Halaman

Jumat, 16 Agustus 2013

[FANFIC] Mirage Love (oneshot)

 Cast:
Byun Baekhyun
Lee Jieun
Tao


“Keadaanmu baik-baik saja Byun Baekhyun. Kau hanya perlu istirahat. Mungkin kau stres karena terlalu sibuk menghadapi kelulusan.” Jelas dokter itu pada Baekhyun dengan ekspresinya yang santai, menenangkan. Dan memang itu yang diinginkan dokter untuknya, pikir Baekhyun.
                Baekhyun memandang dokter itu, “Kau yakin aku hanya perlu istirahat?”
                “Ya, apalagi yang kau butuhkan selain itu?” tanya si dokter dengan kesantaian yang sama. “Kalau ada yang lain kau boleh menceritakannya padaku.”
                Baekhyun tak yakin, dia hanya memandang ke luar jendela ruangan tempatnya berada sekarang. Daun-daun gugur di luar sana benar-benar menandakan musim gugur sedang berlangsung. Dia sendiri hampir lupa musim gugur sudah datang sekitar dua minggu yang lalu. Yang dia pikirkan hanya keadaan dirinya sendiri yang bahkan tak ia mengerti itu. Dia hanya merasa tak sehat, sama sekali.
                “Semuanya terserah kau.” Kata dokter.
*****

                Jieun melihatnya, lelaki itu, Byun Baekhyun, seniornya di sekolah ini, seperti yang biasa Jieun lakukan satu tahun terakhir ini, sedang membaca sesuatu di papan pengumuman yang berada di dekat kelasnya. Dari bangkunya sekarang, Jieun hanya bisa melihat setengah badan Baekhyun lewat jendela kaca kelasnya. Jieun hanya menghela nafasnya lalu kembali ke buku catatannya lagi setelah Baekhyun pergi.
                Lelaki itu, yang Jieun yakin sudah membuatnya jatuh hati, lelaki yang jelas terlalu indah untuknya, terus saja menyerang hatinya dan tak mau berhenti dari hari pertama Jieun masuk ke sekolah ini sebagai murid angkatan baru.
                Jieun selalu senang jika bisa melihatnya namun dalam waktu yang bersamaan mengingatkan Jieun akan kesedihannya sendiri akan tak keberaniannya untuk berusaha, setidaknya, membuat, Baekhyun mengenalnya. Jieun tahu dia takkan berani melakukan semua itu. Itu tak punya cukup nyali. Dia hanya berharap ada suatu kejadian tak sengaja yang bisa membantunya, membuat Baekhyun mengetahui bahwa ada gadis bernama Lee Jieun hidup di dunia ini, meski dia tak tahu gadis itu sangat menyukai dirinya.
                Di sisi lain Baekhyun juga seperti vitamin penyemangatnya pergi ke sekolah. Kebodohan dan kemalasannya akan sekolah terus terbantu oleh keberadaan Baekhyun di sekolah itu, meski sekali lagi, Baekhyun takkan tahu soal itu.
                Jieun terus meyakinkan dirinya bahwa dia bisa hidup seperti itu. Berusaha merasa cukup dengan hanya seperti itu. Melihat baekhyun dari jauh dan dalam diamnya, setiap hari. Hingga hari libur sekolah terasa seperti neraka baginya.
***
                Jieun melihatnya, Byun Baekhyun yang sedang menghabiskan waktunya di perpustakaan sekolah. Membaca buku sejarah tebal yang sudah menjadi favoritnya sejak Jieun mengenalnya. Bangku perpustakaan yang berada di pojok ruangan selalu menjadi favoritnya. Ya dia memang bukan tipe lelaki yang akan menghabiskan waktunya dengan teman-temannya di kantin sekolah. Dia selalu terlihat lebih senang disaat seperti ini. Terbenam dalam buku-buku sejarahnya. Matanya yang begerak ke kanan kiri membaca setiap kata dari buku-buku itu, bibirnya yang terkadang sedikit terbuka atau bahkan ia gigit pelan dalam keseriusannya berkonsentrasi membaca buku itu, bahkan jemarinya yang menarik selembar halaman buku itu untuk membaliknya dan membaca halaman selanjutnya, Jieun menyukai itu semua.
                Di salah satu bangku perpustakaan yang agak jauh dari tempat Baekhyun biasa berada, di situlah Jieun juga selalu menghabiskan waktunya setelah ia tahu kapan saat Baekhyun akan datang ke tempat ini, untuk membaca buku-buku itu. Membaca buku-buku yang tak begitu menarik perhatiannya, hanya untuk menghabiskan waktu bersama Baekhyun dalam ruangan yang sama, itu juga yang selalu ia lakukan, tetap dalam diamnya. Hingga bel masuk adalah hal yang benar-benar ia benci.
***
                Satu hal yang paling Jieun sukai di dunia ini, bahwa takdir membolehkannya memiliki rumah yang searah dengan Baekhyun. Setiap hari, dengan segala usaha yang bisa Jieun lakukan, mereka selalu menaiki bus yang sama.
                Saat berangkat, Jieun akan dengan senang hati menunggu dan berharap Baekhyun akan menaiki bus yang ia naiki. Saat pulang, Jieun juga akan dengan senang hati menunggu Baekhyun turun lebih dulu dari bus itu. Rumah Baekhyun lebih dekat dari sekolah dibandingkan rumah Jieun. Jieun hanya punya kurang lebih 15 menit untuk menikmati waktunya berada dalam satu bus yang sama dengan Baekhyun sebelum akhirnya ia turun 10 menit kemudian. Namun sampai saat ini, mereka belum pernah secara kebetulan duduk bersebelahan, meskipun itu yang selalu diharapkan Jieun.
                Hari ini itu juga terjadi, seperti biasa. Baekhyun menaiki bus itu setelah Jieun sudah menemukan tempat duduknya. Hari ini Baekhyun duduk tepat di depannya. Jieun bisa melihat leher bagian beakang Baekhyun dengan jelas. Juga ujung-ujung rambutnya dengan jelas. Sedekat ini, Jieun sudah merasa sangat senang, benar-benar senang.
                Rambut itu, terlihat sangat halus dan lembut sedekat ini. Leher yang putih itu, terlihat akan sangat nyaman jika Jieun bisa melingkarkan lengannya di sana, memeluknya. Jieun benar-benar menyukai lelaki yang duduk membelakanginya itu. Semua yang ada pada dirinya terasa sempurna di mata Jieun, bahkan karena kesukaannya terhadap Baekhyun itu, ia tak bisa melihat kelemahan Baekhyun. Lelaki itu hanya terlalu sempurna, terutama untuknya.
                Jieun bisa melihat Baekhyun melambaikan tangannya lewat jendela bus saat bus itu mulai berjalan. Baekhyun tersenyum pada teman-temannya yang berada di depan gerbang sekolah yang baru saja mereka lewati. Baekhyun sedang menertawakan tingkah teman-temannya yang konyol di pinggir jalan itu. Itu mengingatkan Jieun betapa populernya Baekhyun di kalangan murid. Saat baekhyun melewati koridor sekolah akan banyak sekali yang menyapanya, tak seperti Jieun yang bahkan tak punya satupun teman. Guru-guru, para murid lelaki dan terutama para murid perempuan akan dengan senang hati menyapanya dimanapun mereka bertemu Baekhyun. Bisa mengenal lelaki penting di sekolah itu memang sesuatu yang bisa dibanggakan dan tak boleh dilewatkan. Prestasinya di sekolah sudah bukan hanya sekedar gossip. Nilai-nilainya yang tinggi, piagam-piagam dan tropi-tropi yang ia dapat, sudah tak terhitung jumlahnya.
                Pribadinya yang menyenagkan pun tak pernah luput dari perhatian. Dia sama sekali bukan lelaki kaya yang sombong dan bersikap seenaknya. Dia kebalikan dari semua itu. Dia bukan berasal dari keluarga yang kaya, dia hidup dalam keluarga biasa dan sederhana. Dia lelaki yang dengan mudah menyebar senyumnya pada setiap orang yang bertemu dengannya, bukan dengan cara yang mengerikan hingga bisa membuatnya dianggap gila, tapi senyum-senyum itu, semua hanya menampakkan keramahannya yang tulus.
                Jieun masih terus melihatnya. Berharap bus ini berjalan lebih lambat. Rambut itu, rambut coklat yang manis itu benar-benar sangat cocok dengan pemandangan di luar bus yang sudah berwarna kuning oranye akibat matahari yang sudah bersiap tenggelam. Sore hari yang indah untuk Jieun.
                Imajinasi Jieun melayang lagi, seperti biasa, ia membayangkan dirinya duduk di sebuah bangku di taman yang dipenuhi daun berguguran di  musim gugur ini. Suasana yang benar-benar ia sukai, dia membayangkan dan lebih lebih tepatnya berarap, Baekhyun datang ke taman itu, hanya melewatinya, namun dengan menatapnya, mengingat hanya dia satu-satunya manusia di temapat itu selain Baekhyun. Hanya 5 detik, itu taka pa. Baekhyun menatapnya 5 detik saja. Seorang Byun Baekhyun, menatap Lee Jieun, walau hanya 5 detik saja, itu tak apa. Itu sudah membuat Jieun bahagia. Itu sudah menjadi doanya tiap hari, bahwa Baekhyun akan menatapnya dan menyadari keberadaannya di dunia ini, meski hanya 5 detik.
                Baekhyun beranjak dari tempat duduknya lalu turun di halte terdekat. Jieun hafal betul tempat ini, tempat yang mungkin sudah sangat dekat dengan rumah Baekhyun. Betapa ia ingin menjelajahi tempat itu untuk mencari tempat Baekhyun tinggal, namun lagi-lagi, dia bahkan tak punya nyali.
***
                Hari ini menjadi hari paling menyesakkan untuk Jieun. Hari dimana sebuah kabar beredar di sekolah, bahwa Byun Baekhyun, sudah resmi menjadi kekasih Jung Krystal, salah satu gadis cantik di sekolah ini yang terkenal dengan suara emasnya. Kabar itu beredar dengan cepat, tak peduli pada hati Jieun yang semakin remuk semakin ia mendengarnya. Mareka yang berkomentar bahwa betapa serasinya mereka berdua, juga tak peduli pada Jieun dan hatinya yang begitu perih.
                Awalnya JIeun tak mau percaya pada kabar itu hingga ia menemukan Baekhyun sedang tertawa bersama Krystal dia perpustakaan sekolah. Tempat favorit Baekhyun biasa menyendiri dengan buku-buku sejarahnya itu. Tempat yang Jieun tahu, tak pernah seorangpun berada di samping Baekhyun selama Baekhyun menghabiskan waktunya disini.
                Jieun melihatnya, bahkan buku-buku sejarah itu hanya dibiarkan tergeletak terbuka di meja di hadapan Baekhyun. Buku favoritnya terabaikan, dan hatinya sudah terisi dengan gadis cantik di sampingnya itu. Betapa bahagianya mereka berdua. Senyum manis di wajah merekaitu membuat takkan ada yang berani memisahkan mereka.
                Lee Jieun bodoh. Sejenak ia lupa kenyataan bahwa Baekhyun terlalu popular di kalangan para gadis. Akan sangat masuk akal jika Baekhyun pada akhirnya memilih salah satu dari mereka. Dan benar-benar masuk akal jika Baekhyun memilih Krystal. Lee Jieun, bukanlah nama yang dapat di bandingkan dengannya, jadi kesimpulannya, dia takkan bisa ada di hati Baekhyun, seperti yang terjadi pada Krystal saat ini.
                Jieun tak kuat, ia menutup buku yang dibawanya sedari tadi, buku yang bahkan tak ia tahu judulnya itu. Ia meninggalkan perpustakaan saat beberapa teman lelaki Baekhyun datang dan mulai menggoda sepasang kekasih yang dengan cepat melebur merah itu. Ini memang bukan tempat Lee Jieun. Lee Jieun memang tak seharusnya berada di sini.
***

                Ujian kelulusan akan segera tiba. Betapa sedihnya sekolah ini harus kehilangan salah satu murid terbaik mereka. Hampir semua adik kelas juga menyayangkan kepergian Baekhyun yang tak lama lagi itu. Bahkan ada beberapa yang dengan terang-terangan berharap Baekhyun tidak lulus dari sekolah itu, meski semua tahu, itu hal yang mustahil.
                Lee Jieun, meski jauh dalam lubuk hatinya juga sangat-sangat mengharapkan hal itu, merasa terlalu bodoh jika dia benar-benar mengharapkannya. Lee Jieun tidak berhak, itu pikirnya.
                Hari ini, bus yang Jieun naikki penuh. Ia tak mendapat tempat duduk dan harus berdiri sepanjang perjalanan nanti mungkin. Itu karena ia kesiangan, ini adalah bus yang lebih siang dari biasanya. Secara tidak langsung jelas, harapannya untuk bisa sebus dengan Baekhyun hari ini kandas.
                Namun takdir berkata lain, setelah 10menit ia berdiri, berusaha mencari pegangan agar ia tak terjerembab jika bus berhenti mendadak atau menancap gasnya yang sampai saat ini tidak ia temukan, semua pegangan sudah penuh, saat itulah Byun Baekhyun, menaiki bus itu dan berdiri tepat di hadapan Jieun. Jarak terdekat yang pernah terbuat antara Jieun dan Baekhyun, membuat Jantung Jieun tak bisa berhenti berdegup dengan kencangnya. Itu terlalu kencang dari biasanya. Jieun takut Baekhyun atau semua orang di sekitarnya bisa mendengarnya. Dengan canggung dan kikuk mereka terpaksa berdiri berhadapan dengan jarak yang terlalu dekat itu. Jieun tak berani mendongakkan kepalanya. Matanya terkunci pada sepatunya sendiri, ia takut menemui mata Baekhyun jika ia mendongak sewaktu-waktu. Namun satu hal yang membuat Jieun senang bukan main, Baekhyun akhirnya, dengan jelas telah mengetahui keberadaannya di dunia ini. Walau secara tak sengaja, Baekhyun pasti melihat Jieun.
                Sedetik kemudian itu terjadi. Kejadian yang paling akan membuat Jieun tak bisa melupakannya, kejadian yang membuatnya begitu senang hingga bisa mati setiap saat. Bus yang mereka naiki mengerem mendadak. Jieun yang sedari tadi masih tak menemukan pegangan pasti sudah jatuh jika tidak sebuah tangan, menggenggam erat pergelangan tangannya untuk menahannya jatuh, dan kenyataan yang paling indah untuk Jieun adalah, itu tangan Baekhyun. Kenyataan bahwa Byun Baekhyun menggenggam erat pergelangan tangannya itu segera menamparnya hingga bisa membuatnya meledak dan meleleh dalam waktu yang bersamaan. Dia bahkan sudah tak bisa merasakan detak jatungnya yang tak karuan itu. Semua suara mendadak mengilang. Semuanya mendadak sunyi. Hanya ada pemandangan mata baekhyun yang dengan khawatir menatapnya, tepat di kedua matanya. Dia ingin waktu berhenti disini, tepat disini dan tak kemana-mana lagi, selamanya.
                “Gwenchana?” tanya Baekhyun.
                Suaranya itu. Suara yang sudah berkali-kali ia dengar akhirnya bicara untuknya. Bicara padanya dan menunggu jawaban darinya. Namun yang terjadi, lidah Jieun membeku. Otak dan segala saraf motoriknya tak berkerja dengan baik secara tiba-tiba. Dia hanya mematung, menatap Baekhyun tanpa berkata apa-apa. Jelas membuatnya terlihat sangat bodoh, Jieun yakin itu.
                “Sebaiknya kau berpegang disini.” Baekhyun mengarahkan lengan Jieun ke pegangan yang digunakannya. Mereka berbagi satu pegangan bersama.
                Yang Jieun lakukan hanya mengangguk pelan. Tetap tak bisa melakukan hal yang lain. Jieun segera mengalihkan pandangannya dari Baekhyun, kembali ke sepatunya sendiri. Dia bisa melihat sekilas senyum Baekhyun. Senyum yang Baekhyun buat karena melihat tingkah Jieun. Senyum itu dibuat karena Jieun. Byun Baekhyun tersenyum karenanya, itu kenyataan yang benar-benar disukai Jieun.
***

                Jieun tahu, semenjak hari itu dia sudah tak bisa lagi menghindari semua perasaan yang ia rasakan terhadap Baekhyun. Itu semua terlalu kuat dan menggebu-gebu untuk di lawan atau hanya sekedar dihindari. Otaknya tak sanggup lagi bepikir jangka panjang, dia hanya ingin melakukan satu hal. Satu hal yang hanya dia tahu tak mungkin membuatnya menyesal apapun hasilnya. Satu hal itu, ia harus memberi tahu seluruh isi hatinya pada Baekhyun. Memberi tahu pada Baekhyun apa yang selama ini dia rasakan terhadap kakak kelasnya itu.
                Surat, itu hal pertama muncul di otaknya. Menulis semua yang ia rasakan, menggambarkan semua yang ia rasakan dalam kata-kata meski sebenarnya semua itu sulit untuk diungkapkan, Jieun tak punya ide lain. Ia menulisnya, dengan sepenuh hati, tentunya dengan berharap sestua yang menyenangkan sebagai hasilnya, walau ia sendiri tahu itu sangalah tidak mungkin. Ia berusaha menghilangkan pikiran bahwa yang akan dia lakukan setelah ini pasti hanya akan membuatnya malu dan terlihat seperti gadis bodoh, dia tak ingin mempedulikan semua itu lagi. Jieun hanya ingin Baekhyun tahu perasaannya. Hanya itu, karena dia tak bisa menyimpannya sendiri lebih lama lagi.
Jieun dengan ekspresi wajah yang datar, diam-diam menempelkan sebuah amplop yang berisi suratnya di pintu loker Baekhyun yang selama ini juga menjadi sasaran perhatiannya dalam diam. Dia juga berusaha berpikir ini adalah waktu yang tepat, karena setelah ini dia tak punya waktu lagi setelah Baekhyun lulus dari sekolah ini. Dia menghela nafas melihat surat itu dan dengan jantung berdebar meninggalkan tempat itu sebelum ada yang melihatnya.
***

Aku tersihir
Di hari pertama aku menjadi murid di sekolah in,i aku tersihir.
Melihat seorang senior lelaki di antara teman-temannya, aku tersihir.
Melihat lelaki itu menabrakku tak sengaja, aku tersihir.
Mengetahui namanya yang adalah Byun Baekhyun, aku tersihir.
Dan berhari-hari melihat senyumnya, aku tersihir.

Aku gila
Setiap hari aku tidur dengan wajahnya di mimpiku, aku gila.
Setiap hari aku melihat wajahnya di makananku, aku gila.
Setiap hari melihat wajahnya di buku pelajaranku, aku gila.
Setiap hari melihat wajahnya saat aku menutup atau membuka mata, aku gila.
Aku tak bisa menghilangkannya dari otakku, aku gila.


Aku bodoh
Setiap hari mencuri pandang padanya dalam diam, aku bodoh.
Setiap hari memperhatikannya dalam diam, aku bodoh.
Setiap hari memikirkannya tanpa memikirkan hal lain, aku bodoh.
Membiarkan diriku tak terurus karena memikirkannya, aku bodoh.
Hanya bisa membayangkan aku bersamanya, aku bodoh.
Tanpa berusaha melakukan sesuatu padanya, aku bodoh.

Aku jahat.
Melihat dia bersama gadis lain aku marah, aku jahat.
Merasa gadis itu tak baik untuknya, aku jahat.
Menginginkan semua kejelekan untuk gadis itu, aku jahat.
Ingin melihat dia dan gadis itu berpisah, aku jahat.
Ingin membunuh gadis itu, aku jahat.

Aku jatuh cinta
Mataku seakan berhenti berkedip saat melihatnya, aku jatuh cinta.
Tubuhku bergetar setiap mendengar suaranya, aku jatuh cinta.
Hatiku berdebar saat bertemu dengannya, aku jatuh cinta.
Ingin selalu melihatnya, aku jatuh cinta.
Ingin selalu bertemu dengannya, aku jatuh cinta.
Ingin selalu di dekatnya, aku jatuh cinta.
Ingin menjadi miliknya, aku jatuh cinta.

Tak ada hal lain yang bisa aku katakan selain aku sudah terlanjur sepenuh hati jatuh padamu. Dan tak ada hal lain yang kuharapkan agar kau membalas perasaanku.
Tapi aku tahu ini akan menjadi cinta yang egois, dan aku bahkan tak sanggup menyalahkan diriku sendiri untuk itu. Aku hanya ingin kau tahu aku mencintaimu.
Lee Jieun.

Hati Baekhyun mencelos. Dia seperti ditampar. Gadis ini, Lee Jieun, dia tahu benar gadis ini. Gadis polos yang tak populer atau bahkan tak terlihat dan tak mempunyai kelebihan apa-apa yang selalu memperhatikannya dalam diam, gadis yang selalu mencuri pandang padanya. Baekhyun takkan bisa lupa gadis ini. Gadis yang sebenarnya berhasil membuat hatinya tergerak.
Gadis ini akhirnya menulis surat padanya, mengutarakan seluruh perasaannya pada Baekhyun. Dan yang jadi pertanyaan Baekhyun adalah, mengapa akhirnya gadis ini mengutarakan semuanya? Mengapa gadis ini berubah pikiran?                Baekhyun takut ini adalah cara yang dipilih Lee Jieun untuk menyerah padanya. Tidak, Baekhyun tak bisa membiarkannya. Gadis itu, Lee Jieun harus tetap menyukainya, harus tetap mencintainya, harus tetap memperhatikannya dan melihatnya.
Baekhyun menggenggam surat itu di tangannya dan segera berlari, berlari menemui gadis itu, Lee Jieun, yang sekarang Baekhyun sadari masuk ke hatinya dalam-dalam.
Baekhyun takkan bisa lupa saat dia pertama melihat Jieun di hari pertamanya masuk sekolah ini sebagai adik kelas barunya. Takkan bisa lupa saat Jieun selalu memperhatikannya menghabiskan waktunya dengan buku-buku di perpustakaan. Takkan bisa lupa saat Jieun selalu sebus dengannya saat berangkat atau pulang sekolah dan saat ia memegang lengan Jieun demi menyelamatkannya dari jatuh dalam bus yang mengerem mendadak. Baekhyun takkan bisa melupakannya itu semua, semua yang tertancap dalam di otak dan hatinya itu.
Baekhyun sampai di depan kelas Jieun. Tao, salah seorang adik kelas yang akrab dengannya memandangnya dengan penuh tanya, dan Baekhyun  tak suka kekhawatiran yang juga tersirat di matanya itu.
''Tao! Dimana Jieun? Dimana dia?'' tanya Baekhyun sambil berusaha masuk ke dalam kelas itu dan mencari sosok gadis manis itu, namun yang Baekhyun jengkelkan adalah Tao menahannya. ''Cepat Tao! Biarkan aku menemukannya! Aku harus bertemu Jieun sekarang!''
''Hyung! Aku mohon hyung berhentilah!'' Tao menahan kuat tubuh lelaki yang lebih kecil darinya namun lebih tua darinya itu.
''Tao! Kau teman sekelasnya, kau pasti tahu dimana dia sekarang. Dimana Lee Jieun?'' Baekhyun terus berusaha melepaskan lengan-lengan kuat Tao dari kedua pundaknya.
Tao dengan cepat menyeret Baekhyun pergi sebelum berhasil memasuki kelasnya, mencegah Baekhyun mempermalukan dirinya sendiri di hadapan teman-teman Tao. Tao membawa Baekhyun ke atap gedung sekolah mereka, sehingga takkan ada yang tahu pembicaraan mereka.
''Tao! Kenapa kau memperlakukanku seperti ini?'' Baekhyun tak bisa percaya akan temannya satu ini, ''Dia memberiku surat Tao! Akhirnya dia mengutarakan perasaannya padaku! Aku harus bertemu dengannya saat ini!''
''Hyung kenapa kau terus seperti ini? Kapan kau akan berhenti melakukan semua ini?'' tanya Tao, membuat Baekhyun semakin bingung.
''Tao! Dimana Lee Jieun?'' akhirnya Baekhyun berteriak. ''Aku harus bertemu dengannya! Aku juga menyuka..''
Tao memotongnya dengan teriakannya, ''Dia tidak ada!''
Telinga Baekhyun sakit mendengarnya. Dia ingin terbahak mendengar kebodohan temannya itu saat ini, tapi ini bukan saat yang tepat. Dia juga ingin meninju teman yang tinggi ini hingga tak sadar karena bicaranya yang bodoh itu.
''Lee Jieun tidak ada! Sadarlah...'' suara Tao sudah lebih pelan sekarang, hanya simpati yang terpancar dari matanya untuk teman naif di depannya itu. ''Ingatlah sudah 6 bulan ini kau tak henti-hentinya bercerita padaku tentang gadis bernama Lee Jieun yang selalu memperhatikanmu dalam diamnya dan menyukaimu sejak hari pertamanya di sekolah ini dan yang kau bilang teman sekelasku yang sebenarnya tak pernah ada wujudnya itu.''
Baekhyun menatap Tao lekat-lekat, bersiap-siap akan memukulnya jika setelah ini lelaki itu tertawa dan berkata dia hanya sedang bercanda. Baekhyun tak suka candaan ini.
''Dan kau bilang dia selalu sebus denganmu karena rumah kalian searah. Kau sangat antusias saat kau bercerita bahwa kau memegang lengannya agar dia tak terjatuh saat bus mengerem mendadak.'' Tao meneruskannya, berharap Baekhyun bisa sadar. ''Kau bahkan berkhayal bahwa kau jadian dengan Krystal, padahal kau bahkan tak pernah meliriknya. Kau bilang kau merasa bersalah karena membuat Jieun cemburu karena itu.''
''Tao kau gila kan? Candaan ini tidak lucu.'' Baekhyun benar-benar tak tahu harus berpikir seperti apalagi.
''Tidak hyung. Dengar aku...'' Tao memegang kedua pundak Baekhyun dan berusaha meyakinkannya, ''Lee Jieun itu tidak ada, kau yang membuatnya hidup dalam kehidupan di otakmu, tidak lebih dari itu. Dia hanya cinta khayalanmu.''
"Tapi dia ada! Dia benar-benar ada! Dia bahkan menulis surat ini untukku.'' Baekhyun dengan putus asa menunjukkan surat yang sedari tadi ada di tanganya pada Tao.
Dengan ini Tao semakin khawatir dengan Baekhyun, ''Hyung, itu tulisanmu sendiri hyung...''
*****
''Jadi begitu?'' tanya dokter pada Baekhyun, yang Baekhyun jengkelkan masih memasang wajah santainya.
''Ya. Apa kau yakin aku hanya perlu istirahat?'' tanya Baekhyun.
''Ya, tentu saja.''
''Aku...aku sudah gila kan?'' Baekhyun berharap dokter itu memberi pandangan simpatinya, setidaknya membuatnya merasa tenang bahwa dia bisa tergolong dalam salah satu jenis manusia, meski itu gila.
Dokter itu hanya tersenyum, ''Kau, murid populer di sekolah, wajah tampan, prestasi gemilang, lalu kau berkhayal tentang seorang gadis yang menyukaimu?'' Dokter itu lalu berjalan ke arah pintu, ''Itu karena sebenarnya, dibalik semua itu kau membutuhkan kasih sayang kan? Kasih sayang yang selama ini tak pernah kau dapat dari orang tuamu, teman-temanmu atau guru-gurumu? Hanya itu kan? Jangan berpikir semua orang itu sama sekali tak menyayangimu. Jangan pikir mereka hanya menyukai sisi kerenmu. Pasti mereka punya perasaan tulus dekat denganmu, pasti ada di antara mereka. Kau tak perlu membuat seorang tokoh yang mencintaimu setengah mati seperti Lee Jieun itu.'' dokter itu berhenti sebelum menutup pintu untuk keluar, ''Kau juga tidak perlu berpikir bahwa kau gila. Orang tidak disebut gila saat membayangkan fatamorgana sebuah danau dengan air jernih ketika mereka terjebak di padang pasir yang panas.'' dokter itu tersenyum lagi lalu hilang dari pandangan bersamaan dengan suara pintu ditutup.
Baekhyun menghela nafas, ''Sayangnya aku benar-benar ingin gadis itu ada, mungkin aku benar-benar mencintainya...''
THE END

6 komentar:

  1. ................................................................
    merinding pas tau kenyataan bahwa jieun itu cuma khayalan, ga nyangka juga suratnya itu baehyun sendiri yang nulis T^T
    diliat dari cover nya malah pertama kali aku berfikir kalo jieun nya itu bakalan mati(?) .-.
    bekhyun ngapa kali bisa begitu-______-"
    nice fic ><

    BalasHapus
  2. hehehe banyak yg bilang klo ff ini memang aneh XD btw trims udah baca n komen ^^

    BalasHapus
  3. Syedih ;(
    Tapi feelnya dapet thor ><
    Daebak!

    BalasHapus
  4. what?
    gak nyangka bgt sumpah!

    tp bagus dpt feel nya
    ^^
    *Cool

    kpan2 Bikin Ff IU lg ya Thor
    #hwaiting

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe makasih ya udah baca. jgn khawatir IU selalu di hati, dia bakal selalu memenuhi list cast buat ffku heheXD

      Hapus