Halaman

Minggu, 26 Januari 2014

[FANFIC] The Time Controller (last part)




            Jongin tak bersuara sama sekali sepanjang perjalanan dia bahkan tak menatap hujan di luar jendela seperti yang Jiyoung lakukan. Pandangannya kosong ke arah sepatunya. Jiyoung juga tak mampu bersuara hingga taksi yang mereka naiki sampai di depan rumah Jongin.

            Sebelum turun Jongin lalu menatap Jiyoung. Membuat Jiyoung sedikit terkejut. “Berhentilah!” kata Jongin kemudian. Walaupun itu bisa berarti apapun, perkataan itu jelas menamparnya. Kata-kata inilah yang ia takuti selama ini. Bahwa Jongin akan menyuruhnya berhenti melakukan apapun yang sedang ia lakukan untuk Jongin. Berhenti merepotkan Jongin. Berhenti menyukainya. Jiyoung tak mau melakukannya, apapun itu itu, Jiyoung tak ingin berhenti.
            “Jongin-ah?” Jiyoung sudah ingin menangis sekarang. Dan dia merasa bodoh, karena bahkan di saat seperti ini yang paling ia khawatirkan adalah perasaan Jongin setelah melihat Krystal dan Baekhyun tadi.
            Dengan cepat Jongin membuang muka dan turun dari taksi. Membiarkan dirinya seketika basah kuyup terkena hujan. Dengan cepat pula Jiyoung membayar taksinya dan meyusul Jongin.
            “Jongin-ah! Jongin dengarkan aku! Jongin kau harus dengar yang kau katakan!” Jiyoung juga sudah basah kuyup sekarang, tapi ia berhasil membuat Jongin berhenti. “Mianhae.” Jiyoung juga sudah benar-benar menangis sekarang. “Baiklah aku akan berhenti. Aku akan berhenti merepotkanmu. Aku akan berhenti memperhatikanmu dan aku akan mencoba sekuat mungkin agar aku tidak menyukaimu lagi. Tapi aku mohon maafkan aku. Aku benar-benar tahu kau sedang sangat sedih saat ini setelah semua yang kita lihat tadi. Tapi aku mohon kau maafkan aku. Aku janji aku akan benar-benar berhenti. Aku akan..berhenti.” jelas Jiyoung panjang lebar sambil menangis tersedu-sedu. “Aku..” Jongin segera memotongnya saat Jiyoung akan meneruskan perkataannya yang sepertinya tak berujung itu.
            “Kang Jiyoung!” lalu ekspresi Jongin melunak. “Kenapa kau selalu sok tahu tentang perasaanku? Bisakah kau berhenti melakukan ini semua? Berhenti membuatku khawatir? Berhenti membuatku merasa bersalah?”
            Jiyoung tak begitu bisa mencernanya dia hanya menatap Jongin dengan mata sembabnya.
            “Bahkan semua rasa sedihku karena Krystal tak pernah benar-benar muncul ke permukaan karena rasa kekhawatiranku padamu selalu mendominasi. Bisakah kau berhenti membuatku terlihat seperti penjahat?” Dan kali ini Jongin benar-benar mengeluarkan isi hatinya yang sebenarnya.
            “Aku tahu ini terlalu sulit untukmu. Dan ini juga sulit untukku. Bagaimana bisa aku selalu membuat sahabat terbaikku terluka karenaku? Mana mungkin aku bisa Jiyoung-ah?”
            “Mianhae Jongin-ah..Aku akan berhenti menyukaimu.” Kata Jiyoung putus asa.
            “Tidak. Meski ini sulit dan mungkin akan lama. Aku akan mencobanya. Jangan berhenti menyukaiku. Aku yang akan berhenti melukaimu.”
***

            Eunji mengentikan motor Myungsoo di tepi sungai besar tengah kotanya. Tempat dia biasa menghabiskan waktu sejak ia kecil dulu. Tanpa kata Myungsoo turun terlebih dahulu dari motornya dan berdiri di tepi sungai itu, berteduh di bawah sebuah pohon besar yang rindang.
            Eunji mengikutinya, berdiri agak jauh di sampingnya. Dia terus diam, mengabaikan tubuhnya yang terasa begitu dingin akibat kehujanan, hingga Myungsoo yang bersuara, “Dan ternyata ini memang sulit.”
            “Dan yang tadi itu memang terlalu sulit.” Jawab Eunji.
            “Seharusnya aku mendengarkanmu.”
            “Lagipula sejak kapan Kim Myungsoo mendengarkan orang lain?”
            Myungsoo tersenyum kecut. “Maaf merepotkanmu dan, terima kasih sudah membawaku pergi.” Lalu menatap Eunji setelah itu.
            Eunji segera menatap air mengalir di hadapannya, sama sekali tak berani melihat Myungsoo.
***

            Jieun belum mengembalikan waktu seperti semula. Dan dia juga Baekhyun sekarang sudah duduk di sebuah pohon besar yang tumbang.
            “Jadi ini makam Jiji?” tanya Baekhyun sambil melihat sebuah batu yang sudah berlumut di dekat kakinya. Terdapat beberapa bunga kering yang ditaruh Jieun minggu lalu.
            Jieun mengangguk.
            “Kenapa dia meninggal?”
            “Sakit, dua bulan setelah kau datang waktu itu.” Jawab Jieun. Ingatannya melayang. Dia masih bisa mengingat dengan jelas tangan kecil Baekhyun yang dengan senangnya mengelus bulu-bulu lembut kelincinya itu.
            Baekhyun tersenyum. “Jadi… karena kemampuanmu inilah kau bisa menghindari jebakan Chanyeol dan Jongdae?”
            Jieun tersenyum simpul dan mengangguk lagi.
            "Sepertinya kau sudah mengingatku sebelumnya? Kenapa kau menyembunyikannya dariku?" tanya Baekhyun tiba-tiba. Ini salah satu pertanyaan yang tidak ingin Jieun jawab.
            "Lee Jieun, aku yakin bahwa kau tahu aku menyukaimu. Aku yakin kau mengetahuinya. Tapi kenapa kau menghindariku? Lalu apa maksud kejadian barusan? Kenapa kau menangis melihat kejadian tadi?"
            Jieun tahu, meski tak pernah memikirkannya dengan sungguh-sugguh, bahwa Baekhyun menyukainya, bahwa Baekhyun tak pernah bisa menyukai Krystal karenanya, sejak dulu, sejak mereka bertemu pertama kali, seperti yang terjadi pada Jieun sendiri. Bahkan dalam hati kecilnya berharap Baekhyun memang menyukainya dari dulu hingga kini dan hingga kapanpun. Sepersekian detik tadi Lee Jieun sudah benar-benar yakin dia menyukai Byun Baekhyun seutuhnya. Tapi rasa bersalahnya pada Krystal dan keluarganya terus menghantuinya.
            "Jieun-ah, jawab aku." Baekhyun menggenggam tangan Jieun erat. Dia juga yakin bahwa Jieun juga menyukainya. Dia yakin, tapi dia juga butuh kejelasan agar membuatnya kuat melalui semua ini. "Aku benar-benar menyukaimu Jieun-ah."
            Jieun memejamkan matanya. Dia semakin tak ingin pergi dari dunia ini. Entah sekarang sudah tinggal berapa lama umurnya dengan dia menghentikan waktu seperti ini. Dia menyukai Baekhyun, dia tak ingin meninggalkannya, dia tidak ingin meninggalkan dunia ini. Setidaknya untuk Baekhyun.
            Jieun menatap Baekhyun, Baekhyun memandangnya penuh tanya, Jieun memejamkan matanya lagi lalu memeluk Baekhyun. Benar-benar tak ingin meninggalkan lelaki ini. Meskipun tanpa kata, Jieun berharap semua perasaannya bisa tersalurkan pada Baekhyun.
            Dan Baekhyun mengerti. Ia membalas pelukan Jieun dengan senyumnya. Dia merasa kuat menghadapi semua ini dan bahkan tantangan-tantangan yang pasti akan datang setelah ini.
***

            Baekhyun melihat Jieun beranjak pergi dari salah satu meja di kantin sekolah saat ia datang. “Jieun-ah? Kau sudah selesai makan?” dan itu dijawab dengan anggukan oleh Jieun sambil tersenyum menatap Baekhyun.
            “Kau mau pergi?” tanya Baekhyun lagi. Dia benar-benar menyukai perubahan yang satu ini. Tak ingin memikirkan yang lain dulu, dia masih terlalu bahagia menerima kenyataan bahwa Jieun membalas perasannya.
            “Ya, aku duluan.” Jawab Jieun manis lalu pergi dari tempat itu melakukan hal yang sejak kemarin ingin ia lakukan.
            Baekhyun makan siang tanpa Jongin dan Jiyoung hari ini. Mereka sedang menyibukkan diri diperpustakaan, entah untuk apa. Tak ada yang tahu.
            “Ya! Apa yang terjadi antara kalian berdua?” tanya Chanyeol heran dengan cengiran di wajahnya saat mereka sudah duduk di satu meja.
            “Bagaimana Lee Jieun bisa tersenyum seperti itu? Ini langka. Byun baekhyun apa yang kau lakukan padanya?” tambah Jongdae heran. Eunji juga benar-benar penasaran karena yang dia tahu kejadian kemarin sangatlah tidak baik. Tapi kenapa Jieun malah seperti itu?
            Baekhyun tersenyum mengingat kejadian kemarin. Saat ia menghabiskan waktu bersama Jieun. Jieun yang selama ini memang ia kenal. “Bagaimana kalau aku tak mau menceritakannya pada kalian?” goda Baekhyun sambil tersenyum senang.
            Temannya yang lain saling menatap, merasa heran dengan Baekhyun yang satu ini.
            “Baekhyun, jelaskan. Atau aku mati penasaran sekarang. Kau tidak tahu kan kemarin…” Eunji lalu berhenti sejenak untuk menatap teman-temannya itu lalu meneruskan perkataannya. “Aku, Jiyoung, Jongin, dan Myungsoo melihatmu berciuman dengan Krystal?” kata Eunji akhirnya membuat Baekhyun, Jongdae, dan Chanyeol terbelalak.
            “SUNGGUH?” teriak Jongdae dan Chanyeol bersamaan. Dan seketika Jongdae menutup mulut Chanyeol saat Chanyeol juga menutup mulut Jongdae, jelas itu terlalu keras untuk menarik perhatian orang lain.
            “Itu… itu kecelakaan. Aku tak mengharapkannya terjadi.” Jelas Baekhyun akhirnya. “Tapi.. karena itulah aku bisa mengerti perasaan Jieun yang sebenarnya.”
            “Mwo?” tanya Eunji tak mengerti.
            “Jadi, Krystal yang menciummu?” tanya Chanyeol dengan berbisik.
            “Dia yang memaksa menciummu?” tambah Jongdae juga dengan bisikan.
            “Saat itu aku lihat Jieun menangis. Dan aku segera mengejarnya. Dan aku yakin dia juga menyukaiku.” Baekhyun berusaha menahan senyumnya mengingat ciumannya dengan Jieun kemarin.
            “Jadi kalian sudah jadian?” tanya Jongdae. “Dengan kejadian yang seperti itu?”
            Baekhyun tidak bisa menjawab yang satu ini. Meski dia yakin dia dan Jieun sudah sampai pada tahap itu, yang tak ia yakini adalah presepsi Jieun tentang keadaan ini. Dan Baekhyun belum bisa memutuskan.
            “Lalu apa yang terjadi pada Jongin dan Myungsoo kalau begitu?” tanya Chanyeol pada Eunji.
            “Jelas itu menghantam Jongin dengan keras. Tapi Jiyoung meneleponku semalam. Dia menangis. Tetapi dia senang. Dia tidak mengatakan semuanya dengan jelas, tapi sepertinya Jiyoung sedang bahagia bukan main. Karena kalian bisa lihat sendiri bagaimana mereka berdua tadi di kelas, hubungan mereka semakin baik. Terutama bagi Jiyoung. Sedangkan aku, awalnya aku heran melihat taksi Jiyoung dan Jongin berbalik. Tapi aku mengerti setelah melihat Myungsoo mematung. Melihat adegan yang juga dilihat Jongin.” Eunji berhenti sejenak seakan tidak yakin untk meneruskan kalimatnya, “Lalu… lalu aku harus menyetir motornya dan membawanya pergi dari sana. Karena dia mematung… benar-benar mematung.”
            Baekhyun memegang pundak Eunji, “Mianhae..” dia tak menyangka teman-temannya melihat kejadian itu kemarin dan bahkan terluka karenanya. Baekhyun benar-benar tidak tahu. Dia menyesal menunjukkan kebahagiaannya dengan Jieun barusan.
            Sedangkan Jongdae dan Chanyeol saling menatap, sepertinya mereka berbagi pikiran yang sama. “Jadi, Jung Eunji, cepat jelaskan pada kami sekarang.” Kata Jongdae dengan gaya interogasinya.
            “Ada apa sebenarnya antara kau dan Kim Myungsoo?” tanya Chanyeol.
            Eunji hanya diam. Dia yakin, jelas teman-temannya semakin lama akan semakin menyadarinya. Dia hanya menatap Chanyeol dan Jongdae yang penasaran hebat.
            “Wae?” tanya Baekhyun tak mengerti.
            “Pasti ada sesuatu, jelaskan!” kata Chanyeol.
            “Ya, karena kita sudah melihat perkembangannya kita anggap masalah Jiyoung dan Jongin sudah membaik, tinggal kita serahkan saja pada mereka berdua. Sekarang kau. Cukup bersikap sok kuat lagi Jung Eunji. Kau menyukai Kim Myungsoo kan?” Jongdae berbisik di akhir kalimatnya.
            Chanyeol mengangguk sedangkan Baekhyun terbelalak. “Mwo?”
            Eunji masih menatap teman-temannya, enggan menjelaskan semuanya. Toh mereka sudah tahu yang sebenarnya.
            “Eunji, apa itu benar? Lalu.. lalu bagaimana..” tanya Baekhyun khawatir. Seperti perasaan Jiyoung yang terus terluka saat melihat Jongin mengangumi sosok Krystal, Baekhyun jadi berpikir bagaimana perasaan Eunji selama ini tentang Myungsoo dan Krystal? “Apa itu sudah lama?”
            “Ani.” Jawab Eunji akhirnya. “Itu belum lama. Dan.. itu diluar kendaliku. Jangan bilang aku bodoh.. tapi.. memang aku bodoh..” Eunji menundukkan kepalanya.
            “Ani, Eunji-ah, perasaan memang tak bisa diatur. Kau tidak bodoh Eunji-ah. Hm?” Baekhyun panik berusaha menguatkan Eunji. Baiklah, melihat Eunji yang biasanya kuat menjadi seperti ini membuat Baekhyun tergerak, bahkan dia terlihat lebih lemah dibandingkan Jiyoung selama ini. Sisi lain dari Eunji terlihat lagi.
            “Lalu apa yang dia katakan setelah kau membawanya pergi kemarin?” tanya Chanyeol mendadak serius.
            “Dia berterima kasih.” Jawab Eunji.
“Lalu apa sama sekali tak ada harapan untukmu? Si Myungsoo itu? Bukankah dia sudah tidak bersama siapa-siapa lagi?” Chanyeol meneruskan pertanyaan-pertanyaan yang bahkan Eunji tak bisa menjawabnya.
Dan itu semua membuat Eunji heran, “Ya! Park Chanyeol! Apa otakmu tidak tertukar lagi? Bagaimana kau bisa seserius ini soal  Kim Myungsoo?”
“Lalu apa dia mengatakan sesuatu yang membuatmu sakit hati?” kali ini Jongdae yang bertanya.
“Ya kenapa kau juga ikut-ikut?” kali ini Eunji tersenyum. “Tunggu dulu.. kalau kalian ingin menggunakan otak baru, kalian harus pelan-pelan. Kalian bisa membuat orang terkena serangan jantung.” Eunji tertawa.
“Ya! Memangnya kenapa?” tanya Jongdae.
“Selain kau, kami juga bisa menghajar orang. Kalau kau mau kami bisa hajar si Myungsoo itu.” Tambah Chanyeol.
            Dan Baekhyun ikut tersenyum melihat teman-temannya ini. Kesedihannya beberapa hari yang lalu sudah benar-benar hilang. Setidaknya untuk saat ini.
***

            Changjo berada di atap gedung sekolah lagi. Menunggu Jieun mengungkapkan yang ingin dia ungkapkan sejak tadi.
            “Beri tahu aku. Beri tahu aku cara menghilangkan kemampuan ini. Beri tahu aku.” Kata Jieun akhirnya. Semenjak ia mengakui perasaannya pada Baekhyun, hal inilah satu-satunya yang ia pikirkan. Dia tahu sisa umurnya tidak selama yang ia inginkan. Ia ingin segera bebas dari semua itu. Dia tidak ingin lagi menyimpan kemampuannya dan terus mengurangi umurnya sendiri. Tidak lagi, setelah apa yang terjadi antara dia dan Baekhyun. Jieun takkan bisa meninggalkan Baekhyun sekarang. Sudah ada hal yang menguatkannya untuk benar-benar tinggal lebih lama di dunia ini.
            Changjo menunjukkan ekspresi yang tak bisa Jieun baca. Entah apa yang sudah dia mengerti dan tak ia mengerti, Jieun tak tahu. Changjo hanya menatapnya.
            “Bantu aku Changjo-ah.. bantu aku kali ini saja.. jelaskan semua caranya. Aku ingin.. aku harus menghilangkan kemampuan ini. Aku masih punya cukup waktu kan? Kau tahu waktuku didunia ini masih lebih dari 100 hari kan?”
            Ada sekilas kesedihan dia wajah Changjo namun itu segera hilang saat ia menjawab, “Ya, kau masih punya cukup waktu noona.”
            “Jadi?”
            “Kau hanya perlu menghentikan pemakaian kemampuanmu tanpa berhenti selama 100 hari itu. Itu saja.”
            “Ya, aku akan melakukannya. Mulai hari ini juga. Aku akan menghilangkan kemampuanku.”  Jieun yang seperti ini. Jieun yang penuh dengan harapan dan semangat hidup. Changjo sangat menyukainya. Benar-benar menyukainya. Betapa inginnya dia memeluk gadis di hadapannya itu dan mencegahnya pergi ke pelukan lelaki lain. betapa inginnya dia melakukan itu. Tapi dia tahu dia takkan bisa. Mungkin memang ini takdirnya, hanya sebagai penolong Lee Jieun.
            “Gomawo Changjo-ah..” Jieun tersenyum. Namanya kali ini terdengar begitu merdu saat keluar dari bibir jieun, dan Changjo membencinya karena itu membuatnya semakin dalam menyukai Jieun. Mengapa disaat seperti ini, saat Jieun sudah berada di pelukan lelaki lain, Jieun bisa menyebut namanya sebegitu indahnya? Changjo rasa dia benar-benar harus mengosongkan pikirannya. Atau dia tak kuat menahan hasratnya untuk menghilangkan Byun Baekhyun, lelaki yang mengisi hati Jieun, dari Dunia ini. Dan lagi-lagi dia merasa bodoh, bahkan untuk pemikiran-pemikiran semacam ini yang muncul di otaknya.
***

           
            Hari-hari mereka selanjutnya berjalan seperti biasa menurut mereka, kecuali Baekhyun dan Jieun, Jongin dan Jiyoung, Eunji dan Myungsoo bahkan Jongdae dan Chanyeol, seiring berjalannya waktu mereka tak sadar mereka sudah berubah. Berubah menuju kedewasaan. Kedewasaan yang tidak mereka sadari mungkin. Tapi yang jelas mereka sedang sibuk mempersiapkan ujian kenaikan kelas.
            Jongin dan Jiyoung jadi lebih sering menghabiskan waktu di perpustakaan, selain menyelesaikan tugas kelompok mereka dengan Baekhyun, sebisa mungkin mereka hanya fokus dengan ujian mereka, bukan perasaan mereka masin-masing. Perasaan yang beberapa hari kemarin menimbulkan permasalahan di antara mereka. Saat ini mereka benar-benar berusaha fokus untuk menampung semua pelajaran yang sudah mereka terima untuk bekal ujian.
            Eunji dan Myungsoo seketika mengurangi jadwal latihan tim basket mereka karena ujian yang akan datang. Tapi tak jarang Myungsoo akan bergabung dengannya dan teman-temannya yang lain di meja kantin untuk makan siang. Meskipun terlihat betul Myungsoo berusaha tak menghiraukan keakraban yang dijalin Baekhyun dengannya. Dan di saat-saat seperti itu Jongdae dan Chanyeol akan dengan seksama mengamati gerak-gerik Myungsoo dan Eunji lalu membahasnya setelah Myungsoo pergi, sudah seperti rutinitas baru bagi mereka. Niat mereka baik, namun pada akhirnya semua itu sering berakhir menjadi bahan candaan saja yang membuat Eunji jengkel.
            Changjo juga terus dipaksa untuk sering bergabung dengan mereka, agar benar-benar masuk dalam pergaulan mereka meski sulit, karena Changjo masih irit bicara, kecuali pada Jieun. Dan itu yang sering membuat Baekhyun menahan amarah cemburunya lalu meledakkannya saat Changjo sudah pergi. Membuat Jieun, Eunji dan Jiyoung hanya tertawa. Sedangkan Jongdae, Chanyeol dan Jongin berakhir menertawakannya. Itu yang menjengkelkan untuk Baekhyun. Dia tahu Changjo adalah satu-satunya orang yang tahu kemampuan Jieun sebelum Baekhyun tahu. Dan Baekhyun juga tahu bahwa Changjo juga memiliki kemampuan yang sama. Changjo dan jieun adalah teman berbagi cerita dari kemampuan mereka yang sama, tapi tetap saja, Baekhyun kurang bisa terima dengan kedekatan mereka. “Kenapa kau selalu lebih mudah bicara dengannya daripada denganku?” tanya Baekhyun suatu hari pada Jieun setelah melihat Jieun dan Changjo tertawa bersama tadi, itu membakarnya hidup-hidup. Dan Jongdae berserta Chanyeol hanya akan menjawab, “Redakanlah kecemburuanmu itu, Jieun gadis baik-baik, kau saja yang terlalu berlebihan.”
            Semua berjalan seperti biasa, baik-baik saja dan tak ada masalah, hingga di hari pertama ujian mereka, Baekhyun tiba-tiba berlarian mencari Krystal di kelasnya sebelum ujian dimulai. “Krystal apa benar kau yang membatalkan perjodohannya?”
            Saat itu Krystal berusaha tak menghiraukan Baekhyun, mencoba tetap fokus pada buku yang dipegangnya.
            “Krystal. Aku mohon dengarkan aku. Aku tahu ini tidak adil bagimu. Tapi aku… aku tidak bisa jika aku tidak berterima kasih padamu. Berterima kasih atas pengertianmu.” Krystal benci ini. Benci betapa baiknya htai Baekhyun yang takkan meninggalkannya sendirian setelah membuat keputusan yang membuat Baekhyun bahagia. Krystal tak suka ini. Ini bisa membuatnya goyah. Membuatnya ingin terus melanjutkan perjodohan itu dan mengikat Baekhyun agar tak pergi kemana-mana. Tapi bagaimana ia bisa? Akhir-akhir ini, setelah kejadian itu, Krystal tak bisa melewatkan hari tanpa harus melihat, sengaja atau tidak sengaja, Baekhyun begitu bahagianya bersama Jieun. Bagaimana ia bisa meneruskan perjodohan ini jika Baekhyun, sebesar apapun usahanya tetap tak bisa membalasa perasaannya. Jadi dengan sangat berat Krystal memutuskan ini. Memutuskan untuk membatalkan perjodohan dua keluarga yang sudah lama dibangun itu. Krystal tak peduli, sepicik apapun dirinya sendiri, Krystal tak ingin menjadi penghalang kebahagiaan Baekhyun. Meski ia tetap tak bisa menerima Jieun, setidaknya yang ia pikirkan adalah Baekhyun. Walaupun Krystal sendiri juga terkejut akan dirinya yang seperti ini, dirinya yang akhirnya menyerah untuk kebahagiaan Baekhyun, dia hampir tak mengenali dirinya sendiri saat ini. Dan Jung Krystal sudah melakukannya, meski sekali saja, membiarkan orang lain bahagia di atas penderitaannya, kali ini Krystal menyerah.
            “Kau tak perlu berterima kasih. Maaf aku sedang belajar.” Kata Krystal akhirnya. “Ku harap kau maafkan aku…” kalimat terakhirnya ia katakan dengan lirih, Baekhyun takkan bisa mendengarnya jika dia tak benar-benar mempehatikannya.
            “Krystal.. kau tak bersalah padaku. Aku yang harus minta maaf padamu.” Kata Baekhyun tapi dia tersenyum pada akhirnya. Tersenyum pada Krystal untuk pertama kalinya secara tulus, karena Krystal ssendiri. Dan Krystal mendapat sedikit hadiah dari sikap baiknya ini. Dia takkan pernah melupakan senyum baekhyun yang satu ini. Tak akan.
***

            Mereka sudah melewati ujian mereka. Senyum-senyum lega bisa terlihat di wajah murid-murid sekolah itu. Betapa senangnya merasakan kepala yang tadinya berat sudah terasa ringan kembali, meski mereka masih menunggu hasil nilai mereka semua, setidaknya beban mereka sudah hilang lebih dari separuhnya.
            Baekhyun dan teman-temannya akhirnya menemukan hari yang tepat untuk pergi ke taman hiburan bersama-sama. Dengan senangnya mereka bertemu di salah satu halte dekat sekolah agar bisa berangkat bersama hari ini. Semua sudah sampai di halte itu kecuali Jieun. Mereka sedang berbincang bodoh untuk menghabiskan waktu saat Jieun datang, tidak sendiri namun bersama Changjo. Membuat Baekhyun mengerucutkan bibirnya kesal. Ya, lagi-lagi kesal dan membuat Jongdae dan Chanyeol terbahak.
            “Terima kasih sudah mengantarku.” Jieun tersenyum melepas Changjo, “Kau yakin kau tidak ingin ikut?”
            “Aku tidak akan ikut.” Changjo tersenyum. Rasanya Changjo hari ini memang berbeda. Dia banyak tersenyum, terutama di hadapan Jieun saat mereka berkumpul di kafe Kyuhyun tadi dengan pengendali waktu lainnya. “Sudah kubilang aku lebih ingin mengajakmu ke tempat lain. Ini untuk terakhir kalinya aku tanya padamu noona, Haruskah kau pergi bersama mereka daripada pergi bersamaku?” Changjo masih menunjukkan senyumnya.
            Jieun juga tersenyum, “Sudah ku bilang juga aku sudah janji pada mereka sejak lama. Lain kali kita pergi bersama. Kita bicarakan semuanya sampai tuntas. Hm? Aku sudah melakukannya selama 33 hari Changjo-ah.” Jieun tersenyum, namun senyum di wajah Changjo hilang sekilas sebelum ia mengembalikan senyum itu dengan cepat, membuat Jieun memikirkan sesuatu.
            “Cepatlah Jieun! Suamimu sudah matang terbakar!” teriak Chanyeol dari halte, membuat Jieun dan yang lain tersenyum. Baekhyun menginjak kaki Chanyeol keras-keras.
            “Baiklah. Anyeong!” Jieun melambaikan tangannya.
            “Bersenang-senanglah noona.” Changjo pun pergi.
            Jieun menghampiri teman-temannya. Lalu mereka menaiki bus yang membawa mereka ke taman hiburan yang mereka tuju setelah menunggu beberapa saat.
            Jieun dan Baekhyun duduk berdua di kursi yang agak belakang. Melihat teman-teman mereka yang lain bersenda gurau di kursi-kursi depan mereka.
            "Kalian sudah berterima kasih pada Krystal kan?" tanya Jongdae pada Jieun dan Baekhyun sambil menoleh ke belakang.
            "Tentu saja sudah. Memang kenapa?" tanya Baekhyun.
            "Aku dengar kenaikan kelas ini dia.." perkataan Chanyeol dipotong oleh Jieun.
            "Dia akan pindah ke luar negeri." Jongdae dan Chanyeol mengangguk bersama sedangkan Baekhyun agak terkejut mendengarnya, apalagi dari mulut Jieun. Bahkan dia sendiri belum mendengarnya sama sekali.
            Baekhyun melempar pandang tanya Jieun saat Jongdae dan Chanyeol         sudah kembali menghadap ke depan. "Dia bicara padaku. Semalam. Dia meminta maaf padaku, meski aku juga merasa bersalah padanya."
            "Sungguh?" Baekhyun senang mendengarnya. Mendengar Krystal akhirnya mau bicara dengan Jieun, secara baik-baik. Dia senang bisa tahu bahwa hubungan Jieun dan Krystal bisa semakin baik.
            Baekhyun menggenggam tangan Jieun erat sambil tersenyum, lalu menyandarkan kepala Jieun di pundaknya. Mereka berdua tersenyum sepanjang perjalanan dalam bus.
            Mereka sampai di taman hiburan dan sama sekali tidak menyia-nyiakan waktu untuk menaiki wahana-wahana yang ada di sana. Dan tentu saja, tangan Baekhyun tak pernah lepas dari tangan Jieun. Biarpun tangan mereka kebas, mereka tak melepasnya.
            Mereka semua tertawa bebas, menertawakan tingkah-tingkah bodoh teman mereka, menertawakan diri mereka sendiri, tertawa bersama saat melihat sesuatu yang mereka sukai, dan tertawa karena mereka cukup bahagia hari ini. Bisa menghabiskan waktu semenyenangkan ini bersama teman-teman mereka sendiri.
            Hingga matahari sudah mulai turun dan menandakan hari sudah sore, mereka baru merasa lelah, lelah yang menyenangkan, mereka beristirahat. Mereka duduk sembarangan di taman yang ada di tengah tempat itu. Jieun dan Baekhyun duduk di salah satu kursi taman yang ada. Baekhyun menyandarkan kepalanya di bahu Jieun, mengeluh kelelahan tapi senyum masih mengembang di wajahnya.
            "Eunji-ah! Kami butuh ice cream!" teriak Chanyeol kemudian.
            "Ya! Kenapa kau malah lapor padaku? Apa hubungannya aku dengan kebutuhan ice cream kalian?" tanya Eunji sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan topi yang ia bawa.
            "Kau bilang kau akan naik semua wahananya. Tapi bahkan kau tak berani naik roler coasternya. Dasar penakut." kali ini Jongdae yang bicara.
            "Tapi dia sudah naik ayunan tadi. Berkali-kali." Kali ini Jiyoung yang bicara dengan tawanya. Eunji melempar pandangan mematikannya pada Jiyoung.
            "Bukankah dia yang paling semangat untuk merayakan hari ini kemarin?" tanya Jongin sambil mengeluarkan sapu tangannya untuk Jiyoung, agar digunakan Jiyoung mengelap keringat di keningnya.
            "Jadi karena kau tidak asyik. Kau traktir kami semua ice cream disana." Chanyeol menunjuk kedai ice cream yang tidak jauh dari tempat mereka berada.
            "Ya! Kenapa kalian tidak adil? Apa kalian tidak tahu apa itu takut ketinggian? Aku memang tak bisa menaikki semua itu." kelak Eunji.
            “Aigoo kemana perginya Eunji yang perkasa itu?” ejek Chanyeol. Eunji melempar topi di tangannya ke wajah Chanyeol.
            Mereka tertawa.  "Sudah biar aku saja!" Baekhyun lalu menawarkan diri.
            Melihat itu Eunji langsung berubah pikiran, "Baiklah baiklah baiklah." Eunji dengan wajah kesalnya menghampiri kedai ice cream itu.
            Jongdae dan Chanyeol mengikuti Eunji untuk mendiktenya tentang rasa-rasa kesukasaan temannya. Jongin, Jiyoung, Jieun dan Baekhyun memperhatikan mereka dari tempat mereka duduk dan melihat keterkejutan Eunji tak lama kemudian.
            Eunji baru mau memesan ice cream yang ingin dia beli saat dia akhirnya melihat dengan benar orang yang akan melayani pesanannya, "Kau?" Eunji serasa dilanda becana. Mengapa di saat seperti ini, disaat dia ingin menghindari semua itu, lelaki ini muncul begitu saja di hadapannya?
            "Kim Myungsoo?" tanya Jongdae dan Chanyeol bersamaan setelah mereka juga melihat penyebab keterkejutan Eunji. Seketika tawa mereka berdua meledak, membuat Myungsoo mengerutkan keningnya tak mengerti keadaan yang menimpanya ini.
            "Dari sekian banyak tempat bekerja sambilan, kenapa kau harus bekerja di sini?" tanya Eunji kesal.
            "Memangnya kenapa?" tanya Myungsoo heran.
            "Aish.. Sudah diamlah!"
            Mereka semua tertawa lagi melihat itu. Jieun dan Baekhyun saling menatap, saling bertukar pandang mengerti. Mengerti bahwa keadaan ini adalah yang paling baik di antara mereka dan teman-temannya. Dimana Jongdae dan Chanyeol dengan usaha mereka membantu Eunji mendekati Myungsoo, meskipun Eunji lebih menganggapnya sebagai mimpi buruk. Dimana Jiyoung sudah benar-benar berhenti melakukan semua yang biasa ia lakukan pada Jongin karena sekarang Kim Jongin lah yang melakukan semua itu pada Jiyoung. Jongin yang akan memastikan semuanya baik-baik saja untuk Jiyoung. Dan Jiyoung akan memilih bunuh diri jika dia disuruh menghilangkan perasaanya terhadap Jongin yang sudah semakin kuat itu. Mereka bisa melihat senyum-senyum tulus bahagia dari Jiyoung sekarang, tentu saja berkat Jongin yang mulai mencoba menerima hati Jiyoung dan membuka hatinya sendiri. Hanya proseslah yang akan menjawab hubungan mereka selanjutnya.
            Jieun tersenyum saat Jongdae mengantarkan ice cream untuknya dan Baekhyun. Lalu tertawa saat Baekhyun mengeluh akan rasa ice creamnya yang tak cocok. Jieun benar-benar menikmati saat-saat seperti ini. Dia takkan bisa membayangkan jika dia harus meninggalkan kehidupan yang seperti ini. Dia suka hidupnya. Dan dia mencintai lelaki di sampingnya itu sepenuh hati. Jieun ingin saat-saat seperti ini di hidupnya bisa bertahan lama, sangat lama hingga dia bisa merasakan kebahagiaan yang sebenarnya. Tapi sedetik kemudian semua itu mendadak berhenti. Berhenti tepat dibagian dimana Jieun benar-benar bahagia.
            Jieun sedang menikmati ice creamnya dan menikmati keberadaan Baekhyun yang begitu dekat di sampingnya sambil mendengarkan candaan-candaan Jongdae dan Chanyeol serta tawa Jiyoung dan Jongin saat dia mendengar teriakan. Teriakan histeris yang muncul bukan dari satu orang saja. Belum sempat ia mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, tubuh Jieun terjatuh ke tanah dengan keras. Yang Jieun tahu hanyalah, itu tadi tangan Baekhyun. Tangan Baekhyun yang mendorongnya sekuat itu, hingga dia terpental jauh dari tempatnya tadi duduk. Ice creamnya sukses mendarat di tanah rumput tempat ia juga terjatuh. Dan dari sekian banyak teriakan yang sekarang semakin banyak terdengar, Jieun bisa mendengar jelas teriakan Chanyeol, “BAEKHYUN!!!”
            Hati Jieun mencelos, dia sudah berhasil berdiri sekarang. Suasana taman hiburan sudah tak seperti tadi yang ramai akan tawa bahagia orang-orang, sekarang keramaian itu berubah menegangkan dan mengiris hati. Jieun melihat dengan jelas sekarang dan dia dihantam keterkejutan yang dahsyat. Seketika itu juga Jieun mengerti. Mengerti sesuatu yang jelas Changjo sudah mengerti sejak lama. Mengerti arti senyum-senyum Changjo tadi. Mengerti mengapa Changjo berusaha melarangnya pergi ke taman hiburan hari ini. Jieun mengerti.
            Tubuh Baekhyun terjebak di bawah ujung sebuah tiang penyangga lintasan wahana yang roboh. Tubuh itu tak bergerak sama sekali. Darah mengalir deras dari kepalanya. Orang-orang berhamburan mengerumuni Baekhyun. Teman-teman Jieun yang lain juga melakukannya kecuali Jiyoung sekarang menangis dalam pelukan Jongin. Dan saat orang-orang itu berhasil mengeluarkan tubuh Baekhyun ke tempat yang lebih baik, Jieun seakan baru sadar, sadar yang sesungguhnya.
            Kenyataan bahwa Baekhyun menyelamatkan dirinya dan dengan bodohnya tak menyelamatkan dirinya sendiri. Lupa akan keselamatannya sendiri setelah berusaha menyelamatkan Jieun. Jieun segera menghampiri tubuh Baekhyun dan hatinya serasa dihujam beribu pedang saat tak ada nafas yang keluar dari hidung Baekhyun, ataupun jantungnya sama sekali tak menunjukkan kehidupan, seperti nadinya yang juga sama sekali tak berdenyut.
            Chanyeol, Jongdae, dan Eunji bahkan Myungsoo yang baru datang pun sedang panic. Mereka berkali-kali berusaha memanggil Baekhyun, berharap lelaki itu akan menjawab. Dan sepersekian detik Jieun tak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia tak bisa membayangkan jika senyum itu takkan terlihat lagi, tawa itu takkan terlihat lagi, dan hati itu takkan ada lagi. Jieun tak bisa. Dan Baekhyun tak bisa meninggalkan dunia ini begitu saja. Dia tak boleh pergi begitu saja. Tidak setelah semua kebaikan yang ia lakukan, setelah semua usahanya membuat sekitarnya membaik. Jieun tak bisa. Lalu saat itu juga dia mengerti yang harus dia lakukan. Jieun memejamkan matanya. Meski ia bisa membayangkan Changjo mati-matian melarangnya dalam kepalanya, Jieun berusaha berkonsentrasi penuh. Jieun mengembalikan waktu.
            Saat Jieun membuka matanya, dia masih duduk. Duduk di samping Baekhyun. Jongdae sedang mengantarkan ice cream mereka. Seketika itu juga Jieun merasa lega itu berhasil. Merasa lega Baekhyun masih hidup dan tersenyum padanya.
            Jieun menarik lengan Baekhyun untuk pergi dari tempat mereka duduk dan menghampiri teman-temannya yang lain, ke tempat yang lebih aman.
            “Kau kenapa Jieun-ah?” tanya Baekhyun bingung. Teman-teman mereka yang lain memperhatikan sepasang kekasih itu.
            Tanpa buang waktu Jieun memeluk Baekhyun membuat Baekhyun terkejut, “Saranghae…” kata Jieun. “Mianhae..” lalu tanpa mempedulikan teriakan godaan teman-temannya yang lain, Jieun menciumnya.
            Baekhyun terbelalak, tapi ia segera menutup matanya, larut dalam ciuman Jieun. Dan setelah itu Lee Jieun tak pernah terlihat lagi.
***

20 years later…
            “Hati-hati Hyunie.” Kata Baekhyun pada anak laki-lakinya yang baru berumur 5 tahun itu.
            “Ayo Appa! Cepat! Apa kita belum sampai?” tanya Hyun pada ayahnya sambil berlari kecil melewati ranting-ranting pohon yang berserakan di atas tanah hutan itu. Baekhyun lega tempat ini masih berupa hutan dan orang-orang belum menjadikannya apartemen-apartemen bergedung tinggi seperti tempat lain.
            “Sudah. Kita sudah sampai.” Baekhyun tersenyum sambil meraih tangan anaknya, membuatnya menghentikan larinya. Lalu mereka duduk di atas bongkahan kayu yang sudah terlihat benar-benar tua.
            Baekhyun mencari-cari batu penanda disekitar situ dan tersenyum saat menemukannya sudah lapuk, namun masih bisa dilihat.
            “Ah, apa itu makam cinta pertama Appa?” tanya Hyun sambil mendekati batu yang disentuh Baekhyun. “Kenapa kecil sekali?”
            Baekhyun tersenyum, “Ani, ini makam Jiji. Kau ingat Jiji?”
            “Ah aku ingat.” Hyun mengacungkan tangannya dengan semangat, “Itu kelinci punya cinta pertama Appa kan?” Baekhyun tersenyum lagi sambil membelai rambut Hyun.
            “Ini tempat yang bagus kan?” tanya Baekhyun pada malaikat kecilnya itu.
            “Ya. Ini tempat yang bagus. Aku suka di sini. Sudah lama aku ingin kesini.” Jawab Hyun dengan berbinar.
            “Maaf Appa baru bisa mengajakmu sekarang.”
            Hyun hanya tersenyum sambil menggeleng, “Tidak apa Appa. Hyun mengerti Appa sedang sibuk.” Ia lalu duduk dipangkuan Ayahnya. “Lalu dimana makam cinta pertama Appa itu? Aku ingin mengunjunginya. Aku ingin berterima kasih karena dia sudah membuat Appaku bahagia.”
            Baekhyun mengingatnya. Semua masih jelas dalam pikirannya. Wajah Jieun, senyum Jieun, segalanya tentang Jieun, meski itu hanya sebatas kenangan, “Makamnya tidak ada. Dia tidak pernah dimakamkan.” Dan semua perkataan Changjo padanya waktu itu masih terngiang di kepalanya.
            “Hyung tahu Noona adalah pengendali waktu sepertiku kan? Semua pengendalian waktu yang dilakukan akan mengurangi umur pengendalinya. Dan saat aku pertama kali bicara pada noona waktu itu, umurnya sudah tinggal 10 bulan. Meskipun ada cara untuk menghilangkan kemampuan itu dan mengembalikan semua umurnya, aku tahu jika noona bertemu denganmu lagi, dia takkan bisa mempertahankan umurnya. Jika dia bertemu denganmu lagi, pada akhirnya dia tetap akan meninggalkan kita semua terlebih dulu. Dan aku sempat berniat menjauhkanmu dari noona setelah aku mengetahui masa depan noona yang seperti itu, tapi apa aku tega melakukannya jika itulah kebahagiaan noona. Jadi aku membiarkan kalian bersama. Dan aku memang tak bisa mencegah takdir yang sudah digariskan untuk setiap manusia.  Dan saat dia mengembalikan waktu untuk menyelamatkanmu dari kematian, itu membuatnya kehilangan umurnya selama 1 tahun, karena umur noona bahkan kurang dari setahun, jelas dia kehabisan waktu. Para pengendali waktu yang kehabisan waktu di dunia ini akan hilang. Tubuhnya akan dibawa pergi oleh waktu itu sendiri. Mayatnya takkan pernah ditemukan. Dan dia dihapus dari dunia ini begitu saja. Tapi aku yakin noona bahagia bersamamu walau dalam waktu sesingkat itu. Aku juga ingin berterima kasih padamu hyung, sudah memberinya kebahagiaan yang berharga dalam sisa hidupnya. Gomawo..”
            Betapa sedih dan hancurnya Baekhyun saat itu. Bahkan dia tak bisa berhenti menangis waktu itu. Dia merasa menjadi orang paling bodoh di dunia ini yang tidak mengetahui apa-apa tentang kemampuan Jieun. Yang tidak mengetahui kesulitan terbesar Jieun dalam hidupnya. Baekhyun menyesal ia tak bisa membahagiakan Jieun lebih lama. Dan dia menyesal mengajak Jieun ke taman hiburan hari itu. Dia menyesal hanya mencintai Jieun seperti itu, harusnya dia bisa mencintai Jieun lebih dalam lagi. Melakukan hal yang tak bisa ia lakukan terlebih dahulu dan mungkin lebih sering memeluk Jieun dan lebih sering membuatnya tersenyum. Baekhyun menyesal.
            Namun Baekhyun sudah bisa melepaskan semuanya sekarang. Dia yakin Jieun juga takkan suka melihatnya terlarut dalam kesedihan itu. Semua hal yang mengecewakan akibat kepergian Jieun, sudah berhasil ia lepaskan. Baekhyun tidak hanya menangis dengan kenangan-kenangan Jieun sekarang, dia juga tersenyum karenanya. Tapi Baekhyun takkan melupakan Lee Jieun. Gadis yang pernah mengisi hatinya. Cinta pertamanya. Dan dia takkan menyia-nyiakan kesempatan hidup yang Jieun berikan padanya. Semua perngorbanan Jieun untuknya.
            “Kau tak perlu mengunjungi makamnya jika kau ingin berterima kasih Hyunie-ah.. dia akan selalu bisa mendengarmu dimana saja. Kau juga bisa mengatakannya di hadapan Appa.”
            “Begitukah?” Hyun tersenyum senang dan seketika berteriak, “Bibi Lee Jieun! Gomawoyo! Berkat kau Appa bisa jadi orang paling bahagia seperti ini! Terima kasih sudah menjaga Appaku selama aku belum ada!”
            Baekhyun tersenyum dan memeluk anaknya. “Anak baik. Ayo kita kembali ke mobil. Kasihan jika Eomma menunggu terlalu lama. Kajja!” Baekhyun beranjak berdiri bermaksud mengajak anaknya kembali.
            “Ah, tidak… aku masih mau disini. Jangan pulang dulu…” rengek Hyun.
            “Ayolah, hari sudah semakin sore. Kita bisa kesini lain kali Hyunie..” Baekhyun menarik lengan anaknya dan berjalan lebih dulu.
            “Appa jebal…” Hyun tak mau mengikuti Ayahnya dan bersikeras bertahan di tempat.
            “Ayo Hyunie!” Baekhyun bermaksud melanjutkan langkahnya dan menarik anaknya lagi saat tiba-tiba semuanya berhenti. Hening dan daun yang tadinya tertiup angin berhenti begitu saja di udara tanpa jatuh. Baekhyun benar-benar familiar dengan keadaan ini. Baekhyun terkejut, dia segera berbalik menatap anaknya, menatap Hyun yang hanya mengedipkan matanya, terlihat sudah terbiasa dengan apa yang dia lakukan.

THE END



9 komentar:

  1. asdgjklqwiopzxcvbnm!@#$%^&*()

    Pertama saya mau bilang, saya gak bisa bayangin Eunji bonceng Myungsoo, itu terlalu absurd.

    Part dimana Jieun tiba-tiba mendengar teriakan, dia terlempar, es krim jatuh, terus sadar Baekhyun berdarah, itu best part dalam fic ini. Sumpah itu sakiiit!
    Meskipun agak mengecewakan tapi suka model ending fic yang macam begini. Meskipun berharap tau siapa eomma Hyun itu, pengen tau gimana teman yang lain. Suka sama endingnya meskipun mengecewakan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo bayanginnya mereka pake motor gede ato motor sport emang sulit, bayangin aja mereka pake motor matic biasa XD

      sooo what should i say now??XD
      ok thanks for reading and commenting and stay with them untill the end of the storyXD

      Hapus
  2. arghh.. sorry, aku baru comment di part ini, tepat nya last part T^T
    aku suka banget story2 disini, dari awal yg berkaitan dengan IU. Ku mohon buat story baru lagi ya, yg berkaitan dengan IU tentu nya, thanks banget ><

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha gapapa^^ makasih udah suka cerita2 di sini ya. sering mampir ya..

      Hapus
  3. siapa eomma hyun itu ha?? berani2nyaaaaaaaaaaaa #apalah?. sumfee ya changjo ternyata dia... baekhyun thor haduhh seneng nemen nang penokohan macem ngene thor..

    BalasHapus
  4. Keren banget seriusss..
    Aku nangis lohh thor/? TT.TT
    Daebakk!!!!!!
    Terharu sama pengorbanan IU

    BalasHapus
  5. what...uri IU T_T

    tragis bgt tsi hehe,
    btw yg jd ibu nya hyun siapa?
    ff nya keren ^^
    kalau bisa bikin ff maincast. IU lg y hehe
    thanks thor udah bikin ff IU^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo masalah ibunya hyun, terserah reader mau siapa aja hehe XD
      thanks udah baca^^

      Hapus