Halaman

Sabtu, 01 Oktober 2011

[FANFIC] Real Love Story VS Drama Love Story (part 3)



Tiba-tiba manajernya menghampirinya dengan membawa majalah dengan artikel utama Seungri dan Jiyoung berkencan. “Hei, kau tahu ini? Ini pasti semalam. hahaha Tapi kemana Jiyeon? Apa mereka berdua memang berkencan?”
            Gongchan terkejut, mendadak ia merasa kecewa, dia sendiri tak tahu mengapa ia begitu tak suka melihat artikel itu.
            Karena tak bertemu Jiyoung, Gongchan memutuskan untuk pulang dan lebih memilih untuk memikirkan masalah appanya.
            Saat malam sudah mulai larut, dengan panik Jiyoung menelepon Seungri, “Sunbae. Mianhae.. apa aku mengganggumu?”
            “Ah Jiyoung-ah. Waeyo? Ohya, tasmu sudah dikembalikan?”
            “Itulah sebabnya aku menelepon sunbae. Aku baru ingat tentang ponsel dan dompetku tadi. Saat aku kembali ke lokasi syuting, kau sudah pergi. Diamana tasku sekarang?”


            “Ah, sayang sekali. Berarti Gongchan belum memberikannya padamu.”
            “Geuraeyo? Ah…” Jiyoung berpikir sejenak. “Bisa aku minta alamat apartemen Gongchan sunbae? Aku sangat memerlukan ponsel dan dompetku sekarang.”
            “Baiklah tunggu sebentar.”
            Setelah mendapat alamat Gongchan, dengan segera Jiyoung menuju ke sana. Dia sangat membutuhkan barangnya.
            Sesampainya disana, sama sekali tak ada yang menjawab. Sudah berkali-kali Jiyoung menekan belnya. Dia juga sudah berkali-kali menghubungi ponsel Gongchan, tapi tak ada jawaban.
            Jiyoung terpaksa menunggu Gongchan, sepertinya ia sedang tak ada di rumah. Jiyoung benar-benar harus mendapatkan barangnya malam ini juga. Jiyoung terus melihat jamnya. Ini sudah jam 10 malam. Jiyoung langsung mengirim pesan pada manajernya agar tak khawatir menunggu Jiyoung.
            Jam setengah 12 malam, akhirnya Gongchan dengan keadaan setengah mabuk. Dia agak terkejut melihat seoran gadis tertidur sambil duduk di depan apartemennya. Gongchan rasa ia mengenalinya. Setelah melihat wajahnya dengan seksama, ia memang langsung mengenalinya.
            “Kang Jiyoung?”
            Jiyoung terkejut dan terbangun, “Sunbae?”
            “Apa yang kau lakukan disini?”
            “Aku…” Jiyoung memperhatikan gelagat Gongchan yang mabuk, “Sunbae mabuk? Bukankah itu terlalu muda untuk umur sunbae?”
            Gongchan tersenyum, “Geuraeyo? Kenapa kau kesini? Kenapa tidak bersama Seungri hyung?”
            “Mwo? Seungri sunbae? Untuk apa?”
            “Bukankah kalian berkencan kemarin? Kau sama sekali tak membaca artikelnya?” Gongchan tak habis pikir.
            “Ah? Ani. Andweyo. Bukan seperti itu. Pasti ada yang memotret kami waktu itu. Mereka salah paham.” Jelas Jiyoung sambil berdiri, Gongchan juga ikut berdiri.
            “Jadi.. ini skandal pertamamu? Kau senang?”
            “Sunbae. Kau terlalu mabuk. Aku kesini hanya untuk mengambil tasku. Aku sangat memerlukan isinya sekarang juga.”
            “Tas? Ohya. Masuklah.” Ajak Gongchan sambil membuka pintu apartemennya.
            Gongchan mempersilahkannya duduk terlebih dahulu selagi dia mencari tas Jiyoung yang ia simpan dilemarinya tadi.
            “Ini.” Gongchan mengulurkan tas Jiyoung.
            “Gomawo, sunbae…” tiba-tiba Jiyoung ingin menjelaskan skandalnya itu pada GOngchan agar Gongchan tak salah paham. Jiyoung pun menceritakan semuanya termasuk alas an mengapa Jiyeon menjadi seperti itu padanya.
            Gongchan masih mencernanya dan akhirnya berkata, “Perlukah kau ceritakan itu semua padaku?”
            Jiyoung tak bisa berkata apa-apa. Dia sendiri tak tahu mengapa dia melakukan itu. “Aku.. aku hanya…”
            Sebuah telepon masuk ke ponsel Gongchan. Salah seorang rentenir menjelaskan bahwa sebenarnya appanya sudah gagal dalam upaya pertama dan keduanya untuk mendapatkan uang. Dia bertanya pada Gongchan apa Gongchan masih punya kenalan artir lain?
            “Mwo?” gumam Gongchan.
            Jadi sebenarnya pria yang menyerang Jiyeon malam itu adalah appa Gongchan atas perintah dari kelompok rentenir itu. Adanya wartawan tersembunyi yang akhirnya mengambil gambar Jiyoung dan Seungri juga atas perintah para rentenir itu. Mereka berupaya mengambil keuntungan dari berita-berita yang mereka buat untuk memeras sang artis.
            Pada upaya pertama, JIyeon tak berhasil dibawa keluar oleh appanya, yang kedua, Seungri tak bersedia membayar dan menyetujui jika artikel tantangnya dan Jiyoung beredar. Rentenir itu bilang mungkin dia benar-benar menyukai gadis pendatang baru itu.
            Gongchan terbelalak. Dia baru sadar appanyalah yang berada di belakang semua ini. Ini semua adalah kesalahan appanya, hingga  teman-temannya yang menanggung akibatnya. Padahal dua malam ini, dia mati-matian mencari uang disana-sini walau akhirnya hanya berakhir dengan minum di club.
            Rentenir itu menutup teleponnya.
            “Sunbae, waegeurae?” Jiyoung khawatir melihat ekspresi wajah Gongchan yang berubah drastic.
            “Seungri… Seungri hyung benar-benar menyukaimu.” Gongchan berkaca-kaca. Dia menahan semuanya, meskipun tinggal satu sentuhan saja semuanya bisa meledak dalam hati dan otak Gongchan.
            “Mwo? Apa maksud sunbae?” Tanya Jiyoung heran.
            Gongchan makin parah. Matanya sudah penuh dengan air mata.
            “Sunbae, waegeurae?” JIyoung makin khawatir dan duduk mendekat pada Gongchan.
            “Aku? Haruskah aku yang bertanggung jawab atas semua ini?” Tanya Gongchan. “JIyoung-ah… semuanya… semuanya adalah kesalahan appaku. Appaku yang selalu aku sembunyikan dari publik. Appaku yang selalu memberiku masalah besar. Appaku yang menyerang Jiyeon. Karena dia aku jadi mengetahui bahwa Seungri hyung memang menyukaimu.”
            “Sunbae?” Jiyoung ikut berkaca-kaca. Meski ia tak tahu permasalahan yang dialami Gongchan secara keseluruhan, namun ia yakin Gongchan sedang dalam kesulitan sekarang ini. “Menangislah. Semua itu tak perlu di tahan. Kau bisa mengeluarkannya dari tangisan untuk meringankannya. Menangislah….”
            Jiyoung memeluk Gongchan dan membiarkannya menangis di pundaknya. Jiyoung pun ikut berkaca-kaca.
***

            Paginya, Gongchan terbangun, ia masih berada di sofanya. Ada seseorang yang menyelimutinya semalam. Dia tersenyum emngingat Jiyoung yang begitu perhatian melakukannya.
            Gongchan mengirin pesan pada Jiyoung”
            Gomawo.
            Sekarang ini aku hanya berpikir apa bedanya aku dengan Song Joohwan. Appaku dan appanya sama saja. Panggil saja aku Joohwan sunbae.
            Jeongmal gomawoyo

            Jiyoung membaca pesan itu. Ia tersenyum meski lelah mewarnai wajahnya karena semalaman tak tidur. Jiyoung teringat dengan perkataan Gongchan tentang karena appanya dia jadi tahu bahwa Seungri menyukai Jiyoung.
            “Apa maksudnya? Memangnya ada apa? Tapi, apa Seungri sunbae memang menyukaiku? Geurigo eotokhe? Apalagi kenapa seperti Gngchan sunbae marah padaku karena artikel itu semalam?” gumam Jiyoung lalu membalas pesan Gongchan.
            Kalau begitu jangan biarkan diri sunbae terkebak dalam masalah itu. Izinkan sunbae menikmati kebahagiaan setidaknya seperti Song Joohwan yang bisa dengan bahagia memilih gadis yang ia cintai. Semua pasti ada jalan keluarnya. Hwaiting!
            Gongchan juga tersenyum membacanya. Gongchan bergumam, “Tahukah kau mengapa aku marah semalam? Karena aku tahu orang lain tengah mencintaimu dan mencuri langkah dariku. Orang itu sudah menyadari perasaannya, lebih cepat dari aku. Itu karena aku jatuh hati padamu Jiyoung-ah.”
***

            Joohwan menahan Yunjoo pergi dengan menggenggam lengannya. “Beri aku waktu sedikit lagi. Aku hampir tahu apa tujuanmu datang ke kehidupanku seperti ini. Jebal…” Joohwan sudah berusaha menyelidiki semuanya, tapi kenyataan bahwa appanyalah yang membunuh appa Yunjoo, belum bisa ketahui.
            Yunjoo menahan tangisnya, sebenarnya ia juga sudah mencintai Joohwan hingga merasa bersalah pada appanya. Jadi sekarang ini adalah saat tersulit bagi Yunjoo.
            “Hajima…. Jebal hajima.. geumanae.” Yunjoo berkaca-kaca. “Kau tak boleh meneruskannya. Lebih baik kita seperti ini. Dari awal memang sudah harus seperti ini. Tak akan pernah ada cerita antar kau dan aku.”
            “Tapi aku tahu kau mencintaiku seperti aku mencintaimu. Benarkan? Lalu apa masalah itu begitu besar hingga tak mungkin ada cerita diantara kita?” Joohwan juga berkaca-kaca.
            Ryuna menyuruh sopirnya lebih cepat karena dia ingin menyusul Joohwan di desa tempat Yunjoo tinggal sekarang. “Cepat Pak Lee!” perintahnya. Dia sudah menahan tangisnya sedari tadi, dia sangat takut jika Joohwan tak akan kembali padanya.
            “Kita hampir sampai nona, jangan khawatir.” Jawab sopirnya.
            Sedangkan Joohwan masih berusaha meyakinkan Yunjoo, “Kau kira untuk apa aku datang jauh-jauh kesini? Aku hanya ingin mencarimu dan bertemu denganmu. Tak bisakah kau merasakannya?”
            “Aku bilang berhenti. Geumanae!” Yunjoo beranjak pergi. Namun sekali lagi Joohwan menahannya pergi, kali ini dia juga menciumnya dalam tangisnya.
            Yunjoo terdiam seketika, dia tak menyangka Joohwan akan melakukan ini. Namun Joohwan tahu Yunjoo juga mencintainya karena dia sama sekali tak menolaknya atau menghindarinya.
            Disaat yang bersamaan, Songju dan Ryuna melihat mereka berdua. Seketika itu juga Ryuna menangis, hatinya hancur, harapannya habis. Entah mengapa ia tak bisa melawan seperti biasanya, dia hanya meratapi nasibnya yang malang seperti itu. Dia sadar walau hidupnya bergelimang harta, kisah cintanya tak bisa semulus yang ia harapkan.
            Songju langsung menghampiri mereka, Ryuna juga melihatnya.
            “Dasar brengsek!” Songjae marah lalu memukul Joohwan hingga berdarah.
            Yunjoo berteriak, “Oppa!”
            “Mwo? Inikan yang kau mau? Kau tahu? Karena perbuatanmu ini dendamku tiba-tiba muncul. Aku tak bisa membiarkanmu menyukainya. Tidak bisa Yunjoo-ah.”
            Joohwan terkejut, dia makin tak mengerti dengan masalah yang terjadi antara keluarganya dan keluarga Yunjoo.
            “Oppa.. aku tahu aku seharusnya mendengarkanmu waktu itu, namun sekarang semuanya sudah terlanjur. Dan memang benar aku sudah menyukai lelaki ini, tapi oppa jangan khawatir, aku bisa mengatasi semuanya. Aku bisa mengakhiri semuanya. Aku takkan mengecewakan Appa lagi.” Jelas Yunjoo sambil menangis. Baru kali ini Joohwan melihat Yunjoo menangis, Meski Joohwan tak tahu masalahnya, dia bisa merasakan kesedihan yang dalam di hati Yunjoo.
            “Yunjoo-ah..” panggil Joohwan.
            “Kau, sebaiknya kau pulang dan jangan pernah muncul lagi dihadapan adikku!” teriak Songju.
            “Hyung… mianhae… tapi bisakah kalian menjelaskan padaku apa masalahnya?” Joohwan memohon, “Aku benar-benar jatuh cinta pada Yunjoo, aku tak bisa berhenti begitu saja.”
            “Dengarkan dia.” Kata Yunjoo. “Pulanglah. Jangan pernah menemuiku lagi. Lebaih baik iita berhenti sampai disini, sebelum semuanya terlalu jauh dan terlambat. Pergilah!” Dia langsung menarik lengan oppanya dan mengajaknya pergi meninggalkan Joohwan meski dengan hati yang berat.
            Ryuna mengangkat ponselnya, “Bagaimana? Kau sudah dapat apa yang kuinginkan?”
            “Dugaanmu benar nona.” Seseorang menjawab dari seberang. “Keluarga gadis itu memang punya hubungan dengan keluarga Song. Mereka dulu adalah saingan bisnis.”
            “Saingan bisnis?” Ryuna agak tak percaya.
            “Geuraeso. Aku berhasil menemukan bukti-bukti bahwa Presdir Song sendiri yang menghabisi nyawa saingan bisnisnya itu. Itulah sebabnya sekarang dia hampir menguasai seluruh bisnis di Korea.”
            “Mwo?” Ryuna terbelalak. Dia sama sekali tak menyangka hal ini. “Lalu apa sama sekali tak ada orang yang mengetahuinya?”
            “Ada, seorang sopir pribadi mereka dan istri Presdir Song sendiri, ya Ibu kandung tuan Joohwan.”
            “Kau tidak bercanda? Darimana kau dapatkan semuanya?” Ryuna masih terbelalak.
            “Nona pasti tak percaya, saat ini aku sedang bersama salah satu saksi. Aku sedang bersama bekas sopir pribadi mereka yang dibuang, Pak Han.”
            “Mwo?” Ryuna meneteskan air matanya. Dia teringat dengan penderitaan Joohwan selama ini.
            “Menurut Pak Han, kematian Istri presdir Song 10 tahun lalu karena depresinya mengetahui suaminya adalah pembunuh. Pak Han sempat akan dibunuh juga karena tinggal dia salah satu kunci hidup. Apa aku perlu membawanya ke Seoul?”
            “Ke Seoul?” Ryuna berpikir sejenak. “Aku akan memberitahumu nanti.”
            Ryuna menyuruh Sopirnya pulang terlebih dahulu lalu mengahmpiri Joohwan yang masih terdiam di mobilnya.
            “Ryuna?” Joohwan terkejut melihat gadis yang mengetuk kaca mobilnya.
            “Boleh aku masuk? Ryuna sudah menghapur air matanya dan kembali terlihat kuat.
            Joohwan pun membuka pintu mobilnya.
            “Aku tak punya waktu banyak. Lebih baik aku langsung bicara apa adanya saja.”
            “Waeyo? Bagaimana kau bisa ada disini?”
            “Aku sudah melihat semuanya. Aku sudah melihat adeganmu dengan Yunjoo yang begitu dramatis. Aku kesini hanya ingin membertitahumu bahwa aku sudah tahu penyebab Yunjoo datang ke kehidupanmu dengan cara seperti itu.”
            “Apa maksudmu?”
            “Kematian Eommamu, Kematian Appa Yunjoo dan hilangnya Sopir kesayanganmu 10 tahun lalu, semua ada alasannya. Dan semua berhubungan. Kuncinya adalah Appamu.” Ryuna berusaha menguatkan dirinya agar tak menangis, dia tahu ini adalah sesuatu yang akan membuat dia dan Joohwan semakin jauh, namun dia tak tahan lagi melihat penderitaan Joohwan dan Yunjoo yang seperti itu.
            “Mwo?”
TO BE CONTINUED.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar