak bgt cmburu. Kan baek anak baik2 yg tdak egois ekekekkeke . Eaakkk diam2 suka, loalah aku lakyo tambah seneng nang changjo gr2 de.e nyimpen rahasia ngene. Waaaa tiba2 chanchen berubah dadi baik hati dan pengertian benar2 abg labil . Jadi inget pepatah *tidak selamanya orang jahat akan selalu jahat* ekekekkek . Sumpiilllll pengen ndang dilanjut pengen ndang baek meet meet-an karo IU *sepakkrystal. Iso gak iso endinge kudu persis ambek opo sing tak pingin. *hiyaaa
BalasHapusBaekJieun !
BalasHapusAkhirnya mereka udah mulai saling suka di chapter ini. Suka banget sama Chanyeol & Chen di akhir, mereka jadi team Baek. hahaHAHA. Chen Yeol bakal berhenti ganggu Jieun.
Kai! Kapan Kai suka sama Jiyoung juga?
Eunji? Penasaran banget dengan siapa akhirnya Eunji di pasangkan.
Dan Krystal, menurut feeling sepertinya Krystal itu beneran suka sama myugsoo di masa lalu. *kasihan Myungsoo*
Point yang masih bikin penasaran ya tentang pengendali waktu itu. Siapa aja yg bisa mengendalikan? Apa Taoketua klub mereka? [?]
Kenapa juga Changjo mau ilangin kemampuannya? Apa kalo menggunakan kemampuan itu terus, bakal bikin orangnya mati? zzZZZzzZZzzz
Next chap nya di tunggu...
yeah akhirnya dilanjut
BalasHapusaq tunggu lanjutan kisah BaekU nya
haha
banyakin moment sweet mereka donk
ff nya daebak cpet2 dilanjut ya thor
#Hwaiting ^^
ExoIU Shipper disini
Akhirnya di update juga part 2, part 3 nya cepetan nyusul dong, ini keren bangen ceritanya... apalagi main castnya baekiu... :)
BalasHapusKeren... baekiu couplenya... ditunggu update chapter 3nya yaa.. :)
BalasHapusnext chapter!
BalasHapusaku suka banget sama cerita nya ^^
please BAEKU moment! ^^
author.. salut.. ak bener2 larut ke dalam cerita ff ini.... lanjutin ya! semangat! aku menantikan kelanjutannya ^^
BalasHapus