Jongin
tak bersuara sama sekali sepanjang perjalanan dia bahkan tak menatap hujan di
luar jendela seperti yang Jiyoung lakukan. Pandangannya kosong ke arah
sepatunya. Jiyoung juga tak mampu bersuara hingga taksi yang mereka naiki
sampai di depan rumah Jongin.
Sebelum
turun Jongin lalu menatap Jiyoung. Membuat Jiyoung sedikit terkejut.
“Berhentilah!” kata Jongin kemudian. Walaupun itu bisa berarti apapun,
perkataan itu jelas menamparnya. Kata-kata inilah yang ia takuti selama ini.
Bahwa Jongin akan menyuruhnya berhenti melakukan apapun yang sedang ia lakukan
untuk Jongin. Berhenti merepotkan Jongin. Berhenti menyukainya. Jiyoung tak mau
melakukannya, apapun itu itu, Jiyoung tak ingin berhenti.
“Jongin-ah?”
Jiyoung sudah ingin menangis sekarang. Dan dia merasa bodoh, karena bahkan di
saat seperti ini yang paling ia khawatirkan adalah perasaan Jongin setelah
melihat Krystal dan Baekhyun tadi.
Dengan
cepat Jongin membuang muka dan turun dari taksi. Membiarkan dirinya seketika
basah kuyup terkena hujan. Dengan cepat pula Jiyoung membayar taksinya dan
meyusul Jongin.
“Jongin-ah!
Jongin dengarkan aku! Jongin kau harus dengar yang kau katakan!” Jiyoung juga
sudah basah kuyup sekarang, tapi ia berhasil membuat Jongin berhenti.
“Mianhae.” Jiyoung juga sudah benar-benar menangis sekarang. “Baiklah aku akan
berhenti. Aku akan berhenti merepotkanmu. Aku akan berhenti memperhatikanmu dan
aku akan mencoba sekuat mungkin agar aku tidak menyukaimu lagi. Tapi aku mohon
maafkan aku. Aku benar-benar tahu kau sedang sangat sedih saat ini setelah
semua yang kita lihat tadi. Tapi aku mohon kau maafkan aku. Aku janji aku akan
benar-benar berhenti. Aku akan..berhenti.” jelas Jiyoung panjang lebar sambil
menangis tersedu-sedu. “Aku..” Jongin segera memotongnya saat Jiyoung akan
meneruskan perkataannya yang sepertinya tak berujung itu.
“Kang
Jiyoung!” lalu ekspresi Jongin melunak. “Kenapa kau selalu sok tahu tentang
perasaanku? Bisakah kau berhenti melakukan ini semua? Berhenti membuatku
khawatir? Berhenti membuatku merasa bersalah?”
Jiyoung
tak begitu bisa mencernanya dia hanya menatap Jongin dengan mata sembabnya.
“Bahkan
semua rasa sedihku karena Krystal tak pernah benar-benar muncul ke permukaan
karena rasa kekhawatiranku padamu selalu mendominasi. Bisakah kau berhenti
membuatku terlihat seperti penjahat?” Dan kali ini Jongin benar-benar
mengeluarkan isi hatinya yang sebenarnya.
“Aku
tahu ini terlalu sulit untukmu. Dan ini juga sulit untukku. Bagaimana bisa aku
selalu membuat sahabat terbaikku terluka karenaku? Mana mungkin aku bisa
Jiyoung-ah?”
“Mianhae
Jongin-ah..Aku akan berhenti menyukaimu.” Kata Jiyoung putus asa.
“Tidak.
Meski ini sulit dan mungkin akan lama. Aku akan mencobanya. Jangan berhenti
menyukaiku. Aku yang akan berhenti melukaimu.”
***
Eunji
mengentikan motor Myungsoo di tepi sungai besar tengah kotanya. Tempat dia
biasa menghabiskan waktu sejak ia kecil dulu. Tanpa kata Myungsoo turun terlebih
dahulu dari motornya dan berdiri di tepi sungai itu, berteduh di bawah sebuah
pohon besar yang rindang.
Eunji
mengikutinya, berdiri agak jauh di sampingnya. Dia terus diam, mengabaikan
tubuhnya yang terasa begitu dingin akibat kehujanan, hingga Myungsoo yang
bersuara, “Dan ternyata ini memang sulit.”
“Dan
yang tadi itu memang terlalu sulit.” Jawab Eunji.
“Seharusnya
aku mendengarkanmu.”
“Lagipula
sejak kapan Kim Myungsoo mendengarkan orang lain?”
Myungsoo
tersenyum kecut. “Maaf merepotkanmu dan, terima kasih sudah membawaku pergi.”
Lalu menatap Eunji setelah itu.
Eunji
segera menatap air mengalir di hadapannya, sama sekali tak berani melihat
Myungsoo.
***
Jieun
belum mengembalikan waktu seperti semula. Dan dia juga Baekhyun sekarang sudah
duduk di sebuah pohon besar yang tumbang.
“Jadi
ini makam Jiji?” tanya Baekhyun sambil melihat sebuah batu yang sudah berlumut
di dekat kakinya. Terdapat beberapa bunga kering yang ditaruh Jieun minggu
lalu.
Jieun
mengangguk.
“Kenapa
dia meninggal?”
“Sakit,
dua bulan setelah kau datang waktu itu.” Jawab Jieun. Ingatannya melayang. Dia
masih bisa mengingat dengan jelas tangan kecil Baekhyun yang dengan senangnya
mengelus bulu-bulu lembut kelincinya itu.
Baekhyun
tersenyum. “Jadi… karena kemampuanmu inilah kau bisa menghindari jebakan
Chanyeol dan Jongdae?”
Jieun
tersenyum simpul dan mengangguk lagi.
"Sepertinya
kau sudah mengingatku sebelumnya? Kenapa kau menyembunyikannya dariku?"
tanya Baekhyun tiba-tiba. Ini salah satu pertanyaan yang tidak ingin Jieun jawab.
"Lee
Jieun, aku yakin bahwa kau tahu aku menyukaimu. Aku yakin kau mengetahuinya.
Tapi kenapa kau menghindariku? Lalu apa maksud kejadian barusan? Kenapa kau
menangis melihat kejadian tadi?"
Jieun
tahu, meski tak pernah memikirkannya dengan sungguh-sugguh, bahwa Baekhyun
menyukainya, bahwa Baekhyun tak pernah bisa menyukai Krystal karenanya, sejak
dulu, sejak mereka bertemu pertama kali, seperti yang terjadi pada Jieun
sendiri. Bahkan dalam hati kecilnya berharap Baekhyun memang menyukainya dari dulu
hingga kini dan hingga kapanpun. Sepersekian detik tadi Lee Jieun sudah
benar-benar yakin dia menyukai Byun Baekhyun seutuhnya. Tapi rasa bersalahnya
pada Krystal dan keluarganya terus menghantuinya.
"Jieun-ah,
jawab aku." Baekhyun menggenggam tangan Jieun erat. Dia juga yakin bahwa
Jieun juga menyukainya. Dia yakin, tapi dia juga butuh kejelasan agar
membuatnya kuat melalui semua ini. "Aku benar-benar menyukaimu
Jieun-ah."
Jieun
memejamkan matanya. Dia semakin tak ingin pergi dari dunia ini. Entah sekarang
sudah tinggal berapa lama umurnya dengan dia menghentikan waktu seperti ini.
Dia menyukai Baekhyun, dia tak ingin meninggalkannya, dia tidak ingin
meninggalkan dunia ini. Setidaknya untuk Baekhyun.
Jieun
menatap Baekhyun, Baekhyun memandangnya penuh tanya, Jieun memejamkan matanya
lagi lalu memeluk Baekhyun. Benar-benar tak ingin meninggalkan lelaki ini.
Meskipun tanpa kata, Jieun berharap semua perasaannya bisa tersalurkan pada
Baekhyun.
Dan
Baekhyun mengerti. Ia membalas pelukan Jieun dengan senyumnya. Dia merasa kuat
menghadapi semua ini dan bahkan tantangan-tantangan yang pasti akan datang
setelah ini.
***
Baekhyun
melihat Jieun beranjak pergi dari salah satu meja di kantin sekolah saat ia
datang. “Jieun-ah? Kau sudah selesai makan?” dan itu dijawab dengan anggukan
oleh Jieun sambil tersenyum menatap Baekhyun.
“Kau
mau pergi?” tanya Baekhyun lagi. Dia benar-benar menyukai perubahan yang satu
ini. Tak ingin memikirkan yang lain dulu, dia masih terlalu bahagia menerima
kenyataan bahwa Jieun membalas perasannya.
“Ya,
aku duluan.” Jawab Jieun manis lalu pergi dari tempat itu melakukan hal yang
sejak kemarin ingin ia lakukan.
Baekhyun
makan siang tanpa Jongin dan Jiyoung hari ini. Mereka sedang menyibukkan diri
diperpustakaan, entah untuk apa. Tak ada yang tahu.
“Ya!
Apa yang terjadi antara kalian berdua?” tanya Chanyeol heran dengan cengiran di
wajahnya saat mereka sudah duduk di satu meja.
“Bagaimana
Lee Jieun bisa tersenyum seperti itu? Ini langka. Byun baekhyun apa yang kau
lakukan padanya?” tambah Jongdae heran. Eunji juga benar-benar penasaran karena
yang dia tahu kejadian kemarin sangatlah tidak baik. Tapi kenapa Jieun malah
seperti itu?
Baekhyun
tersenyum mengingat kejadian kemarin. Saat ia menghabiskan waktu bersama Jieun.
Jieun yang selama ini memang ia kenal. “Bagaimana kalau aku tak mau
menceritakannya pada kalian?” goda Baekhyun sambil tersenyum senang.
Temannya
yang lain saling menatap, merasa heran dengan Baekhyun yang satu ini.
“Baekhyun,
jelaskan. Atau aku mati penasaran sekarang. Kau tidak tahu kan kemarin…” Eunji
lalu berhenti sejenak untuk menatap teman-temannya itu lalu meneruskan
perkataannya. “Aku, Jiyoung, Jongin, dan Myungsoo melihatmu berciuman dengan
Krystal?” kata Eunji akhirnya membuat Baekhyun, Jongdae, dan Chanyeol terbelalak.
“SUNGGUH?”
teriak Jongdae dan Chanyeol bersamaan. Dan seketika Jongdae menutup mulut
Chanyeol saat Chanyeol juga menutup mulut Jongdae, jelas itu terlalu keras
untuk menarik perhatian orang lain.
“Itu…
itu kecelakaan. Aku tak mengharapkannya terjadi.” Jelas Baekhyun akhirnya.
“Tapi.. karena itulah aku bisa mengerti perasaan Jieun yang sebenarnya.”
“Mwo?”
tanya Eunji tak mengerti.
“Jadi,
Krystal yang menciummu?” tanya Chanyeol dengan berbisik.
“Dia
yang memaksa menciummu?” tambah Jongdae juga dengan bisikan.
“Saat
itu aku lihat Jieun menangis. Dan aku segera mengejarnya. Dan aku yakin dia
juga menyukaiku.” Baekhyun berusaha menahan senyumnya mengingat ciumannya
dengan Jieun kemarin.
“Jadi
kalian sudah jadian?” tanya Jongdae. “Dengan kejadian yang seperti itu?”
Baekhyun
tidak bisa menjawab yang satu ini. Meski dia yakin dia dan Jieun sudah sampai
pada tahap itu, yang tak ia yakini adalah presepsi Jieun tentang keadaan ini.
Dan Baekhyun belum bisa memutuskan.
“Lalu
apa yang terjadi pada Jongin dan Myungsoo kalau begitu?” tanya Chanyeol pada
Eunji.
“Jelas
itu menghantam Jongin dengan keras. Tapi Jiyoung meneleponku semalam. Dia
menangis. Tetapi dia senang. Dia tidak mengatakan semuanya dengan jelas, tapi
sepertinya Jiyoung sedang bahagia bukan main. Karena kalian bisa lihat sendiri
bagaimana mereka berdua tadi di kelas, hubungan mereka semakin baik. Terutama
bagi Jiyoung. Sedangkan aku, awalnya aku heran melihat taksi Jiyoung dan Jongin
berbalik. Tapi aku mengerti setelah melihat Myungsoo mematung. Melihat adegan
yang juga dilihat Jongin.” Eunji berhenti sejenak seakan tidak yakin untk
meneruskan kalimatnya, “Lalu… lalu aku harus menyetir motornya dan membawanya
pergi dari sana. Karena dia mematung… benar-benar mematung.”
Baekhyun
memegang pundak Eunji, “Mianhae..” dia tak menyangka teman-temannya melihat
kejadian itu kemarin dan bahkan terluka karenanya. Baekhyun benar-benar tidak
tahu. Dia menyesal menunjukkan kebahagiaannya dengan Jieun barusan.
Sedangkan
Jongdae dan Chanyeol saling menatap, sepertinya mereka berbagi pikiran yang
sama. “Jadi, Jung Eunji, cepat jelaskan pada kami sekarang.” Kata Jongdae
dengan gaya interogasinya.
“Ada
apa sebenarnya antara kau dan Kim Myungsoo?” tanya Chanyeol.
Eunji
hanya diam. Dia yakin, jelas teman-temannya semakin lama akan semakin
menyadarinya. Dia hanya menatap Chanyeol dan Jongdae yang penasaran hebat.
“Wae?”
tanya Baekhyun tak mengerti.
“Pasti
ada sesuatu, jelaskan!” kata Chanyeol.
“Ya,
karena kita sudah melihat perkembangannya kita anggap masalah Jiyoung dan
Jongin sudah membaik, tinggal kita serahkan saja pada mereka berdua. Sekarang
kau. Cukup bersikap sok kuat lagi Jung Eunji. Kau menyukai Kim Myungsoo kan?”
Jongdae berbisik di akhir kalimatnya.
Chanyeol
mengangguk sedangkan Baekhyun terbelalak. “Mwo?”
Eunji
masih menatap teman-temannya, enggan menjelaskan semuanya. Toh mereka sudah
tahu yang sebenarnya.
“Eunji,
apa itu benar? Lalu.. lalu bagaimana..” tanya Baekhyun khawatir. Seperti
perasaan Jiyoung yang terus terluka saat melihat Jongin mengangumi sosok
Krystal, Baekhyun jadi berpikir bagaimana perasaan Eunji selama ini tentang
Myungsoo dan Krystal? “Apa itu sudah lama?”
“Ani.”
Jawab Eunji akhirnya. “Itu belum lama. Dan.. itu diluar kendaliku. Jangan
bilang aku bodoh.. tapi.. memang aku bodoh..” Eunji menundukkan kepalanya.
“Ani,
Eunji-ah, perasaan memang tak bisa diatur. Kau tidak bodoh Eunji-ah. Hm?”
Baekhyun panik berusaha menguatkan Eunji. Baiklah, melihat Eunji yang biasanya
kuat menjadi seperti ini membuat Baekhyun tergerak, bahkan dia terlihat lebih
lemah dibandingkan Jiyoung selama ini. Sisi lain dari Eunji terlihat lagi.
“Lalu
apa yang dia katakan setelah kau membawanya pergi kemarin?” tanya Chanyeol
mendadak serius.
“Dia
berterima kasih.” Jawab Eunji.
“Lalu apa sama
sekali tak ada harapan untukmu? Si Myungsoo itu? Bukankah dia sudah tidak
bersama siapa-siapa lagi?” Chanyeol meneruskan pertanyaan-pertanyaan yang
bahkan Eunji tak bisa menjawabnya.
Dan itu semua
membuat Eunji heran, “Ya! Park Chanyeol! Apa otakmu tidak tertukar lagi?
Bagaimana kau bisa seserius ini soal Kim
Myungsoo?”
“Lalu apa dia
mengatakan sesuatu yang membuatmu sakit hati?” kali ini Jongdae yang bertanya.
“Ya kenapa kau
juga ikut-ikut?” kali ini Eunji tersenyum. “Tunggu dulu.. kalau kalian ingin
menggunakan otak baru, kalian harus pelan-pelan. Kalian bisa membuat orang
terkena serangan jantung.” Eunji tertawa.
“Ya! Memangnya
kenapa?” tanya Jongdae.
“Selain kau,
kami juga bisa menghajar orang. Kalau kau mau kami bisa hajar si Myungsoo itu.”
Tambah Chanyeol.
Dan
Baekhyun ikut tersenyum melihat teman-temannya ini. Kesedihannya beberapa hari
yang lalu sudah benar-benar hilang. Setidaknya untuk saat ini.
***
Changjo
berada di atap gedung sekolah lagi. Menunggu Jieun mengungkapkan yang ingin dia
ungkapkan sejak tadi.
“Beri
tahu aku. Beri tahu aku cara menghilangkan kemampuan ini. Beri tahu aku.” Kata
Jieun akhirnya. Semenjak ia mengakui perasaannya pada Baekhyun, hal inilah
satu-satunya yang ia pikirkan. Dia tahu sisa umurnya tidak selama yang ia
inginkan. Ia ingin segera bebas dari semua itu. Dia tidak ingin lagi menyimpan
kemampuannya dan terus mengurangi umurnya sendiri. Tidak lagi, setelah apa yang
terjadi antara dia dan Baekhyun. Jieun takkan bisa meninggalkan Baekhyun
sekarang. Sudah ada hal yang menguatkannya untuk benar-benar tinggal lebih lama
di dunia ini.
Changjo
menunjukkan ekspresi yang tak bisa Jieun baca. Entah apa yang sudah dia
mengerti dan tak ia mengerti, Jieun tak tahu. Changjo hanya menatapnya.
“Bantu
aku Changjo-ah.. bantu aku kali ini saja.. jelaskan semua caranya. Aku ingin..
aku harus menghilangkan kemampuan ini. Aku masih punya cukup waktu kan? Kau
tahu waktuku didunia ini masih lebih dari 100 hari kan?”
Ada
sekilas kesedihan dia wajah Changjo namun itu segera hilang saat ia menjawab,
“Ya, kau masih punya cukup waktu noona.”
“Jadi?”
“Kau
hanya perlu menghentikan pemakaian kemampuanmu tanpa berhenti selama 100 hari
itu. Itu saja.”
“Ya,
aku akan melakukannya. Mulai hari ini juga. Aku akan menghilangkan
kemampuanku.” Jieun yang seperti ini. Jieun
yang penuh dengan harapan dan semangat hidup. Changjo sangat menyukainya.
Benar-benar menyukainya. Betapa inginnya dia memeluk gadis di hadapannya itu
dan mencegahnya pergi ke pelukan lelaki lain. betapa inginnya dia melakukan
itu. Tapi dia tahu dia takkan bisa. Mungkin memang ini takdirnya, hanya sebagai
penolong Lee Jieun.
“Gomawo
Changjo-ah..” Jieun tersenyum. Namanya kali ini terdengar begitu merdu saat
keluar dari bibir jieun, dan Changjo membencinya karena itu membuatnya semakin
dalam menyukai Jieun. Mengapa disaat seperti ini, saat Jieun sudah berada di
pelukan lelaki lain, Jieun bisa menyebut namanya sebegitu indahnya? Changjo
rasa dia benar-benar harus mengosongkan pikirannya. Atau dia tak kuat menahan
hasratnya untuk menghilangkan Byun Baekhyun, lelaki yang mengisi hati Jieun,
dari Dunia ini. Dan lagi-lagi dia merasa bodoh, bahkan untuk
pemikiran-pemikiran semacam ini yang muncul di otaknya.
***
Hari-hari
mereka selanjutnya berjalan seperti biasa menurut mereka, kecuali Baekhyun dan
Jieun, Jongin dan Jiyoung, Eunji dan Myungsoo bahkan Jongdae dan Chanyeol,
seiring berjalannya waktu mereka tak sadar mereka sudah berubah. Berubah menuju
kedewasaan. Kedewasaan yang tidak mereka sadari mungkin. Tapi yang jelas mereka
sedang sibuk mempersiapkan ujian kenaikan kelas.
Jongin
dan Jiyoung jadi lebih sering menghabiskan waktu di perpustakaan, selain
menyelesaikan tugas kelompok mereka dengan Baekhyun, sebisa mungkin mereka
hanya fokus dengan ujian mereka, bukan perasaan mereka masin-masing. Perasaan
yang beberapa hari kemarin menimbulkan permasalahan di antara mereka. Saat ini
mereka benar-benar berusaha fokus untuk menampung semua pelajaran yang sudah
mereka terima untuk bekal ujian.
Eunji
dan Myungsoo seketika mengurangi jadwal latihan tim basket mereka karena ujian
yang akan datang. Tapi tak jarang Myungsoo akan bergabung dengannya dan
teman-temannya yang lain di meja kantin untuk makan siang. Meskipun terlihat
betul Myungsoo berusaha tak menghiraukan keakraban yang dijalin Baekhyun
dengannya. Dan di saat-saat seperti itu Jongdae dan Chanyeol akan dengan
seksama mengamati gerak-gerik Myungsoo dan Eunji lalu membahasnya setelah
Myungsoo pergi, sudah seperti rutinitas baru bagi mereka. Niat mereka baik,
namun pada akhirnya semua itu sering berakhir menjadi bahan candaan saja yang
membuat Eunji jengkel.
Changjo
juga terus dipaksa untuk sering bergabung dengan mereka, agar benar-benar masuk
dalam pergaulan mereka meski sulit, karena Changjo masih irit bicara, kecuali
pada Jieun. Dan itu yang sering membuat Baekhyun menahan amarah cemburunya lalu
meledakkannya saat Changjo sudah pergi. Membuat Jieun, Eunji dan Jiyoung hanya
tertawa. Sedangkan Jongdae, Chanyeol dan Jongin berakhir menertawakannya. Itu
yang menjengkelkan untuk Baekhyun. Dia tahu Changjo adalah satu-satunya orang
yang tahu kemampuan Jieun sebelum Baekhyun tahu. Dan Baekhyun juga tahu bahwa
Changjo juga memiliki kemampuan yang sama. Changjo dan jieun adalah teman
berbagi cerita dari kemampuan mereka yang sama, tapi tetap saja, Baekhyun kurang
bisa terima dengan kedekatan mereka. “Kenapa kau selalu lebih mudah bicara
dengannya daripada denganku?” tanya Baekhyun suatu hari pada Jieun setelah
melihat Jieun dan Changjo tertawa bersama tadi, itu membakarnya hidup-hidup.
Dan Jongdae berserta Chanyeol hanya akan menjawab, “Redakanlah kecemburuanmu
itu, Jieun gadis baik-baik, kau saja yang terlalu berlebihan.”
Semua
berjalan seperti biasa, baik-baik saja dan tak ada masalah, hingga di hari
pertama ujian mereka, Baekhyun tiba-tiba berlarian mencari Krystal di kelasnya
sebelum ujian dimulai. “Krystal apa benar kau yang membatalkan perjodohannya?”
Saat
itu Krystal berusaha tak menghiraukan Baekhyun, mencoba tetap fokus pada buku
yang dipegangnya.
“Krystal.
Aku mohon dengarkan aku. Aku tahu ini tidak adil bagimu. Tapi aku… aku tidak
bisa jika aku tidak berterima kasih padamu. Berterima kasih atas pengertianmu.”
Krystal benci ini. Benci betapa baiknya htai Baekhyun yang takkan
meninggalkannya sendirian setelah membuat keputusan yang membuat Baekhyun bahagia.
Krystal tak suka ini. Ini bisa membuatnya goyah. Membuatnya ingin terus
melanjutkan perjodohan itu dan mengikat Baekhyun agar tak pergi kemana-mana.
Tapi bagaimana ia bisa? Akhir-akhir ini, setelah kejadian itu, Krystal tak bisa
melewatkan hari tanpa harus melihat, sengaja atau tidak sengaja, Baekhyun
begitu bahagianya bersama Jieun. Bagaimana ia bisa meneruskan perjodohan ini
jika Baekhyun, sebesar apapun usahanya tetap tak bisa membalasa perasaannya.
Jadi dengan sangat berat Krystal memutuskan ini. Memutuskan untuk membatalkan
perjodohan dua keluarga yang sudah lama dibangun itu. Krystal tak peduli,
sepicik apapun dirinya sendiri, Krystal tak ingin menjadi penghalang
kebahagiaan Baekhyun. Meski ia tetap tak bisa menerima Jieun, setidaknya yang
ia pikirkan adalah Baekhyun. Walaupun Krystal sendiri juga terkejut akan
dirinya yang seperti ini, dirinya yang akhirnya menyerah untuk kebahagiaan
Baekhyun, dia hampir tak mengenali dirinya sendiri saat ini. Dan Jung Krystal
sudah melakukannya, meski sekali saja, membiarkan orang lain bahagia di atas
penderitaannya, kali ini Krystal menyerah.
“Kau
tak perlu berterima kasih. Maaf aku sedang belajar.” Kata Krystal akhirnya. “Ku
harap kau maafkan aku…” kalimat terakhirnya ia katakan dengan lirih, Baekhyun
takkan bisa mendengarnya jika dia tak benar-benar mempehatikannya.
“Krystal..
kau tak bersalah padaku. Aku yang harus minta maaf padamu.” Kata Baekhyun tapi
dia tersenyum pada akhirnya. Tersenyum pada Krystal untuk pertama kalinya
secara tulus, karena Krystal ssendiri. Dan Krystal mendapat sedikit hadiah dari
sikap baiknya ini. Dia takkan pernah melupakan senyum baekhyun yang satu ini.
Tak akan.
***
Mereka
sudah melewati ujian mereka. Senyum-senyum lega bisa terlihat di wajah
murid-murid sekolah itu. Betapa senangnya merasakan kepala yang tadinya berat
sudah terasa ringan kembali, meski mereka masih menunggu hasil nilai mereka
semua, setidaknya beban mereka sudah hilang lebih dari separuhnya.
Baekhyun
dan teman-temannya akhirnya menemukan hari yang tepat untuk pergi ke taman
hiburan bersama-sama. Dengan senangnya mereka bertemu di salah satu halte dekat
sekolah agar bisa berangkat bersama hari ini. Semua sudah sampai di halte itu
kecuali Jieun. Mereka sedang berbincang bodoh untuk menghabiskan waktu saat
Jieun datang, tidak sendiri namun bersama Changjo. Membuat Baekhyun
mengerucutkan bibirnya kesal. Ya, lagi-lagi kesal dan membuat Jongdae dan
Chanyeol terbahak.
“Terima
kasih sudah mengantarku.” Jieun tersenyum melepas Changjo, “Kau yakin kau tidak
ingin ikut?”
“Aku
tidak akan ikut.” Changjo tersenyum. Rasanya Changjo hari ini memang berbeda.
Dia banyak tersenyum, terutama di hadapan Jieun saat mereka berkumpul di kafe
Kyuhyun tadi dengan pengendali waktu lainnya. “Sudah kubilang aku lebih ingin
mengajakmu ke tempat lain. Ini untuk terakhir kalinya aku tanya padamu noona,
Haruskah kau pergi bersama mereka daripada pergi bersamaku?” Changjo masih
menunjukkan senyumnya.
Jieun
juga tersenyum, “Sudah ku bilang juga aku sudah janji pada mereka sejak lama.
Lain kali kita pergi bersama. Kita bicarakan semuanya sampai tuntas. Hm? Aku
sudah melakukannya selama 33 hari Changjo-ah.” Jieun tersenyum, namun senyum di
wajah Changjo hilang sekilas sebelum ia mengembalikan senyum itu dengan cepat,
membuat Jieun memikirkan sesuatu.
“Cepatlah
Jieun! Suamimu sudah matang terbakar!” teriak Chanyeol dari halte, membuat
Jieun dan yang lain tersenyum. Baekhyun menginjak kaki Chanyeol keras-keras.
“Baiklah.
Anyeong!” Jieun melambaikan tangannya.
“Bersenang-senanglah
noona.” Changjo pun pergi.
Jieun
menghampiri teman-temannya. Lalu mereka menaiki bus yang membawa mereka ke
taman hiburan yang mereka tuju setelah menunggu beberapa saat.
Jieun
dan Baekhyun duduk berdua di kursi yang agak belakang. Melihat teman-teman
mereka yang lain bersenda gurau di kursi-kursi depan mereka.
"Kalian
sudah berterima kasih pada Krystal kan?" tanya Jongdae pada Jieun dan
Baekhyun sambil menoleh ke belakang.
"Tentu
saja sudah. Memang kenapa?" tanya Baekhyun.
"Aku
dengar kenaikan kelas ini dia.." perkataan Chanyeol dipotong oleh Jieun.
"Dia
akan pindah ke luar negeri." Jongdae dan Chanyeol mengangguk bersama
sedangkan Baekhyun agak terkejut mendengarnya, apalagi dari mulut Jieun. Bahkan
dia sendiri belum mendengarnya sama sekali.
Baekhyun
melempar pandang tanya Jieun saat Jongdae dan Chanyeol sudah kembali menghadap ke depan. "Dia bicara padaku.
Semalam. Dia meminta maaf padaku, meski aku juga merasa bersalah padanya."
"Sungguh?"
Baekhyun senang mendengarnya. Mendengar Krystal akhirnya mau bicara dengan Jieun,
secara baik-baik. Dia senang bisa tahu bahwa hubungan Jieun dan Krystal bisa
semakin baik.
Baekhyun
menggenggam tangan Jieun erat sambil tersenyum, lalu menyandarkan kepala Jieun
di pundaknya. Mereka berdua tersenyum sepanjang perjalanan dalam bus.
Mereka
sampai di taman hiburan dan sama sekali tidak menyia-nyiakan waktu untuk
menaiki wahana-wahana yang ada di sana. Dan tentu saja, tangan Baekhyun tak
pernah lepas dari tangan Jieun. Biarpun tangan mereka kebas, mereka tak
melepasnya.
Mereka
semua tertawa bebas, menertawakan tingkah-tingkah bodoh teman mereka,
menertawakan diri mereka sendiri, tertawa bersama saat melihat sesuatu yang mereka
sukai, dan tertawa karena mereka cukup bahagia hari ini. Bisa menghabiskan
waktu semenyenangkan ini bersama teman-teman mereka sendiri.
Hingga
matahari sudah mulai turun dan menandakan hari sudah sore, mereka baru merasa
lelah, lelah yang menyenangkan, mereka beristirahat. Mereka duduk sembarangan
di taman yang ada di tengah tempat itu. Jieun dan Baekhyun duduk di salah satu
kursi taman yang ada. Baekhyun menyandarkan kepalanya di bahu Jieun, mengeluh
kelelahan tapi senyum masih mengembang di wajahnya.
"Eunji-ah!
Kami butuh ice cream!" teriak Chanyeol kemudian.
"Ya!
Kenapa kau malah lapor padaku? Apa hubungannya aku dengan kebutuhan ice cream
kalian?" tanya Eunji sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan topi yang ia
bawa.
"Kau
bilang kau akan naik semua wahananya. Tapi bahkan kau tak berani naik roler
coasternya. Dasar penakut." kali ini Jongdae yang bicara.
"Tapi
dia sudah naik ayunan tadi. Berkali-kali." Kali ini Jiyoung yang bicara
dengan tawanya. Eunji melempar pandangan mematikannya pada Jiyoung.
"Bukankah
dia yang paling semangat untuk merayakan hari ini kemarin?" tanya Jongin
sambil mengeluarkan sapu tangannya untuk Jiyoung, agar digunakan Jiyoung
mengelap keringat di keningnya.
"Jadi
karena kau tidak asyik. Kau traktir kami semua ice cream disana." Chanyeol
menunjuk kedai ice cream yang tidak jauh dari tempat mereka berada.
"Ya!
Kenapa kalian tidak adil? Apa kalian tidak tahu apa itu takut ketinggian? Aku
memang tak bisa menaikki semua itu." kelak Eunji.
“Aigoo
kemana perginya Eunji yang perkasa itu?” ejek Chanyeol. Eunji melempar topi di
tangannya ke wajah Chanyeol.
Mereka
tertawa. "Sudah biar aku
saja!" Baekhyun lalu menawarkan diri.
Melihat
itu Eunji langsung berubah pikiran, "Baiklah baiklah baiklah." Eunji
dengan wajah kesalnya menghampiri kedai ice cream itu.
Jongdae
dan Chanyeol mengikuti Eunji untuk mendiktenya tentang rasa-rasa kesukasaan
temannya. Jongin, Jiyoung, Jieun dan Baekhyun memperhatikan mereka dari tempat
mereka duduk dan melihat keterkejutan Eunji tak lama kemudian.
Eunji
baru mau memesan ice cream yang ingin dia beli saat dia akhirnya melihat dengan
benar orang yang akan melayani pesanannya, "Kau?" Eunji serasa
dilanda becana. Mengapa di saat seperti ini, disaat dia ingin menghindari semua
itu, lelaki ini muncul begitu saja di hadapannya?
"Kim
Myungsoo?" tanya Jongdae dan Chanyeol bersamaan setelah mereka juga
melihat penyebab keterkejutan Eunji. Seketika tawa mereka berdua meledak,
membuat Myungsoo mengerutkan keningnya tak mengerti keadaan yang menimpanya
ini.
"Dari
sekian banyak tempat bekerja sambilan, kenapa kau harus bekerja di sini?"
tanya Eunji kesal.
"Memangnya
kenapa?" tanya Myungsoo heran.
"Aish..
Sudah diamlah!"
Mereka
semua tertawa lagi melihat itu. Jieun dan Baekhyun saling menatap, saling
bertukar pandang mengerti. Mengerti bahwa keadaan ini adalah yang paling baik
di antara mereka dan teman-temannya. Dimana Jongdae dan Chanyeol dengan usaha
mereka membantu Eunji mendekati Myungsoo, meskipun Eunji lebih menganggapnya
sebagai mimpi buruk. Dimana Jiyoung sudah benar-benar berhenti melakukan semua
yang biasa ia lakukan pada Jongin karena sekarang Kim Jongin lah yang melakukan
semua itu pada Jiyoung. Jongin yang akan memastikan semuanya baik-baik saja
untuk Jiyoung. Dan Jiyoung akan memilih bunuh diri jika dia disuruh
menghilangkan perasaanya terhadap Jongin yang sudah semakin kuat itu. Mereka bisa
melihat senyum-senyum tulus bahagia dari Jiyoung sekarang, tentu saja berkat
Jongin yang mulai mencoba menerima hati Jiyoung dan membuka hatinya sendiri.
Hanya proseslah yang akan menjawab hubungan mereka selanjutnya.
Jieun
tersenyum saat Jongdae mengantarkan ice cream untuknya dan Baekhyun. Lalu tertawa
saat Baekhyun mengeluh akan rasa ice creamnya yang tak cocok. Jieun benar-benar
menikmati saat-saat seperti ini. Dia takkan bisa membayangkan jika dia harus
meninggalkan kehidupan yang seperti ini. Dia suka hidupnya. Dan dia mencintai
lelaki di sampingnya itu sepenuh hati. Jieun ingin saat-saat seperti ini di
hidupnya bisa bertahan lama, sangat lama hingga dia bisa merasakan kebahagiaan
yang sebenarnya. Tapi sedetik kemudian semua itu mendadak berhenti. Berhenti tepat
dibagian dimana Jieun benar-benar bahagia.
Jieun
sedang menikmati ice creamnya dan menikmati keberadaan Baekhyun yang begitu
dekat di sampingnya sambil mendengarkan candaan-candaan Jongdae dan Chanyeol
serta tawa Jiyoung dan Jongin saat dia mendengar teriakan. Teriakan histeris
yang muncul bukan dari satu orang saja. Belum sempat ia mencari tahu apa yang
sebenarnya terjadi, tubuh Jieun terjatuh ke tanah dengan keras. Yang Jieun tahu
hanyalah, itu tadi tangan Baekhyun. Tangan Baekhyun yang mendorongnya sekuat
itu, hingga dia terpental jauh dari tempatnya tadi duduk. Ice creamnya sukses
mendarat di tanah rumput tempat ia juga terjatuh. Dan dari sekian banyak
teriakan yang sekarang semakin banyak terdengar, Jieun bisa mendengar jelas teriakan
Chanyeol, “BAEKHYUN!!!”
Hati
Jieun mencelos, dia sudah berhasil berdiri sekarang. Suasana taman hiburan
sudah tak seperti tadi yang ramai akan tawa bahagia orang-orang, sekarang
keramaian itu berubah menegangkan dan mengiris hati. Jieun melihat dengan jelas
sekarang dan dia dihantam keterkejutan yang dahsyat. Seketika itu juga Jieun
mengerti. Mengerti sesuatu yang jelas Changjo sudah mengerti sejak lama.
Mengerti arti senyum-senyum Changjo tadi. Mengerti mengapa Changjo berusaha
melarangnya pergi ke taman hiburan hari ini. Jieun mengerti.
Tubuh
Baekhyun terjebak di bawah ujung sebuah tiang penyangga lintasan wahana yang
roboh. Tubuh itu tak bergerak sama sekali. Darah mengalir deras dari kepalanya.
Orang-orang berhamburan mengerumuni Baekhyun. Teman-teman Jieun yang lain juga
melakukannya kecuali Jiyoung sekarang menangis dalam pelukan Jongin. Dan saat
orang-orang itu berhasil mengeluarkan tubuh Baekhyun ke tempat yang lebih baik,
Jieun seakan baru sadar, sadar yang sesungguhnya.
Kenyataan
bahwa Baekhyun menyelamatkan dirinya dan dengan bodohnya tak menyelamatkan
dirinya sendiri. Lupa akan keselamatannya sendiri setelah berusaha
menyelamatkan Jieun. Jieun segera menghampiri tubuh Baekhyun dan hatinya serasa
dihujam beribu pedang saat tak ada nafas yang keluar dari hidung Baekhyun,
ataupun jantungnya sama sekali tak menunjukkan kehidupan, seperti nadinya yang
juga sama sekali tak berdenyut.
Chanyeol,
Jongdae, dan Eunji bahkan Myungsoo yang baru datang pun sedang panic. Mereka berkali-kali
berusaha memanggil Baekhyun, berharap lelaki itu akan menjawab. Dan sepersekian
detik Jieun tak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia tak bisa membayangkan jika
senyum itu takkan terlihat lagi, tawa itu takkan terlihat lagi, dan hati itu
takkan ada lagi. Jieun tak bisa. Dan Baekhyun tak bisa meninggalkan dunia ini
begitu saja. Dia tak boleh pergi begitu saja. Tidak setelah semua kebaikan yang
ia lakukan, setelah semua usahanya membuat sekitarnya membaik. Jieun tak bisa. Lalu
saat itu juga dia mengerti yang harus dia lakukan. Jieun memejamkan matanya. Meski
ia bisa membayangkan Changjo mati-matian melarangnya dalam kepalanya, Jieun
berusaha berkonsentrasi penuh. Jieun mengembalikan waktu.
Saat
Jieun membuka matanya, dia masih duduk. Duduk di samping Baekhyun. Jongdae
sedang mengantarkan ice cream mereka. Seketika itu juga Jieun merasa lega itu
berhasil. Merasa lega Baekhyun masih hidup dan tersenyum padanya.
Jieun
menarik lengan Baekhyun untuk pergi dari tempat mereka duduk dan menghampiri
teman-temannya yang lain, ke tempat yang lebih aman.
“Kau
kenapa Jieun-ah?” tanya Baekhyun bingung. Teman-teman mereka yang lain
memperhatikan sepasang kekasih itu.
Tanpa
buang waktu Jieun memeluk Baekhyun membuat Baekhyun terkejut, “Saranghae…” kata
Jieun. “Mianhae..” lalu tanpa mempedulikan teriakan godaan teman-temannya yang
lain, Jieun menciumnya.
Baekhyun
terbelalak, tapi ia segera menutup matanya, larut dalam ciuman Jieun. Dan setelah
itu Lee Jieun tak pernah terlihat lagi.
***
20 years later…
“Hati-hati
Hyunie.” Kata Baekhyun pada anak laki-lakinya yang baru berumur 5 tahun itu.
“Ayo
Appa! Cepat! Apa kita belum sampai?” tanya Hyun pada ayahnya sambil berlari
kecil melewati ranting-ranting pohon yang berserakan di atas tanah hutan itu.
Baekhyun lega tempat ini masih berupa hutan dan orang-orang belum menjadikannya
apartemen-apartemen bergedung tinggi seperti tempat lain.
“Sudah.
Kita sudah sampai.” Baekhyun tersenyum sambil meraih tangan anaknya, membuatnya
menghentikan larinya. Lalu mereka duduk di atas bongkahan kayu yang sudah
terlihat benar-benar tua.
Baekhyun
mencari-cari batu penanda disekitar situ dan tersenyum saat menemukannya sudah
lapuk, namun masih bisa dilihat.
“Ah,
apa itu makam cinta pertama Appa?” tanya Hyun sambil mendekati batu yang disentuh
Baekhyun. “Kenapa kecil sekali?”
Baekhyun
tersenyum, “Ani, ini makam Jiji. Kau ingat Jiji?”
“Ah
aku ingat.” Hyun mengacungkan tangannya dengan semangat, “Itu kelinci punya
cinta pertama Appa kan?” Baekhyun tersenyum lagi sambil membelai rambut Hyun.
“Ini
tempat yang bagus kan?” tanya Baekhyun pada malaikat kecilnya itu.
“Ya.
Ini tempat yang bagus. Aku suka di sini. Sudah lama aku ingin kesini.” Jawab Hyun
dengan berbinar.
“Maaf
Appa baru bisa mengajakmu sekarang.”
Hyun
hanya tersenyum sambil menggeleng, “Tidak apa Appa. Hyun mengerti Appa sedang
sibuk.” Ia lalu duduk dipangkuan Ayahnya. “Lalu dimana makam cinta pertama Appa
itu? Aku ingin mengunjunginya. Aku ingin berterima kasih karena dia sudah
membuat Appaku bahagia.”
Baekhyun
mengingatnya. Semua masih jelas dalam pikirannya. Wajah Jieun, senyum Jieun,
segalanya tentang Jieun, meski itu hanya sebatas kenangan, “Makamnya tidak ada.
Dia tidak pernah dimakamkan.” Dan semua perkataan Changjo padanya waktu itu
masih terngiang di kepalanya.
“Hyung tahu Noona adalah pengendali waktu
sepertiku kan? Semua pengendalian waktu yang dilakukan akan mengurangi umur
pengendalinya. Dan saat aku pertama kali bicara pada noona waktu itu, umurnya
sudah tinggal 10 bulan. Meskipun ada cara untuk menghilangkan kemampuan itu dan
mengembalikan semua umurnya, aku tahu jika noona bertemu denganmu lagi, dia
takkan bisa mempertahankan umurnya. Jika dia bertemu denganmu lagi, pada
akhirnya dia tetap akan meninggalkan kita semua terlebih dulu. Dan aku sempat
berniat menjauhkanmu dari noona setelah aku mengetahui masa depan noona yang
seperti itu, tapi apa aku tega melakukannya jika itulah kebahagiaan noona. Jadi
aku membiarkan kalian bersama. Dan aku memang tak bisa mencegah takdir yang
sudah digariskan untuk setiap manusia.
Dan saat dia mengembalikan waktu untuk menyelamatkanmu dari kematian,
itu membuatnya kehilangan umurnya selama 1 tahun, karena umur noona bahkan
kurang dari setahun, jelas dia kehabisan waktu. Para pengendali waktu yang
kehabisan waktu di dunia ini akan hilang. Tubuhnya akan dibawa pergi oleh waktu
itu sendiri. Mayatnya takkan pernah ditemukan. Dan dia dihapus dari dunia ini
begitu saja. Tapi aku yakin noona bahagia bersamamu walau dalam waktu sesingkat
itu. Aku juga ingin berterima kasih padamu hyung, sudah memberinya kebahagiaan
yang berharga dalam sisa hidupnya. Gomawo..”
Betapa sedih dan
hancurnya Baekhyun saat itu. Bahkan dia tak bisa berhenti menangis waktu itu. Dia merasa menjadi orang paling bodoh di dunia ini
yang tidak mengetahui apa-apa tentang kemampuan Jieun. Yang tidak mengetahui
kesulitan terbesar Jieun dalam hidupnya. Baekhyun menyesal ia tak bisa
membahagiakan Jieun lebih lama. Dan dia menyesal mengajak Jieun ke taman
hiburan hari itu. Dia menyesal hanya mencintai Jieun seperti itu, harusnya dia
bisa mencintai Jieun lebih dalam lagi. Melakukan hal yang tak bisa ia lakukan
terlebih dahulu dan mungkin lebih sering memeluk Jieun dan lebih sering membuatnya
tersenyum. Baekhyun menyesal.
Namun Baekhyun
sudah bisa melepaskan semuanya sekarang. Dia yakin Jieun juga takkan suka
melihatnya terlarut dalam kesedihan itu. Semua hal yang mengecewakan akibat
kepergian Jieun, sudah berhasil ia lepaskan. Baekhyun tidak hanya menangis
dengan kenangan-kenangan Jieun sekarang, dia juga tersenyum karenanya. Tapi
Baekhyun takkan melupakan Lee Jieun. Gadis yang pernah mengisi hatinya. Cinta pertamanya.
Dan dia takkan menyia-nyiakan kesempatan hidup yang Jieun berikan padanya. Semua
perngorbanan Jieun untuknya.
“Kau
tak perlu mengunjungi makamnya jika kau ingin berterima kasih Hyunie-ah.. dia akan
selalu bisa mendengarmu dimana saja. Kau juga bisa mengatakannya di hadapan
Appa.”
“Begitukah?”
Hyun tersenyum senang dan seketika berteriak, “Bibi Lee Jieun! Gomawoyo! Berkat
kau Appa bisa jadi orang paling bahagia seperti ini! Terima kasih sudah menjaga
Appaku selama aku belum ada!”
Baekhyun
tersenyum dan memeluk anaknya. “Anak baik. Ayo kita kembali ke mobil. Kasihan jika
Eomma menunggu terlalu lama. Kajja!” Baekhyun beranjak berdiri bermaksud
mengajak anaknya kembali.
“Ah,
tidak… aku masih mau disini. Jangan pulang dulu…” rengek Hyun.
“Ayolah,
hari sudah semakin sore. Kita bisa kesini lain kali Hyunie..” Baekhyun menarik
lengan anaknya dan berjalan lebih dulu.
“Appa
jebal…” Hyun tak mau mengikuti Ayahnya dan bersikeras bertahan di tempat.
“Ayo
Hyunie!” Baekhyun bermaksud melanjutkan langkahnya dan menarik anaknya lagi
saat tiba-tiba semuanya berhenti. Hening dan daun yang tadinya tertiup angin
berhenti begitu saja di udara tanpa jatuh. Baekhyun benar-benar familiar dengan
keadaan ini. Baekhyun terkejut, dia segera berbalik menatap anaknya, menatap
Hyun yang hanya mengedipkan matanya, terlihat sudah terbiasa dengan apa yang
dia lakukan.
THE END
asdgjklqwiopzxcvbnm!@#$%^&*()
BalasHapusPertama saya mau bilang, saya gak bisa bayangin Eunji bonceng Myungsoo, itu terlalu absurd.
Part dimana Jieun tiba-tiba mendengar teriakan, dia terlempar, es krim jatuh, terus sadar Baekhyun berdarah, itu best part dalam fic ini. Sumpah itu sakiiit!
Meskipun agak mengecewakan tapi suka model ending fic yang macam begini. Meskipun berharap tau siapa eomma Hyun itu, pengen tau gimana teman yang lain. Suka sama endingnya meskipun mengecewakan.
kalo bayanginnya mereka pake motor gede ato motor sport emang sulit, bayangin aja mereka pake motor matic biasa XD
Hapussooo what should i say now??XD
ok thanks for reading and commenting and stay with them untill the end of the storyXD
arghh.. sorry, aku baru comment di part ini, tepat nya last part T^T
BalasHapusaku suka banget story2 disini, dari awal yg berkaitan dengan IU. Ku mohon buat story baru lagi ya, yg berkaitan dengan IU tentu nya, thanks banget ><
haha gapapa^^ makasih udah suka cerita2 di sini ya. sering mampir ya..
Hapussiapa eomma hyun itu ha?? berani2nyaaaaaaaaaaaa #apalah?. sumfee ya changjo ternyata dia... baekhyun thor haduhh seneng nemen nang penokohan macem ngene thor..
BalasHapusKeren banget seriusss..
BalasHapusAku nangis lohh thor/? TT.TT
Daebakk!!!!!!
Terharu sama pengorbanan IU
makasih sudah baca^^
Hapuswhat...uri IU T_T
BalasHapustragis bgt tsi hehe,
btw yg jd ibu nya hyun siapa?
ff nya keren ^^
kalau bisa bikin ff maincast. IU lg y hehe
thanks thor udah bikin ff IU^^
kalo masalah ibunya hyun, terserah reader mau siapa aja hehe XD
Hapusthanks udah baca^^