Sungguh
aneh hidup sebagai bidadari seperti ini, Park Gyuri, telah memilih untuk
menjadi bidadari penolong setelah kematiannya. Dia merasa dia harus melakukan
sesuatu setelah kematiannya itu.
Tapi
kehidupannya di langit ke tujuh ini juga terlalu indah, negeri bidadari
penolong ini begitu indah. Semua terlihat putih bersih. Dan tak bisa
dipungkiri, semua bidadari disini memiliki wajah yang begitu cantik. Bisa
membuat seisi dunia porak poranda jika mereka tahu ada tempat seperti itu di
langit ke tujuh.
Mereka
semua bergaun putih bersih tanpa corak. Itu menampakkan kesucian dan ketulusan
mereka. Mereka benar-benar tak punya kekurangan dari segi fisik. Itulah mengapa
mereka benar-benar menjadi rahasia langit.
Gyuri,
yang merasa terlalu bosan dengan kehidupan sehari-harinya, mulai melakukan hal
yang tak biasa. Dia mengotak-atik sesuatu yang seharusnya tak boleh
disentuhnya.
Sebuah
mesin pengatur bidadari. Mesin itu yang mengatur kehidupan bidadari di langit
ke tujuh. Mesin itu yang mengatur semua misi-misi yang harus dilaksanakan para
bidadari.
“Gyuri-ssi!
Sepertinya kau masih 2 bulan ada disini, tapi sepertinya kau begitu bosan?”
tanya Yoona bidadari senior.
“Itu
karena…. Aku sama sekali belum mendapat misi.” Jelas Gyuri malas.
“Mungkin
hanya belum ada yang cocok untukmu.” Kata Yoona yang sudah 5 tahun menjadi
bidadari penolong.
“Dan
sangat membosankan menunggu hal itu. Kau tahu apa alasanku mau menjadi seperti
ini?”
“Arasso.”
Yoona mengangguk sambil tersenyum.
***
“Ya!
Kim Myungsoo! Ireona! Palli! Kau bisa ketinggalan sarapan lagi pagi ini.”
Teriak Sunggyu membangunkan Myungsoo yang masih bergulat dengan selimutnya yang
tak begitu hangat itu.
“Hyung…
aku tidak lapar.” Jawab Myungsoo sangat pelan.
“Kau
mengatakan itu karena kau masih mengantuk kan? Bukankah setiap kali kau berkata
seperti itu, kau akan marah karena setelah kau bangun makanannya habis?”
Akhirnya
Myungsoo membuka matanya dan dengan malas dia menuju kamar mandi.
Dia
depan kamar mandi dia berpapasan dengan Sungjong, “ah, Hyung! Akhirnya kau bisa
bangun?” dia tertawa lalu segera menuju meja makan.
Setelah
membasuh mukanya, Myungsoo bergabung dengan teman-temannya di meja makan.
Mereka berenam makan dengan lahapnya, seakan takut itu makanan terakhir yang
bisa mereka makan hari itu.
Dan
itu memang sering terjadi. Mereka adalah kumpulan anak-anak tak memiliki orang
tua. Dulunya enam dari mereka tinggal di panti asuhan yang sama, sedangkan
Sungjong, yang terkecil dari mereka, baru hidup bersama mereka 2 tahun lalu
setelah di temukan terlantar di pinggir jalan.
Rumah
itu mereka sewa dengan jerih payah mereka bersama. Mereka sudah seperti saudara
kandung karena mereka merasa senasib. Mereka begitu setia kawan. Mereka satu
keluarga yang tak terpisahkan.
“Kenapa
aku tak melihat Dongwoo hyung?” tanya Myungsoo.
“Dia
sudah berangkat pagi-pagi sekali ke Busan.” Jawab Sunggyu.
“Ah…
kau memang tukang tidur, padahal tadi kami sangat berisik di kamarmu untuk
mengucapkan selamat tinggal pada Dongwoo.” Celetuk Woohyun.
“Chincha?”
Myungsoo tak percaya.
“Sebenarnya
apa yang dilakukan Dongwoo hyung di Busan?” tanya Sungjong.
“Katanya
dia berhasil mendapatkan pekerjaan di sana.
Jadi 5 bulan ini dia takkan pulang.” Sunggyu menjelaskan.
“Dia
bilang gajinya sangat besar, maka dari itu dia rela tak pulang selama 5 bulan.”
Jelas Hoya.
“Aku
sudah selesai. Aku harus cepat berangkat. Anyeong hyung!” kata Sungjong lalu
pergi menuju sekolahnya. Dia satu-satunya yang masih bersekolah. Dan mereka
semua juga saling bekerja sama untuk bisa membayar sekolah Sungjong.
“Jeosimhae!”
kata mereka berlima bersamaan.
“Ya!
Apa sekolah Sungjong bulan ini sudah dibayar?” tanya Seungyeol tiba-tiba
setelah Sungjong pergi.
“Sayangnya
belum.” Jawab Woohyun.
“Dan
sayangnya lagi, keuangan kita menipis sekarang.” Tambah Hoya.
“Jangan
kawatir, bosku akan segera menggajiku.” Jawab Myungsoo. “Bulan kemarin dia tak
menggajiku, jadi kali ini dua kali lipat.”
“Hah….”
Seungyeol mengelus dadanya. “Syukurlah.”
“Geurae,
kalau perlu, aku akan cari pekerjaan tambahan.” Kata Sunggyu.
“Ah
Hyung, tak perlu, kau sudah terlalu banyak bekerja.” Kata Hoya.
“Ne,
biar kami membantumu sekarang. Kau yang tertua dari kami, kami kasian melihatmu
begitu keras membuat kami hidup layak. Kau terlihat seperti Appa bagi kami.”
Sunggyu
tersenyum, “Apa aku setua itu?”
Mereka
sontak tertawa mendengarnya.
“Sayangnya
kau sangat sulit terlihat tua.” Celetuk Seungyeol.
***
Gyuri
sedang berjalan-jelan pagi ini, dia mengunjungi sebuah tempat untuk melihat
keadaan manusia di bawah mereka. Gyuri senang sekali melakukannya sudah seperti
kegiatan rutinnya setiap pagi.
Terdapat
sebuah tabir di atas meja super besar yang terbuat dari batu pualam. Lewat
tabir itu, para bidadari bisa melihat dunia di bawahnya dan melihat tingkah
laku mereka.
Semenit
kemudian, Gyuri menyadari bahwa suasana sedang sangat sepi, dia diam-diam
melangkah ke ruangan paling terlarang bagi semua bidadari. Ruangan tempat mesin
pengatus misi bidadari penolong.
Dia
memasuki ruangan itu dan terkagum melihat isinya. Itu lebih terlihat seperti
mesin waktu buatan manusia. Namun tak ada tenaga listrik untuk menggunakannya.
Mesin itu berjalan dengan sendirinya.
Tiba-tiba
sebuah papan tranparan di depannya memunculkan namanya. Sedetik kemudian,
tangan Gyuri sudah berada di atas satu-atunya benda berwarna biru di langit ke
tujuh. Dia sudah menekannya saat Yoona berteriak dia belakangnya, “ANDWE!!!”
Gyuri
terkejut dan tiba-tiba tubuhnya seakan terjatuh ke dalam jurang yang gelap dan
sangat sempit.
Di
saat itu juga dia mendengar suara Yoona.
“Kau
harus tahu! Itu bukan sebuah misi untukmu. Itu hukumanmu karena kau melanggar
peraturan. Kau harus hidup sebagai manusia dan kehilangan semua kemampuan
bidadari penolongmu. Tapi tak ada yang tahu kau akan di kirim kemana. Kau harus
bisa menjalani semuanya selama 2 bulan………”
Perkataan
Yoona yang selanjutnya tak terdengar lagi.
Semua
masih gelap saat Gyuri merasa punggungnya sudah menyentuh sesuatu yang cukup
nyaman dan empuk. Tapi dia merasa kedinginan.
Tapi
setelah itu, Gyuri merasakan ada sesuatu yang menindih pahanya. Dan dia bisa
merasakan hembusan nafas di telinganya.
Seketika
Gyuri sadar ini bukan gelap, tapi dia masih memejamkan matanya. Akhirnya Gyuri
membuka matanya dan melihat langit-langit rumah. Gyuri ingat dengan hembusan
nafas di telinganya itu, seketika dia menoleh ke kiri dan terbelalak menemukan
seorang lelaki berwajah malaikat tengah tidur dengan pulasnya.
Dan
ternyata yang menindih pahanya adalah kaki lelaki itu. Spontan Gyuri berteriak,
“AAAAAAAAAAAA!!!!”
Tak
lama kemudian, Lelaki yang tidur itu bangun dengan susah payah. Dan segera
menutup mulut Gyuri. Namun setelah melakukan itu, dia juga terkejut bukan main
melihat wanita secantik itu di hadapannya.
“Yeoja?
Kau siapa?” tanyanya.
Gyuri
segera melepas tangan lelaki itu. “Aku
Park Gyuri! Kau sendiri
siapa? Apa yang kau lakukan disini? Mengapa kau memelukku?”
“Aku?
Aku Kim Myungsoo. Dan ini rumahku. Seharusnya aku yang bertanya padamu apa yang
sedang kau lakukan disini? Aku ingatkan kau, jika aku melakukan sesuatu padamu
saat aku tidur tadi, aku sama sekali tak bermaksud melakukannya,” lalau dia
bepikir sejenak dan bergumam, “Apa semalam aku mabuk dan membawa pulang seorang
gadis?” Myungsoo menggeleng, “Ani, aku bukan tipe lelaki seperti itu.”
“Aku
ini…” Gyuri tak meneruskan perkataannya. Kepalanya terasa sakit saat dia akan
mengatakan bahwa dia bidadari penolong yang terjatuh dari langit ke tujuh.
“Kau
apa?” tanya Myungsoo heran.
“Aku
ini….hmm… aku ini…” Gyuri tak bisa menjawab.
Tiba-tiba
terdengar suara di kepalanya dan membertitahunya, “Park Gyuri, kau dalam masa
hukuman. Kau harus menolong hidup lelaki itu. Dia Kim Myungsoo, 20 tahun, yatim
piatu. Sebentar lagi dia akan mengalami hal paling sulit di hidupnya.
Bagaimanapun caranya kau harus menolongnya melewati hal tersulit itu. Ingat! Kau
harus membawanya ke jalan yang benar. Sekarang kau menjadi bidadari setengah
manusia, tapi kau harus menjaga perasaanmu agar tak jatuh cinta pada targetmu.”
Gyuri
kembali pada dunianya lalu berguman sambil menatap Myungsoo, “Bagaimana bisa
aku jatuh cinta pada anak kecil ini?” Gyuri menyeringai.
Myungsoo
mengertukan alisnya dengan penuh tanda tanya, dia benar-benar seperti sedang
bermimpi bertemu seorang bidadari super cantik yang terjatuh dikamarnya. Saying
itu memang kenyataannya.
“Aku
ini tidak punya rumah.” Jawab Gyuri akhirnya.
“Bagaimana
kau bisa masuk ke dalam rumah ini? Dan…kenapa kau memilih tidur disini?”
“Aku….
Tak tahu, semalam aku….” Gyuri sulit mengarang lagi.
“Mabuk?”
Gyuri
segera mengangguk.
“Geurae,
mabuk.”
“Apa
seseorang yang mabuk bisa menembus pintu rumah orang?”
“Aku
lupa.” Jawab Gyuri lalu melihat dirinya dengan terkagum. “Wah… sudah aku tak
pakaian manusia. Tapi.. kenapa seperti ini? Ini bukan gayaku. Aku seperti gadis
miskin.” Sejenak Gyuri berpikir dan teringat kata-kata yang tadi ia dengar lalu
menggumam, “Aku hidup sebagai manusia? Dan sepertinya sifat manusiaku kembali
lagi.”
“Apa
yang sebenarnya kau bicarakan?” tanya Myungsoo.
“Kau
menyebutku ‘kau’?” Tanya Gyuri tak percaya.
Myungsoo
diam saja.
“Ya!
Aku lebih tua 4 tahun darimu. Kau harus panggil aku noona.” Teriak Gyuri lalu
menuju pintu kamar Myungsoo dan membukanya. Betapa terkejutnya mereka berdua
setelah melihat orang-orang berkumpul di depan pintu. Sepertinya baru saja
menguping.
“Hm….
Mianhamnida.” Kata Gyuri lalu melangkah keluar.
Woohyun,
Sungjong, Hoya dan Seungyeol terbelalak melihat kecantikan Gyuri dan bertanda
tanya besar, mengapa Myungsoo bisa tidur dengan gadis secantik itu.
Sedangkan
Sunggyu seperti mengingat sesuatu, “Pa…Park Gyuri sunbaenim?”
Gyuri
heran ada yang mengenalinya, “Kau mengenalku?”
“Bukankah
kau seniorku di sekolah menengah? Kau noona yang dijuluki goddess itukan?”
“Ah,
benar, aku baru ingat dulu aku sangat terkenal…” Gyuri tersenyum senang.
Kelima
lainnya terkejut mendengar Sunggyu sudah mengenalnya.
“Ya!
Kim Myungsoo, apa maksudmu membawa seorang gadis ke dalam rumah kita?” tanya
Woohyun.
“Hyung
pikir aku tahu? Dia tiba-tiba saja ada saat aku membuka mata.” Jawab Myungsoo.
“Dan
kau mencoba mencari kesempatan saat mengetahuinya. Geurae?” kata Gyuri sombong.
Myungsoo
tersenyum pahit, “Bukankah sudah ku bilang, aku tak tahu kau ada di sebelahku?”
“Sudahlah,
jangan bicarakan hal itu. Kalian takkan mengerti meski aku jelaskan.” Gyuri
bermaksud mengakhiri.
Mereka
semua masih tertegun dengan kecantikkan Gyuri saat Gyuri sampai di dapur
mencoba mencari makanan.
“Jadi
kalian tak punya sesuatu untuk dimakan? Sudah lama sekali aku tak makan makanan
manusia.” Celetuk Gyuri sambil melihat sekeliling.
“Apa
selama ini noona makan makanan hewan?” tanya Sungjong.
“Kau
kira aku gila?” tanya Gyuri tertawa. “Sepertinya kalian memang sangat
membutuhkan bantuan.” Gyuri berniat membereskan dapur mereka yang berantakan.
Akhirnya
Gyuri berkata, “Kalian semua pergilah mencari bahan makanan, aku akan
bersih-bersih, dan sisanya kita bicarakan sambil makan. Ok?”
Tanpa
sadar mereka semua mengangguk dan pergi begitu saja setelah bersiap. Gyuri
langsung menjentikkan jarinya dan seisi rumah menjadi rapid an bersih sesuai
keinginannya.
Setelah
mereka pulang, mereka terkejut dengan keadaan rumah mereka yang bersih dan
rapi.
“Noona,
jangan bilang noona yang membersihkan ini semua.” Kata Seungyeol sambil
berkeliling.
“Sayang
itu benar, dan sekarang aku benar-benar lapar.” Jawab Gyuri.
Setelah
mereka memasak sarapan, mereka berkumpul di ruang tengah untuk makan bersama.
“Jadi,
bagaimana noona bisa masuk?” tanya Sunggyu.
“Aku?”
Gyuri berpikir keras lalu menjawab seadanya, “Pintu kalian tak terkunci. Dan
aku lihat hanya kamar Myungsoo yang punya tempat untukku.”
“Ya!
Seungyeol-ah! Bukankah ku suruh kau kunci pintunya semalam? Kalau ada pencuri
masuk bagaimana?” tanya Sunggyu.
Seungyeol
merasa marah, “Aku sudah menutupnya semalam. Sungguh.”
Gyuri
mengangkat bahunya tanda tak mau tahu.
“Sudahlah,
lagipula tak ada yang bisa di curi dari sini.” Celetuk Myungsoo.
“Lalu
apa niat noona kesini?” tanya Woohyun.
“Apa
benar noona mabuk?” tanya Sungjong.
“Ani,
aku tidak mabuk seperti yang kalian dengar tadi. Aku memang ingin kesini dan
hidup disini. Hanya dua bulan. Boleh?” Gyuri berkata sambil melihat Myungsoo
yang menjadi targetnya.
Seungyeol
dan Woohyun tertawa senang, “Tentu boleh.”
Akhirnya
mereka berenam pergi ke kamar Sunggyu dan membicarakannya. Tak lama kemudian
mereka keluar dengan persetujuan mereka. Gyuri tak terkejut dengan keputusan
mereka karena dia dengan mudahnya mendengar apa yang mereka bicarakan. Termasuk
soal kecantikkannya yang begitu mereka puja.
“Permasalahannya
sekarang noona tidur dimana kamar kami sudah penuh.” Celetuk Seungyeol.
“Aku
bisa tidur disana. Bukankah pemiliknya sedang pergi?” Gyuri menunjuk kamar
Myungsoo.
Myungsoo
terkejut mendengarnya. “Ka..kalau begitu biar aku tidur di rungan tengah.
“Ya!
Di dalam kamar saja sudah dingin, apalagi di sini? Tenang saja… kau pikir aku
selemah yang kau bayangkan, takkan terjadi apa-apa.”
“Kalau bukan karena dia tergetku, aku takkan
mau sekamar dengan anak itu. Tidurnya saja berantakan. Bisa-bisa aku mati sesak
tertindih.” Batin Gyuri.
Semua
orang tercengang mendengarnya.
“Noona
yakin?” tanya Sungjong.
Woohyun
menambahkan, “Myungsoo punya kebiasaan tidur yang jelek.”
“Dia
bisa membuat noona mati sesak karena tertindih.” Kata Sunggyu.
“Kalau
saja Dongwoo ada, dia akan menjadi saksi untuk menceritakan semuanya. Dia itu
korban tidur Myungsoo.” Jelas Seungyeol.
“Lalu
apa kalian ingin aku kedinginan tidur di ruang ini?” tanya Gyuri memelas.
Semuanya
langsung menggeleng, termasuk Myungsoo.
“Kalau
begitu biar aku tidur disana. Ok?”
“Baiklah.”
Jawab Sunggyu masih agak khawatir sambil menatap Myungsoo memperingatkannya
agar tak membuat masalah.
“Kalau
ada apa-apa noona teriak saja.” Perintah Seungyeol.
“Geurae,
aku pasti akan langsung datang.” Tambah Woohyun.
Gyuri
tersenyum kecut. “Kenapa jadi mereka yang
bertingkah seolah-olah melindungiku seutuhnya. Bukankah kebalikkannya?”
“Kalau
begitu aku berangkat dulu semua..” pamit Sungjong, “Anyeong!”
“Ya!”
Gyuri memanggilnya dan mengulurkan sedikit uang. “Aku masih menyimpan ini.
Bukankah kau hanya makan sedikit tadi. Ingat sering kelaparan di sekolah itu
bisa membuatmu bodoh.”
Sungjong
ternganga mendengar Gyuri seperti mengetahui semuanya.
“Sudahlah
pergi sana! Kau
bisa terlambat. Bukankah sekolahmu jauh?”
“Bagaimana
kau tahu? Tanya Seungyeol di belakang mereka.
“Aku
hanya menebak.” Jawab Gyuri santai lalu menghampiri Myungso di dalam kamarnya.
Myungsoo
agak terkejut Gyuri masuk tanpa mengetuk pintu. “A..apa yang noona lakukan?”
“Kau
mau pergi kerja? Aku ingin ikut denganmu.” Tanya Gyuri dengan malas. Ia tahu
ini tugasnya.
“Noona
yakin?”
“Kenapa
tidak?”
“Apa
yang akan noona lakukan?” tanya Myungsoo heran.
“Sudahlah,
mulai sekarang anggap saja aku ekormu yang akan mengikutimu kemana-mana.” Jawab
Gyuri lalu menarik lengan Myungsoo keluar rumah.
“Apa
noona tahu dimana aku bekerja?”
Gyuri
menggeleng.
Myungsoo
tersenyum tak habis pikir. Apa sebenarnya maksud noona berparas cantik ini
pikirnya.
Mereka
berdua bertemu dengan Hoya yang juga sedang menuju tempat kerjanya.
“Kau
juga bekerja?” tanya Gyuri pada Hoya yang terlihat sedikit terkejut melihat
Gyuri bersama Myungsoo.
“Ah..
ne.” Hoya mengangguk.
“Dia
kerja apa?” bisik Gyuri pada Myungsoo.
“Kenapa
tak noona tanyakan sendiri saja?”
Gyuri
memberi Myungsoo pandangan kesal yang begitu melelehkan setiap lelaki. Namun
pada akhirnya Gyuri bertanya sendiri, “Kau bekerja dimana?”
“Aku
membantu temanku mengelola toko pakaiannya.” Jawab Hoya.
“Dia
juga sering ikut audisi.” Celetuk Myungsoo.
“Kenapa
sekarang kau malah bicara?” tanya Gyuri kesal.
Myungsoo
diam saja dan berjalan mendahului mereka.
“Benar
kau sering ikut audisi?” tanya Gyuri.
“Geurae.
Aku suka menari.” Hoya menjawab dengan sedikit malu. “Tapi sekarang tidak
lagi.”
“Waegeurae?”
“Kakiku
cedera.”
Gyuri
melirik kaki kanan Hoya yang cedera lalu diam-diam dengan sangat pelan menjentikkan
jarinya. Dan segera menyusul Myungsoo. “Jangan mudah menyerah Hoya! Hwaiting!”
Hoya
seketika berhenti berjalan dan merasakan sesuatu yang aneh pada kakinya.
Setelah itu dia melompat-lompat mencoba sesuatu. Detik berikutnya Hoya sudah
tersenyum lebar begitu senang. Kakinya terasa sembuh total.
***
“Jadi
ini tempat kerjamu?” tanya Gyuri setelah sampai di sebuah toko beras.
Myungsoo
mengangguk sambil tersenyum, “Menyesal?”
“Untuk
apa? Aku hanya akan menunggumu. Jangan pikir aku akan ikut bekerja denganmu.”
Kata Gyuri lalu duduk di kursi panjang yang terletak di samping toko.
Myungsoo
lagi-lagi tak habis pikir. Dia berniat menghampiri Gyuri namun seseorang
menghampirinya dengan cepat “Oppa!”
“Ah,
Krystal?”
Gyuri
melihat mereka berdua dan tertawa konyol karena menyadari gadis itu mengitu
menyukai Myungsoo.
Krystal
adalah putri pemilik toko itu. Dia terlihat cantik dengan wajah tirusnya.
Rambutnya yang lurus dan hitam legam menambah manis wajahnya.
“Oppa
sudah sarapan?” tanya Krystal semanis mungkin.
“Dasar
anak-anak kecil.” Gumam Gyuri sambil tertawa.
“Sudah.”
Myungsoo menjawab Krystal.
“Ka..kalau
begitu semoga hari ini menyenangkan.” Kata Krystal, tapi dia masih belum pergi.
“Apa
ada yang lain?” tanya Myungsoo berusaha ramah.
“Mm….
apa kau bisa makan siang denganku nanti?” Krystal memberanikan diri.
Myungsoo
berpikir, “Aku tak bisa menjawab sekarang. Kita lihat saja nanti.” Myungsoo
teringat akan Gyuri.
Krystal
yang mengetahui masih ada harapan, tersenyum manis lalu pergi.
***
Sepanjang
pagi ini Gyuri mengamati Myungsoo bekerja. Sesekali dia membantu Myungsoo
dengan menjentikkan jarinya saat Myungsoo terlihat keberatan saat memindahkan
karung-karung beras itu.
“Jadi
anak itu bekerja sekeras ini setiap hari?” Gyuri mulai merasa kasihan melihat
Myungsoo seperti itu. “Kenapa dia tidak jadi foto model saja? Dia sudah
menyia-nyiakan wajahnya. Ckckck.”
Saat
waktu makan siang Gyuri mulai merasa lapar dan beberapa kali memanggil-manggil
Myungsoo.
Gyuri
berdiri di depan pintu toko sambil memelas, “Myungsoo-ah… aku lapar. Bukankah
ini waktu makan siang?”
“Noona
makan saja dulu. Aku masih sibuk.” Jawab Myungsoo saat melewati Gyuri.
Akhirnya
diam-diam Gyuri menjentikkan jarinya dan memindahkan semua karung beras yang
harus di pindah ke dalam truk.
“Bukankah
pekerjaanmu sudah selesai?” tanya Gyuri.
“Lihat
saja di dalam masih banyak.” Kata Myungsoo sambil menunjuk tempat kosong yang
semula terdapat banyak tumpukan karung beras. Dia terkejut melihat tempat
kosong itu.
“Kau
mau mengangkat apa lagi?” tanya Gyuri.
“Tapi
tadi masih banyak.” Myungsoo mengertukan alisnya.
“Orang
lain sudah memindahkannya tadi.” Jawab
Gyuri. “Kajja!” Gyuri menarik lengan Myungsoo begitu saja.
Tapi
tiba-tiba Krystal melihatnya dan memanggil Myungsoo, “Oppa!”
Myungsoo
menoleh dan melihat wajah kecewa Krystal.
“Kali
ini oppa tidak bisa ya? Gwenchana kita bisa pergi lain kali. Tapi..” Krystal
heran melihat Gyuri.
“Ah
ini, Park Gyuri noona. Dia…” perkataan Myungsoo terpotong.
“Aku
noonanya.” Kata Gyuri sambil tersenyum pada Krystal yang terlihat khawatir
sekaligus cemburu.
“Saudara
kandung? Kenapa marga kalian tidak sama?” tanya Krystal. “Lagipula aku tak
pernah dengar kau punya saudara.”
“Dia
tinggal di rumah kami sekarang.” Jawab Myungsoo jujur.
“Ka..kalian
tinggal serumah? Tapi bukankah kamarnya sudah penuh?”
Gyuri
agak terkejut Krystal bisa tahu segalanya, “Dia
terlalu menyukai Kim Myungsoo” Batin Gyuri sambil tersenyum konyol.
“Tentu
saja aku tidur di ruang tengah yang dingin itu.” Jawab Gyuri segera. Dia tak
ingin memperparah suasana dengan mengatakan dia sekamar dengan Myungsoo.
“Oh.”
Krystal terlihat lemas seperti tak ada harapan seakan baru saja mendapat
saingan kelas berat.
Melihatnya,
Gyuri mendekat pada Krystal lalu berbisik “Tenang saja, aku ini wanita 24
tahun, apa masuk akal dia menyukaiku daripada kau?”
Krystal
tersenyum pahit, dia tak bisa menghindari kenyataan sosok GYuri yang seperti
bidadari, semua lelaki pasti akan goyah.
Akhirnya
mereka sampai di sebuah danau buatan yang cukup dekat dengan toko beras tadi.
Myungsoo sedang mencuci tangan di tepi danau itu sambil melihat beberapa anak
bermain di taman sekitar danau itu.
“Myungsoo-ah!
Kemari!” panggil Gyuri.
Myungsoo
terkejut saat menghampiri Gyuri yang sudah menyiapkan cukup banyak makanan.
“Darimana datangnya makanan-makanan ini?”
“Kau
kira ini turun dari langit? Aku baru saja membelinya.” Jawab Gyuri.
“Wooah,
cepat sekali?” Myungsoo heran. “Noona ini tidak punya rumah tapi banyak uang
ya?”
“Sudahlah
cepat makan. Bukankah perutmu sudah sangat berisik dari tadi?”
Myungsoo
tersenyum sedikit malu, “Bagaimana noona tahu?”
Akhirnya
mereka menghabiskan makanan itu dengan cepat, Gyuri tersenyum puas melihat
targetnya kenyang karena kerjanya.
***
“Mimpi
apa kita semalam? Bagaimana bisa kita serumah dengan gadis secantik itu?”
celetuk Seungyeol sepulang kerja sambil menelentangkan tubuh jenjangnya di
ruang tengah.
“Kurasa
aku memimpikan seekor kura-kura semalam. Apa ada hubungannya?” tanya Hoya
setelah keluar dari kamar mandi.
“Kau
kira itu lucu?” Woohyun mendorong tubuh Hoya pelan.
“Dan
bayangkan saja, yang paling di untungkan disini adalah Myungsoo, dia pasti
seperti sedang terbang ke langit bisa sekamar dengan Gyuri noona.” Seungyeol
bicara sambil memakan sebuah pisang dari sakunya.
“Dan
sepertinya Gyuri noona mengikuti Myungsoo kemana saja dia pergi. Aku lihat tadi
dia ikut Myungsoo ke tempat kerjanya.” Jelas Hoya.
“Chincharo?”
Sungjong tak percaya dan langsung keluar dari kamarnya, meninggalkan buku
pelajaran yang tadi ia baca. “Sebenarnya ada apa dengan mereka? Apa hyung tak
curiga kalau Myungsoo hyung yang membawa Gyuri noona?”
“Itu
masuk akal. Tapi… sepertinya Myungsoo bukan tipe pembohong dan lelaki nakal
seperti itu.” Kata Woohyun.
“Kenapa
mereka berdua belum pulang? Apa mereka kencan?” tanya Seungyeol.
“Kalau
mereka kencan, apa tidak bahaya membiarkan mereka sekamar?” tanya Woohyun juga.
“Jangan
berpikiran negatif. Mungkin yang di ceritakan Gyuri noona memang benar.”
Celetuk Hoya.
“Aku
pulang.” Sunggyu memasuki rumah. Dia terlihat sangat lelah. “Apa yang sedang
kalian bicarakan?”
“Tentu
saja kami sedang membahas satu-satunya wanita di rumah ini.” Jawab Woohyun.
“Bagaimana
wanita bepenampilan seperti itu bisa tak punya rumah dan tinggal di tempat ini?
Ini tak masuk akal.” Kata Seungyeol.
“Gyuri
noona?” Sunggyu teringat sesuatu. “Benar juga. Seingatku dulu dia sangat kaya.
Dulu dia selalu naik mobil mewah ke sekolah dan seringkali berganti mobil-mobil
keren.”
“Mungkin
itu mobil pacarnya. Semua lelaki pasti akan menyerahkan segalanya padanya.”
Celetuk Seungyeol.
“Ani,
dia menyetir semuanya sendiri. Dan tak pernah ada kabar dia punya kekasih.
Sekalipun aku tak pernah mendengar.” Jawab Sunggyu masih dengan sibuk
mengingat-ingat masa lalunya.
“Bisa
saja sekarang dia bangkrut.” Kata Hoya.
“Lagipula
apa Sunggyu hyung tipe lelaki yang update tentang berita?” celetuk Sungjong.
“Ya!
Sungjong-ah! Apa katamu?” teriak Sunggyu.
“Aniyo!”
Sunngjong segera masuk ke kamarnya dan mengunci pintunya. Membuat yang lain
tertawa melihat tingkahnya.
Tak
lama kemudian Gyuri membuka pintu, “Kami pulang. Aigo…. Sungguh lelah
mengikutinya bekerja.”
“Siapa
yang menyuruh noona mengikutiku?” tanya Myungsoo.
Keempat
lainnya memperhatikan gerak-gerik mereka.
“Obseo,
tak ada yang menyruhku.” Gyuri tertawa lalu menuju kamar mandi.
“Ya!
Myungsoo-ah, apa hubunganmu dengan Gyuri noona?” bisik Seungyeol.
“Apa
maksud hyung?” Myungsoo tak mengerti.
“Jangan
pura-pura tak mengerti.” Woohyun mendorong tubuh Myungsoo pelan.
“Molla.
Labih baik aku tidur sebelum pagi.” Kata Myungsoo lalu masuk ke kamarnya.
***
Meski
berkali-kali Myungsoo mencoba tidur, ia tetap terjaga. Dia tak sadar dia
terlalu tegang menunggu saat pintu kamarnya terbuka dan yang datang adalah
Gyuri.
Dan
itu benar, setelah pintu kamarnya terbuka dan Gyuri masuk, seakan Gyuri bisa
membaca pikirannya, Gyuri tertawa, “Kau tegang ya?” dia benar-benar terbahak.
“Kau
kira aku bodoh?” Gyuri lalu membentangkan sebuah tirai lebar yang entah dia
dapat dari mana. Gyuri memasangnya di tengah-tengah kamar untuk memberi jarak
pasti antara dia dan Myungsoo.
Myungsoo
hanya tercengan melihat semua persiapan ini.
“Wae?
Kau kecewa?” goda Gyuri.
“A..ani.
Jangan berpikiran macam-macam.” Myungsoo salah tingkah.
Gyuri
tertawa puas. “Ne, aku percaya kau takkan melakukan apa-apa.” Kali ini wajah
Gyuri lebih serius. “Cepatlah tidur, kerjamu itu benar-benar membuat
tulang-tulang patah. Mungkin besok aku harus turun tangan.” Gyuri berbaring di
samping Myungsoo. Myungsoo masih bisa melihat punggung Gyuri dari balik tirai
yang transparan itu.
“Apa
yang akan noona lakukan?” tanya Myungsoo.
“Apalagi
kalau bukan membantumu?”
“Noona
benar-benar aneh. Apa sebenarnya maksud noona datang kesini? Aku sedikit
curiga.”
“Curiga
saja sesukamu. Yang penting kau tulus. Cepat tidur!” Gyuri mengakhirinya.
Myungsoo
masih terdiam dia mengamati Gyuri yang sudah tertidur. Wajah Gyuri terlihat
saat dia berganti posisi. Myungsoo tak bisa berhenti melihat sosok Gyuri yang
begitu sempurna. Wajahnya yang begitu cantik. Juga rambut coklatnya yang berombak
manis.
Tiba-tiba
Myungsoo menampar wajahnya sendiri dan menyuruh dirinya sendiri tidur. Ia
segera mematikan lampu agar tidurnya nyenyak.
***
“Ah…
aku ini bagaimana sih… kenapa aku jadi bangun kesiangan!!!” gerutu Gyuri sambil
berjalan menuju tempat Myungsoo bekerja. “Susahnya menjadi manusia seperti ini.
Lagipula kenapa Myungsoo tak membangunkanku, bukankah aku sudah memberitahunya
aku akan ikut.”
Gyuri
akhirnya menjentikkan jarinya agar dia cepat sampai di toko tempat Myungsoo
bekerja agar tepat pada waktu makan siang. Gyuri juga sudah mempersiapkan
sekotak makanan untuk Myungsoo. Sambil berjalan Gyuri masig bergumam,
“Sebenarnya apa kesulitan yang di alami Myungsoo sebentar lagi? Apa yang bisa
aku bantu. Untuk berjaga-jaga akhirnya aku harus selalu berbuat baik padanya.
Namun
tepat sudah dekat Gyuri dengan toko itu, Gyuri melihat Krystal juga membawa
sekotak makanan untuk Myungsoo dan kelihatannya Myungsoo senang menerimanya.
Sepertinya kali ini Myungsoo menerima ajakan Krystal.
Gyuri
tersenyum kecut, “Dasar anak kecil. Tahu begini aku tak usah kemari.” Gyuri
seketika menghilangkan makanan yang ia bawa dan segera bersembunyi agar
Myungsoo dan Krystal tak melihatnya,
“Daripada
aku habiskan hariku mengikuti Myungsoo seperti ini lebih baik aku bersenang-senang.”
Gyuri tersenyum. Namun belum sempat ia melangkah Yoona muncul tepat di
hadapannya membuatnya kaget setengah mati, “Park Gyuri-ssi!” Yoona tersenyum
dengan manisnya.
“Yoona-ssi?
Apa yang kau lakukan disini? Bagaimana kau tahu aku disini?”
“Aku
berhasil memohon agar aku diberi misi di sekitar sini. Dan akhirnya aku diberi
misi untuk menolong Hoya. Lelaki yang serumah denganmu itu.” Jelas Yoona.
“Mwo?
Kau juga tahu dimana aku tinggal?”
Yoona
mengangguk. “Dengan begini aku juga bisa menolongmu. Tapi aku bukan setengah
manusia. Jadi tak ada yang bisa melihatku kecuali Gyuri-ssi. Ini benar-benar
jauh lebih mudah dari misimu. Aku tak harus ambil peran menjadi gadis bumi.”
Dia tertawa senang.
“Jadi
sekarang kau merendahkanku?” tanya Gyuri.
“Ani.”
Yoona menggandeng lengan Gyuri. “Ohya, sepertinya kemarin kau menyembuhkan
cedera di kaki Hoya ya?”
“Geurae.”
“Gomawoyo.”
Gyuri
tersenyum. “Sekarang kau mau kemana?”
“Aku
harus kembali ke tempat kerja Hoya. Dia sedang sangat sibuk, aku harus membantunya.
Kau dengan Kim Myungsoo Hwaiting!” seketika Yoona menghilang dengan suaranya,
“Anyeong!”
“Dasar
Bidadari, senang sekali bisa menghilang sebebas itu. Kalau aku yang
melakukannya jika ada yang melihat, mereka kira aku hantu.” Gyuri berdecak
kesal lalu melanjutkan perjalanannya untuk bersenang-senang.
***
Sepulang
bekerja, Myungsoo sedikit terkejut Gyuri tak ada, “Hyung ada yang tahu dimana
Gyuri noona?”
“Kenapa
kalian tak pulang bersama lagi? Bukankah dia menyusulmu?” tanya Sunggyu.
“Dia
tadi sangat kesal karena kau tak membangunkannya. Dia pergi dengan menggerutu.”
Jelas Hoya.
“Geuraeyo?”
Myungsoo heran. “Tapi aku sama sekali tak bertemu dengannya tadi.
“Coba
kau cari dia! Mungkin Gyuri noona tersesat atau apapun itu?” teriak Seungyeol.
“Geurae,
bagaimana jika ada yang menculiknya? Siapa yang tak tergiur melihat wanita
secantik itu?” tambah Woohyun.
“Hyung
apa itu tak berlebihan?” celetuk Sungjong.
“Baiklah
aku akan cari Gyuri noona. Jangan tunggu aku. Kalian tidur saja dulu.” Myungsoo
segera pergi lagi dari rumah.
“Lihat!
Sepertinya perkiraan kita benar.” Kata Seungyeol.
“Mereka
ada hubungan lebih.” Tambah Woohyun.
“Siapa
yang tak khawatir teman sekamarnya belum pulang selarut ini. Apalgi teman
sekamarnya itu wanita secantik itu?” tanya Hoya lalu pergi tidur.
“Seungyeol-ah,
kita harus menyelidikinya.” Kata Woohyun.
Seungyeol
mengangguk dengan penuh keyakinan.
“Hyung,
apa kalian tak punya hal yang lebih penting lagi selain itu?” tanya Sungjong
lalu pergi tidur.
Woohyun
melempari Sungjong dengan handuknya, “Aish! Anak kecil tahu apa?”
***
Gyuri
merasa senang bisa bersenang-senang seperti ini. Dia mengabisakan harinya di
taman bermain. Dia terlihat sangat menikmatinya. Tak setiap waktu bidadari bisa
melakukan ini. Gyuri pun pulang selarut ini. Namun saat mencoba membuka pintu,
pintunya terkunci.
“Apa
ini terlalu malam?” Akhirnya Gyuri menjentikkan jarinya untuk membuka kuncinya.
Ketika
baru 10 centi pintu itu terbuka Gyuri terkejut mendengar suara Myungsoo di
belakangnya, “Noona?”
Seketika
Gyuri berbalik, dia sangat takut jika kedoknya terbuka. “Myungsoo-ah?”
“Apa
yang noona baru saja lakukan?” tanya Myungsoo heran.
“Aku
membuka pintu. Apa maksudmu?” Gyuri berusaha tenang.
“Tapi..”
“Kajja!”
Gyuri segera mengajak Myungsoo masuk. “Kenapa kau baru pulang?” mereka sampai
di kamar Myungsoo. Yang lain sudah tidur terlelap.
“Aku
tentu saja mencari noona.” Jawab Myungsoo.
“Mencariku?
Untuk apa?”
“Ini
sudah larut. Noona lupa? Apa noona mengenali kawasan ini dengan baik?
Tidakkan?”
“Jadi…”
Gyuri tertawa. “Kau mengkhawatirkanku. Geurae?”
“Ani.”
Jawab Myungsoo. Wajahnya memerah.
“Lihat
saja wajahmu yang merah itu. Kau tak bisa membohongiku. Jangan bilang kau juga
sudah mulai menyukaiku?” Gyuri tertawa lebih keras.
“Apa
yang noona bicarakan?”
“Ini
salahmu, siapa suruh tak membangunkanku? Bukankah aku sudah bilang akan
membantumu kerja?”
“Siapa
yang mau membangunkan wanita yang terlelap seperti itu? Kau terlihat sangat
lelah.”
Gyuri
terdiam, “Geurae… memakai tubuh manusia lagi membuatku lemah.”
“Apa
maksud noona?”
Gyuri
tersenyum lagi. “Ani, cepatlah tidur anak kecil! Gomawo,kau sudah
mengkhawatirkanku.” Gyuri mulai terbahak lagi.
Kali
ini Myungsoo tak menghiraukannya dan pergi tidur.
“Dasar
anak kecil!” Gyuri meredakan tawanya. “Ya, Kim Myungsoo, kau juga menyukai Jung
Krystal itu ya?”
“Juga?”
Myungsoo bertanya sambil tetap membelakangi Gyuri.
“Tidakkah
kau melihat? Dia begitu menyukaimu?” Gyuri menutup tirai di antara mereka dan
ikut berbaring.
“Geuraeyo?
Dia menyukaiku?”
“Ah..
anak ini malah senang mengetahui kenyataannya. Berarti kau juga menyukainya kan?”
“Mollayo.
Jangan bicarakan itu. Apa noona pikir noona itu noonaku?”
Gyuri
terdiam. Dia memikirkan kata-kata myungsoo barusan. “Bukan, sama sekali bukan. Kalau dipikir-pikir aku seperti orang gila
yang tiba-tiba datang di kehidupannya. Apa yang sebenarnya aku lakukan disini?
Apa kesulitan yang akan dia alami?” Gyuri memperhatikan punggung Myungsoo.
***
Sudah
berhari-hari Gyuri membantu Myungsoo di tempat kerjanya. Namun agar Myungsoo
tak curiga lagi, Gyuri terpaksa tak menggunakan kemampuannya. Dia membantu
Myungsoo dengan cara manusia biasa. Dia bersi keras membantu Myungsoo
mengangkat karung-karung beras yang begitu berat itu. Sampai-sampai Myungsoo di
buat marah oleh Gyuri.
“Noona!”
Teriak Myungsoo setelah membawa Gyuri keluar Toko. “Apa yang sebenarnya Noona
lakukan? Aku tak minta noona mambantuku. Apa aku terlihat semenyedihkan itu
bagi noona? Apa noona tak sadar noona membuatku terlihat seperti penjahat?”
Gyuri
tercengang, dia tak menyangka Myungsoo bisa bersikap seperti itu. “Myungsoo-ah…
sepertinya kau tak sekecil yang kupikirkan.” Celetuk Gyuri. Membuat Myungsoo
tak bisa menahan senyumnya.
“Jangan
marah lagi, kau terlihat mengerikan saat marah. Ok?” Gyuri tersenyum manis,
“Baiklah aku akan istirahat.”
“Mianhae.”
Kata Myungsoo tiba-tiba.
“Gwenchana.
Kalau dipikir-pikir aku memang aneh.” Gyuri pun pergi ke samping toko. Menuggu
Myungsoo di kursi tempatnya biasa menunggu.
Tak
lama Gyuri melihat Krystal menghampirinya, “Eonni anyeong!”
“Anyeong!”
Gyuri tersenyum. “Waegeurae?”
“Boleh
aku tanya satu hal pada eonni?”
“Mworagoyo?”
“Ap..apa
eonni benar-benar tak punya hubungan apa-apa dengan Myungsoo oppa?”
Gyuri
tertawa, “Jeongmal. Obseoso.” Gyuri membatin, “Kalau kau tahu hubunganku yang sebenarnya dengan Myungsoo, kau bisa
mati terkejut.”
“Jeongmal?”
Gyuri
mengangguk.
“Minhae..
karena entah kenapa aku merasa tak senang saat melihat eonni dengan Myungsoo
oppa.”
“Itulah
yang namanya cemburu. Kalian ini memang anak kacil ya?” Gyuri terlihat serius
sekarang, “Kalau kau menyukainya, sebaiknya kau beritahu dia yang sebenarnya.
Jangan sia-siakan waktu hidupmu.”
“Gomawo
eonni.” Krystal tersenyum lalu pergi dan menghampiri Myungsoo mengajaknya pergi
makan lagi.
Karena
nada bicara Krystal yang terdengar memaksa, Myungsoo tak bisa berbuat apa-apa.
Akhrinya Gyuri tertinggal sendiri di toko dengan muka masam. “Dasar anak kecil.
Sekali anak kecil tetap anak kecil.”
Gyuri
pulang sendiri. Namun dia berhenti di sebuah halte bus di jalan dekat rumah.
Dia duduk sendiri disana hingga matahari benar-benar lenyap. “Apa sebenarnya maksudku di hukum seperti
ini? Kenapa aku jadi takut tak bisa menolong Myungsoo? Apa karena kami sudah
terlalu akrab? Bagaimana jika aku gagal? Apa yang akan terjadi pada Myungso
nanti?”
Akhirnya Gyuri memutuskan untuk pulang. Namun di jalan
pulangnya, dia bertemu Myungsoo.
“Noona,
benar katamu.” Katanya tiba-tiba.
“Mwo?”
“Soal
Krystal. Dia…”
“Dia
menyatakan perasaanya padamu kan?”
“Bagaimana
noona tahu?”
“Ya!
aku lebih berpengalaman. Kau tahu?” Gyuri tersenyum bangga.
“Jadi,
sekarang kalian berkencan?” tanya Gyuri penasaran.
“Molla.
Aku belum menjawabnya. Rasanya aku tak sanggup menolaknya. Kami terlalu dekat.
Berkat dia aku bisa bekerja di toko Appanya.”
“Tapi
bukankah kau juga menyukainya?” tanya Gyuri.
“Entahlah.”
Mereka
memasuki rumah, hanya Hoya yang berada di ruang tengah.
“Kalian
sudah pulang?” sapa Hoya.
“Ne.”
jawab Myungsoo, sedangkan Gyuri hanya tersenyum dia melihat Yoona di sebelah
Hoya. Yoona tersenyum senang bisa bertemu Gyuri lagi.
“Hyung,
bagaimana ausidimu hari ini? Senangnya kakimu sudah sembuh.” Tanya Myungsoo.
Hoya
tersenyum, “Akhirnya aku lolos.”
“Chincharo?”
Myungsoo juga terdengar senang.
“Gyuri-ssi…”
Yoona bicara. “Aku curiga sepertinya hal sulit yang akan dia alami sebenar lagi
justru karena itu.”
“Maksudmu?”
tanya Gyuri.
“Mwo?”
tanya Myungsoo dan Hoya bersamaan.
Gyuri
terlupa, ia bicara terlalu keras. “Ah, ani… aku hanya terlambat berpikir.”
Gyuri tersenyum dipaksakan.
“Aku
rasa akan ada yan mencelakainya nanti. Tadi aku lihat ada seseorang di
manajemen artis itu yang ingin mencelakainya. Eotokhe?”
“Kenapa
kau tanya aku? Kau yang lebih senior kan?”
bisik Gyuri sepelan mungkin saat Myungsoo dan Hoya mengobrol seru.
“Ah,
Gyuri-ssi… bagaimana rasanya sekamar dengan lelaki setampan itu?” tanya Yoona.
“Mwo?”
bisik Gyuri lagi. “Tampan?”
“Geurae…
bukankah dia tampan. Pasti dia manusia popular di kalangan gadis-gadis.” Yoona
tertawa. “Gyuri-ssi beruntung sekali bisa sekamar dengannya.”
“Seharunya
dia yang beruntung sekali karena bisa sekamar dengan makhluk sepertiku.”
Yoona
hanya tertawa.
***
“Myungsoo-ah,
kau yakin kau tak tahu perasaanmu sebenarnya pada Krystal?” tanya Gyuri saat
mereka bersiap tidur.
“Kenapa
noona tanyakan itu lagi?”
“Aku
hanya ingin membantumu.” Jawab Gyuri jujur.
“Apa
noona tak bisa berpikir? Aku bilang tadi aku tak mampu menolaknya kan? Berarti yang ingin
aku lakukan adalah menolaknya. Dia salah menyukai lelaki sepertiku.” Jelas
Myungsoo akhirnya.
“Wae?
Apa yang salah darimu?”
“Aku
ini lelaki yatim piatu. Aku bukan lelaki baik-baik.”
“Ya!
kalau kau bukan lelaki baik-baik, kau pasti sudah melakukan sesuatu padaku
dengan keadaan kita yang seperti ini.” Kata Gyuri sambil membuka tirai dan
duduk menghadap Myungsoo.
Sedangkan
Myungsoo hanya memperhatikan.
“Apa
berarti kau menyukai Krystal?”
“Ani.
Aku tak menyukainya.” Jawab Myungsoo sungguh-sungguh.
“Kau
yakin?” tanya Gyuri heran.
Myungsoo
mengangguk pasti.
“Lalu
apa arti perhatianmu selama ini padanya?”
“Aku…
aku hanya ingin membalas budi. Aku sudah menganggapnya seperti dongsaengku
sendiri. Tak kusangka dia bisa menyukaiku seperti ini.”
“Pabo!
Kenapa kau tak peka sama sekali? Jelas-jelas caranya memandangmu lebih dari
sekedar oppa. Aku bisa merasakan betapa dalamnya dia mencintaimu. Bahkan dia
cemburu padaku.”
“Mwo?”
“Geurae,
dia kira kita ada hubungan khusus. Dia sampai bertanya padaku. Dia berani
sekali.”
“Dia
memang tak semuda kelihatannya. Dia sangat dewasa. Bahkan dia memperlakukanku seperti
orang dewasa.” Jelas Myungsoo.
“Kenapa
kau tak bisa menyukainya? Bukankah dia cantik? Dia cukup sempurna untuk gadis
biasa.”
“Gadis
biasa?”
“Em...
maksudku dia kan
bukan putri presiden atau aktris.” Gyuri tersenyum kecut.
“Sejak
pertama bertemu, aku hanya menganggapnya dongsaeng.”
“Apa
dia bukan tipemu? Seperti apa tipemu? Kenapa tinggi sekali?” tanya Gyuri sambil
tertawa sedikit mengejek.
“Seperti
noona.” Jawab Myungsoo.
“Mwo”
Gyuri tak percaya. “Aku tanya dengan serius.”
“Aku
juga menjawab dengan serius.” Jawab Myungsoo.
“Jangan
bohong!”
“Apa
aku kelihatan seperti sedang berbohong?”
“Mana
ku tahu… apa aku mengenalmu sejauh itu?” akhirnya GYuri menutup kembali tirai
dia antara mereka dan menutupi seluruh tubuhnya untuk tidur.
Myungsoo
tersenyum melihatnya.
***
“Gyuri
noona, sampai kapan noona akan mengikuti Myungsoo hyung bekerja?” tanya
Sungjong saat sarapan bersama.
“Molla.”
Jawab Gyuri jujur sambil menyantap lahap makanan yang sederhana itu.
Ditengah
percakapan itu Gyuri bisa mendengar suara Yoona yang duduk di belakang Hoya,
“Aku juga ingin makanan seperti itu.” Yoona tersenyum geli memikiran sendiri
kekonyolannya.
“Myungsoo-ah,
apa kau yang memaksa noona kerja keras?” tanya Woohyun.
“Ani.”
Jawab Myungsoo segera. “Bagaimana hyung bisa berpikiran seperti itu. Sudah
berkali-kali aku menyuruh noona melakukan hal yang lain.”
“Geurae,
apa lebih baik noona tidak melakukan hal yang lain?” tanya Sunggyu.
“Andwe.”
Jawab Gyuri, masih sibuk dengan makanannya.
“Waeyo?”
tanya Sunggyu.
“Kau
pikir aku tahu alasannya. Yang jelas aku akan melakukan itu sampai waktu yang
tak diketahui.” Jawab Gyuri mengakhirnya, membuat yang lain berhenti makan
sejenak sambil memperhatikan Gyuri yang bersikap seaneh itu.
“Baiklah,
aku berangkat.” Pamit Sungjong.
“Anyeong!”
jawab Woohyun, Hoya dan Sunggyu bersamaan.
“Hoya,
bagaimana denganmu? Apa kau akan menjadi penyanyi?” tanya Woohyun semangat.
Hoya
tertawa, “Ah tak secepat itu. Mulai sekarang aku akan menjadi trainer disana.”
“Jadi
kau tak ke toko Jinwoon lagi?” tanya Woohyun.
“Ani.”
“Baiklah,
kami berangkat!” kata Myungsoo lalu pergi dengan Gyuri mengikuti di
belakangnya.
“Hwaiting
Gyuri-ssi!” Kata Yoona.
“Ya,
tidakkah kalian pikir ini sudah kelewat aneh?” tanya Woohyun.
“Tebak
apa yang baru saja aku pikirkan.” Kata Sungyeol. “Aku sedang berpikir,
bagaimana Gyuri noona bisa selalu berganti pakaian? Padahal aku tak pernah
melihatnya menjemur pakaian atau sejenisnya.”
“Geurae.
Aku juga tak ingat dia membawa tas atau tidak.” Tambah Woohyun.
“Kalian
mulai lagi.” Celetuk Hoya.
“Tapi,
Gyuri noona memang terlihat sedikit aneh.” Kali ini Sunggyu angkat bicara.
“Wah,
sepertinya mereka mulai mencurigai Gyuri-ssi.” Bisik Yoona. Dia begitu
khawatir.
***
“Hari
ini aku harus kerja lebih keras. Ini waktunya aku yang mengeluarkan uang untuk
uang sekolah Sungjong.” Jelas Myungsoo saat mereka sampai di toko.
“Chincharo?”
tanya Gyuri. “Berarti aku juga harus begitu.”
Kali
ini Myungsoo diam saja, sepertinya dia sudah bosan untuk menasehati Gyuri.
“sekali-kali aku harus merasakan betapa
susahnya hidup sebagai manusia miskin. Aku takkan menggunakan kemampuanku kali
ini.” Gyuri mulai membantu Myungsoo. Mengerjakan apa saja yang bisa ia
kerjakan.
Gyuri
memindahkan karung-karung beras yang lebih kecil. Dia bertanya kesana-kemari
pekerjaan apa saja yang bisa ia lakukan. Ia minta mereka tak membayarnya namun
menambahkan gaji Myungsoo.
Gyuri
juga membersihkan gudang toko. “Jadi
seperti ini rasanya hidup susah?” dia tetap bersemangat meski dia sudah
benar-benar merasa lelah.
Setelah
bersusah payah, waktu makan siang datang juga. Myungsoo mengajak Gyuri ke tepi
danau buatan yang tak jauh dari toko itu.
“Ini
makanlah.” Kali ini Myungsoo yang membawa makanan.
“Wow,
darimana kau dapat yang seperti ini?” tanya Gyuri senang.
“Aku
membelinya saat noona sibuk bekerja tadi.” Myungsoo tersenyum melihat makan
Gyuri yang begitu lahap. “Noona pasti sangat lelah.”
“Salah,
aku ini sangat lapar. Awas saja kalau mereka tak menambah gajimu.” Gyuri
berkata dengan penuh makanan di mulutnya.
Gyuri
juga menyuapi Myungsoo, “Ini makanlah, kau harus banyak makan atau kau sakit.”
“Noona
tahu? Sejak kedatangan noona, aku seperti punya seorang eomma.” Celetuk
Myungsoo.
“Apa
aku setua itu?” tanya Gyuri kesal.
Myungsoo
hanya tertawa. “Geurae… mungkin hanya karena aku tak pernah mengetahui sosok
seorang eomma.”
“Ceritakan
hidupmu.”
“Aku?”
Myungsoo tersenyum pahit, “Tak ada yang bisa diceritakan dariku. Aku hanya
hidup dengan Sunggyu hyung, Woohyun Hyung, Seungyeol hyung, Dongwoo hyung, Hoya
hyung dan Sungjong di rumah itu. Sejak kecil aku hidup di panti asuhan. Kami
hanya sekumpulan orang-orang bernasib sama.”
“Tapi…
kalian sudah seperti keluarga baruku sekarang.” Kata Gyuri, wajahnya serius.
“Apa
yang terjadi dengan keluarga noona?”
“Molla.
Ani, aku tak ingat. Aku sama sekali tak ingat dengan kehidupanku yang dulu.”
“Apa noona hilang
ingatan?” tanya Myungsoo heran.
“Ani. Bukan begitu.
Walau aku ceritakan pun kau takkan mengerti ini terlalu rumit untuk anak kecil
sepertimu.”
“Noona masih menyebutku
anak kecil?”
“Lalu apa ada yang
lebih cocok?” tiba-tiba hidung Gyuri mengeluarkan darah. “Noona?”
“Wae?”
Gyuri tak menyadarinya.
Karena
ia tak menemukan sesuatu yang dapat ia gunakan, dengan cepat Myungsoo duah
menggunakan lengan bajunya untuk membasuh hidung Gyuri.
“W..wae?”
“Noona
mimisan.” Kata Myungsoo terlihat khawatir. “Sudah
ku bilang noona tak seharusnya melakukan ini.”
“ah…
tubuh ini terlalu lemah.”
“Apa
noona punya penyakit?” tanya Myungsoo, semakin terlihat khawatir.
“A..ani.
bagaimana orang sepertiku punya penyakit. Aku hanya kelelahan. Aku hanya tak
terbiasa melakukan ini.”
Setelah
cukup lama, Myungsoo baru menarik lengannya.
“Ya…
lengan bajumu jadi kotor.” Gyuri lalu menarik Myungsoo ke tepi danau dan
membersihkan lengan baju Myungsoo dengan air.
“Dengar
kata noonamu ini, jangan hidup dengan lemah ok? Kau harus kuat meski banyak
kesulitan menimpamu. Jangan terlalu mudah kasihan seperti ini. Bisa-bisa kau
bernasib seperti lengan bajumu ini.” Jelas Gyuri.
Myungsoo
tak berkata apa-apa. Dia hanya terus memperhatikan Gyuri, mendengar
perkataannya dan menatapnya lekat-lekat.
“Ya!
Kim Myungsoo! Kau dengar aku?” Tanya Gyuri yang menyadari Myungsoo diam saja.
“Kenapa kau malah melihatku seperti itu. Sudah, lanjutkan makanmu!”
Myungsoo
tersenyum.
“Wae..wae?
kenapa kau tersenyum?”
“Ani,
tak ada apa-apa.” kata Myungsoo lalu kembali ke makanannya.
***
Hari ini Gyuri dibuat
kesal, karena dia lagi-lagi harus pulang sendirian dari toko tempat Myungsoo
bekerja. Untuk kesekian kalinya Krystal mengajak Myungsoo berkencan. Karena
memang Myungsoo tak memberi kepastian. Karena tak ada penolakan, Krystal hanya
menganggap Myungsoo juga menyukainya.
“Anyeong eonni!”
Krystal melambaikan tanganya pada Gyuri. Dia terlihat begitu senang.
“Dasar anak kecil! Apa dia tak menyadari Myungsoo sama sekali
tak menyukainya?” batin
Gyuri sambil tersenyum kecut lalu pergi begitu saja.
Dengan hati
berbunga-bunga Krystal menggandeng lengan Myungsoo. “Oppa ingin kita kemana?”
tanyanya dengan manis.
“Bukankah kau yang mengajakku?”
Krystal tersenyum.
“Benar.” Wajahnya memerah. “Oppa bersedia pergi kemana saja yang aku mau?”
Myungsoo tersenyum
dan mengangguk.
Akhirnya mereka pergi
ke sebuah mall. Mereka bermain di arena bermain seperti anak kecil. Mereka juga
berkeliling di toko-toko pakaian dan mencoba beberapa aksesoris. Berkali-kali
juga melakukan hal-hal konyol yang tak perlu seperti berlarian di koridor mall.
Saat sampai di sebuah
toko aksesoris lain, ketika Krystal sibuk memilih tas-tas tangan dan
berkali-kali menunjukkannya pada Myungsoo untuk ertanya pendapatnya, Myungsoo
tertarik dengan suatu benda.
Myungsoo mengulurkan
tangannya untuk mengambil gantungan berbentuk peri dengan warna putih bersih.
Entah mengapa Myungsoo teringat Gyuri dan ingin memberinya itu. Dengan cepat
Myungsoo membayarnya di kasir.
Krystal melihat hal
itu, dia sangat senang. Dia berpikir hadiah itu untuknya. Dia menunggu-nunggu
Myungsoo untuk memberikannya.
“Oppa lapar?” tanya
Krystal di perjalanan pulang mereka.
“Sangat.” Jawab
Myungsoo jujur.
“Biar aku traktir
oppa.” Krystal mengajak Myungsoo ke suatu rumah makan di luar.
***
Gyuri tak pulang ke
rumah, seperti biasa, ia berdiam diri di halte dekat rumah. Merenungkan
nasibnya sebagai manusia setengah bidadari. “sepertinya aku akan merindukan bumi
setelah aku pergi nanti. Dan anak kecil itu… bagaimana bisa aku melupakannya?”
gumamnya
Dari arah kanan cukup
jauh dari tempat Gyuri, Krystal berjalan dengan senang hati sambil memegang
erat lengan Myungsoo.
“Gomawo oppa.” Kata
Krystal. “Atas hari ini.”
“Kenapa kau yang
bereterima kasih? Bukankah kau yang mengajakku, menraktirku dan mengantarku
sampai kesini?” tanya Myungsoo.
Krystal hanya
tersenyum, “Oppa, apa kau tak ingin melakukan sesuatu?”
“Mwo?” mereka
berhenti.
“Oppa tidak ingin
memberiku sesuatu yang sudah oppa beli tadi?” tanya Krystal penuh harapan.
“Mwo? Memberimu..”
Myungsoo ingat dengan gantungan yang ia beli tadi. Ia berpikir Krystal salah
paham. “Ah… sepertinya kau salah paham.”
“Maksud oppa?”
“Aku bukan membelinya
untukmu. Itu untuk Gyuri noona.” Jawab Myungsoo jujur.
“Mwo?” Krystal seakan
baru saja di tampar. Dia terlihat sangat kecewa.
“Krystal, gwenchana?”
tanya Myungsoo melihat perubahan ekspresi Krystal yang menjadi muram.
“wae…” Krystal mulai
bicara dengan pelan. “Dia hari kita kencan oppa malah membelikan hadiah untuk
eonni itu?”
“Mwo?” Myungsoo agak
terkejut, “Kau sebut ini apa?”
“Jangan
bilang oppa tak menganggap ini kencan!” Krystal mulai berkaca-kaca.
“Mianhae,
tapi aku memang tak pernah menganggap ini semua kencan atau semacamnya. Apa kau
belum menyadarinya? Kenapa aku belum menjawab perasaanmu?”
“Apa
ini karena eonni itu?”
“Kenapa
kau bawa-bawa Gyuri eonni? Aku…”
“Oppa,
apa oppa tak pernah memikirkan perasaanku selama ini?” Krystal sudah menitihkan
air matanya. “Aku lelah oppa… aku lelah… aku selalu memulai duluan. Aku
mengajakmu bicara duluan. Aku yang selalu mendahuluimu. Apa oppa pernah melihat
seorang gadis melakukan hal-hal konyol seperti itu? Itu adalah harga diri
seorang gadis.”
“Krystal
jeongmal mianhae aku tak menolakmu dari awal. Sejak dulu aku sudah menganggapmu
sebagai dongsaengku sendiri. Aku tak mungkin punya perasaan lebih padamu. Aku
tak bisa..” Myungsoo terpotong.
“Dia
memang pembohong!” Krystal terlihat marah. “Pasti karena orang itu. Orang itu
pasti sengaja tinggal di rumah oppa untuk merayu laki-laki muda sebanyak yang
dia bisa. Dan oppa yang terlalu polos akan mudah di taklukkannya hanya dalam
semalam. Lalu apa artinya pengorbananku selama ini oppa? Aku sudah terlalu lama
berusaha. Dan parahnya oppa sama sekali tak menolakku, membiarkanku terlihat
seperti orang bodoh mengajakmu kencan.”
“Kenapa
kau berkata seperti itu pada Gyuri eonni? Kau sama sekali tak mengenalnya.”
“Geurae,
aku memang tak mengenalnya sama sekali. Hanya oppa yang begitu mengenalnya. Apa
aku tak pantas untukmu oppa? Kita ini bukan keluarga. Bagaimana bisa oppa
menganggapku sebagai dongsaengmu?” Krystal menangis.
“Dan
dengan begini, aku yakin melakukan ini.”
“Mworago
oppa? Apa yang akan oppa lakukan?”
“Aku
menolakmu. Aku tak bisa menerima perasaanmu.”
Krystal
tertawa pahit dalam tangisnya, “Aku sadar oppa, pasti karena Gyuri eonni kan? Jawab aku! Ini
karena Gyuri eonni kan?
Oppa berubah sejak ada dia… dia merebut oppa dariku!”
“Geurae,
ini karena Gyuri noona, jadi aku tak bisa menerima perasaanmu. Tak ada tempat
kosong lagi di hatiku. Mianhae..” Myungsoo sudah tak tahan lagi. Ia melangkah
menjauh dari Krystal.
Krystal
berteriak, “OPPA!!!!”
Gyuri
mendengarnya dan menoleh.
Krystal
berhambur memeluk Myungsoo lalu menciumnya.
Gyuri
terperanjat melihatnya, dia membeku. Awalnya dia berpikir, kenapa mereka
berciuman di tempat seperti ini. Namun setelah sadar itu Myungsoo, Gyuri malah
ingin menangis.
“Apa ini? Apa yang terjadi padaku?” batinnya. Lalu ia segera pergi, tak tahan
melihat adegan itu terlalu lama.
Myungsoo
juga sangat terkejut. Namun ia segera mendorong Krystal, “Apa yang kau
lakukan?”
Krystal
masih menangis, “Sarang taemune oppa… sarang taemune.. Saranghae oppa,
saranghae..”
“Jebal
jangan seperti ini. Kau malah membuat dirimu seperti orang bodoh.” Kata
Myungsoo. “Pulanglah, mian aku tak bisa mengantarmu.”
“Oppa
kajima…” Krystal menarik lengan Myungsoo namun Myungsoo melepasnya.
“Jeongmal
mianhae Krystal… Mianhae…” Myungsoo pergi.
***
Gyuri
membaringkan tubuhnya di tempat tidur Dongwoo, ia segera memasang tirainya
rapat-rapat. Dia membelakangi tirai dan berusaha menutup matanya agar tertidur.
Namun pikirannya masih sangat penuh.
“Apa yang sebenarnya aku pikirkan? Kenapa
aku tak suka melihat adegan itu? Kenapa itu terkesan Myungsoo pergi? Jangan
bilang aku jatuh hati pada anak kecil itu. Hhh… michyeoso?” Batinnya. “Aku benar-benar lupa perasaan seperti ini.
Perasaan yang hanya dimiliki manusia seperti ini. Tak kusangka aku akan
merasakannya dalam masa tugas.”
“Gyuri-ssi!” Yoona tiba-tiba duduk di sebelah Gyuri, di balik
tirai tempat Myungsoo seharusnya tidur. “Waegeurae?”
“Aku…
aku sudah gila.”
“Waegeurae?”
“Sepertinya
benar katamu. Dan aku lupa aku ini setengah manusia sekarang. Dan parahnya aku
rasa aku sudah melanggar peraturan.”
“Melanggar
peraturan?” tanggap Yoona. “Gyuri-ssi jatuh cinta pada si wajah malaikat itu?”
Gyuri
tak menjawab dan hanya menutup wajahnya dengan bantal.
“Itulah
sulitnya hukumanmu saat ini.”
“Untung
saja Myungsoo bersama gadis lain sekarang. Jadi aku harus benar-benar
melupakannya dan segera menyelesaikan tugas ini.”
“Tapi
jangan anggap mudah perasaan manusia. Apa Gyuri-ssi pikir Myungsoo tidak bisa
jatuh hati juga? Gyuri-ssi lupa apa sifat utama bidadari? Kita ini punya
kelebihan membuat lawan jenis jatuh cinta, bukan hanya suka. Walaupun Mxungsoo
bersama gadis lain sekarang, takkan sulit dia berpaling.”
“Jangan
menakutiku…” Gyuri malah teringat adegan yang ia lihat tadi. Dia seakan ingin
mencakar wajah Krystal.
“Tapi
kenyataannya kan?”
tanya Yoona. Lalu ia tertawa nakal, “Tapi bukankah dia memang keren? Apa salah
kau menyukainya? Kalian itu sekamar, tiap hari bekerja bersama. Kalian sudah
terbiasa bersama. Kalian takkan mudah dipisahkan.”
“Sudahlah
jangan memperumit masalah pergilah!” Gyuri mengusir Yoona.
“Baiklah..”
Yoona menekuk wajahnya lalu kembali ke kamar Hoya.
Tak lama setelah itu, Myungsoo pulang.
Mereka menjadi lebih canggung dari sebelumnya. Namun mereka sama sekali tak
tahu isi hati mereka masing-masing.
***
“Gyuri-ssi,
Palihae! Suruh mereka menyusul ke rumah sakit. Hoya terluka parah. Dia
sekarat.” Yoona muncul tiba-tiba di ruang tengah malam itu dan
tiba-tibamenghilang lagi.
Gyuri
terkejut dan langsung memberitahu yang lain. “Hoya… Hoya sekarat. Kita harus
segera ke rumah sakit!”
“Mwo?
Apa yang noona bicarakan?” tanya Woohyun.
“Pali!
Aku tak bercanda!” teriak Gyuri sambil menarik semuanya dan membawa mereka ke
sebuah mobil yang tiba-tiba ada untuk menjemput mereka.
“Darimana
mobil ini?” tanya Sunggyu.
“Ini
dari pihak rumah sakit.” Jawab sopirnya.
“Ada apa sebenarnya dengan
Hoya hyung?” tanya Sungjong.
“Ini
pasti karena seseorang di manajemennya.” Kata Gyuri khawatir.
“Bagaimana
noona tahu semuanya?” tanya Seungyeol.
“Urusan
Hoya lebih penting.” Jawabnya.
Akhirnya
mereka sampai di rumah sakit tempat Hoya dibawa.
“Gyuri-ssi…
aku sudah merubah tipe darahmu, sekarang hanya kau yang bisa menolong Hoya.”
Kata Yoona menghampiri Gyuri saat di ruang gawat darurat.
“Apa
yang sebenarnya terjadi?” bisik Gyuri.
“Tebakanku
benar, seseorang dari menajemennya menabraknya tadi. Sekarang dia butuh banyak
darah. Tadi aku sudah menyembuhkan patah tulangnya sebelum di bawa kesini.”
Jelas Yoona.
“Aku…
biar aku yang mendonorkan darah untuknya. Darahku b.” tiba-tiba Gyuri
menghampiri ke lima
teman Hoya yang sedang bicara dengan dokter.
“Aninde,
noona, bukankah kau sering mimisan? Kau tak sedang sehat sekarang.” Myungsoo
khawatir.
“Kau
ingin temanmu pergi?” tanya Gyuri lalu langsung mengikuti dokter ke ruang lain.
“Sejak
kapan dia mendengar permbicaraan kita dengan dokter? Sepertinya tadi dia jauh
disana.” Celetuk Seungyeol sambil menunjuk deretan kursi penunggu yang berjarak
cukup jauh.
Woohyun,
Seungyeol dan Sunggyu bertukar pandang heran.
“Apa
yang kalian bicarakan?” tanya Myungsoo.
“Ani.”
Jawab Woohyun.
“Baiklah
biar aku ke lobi untuk urusan administrasi.” Kata Sunggyu lalu pergi.
“Kenapa
Hoya hyung bisa tertabrak sebegitu parah?” Sungjong terlihat sangat khawatir.
“Parahnya
ini tabrak lari.” Tambah Seungyeol.
“Dan
saat ini keuangan kita menipis. Bagaimana kita bisa menolong Hoya? Kau lihat
wajah Sunggyu hyung barusan?” kata Woohyun.
“Biar
uang sekolahku dari Myungsoo hyung terpakai dulu. Gwenchana… aku bisa beralasan
lagi ke sekolah.” Kata Sungjong bersungguh-sungguh.
“Ani,
kau tak perlu melakukan itu. Kau sudah sering berbohong di sekolah. Kali ini
kau tak boleh menyia-nyiakan usaha Myungsoo.” Kata Woohyun. “Biar kami
berusaha.”
“Geurae…
itu bukan hanya usahaku, Gyuri noona bekerja sampai mimisan untuk mendapatkan
uang lebih.” Kata Myungsoo.
“Ini
yang aku benci… lebih baik aku cepat lulus dan bekerja seperti kalian hyung.”
Sungjong berkaca-kaca. “Bagaimana jika Hoya hyung tak terselamatkan? Bukankah
mereka bilang dia kristis?”
Woohyun
dan Seungyeol merangkul Sungjong.
“Gwenchana.
Kau lihat Gyuri noona punya darah yang sama? Jangan khawatir lagi. Kita berdoa
saja.” Woohyun menenangkan Sungjong.
***
“Gyuri-ssi,
aku sangat gugup. Aku belum pernah mengalami yang seperti ini.” Kata Yoona
sambil berdiri di tengah Gyuri dan Hoya yang sedang transfusi darah.
“Wae?”
“Saat
target kita berada di ambang kematiannya, mereka bisa melihat kita.” Jelas
Yoona. “Sebentar lagi dia merasa membuka matanya lalu melihatku.”
“Chincharo?”
tanya Gyuri. “Aku berlum pernah mendengar yang seperti itu.”
“Tapi
dia tak bisa melihatku lagi seletah dia sembuh nanti.” Kata Yoona sambil
melihat ke kiri. “Sebentar lagi Gyuri-ssi akan melihatnya. Hoya sudah mulai
membuka mata.”
Hoya
membuka matanya dan merasakan sakit di kepalanya. Waktu itu juga, Hoya terkejut
melihat Yoona. “K..kau siapa?”
Yoona
tersenyum, “Im Yoona imnida.”
***
“Senang sekali
rasanya mendengar pelaku tabrak lari Hoya hyung tertangkap.” Kata Sungjong saat
mereka berlima berkumpul di ruang tengah tanpa Myungsoo dan Gyuri setelah menjemput
Hota dari rumah sakit. “Dan berkat Gyuri noona, Hyung bisa selamat.”
“Geurae.” Hoya
tersenyum.
“Hyung tahu? Sekarang
pikiranku hanya tertuju pada Gyuri noona.” Celetuk Seungyeol
“Kenapa kalian tak
berhenti?” tanya Hoya.
“Kau hanya tak tahu.
Saat kau kritis, keanehannya semakin bertambah.” Kata Woohyun.
“Dan, kalian juga
hanya belum tahu. Banyak ke anehan saat aku ke lobi saat itu.” Kali ini Sunggyu
angkat bicara.
“Waeyo hyung?” tanya
Sungjong tak mengerti.
“Mereka bilang gadis
berambut coklat itu yang sudah membayar semua beban rumah sakitnya. Dan yang
mereka maksud adalah Gyuri noona.”
“Mwo? Darimana dia
mendapat uang sebanyak itu?” tanya Seungyeol.
“Na ddo molla. Dan
setelah aku tanyakan, pihak rumah sakit sama sekali tak mengirim mobil itu.”
Hoya terdiam
mendengarkan itu semua, ada sedikit kekhawatiran di wajahnya.
“Apa-apa itu
maksudnya? Apa ini semua berhubungan dengan Gyuri noona?” tanya Sungjong.
“Soal mobil itu
memang tak masuk akal. Mana ada pihak rumah sakit yang mengirim mobil untuk
keluarga pasien karena mereka tak mampu?” kata Woohyun.
“Dan sebenarnya tahu
darimana Gyuri noona Hoya ada di rumah sakit itu?” tambah Seungyeol.
Tiba-tiba pintu rumah
mereka terbuka, Myungsoo pulang. “Hoya hyung, mianhae.. aku tak bisa ikut
menjemputmu.”
“Di..dimana Gyuri
noona?” tanya Seungyeol.
“Dia bilang dia ingin
pergi ke suatu tempat lebih dahulu beberapa hari ini dia selalu seperti itu kan?. Entalah,
akhir-akhir ini dia jarang bicara padaku, aku tak tahu dia punya urusan apa.”
Jelas Myungsoo.
Sekali lagi Sunggyu,
Woohyun dan Seungyeol bertukar pandang heran.
“Hyung apa kau butuh
sesuatu? Aku ingin pergi ke toko.” Sungjong menawari Hoya.
“Ah, baiklah aku
ingin mie instan.” Kata Hoya cepat-cepat.
“Baiklah, biar kami
ikut dengamu.” Kata Woohyun.
Akhirnya Sunggyu,
Woohyun dan Sunggyu pergi bersama Sungjong.
“Kau sudah lebih baik
hyung?” tanya Myungsoo.
Hoya mengangguk. Lalu
bertanya dengan ragu, “Myungsoo-ah, boleh aku bertanya satu hal? Jawablah
dengan jujur.”
“Mworago? Kenapa
tiba-tiba seserius ini?”
“Kau menyukai Gyuri
noona?”
“Kenapa hyung
tanyakan itu?”
“Jawab aku.”
Myungsoo menunduk
sebentar lalu menjawab, “Geurae. Ini memang gila, tapi itulah kenyataannya. Dan
sekarang aku sedang lebih gila karena Gyuri noona menjauhiku.”
“Apa kau sudah
mengungkapkan perasaanmu?” tanya Hoya sedikit terkejut.
“Ani, aku takkan
berani.”
“Untuk apa kau
menunda? Aku yakin dia juga menyukaimu. Percayalah.”
“Ya! Hoya! Kenapa kau
suruh dia menyatakan perasaannya?” Yoona tiba-tiba muncul di samping Hoya.
Flash back
Hoya berbincang dengan
Yoona sehari sebelum ia pulang dari rumah sakit.
“Jadi bidadari memang
ada?” tanya Hoya setelah Yoona menceritakan semuanya pada Hoya, termasuk
masalah Gyuri.
“Tapi ingat ini
rahasia langit. Aku menceritakannya padamu karena aku percaya kau bukan tipe
manusia yang suka menggosip. Benarkan?” Yoona berkata dengan ceria.
“Dan memang benar
wujud bidadari itu seperti ini. Kecantikan mereka luar biasa.” Kata Hoya.
Yoona hanya tersenyum
mendengarnya. “Ingat pada Myungsoo juga kau tak boleh menceritakan ini semua.”
Hoya mengangguk
mantap, “Tapi… apa benar ada bidadari setengah manusia?”
“Kau pikir aku
berbohong soal Gyuri-ssi? Kau tak melihat keanehannya? Bukankah teman-temanmu
sudah mulai curiga?”
“Bagaimana jika
mereka juga tahu dengan sendirinya?”
“Apa bisa mereka
mempercayai hal seperti ini? Jika mereka tahu yang sebenarnya itu berarti
karenamu. Dan di saat itu juga aku di lenyapkan dari langit ke tujuh karena
membocorkan rahasia langit ke banyak manusia.”
“Bisa seperti itu?”
“Na, maka dari itu
kau harus menjaga rahasia ini.”
“Tapi bagaimana
denganku, mengapa kau baik-baik saja saat menceritakan ini padaku?”
“Manusia yang menjadi
target bidadari itu hanya orang-orang terpilih. Jadi mereka takkan membocorkan
itu semua.”
“Tapi jika Gyuri
noona dan Myungsoo saling menyukai, bagaimana kita bisa berdiam diri tak
menyatukan mereka? Asal kau tahu Myungsoo belum pernah jatuh hati pada
seseorang pun. Aku tak tega melihatnya terluka pada cinta pertamanya.”
“Kau sudah dengar
akibatnya kan?
Percuma saja. 17 hari lagi Gyuri-ssi harus kembali ke langit ke tujuh jika dia
berhasil melakukan misinya. Dan selama ini belum ada bidadari yang gagal.”
“Tapi bukankah Gyuri
noona setengah manusia? Dia punya perasaan manusia kan? Dia bisa saja memilih Myungsoo.”
“Dan Gyuri-ssi akan berakhir
sama seperti aku jika kau membocorkan semua rahasia langit itu.”
“Chincharo?” kali ini Hoya benar-benar
terkejut.
Yoona mengangguk.
“Tapi aku belum yakin Myungsoo juga menyukai Gyuri-ssi.”
“Biar aku yang
memastikannya.” Kata Hoya.
Flash Back
Hoya seakan tak
mendengarkan Yoona. “Kau tak mau melewatkan cinta pertamamu kan?”
“Kenapa hyung tahu
sejauh itu?” Myungsoo tersipu.
“Percayalah padaku.”
Myungsoo tersenyum
lalu masuk kekamarnya.
“Ya! Hoya! Apa
maksudmu?” Yoona marah.
“Aku tak tega
melihatnya. Dia itu lelaki malang
sejak kecil. Apa dia tak boleh bahagia?”
“Kalian semua yang
ada disini juga malang.
Kau juga malang.”
Kata Yoona kesal.
Hoya malah tersenyum,
“Tapi aku bersyukur Tuhan sudah menyelamatkan hidupku lewat bidadari-bidadari
ini.”
Yoona tersenyum kecut
mendengarnya, “Dasar…”
***
Malam ini mereka baru
saja pulang dari toko tempat Myungsoo bekerja. Mereka berjalan bersama namun
sama sekali tak ada perbincangan di antara mereka. Namun tiba-tiba Myungsoo
mengeluarkan sesuatu dari sakunya.
“Noona, jika ku
berikan ini, maukah kau bicara lagi padaku? Apapun salahku, mianhae…”
Gyuri melihat
gantungan berbentuk peri itu di tangan Myungsoo. Dia agak terkejut, “Apa
maksudnya ini?”
“Benarkan noona mau
bicara lagi karena benda ini.” Myungsoo tersenyum senang.
“Apa sebenarnya
maksudmu?” tanya Gyuri keheranan.
Myungsoo tak
menjawab, hanya memindahkan gantungan itu ke tangan Gyuri sambil bicara,
“Jebal… simpan ini sampai kapanpun.”
Gyuri tercengang
dengan sikap Myungsoo.
“Jujur aku lebih suka
noona yang banyak bicara dan sombong itu.”
“Mwo? Kau bilang aku
apa?”
“Sepertinya benda
seperti itu sudah bisa mengembalikan semangat hidup noona ya…” Myungsoo tertawa
senang.
“Bisa kau diam?”
“Noona tak ingin tahu
berita terbaru?”
“Mworago?”
“Aku sudah menolak
Krystal. Aku sudah menjelaskan semuanya. Sayangnya tebakannya benar.” Kata
Myungsoo membuat Gyuri penasaran.
“Apa maksudmu?”
“Dia bilang aku
menolaknya karena noona. Kenapa dia bisa tahu?” Myungsoo bersikap seolah dia
kesal dengan Krystal.
Gyuri diam saja. Dia
masih tak menyadari maksud Myungsoo.
“Kenapa noona diam
saja?”
“Kau mau aku
melakukan apa?”
“Memelukku?”
“Mwo?”
“Apa noona tak dengar
alasanku menolak Krystal?” goda Myungsoo.
Gyuri mulai berpikir
sambil berjalan ia terus berpikir. Tiba-tiba dia berhenti setelah menyadari
semuanya.
“Noona sudah
mengerti?” tanya Myungsoo.
Gyuri berkata dengan
wajah sombongnya, “Kau menyukai?” Gyuri tersenyum pahit. “Bagaimana anak
sekecilmu berani menyukaiku?”
“Noona masih
menganggapku anak kecil?” mendadak wajah Myungsoo menjadi serius.
“Apalagi?”
Myungsoo tiba-tiba
mendahului Gyuri berjalan dia sama sekali tak berkata-kata. Dia hanya ingin
segera sampai di rumah.
Gyuri menghentikan
langkahnya. Dia berpikir keras. Kali ini dia melibatkan hatinya. Dia melihat
punggung Myungsoo, dan betapa inginnya dia memeluk punggung itu dan membiarkan
lelaki itu berlindung padanya. Membiarkan lelaki itu mejalani hidupnya yang
sulit bersamanya.
Sedetik kemudian,
Gyuri sudah berlari dan menarik lengan Myungsoo. Dia berkaca-kaca. Karena dia
masih tak lupa dengan kenyataan yang dia hadapi.
“Aku tahu ini gila,
tapi aku yakin perasaan manusia ini bukan main-main.”
Myungsoo menatapnya
penuh tanya.
“Saranghae.”
Myungsoo sedikit tak
percaya dengan apa yang dia dengar.nlalu dia tersenyum dan tiba-tiba mencium
Gyuri. Setelah itu ia berkata, “Apa aku masih anak kecil?”
Gyuri mengangguk
tanpa rasa bersalah.
Myungsoo tertawa lalu
memeluk Gyuri, “Bagaimana aku tak menyukai noona?”
***
Gyuri memutuskan
untuk memberikan hatinya. Dia tak berani berpikir dengan apa yang selanjutnya
terjadi.
“Geurae, aku sudah
menerima perasaanya.” Jawab Gyuri malas saat berada di kamar Hoya bersama Hoya
dan Yoona.
Yoona terlihat
khawatir. Sedangkan Hoye terlihat senang.
“Aku tak pernah
melihat Myungsoo sebahagia ini. Gomawo noona.” Kata Hoya tulus.
“Tapi..” Yoona
berusaha bicara.
“Bisakah tak
bicarakan hal itu sekarang?” tanya Hoya.
Tak lama Myungsoo
memasuki kamar Hoya, “Apa yang noona lakukan disini?”
“Jangan cemburu! Kami
tak melakukan apa-apa.” Goda Hoya sambil tertawa senang.
“Apa yang hyung
bicarakan?” wajah Myungsoo memerah.
“Jangan berakting
lagi. Kau harus bersyukur Gyuri noona juga menyukaimu. Kau pikir itu bukan
anugerah?”
“Anugerah untuk
manusia. Bukan untuk kami.” Celetuk Yoona.
Hoya dan Gyuri tak
mempedulikan Yoona.
“Ya! Kalian, ini
waktunya aku pergi, Hoya sudah melewati masa tersulitnya. Kalian masih tak mau
mempedulikanku?” teriak Yoona.
“Sampai jumpa!” kata
Gyuri, yang sebenarnya dia melihat kea rah Yoona. Gyuri pun menghampiri
Myungsoo yang akan membawanya pergi ke suatu tempat.
Mereka berdua
meninggalkan Hoya dan Yoona sendirian.
“Gomawo… jeongmal
gomawo.” Kata Hoya pada Yoona.
Yoona tersenyum,
“Dengan senang hati. Ini sudah tugasku. Aku titip Gyuri-ssi.”
Mereka bersalaman.
Lalu Yoona menjentikkan jarinya memunculkan vas bunga berisi mawar dan lili.
“Agar tak mengejutkan
lebih baik aku keluar.” Yoona baru menghilang setelah keluar dari kamar Hoya.
Hoya hanya melihatnya sambil tersenyum.
“Aku pasti
merindukanmu Yoona noona!”
***
“Kenapa mengajaku
kesini? Kau ingin aku menunggumu bermain seperti seorang eomma-eomma?” tanya
Gyuri saat mereka tiba di danau buatan yang tak jauh dari toko tempat Myungsoo
bekerja.
“Ani. Berhentilah
menganggapku anak kecil.” Myungsoo tersenyum.
Akhirnya mereka
bermain bersama anak-anak kecil yang ada di sana. Mereka ikut bermain bola, menaiki
ayunan di taman dan berlarian mengejar anak-anak itu.
Mereka sekarang sudah
duduk di bawah sebuah pohon di tepi danau untuk mengatasi rasa lelah mereka.
Myungsoo mengelap
keringat di dahi Gyuri.
“Kenapa anak kecil
sepertimu bisa membuatku segugup ini?” gumam Gyuri.
Myungsoo tersenyum,
“Sudah kubilang aku tak sekecil yang noona pikirkan.”
“Baiklah.. aku
percaya.” Kata Gyuri. “Ehm… boleh aku tanya satu hal?”
“Mwo?”
“Bagaimana jika kau
pergi?”
“Kemana?”
“Maksudku untuk
selama-lamanya. Apa yang akan terjadi padamu?” tanya Gyuri.
“Jadi, saat aju
menyadari kita berakhir seperti itu. Aku pasti tak sanggup hidup lagi. Untuk
apa aku memulai jika hanya akan berakhir seperti itu?” jawab Myungsoo. “Kenapa
noona tanyakan itu?”
“Seharusnya kau tak
menjawab seperti itu. Seharusnya kau menjawab kau akan hidup dengan biasa dan
baik-baik saja. Apa pengaruhku sebesar itu?”
Myungsoo berpikir
dengan heran, “Apa sebenarnya yang noona bicarakan?”
“Sudahlah.” Gyuri
tiba-tiba memeluk Myungsoo. “Diam saja.”
Myungsoo sedikit
terkejut, namun memeluk Gyuri lebih erat.
Tiba-tiba kepala
Gyuri terasa sangat sakit. Gyuri meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya.
“Noona waegeurae?”
Myungsoo terlihat sangat terkejut dan khawatir.
Gyuri hanya
menggeleng. Dia mulai mendengar suara, “Inilah hukumanmu. Kesulitan yang
dialami lelaki ini berasal darimu sendiri. Dia telah jatuh cinta pada bidadari
penolongnya. Misimu adalah membawanya pada jalan yang benar. Atau kau akan
lenyap dari langit ke tujuh.”
Gyuri tersadar lagi.
“Noona gwenchana?”
Tanya Myungsoo khawatir.
Gyuri menitihkan air
mata. Ia baru tersadar inilah misinya yang sebenarnya. Yang bisa dilihatnya
sekarang adalah wajah Myungsoo yang akan sangat sedih setelah Gyuri harus pergi
nanti. “Bisa kita pulang sekarang? Aku rasa ku tak begitu sehat.”
“Baiklah, Kajja!”
Myungsoo menggenggam erat lengan Gyuri dan membantunya berjalan.
***
Gyuri berusaha keras
menahan tangisnya, kali ini Gyuri tak menutup tirai yang biasa terbentang
diantaranya dan Myungsoo saat tidur. Gyuri tak bisa pergi tidur. Kantuknya sama
sekali hilang. Dia tak ingin melewatkan setiap detik-detik terakhirnya bersama
Myungsoo. Dia telah mengambil keputusan. Gyuri ingat dia bukanlah manusia
seperti biasanya, dia setengah biadari, dia tak bisa melakukan segala sesuatu
sesukanya, dia mengemban misi di dunia ini.
Gyuri membelai rambut
Myungsoo yang sudah tertidur lelap membelakanginya.
“Seandainya aku
bertemu denganmu lebih awal. Seandainya aku tak hidup sesombong diriku yang dulu.”
Myungsoo membalik
badannya dan memperlihatkan wajah malaikatnya. Gyuri tak tahan lagi menahan
tangisnya. Air matanya keluar begitu deras tak bisa di sumbat.
Waktu Gyuri sebagai
manusia tinggal 3 hari lagi. Dia harus segera menghindari Myungsoo. Bagaimanapun
caranya.
Myungsoo terbangun
dan melihat air mata Gyrui, ia terlihat khawatir, “Noona waeyo? Gwenchana?”
Gyuri segera
menghapus air matanya, “Aku tak enak badan.”
“Apa kita perlu ke
rumah sakit besok?”
Gyuri menggeleng,
“Ani. Gwenchana. Aku hanya pusing. Tidurlah.”
Myungsoo masih
terlihat sangat khawatir, “Noona juga harus tidur. Ini sudah larut malam. Biar
aku buatkan bubur untuk noona besok.”
Gyuri tersenyum
pahit. Dia tak tahu harus memulai darimana untuk menjauhi Myungsoo. Dia tak
sanggup jika harus melihat Myungsoo terluka, apalagi karena dirinya sendiri.
***
Myungsoo mulai merasa
aneh, Gyuri tak lagi bicara padanya. Mereka bukan seperti pasangan kekasih
lagi. Myungsoo merasa khawatir.
“Noona Waegeurae?”
tanya Myungsoo di sela-sela mereka bekerja. “Mengapa Noona mendadak berubah
seperti ini?”
Gyuri tak menjawab
dan tetap fokus membersihkan gudang beras.
“Noona, apa masalah
Krystal lagi? Apa dia bicara sesuatu padamu?”
“Ini bukan waktu
mengobrol.” Kata Gyuri lalu menghindar pergi, namun dengan cepat Myungsoo
menarik lengan Gyuri.
“Noona?” Myungsoo
terlihat sangat khawatir. Dia takut kehilangan Gyuri.
Dengan cepat Gyuri
melepas genggaman Myungsoo dan pergi membuat Myungsoo makin berpikiran
bukan-bukan.
Anehnya lagi. Gyuri
pulang terlebih dahulu. Seperti begitu berusaha menghindari Myungsoo tanpa
alasan. Itu membuat Myungsoo mulai bersedih. Sangat bersedih.
***
“Sunggyu hyung, kau
sudah pulang?” Sungjong menyambut Sunggyu di ruang tengah bersama yang lain
kecuali Myungsoo yang belum pulang dari tempatnya bekerja.
Wajah Sunggyu
terlihat aneh. Dia seperti punya masalah.
“Hyung? Waeyo?” tanya
Woohyun.
“Ini benar-benar
aneh.” Jawab Sunggyu lemas. Dia duduk bersandar di pintu kamarnya.
“Waegeurae?” tanya
Hoya sambil berjalan pelan dari kamarnya.
“Aku baru saja
bertemu Cho Kyuhyun hyung.” Jawab Sunggyu.
“Siapa itu Cho
Kyuhyun?” tanya Seungyeol.
“Kakak kelasku.”
“Jangan bilang dia
teman sekelas Gyuri noona!” tebak Woohyun.
“Sayangnya itu benar.
Dan dia baru saja membuatku lemas.” Jelas Sunggyu.
Flash Back
Sunggyu baru saja
keluar dari tempat kerjanya untuk makan siang. Dia rumah makan langganannya, ia
bertemu mantan sunbaenya, Cho Kyuhyun.
“Hyung?” sapa
Sunggyu.
“Ah, Sunggyu-ah? Apa
kau suka makan disini?” tanya Kyuhyun.
“Hampir setiap hari
hyung.” Jawab Sunggyu sambil mempersilahkan Kyuhyun duduk satu meja dengannya.
“Hyung sendiri, apa ini pertama kalinya hyung kesini?”
Kyuhyun mengangguk.
“Aku hanya kebetulan lewat dan tak kusangka kau disini. Bagaimana kau sekarang?
Kau mahasiswa di universitas mana?”
“Ah… aku masih belum
kuliah, aku masih harus menghidupi teman-teman yang sudah kuanggap seperti
dongsaengku sendiri.” Jelas Sunggyu sambil menganggaruk kepala yang tak gatal.
“Ah.. geurae, aku
lupa kau punya mereka.” Kyuhyun berkata dengan sedikit menyesal. “Sepertinya
hidupmu sekarang lebih mulia dariku.”
“Ah hyung bisa saja.”
Sunggyu tertawa.
“Jadi bagaimana kisah
cintamu?” tanya Kyuhyun.
“Kenapa hyung
tanyakan itu? Aku benar-benar belum memikirkan hal itu. Aku sibuk mencari
uang.” Jawab Sunggyu. “Hyung sendiri?”
“Sejak di tolak oleh
Gyuri, aku belum pernah berpikiran menyukai gadis lain.” Jawab Kyuhyun jujur.
Namun wajahnya terlihat sedih.
“Ah, ya aku baru
ingat kau sangat menyukai Gyuri sunbaenim. Akhir-akhir ini aku sering bertemu
dengannya.”
“Ah… kau pasti salah
orang.” Kata Kyuhyun sambil tersenyum tak percaya.
“Ani, aku benar-benar
bertemu dengannya.”
“Lalu kau pikir aku
sudah gila? Asal kau tahu sekarang ini aku masih sangat terpukul.”
“Waegeurae hyung?”
“Park Gyuri mengalami
kecelakaan dua bulan lalu. Kami sekelas datang ke pemakamannya.”
Sunggyu seperti
tersedak batu besar di tenggorokkannya, “M….m..mwo?”
“Jadi jangan tipu aku
dengan berkata kau sering bertemu denganya akhir-akhir. Jangan mencoba
menghiburku dengan lelucon seperti itu, ara?” Kyuhyun tersenyum kecut.
“Geojitmal..”
“Kau kira aku gila
karena Gyuri menolakku dan aku membuat cerita-cerita aneh tentangnya?”
“Tapi hyung, aku
benar-benar sering bertemu dengannya.” Sanggah Sunggyu. Dia tak mau menjelaskan
Gyuri selama ini tinggal di rumahnya dan sekamar dengan salah satu temannya.
“Kau mau mengajakku
adu argument? Aku tinggal menunjunkkanmu makam Gyuri. Jangan buka luka lamaku
Sunggyu-ah…”
Setelah
makan, akhirnya mereka menuju makam Gyuri. Dengan kaki lemas Sunggyu melangkah
mendekati nisan itu.
R.I.P
Park Gyu
Ri
1988-2012
“Banyak
yang bilang dia masih tetap cantik setelah kecelakaan. Bahkan kata mereka dia
tak punya luka sama sekali. Tapi tetap saja, otaknya rusak dan dia harus pergi
dari dunia ini.” Jelas Kyuhyun dengan sedih.
Sunggyu
ternganga, dia tak bisa berkata apa-apa.
Flash Back end
“MWO?”
Woohyun, Sungjong, Hoya, dan Seungyeol berteriak bersamaan.
“Aku
juga sama sekali tak bisa percaya.” Kata Sunggyu masih lemas.
“Sial, Yoona noona sama sekali tak
menceritakan sejarah bidadari langit ke tujuh. Apa bidadari itu dulunya juga
manusia? Bagaimana ini? Bagaimana jika Myungsoo tahu yang sebenarnya? Dia pasti
sangat terluka.” Batin Hoya khawatir.
“Berarti
yang selama ini sekamar dengan Myungsoo siapa?” Woohyun bertanya-tanya.
“Apa
itu jawaban dari semua kecurigaan kita? Gyuri noona adalah hantu?” Seungyeol
terlihat ngeri saat berkata hantu.
“Bagaimana
dengan Myungsoo hyung? Sepertinya dia sangat menyukai Gyuri noona.” Celetuk
Sungjong membuat Hoya tak bisa tinggal diam dan berkata.
“Sayangnya
mereka sekarang memang saling mencintai.” Kata Hoya.
“Maksudmu?”
tanya Sunggyu.
“Mereka
sepasang kekasih sekarang.” Jawab Hoya.
“MWO?”
sekali lagi mereka terkejut.
“Kita
harus bicara pada Myungsoo. Secepatnya!” kata Woohyun.
“Kalian
mau melihat Myungsoo terluka? Gyuri noona itu cinta pertamanya.” Jelas Hoya.
“Akan
lebih menyakitkan lagi jika Myungsoo tak tahu apa-apa.” Kata Sunggyu.
“Tapi
apa kalian yakin dia hantu?” tanya Hoya. “Apa dia bukan makhluk yang lain?”
“Itu
tidak penting sekarang. Kajja, kita harus menjemput Myungsoo sekarang.” Kata
Sunggyu.
“Kami
ikut.” Kata Seungyeol, Woohyun dan Sungjong bersamaan.
Mereka
meninggalkan Hoya sendiri. Itu membuat Hoya semakin khawatir, dia tak bisa
berbuat apa-apa dalam keadaan genting seperti ini karena kondisi kakinya yang
belum sembuh total.
Dalam
keadaan seperti itu, tiba-tiba pintu rumah menjeblak terbuka memperlihatkan
Gyuri dengan muka masamnya.
“Gy..Gyuri
noona?” Hoya terperanjat.
“Hoya…
hari ini adalah hari terakhirku.” Kata Gyuri dengan datar.
“Noona?
Me..mereka sudah menemukan makammu?” tanya Hoya setelah Gyuri duduk di
sebelahnya.
Gyuri
menatap Hoya lalu menangis, “Aku…. Aku tak sanggup meninggalkan Myungsoo.
Eotokhe? Aku datang begitu saja dalam kehidupannya dan pergi begitu saja. Aku
membiarkannya memulai walau aku tahu akhirnya akan seperti ini.”
“Noona..”
Hoya menepuk punggung Gyuri lembut membiarkannya menangis dalam diam. Dia
terlihat sangat terluka.
“Berikan
ini padanya.” Kata Gyuri sambil mengulurkan sebuah amplop yang tiba-tiba ada di
tangannya yang semula kosong.
Hoya
menerimanya.
Gyuri
terlihat sangat terpukul, “Kenapa aku harus menjadi setengah manusia dan
merasakan perasaan sakit ini.”
***
“Hyung?
Kenapa kalian kesini?” tanya Myungsoo saat bersiap pulang dari toko.
“Myungsoo-ah
kau harus dengar sesuatu.” Kata Sunggyu.
“Dimana
Gyuri noona?” tanua Sungjong.
“Gyuri
noona pulang terlebih dahulu, mungkin kalian berpapasan jalan.” Jawab Myungsoo
masih penuh tanya akan maksud mereka.
Akhirnya
Sunggyu menceritakan semuanya pada Myungsoo dan hasilnya Myungsoo tersenyum
pahit. “Geojitmal.” Katanya lalu berlari pulang meninggalkan mereka semua.
Sesampainya
di rumah, Myungsoo berteriak-teriak, “Noona! Gyuri Noona!”
Myungsoo
membabi buta mencari ke seluruh pelosok rumah meski sudah jelas Gyuri tak lagi
ada disana.
Hoya
berusaha menahan Myungsoo dan menenangkannya. Hoya mulai bercerita, “Dia bukan
hantu seperti kata hyung.”
Myungsoo
menoleh pada Hoya dan mulai memperhatikan namun matanya berkaca-kaca, dia tak
mau menerima kenyataan Gyuri memang sudah tak ada di sini, atau mungkin di
dunia ini.
“Dia
adalah manusia setengah bidadari yang di hukum karena kesalahannya. Dia punya
misi untuk menyelamatkanmu. Dan ternyata dia harus menyelatkanmu dari dirinya
sendiri.”
“Apa
maksud hyung?” Myungsoo tak ingin percaya.
“Waktunya
di dunia hanya dua bulan, seperti yang ia katakana pertama kali disini. Dan ini
adalah hari terkahirnya.” Hoya mengulurkan sebuah amplop pada Myungsoo yang
dengan cepat membukanya.
Myungsoo-ah mianhae. Ini bukan
karenamu, tapi karena aku bukan manusia biasa sepertimu. Mian aku sudah datang
dalam hidupmu secara tiba-tiba. Dan mian aku harus pergi seperti ini. Jeongmal
mianhae, aku sudah memuatmu terluka.
Saranghae Kim Myungsoo
Myungsoo
mulai meneteskan air matanya. “Mengapa aku tak menyadarinya selama ini? Mengapa
aku mengabaikan semua keanehan itu?” Myungsoo mulai mengingat kembali semua
kejadian-kejadian aneh dari Gyuri. “Apa aku terlalu dibutakan cintaku padanya?”
Hoya
menepuk pundak Myungsoo pelan berusaha membuatnya tenang. Namun Myungsoo
terlalu hancur menerima kenyataan ini.
“Tapi
hyung.. setidaknya dia harus berpamitan denganku. Setidaknya dia harus
menjelaskannya padaku. Kenapa dia pergi seperti ini?” Myungsoo kehabisan nafas
dalam tangisnya yang mendalam.
“Dia
sudah pergi.” Kata Hoya pelan. “Dia bilang dia tidak main-main soal perasaannya
padamu. Dia juga sangat terluka. Dia pergi seperti ini karena dia tak sanggup
melihatmu terluka karenanya.”
“Noona….”
Rintih Myungsoo.
***
10 tahun kemudian
Myungsoo
mengenakan setelan jasnya. Jabatannya sebagai manajer sebuah hotel ternama
memaksanya berpenampilan seperti itu meski ia sangat malas.
Ia
segera menuju rumah makan favorit Sunggyu untuk bertemu dengan mereka semua.
Sudah dua bulan ini mereka tak bertemu karena kesibukan masing-masing.
“Myungsoo-ah!”
panggil Dongwoo di salah satu meja. Yang lainnya juga sudah datang.
“Sudah
lama menunggu?”
“Geurae,
kau yang paling sibuk sekarang. Menghubungimu itu susah sekali! Kau kira hanya
kau yang sibuk?” teriak Seungyeol.
“Mian.”
Jawab Myungsoo tersenyum.
“Aku
juga sibuk dengan kuliahku.” Celetuk Sungjong.
“Apa
ada yang menanyaimu?” teriak Seungyeol lagi.
Segerombolan
siswa SMA memasuki rumah makan itu, membuat rumah makannya penuh sesak. Belum
lagi mereka sangat ramai, emmbuat telinga yang mendengar ingin menendang mereka
keluar.
“Aish..
anak-anak ini mengganggu saja.” Gerutu Woohyun.
“Kalian
kira saat kalian SMA tak seberisik ini?” tanya Sunggyu tertawa.
Tiab-tiba
Dongwoo terbelalak mendengar salah satu siswa SMA itu berteriak memanggil
seseorang, “Ya! Park Gyuri! Kau duduk disini!”
Dongwoo
menoleh pada Hoya, “Kau mendengarnya?”
Hoya
mengangguk. Baru mereka ingin memberitahu Myungsoo, namun Myungsoo sudah
melangkah cepat menghampiri gadis itu.
Myungsoo
melihat gantungan yang sudah tak asing baginya di ransel gadis itu. Dengan
cepat Myungsoo menarik lengannya, “Gyuri noona?”
Gadis
itu terkejut, “Darimana oppa tahu namaku?” gadis itu memasang ekspresi penuh
tanya dengan sikap Myungsoo yang sedikit menakutkan itu, “Tapi kenapa oppa
panggil aku noona?”
Wajah
gadis itu sama sekali tak berbeda dengan Park Gyuri yang dikenal Myungsoo,
segera setelah itu Myungsoo memeluk gadis itu dengan erat, seakan tak ingin
kehilangannya lagi.
“Ige
mwonde?” gadis itu terbelalak.
THE END

It's great... really really great!! I love GyuL couple... ^^
BalasHapusbut it's too long for a one shoot. but it's okay... keep writing...
thanks ^^
HapusGyuL couple.... i ship them too...
BalasHapusahh authornim.. did you read my mind ?
you have been writing Gyuri's Fanfics with all men that i ship her with.. chinca.. today is one of happiest day of my life being a kpoppers.. =D
really? XD so we have the same favorite pairing?? let's be friend then ^^
HapusBener2 Fanfic yg keren...kebetulan, aku adalah fans berat Gyuri (KARA) & GyuL couple adalah favorit ku...(ku kira aku satu2 ny org Indo yg suka pasangan ini)...ternyata aku salah...Senangny.... >_-
BalasHapusThanks outhornim, Ku tunggu another GyuL Fanfic atau gyuri dgn idol lainny...Salam Kenal
yayaya, thanks. ternyata juga bukan aku aja yang suka GyuL hehe XD
Hapus