Halaman

Minggu, 26 Januari 2014

[FANFIC] The Time Controller (part 4)







             "Jadi tinggal berapa lama umurku sebenarnya?" akhirnya Jieun bertanya.
            Tapi hingga akhir perbincangan mereka, Changjo tetap tak memberitahunya hal yang benar-benar ia ketahui sejak lama itu. Hal yang sudah sejak lama ia bicarakan dengan Kyuhyun dan Gyuri yang bisa melihat masa lalu dan masa depan Jieun.
***


            "Kau suram. Kau tidak seperti Jieun yang aku lihat beberapa hari yang lalu." kata Baekhyun tiba-tiba saat Jieun baru kembali dari hutan favoritnya dan akan masuk ke gerbang rumah Krystal.
            Mungkin itu karena pikiran Jieun terpenuhi dengan hal-hal yang berkaitan dengan kamampuannya. Dia sendiri bingung mengapa pada akhirnya semua itu mengganggunya. Dan mengapa terasa begitu berat jika tiba-tiba waktunya di dunia ini sudah habis, dan di saat itu Jieun tak ingin pergi. Mengapa sekarang dunia ini serasa sulit ia tinggalkan? Jieun sendiri tidak yakin kenangan-kenangan yang ia miliki di dunia ini cukup membuatnya tak ingin pergi, tapi itulah yang terjadi, sedikit saja kenangan yang ia punya di dunia ini, membuatnya tak ingin meninggalkannya. Jieun mungkin terlalu sombong sebelum ini, ya mungkin ia terlalu sombong, hingga saat ini hanya rasa penyesalan yang ada. Menyesal Jieun tak memanfaatkan waktu sebaik mungkin di dunia ini.
            "Benarkah?" Jieun bertanya dengan ekspresi datarnya.
            "Sangat. Aku serasa bisa melihat aura hitammu sekarang." kata Baekhyun cepat. "Apa kau perlu pergi bersepeda lagi ke hutan? Dengan membawaku? Mengorbankanku sebagai mangsa kupu-kupu lagi agar membuatmu tertawa?" dia benar-benar bicara tanpa jeda. Membuat senyum Jieun keluar begitu saja.
            Berhasil membuat Jieun tersenyum, Baekhyun senang dan ikut tersenyum bahagia. Terlalu bahagia, membuat Jieun semakin tidak ingin pergi dari dunia ini.
            "Apa aku sudah pernah bilang padamu senyummu itu... Kenapa aku merasa sudah akrab dengan senyummu itu? Seperti aku sudah pernah melihat sebelumnya?" tanya Baekhyun tiba-tiba.
            Seketika suasana di antara mereka menjadi hening, hanya ada suara angin sepoi yang berhembus di dedaunan pohon-pohon di sekitar mereka. Mereka tenggelam dalam pikiran mereka sendiri.
            Hingga sebuah taksi berhenti di jalan di antara Jieun dan Baekhyun lamunan mereka baru terganggu. Lalu turun sesosok gadis yang mereka kenal dari dalam taksi itu, Kang Jiyoung. "Wah kau tahu betapa sulitnya tadi sopir taksi itu mencari tempat ini? Kenapa rumahmu harus di sini Baekhyun-ah?" Kata Jiyoung lalu tersenyum melihat Jieun, "Ah, anyeong Jieun-ah!" senyum yang manis dari seorang Kang Jiyoung. Jieun kadang masih tak percaya dia bisa berteman dengan gadis manis ini.
            "Jiyoung? Kau sendirian?" tanya Baekhyun saat menghampiri Jiyoung setelah taksi yang dia naiki tadi pergi. "Kau kesini untuk menyelesaikan tugas kelompok kita kan?" lalu ia berpikir setelah melihat senyum kecut dari Jiyoung, "Jadi Jongin masih tak mau bicara padaku?" Baekhyun menekuk wajahnya, ia sedih dengan kenyataan ini. Jongin benar-benar menjadi aneh di hadapannya, dia selalu menghindar dengan hal yang berhubungan dengan Baekhyun. Di kelas, walau mereka sebangku, setelah Baekhyun tahu Jongin menyukai Krystal, mereka tak pernah bicara, meski Baekhyun selalu berusaha. Meski  Jiyoung dan yang lain memintanya untuk memberi Jongin sedikit waktu karena mungkin Jongin merasa tak enak hati pada Baekhyun akan kenyataan itu, Baekhyun tetap sedih jika dia tak bisa bicara dengan salah satu temannya. Ini masih dua hari sejak kejadian itu, tapi Baekhyun sudah merasa menunggu terlalu lama. Dia bahkan tak tahan melihat Jongin masih marah pada Chanyeol.
            "Ani, sepertinya hari ini dia sedang berhalangan pergi." hibur Jiyoung. "Tenanglah, kemarin Jongin sudah hampir tertawa dengan candaan Chanyeol, pasti besok dia sudah baik-baik saja. Kerja kelompok kita selanjutnya dia pasti datang."
            "Benarkah?" tanya Baekhyun pelan.
            "Tentu saja, dia tidak akan melewatkan tugas sekolahnya. Jadi tenang saja ok? Dia pasti akan datang minggu depan. Ingat kita ini kelompok yang beruntung punya dia, kau tahu bagaimana depresinya Eunji kan sekelompok dengan Chanyeol dan Jongdae?" Jiyoung tertawa, bukan tawa yang dipaksakan hanya untuk menghibur Baekhyun. Baekhyun suka itu.
            Baekhyun kembali tersenyum, "Baiklah. Masuklah!" ajak Baekhyun.
            "Baiklah." kata Jiyoung ceria, "Anyeong Jieun!" dia melambai pada Jieun yang baru akan memasuki gerbang rumah Krystal. Jieun membalas senyumnya, bukan senyum yang dipaksakan hanya untuk menyenangkan Jiyoung, Baekhyun juga suka itu. Dan lebih menyukainya lagi karena itu Jieun. 
            Saat itu juga Krystal keluar bersama seekor anjingnya tanpa sama sekali melihat Jieun yang jelas-jelas dia lewati. Sampai sekarang Baekhyun tak suka sikap Krystal terhadap Jieun, tapi sayang dia juga masih tak mengerti yang sebenarnya terjadi di antara mereka, alasan dinginnya suasana di antara mereka berdua.
                        Jiyoung segera menunduk menyapanya dengan senyuman. Dia juga melihat sikap Krystal terhadap Jieun, dan merasa sedikit kaget meski Baekhyun sudah pernah menceritakan hubungan dua gadis itu yang tidak baik. Jauh di lubuk hatinya, dia masih tak bisa terima Jongin menyukai gadis itu. Meskipun jika dibandingkan dengan gadis manapun, Krystal memang gadis yang sempurna di matanya.
            Krystal sendiri meneruskan langkahnya, kembali pada tujuan awalnya untuk mengajak anjingnya beralan-jalan, dan sekarang ia juga berusaha menutupi kekecewaannya. Kekecewaannya terhadap pertemanan orang-orang itu. Pertemanan yang entah mengapa membuatnya marah. Pertemanan yang meski tak ingin ia masuki tapi membuatnya marah dan pertemanan yang memang ia pikir takkan bisa menerimanya. Lalu terutama kekecewaannya pada reaksi-reaksi Baekhyun akhir-akhir ini terhadap keberadaannya. Juga kekecewaannya pada reaksi-reaksi yang selalu dilakukan Baekhyun terhadap keberadaan Jieun.
***

            "Boleh aku makan di sini?" tanya Jieun ragu pada Changjo yang makan sendirian.
            Changjo menjawabnya dengan anggukan. "Kemana teman-teman noona?"
            "Entahlah." jawab Jieun singkat.
            "Aku tahu kau menungguku untuk memberitahumu berapa sebenarnya sisa umurmu." kata Changjo tanpa basa basi.
            Tidak terkejut sama sekali bahwa Changjo bisa tahu atau blak-blakan soal ini, Jieun hanya tersenyum.
            "Kau sudah dengar kata Gyuri noona kan? Tentang apa saja kemampuan pengendali waktu?"
            "Bahwa kita bisa mengembalikan waktu?"
            Changjo mengangguk.
            "Dan kau akan melarangku untuk memakainya?" Jieun tersenyum, bukan karena ini lucu, tapi dia tak habis pikir kenapa Changjo selalu melakukan hal yang terlalu baik untukknya.
            Changjo hanya menatapnya. Tapi Jieun tahu dengan begitu, apa yang Jieun tebak benar adanya. Bahwa Changjo akan benar-benar melarangnya menggunakan kemampuannya lagi, mempertahankannya agar tetap ada di dunia ini dan berusaha menguatkan Jieun agar dia tetap pada pilihannya yang sekarang, bertahan di dunia ini lebih lama lagi. Dan jika Jieun memundurkan waktu, yang akan mengurangi umurnya selama satu tahun, dengan begitu Jieun tahu. Tahu bahwa umurnya di dunia ini tidak sampai satu tahun. Jieun yakin itu. Bahwa Changjo akan mati-matian mencegahnya agar tidak memundurkan waktu di situasi apapun, karena jika Jieun melakukannya, Jieun akan pergi dari dunia ini. Akhirnya Jieun tahu.
            "Kenapa kau seperti ini?" tanya Jieun akhirnya, dia sudah tidak bisa melanjutkan makan siangnya.
            Lagi-lagi Changjo hanya menatapnya tanpa sepatah kata.
            "Apa aku pantas kau perlakukan seperti ini? Apa aku manusia yang pantas?"
            "Lanjutkan makan siangmu noona." kata Changjo singkat.
            Baekhyun yang baru sampai di kantin melihat Changjo dan Jieun yang semeja dan lagi-lagi Chanyeol dan Jongdae memanas-manasinya, "Ah, tidak mungkin jika mereka tak punya hubungan apa-apa." kata Jongdae.
            "Teman semacam apa mereka sebenarnya?" tambah Chanyeol.
            "Sungguh baru kali ini Baek aku melihatnya terlalu mudah berteman dengan orang. Kau tahu kan aku sudah satu sekolah dengannya sejak SMP?" Jongdae membuat telinga Baekhyun semakin panas.
            Baiklah, Baekhyun bahkan merasa iri pada Jongdae yang bisa kenal Jieun selama itu. Karena Baekhyun merasa Jieun adalah gadis yang sudah ia kenal dengan dalam dan lama, tapi sekarang dia sadar dia belum begitu mengenal Jieun. Dan sangat aneh untuk Baekhyun menyukai seseorang yang belum lama ia kenal. Ini aneh. Dan ya Tuhan, ada hubungan apa sebenarnya Jieun dan Changjo itu?
            Sedangkan Eunji di meja lain sedang menghadapi Myungsoo yang sedari tadi bicara soal jadwal latihan basket dengannya. Dan Eunji masih tak bisa mengatasi jantungnya jika di dekat Myungsoo. Eunji mengumpat dalam hatinya berkali-kali, karena dia ingat. Dia sadar semenjak dia menginjakkan kaki di sekolah ini dia selalu melihat Myungsoo, sosok yang begitu bagus permainan basketnya dan seseorang yang Eunji kenal pertama kali di sekolah ini, lewat basket. Eunji marah karena dia sendiri gagal mengontrol hatinya hingga saat ini jatuh begitu saja untuk Myungsoo. Eunji kesal karena pada akhirnya dia jatuh hati pada Myungsoo.
            Eunji melihat Baekhyun dan yang lain datang dan ia segera melambai, "Ya! Kalian! Di sini. Bawa Jieun kesini juga!" lalu dia bicara pada Myungsoo dengan cepat, "Kita bisa membicarakan jadwalnya lain kali. Sekarang aku sangat lapar."
            Myungsoo tertawa kecil, "Kau membuatku takut. Kenapa akhir-akhir ini Jung Eunji tidak begitu tertarik dengan basket? Apa kau sedang lupa basket sudah menjadi satu dengan darahmu?"
            Eunji hanya meliriknya tajam, "Sudah cepat pergi! Atau kau mau semeja dengan Baekhyun dan menjadi canggung sampai kau tidak bisa makan siang?"
            Myungsoo malah tertawa, "Mungkin sekarang dia yang canggung denganku."
            "Apa maksudmu?"
            "Karena dia dijodohkan dengan gadis yang pernah bersamaku dan sekarang dia menyukai teman sekelasku?" tanya Myungsoo sembarangan.
            Eunji memutar bola matanya tak habis pikir. Lalu akhirnya Myungsoo benar-benar pergi dan membuatnya bisa bernafas lagi dengan lega.
            Jongdae dan Chanyeol sudah berhasil menyeret Jieun beserta Changjo, entah apa yang mereka pikirkan, tapi itu jelas membuat Jieun dan Changjo tak tahu harus berbuat apa. Lalu Baekhyun dan Jiyoung pun bergabung. Baekhyun juga tak habis pikir bagaimana bisa Dua orang itu mengikutsertakan Changjo juga.
            "Selamat datang Changjo-ah!" sapa Jongdae tanpa ada beban sedikitpun. Saat ini mereka sudah memulai makan siang mereka. Jieun akhirnya bisa meneruskan makan siangnya lagi, melupakan sejenak masalahnya tadi.
            "Seperti inilah mereka. Maaf jika menyusahkanmu." kata Eunji pada Changjo yang jelas terlihat canggung berada di sini.
            "Kau harus berkenalan dengan Baekhyun-ie." Tambah Chanyeol sambil menahan tawanya terhadap Baekhyun. Jika Baekhyun duduk dekat dengannya, dia pasti sudah menginjak kaki panjang itu.
            Changjo seketika menatap Baekhyun. Dan Baekhyun yang malah menjadi canggung. Sedangkan Jieun memperhatikan mereka berdua yang entah mengapa terlihat aneh itu, Jieun tak mengerti.
            "Sudah cepat berkenalan sana!" suruh Jongdae pada Baekhyun. "Changjo-ah, Baekhyun ini murid baru yang baik. Aku harap kalian bisa berteman."
            Akhirnya Baekhyun mengulurkan tangannya, "Baekhyun."
            "Changjo." jawab Changjo singkat sambil menjabat tangan Baekhyun. Chanyeol dan Jongdae benar-benar menahan tawa karena ini.
            Sedangkan Eunji yang sudah tahu maksud mereka hanya memutar bola matanya.
            "Apa kalian dekat dengan Changjo?" tanya Jiyoung pada duo itu.
            "Ya tentu saja. Dulu dia pernah sekali mencegah kami mengerjai seseorang. Ya pernah sekali." kata Chanyeol.
            "Siapa korban kita waktu itu?" Jongdae bertanya-tanya berusaha mengingat.
            Duo itu mulai berpikir dan Eunji juga Jiyoung lagi-lagi memutar bola mata mereka tak habis pikir.
            Lalu Chanyeol mengingat sesuatu, dia menatap Jieun lalu segera menutup mulutnya agar tak kelepasan bicara lagi. Setelah itu dia saling menatap dengan Jongdae yang tentunya sudah ingat juga. Kemudian mereka berdua menatap Baekhyun dengan perasaan bersalah.
            Mereka semua mengerti. Mengerti maksud yang tersembunyi dari komunikasi tanpa kata itu. Meski tak ada yang bicara, Baekhyun yakin, yang mereka maksud adalah Jieun. Dan itu membuat mereka menemukan kesimpulan baru. Bahwa Changjo sudah sejak dulu memperhatikan Jieun. Sudah selama itu. Dan lagi-lagi kenyataan ini membuat Baekhyun iri. Di saat seperti ini entah kenapa Baekhyun ingin semua orang pergi dan meninggalkannya berdua dengan Jieun, agar bisa menghabiskan waktu dengannya lebih lama. Agar bisa mengenal Jieun lebih dalam. Dan di saat seperti ini juga dia tidak berani teringat akan Krystal dan rentetan masalah di belakangnya. Karena dia sedang tidak ingin dirundung lagi rasa bersalah. Setidaknya saat ini biarkan semuanya mengalir begitu saja.
            "Apa benar Jongin tidak makan siang lagi?" kata Jiyoung akhirnya, memecahkan keheningan.
            "Jadi Jongin masih marah pada raksasa ini?" tanya Eunji sambil melirik Chanyeol setelah mereka semua mulai makan.
            "Ya! Apa kesalahanku sebesar itu?" tanya Chanyeol tak percaya.
            "Kau memang bersalah. Tapi..." kata Jiyoung lalu tiba-tiba ragu sambil memandang berkeliling. Yang Jiyoung pikirkan adalah keberadaan Baekhyun di sini. Jiyoung mengerti benar bahwa Jongin bahkan mungkin tak semarah itu pada Chanyeol. Tapi Jongin benar-benar kesulitan mengatasi sikapnya di hadapan Baekhyun setelah perasaannya terkuak.
            "Wae?" tanya Chanyeol.
            "Ani, mana ada yang tahan marah padamu selama itu? Dia pasti kesini sebentar lagi." jawab Jiyoung cepat-cepat.
            "Kang Jiyoung memang yang paling mengerti Kim Jongin." kata Jongdae sambil menggelengkan kepalanya.
            Inilah kenyataan yang tidak disukai Jiyoung. Dia memang sangat mengerti Jongin. Terlalu mengerti hingga dia tak mengerti dirinya sendiri dan tak bisa mengontrolnya.
            Dan benar saja tak lama kemudian saat mereka sedang membicarakan hal tidak penting, Jongin datang dengan makanannya, tapi terhenti saat melihat meja itu penuh.
            "Gwenchana. Aku harus pergi. Sunbae bisa duduk di sini." kata Changjo tiba-tiba seraya beranjak pergi. Sebenarnya sejak awal dia sudah ingin pergi.
            "Ah baiklah." kata Jongdae.
            Lalu entah kenapa Baekhyun bicara, "Lain kali jangan segan bergabung dengan kami. Kau teman Jieun, berarti kau teman kami juga." Membuat yang lain kecuali Jieun menatapnya heran.
 Dan akhirnya Jongin duduk di sebelah Jieun.
            "Jadi Jongin. Kau sudah memaafkanku kan?" tanya Chanyeol takut-takut.
            Jongin hanya meliriknya, "Aku tidak benar-benar marah padamu. Sejak dulu kelakuanmu memang minus. Jadi tak ada gunanya aku marah."
            Eunji dan Jongdae terbahak seketika. Sedangkan Chanyeol terdiam dan membuat wajah menangis yang dibuat-buat. Dan Jiyoung ikut tertawa, lebih tepatnya memaksa dirinya untuk tertawa agar pikirannya tidak sesak.
            Jieun memperhatikan ekspresi Baekhyun yang masih merasa tidak enak terhadap Jongin. Jieun yakin, meski Baekhyun tak melakukan kesalahan sedikit pun, dia akan tetap merasa bersalah pada Jongin. Paling tidak karena keberadaannya di sini. Keberadaannya yang membuat Jongin merasa sulit. Jieun bisa melihatnya.
            "Baiklah. Mari kita rayakan ini!" Kata Eunji setelah tawanya mereda. "Saat berteman kita tidak perlu merasa tidak enak satu sama lain. Mari kita lupakan hal yang aneh-aneh di antara kita."
            "Geurae geurae!" Jongdae setuju. "Ayo kita ke taman hiburan!" dia terlihat bersemangat, "Sudah lama aku tak kesana."
            "Taman hiburan?" tanya Chanyeol, "Joha! Joha!"
            "Kalau begitu setelah ujian kenaikan kelas nanti. Ok?" Eunji memberi ide.
            "Ya, sekarang ini masih terlalu banyak tugas." tambah Jiyoung.
            Yang lain lalu mengiyakan dengan senang. Dan ini adalah hal yang baru untuk Jieun.
            "Kau harus ikut juga Jieun-ah!" kata Baekhyun. Jieun tak bisa membayangkan keadaan itu nanti.
***

            Teman-teman Baekhyun merasa aneh dengan sikap Baekhyun yang tiba-tiba tak seceria biasanya hari ini. Benar-benar aneh hingga bahkan mereka tidak berani bertanya meski mereka benar-benar ingin tahu alasan yang membuat Baekhyun seperti itu.
            Jelas juga membuat Jieun khawatir meski otaknya melarangnya. Baekhyun yang seperti ini benar-benar tak enak dilihat. Rasanya seluruh dunia ikut muram karenanya. Bukankah itu pengaruh yang besar bagi sekitarnya?
            Berusaha menghilangkan pikirannya tentang Baekhyun sejak jam makan siang tadi, Jieun sengaja membolos kelas dan berniat menghabiskan waktunya di atap gedung, tempat favoritnya, tapi segera menyesalinya karena dia malah menemukan Baekhyun di sana. Duduk di bangku panjang tempat Jieun biasa duduk sendiri. Matanya terlihat kosong melihat ke depan. Bukan seperti Baekhyun yang biasa ia kenal.
            Entah mengapa Jieun tak berbalik arah namun malah duduk di sebelah Baekhyun dan memperhatikannya lekat-lekat.
            Baekhyun sama sekali tidak terkejut. Dia malah agak terkejut akan bagian dirinya yang justru mengharapkan Jieun juga membolos kelas sepertinya saat ini dan menemaninya seperti ini. Itu semua membuatnya berpikir bahwa dirinya memang benar-benar menyukai gadis di hadapannya itu.
            "Kau kenapa?" tanya Jieun lembut. Dia sudah tidak bisa lagi mengesampingkan kekhawatirannya.
            "Apa yang harus aku lakukan Jieun-ah?" mata Baekhyun berkaca-kaca.
            Ada sesuatu diingatan Jieun yang menggelitiknya.
            Jieun terus mendengarkan. "Mereka sudah menentukan tanggal pertunangannya." entah kenapa Jieun merasa mengerti semuanya, tanpa pernah ia mendengar Baekhyun mengatakannya, tapi entah mengapa ia tahu bahwa Baekhyun tak menyukai Krystal dan sekarang ia tahu bahwa Baekhyun sebenarnya juga tak menerima perjodohan itu.
            "Dan eomma menangis, setelah aku jelaskan semua padanya, bahwa aku tetap tak bisa menerima semua itu. Dan dia menangis memikirkan perasaanku karena Appa tak mau tahu, karena ini penting untuk perusahaan. Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku tak mau menikahi Krystal. Aku tak menyukainya." Sekarang Baekhyun sudah menitihkan air matanya. Dia menangis. Jieun bisa melihat jelas kesedihannya. Dan saat itu pula sesuatu yang menggelitik dari ingatannya muncul ke permukaan dengan jelas. Dan semua ujung benang-benang yang putus dan melayang-layang di kepalanya sudah tersambung dengan sempurna. Dan alasan-alasan mengapa ia selalu merasa mengenal Baekhyun sejak lama dan dalam, menghujaninya seketika.
            Lelaki kecil itu. Lelaki kecil yang menangis hingga menabraknya, menangis karena tak mau dinikahkan dengan gadis yang menakutkan. Lelaki yang mencuri ciuman pertamanya. Lelaki yang membuatnya menemukan kemampuannya bahkan mengetahuinya, sekarang ada di hadapannya. Sudah tumbuh besar dengan begitu tampan dan hati yang baik dan sudah cukup lama berada di sekitar Jieun tanpa Jieun sadari. Jieun merasa bodoh. Dan dengan ini dia yakin perasaan yang ia rasakan untuk Baekhyun, itu cinta.
            "Jangan menangis..." tanpa terkontrol tangan kanan Jieun mendarat di wajah Baekhyun dan jemarinya mengusap air mata Baekhyun. "Menangis tidak baik untuk lelaki." Jieun berusaha menghiburnya. Dan lagi-lagi Baekhyun merasa sudah mengenal Jieun sebelumnya.
            Baekhyun segera mengusap air matanya dan memaksakan senyumnya, "Sekarang kau pasti berpikir aku cengeng."
            Jieun hanya tersenyum, untuk yang satu ini sepertinya Baekhyun tidak berubah.
            "Apa aku sudah pernah bilang bahwa aku sepertinya pernah mengenalmu sebelumnya?" tanya Baekhyun.
            "Ani." Jawab Jieun santai. "Mungkin itu hanya ada dalam kepalamu saja. Kita belum pernah saling mengenal sebelumnya." dan Jieun memutuskan Baekhyun tak boleh tahu, setidaknya untuk saat ini, "Sebaiknya kau kembali ke kelas."
            "Tidak dengan mata sembab seperti ini." Baekhyun mengerucutkan bibirnya. Ini semua membuat Jieun berpikir lagi untuk menghilangkan kemampuannya.
***

            Eunji kesal ini sebuah sore yang buruk, karena harus terjebak di salah satu kafe di tengah kota dengan Kim Myungsoo. Mendiskusikan jadwal latihan dari kedua tim mereka, hal yang paling tidak sedang Eunji ingin lakukan.
            "Kau mendengarku? Apa pendapatmu jika tim kita latihan di hari yang sama sekalian?" Myungsoo berusaah membuyarkan lamunan Eunji. Yang yang duduk di hadapannya dengan pandangan kosong itu, entah apa yang sedang ia pikirkan.
            "Ya, aku mendengarmu." jawab Eunji malas. Dia memang mendengar semuanya, suara Myungsoo. Melihat semuanya, gerak-gerik Myungsoo. Bahkan ia tak bisa berhenti. Hatinya malah merasa senang saat ia melakukannya, meski otaknya berpikiran lain. Sekeras apapun dia berusaha memikirkan hal lain, hatinya sudah benar-benar terpenuhi oleh lelaki di hadapannya itu. Dan Jung Eunji tak menyukai hal semacam ini.
            "Lalu kenapa kau tak menjawabku?" tanya Myungsoo agak meninggikan suaranya kesal.
            "Ya!" bentak Eunji lebih kesal. Lalu dia tak tahu apa yang harus dia katakan, "Sudahlah lupakan! Aku akan mengikuti jadwalmu saja. Apa dengan begitu sudah beres?"
            Myungsoo tersenyum tak percaya, "Seorang Jung Eunji bersedia mengikuti jadwal orang lain?"
            "Diamlah!" bentak Eunji lagi lalu ia melihat ponselnya yang mendapat pesan dari Chanyeol bahwa dia dan Jongdae sudah bertanya pada Baekhyun, kelompok mereka bisa bergabung dengan kelompok Baekhyun di rumahnya nanti.
            "Eunji?"
            Eunji juga benci ini, namanya yang diucapkan oleh Myungsoo entah mengapa terasa begitu berbeda. Membuat hatinya bergetar.
            "Sudahlah. Kita sudah beres kan? Aku ada kerja kelompok. Aku harus pergi." Eunji beranjak.
            "Kemana?" lalu Myungsoo melihat ke arah jalanan. "Biar aku antar. Maaf membuatmu kesal karena harus menyita waktumu."
            "Ne?" Eunji terkejut, dia takut salah dengar, dan hal ini benar-benar membuatnya merasa gila. Membayangkan dirinya berada satu motor dengan Myungsoo sudah benar-benar cukup untuk membuatnya gila. "Kau tidak akan mau mengantarku. Percayalah."
            "Memangnya kau mau kemana?" tanya Myungsoo heran.
            "Rumah Baekhyun." Jawab Eunji cepat. Berharap Myungsoo segera mengubah pikirannya.
            Ekspresi Myungsoo memang berubah sejenak. Jelas dia tahu jika dia mengantar Eunji ke rumah Baekhyun, artinya dia juga harus melihat rumah Krystal. Krystal, nama yang masih memiliki tempat di suatu tempat dalam hatinya. "Kajja!"
            Eunji terbelalak, "Kau yakin?"
            "Yakin. Apa kau mengkhawatirkanku? Jika itu tentang Krystal, bukankah kami sudah tidak ada apa-apa lagi, lalu apa yang kau harapkan akan terjadi? Bukankah kau yang mengatakan bahwa aku harus bangkit lagi setelah semua itu?" perkataannya terlalu panjang, meski Eunji tahu benar artinya, namun itu semua masih membingungkannya. Dan Eunji dengan terpaksa tak bisa mengelak lagi.
***

            Baekhyun tahu Ibunya sedang terus memperhatikannya jika ada waktu. Baekhyun tahu dia sedang tidak bisa diajak kerja sama, berlaku sesuai dengan keinginan orang lain untuk menyenangkan orang lain, hal seperti itu sama sekali sedang tak bisa ia lakukan. Meski Ayah Krystal dan Ayah Baekhyun masih bicara dengan senyum di wajah mereka, tetap saja pertemuan ini tak berhasil. Kedua anak keluarga ini tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.
            “Jwesonghamnida.” Tiba-tiba Baekhyun berdiri dari kursinya, membuat Ibunya dan Krystal sendiri khawatir. “Saya harus pergi, ada urusan penting yang harus saya selesaikan.” Dengan lemahnya Baekhyun menjadikan kerja kelompoknya dengan Jongin dan Jiyoung alasannya kabur dari hal yang paling tidak ingin dia lakukan ini.
            Baekhyun tahu Ayahnya menunjukkan wajah kesalnya, dia tahu orang tua Krystal tampak kebingungan akan ketidak sopanan Baekhyun yang tidak biasa ini, Dia tahu mungkin ibunya akan menangis lagi setelah ini, dan dia tahu Krystal mengikutinya keluar.
***

            Jiyoung duduk di samping Jongin dalam taksi yang sudah ia pesan tadi. Sesuai rencana mereka akan menyelesaikan tugas kelompok mereka hari ini juga. Meski Jiyoung tahu Jongin masih merasa tidak enak untuk datang ke rumah Baekhyun yang merupakan tetangga Krystal dan bahkan calon tunangan Krystal itu, dia bersikap tak terjadi apa-apa.
            “Kau yakin Baekhyun tidak sedang ada acara?” tanya Jongin. “Dia bilang dia ada acara sepulang sekolah tadi.”
            “Ani, dia baru mengirimiku pesan agar kita segera datang. Jadi acaranya sudah selesai kan?” kata Jiyoung, tak berani menatap Jongin dan terus melihat keluar jendela taksi, melihat apapun yang bisa di lihat di luar sana selama perjalanan.
            “Baiklah.” Jongin benar-benar terlihat berusaha tenang, Jiyoung bisa melihat itu dengan jelas.
***

            Jieun baru kembali dari tempat favoritnya di hutan, tidak dengan alasannya seperti biasa. Tidak untuk sekedar menghabiskan waktu di sana. Tapi ia tahu, keluarga Baekhyun dan Krystal sedang bertemu untuk membicarakan lebih lanjut pertunangan mereka yang tanggalnya sudah ditentukan. Dan sekarang ia memutuskan kembali ke rumahnya, berusaha tak peduli meski acara pertemuan dalam rumah Krystal itu sudah berakhir atau belum. Menjadikan langit yang semakin mendung sebagai alasan agar ia tidak terkena hujan yang sebentar lagi akan datang itu. Dia harus segera kembali ke rumahnya, karena bahkan dengan berdiam diri di hutan, tak bisa mengobati hatinya yang sedang tak karuan.
            Jieun segera menyesalinya. Seharusnya ia berdiam diri di tempat favoritnya lebih lama. Atau mungkin tak kembali ke rumahnya hingga hari berganti jika dia harus bertemu Krystal di depan gerbang rumahnya.
            "Kau senang?" Jieun hampir menampar wajahnya sendiri agar dia sadar, Jung Krystal bicara padanya. Meski sulit dipercaya, Krystal memang bicara padanya. "Kalian senang?" Jieun melihat Baekhyun yang sepertinya baru masuk ke gerbang rumahnya, kembali keluar setelah Krystal bicara.
            "Harus seperti apa lagi aku berusaha? Kenapa semuanya selalu tidak adil untukku? Kenapa orang-orang selalu bisa bahagia sedangkan aku tidak?" Krystal terus bicara. Dia terlihat sangat rapuh, dan Jieun juga Baekhyun bisa merasakan kemarahannya yang sepertinya sudah tidak dibendung lagi.
            "Krystal?" Baekhyun mendekat. Dia juga sekilas melihat Jieun yang jelas terlihat terkejut.
            "Aku membiarkan semuanya. Aku hanya menunggu yang satu ini. Tapi kenapa ini juga tidak bisa berhasil?" Krystal lalu menatap Jieun ke dalam matanya lekat-lekat. "Dan kenapa kau selalu menghalangi jalanku?" Krystal benar-benar marah melihat gadis dihadapannya itu. Gadis yang selalu orang tuanya banding-bandingkan dengan dirinya. Gadis yang tidak lebih baik darinya dalam barbagai hal tapi selalu berhasil menyenangkan hati orang lain dengan senyumnya. Gadis yang apapun yang dia lakukan tak pernah membuat orang lain sakit hati. Gadis yang selama ini ada di hati Baekhyun, satu-satunya lelaki yang ia sukai. "Apa kau masih tidak sadar apa alasanku tak mau lagi berteman denganmu? Kau masih tidak tahu apa yang membuatku membencimu?" Krystal meninggikan suaranya di akhir kalimatnya.
            Baekhyun dan Jieun belum pernah melihat Krystal yang seperti ini.
            Tanpa mempedulikan tatapan penuh tanya dari Baekhyun, Krystal terus menumpahkan isi hatinya, "Sejak dulu aku selalu membiarkanmu terlihat lebih baik dariku. Dari dulu aku masih bisa menahan semuanya, tapi tidak dengan yang satu ini. Apa kau tahu bagaimana perasaanku saat menyukai Baekhyun setelah pertama kali bertemu dengannya dan saat itu juga aku mengetahui dia sama sekali tak menyukaiku? Apa kau tahu bagaimana perasaanku saat tahu, bahkan setelah satu tahun dia datang kesini yang dia tanyakan adalah seorang gadis dengan kelincinya? Bahwa dia ingin bertemu dengan gadis itu? Tanpa menyebut namaku sama sekali walaupun kami berdualah yang dijodohkan?" Krystal berkaca-kaca. Dia sudah tak kuat lagi menahan semuanya.
            Baekhyun dan Jieun terbelalak. Jieun tak tahu bahwa Krystal tahu soal itu. Tak tahu bahwa inilah alasan yang sebenarnya, yang membuat Krystal tak bicara lagi padanya. Jieun benar-benar terkejut. Sedangkan Baekhyun menatap bingung kedua gadis di hadapannya. Ia memaksa otaknya berkerja secepat mungkin mencerna semua perkataan yang ia dengar namun di saat itu juga Krystal menatapnya.
            “Apa yang harus aku lakukan? Aku sangat-sangat menyukaimu Byun Baekhyun! Kenapa kau tak bisa menyukai?” Krystal sudah berdiri di hadapan Baekhyun. Air mata dimatanya mungkin akan segera tumpah. “Tak bisakah kau menyukaiku?” tanyanya lirih. Lalu semakin mendakat pada Baekhyun dan dalam hitungan detik sudah menciumnya. Mencium lelaki yang selama ini sudah mengisi hatinya.
            Saat itu juga taksi yang dinaiki Jiyoung dan Jongin sampai, membuat mereka berdua melihat adegan ini dengan jelas. Jiyoung mendadak panik. Akhirnya dia menatap Jongin yang masih melihat Baekhyun dan Krystal di depan gerbang rumah Krystal. Dengan cepat Jiyoung menyuruh sopir taksinya untuk kembali dan pergi dari tempat itu.
            Sedangkan Myungsoo baru mematikan mesin motornya saat Eunji berkata, “Bukankan itu Jiyoung dan  Jongin? Kenapa mereka kembali?” tanya Eunji heran. Dia sudah turun dari motor Myungsoo. Dia baru berniat mengambil ponselnya untuk menghubungi Jiyoung dan berterima kasih pada Myungsoo, “Sudah kau pulanglah. Terima kasih sudah mengantar…” Eunji menyadari Myungsoo yang sepertinya tak mendengarnya. Lelaki itu terdiam di tempatnya menatap lurus ke depan. Dan Eunji segera mengikuti arah tatapan Myungsoo dan menemukan adegan yang jelas membuat Myungsoo terdiam dan mungkin bahkan membuat Jongin dan Jiyoung kembali. Eunji memutar bola matanya. Dia segera mengambil kunci motor Myungsoo menyuruh Myungsoo duduk di belakang dan secepat mungkin membawa Myungsoo pergi dari tempat itu.
            Jieun masih terbelalak saat Baekhyun melepaskan diri dari Krystal. Ribuan pedang serasa menghujam hatinya. Seberat apapun ia merasa bersalah pada Krystal saat ini, dia benar-benar tak bisa melawan hatinya. Otaknya gagal menyuruh hatinya agar tak merasa terluka melihat itu semua. Agar tak sakit hati melihat Baekhyun berciuman dengan gadis lain. Tapi dia gagal. Hatinya terlalu sakit hingga membuat air matanya keluar seenaknya dari matanya.
            Baekhyun segera menatap Jieun, dia tidak ingin Jieun melihat ini, meskipun itu sudah terlanjur terjadi. Baekhyun tak ingin terlihat mencium gadis lain di hadapan gadis yang ia sukai. Sebesar apapun rasa bersalahnya pada Krystal, rasa khawatirnya terhadap Jieun mendominasi. Dan hatinya makin remuk saat melihat Jieun meneteskan air mata dan berlari ke arah hutan saat langit mulai menurunkan butir-butir air hujannya.
            Baekhyun segera mengejar Jieun, meninggalkan Krystal yang sekarang juga sudah menangis melihat pemandangan itu dan bahkan mungkin sudah menyesali tindakannya. Baekhyun terus mengejar Jieun, “Jieun-ah!”
            Tanpa peduli Jieun berlari kemana sedikit-demi sedikit ingatannya muncul tentang tempat yang familiar ini. Meski pohon-pohonnya sudah banyak berubah, masih ada unsur-unsur tertentu yang membuatnya teingat. Dia pernah kesini. Berlari.
            Jieun tak tahu harus bagaimana. Dia tahu Baekhyun mengejarnya tapi dia sedang tak ingin melihat Baekhyun saat ini. Dia mungkin akan menangis tersedu-sedu jika melihat Baekhyun sekarang. Tanpa berpikir panjang Jieun segera menghentikan waktu setelah sampai di tempat favoritnya. Waktu pun terhenti dan tanpa sadar sebuah tangan sudah memegang pundaknya. Tangan yang hangat yang terasa sangat familiar. Tangan yang pernah menggenggamnya di tempat yang sama. Tangan yang pernah mengelus kelinci kesayangannya. Di tempat ini. Tempat ia pertama kali bertemu Baekhyun dan pertama kalinya ia menemukan kemampuannya.
            “Jieun-ah?” Baekhyun terkejut. Dia ingat. Dia benar-benar ingat sekarang. Ia melihat ke sekelilingnya. Pohon-pohon berhenti bergerak. Angin berhenti berhembus. Tetes-tetes air hujan berhenti di udara. Dan dunia terasa sangat sunyi. Hanya ada dia dan Jieun. Dan Baekhyun benar-benar merasa bodoh dia tak menyadari semua ini sebelumnya. Merasa bodoh tak pergi berkeliling di sekitar rumahnya untuk menemukan tepat ini. Merasa bodoh tak mengingat Jieun sejak pertama kali bertemu dengannya lagi.
            Sedetik kemudian yang terjadi adalah Baekhyun sudah membalikkan tubuh Jieun agar menghadapnya dan menciumnya. Adegan yang dulu pernah terjadi antara mereka berdua di tempat yang sama. Baekhyun tersenyum dalam ciumannya dan Jieun juga terbelalak, persis seperti waktu mereka pertama kali bertemu.
            “Benar ini kau.” Kata Baekhyun sambil menatapnya.
            Jieun menatap Baekhyun masih dengan keterkejutannya, entah mengapa perasaannya dengan cepat berputar 180 derajat dari perasaannya tadi. Jieun benar-benar tak bisa memahaminya.
            “Mian Jieun-ah. Karena tak mengenalimu sejak awal.” Baekhyun tersenyum. Sebuah bagian yang hilang dari hatinya selama ini telah terisi dengan sempurna.

TO BE CONTINUED.....

3 komentar:

  1. Woaaaa!!!!!! Keren abiss!!!!!!!!!!

    BalasHapus
  2. aduhhh complicated beyut swearrr..!!!! jieun jieun betapa beruntungnya sesungguhnya kamu.. haahhaha wahhh yaopo iki lek dadi film adegan tegang pas part iki lak pas couple2 liane wero lek krystal baek kikuk kikuk. eunji hahah cowok badaii.. ah ah ah aku seneng sing bagian akhir sing syedih syedih ikiii.. good job thor..

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha ok ok lanjutkan2XD jgn lupa komen sepanjang2nya di last part

      Hapus