"Jadi tinggal berapa lama
umurku sebenarnya?" akhirnya Jieun bertanya.
Tapi
hingga akhir perbincangan mereka, Changjo tetap tak memberitahunya hal yang benar-benar
ia ketahui sejak lama itu. Hal yang sudah sejak lama ia bicarakan dengan
Kyuhyun dan Gyuri yang bisa melihat masa lalu dan masa depan Jieun.
***
"Kau
suram. Kau tidak seperti Jieun yang aku lihat beberapa hari yang lalu."
kata Baekhyun tiba-tiba saat Jieun baru kembali dari hutan favoritnya dan akan
masuk ke gerbang rumah Krystal.
Mungkin
itu karena pikiran Jieun terpenuhi dengan hal-hal yang berkaitan dengan
kamampuannya. Dia sendiri bingung mengapa pada akhirnya semua itu
mengganggunya. Dan mengapa terasa begitu berat jika tiba-tiba waktunya di dunia
ini sudah habis, dan di saat itu Jieun tak ingin pergi. Mengapa sekarang dunia
ini serasa sulit ia tinggalkan? Jieun sendiri tidak yakin kenangan-kenangan
yang ia miliki di dunia ini cukup membuatnya tak ingin pergi, tapi itulah yang
terjadi, sedikit saja kenangan yang ia punya di dunia ini, membuatnya tak ingin
meninggalkannya. Jieun mungkin terlalu sombong sebelum ini, ya mungkin ia
terlalu sombong, hingga saat ini hanya rasa penyesalan yang ada. Menyesal Jieun
tak memanfaatkan waktu sebaik mungkin di dunia ini.
"Benarkah?"
Jieun bertanya dengan ekspresi datarnya.
"Sangat.
Aku serasa bisa melihat aura hitammu sekarang." kata Baekhyun cepat.
"Apa kau perlu pergi bersepeda lagi ke hutan? Dengan membawaku?
Mengorbankanku sebagai mangsa kupu-kupu lagi agar membuatmu tertawa?" dia
benar-benar bicara tanpa jeda. Membuat senyum Jieun keluar begitu saja.
Berhasil
membuat Jieun tersenyum, Baekhyun senang dan ikut tersenyum bahagia. Terlalu
bahagia, membuat Jieun semakin tidak ingin pergi dari dunia ini.
"Apa
aku sudah pernah bilang padamu senyummu itu... Kenapa aku merasa sudah akrab
dengan senyummu itu? Seperti aku sudah pernah melihat sebelumnya?" tanya
Baekhyun tiba-tiba.
Seketika
suasana di antara mereka menjadi hening, hanya ada suara angin sepoi yang
berhembus di dedaunan pohon-pohon di sekitar mereka. Mereka tenggelam dalam
pikiran mereka sendiri.
Hingga
sebuah taksi berhenti di jalan di antara Jieun dan Baekhyun lamunan mereka baru
terganggu. Lalu turun sesosok gadis yang mereka kenal dari dalam taksi itu,
Kang Jiyoung. "Wah kau tahu betapa sulitnya tadi sopir taksi itu mencari
tempat ini? Kenapa rumahmu harus di sini Baekhyun-ah?" Kata Jiyoung lalu
tersenyum melihat Jieun, "Ah, anyeong Jieun-ah!" senyum yang manis
dari seorang Kang Jiyoung. Jieun kadang masih tak percaya dia bisa berteman
dengan gadis manis ini.
"Jiyoung?
Kau sendirian?" tanya Baekhyun saat menghampiri Jiyoung setelah taksi yang
dia naiki tadi pergi. "Kau kesini untuk menyelesaikan tugas kelompok kita
kan?" lalu ia berpikir setelah melihat senyum kecut dari Jiyoung,
"Jadi Jongin masih tak mau bicara padaku?" Baekhyun menekuk wajahnya,
ia sedih dengan kenyataan ini. Jongin benar-benar menjadi aneh di hadapannya,
dia selalu menghindar dengan hal yang berhubungan dengan Baekhyun. Di kelas,
walau mereka sebangku, setelah Baekhyun tahu Jongin menyukai Krystal, mereka
tak pernah bicara, meski Baekhyun selalu berusaha. Meski Jiyoung dan yang lain memintanya untuk
memberi Jongin sedikit waktu karena mungkin Jongin merasa tak enak hati pada
Baekhyun akan kenyataan itu, Baekhyun tetap sedih jika dia tak bisa bicara
dengan salah satu temannya. Ini masih dua hari sejak kejadian itu, tapi
Baekhyun sudah merasa menunggu terlalu lama. Dia bahkan tak tahan melihat
Jongin masih marah pada Chanyeol.
"Ani,
sepertinya hari ini dia sedang berhalangan pergi." hibur Jiyoung.
"Tenanglah, kemarin Jongin sudah hampir tertawa dengan candaan Chanyeol,
pasti besok dia sudah baik-baik saja. Kerja kelompok kita selanjutnya dia pasti
datang."
"Benarkah?"
tanya Baekhyun pelan.
"Tentu
saja, dia tidak akan melewatkan tugas sekolahnya. Jadi tenang saja ok? Dia
pasti akan datang minggu depan. Ingat kita ini kelompok yang beruntung punya
dia, kau tahu bagaimana depresinya Eunji kan sekelompok dengan Chanyeol dan
Jongdae?" Jiyoung tertawa, bukan tawa yang dipaksakan hanya untuk
menghibur Baekhyun. Baekhyun suka itu.
Baekhyun
kembali tersenyum, "Baiklah. Masuklah!" ajak Baekhyun.
"Baiklah."
kata Jiyoung ceria, "Anyeong Jieun!" dia melambai pada Jieun yang
baru akan memasuki gerbang rumah Krystal. Jieun membalas senyumnya, bukan
senyum yang dipaksakan hanya untuk menyenangkan Jiyoung, Baekhyun juga suka
itu. Dan lebih menyukainya lagi karena itu Jieun.
Saat
itu juga Krystal keluar bersama seekor anjingnya tanpa sama sekali melihat
Jieun yang jelas-jelas dia lewati. Sampai sekarang Baekhyun tak suka sikap
Krystal terhadap Jieun, tapi sayang dia juga masih tak mengerti yang sebenarnya
terjadi di antara mereka, alasan dinginnya suasana di antara mereka berdua.
Jiyoung
segera menunduk menyapanya dengan senyuman. Dia juga melihat sikap Krystal
terhadap Jieun, dan merasa sedikit kaget meski Baekhyun sudah pernah
menceritakan hubungan dua gadis itu yang tidak baik. Jauh di lubuk hatinya, dia
masih tak bisa terima Jongin menyukai gadis itu. Meskipun jika dibandingkan
dengan gadis manapun, Krystal memang gadis yang sempurna di matanya.
Krystal
sendiri meneruskan langkahnya, kembali pada tujuan awalnya untuk mengajak
anjingnya beralan-jalan, dan sekarang ia juga berusaha menutupi kekecewaannya.
Kekecewaannya terhadap pertemanan orang-orang itu. Pertemanan yang entah
mengapa membuatnya marah. Pertemanan yang meski tak ingin ia masuki tapi
membuatnya marah dan pertemanan yang memang ia pikir takkan bisa menerimanya.
Lalu terutama kekecewaannya pada reaksi-reaksi Baekhyun akhir-akhir ini
terhadap keberadaannya. Juga kekecewaannya pada reaksi-reaksi yang selalu
dilakukan Baekhyun terhadap keberadaan Jieun.
***
"Boleh
aku makan di sini?" tanya Jieun ragu pada Changjo yang makan sendirian.
Changjo
menjawabnya dengan anggukan. "Kemana teman-teman noona?"
"Entahlah."
jawab Jieun singkat.
"Aku
tahu kau menungguku untuk memberitahumu berapa sebenarnya sisa umurmu."
kata Changjo tanpa basa basi.
Tidak
terkejut sama sekali bahwa Changjo bisa tahu atau blak-blakan soal ini, Jieun
hanya tersenyum.
"Kau
sudah dengar kata Gyuri noona kan? Tentang apa saja kemampuan pengendali
waktu?"
"Bahwa
kita bisa mengembalikan waktu?"
Changjo
mengangguk.
"Dan
kau akan melarangku untuk memakainya?" Jieun tersenyum, bukan karena ini
lucu, tapi dia tak habis pikir kenapa Changjo selalu melakukan hal yang terlalu
baik untukknya.
Changjo
hanya menatapnya. Tapi Jieun tahu dengan begitu, apa yang Jieun tebak benar
adanya. Bahwa Changjo akan benar-benar melarangnya menggunakan kemampuannya
lagi, mempertahankannya agar tetap ada di dunia ini dan berusaha menguatkan
Jieun agar dia tetap pada pilihannya yang sekarang, bertahan di dunia ini lebih
lama lagi. Dan jika Jieun memundurkan waktu, yang akan mengurangi umurnya
selama satu tahun, dengan begitu Jieun tahu. Tahu bahwa umurnya di dunia ini
tidak sampai satu tahun. Jieun yakin itu. Bahwa Changjo akan mati-matian
mencegahnya agar tidak memundurkan waktu di situasi apapun, karena jika Jieun
melakukannya, Jieun akan pergi dari dunia ini. Akhirnya Jieun tahu.
"Kenapa
kau seperti ini?" tanya Jieun akhirnya, dia sudah tidak bisa melanjutkan
makan siangnya.
Lagi-lagi
Changjo hanya menatapnya tanpa sepatah kata.
"Apa
aku pantas kau perlakukan seperti ini? Apa aku manusia yang pantas?"
"Lanjutkan
makan siangmu noona." kata Changjo singkat.
Baekhyun
yang baru sampai di kantin melihat Changjo dan Jieun yang semeja dan lagi-lagi
Chanyeol dan Jongdae memanas-manasinya, "Ah, tidak mungkin jika mereka tak
punya hubungan apa-apa." kata Jongdae.
"Teman
semacam apa mereka sebenarnya?" tambah Chanyeol.
"Sungguh
baru kali ini Baek aku melihatnya terlalu mudah berteman dengan orang. Kau tahu
kan aku sudah satu sekolah dengannya sejak SMP?" Jongdae membuat telinga
Baekhyun semakin panas.
Baiklah,
Baekhyun bahkan merasa iri pada Jongdae yang bisa kenal Jieun selama itu.
Karena Baekhyun merasa Jieun adalah gadis yang sudah ia kenal dengan dalam dan
lama, tapi sekarang dia sadar dia belum begitu mengenal Jieun. Dan sangat aneh
untuk Baekhyun menyukai seseorang yang belum lama ia kenal. Ini aneh. Dan ya
Tuhan, ada hubungan apa sebenarnya Jieun dan Changjo itu?
Sedangkan
Eunji di meja lain sedang menghadapi Myungsoo yang sedari tadi bicara soal
jadwal latihan basket dengannya. Dan Eunji masih tak bisa mengatasi jantungnya
jika di dekat Myungsoo. Eunji mengumpat dalam hatinya berkali-kali, karena dia
ingat. Dia sadar semenjak dia menginjakkan kaki di sekolah ini dia selalu
melihat Myungsoo, sosok yang begitu bagus permainan basketnya dan seseorang
yang Eunji kenal pertama kali di sekolah ini, lewat basket. Eunji marah karena
dia sendiri gagal mengontrol hatinya hingga saat ini jatuh begitu saja untuk
Myungsoo. Eunji kesal karena pada akhirnya dia jatuh hati pada Myungsoo.
Eunji
melihat Baekhyun dan yang lain datang dan ia segera melambai, "Ya! Kalian!
Di sini. Bawa Jieun kesini juga!" lalu dia bicara pada Myungsoo dengan
cepat, "Kita bisa membicarakan jadwalnya lain kali. Sekarang aku sangat
lapar."
Myungsoo
tertawa kecil, "Kau membuatku takut. Kenapa akhir-akhir ini Jung Eunji
tidak begitu tertarik dengan basket? Apa kau sedang lupa basket sudah menjadi
satu dengan darahmu?"
Eunji
hanya meliriknya tajam, "Sudah cepat pergi! Atau kau mau semeja dengan
Baekhyun dan menjadi canggung sampai kau tidak bisa makan siang?"
Myungsoo
malah tertawa, "Mungkin sekarang dia yang canggung denganku."
"Apa
maksudmu?"
"Karena
dia dijodohkan dengan gadis yang pernah bersamaku dan sekarang dia menyukai
teman sekelasku?" tanya Myungsoo sembarangan.
Eunji
memutar bola matanya tak habis pikir. Lalu akhirnya Myungsoo benar-benar pergi
dan membuatnya bisa bernafas lagi dengan lega.
Jongdae
dan Chanyeol sudah berhasil menyeret Jieun beserta Changjo, entah apa yang
mereka pikirkan, tapi itu jelas membuat Jieun dan Changjo tak tahu harus
berbuat apa. Lalu Baekhyun dan Jiyoung pun bergabung. Baekhyun juga tak habis
pikir bagaimana bisa Dua orang itu mengikutsertakan Changjo juga.
"Selamat
datang Changjo-ah!" sapa Jongdae tanpa ada beban sedikitpun. Saat ini
mereka sudah memulai makan siang mereka. Jieun akhirnya bisa meneruskan makan
siangnya lagi, melupakan sejenak masalahnya tadi.
"Seperti
inilah mereka. Maaf jika menyusahkanmu." kata Eunji pada Changjo yang
jelas terlihat canggung berada di sini.
"Kau
harus berkenalan dengan Baekhyun-ie." Tambah Chanyeol sambil menahan
tawanya terhadap Baekhyun. Jika Baekhyun duduk dekat dengannya, dia pasti sudah
menginjak kaki panjang itu.
Changjo
seketika menatap Baekhyun. Dan Baekhyun yang malah menjadi canggung. Sedangkan
Jieun memperhatikan mereka berdua yang entah mengapa terlihat aneh itu, Jieun
tak mengerti.
"Sudah
cepat berkenalan sana!" suruh Jongdae pada Baekhyun. "Changjo-ah,
Baekhyun ini murid baru yang baik. Aku harap kalian bisa berteman."
Akhirnya
Baekhyun mengulurkan tangannya, "Baekhyun."
"Changjo."
jawab Changjo singkat sambil menjabat tangan Baekhyun. Chanyeol dan Jongdae
benar-benar menahan tawa karena ini.
Sedangkan
Eunji yang sudah tahu maksud mereka hanya memutar bola matanya.
"Apa
kalian dekat dengan Changjo?" tanya Jiyoung pada duo itu.
"Ya
tentu saja. Dulu dia pernah sekali mencegah kami mengerjai seseorang. Ya pernah
sekali." kata Chanyeol.
"Siapa
korban kita waktu itu?" Jongdae bertanya-tanya berusaha mengingat.
Duo
itu mulai berpikir dan Eunji juga Jiyoung lagi-lagi memutar bola mata mereka
tak habis pikir.
Lalu
Chanyeol mengingat sesuatu, dia menatap Jieun lalu segera menutup mulutnya agar
tak kelepasan bicara lagi. Setelah itu dia saling menatap dengan Jongdae yang
tentunya sudah ingat juga. Kemudian mereka berdua menatap Baekhyun dengan
perasaan bersalah.
Mereka
semua mengerti. Mengerti maksud yang tersembunyi dari komunikasi tanpa kata
itu. Meski tak ada yang bicara, Baekhyun yakin, yang mereka maksud adalah
Jieun. Dan itu membuat mereka menemukan kesimpulan baru. Bahwa Changjo sudah
sejak dulu memperhatikan Jieun. Sudah selama itu. Dan lagi-lagi kenyataan ini
membuat Baekhyun iri. Di saat seperti ini entah kenapa Baekhyun ingin semua
orang pergi dan meninggalkannya berdua dengan Jieun, agar bisa menghabiskan
waktu dengannya lebih lama. Agar bisa mengenal Jieun lebih dalam. Dan di saat
seperti ini juga dia tidak berani teringat akan Krystal dan rentetan masalah di
belakangnya. Karena dia sedang tidak ingin dirundung lagi rasa bersalah.
Setidaknya saat ini biarkan semuanya mengalir begitu saja.
"Apa
benar Jongin tidak makan siang lagi?" kata Jiyoung akhirnya, memecahkan
keheningan.
"Jadi
Jongin masih marah pada raksasa ini?" tanya Eunji sambil melirik Chanyeol
setelah mereka semua mulai makan.
"Ya!
Apa kesalahanku sebesar itu?" tanya Chanyeol tak percaya.
"Kau
memang bersalah. Tapi..." kata Jiyoung lalu tiba-tiba ragu sambil
memandang berkeliling. Yang Jiyoung pikirkan adalah keberadaan Baekhyun di
sini. Jiyoung mengerti benar bahwa Jongin bahkan mungkin tak semarah itu pada
Chanyeol. Tapi Jongin benar-benar kesulitan mengatasi sikapnya di hadapan
Baekhyun setelah perasaannya terkuak.
"Wae?"
tanya Chanyeol.
"Ani,
mana ada yang tahan marah padamu selama itu? Dia pasti kesini sebentar
lagi." jawab Jiyoung cepat-cepat.
"Kang
Jiyoung memang yang paling mengerti Kim Jongin." kata Jongdae sambil
menggelengkan kepalanya.
Inilah
kenyataan yang tidak disukai Jiyoung. Dia memang sangat mengerti Jongin.
Terlalu mengerti hingga dia tak mengerti dirinya sendiri dan tak bisa
mengontrolnya.
Dan
benar saja tak lama kemudian saat mereka sedang membicarakan hal tidak penting,
Jongin datang dengan makanannya, tapi terhenti saat melihat meja itu penuh.
"Gwenchana.
Aku harus pergi. Sunbae bisa duduk di sini." kata Changjo tiba-tiba seraya
beranjak pergi. Sebenarnya sejak awal dia sudah ingin pergi.
"Ah
baiklah." kata Jongdae.
Lalu
entah kenapa Baekhyun bicara, "Lain kali jangan segan bergabung dengan
kami. Kau teman Jieun, berarti kau teman kami juga." Membuat yang lain
kecuali Jieun menatapnya heran.
Dan akhirnya Jongin duduk di sebelah Jieun.
"Jadi
Jongin. Kau sudah memaafkanku kan?" tanya Chanyeol takut-takut.
Jongin
hanya meliriknya, "Aku tidak benar-benar marah padamu. Sejak dulu
kelakuanmu memang minus. Jadi tak ada gunanya aku marah."
Eunji
dan Jongdae terbahak seketika. Sedangkan Chanyeol terdiam dan membuat wajah
menangis yang dibuat-buat. Dan Jiyoung ikut tertawa, lebih tepatnya memaksa
dirinya untuk tertawa agar pikirannya tidak sesak.
Jieun
memperhatikan ekspresi Baekhyun yang masih merasa tidak enak terhadap Jongin.
Jieun yakin, meski Baekhyun tak melakukan kesalahan sedikit pun, dia akan tetap
merasa bersalah pada Jongin. Paling tidak karena keberadaannya di sini.
Keberadaannya yang membuat Jongin merasa sulit. Jieun bisa melihatnya.
"Baiklah.
Mari kita rayakan ini!" Kata Eunji setelah tawanya mereda. "Saat
berteman kita tidak perlu merasa tidak enak satu sama lain. Mari kita lupakan
hal yang aneh-aneh di antara kita."
"Geurae
geurae!" Jongdae setuju. "Ayo kita ke taman hiburan!" dia
terlihat bersemangat, "Sudah lama aku tak kesana."
"Taman
hiburan?" tanya Chanyeol, "Joha! Joha!"
"Kalau
begitu setelah ujian kenaikan kelas nanti. Ok?" Eunji memberi ide.
"Ya,
sekarang ini masih terlalu banyak tugas." tambah Jiyoung.
Yang
lain lalu mengiyakan dengan senang. Dan ini adalah hal yang baru untuk Jieun.
"Kau
harus ikut juga Jieun-ah!" kata Baekhyun. Jieun tak bisa membayangkan
keadaan itu nanti.
***
Teman-teman
Baekhyun merasa aneh dengan sikap Baekhyun yang tiba-tiba tak seceria biasanya
hari ini. Benar-benar aneh hingga bahkan mereka tidak berani bertanya meski
mereka benar-benar ingin tahu alasan yang membuat Baekhyun seperti itu.
Jelas
juga membuat Jieun khawatir meski otaknya melarangnya. Baekhyun yang seperti
ini benar-benar tak enak dilihat. Rasanya seluruh dunia ikut muram karenanya.
Bukankah itu pengaruh yang besar bagi sekitarnya?
Berusaha
menghilangkan pikirannya tentang Baekhyun sejak jam makan siang tadi, Jieun
sengaja membolos kelas dan berniat menghabiskan waktunya di atap gedung, tempat
favoritnya, tapi segera menyesalinya karena dia malah menemukan Baekhyun di
sana. Duduk di bangku panjang tempat Jieun biasa duduk sendiri. Matanya
terlihat kosong melihat ke depan. Bukan seperti Baekhyun yang biasa ia kenal.
Entah
mengapa Jieun tak berbalik arah namun malah duduk di sebelah Baekhyun dan
memperhatikannya lekat-lekat.
Baekhyun
sama sekali tidak terkejut. Dia malah agak terkejut akan bagian dirinya yang
justru mengharapkan Jieun juga membolos kelas sepertinya saat ini dan
menemaninya seperti ini. Itu semua membuatnya berpikir bahwa dirinya memang
benar-benar menyukai gadis di hadapannya itu.
"Kau
kenapa?" tanya Jieun lembut. Dia sudah tidak bisa lagi mengesampingkan
kekhawatirannya.
"Apa
yang harus aku lakukan Jieun-ah?" mata Baekhyun berkaca-kaca.
Ada
sesuatu diingatan Jieun yang menggelitiknya.
Jieun
terus mendengarkan. "Mereka sudah menentukan tanggal pertunangannya."
entah kenapa Jieun merasa mengerti semuanya, tanpa pernah ia mendengar Baekhyun
mengatakannya, tapi entah mengapa ia tahu bahwa Baekhyun tak menyukai Krystal
dan sekarang ia tahu bahwa Baekhyun sebenarnya juga tak menerima perjodohan
itu.
"Dan
eomma menangis, setelah aku jelaskan semua padanya, bahwa aku tetap tak bisa
menerima semua itu. Dan dia menangis memikirkan perasaanku karena Appa tak mau
tahu, karena ini penting untuk perusahaan. Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku
tak mau menikahi Krystal. Aku tak menyukainya." Sekarang Baekhyun sudah
menitihkan air matanya. Dia menangis. Jieun bisa melihat jelas kesedihannya.
Dan saat itu pula sesuatu yang menggelitik dari ingatannya muncul ke permukaan
dengan jelas. Dan semua ujung benang-benang yang putus dan melayang-layang di
kepalanya sudah tersambung dengan sempurna. Dan alasan-alasan mengapa ia selalu
merasa mengenal Baekhyun sejak lama dan dalam, menghujaninya seketika.
Lelaki
kecil itu. Lelaki kecil yang menangis hingga menabraknya, menangis karena tak
mau dinikahkan dengan gadis yang menakutkan. Lelaki yang mencuri ciuman
pertamanya. Lelaki yang membuatnya menemukan kemampuannya bahkan mengetahuinya,
sekarang ada di hadapannya. Sudah tumbuh besar dengan begitu tampan dan hati
yang baik dan sudah cukup lama berada di sekitar Jieun tanpa Jieun sadari.
Jieun merasa bodoh. Dan dengan ini dia yakin perasaan yang ia rasakan untuk
Baekhyun, itu cinta.
"Jangan
menangis..." tanpa terkontrol tangan kanan Jieun mendarat di wajah
Baekhyun dan jemarinya mengusap air mata Baekhyun. "Menangis tidak baik
untuk lelaki." Jieun berusaha menghiburnya. Dan lagi-lagi Baekhyun merasa
sudah mengenal Jieun sebelumnya.
Baekhyun
segera mengusap air matanya dan memaksakan senyumnya, "Sekarang kau pasti
berpikir aku cengeng."
Jieun
hanya tersenyum, untuk yang satu ini sepertinya Baekhyun tidak berubah.
"Apa
aku sudah pernah bilang bahwa aku sepertinya pernah mengenalmu
sebelumnya?" tanya Baekhyun.
"Ani."
Jawab Jieun santai. "Mungkin itu hanya ada dalam kepalamu saja. Kita belum
pernah saling mengenal sebelumnya." dan Jieun memutuskan Baekhyun tak
boleh tahu, setidaknya untuk saat ini, "Sebaiknya kau kembali ke
kelas."
"Tidak
dengan mata sembab seperti ini." Baekhyun mengerucutkan bibirnya. Ini
semua membuat Jieun berpikir lagi untuk menghilangkan kemampuannya.
***
Eunji
kesal ini sebuah sore yang buruk, karena harus terjebak di salah satu kafe di
tengah kota dengan Kim Myungsoo. Mendiskusikan jadwal latihan dari kedua tim
mereka, hal yang paling tidak sedang Eunji ingin lakukan.
"Kau
mendengarku? Apa pendapatmu jika tim kita latihan di hari yang sama
sekalian?" Myungsoo berusaah membuyarkan lamunan Eunji. Yang yang duduk di
hadapannya dengan pandangan kosong itu, entah apa yang sedang ia pikirkan.
"Ya,
aku mendengarmu." jawab Eunji malas. Dia memang mendengar semuanya, suara
Myungsoo. Melihat semuanya, gerak-gerik Myungsoo. Bahkan ia tak bisa berhenti.
Hatinya malah merasa senang saat ia melakukannya, meski otaknya berpikiran
lain. Sekeras apapun dia berusaha memikirkan hal lain, hatinya sudah
benar-benar terpenuhi oleh lelaki di hadapannya itu. Dan Jung Eunji tak
menyukai hal semacam ini.
"Lalu
kenapa kau tak menjawabku?" tanya Myungsoo agak meninggikan suaranya
kesal.
"Ya!"
bentak Eunji lebih kesal. Lalu dia tak tahu apa yang harus dia katakan,
"Sudahlah lupakan! Aku akan mengikuti jadwalmu saja. Apa dengan begitu
sudah beres?"
Myungsoo
tersenyum tak percaya, "Seorang Jung Eunji bersedia mengikuti jadwal orang
lain?"
"Diamlah!"
bentak Eunji lagi lalu ia melihat ponselnya yang mendapat pesan dari Chanyeol
bahwa dia dan Jongdae sudah bertanya pada Baekhyun, kelompok mereka bisa
bergabung dengan kelompok Baekhyun di rumahnya nanti.
"Eunji?"
Eunji
juga benci ini, namanya yang diucapkan oleh Myungsoo entah mengapa terasa begitu
berbeda. Membuat hatinya bergetar.
"Sudahlah.
Kita sudah beres kan? Aku ada kerja kelompok. Aku harus pergi." Eunji
beranjak.
"Kemana?"
lalu Myungsoo melihat ke arah jalanan. "Biar aku antar. Maaf membuatmu
kesal karena harus menyita waktumu."
"Ne?"
Eunji terkejut, dia takut salah dengar, dan hal ini benar-benar membuatnya
merasa gila. Membayangkan dirinya berada satu motor dengan Myungsoo sudah
benar-benar cukup untuk membuatnya gila. "Kau tidak akan mau mengantarku.
Percayalah."
"Memangnya
kau mau kemana?" tanya Myungsoo heran.
"Rumah
Baekhyun." Jawab Eunji cepat. Berharap Myungsoo segera mengubah
pikirannya.
Ekspresi
Myungsoo memang berubah sejenak. Jelas dia tahu jika dia mengantar Eunji ke
rumah Baekhyun, artinya dia juga harus melihat rumah Krystal. Krystal, nama
yang masih memiliki tempat di suatu tempat dalam hatinya. "Kajja!"
Eunji
terbelalak, "Kau yakin?"
"Yakin.
Apa kau mengkhawatirkanku? Jika itu tentang Krystal, bukankah kami sudah tidak
ada apa-apa lagi, lalu apa yang kau harapkan akan terjadi? Bukankah kau yang
mengatakan bahwa aku harus bangkit lagi setelah semua itu?" perkataannya
terlalu panjang, meski Eunji tahu benar artinya, namun itu semua masih
membingungkannya. Dan Eunji dengan terpaksa tak bisa mengelak lagi.
***
Baekhyun
tahu Ibunya sedang terus memperhatikannya jika ada waktu. Baekhyun tahu dia
sedang tidak bisa diajak kerja sama, berlaku sesuai dengan keinginan orang lain
untuk menyenangkan orang lain, hal seperti itu sama sekali sedang tak bisa ia
lakukan. Meski Ayah Krystal dan Ayah Baekhyun masih bicara dengan senyum di
wajah mereka, tetap saja pertemuan ini tak berhasil. Kedua anak keluarga ini
tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.
“Jwesonghamnida.”
Tiba-tiba Baekhyun berdiri dari kursinya, membuat Ibunya dan Krystal sendiri
khawatir. “Saya harus pergi, ada urusan penting yang harus saya selesaikan.”
Dengan lemahnya Baekhyun menjadikan kerja kelompoknya dengan Jongin dan Jiyoung
alasannya kabur dari hal yang paling tidak ingin dia lakukan ini.
Baekhyun
tahu Ayahnya menunjukkan wajah kesalnya, dia tahu orang tua Krystal tampak
kebingungan akan ketidak sopanan Baekhyun yang tidak biasa ini, Dia tahu
mungkin ibunya akan menangis lagi setelah ini, dan dia tahu Krystal
mengikutinya keluar.
***
Jiyoung
duduk di samping Jongin dalam taksi yang sudah ia pesan tadi. Sesuai rencana
mereka akan menyelesaikan tugas kelompok mereka hari ini juga. Meski Jiyoung
tahu Jongin masih merasa tidak enak untuk datang ke rumah Baekhyun yang
merupakan tetangga Krystal dan bahkan calon tunangan Krystal itu, dia bersikap
tak terjadi apa-apa.
“Kau
yakin Baekhyun tidak sedang ada acara?” tanya Jongin. “Dia bilang dia ada acara
sepulang sekolah tadi.”
“Ani,
dia baru mengirimiku pesan agar kita segera datang. Jadi acaranya sudah selesai
kan?” kata Jiyoung, tak berani menatap Jongin dan terus melihat keluar jendela
taksi, melihat apapun yang bisa di lihat di luar sana selama perjalanan.
“Baiklah.”
Jongin benar-benar terlihat berusaha tenang, Jiyoung bisa melihat itu dengan
jelas.
***
Jieun
baru kembali dari tempat favoritnya di hutan, tidak dengan alasannya seperti
biasa. Tidak untuk sekedar menghabiskan waktu di sana. Tapi ia tahu, keluarga
Baekhyun dan Krystal sedang bertemu untuk membicarakan lebih lanjut pertunangan
mereka yang tanggalnya sudah ditentukan. Dan sekarang ia memutuskan kembali ke
rumahnya, berusaha tak peduli meski acara pertemuan dalam rumah Krystal itu
sudah berakhir atau belum. Menjadikan langit yang semakin mendung sebagai
alasan agar ia tidak terkena hujan yang sebentar lagi akan datang itu. Dia
harus segera kembali ke rumahnya, karena bahkan dengan berdiam diri di hutan,
tak bisa mengobati hatinya yang sedang tak karuan.
Jieun
segera menyesalinya. Seharusnya ia berdiam diri di tempat favoritnya lebih
lama. Atau mungkin tak kembali ke rumahnya hingga hari berganti jika dia harus
bertemu Krystal di depan gerbang rumahnya.
"Kau
senang?" Jieun hampir menampar wajahnya sendiri agar dia sadar, Jung
Krystal bicara padanya. Meski sulit dipercaya, Krystal memang bicara padanya.
"Kalian senang?" Jieun melihat Baekhyun yang sepertinya baru masuk ke
gerbang rumahnya, kembali keluar setelah Krystal bicara.
"Harus
seperti apa lagi aku berusaha? Kenapa semuanya selalu tidak adil untukku?
Kenapa orang-orang selalu bisa bahagia sedangkan aku tidak?" Krystal terus
bicara. Dia terlihat sangat rapuh, dan Jieun juga Baekhyun bisa merasakan
kemarahannya yang sepertinya sudah tidak dibendung lagi.
"Krystal?"
Baekhyun mendekat. Dia juga sekilas melihat Jieun yang jelas terlihat terkejut.
"Aku
membiarkan semuanya. Aku hanya menunggu yang satu ini. Tapi kenapa ini juga
tidak bisa berhasil?" Krystal lalu menatap Jieun ke dalam matanya
lekat-lekat. "Dan kenapa kau selalu menghalangi jalanku?" Krystal
benar-benar marah melihat gadis dihadapannya itu. Gadis yang selalu orang
tuanya banding-bandingkan dengan dirinya. Gadis yang tidak lebih baik darinya
dalam barbagai hal tapi selalu berhasil menyenangkan hati orang lain dengan
senyumnya. Gadis yang apapun yang dia lakukan tak pernah membuat orang lain
sakit hati. Gadis yang selama ini ada di hati Baekhyun, satu-satunya lelaki
yang ia sukai. "Apa kau masih tidak sadar apa alasanku tak mau lagi
berteman denganmu? Kau masih tidak tahu apa yang membuatku membencimu?"
Krystal meninggikan suaranya di akhir kalimatnya.
Baekhyun
dan Jieun belum pernah melihat Krystal yang seperti ini.
Tanpa
mempedulikan tatapan penuh tanya dari Baekhyun, Krystal terus menumpahkan isi
hatinya, "Sejak dulu aku selalu membiarkanmu terlihat lebih baik dariku.
Dari dulu aku masih bisa menahan semuanya, tapi tidak dengan yang satu ini. Apa
kau tahu bagaimana perasaanku saat menyukai Baekhyun setelah pertama kali
bertemu dengannya dan saat itu juga aku mengetahui dia sama sekali tak
menyukaiku? Apa kau tahu bagaimana perasaanku saat tahu, bahkan setelah satu
tahun dia datang kesini yang dia tanyakan adalah seorang gadis dengan
kelincinya? Bahwa dia ingin bertemu dengan gadis itu? Tanpa menyebut namaku
sama sekali walaupun kami berdualah yang dijodohkan?" Krystal berkaca-kaca.
Dia sudah tak kuat lagi menahan semuanya.
Baekhyun
dan Jieun terbelalak. Jieun tak tahu bahwa Krystal tahu soal itu. Tak tahu
bahwa inilah alasan yang sebenarnya, yang membuat Krystal tak bicara lagi
padanya. Jieun benar-benar terkejut. Sedangkan Baekhyun menatap bingung kedua
gadis di hadapannya. Ia memaksa otaknya berkerja secepat mungkin mencerna semua
perkataan yang ia dengar namun di saat itu juga Krystal menatapnya.
“Apa
yang harus aku lakukan? Aku sangat-sangat menyukaimu Byun Baekhyun! Kenapa kau
tak bisa menyukai?” Krystal sudah berdiri di hadapan Baekhyun. Air mata
dimatanya mungkin akan segera tumpah. “Tak bisakah kau menyukaiku?” tanyanya
lirih. Lalu semakin mendakat pada Baekhyun dan dalam hitungan detik sudah
menciumnya. Mencium lelaki yang selama ini sudah mengisi hatinya.
Saat
itu juga taksi yang dinaiki Jiyoung dan Jongin sampai, membuat mereka berdua
melihat adegan ini dengan jelas. Jiyoung mendadak panik. Akhirnya dia menatap
Jongin yang masih melihat Baekhyun dan Krystal di depan gerbang rumah Krystal.
Dengan cepat Jiyoung menyuruh sopir taksinya untuk kembali dan pergi dari
tempat itu.
Sedangkan
Myungsoo baru mematikan mesin motornya saat Eunji berkata, “Bukankan itu
Jiyoung dan Jongin? Kenapa mereka
kembali?” tanya Eunji heran. Dia sudah turun dari motor Myungsoo. Dia baru
berniat mengambil ponselnya untuk menghubungi Jiyoung dan berterima kasih pada
Myungsoo, “Sudah kau pulanglah. Terima kasih sudah mengantar…” Eunji menyadari
Myungsoo yang sepertinya tak mendengarnya. Lelaki itu terdiam di tempatnya
menatap lurus ke depan. Dan Eunji segera mengikuti arah tatapan Myungsoo dan
menemukan adegan yang jelas membuat Myungsoo terdiam dan mungkin bahkan membuat
Jongin dan Jiyoung kembali. Eunji memutar bola matanya. Dia segera mengambil
kunci motor Myungsoo menyuruh Myungsoo duduk di belakang dan secepat mungkin
membawa Myungsoo pergi dari tempat itu.
Jieun
masih terbelalak saat Baekhyun melepaskan diri dari Krystal. Ribuan pedang
serasa menghujam hatinya. Seberat apapun ia merasa bersalah pada Krystal saat
ini, dia benar-benar tak bisa melawan hatinya. Otaknya gagal menyuruh hatinya
agar tak merasa terluka melihat itu semua. Agar tak sakit hati melihat Baekhyun
berciuman dengan gadis lain. Tapi dia gagal. Hatinya terlalu sakit hingga
membuat air matanya keluar seenaknya dari matanya.
Baekhyun
segera menatap Jieun, dia tidak ingin Jieun melihat ini, meskipun itu sudah
terlanjur terjadi. Baekhyun tak ingin terlihat mencium gadis lain di hadapan
gadis yang ia sukai. Sebesar apapun rasa bersalahnya pada Krystal, rasa
khawatirnya terhadap Jieun mendominasi. Dan hatinya makin remuk saat melihat
Jieun meneteskan air mata dan berlari ke arah hutan saat langit mulai
menurunkan butir-butir air hujannya.
Baekhyun
segera mengejar Jieun, meninggalkan Krystal yang sekarang juga sudah menangis
melihat pemandangan itu dan bahkan mungkin sudah menyesali tindakannya.
Baekhyun terus mengejar Jieun, “Jieun-ah!”
Tanpa
peduli Jieun berlari kemana sedikit-demi sedikit ingatannya muncul tentang
tempat yang familiar ini. Meski pohon-pohonnya sudah banyak berubah, masih ada
unsur-unsur tertentu yang membuatnya teingat. Dia pernah kesini. Berlari.
Jieun
tak tahu harus bagaimana. Dia tahu Baekhyun mengejarnya tapi dia sedang tak
ingin melihat Baekhyun saat ini. Dia mungkin akan menangis tersedu-sedu jika
melihat Baekhyun sekarang. Tanpa berpikir panjang Jieun segera menghentikan
waktu setelah sampai di tempat favoritnya. Waktu pun terhenti dan tanpa sadar
sebuah tangan sudah memegang pundaknya. Tangan yang hangat yang terasa sangat
familiar. Tangan yang pernah menggenggamnya di tempat yang sama. Tangan yang
pernah mengelus kelinci kesayangannya. Di tempat ini. Tempat ia pertama kali
bertemu Baekhyun dan pertama kalinya ia menemukan kemampuannya.
“Jieun-ah?”
Baekhyun terkejut. Dia ingat. Dia benar-benar ingat sekarang. Ia melihat ke
sekelilingnya. Pohon-pohon berhenti bergerak. Angin berhenti berhembus.
Tetes-tetes air hujan berhenti di udara. Dan dunia terasa sangat sunyi. Hanya
ada dia dan Jieun. Dan Baekhyun benar-benar merasa bodoh dia tak menyadari
semua ini sebelumnya. Merasa bodoh tak pergi berkeliling di sekitar rumahnya
untuk menemukan tepat ini. Merasa bodoh tak mengingat Jieun sejak pertama kali
bertemu dengannya lagi.
Sedetik
kemudian yang terjadi adalah Baekhyun sudah membalikkan tubuh Jieun agar
menghadapnya dan menciumnya. Adegan yang dulu pernah terjadi antara mereka
berdua di tempat yang sama. Baekhyun tersenyum dalam ciumannya dan Jieun juga
terbelalak, persis seperti waktu mereka pertama kali bertemu.
“Benar
ini kau.” Kata Baekhyun sambil menatapnya.
Jieun
menatap Baekhyun masih dengan keterkejutannya, entah mengapa perasaannya dengan
cepat berputar 180 derajat dari perasaannya tadi. Jieun benar-benar tak bisa
memahaminya.
“Mian
Jieun-ah. Karena tak mengenalimu sejak awal.” Baekhyun tersenyum. Sebuah bagian
yang hilang dari hatinya selama ini telah terisi dengan sempurna.
TO BE CONTINUED.....
Woaaaa!!!!!! Keren abiss!!!!!!!!!!
BalasHapusaduhhh complicated beyut swearrr..!!!! jieun jieun betapa beruntungnya sesungguhnya kamu.. haahhaha wahhh yaopo iki lek dadi film adegan tegang pas part iki lak pas couple2 liane wero lek krystal baek kikuk kikuk. eunji hahah cowok badaii.. ah ah ah aku seneng sing bagian akhir sing syedih syedih ikiii.. good job thor..
BalasHapushaha ok ok lanjutkan2XD jgn lupa komen sepanjang2nya di last part
Hapus