Halaman

Sabtu, 12 Maret 2011

(FF) Summer Lolly Ice


Sore ini seperti biasa, sepulang sekolah Jiyoung berhenti di sebuah taman bermain dekat rumahnya. Dia berhenti disana untuk membeli sebuah es loli kegemarannya di musim panas seperti ini. Seuah es yang menyegarkan menurutnya.
Jiyoung duduk sendiri di salah satu ayunan taman bermain itu, sambil menikmati esnya. Dia suka saat-saat seperti ini. Dia memang tak seperti gadis seumurannya yang biasa. Dia tak mempunyai banyak teman atau bahkan sebuah geng. Dia lebih suka sendirian. Tapi semua orang tau dia bukan tipe gadis pendiam, dia sangat ceria dan murah senyum.
Sudah beberapa kali di musim panas tahun ini, Jiyoung mendengar sebuah musik berirama cepat dimainkan setiap kali ia duduk di ayunan itu sambil menikmatinya esnya.
“ Siapa sih yang menghidupkan musik seperti itu di saat seperti ini?” gumam Jiyoung.
Kali ini rasa penasarannya tak bisa dibendung. Biasanya dia akan langsung pulang jika rasa ingin taunya muncul. Sekarang dia berdiri dan mencari sumber suara musik itu.
Jiyoung berdiri dan melangkah ke arah belakang, dia rasa suaranya berasal dari bali semak di belakang ayunan.
Benar saja  setelah Jiyoung mengintip di balik semak, dia melihat seorang lelaki berwajah malaikat sedang mencoba beberapa tarian yang keren. Dan tak lama kemudian, lelaki itu berhenti dan menuju ke arah Jiyoung.
Jiyoung terkejut dan melompat begitu saja ke belakang. Namun ternyata lelaki itu tak menghampiri Jiyoung, dia malah menghampiri penjual es loli kesukaan Jiyung dan membeli tiga buah es loli sekaligus.
“ Untung saja dia tak melihatku.....” gumam Jiyoung sambil melahap habis sisa esnya.
Tanpa Jiyoung sadari, dia terus memandangi lelaki itu yang duduk di ujung seluncuran sambil membuka salah satu es lolinya. Jiyoung berpikir untuk segera pulang, tapi pandangannya terus tertuju pada lelaki itu. Jiyoung rasa lelaki itu memiliki wajah tanpa dosa seperti malaikat. Meski peluh melumuri wajah lelaki itu, dia tertap terlihat manis. Gaya berpakaiannya juga biasa sekali, menandakan kepribadiannya yang menyenangkan. Dia tak terlihat seperti tokoh utama sebuah drama yang kebanyakan misterius dan berwajah dingin. Jiyoung sungguh terpana akan wajah yang satu ini.
Kemudian, entah mengapa Jiyoung merasa haus lagi, dia berniat membeli satu es loli lagi sebelum pulang. Lagipula dengan begitu dia bisa melihat lebih dekat lelaki itu.
Jiyoung pun menghampiri penjual es loli yang berada di sebelah seluncuran tempat lelaki itu duduk santai sambil membasuh peluhnya.
“ Ajushi! Aku minta satu lagi..” kata Jiyoung ramah pada penjual es loli yang sudah akrab dengannya itu.
“ Ah... sayang sekali.. esnya sudah habis, aku baru akan pulang.” Jelas si penjual. “ itu yang terakhir.” Si penjual menunjuk lelaki itu.  “Karena musim panas seperti ini, banyak yang membeli es loli.”
 Jiyoung agak kecewa, tapi dia sadar ini memang sudah terlalu sore untuk membeli es loli. Jiyoung pun mulai berjalan untuk pulang. Namun saat berada di depan seluncuran, lelaki itu mengulurkan salah satu es lolinya pada Jiyoung.
Jiyoung terkejut. Dia hanya bisa terus memandang secara bergantian es loli dan lelaki itu.
“ Ambilah! Kau menginginkannya kan?” kata lelaki itu ramah, dia tersenyum saat bicara, dan ternyata senyumnya lebih manis dari yang bisa dibayangkan.
“ Ah.. aniyo... tidak usah..” kata Jiyoung menolak dengan kikuk.
“ Sudahlah ambil saja... kurasa tiga terllau banyak untukku.” Kata lelaki itu.
Jiyoung merasa tak enak jika menolaknya, maka ia mengambil es loli itu dari genggaman lelaki itu. “ Ka..kamsa hamnida...”
Lelaki itu tersenyum lalu kembali ke balik semak.
Jiyoung pun pulang dengan perasaan bahagia. Dia tak menyangka bisa bertemu dengan lelaki setampan itu.
***

Malam ini Jiyoung merasa suntuk berada di rumahnya dengan tugas sekolahnya yang menumpuk. Dia pun memutuskan untuk keluar rumahnya malam ini mencari udara segar. Tak terasa kakinya membawanya ke taman bermain dekat rumahnya.
Dia sana Jiyoung melihat si penjual es loli kesukaannya. Jiyoung merasa sedang dan langsung menghampiri penjual es loli itu.
“ Ajushi anyeong!” sapa Jiyoung.
“ A, kau? Anyeong!” balas penjual itu.
“ Apa esnya masih ada?” tanya Jiyoung.
“ Ne, masih ada, mulai hari ini aku menambah jumalah esnya agar aku bisa berjualan sampai malam.” Jelas penjual itu dengan ramahnya.
“ kalau begitu aku minta satu.” Kata Jiyoung, senyumnya lebar.
Si penjual pun memberi Jiyoung sebuah es loli rasa melon lemon favorit Jiyoung. Dan Jiyoung segera memebrikan uangnya.
Jiyoung duduk santai di ujung seluncuran sambil menikmati esnya. Sesekali ia berbincang dengan si penjual.
Jiyoung terlihat seperti anak kecil saat memanjat ke atas seluncuran itu dari tempat seluncurannya. Sebelum Jiyoung meluncur ke bawah dia membuang bungkus esnya di belakang sembarangan.
Jiyoung sudah bersiap-siap meluncur ketika ia mendengar suara dari belakang seluncuran itu.
“ Aw!” jerit seseorang pelan.
Jiyoung sepertinya mengenal suara ini. Tapi ia tak yakin. Jiyoung pun melongok ke arah tangga seluncuran itu, dia terkejut saat melihat lelaki yang ditemuinya kemarin lusa di taman ini memegangi matanya yang terkena bungkus es Jiyoung.
Spontan Jiyoung langsung turun lewat tangga seluncuran itu berniat untuk meminta maaf. Tapi karena ketergesaannya, Jiyoung tak sengaja menendang bahu lelaki itu.
Setelah Jiyoung berhasil menginjak tanah, “ Jwesong hamnida... jeongmal jwesong hamnida...”
Lelaki itu kini memegangi bahunya yang sakit.
“ Jwesong hamnida... gwenchanayo?” Jiyoung kebingungan, dia mencoba memegang bahu lelaki itu, namun malah membuatnya makin sakit.
“ Aw!” jerit lelaki itu.
“ AH, jwesong hamnida... jeongmal jwesong hamnida. Aku tak tau kalau ada orang di sini.” Jiyoung makin bingung,
Lelaki itu mendongak untuk melihat Jiyoung, Jiyoung terpana setelah melihat wajahnya yang tetap tampan meski hanya dengan cahaya dari lampu kuning penerangan umum.
“ Gwenchana?” tanya Jiyoung lagi. “ apa yang harus aku lakukan untuk mambantumu?”
Lelaki itu tersenyum melihat kebingungan Jiyoung, “ sudahlah, gwenchanayo.”
“ Tapi..” Jiyoung masih bingung, “ apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku?”
“ Kalau begitu belikan aku es loli!” usul lelaki itu.
“ Es loli?” tanya Jiyoung.
“ Ne, es loli? Kau keberatan? Kalau kau keberatan tak apa.” Kata lelaki itu ramah.
“ Ani, aniyo aku tak keberatan. Itu bagus.” Jiyoung pun berlari ke penjual es loli itu. Sedangkan lelaki itu berjalan ke arah ayunan yang berada di sebelah seluncuran.
“ Kau... kau suka rasa apa?” teriak Jiyoung masih dengan kebingungannya.
“ Anggur, aku suka rasa anggur.” Jawab lelaki itu sambil tersenyum sekali lagi melihat tingkah Jiyoung.
Jiyoung pun berlari ke arah lelaki itu sambil membawa sebuah es loli rasa anggur, sebenarnya dia masih menggenggam erat sisa es lolinya yang sduah mencair.
Jiyoung sedikit tersandung saat melewati seluncuran, itu membuat lelaki itu tersenyum lagi.
“ ini, ambillah.” Kata Jiyoung sambil mengulurkan es lolinya.
“ gomawo..” kata lelaki itu halus. “ duduklah.” Lelaki itu menyuruh Jiyoung untuk duduk di ayunan sebelahnya setelah melihat Jiyoungyang terengah.
Jiyoung pun duduk tanpa berpikir panjang.
“ siapa namamu?” tanya lelaki itu pada Jiyoung.
Jiyoung yang masih tersengah menjawabnya, “ Jiyoung, Kang Jiyoung imnida. Weyo?”
“ Kita sudah saling memberi es loli tapi kita masih tidak saling mengnal.” Jawab lelaki itu.
“ Ne, itu memang benar. “ nefas Jiyoung mulai normal, “ kalau begitu siapa namamu?”
“ Lee Taemin imnida.” Lelaki bernama Taemin itu mengulurkan tangannya dan Jiyoung menjabatnya.
“ Kau tinggal di dekat sini?” tanya Taemin.
“ Ne, Rumahku bisa terlihat dari sini.” Jawab Jiyoung. “ dan kau?”
“ rumahku agak jauh. Kau bisa lihat sepedaku disana.” Taemin menunjuk sebuah sepeda di dekat semak.
“ Dan kau sering menari di taman bermain ini kan?” tanya Jiyoung.
“ Ne, Geuraeso, dan kau sering duduk di ayunan ini sambil memakan es loli rasa melon lemon sepulang sekolah kan?”
“ Ne, geurae. Darimana kau tau?” Jiyoung terkejut.
“ Hampir tiap hari kau melakukannya musim panas ini, aku selalu melihatmu saat aku datang ke taman ini.” Jawab Taemin sambil tersenyum seperti biasa.
“ Chincharo? Aku tak sadar akan hal itu.” Sahut Jiyoung juga tersenyum.
“ Jadi... kau ku panggil Jiyoung?” tanya Taemin.
“ Ne, da kau... Taemin....” Jiyoung berpikir sejenak, “ kau lebih tu dariku kan? Jadi Taemin Oppa.”
Taemin tersenyum melihat tingkah Jiyoung. “ Terserah apa katamu Jiyoung.”
***

Sejak saat itu Jadi semakin dekat dengan Taemin. Jik abisasanya dia lebih suka sendiri, sekarang dia akan sedih jika tak bersama Taemin. Jadi intinya, kini Jiyoung menemukan sahabat.
Mereka sering melakukan hal bersama sakarang layaknya sepasang sahabat. Mereka sering berboncengan dengan sepeda Taemin mengelilingi komplek rumah Jiyoung sambil membawa es loli kesukaan mereka.

“ Jiyoung-ah! Jangan lupa besok kau belikan aku es loli rasa anggur lagi! Besok giliranmu menraktirku. Ne?” teriak Taemin saat membonceng Jiyung melewati jalan turun.
“ Ne, aku takkan lupa.” Jawab Jiyoung, “ mungkin aku hanya tak ingat.”
Mereka pun tertawa bersama setelah mendengar perkataan Jiyoung.

                Keakraban mereka terjalin selama tiga perempat musim panas ini. Keceriaan mereka baik-baik saja hingga suatau hari Jiyoung mendapatkan berita mengejutkan dari orang tuanya. Jiyoung bersama keluarganya harus pindah keluar negeri karena alasan pekerjaan ayah Jiyoung.
                Setelah mendengar kenyataan ini, Jiyoung kebingungan. Ia sadar ia tak bisa meninggalkan Taemin begitu saja. Dia tak siap jika harus berpisah dengan Taemin begitu saja. Hingga akhirnya hari keberangkatan Jiyoung tiba.
***

                “ Taemin oppa... mianhae... aku tak bisa terus menemanimu selama musim panas ini. Aku harus pergi. Dan mungkin ini pertemuan terakhir kita.” Jelas Jiyoung, dia berkaca-kaca.
                Taemin memegangi pundak Jiyoung sambil tersenyum sabar dan berkata, “ setiap perpisahan pasti terjadi setelah pertemuan. Kau akan punya banyak teman disana, kau sudah tau caranya berteman kan?”
                “ Oppa....” Jiyoung berusaha keras menahan air matanya.
                Taemin hanya tersenyum sambil membalikkan tubuh Jiyoung agar berjalan kembali menuju mobil orang tuanya.
                Saat-saat seperti inilah, malam di taman bermain seperti inilah yang harus diingat Jiyoung. Jiyoung melihat sekeliling, mencoba mengingat semuanya dalan ingatannya. Dia tak ingin melupakan yang satu ini.
                Jiyoung memasuki mobil keluarganya dengan perlahan. Setelah dia menutup pintu mobil, mobil pun langsung berjalan, Jiyoung melihat Taemin melambaikan tangan. Jiyoung ingin sekali Taemin menangis sekarang hingga di abisa berlari kembali dan memeluknya walau hanya sekali. Dia ingin Taemin berteriak memanggil namanya sambil berlari mengejar mobil Jiyoung, agar Jiyoung tak jadi pergi.
                Jiyoung kini menangis, karena dia sadar dia baru saja meninggalkan cinta pertamanya. Dia sudah memutuskan bahwa dia jatuh cinta pada Taemin sekarang. Taeminlah cinta pertamanya.
***

5 TAHUN KEMUDIAN

                Jiyoung meras sangat senang karena musim panas tahun ini dia mempunyai kesempatan untuk berlibur ke tempat asalnya. Jiyoung dengan berdebar turun dari taksi di teman bermain favoritnya itu.
                Jiyoung yang sekarang berumur 20 tahun dan berpenampilan lebih dewasa, melihat sekelilingnya. Taman bermain itu masih sama, namun seluruh permainannya sudah mulai berkarat. Penjual es loli yang biasa berjualan di sebelah seluncuran tak terlihat lagi. Lampu Kuning penerangan umum di situ juga masih sama. Jiyoung berjalan perlahan menuju ayunan. Dia duduk sendiri disana, seperti kebiasaannya.
                Jiyoung bisa melihat dirinya yang 5 tahun lebih muda bersama Taemin menghabiskan sore di taman ini sambil menikmati kesegaran es loli favorit mereka. Tiba-tiba Jiyoung melihat Taemin yang 5 tahun lebih tua menghampirinya dan mengulurkan sebuah es loli rasa melon lemon.
                Jiyoung mengerjapkan matanya, berharap dia bisa sadar dari kenangan dan khayalannya. Tapi Taemin itu tersenyum seperti biasa dan menarik tangan Jiyoung agar menerima es darinya.
                Jiyoung pun sadar dengan rasa dingin yang menyegarkan di tangannya. Jiyoung membuka bungkusnya dan merasakan rasa favoritnya di lidahnya, sudah lama dia tak merasakan kesegaran ini, inilah yang dirindukannya.
                Jiyoung menoleh pada Taemin yang duduk di ayunan sebelahnya. Dia ingin memastikan bahwa dia tak sedang menghayal. Kemudian Taemin berkata, “ Kau ingin tau mengapa aku sama sekali tak bersedih saat kau pergi?”
                Spontan Jiyoung bertanya, “ weyo?”
                “ Karena aku yakin kau pasti akan kembali kesini. Aku yakin kau akan merindukan keadaan ini, dan kau pasti akan kembali.” Jelas Taemin.
                Jiyoung baru sadar bahwa kemanisan Taemin tak berkurang oleh waktu. Wajah Taemin yang disinari cahaya kuning dari lampu penerangan umum masih sama tampannya dengan 5 tahun yang lalu.
                Jiyoung berdiri dan menghampiri Taemin, “ dimana ajushi yang menjual es loli itu?”
                Taemin tersenyum sambil menatap Jiyoung. “ Dia sudah meinggal setahun kemarin. Kau tau sesuatu?”
                “ Mwo?”
                “ Hanya dia yang bisa membantuku mengingatmu disini.” Jawab Taemin. Sekarang Taemin Juga berdiri.
                “ Chincharo? Kau masih berusaha mengingatku?” tanya Jiyoung.
                “ Chincha. Bagaimana mungkin aku bisa melupakan cinta pertamaku? Mungkin kau yang melupakanku.” jawab Taemin sambil tersenyum.
                “ Mwo? Andwe! Bagaimana bisa aku juga melupakan cinta pertam....” Jiyoung baru sadar dan mengerti arti ucapan Taemin. “ Cinta pertama?”
                “ Ne. Cinta pertama, weyo?” tanya Taemin.
                Jiyoung tak mau melewatkan lagi saat seperti ini, Jiyoun pun berhambur memeluk Taemin, kekanak-kanakannya muncul lagi, “ Asal Oppa tau... aku yang lebih dulu jatuh Cinta padamu.”
                Taemin tertawa lalu melepaskan pelukan Jiyoung, itu membuat Jiyoung terkejut, “ Kau? Kau yang lebih dulu jatuh cinta padaku? Kau hanya tidak tau siapa dulu dari kita yang mengintip?”
                “ Mwo? Jiyoung sibuk berpikir.
                “ Kau baru mengintipku di hari aku memberimu es loli itu kan? Kau kira aku tak tau? Sedangkan aku, aku tau kebiasaanmu itu dari awal musim panas tahun itu, akulah yang lebih dulu jatuh cinta padamu.” Jelas Taemin.
                Penjelasan Taemin membuat Jiyoung terperanjat, dia senang bukan main. Dia sadar sekarang cinta pertamanya juga mencintainya. “ jadi?”
                Taemin memeluk Jiyoung dengan erat, “ Jiyoung-ah... saranghae... jangan pergi lagi.” Bisik Taemin.
                Jiyoung tersenyum bahagia sambil memandang sisa es loli ditangannya.
THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar