Joohwan berhasil meraih lengan Yunjoo lagi, namun tiba-tiba Ryuna juga membalik badannya dan langsung menciumnya.
“Cut!” teriak sutradara. Jiyoung langsung melepaskan diri dari Gongchan. “Mengapa kau tersenyum?” sedangkan Gongchan masih tak bisa menahan dan menyembunyikan senyumannya.
Jiyeon juga tersenyum melihatnya.
Jiyoung menatap Gongchan, “Sunbae? Waegeurae?” Tanya Jiyoung, dia benar-benar tak mengerti apa yang sedang terjadi. Dia sebenarnya juga berusaha menutupi kegugupannya dan betapa malunya dia hingga wajahnya melebur merah.
Gingchn tak berani menatap balik Jiyoung dia hanya terus berusaha meredakan senyumnya.
“Baiklah, kita mulai lagi. And… Action!” kata San sutradara.
Sekali lagi Jiyoung melayangkan ciumannya pada Gongchan. Gongchan berusaha dengan keras untuk tidak menyukainya lewat ekspresinya.
Kali ini mereka berhasil, Gongchan melepas ciuman JIyoung dengan paksa, “Ya! Kau bodoh?”
Gongchan heran, sekilas ia bisa melihat ekspresi Jiyoung yang aneh. Lebih terlihat seperti tenggelam dalan ciumannya sendiri, sehingga ia sedikit tak sadar. Gongchan hampir tersenyum melihat, namun kali ini dia juga berusaha keras untuk professional.
Joohwan menoleh pada Yunjoo yang tersenyum kecut, “Kalian tak perlu khawatir, Aku tak akan cemburu melihatnya.”
Padahal Tokoh Joowhan sudah mulai menyukai Yunjoo. Ia begitu panik setelah Ryuna menciumnya.
Yunjoo pun pergi begitu saja meninggalkan Joohwan dan Ryuna berdua.
Ryuna sudah berkaca-kaca, “Apa sebenarnya arti pertunangan kita?”
Johwan hampir tak tega melihat Ryuna yang seperti itu, “Ani, kau sudah tahu dari awal apa arti pertunangan kita. Itu hanya untuk memperluas jaringan bisnis orang tua kita. Lagipula kita masih terlalu muda untuk hal itu. Apa kau pikir aku akan benar-benar mewarisi semuanya ini? Bagaimana jika aku menolak? Keluargamu tak akan dapat apa-apa kan? Sama sekali tak ada cinta di pertunangan kita. Jadi jangan lagi kau mengharap terlalu banyak dariku.” Joohwan lalu masuk ke rumahnya. “Pulanglah.”
Ryuna melihat punggung Joohwan dan mulai menitihkan air matanya, “Tapi aku mencintaimu. Bagaimana denganku?” katanya lirih.
“Cut! Ya. Kalian bagus sekali.” Teriak sutradara.
Jiyoung masih mengalirkan air mata. Sampai dia di ruang peristirahatan, ia masih menangis, ia terlalu terbawa dengan perannya.
Gongchan pun tersenyum dan menemani Jiyoung di ruang itu, “Sebegitu cintanyakah tokoh Ryuna pada Joohwan?”
“Sunbae?” Jiyoung refleks langsung membersihkan air matanya. DIa tersenyum lagi seperti biasa.
Gongchan masih tersenyum, kali ini lebih manis.
“Karena itu, sunbae harus tahu Ryuna memang sangat mencintai Joohwan, namun dia tak sadar dia hanya menjadi alat keluarganya untuk bisnis. Hingga akhirnya dia menempuh segala cara untuk membuat Joohwan juga mencintainya.” Jiyoung menjelaskannya sambil tersenyum. Tangisannya sudah hilang. “Sunbae tahu? Bukankah tokoh Joohwan sempat goyah dengan cintanya pada Yunjoo karena tak tega pada Ryuna yang sebenarnya tulus?”
Gingchan tersenyum lagi, “Ara. Dan aku menantikan saat itu.”
“Menantikannya? Waeyo?”
“Bukankah sangat menyenangkan jika harus dekat denganmu?”
Jiyoung tersenyum lagi.
“Seperti tadi. Sadarkah kau sudah menciumku dua kali hari ini?” Tanya Gongchan sedikit menggoda. “Gadis seumuranmu ini pasti sudah beberapa kali melakukannya dengan kekasihmu.”
Jiyoung tertawa, “Begitukah? Tapi saying aku baru melakukan yang pertama kali.”
“Onje?”
“Tadi.” Wajah Jiyoung bersemu merah. Gongchan bisa melihatnya dan langsung tersenyum senang.
“Berarti kau terpaksa memberikannya untukku?”
“Itu profesiku sekarang. Aku tak akan mempermasalahkannya. Itu resiko yang sudah harus bisa aku terima saat aku memutuskan untuk menjadi aktris.” Jiyoung tersenyum seperti biasa.
“Lihat, betapa indahnya duniamu itu?”
“Bukankah kita tinggal di dunia yang sama?”
Mereka berdua pun sama-sama tertawa.
***
Malam ini para actor sedang bebas syuting, mereka pergi ke hotel untuk makan malam merayakan drama mereka yang sudah mencapai episode 7 dan masih mendapat rating tertinggi.
“Oppa, bagaimana menurutmu Gongchan-sshi dengan Jiyoung-sshi? Bukankah kedekatan mereka sudah tak biasa?” Tanya Jiyeon pada Seungri yang sudah datang terlebih dahulu di restoran hotel tersebut.
“Mereka? Ah ya… aku rasa juga begitu.” Jawab Seungri sambil melihat jam tangannya. “Tapi kemana mereka? Mengapa belum dating juga?”
“Mungkin sebentar lagi.”
Tak lama Jiyoung pun dating, “Anyeong haseyo.”
Seungri dan jiyeon membalas salamnya,
“Apa Gongchan sunbae belum dating?” Tanya Jiyoung.
“Apa kau begitu merindukannya?” Tanya Seungri.
“Mwo? Ani… bukan begitu. Bukankah aku sudah terlambat? Jadi Gongchan akan lebih terlambat lagi jika belum datang.”
Jiyeon dan Seungri tersenyum melihatnya.
Setelah makan malam, Gongchan belum juga datang. Itu membuat Jiyoung merasa sedikit aneh, karena dia paling akrab dengan Gongchan. Jiyoung hanya bisa bertanya-tanya sendiri tanpa tahu jawabannya mengapa Gongchan tak datang ke acara seperti itu.
Saat ini Jiyeon sedang ke toilet sedangka Seungri pergi entah kemana, Jiyoung hanya sedang duduk melamun di lobi hotel. Dia tsadar dia tengah memikirkan Gongchan sedari tadi.
Tiba-tiba seorang pria paruh baya menghampirinya. Jiyoung tak menyadari ada sesuatu yang mencurigakan pada pria, jadi saat pria itu bertanya, “Kau datang kesini bersama Park Jiyeon kan? Dimana dia?”
“Dia ke toilet.” Jawab Jiyoung polos, dia hanya reflex menjawabnya. Pria itu pun pergi dengan wajah puas.
Jiyoung masih memikirkan Gongchan hingga akhirnya dia tersadar apa yang baru saja ia lakukan. “Omona!! Apa yang baru saja aku lakukan?” Jiyoung seketika berdiri dan menuju toilet tempat Jiyeon pergi.
Dengan takut Jiyoung sampai di depan pintu toilet. Dia heran mengapa terdapat tulisan toilet sedang diperbaiki di pintunya, “Kenapa aku beritahukan tempat Jiyeon sunbae? Siapa lelaki itu? Dasar Babo!” Jiyoung memukul pelan kepalanya sendiri.
Jiyoung makin curiga sehingga dia masuk begitu saja ke toilet yang ternyata tak terkunci. Jelas tak ada orang di ruang cermin. Jiyoung berusaha mendengar suara. Bodohnya dia tak meminta bantuan siapa-siapa. Dia berpikir Jiyeon pasti tak mau mendapatkan skandal.
“Jiyeon sunbae kau di dalam?” Tanya Jiyoung. Ia mengeraskan suaranya.
Tak ada jawaban. Hanya terdengar ketukan aneh di salah satu ruang toilet. Seketika Jiyoung mengetuk pintu itu, “Jiyeon sunbae?”
Jiyoung segera membuka pintunya yang ternyata tak terkunci. Jiyoung syok melihat pria tadi sedang menyekap Jiyeon. Mulut Jiyeon dibungkamnya dengan tangannya. Jiyoung tak berani berpikir apa yang akan dilakukan orang itu selanjutnya.
“Jiyeon sunbae?”
Pria yang ternyata mabuk itu langsung mendorong Jiyoung hingga terjatuh dan dengan cepat membawa Jiyeon pergi.
Jiyoung tak bisa menyusulnya karena lengannya terluka. Goresannya cukup dalam hingga berdarah. “Sunbae!” teriak Jiyoung.
Namun dengan sekuat tenaga Jiyoung berdiri berusaha menyusul Jiyeon. Setelah sampai di parkiran mobil. Jiyoung tak tahu harus berbuat apa, tapi ternyata Seungri beserta sopir, manajer, juga asisten-asistennya ada disana. Seketika Jiyoung berteriak “Seungri sunbae! Jiyeon sunbae dibawa pergi.” Jiyoung menunjuk pria yang sedang berusaha memasukkan Jiyeon ke dalam mobilnya itu.
“Jiyeon-ah!” teriak Seungri. Sopir Seungri yang berbadan besar itu seketika menyerang si pria mabuk hingga tak berdaya.
Jiyeon terlihat syok sekaligus lega.
Jiyoung berlari mendatangi Jiyeon begitu juga dengan Seungri.
“Jiyeon sunbae. Mianhaeyo. Gara-gara aku, kau jadi begini.” Jiyoung membungkukkan badanya begitu rendah.
Jiyeon menatap Jiyoung dengan sinis, membuat Seungri terkejut dengan apa yang sebenarnya terjadi. “Apa sebenarnya maumu? Apa kau sengaja melakukannya?” Tanya JIyeon pada Jiyoung.
“Mianhae. Aku tak bermaksud seperti itu. Tapi itu memang kesalahanku yang ceroboh.” Jiyoung merasa sangat menyesal.
“Ada apa sebenarnya tadi?” Tanya Seungri.
“Aku sudah tahu. Jiyounglah yang memeritahu pria ini aku ada di toilet.” Jawab Jiyeon. “Tahukah kau apa yang akan terjadi jika aku tak terselamatkan seperti ini?” berntak Jiyeon pada Jiyoung. “Tak ada yang tahu apa yang diinginkan pria itu.”
“Mianhae sunbae. Jeongmal mianhae..” kata Jiyoung panic.
“Apa itu benar Jiyoung-ah?” Tanya Seungri.
“Aku memang memberitahunya Jiyeon sunbae ada dimana, tapi aku tak bermaksud seperti itu.” Jiyoung mulai berkaca-kaca.
“Apa sebaiknya kita bawa pria ini ke kantor polisi?” Tanya sopir Seungri. Semua asisten dan manajer Sungri juga tampak syok.
“Ani. Biarkan saja dia pergi. Aku tak mau ada skandal. Itu sudah terlalu sering.” Jawab Jiyeon. “Lebih baik aku pulang.” Jiyeon sama sekali tak memandang Jiyoung.
“Kalau begitu biar dia mengantarmu.” Kata Seungri. “Pak Kim tolong antarkan Jiyeon pulang. Usahakan tak ada yang mengetahuinya.”
“Baik.” Sopir Seungri dengan sigap langsung melaksanakannya.
Setelah pria mabuk dan sopir Seungri beserta Jiyeon pergi, Seungri hanya bisa memandang Jiyoung dengan prihatin.
Sedangkan di tempat lain, Gongchan sedang sangat stress di dalam apartemennya sendirian. Appanya baru menelepon bahwa dia sedang disekap kelompok rentenir. Mereka mengancam akan memberitahu media bahwa appa Gongchan adalah seseorang yang seperti itu, tak lebih dari seorang yang sial dan terbelit hutang yang sangat besar, jika Gongchan tak melunasi hutang appanya sekaligus.
Ternyata hutang appanya sudah sangat banyak. Dia tak bisa melunasinya begitu saja. Dia tak punya uang sebanyak itu. Dia tak tahu lagi harus berbuat apa. Dia hanya bisa terdiam di apartemennya dengan alkoholnya.
Sedangkan Seungri sedang menenangkan Jiyoung yang sudah menangis. Mereka berjalan bersama keluar dari tempat parkir menuju jalan raya. Seungri membawakan tas Jiyoung yang sedari tadi terjatuh di tempat parkir saat Jiyoung berusaha minta maaf pada Jiyeon.
“Aku bersumpah sunbae. Aku tak punya maksud apa-apa. Aku hanya sedang melamun saat orang itu bertanya padaku. Aku tak sengaja melakukannya.”
Seungri menepuk pundak Jiyoung utnuk menenangkannya, “Aku percaya padamu. Jiyeon bukan gadis pendendam. Dia pasti hanya sedang syok marah padamu seperti itu. Aku yakin kejujuranmu akan berakhir baik.”
Jiyong terdiam memikirkan kebodohannya.
“Sudahlah hapus air matamu itu. Sekarang pulanglah tenangkan dirimu. Pikirkan saja ini memang sudah menjadi resiko seorang aktris.” Seungri menyetop sebuah taksi yang lewat.
Jiyoung pun pulang.
Seungri melihat taksi yang dinaikki Jiyoung menjauh, namun dia baru sadar tas Jiyoung masih ada padanya.
***
Hari ini syuting dimulai seperti biasa, namun Jiyoung hanya bisa termanung dan murung. Jiyeon seakan bertingkah seperti Jiyoung tak ada disana, hanya ada tokoh Ryuna disana.
Mereka sedang mengambil adegan Gongchan dengan Jiyeon.
“And.. Action!” teriak sutradara.
“Song joohwan, apa maksudmu mengangkatku menjadi staf pelayan utama? Apa kau mulai suka padaku sehingga kau ingin aku selalu disisimu?” Tanya Yunjoo.
Joohwan tersenyum, sebenarnya tebakan Yunjoo sangat benar namun ia tak mau mengakuinya, “Micyeoso? Untuk apa seperti itu? Jika aku menyukaimu aku tak melakukan hal sesulit dan berpengaruh lambat seperti ini. Aku bisa melakukan hal yang lebih baik.”
“Lalu apa maumu?” Tanya Yunjoo dengan dingin namun terlihat tenang.
“Agar kau tak luput dari pengawasanku. Kau kira kegurigaanku padamu sudah kandas?”
Ekspresi Yunjoo berubah seketika sehingga membuat Joohwan heran, “Mworago? Apa kau takut. Apa kau memang seperti aku curigakan?”
Yunjoo tersenyum kecut, “Bagaimana kalau benar? Bagaimana jika kau memang sedang dalam misi rahasia untuk menemukan pembunuh appaku dalam keluarga ini? Memang apa yang akan kau lakukan? Bukankah kau terlanjur menyukaiku?” Yunjoo berkata dengan tenang namun sedikit mengerikan.
Joohwan terkejut, ia sempat percaya walau akhirnya rasa sukanya terhadap Yunjoo terlalu mendomisani. “Jangan terlalu suka bercanda berlebihan.” Kata Joohwan tiba-tiba sambil mengacak rambut Yunjoo dan membuatnya terkejut, Yunjoo tak menyangkan reaksi Joohwan akan seperti itu.
Joohwan tersenyum melihat Yunjoo terkejut, “Wae? Kau juga mulai menyukaiku?”
“Geumanae!” kata Yunjoo seakan dia takut jika dia benar-benar menyukai Joohwan.
“Mwo?” Tanya Joohwan tak mengerti.
Yunjoo tak menjawab namun langsung pergi begitu saja membuat Joohwan penasaran dan makin menyukainya.
“Cut!”
Syuting dilanjutkan ke adgean selanjutnya.
“Apa yang Appa lakukan? Mengapa Appa memecat stafku? Sejak kapan Appa mencampuri urusan rumahku?” Joohwan marah pada appanya yang memecat Yunjoo tiba-tiba.
Sebenarnya appa Joohwan sudah mengetahui asal-usul Yunjoo sehingga memecatnya dan menyingkirkannya jauh-jauh dari keluarganya untuk melindungi diri dari kasus pembunuhan yang pernah ia lakukan.
“Sejak awal Appa sudah berpikir bahwa kau terlalumuda untuk memiliki rumah sendiri.” Jawab appa Joohwan.
Joohwan hanya tersenyum pahit, “Jadi Appa masih bisa berpikir bahwa aku ini terlalu muda. Apa appa juga berpikir bahwa aku terlalu muda untuk semua ini? Perusahaan ini? pertunanganku?”
“Lebih baik kau pulang. Eommamu masih sakit keras, tak inginkah kau sekali saja menjenguknya?” Appa Joohwan seakan tak mendengar perkataan Joohwan.
Lagi-lagi Joohwan tersenyum pahit, “Sejak kapan aku memanggilnya Eomma? Eommaku sudah meninggal 10 tahun lalu. Dia tak lebih dari istri mudamu.” Kata Joohwan kejam.
Appa Joohwan menatap Joohwan dengan marah, “Pulang sekarang juga! Jangan menampakkan wajahmu dalam beberapa hari ini! Dan tak usah lagi meributkan gadis itu! Kau tak usah memikirkan atau mengkhawatirkannya lagi. Dia dan kakaknya sudah tak ada di Seoul.” Bentak Appa Joohwan.
“Mwo?” Joohwan tak percaya.
“Dan jangan sampai kau suka padanya!” tambah Appa Joohwan seakan mengetahui isi hati Joohwan. Appanya pun pergi meninggalkan ruangannya membuat Joohwan disana sendiri dan bertarung dengan batin dan pikirannya sendiri.
Syuting hari itu pun berakhir.
Seungri kebingungan mencari Jiyoung, sedari tadi ia sama sekali tak menemukannya. Sebenarnya hari ini sudah beberapa kali Jiyoung mencoba meminta maaf lagi namun Jiyeon selalu menghindar.
Seungri ingin mengembalikan tas Jiyoung yang tertinggal padanya.
“Hyung, ada apa dengan Jiyeon dan Jiyoung? Mereka terlihat aneh. Apa yang sebenarnya terjadi semalam?” Gongchan menghampiri Seungri.
“Ceritanya sangat panjang.” Kata Seungri, “Aku harus buru-buru ke tempat lain. Bisakah kau kembalikan ini pada Jiyoung?” Seungri mengulurkan tas Jiyoung yang berisi ponsel dan dompet. “Tadi malam tak sengaja terbawa olehku. Mungkin dia masih memikirkan kejadian semalam hingga dia tak sadar tasnya tak terbawa pulang. Aku minta tolong padamu. Kembalikan itu.” Seungri pun pergi dengan tergesa-gesa.
Gongchan yang sebenarnya masih stress dengan masalah appanya hanya bisa memandangi tas Jiyoung.
Tiba-tiba manajernya menghampirinya dengan membawa majalah dengan artikel utama Seungri dan Jiyoung berkencan. “Hei, kau tahu ini? Ini pasti semalam. hahaha Tapi kemana Jiyeon? Apa mereka berdua memang berkencan?”
Gongchan terkejut, mendadak ia merasa kecewa, dia sendiri tak tahu mengapa ia begitu tak suka melihat artikel itu.
TO BE CONTNUED....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar