Halaman

Selasa, 19 Februari 2013

[FANFIC] The Sacrifice (part 1)


“Yeoboseyo?” seorang gadis menjawab ponselnya yang sebenarnya berdering sedari tadi, berkali-kali.
       “Jieun-ah! Kenapa kau tak angkat teleponmu?” suara di seberang sana bertanya dengan nada ceria namun sedikit kesal.

       “Mian, aku sedang menyetir tadi.” Jawab Jieun jujur.
       “Kenapa kau tak bilang ambil cuti hari ini? Apa kau sakit?”
       “Ani, aku hanya lelah.” Jawab Jieun berbohong, “Baiklah, aku hubungi kau lagi nanti.” Jieun memutus teleponnya, memasukkan ponselnya dalam tas yang tergantung di pundaknya dan memasuki ruangan dokter pribadinya.

       “Kau melewatkan dua kali pertemuan kita. Kerugiannya keadaanmu menurun 5%. Sudah ku bilang, kau tak perlu menghindar. Kau hanya perlu menjalani terapi ini, aku yakin kau akan membaik.” Jelas dokter setelah memeriksa Jieun.
       Jieun tesenyum, “Aku terlalu sibuk akhir-akhir ini. Jangan berpikir berlebihan. Berpikir aku menyerah dan mengabaikan penyakit ini, aku tak seperti itu. Meski aku tahu seberama lama sisa hidupku.”
       “Baiklah kalau itu memang apa yang kau pikirkan. Tebus obat ini ke apotek.” Dokter mengulurkan resep pada Jieun.

       Jieun membuka jendela kamarnya yang ada di lantai dua itu, mencari udara malam yang segar agar menggantikan udara yang ia rasa sesak di dalam kamarnya.
       Jieun merasa lelah setelah pergi seharian, namun ia ingat janjinya, lalu mengambil ponselnya, menghubungi Jiyoung, teman kantornya, satu-satunya orang yang bisa ia sebut sahabatnya saat ini.
       “Aku kira kau lupa menghubungiku lagi.” Suara Jiyoung terdengar ceria seperti biasa.
       “Tak mungkin. Aku selalu menepati janjiku kan?” Jieun tersenyum, ia kini berdiri di depan jendelanya sambil menatap keluar. Kamar di seberang, yang kira-kira berjarak 7 meter itu tampak menyala, menggantikan pemandangan gelap tak berpenghuni seperti yang biasa ia lihat. Jieun mengira rumah sebelah sudah punya pemilik baru.
       “Ne, arasso manajer” Jiyong menjawab dengan bosan. “Kau orang paling jujur sedunia.”
       Jieun tersenyum pahit.
       “Jadi kau besok tidak cuti lagi kan? Tidak ada kau sehari, rasanya bagian pemasaran sudah berantakan.”
       “Ne, aku akan datang besok.” Jieun sebenarnya ingin duduk di luar, di berandanya, namun udara terlalu dingin untuk kesehatannya hari ini. Jieun bisa melihat pemilik rumah sebelah masuk ke kamarnya, seorang lelaki.
       “Ya, jelas kau harus masuk, Pak Kim sudah sewenang-wenang seharian tadi, mentang-mentang kau tak ada.” Jiyoung kesal mengingat rekan kerjanya yang sudah paruh baya itu, rekan kerja yang tak suka pada Jieun karena dianggap merebut posisinya sebagai manajer pemasaran itu.
       “Jincha?” Jieun tersenyum tipis.
       “Geurae. Apa kau tahu apa yang dia sebarkan pada pegawai baru yang dia bimbing?”
       “Mworago?” Jieun melihat lelaki di kamar rumah sebelah itu keluar, dia berdiri di berandanya juga menikmati udara segar malam ini sambil melihat kesekeliling.
       “Dia bilang pada mereka bahwa kau bisa dengan mudah masuk perusahaan dan langsung menjadi manajer bukan karena pendidikan tinggimu, tapi karena hubungan baikmu dengan Presdir.” Jelas Jiyoung tanpa jeda.
       Seketika itu waktu seakan berhenti, mata Jieun melebar, mulutnya sedikit menganga, dadanya sedikit sesak, jantungnya berdegup kencang, tubuhnya kaku. Pemandangan lelaki di seberangnya itu mendominasi otaknya.
       Semuanya kembali seperti semula, Jieun sadar saat lelaki itu mengedipkan matanya, membuyarkan lamunan Jieun. Mengetahui lelaki itu akan segera melihat ke arahnya Jieun dengan cepat beranjak dari tempatnya berdiri tadi, bersembunyi di balik dinding kamarnya, menjauhi jendelanya agar tak terlihat lelaki itu. Lelaki dengan wajah malaikatnya itu.
       “Yeoboseyo? Jieun-ah?” suara Jiyoung terdengar dari ponsel yang sedari tadi masih di dekat telinga Jieun.
       “Ah.. n..ne?” Jieun kembali ke dunia nyata.
       “Apa kau tertidur? Kalau kau lelah sebaiknya tutup saja teleponnya dan tidurlah. Ok?”
       “Ah.. ani.. aku hanya melamun.”
       “Melamun? Melamunkan apa?” tanya Jiyoung penasaran, “Melamunkanku? Satu-satunya bawahanmu yang paling setia dan kerja keras?” Jiyong terkekeh menggodanya.
       Jieun tersenyum, “Itu hanya mimpimu.”
       Jiyoung terbahak, “Baiklah, aku tahu. Tutup saja teleponnya, aku juga mengantuk. Malam!” Jiyoung yang memutus teleponnya.
       Jieun mengintip ke luar jendelanya dengan hati-hati, memastikan lelaki itu sudah tak berada di tempatnya tadi dan segera menutup jendelanya lalu beranjak tidur.
***

       “Aigoo.. kenapa aku selalu seperti ini?” gumam Jiyoung pada dirinya sendiri saat ia berlari setelah menuruni bus menuju kantornya. “Permisi…permisi..” katanya pada orang-orang yang ia lewati.
       Jiyoung berkali-kali melihat jam tangannya, ia hampir terlambat. Dia tidak mau lagi gajinya dipotong karena keterlambatannya yang sudah kesekian kalinya ini.
       Dia sudah hampir sampai di kantornya saat tiba-tiba ia terjatuh karena hak sepatu tuanya patah sebelah. Seorang lelaki yang sedang duduk di kursi taman yang ada di sepanjang trotoar itu melihatnya sambil memakan burger yang sepertinya adalah sarapannya. Lelaki itu menatapnya, menahan tawanya melihat kecerobohan Jiyoung.
       Jiyoung berusaha berdiri dengan susah payah, ia sadar lelaki di sebelahnya itu sedang memperhatikannya. Jiyoung merasa kesal seketika melihatnya. “Percuma saja wajahnya setampan itu tapi hatinya tidak baik.” Gumamnya kesal.
       Tiba-tiba sebuah tangan terulur di depan mata Jiyoung, lelaki itu sudah berdiri bermaksud membantu Jiyoung berdiri. Jiyoung tercekat, presepsi awalnya salah besar, lelaki itu tersenyum memancarkan kebaikkannya.
       Jiyoung melihat burger yang tadi ada di tangan lelaki itu sudah terbuang. “Ne?” Jiyoung malah tak tahu harus merespon apa.
       “Kau perlu bantuan kan?” tanya lelaki itu, masih dengan senyum manisnya.
       “Oh..ne.” Jiyoung meraih tangan lelaki itu dan berhasil berdiri. “Kamsa hamnida.”
       “Apa kau terlambat ke tempat kerjamu?” tanyanya.
       Jiyoung mengangguk, “Maka dari itu aku lupa sepatuku ini sudah tua.” Jawab Jiyoung jujur.
       “Kau kerja dimana?”
       “Disana.” Jiyoung menunjuk gedung tinggi yang tak jauh di depan mereka.
       Lelaki itu mengangguk mengerti.
       “Baiklah, aku harus segera pergi, mereka bilang akan ada direktur baru, tak tahu dia orang yang baik atau tidak. Entah hukuman apa yang aku dapat di hari pertamanya.” Jelas Jiyoung, lalu berusaha berjalan dengan cepat menuju kantornya.
       Lelaki itu tiba-tiba meraih lengan Jiyoung membantunya yang berjalan terpincang. “Kubantu kau, aku juga berkerja disana.” Dia tersenyum.
       “Oh? Apa kau orang baru?” tanya Jiyoung. “Aku belum pernah melihatmu.”
       “Ya, ini hari pertamaku.” Jawabnya.
       “Selamat kalau begitu!” Jiyoung tersenyum tulus. “Dibagian mana?”
       “Pemasaran.”
       “Ne? aku juga disana. Berarti aku seniormu.” Kata Jiyoung percaya diri. “Kau bisa minta bantuanku. Ohya, kau harus bersikap sebaik mungkin, kita belum tahu direktur baru itu seperti apa.”
       Lelaki itu hanya tersenyum.
       Sekarang mereka sudah sampai di kantor, Jiyoung sudah berada di mejanya, dia sudah tak melihat lelaki itu lagi.
       “Kau terlambat lagi?” tanya jieun menghampiri Jiyoung yang memijat kakinya. “Waegeurae?”
       Jiyoung tersenyum dengan perasaan tak enak, dia sadar Jieun yang selalu membantunya keluar dari masalah saat dia terlambat. “Ne, ini hanya kecelakaan kecil.”
       Jieun melihat sepatu Jiyoung yang sudah tak berhak. “Harusnya kau mau saat aku mengajakmu ke toko sepatu waktu itu.”
       “Kau butuh salep atau apalah itu.” Kata Jieun. “Dan mian aku tak bisa mencarinya  untukmu saat ini. Akan ada perkenalan direktur pemasaran baru sebentar lagi.” Jieun bergegas pergi setelah menepuk pundak Jiyoung.
       “Ne manajer.” Jawab Jiyoung tersenyum, dia selalu kagum dengan Jieun yang selalu baik dalam pekerjaannya dan tentunya selalu tepat waktu, tidak seperti dia. “Aduh..” Jiyoung memegangi perutnya dan malah bergegas ke toilet.
***
       Jieun menyuruh bawahannya untuk merapikan pakaian mereka sebelum direktur pemasaran baru datang di ruang rapat ini.
       “Manajer, bagaimana jika direktur yang baru galak sekali?” tanya seorang karyawan yang bernama Sohyun. Dia terlihat khawatir.
       Jieun tersenyum menenangkan, “Tenanglah, kau bisa mengandalkanku.”
       “Selamat pagi!” wakil presdir masuk dengan sapaannya, senyumnya terlihat tegas.
       Semua karyawan membungkuk memberi hormat, tak terkecuali Jieun, mereka semua mengantisipasi orang yang berjalan di belakang wakil presdir, Direktur baru mereka.
       “Baiklah, setelah direktur yang lama diturunkan karena kecurangannya, dan tentunya atas bantuan Lee Jieun-ssi, direktur baru kalian akan mulai berkerja mulai hari ini, mohon kalian bantu dia menyesuaikan diri.” Wakil presdir melangkah ke pinggir mempersilahkan lelaki di belakangnya maju, “Perkenalkan dia Kim Myungsoo, direktur baru kalian, putra bungsu presdir kita.”
       Lelaki itu tersenyum lalu membungkuk, “Kim Myungsoo imnida, mohon bantuannya.”
       Jieun tercekat, matanya kembali melebar, mulutnya sedikit terbuka, jantungnya berdegup kencang, dadanya terasa sesak. Dihadapannya, berdiri lelaki yang sekarang tinggal di rumah sebelahnya itu. Lelaki yang mempunyai kamar di seberang kamarnya. Lelaki yang menjatuhkan hatinya, Kim Myungsoo, direktur barunya, putra bungsu dari presdirnya sendiri.

TO BE CONTINUED...

9 komentar:

  1. halo, aku gak sengaja nyari ff myungjjing di google dan nemuin blog ini'-' /gapenting

    bahasanya keren thor, ceritanya juga ga mumet-mumet(?)

    disini fokusnya kayanya ke jieunnya ya, soalnya dari awal udah ke dia sama myungsoo, padahal aku pengennya sama jiyoung ajaa TT
    ceritanya kaya cinta pertama diantara tetangga oleh myungsoo dan jieun yakan (?)

    next chap banyakin myungjjingnya dong thor atau kalau bisa pairingnya myungjjing aja (?)
    next chap ditunggu ya sama akuu<33

    BalasHapus
    Balasan
    1. ah welcome ^^ keep reading aja ya.. makasih udah baca. bakal segera di update next partnya kok. dan karena ini ff aslinya udah tamat (cuma blm aku publish) kyaknya keinginanmu tercapai... XD

      Hapus
  2. wah
    ternyata disini ada ff IU
    lanjut donk thor :-)

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. ok. bakal cepet aku update. makasih uda mampir ke blogku ^^.

      Hapus
  4. annyeong,,,
    salam kenal,,,
    aku bru nemu blog kmu,,,
    ff'na keren",,hehehehe,,
    dtunggu lnjutannya yah,,;-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. anyeong^^ salam kenal juga.
      makasih udah nemuin blogku n jadi pembaca disini kkk XD

      Hapus
  5. wah myungsoo - jiyoung!!! cocok juga kekeke^^ seru author:)

    BalasHapus