Halaman

Rabu, 23 Oktober 2013

[FANFIC] Between Truth and Lies (part 1)





#Main Cast:
Byun Baekhyun
Jung Eunji
Lee Jieun (IU)

#Support Cast:
Do Kyungsoo (D.O)
Park Chanyeol
Kim Jongdae (Chen)
Kris
Huang Zitao (Tao)
Kim Joonmyeon (Suho)



Baekhyun terbangun, tidak ia memang tak bisa tertidur sama sekali semalam. Ia menendendang selimutnya yang tipis dan tak sehangat selimutnya yang biasanya. Ia bangun dari tempat tidurnya, bukan ranjangnya yang biasanya. Dia terduduk, melihat sekelililing sekali lagi, meyakinkan dirinya bahwa hidupnya yang sekarang memang seperti neraka baginya. Ayahnya sendiri mengeluarkannya dari rumah mewahnya. Ayahnya bilang dia sudah tidak tahan dengan semua ulah manja Baekhyun sebagai anak tunggalnya dan tentunya satu-satunya penerus perusahaannya, ya perusahaan yang selalu dibanggakannya mengalahkan anaknya sendiri.  Semalam adalah malam pertamanya di flat kecil yang terlalu sederhana untuknya ini. Mulai sekarang dia harus berusaha hidup sendiri. Ayahnya hanya membolehkannya membawa sejumlah uang yang biasa Baekhyun habiskan hanya dalam waktu beberapa jam dan ponselnya, hanya itu. Bahkan ayahnya memindahkan sekolahnya. Membuatnya kehilangan teman-teman lamanya yang Ayahnya bilang hanya berteman dengan uangnya saja.
            Baekhyun melihat ponselnya, ada pesan dari ibunya yang bertanya tentang keadaannya, dia bahkan tak punya niat untuk membacanya. Ibunya juga menyetujui  keputusan ayahnya ini, Baekhyun merasa tak ada orang dipihaknya saat ini. Jam di ponsel Baekhyun menunjukkan ini masih terlalu pagi untuk bangun atau bersiap ke sekolah barunya. Bahkan matahari belum terbit. Lewat cermin yang tak jauh dari tempatnya, ia bisa melihat kantung mata menghisai wajahnya. Baekhyun rasa itu benar-benar merusak penampilan wajahnya.
            Flat ini benar-benar terlalu kecil untuknya. Beberapa langkah saja dari tempatnya tidur tadi, ia sudah sampai di pintu. Baekhyun membukanya, berharap mendapat udara yang lebih segar dari udara lembab yang semalaman telah ia hirup dalam ruangan itu.
            Baru Baekhyun mau melangkah keluar saat ia menyadari terdapat sesosok gadis yang tengah tidur di depan pintunya, gadis itu bahkan bergelung dengan selimutnya di sana. Baekhyun tak tahu apa yang sedang terjadi ataupun pikiran gadis itu. Bagaimana bisa seorang gadis tidur begitu saja di depan flat orang lain? Setidaknya, gadis macam apa itu?
            Baekhyun mendekatinya, menahan diri agar tak membangunkannya dengan kasar dan segera menyuruhnya pergi dari tempat itu sekarang juga karena, semua orang tahu, gadis itu menghalangi pintu flat orang. Baekhyun menggoyang pundak gadis itu pelan. ''Ya.''
            Gadis itu tak bergeming, membuat Baekhyun mempercepat gerakannya dan mengeraskan suaranya. ''Permisi! Kau menghalangi jalan!'' katanya tak sabar.
            Baekhyun sudah berniat menendang gadis itu keras-keras jika masih tak bergeming, namun untung saja gadis itu mulai menggeliat dan membuka matanya, lalu tanpa terkejut mengetahui keberadaannya dan bangkit berdiri dan pergi, tak lupa membawa selimutnya. Gadis itu hilang memasuki pintu flat sebelah milik Baekhyun. Gadis itu seperti tak menyadari sama sekali keberadaan Baekhyun. Yang ada di pikiran Baekhyun hanyalah, jadi mulai sekarang dia punya tetangga setengah gila.
***
            Baekhyun memasuki kelasnya, seorang guru yang tadi ia ikuti sudah memperkenalkannya pada murid-murid asing di hadapannya itu. Baekhyun sudah terbiasa mendapat pandangan-padangan itu, Baekhyun hanya menganggap orang-orang ini terlalu kagum melihat penampilannya. Baekhyun tak bisa membayangkan reaksi mereka jika tahu latar belakang keluarga Baekhyun yang sebenarnya.
            Baekhyun menghela nafasnya, setidaknya masih ada gadis cantik di sekolah ini. Gadis itu sudah menyita perhatian Baekhyun sejak ia masuk ke kelas ini, dan gadis itu duduk tepat di depannya. Baekhyun pikir, dia setidaknya bisa menghabiskan jam-jam membosankan di kelas ini dengan hanya melihat rambut indah di hadapannya itu. Atau mungkin membuat gadis itu sesering mungkin menoleh kebelakang, agar Baekhyun juga bisa melihat wajah cantiknya.
***

            ''Jadi Bacon kau..'' perkataan Chanyeol, bisa dibilang teman baru Baekhyun, sampai saat ini, langsung dipotongnya.
            ''Baekhyun.'' Kata Baekhyun membenarkan sambil memutar matanya, dia mulai merindukan teman-teman lamanya. Setidaknya mereka tak sebodoh lelaki bongsor di depannya ini.
            ''Oh ya Baekhyun, jadi kau dipindahkan dari SMA Haneul itu?'' tanya Chanyeol.
            Baekhyun hanya mengangguk dengan malas.
            ''Sekolah populer dan bagus itu?'' tanya Jongdae, hampir sejenis dengan Chanyeol namun dengan ukuran yang lebih kecil.
            ''Ne sekolah bagus itu!'' tambah Chanyeol.
            ''Sekolah tempat anak orang kaya itu berkumpul?'' tanya Jongdae lagi.
            ''Ne, sekolah orang kaya itu!'' tambah Chanyeol lagi.
            ''Sekolah yang banyak gadis cantiknya itu?'' tanya Jongdae sekali lagi.
            ''Ne, sekolah gadis cantik!'' tambah Chanyeol sekali lagi.
            Baekhyun sudah ingin melemparkan makanan di hadapannya itu ke wajah mereka berdua jika dia tidak ingat dia harus hidup hemat mulai sekarang. Dia hanya memutar bola matanya menahan kesal.
            ''Sekolah yang banyak lelaki penyuka sesama jenis karena sudah bosan melihat gadis cantik itu?''
            ''Ne, sekolah lelaki homo!''
            Baekhyun terbelalak, ''MWO?''
            Jongdae tersenyum, ''Ah... Yang terakhir itu.. Aku hanya dengar gosip.''
            Chanyeol segera menambahi, ''Ne, hanya gosip.'' dia dan Jongdae tersenyum bersama dengan bangga memperlihatkan gigi-gigi mereka yang sejak tadi ingin Baekhyun rontokkan.
            ''Ya, dulu aku murid sekolah itu.'' jawab Baekhyun tanpa keantusiasannya sama sekali.
            ''Wae? Apa kau dikeluarkan?'' tanya Chanyeol.
            ''Ani.'' Baekhyun malas menjelaskan detilnya pada mereka. ''Ehm..'' Baekhyun melihat Jieun memasuki kantin sekolah itu dan mengambil tempat duduk yang agak jauh di depannya. Gadis itu lalu mengeluarkan makanannya yang terlihat bagus, rapi dan sehat. Tak lupa ia mengeluarkan sebuah buku yang Baekhyun lihat sejak pagi dibacanya.
            Chanyeol dan Jongdae tersenyum melihat Baekhyun, ''Wae? Apa kau tertarik padanya? Pada Lee Jieun? Apa itu alasannya kau tak bisa menyingkirkan matamu darinya di kelas tadi?'' tanya Jongdae, entah kenapa dengan kebodohannya dia bisa peka dengan hal yang seperti ini.
            Baekhyun tak begitu merespon pertanyaan Jongdae, dia hanya terus melihat Jieun.
            ''Ah... Lee Jieun.. Dia memang gadis paling sempurna disini..'' sekarang Chanyeol yang bicara, dia terdengar seperti sedang mengigau dalam tidurnya.
            Baekhyun lalu menoleh, menatap mereka, ''Apa kau juga menyukainya?''
            ''Semua orang Baek, semua orang yang mengenalnya menyukainya, apalagi laki-laki di sekolah ini. Siapa yang tidak akan menyukainya?'' tanya Jongdae tersenyum sambil melihat ke arah Jieun yang sekarang sedang meminum jusnya, ''Siapa yang tidak menyukai gadis cantik, pintar, ramah, dan baik seperti Jieun? Lihat saja senyumnya...''
            Baekhyun memutar matanya, ''Jadi dia populer di sini?''
            ''Bisa dikatakan begitu.'' Jawab Chanyeol, ''Hampir semua lelaki disini berusaha mendekatinya, dan sisanya terlalu minder untuk mendekatinya. Namun belum pernah ada yang berhasil mendapatkannya, kecuali Suho sunbae.''
            ''Suho sunbae?'' Baekhyun mengangkat alisnya.
            Dan Baekhyun menelan semua informasi yang diberikan dua troll itu, bahwa Suho adalah senior mereka yang saat ini sudah lulus dan kabarnya meneruskan kuliahnya di luar negeri. Dan gosip yang beredar, hubungan Jieun dan Suho sudah berakhir, bukan karena perpisahan itu, namun Suho sengaja memisahkan diri karena ada orang ketiga diantara mereka.
            ''Jung Eunji?'' tanya Baekhyun.
            ''Ya, uh.. Jika kau bertemu dengannya kau pasti tahu dia gadis yang mengerikan. Semua orang tahu dia telah dengan sengaja merebut Suho dari Jieun.'' Jongdae menjelaskan dengan antusias, sedangkan Chanyeol terus mengangguk menanggapi setiap kata yang keluar dari mulut Jongdae.
            ''Kabarnya dia kabur dari orang tuanya yang miskin. Dan sebenarnya dia sekarang dibiayai oleh orang tua Jieun yang kaya itu. Entah bagaimana mereka bisa berteman sebaik itu dulu.''
            ''Mungkin dulu Jieun belum menyadari kelicikan Eunji yang sebenarnya.'' tambah Chanyeol sambil memelankan suaranya yang sebenarnya masih keras itu.
            ''Jadi mereka sahabat?'' tanya Baekhyun sambil melirik Jieun, dia agak tak menyangka gadis itu punya cerita seperti ini.
            ''Itu dulu, jelas sekarang tidak lagi. Semua orang takkan menyalahkan Jieun jika dia menjauhi Eunji, tapi yang aku lihat Eunjilah yang menjauhi Jieun dan semua orang..'' kata Jongdae lalu meminum Jusnya.
            ''Ya semua orang...'' tambah Chanyeol. ''Jelas tak ada yang suka padanya. Sejak kejadian itu aura Jung Eunji sangat gelap, tentu saja mana ada orang yang mau mendekatinya. Dia jadi sering menjadi korban buli, terutama murid-murid yang menyebut diri mereka sebagai pendukung dan fans Jieun. Jieun sering berusaha menolong Eunji dari pembulian itu, tapi Eunji hanya pergi begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih. Uh... Dia memang gadis yang menger..'' Lengan Jongdae tiba-tiba menusuk rusuknya, cukup keras hingga ia meraung kesakitan. Namun Baekhyun dan Chanyeol mengerti maksud Jongdae, jelas gadis yang sedang mereka bicarakan ada di situ, dan mungkin bisa mendengar pembicaraan mereka.
            Baekhyun menoleh pelan ke belakangnya, gadis itu duduk di belakangnya, menghadap padanya, namun seperti tak mempedulikan sekitarnya dan hanya fokus pada makanan di depannya. Baekhyun tersedak nasi yang masih ada di mulutnya. Baekhyun kenal dengan wajah itu, wajah gadis itu, gadis yang ia temukan tadi pagi sedang tidur bergelung dengan selimutnya di depan pintu flat Baekhyun. Baekhyun serasa ditampar keras-keras.
***
            Baekhyun berusaha menghilangkan Jieun dari pikirannya sejenak, dia harus mencari kerja sambilan, itu saran Ibunya, untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Untung saja Ayahnya masih berbaik hati membayar uang sekolahnya, Baekhyun hanya perlu memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Ibunya mengirim pesan berkali-kali untuk meminta maaf karena tak bisa diam-diam mengirim bantuan padanya, bukan karena takut pada Ayahnya, namun Ibunya rasa semua ini baik untuk masa depan Baekhyun, dimana Baekhyun mendengus setelah membacanya, entah masa depan seperti apa yang diinginkan orang tua Baekhyun untuknya, bahkan Baekhyun tak pernah memikirkannya.
            Chanyeol dan Jongdae benar soal belajar mengalihkan perhatian dari Jieun itu penting. Akhir-akhir ini mereka berusaha membantu agar Baekhyun sedikitnya memperhatikan apa yang dikatakan guru mereka di depan kelas, walau tanpa mengerti apa maksudnya, dan mengesampingkan sebentar pesona Lee Jieun. Mata yang berbinar itu, yang melengkung seperti bulan sabit saat ia tersenyum , hidung mungilnya, bibir merah muda yang terlihat polos itu, kulit putih susunya, ah Baekhyun memukul kepalanya pelan, lagi-lagi Lee Jieun dengan mudah berenang-renang di otaknya.
            Baekhyun berjongkok memungut koran yang tergeletak di depan pintu flatnya. Baekhyun Lihat tanggalnya masih belum begitu lama, entah itu milik siapa. Baekhyun segera mencari halaman lowongan kerja.
            ''Mencari kerja?'' Baekhyun terkejut, dia tak mendengar suara pintu terbuka, namun tiba-tiba suaranya gadis itu terdengar begitu saja. Jung Eunji sudah berdiri di samping Baekhyun dengan tatapan polosnya yang membuat Baekhyun kagum, takkan ada yang percaya jika gadis ini bisa melakukan semua hal licik itu pada sahabat sebaik Lee Jieun.
            Baekhyun tak menjawab, dia hanya menatap Eunji tegang. ''Kau takkan menemukannya disitu, itu hanya koran khusus tanaman.'' Eunji menutup pintunya lalu membenarkan jaketnya, seperti bersiap pergi. ''Restoran tempatku bekerja butuh satu pekerja lelaki untuk mengganti pekerja yang baru saja mengundurkan diri.''
            Ini pertama kalinya mereka bicara, Baekhyun tidak mungkin membuat kesan yang jelek untuk dirinya, meski dia tahu catatan kriminal gadis yang berdiri dihadapannya ini. Tapi dia benar-benar membutuhkan pekerjaan apapun itu, uangnya sudah menipis. Namun dia jelas segan jika selain bertetangga, tapi harus setempat kerja dengan gadis itu.
            ''Itu terserah kau. Hidup sendiri di usia yang muda seperti ini memang susah.'' kata Eunji sembari berjalan. Dia terlihat sangat santai, Baekhyun tak menyangka dia gadis yang seperti ini.
            Baekhyun bepikir keras, namun kebutuhan hidupnya memenangkan perang batinnya. Kerja lebih penting. Uang lebih penting saat ini.
            Akhirnya Baekhyun berdiri, mengikuti langkah Eunji yang entah kemana, menembus udara yang mulai dingin menusuk kulit. musim dingin akan datang tak lama lagi, libur musim dingin juga akan datang tentu saja, namun Baekhyun ingat jelas liburan musim dingin ini harus dihabiskannya dengan kerja dan mengumpulkan uang, bukan bersenang-senang dengan temannya seperti yang biasa ia lakukan. Ah, dia benar-benar rindu hidup yang serba mewah itu.
            Mereka berhenti di sebuah restoran setelah melewati sebuah taman, yang menurut Baekhyun cukup tepat untuk menghabiskan waktu. Dan ternyata tampat ini tak jauh dari flatnya.
            Restoran itu tak begitu besar, namun terlihat nyaman. Banyak remaja yang menghabiskan waktu disana, berbincang dengan teman-temannya ataupun berkencan.
            Baekhyun jelas langsung diterima menjadi pekerja disana. Hanya ada satu pelayan yang mencatat pesanan pembeli, dia terlihat kuwalahan. Bukan Eunji yang mengantarnya ke lokernya dan memberikan seragam barunya yang sebenarnya agak kebesaran itu, tapi seseorang lain dari bagian dapur. Setelah datang, Eunji langsung melayani pembeli, cukup sigap, pikir Baekhyun.
            Setelah Bos mereka menyuruh Eunji agar mengajari Baekhyun yang masih baru, karena dia pikir mereka kenal karena Baekhyun datang bersama Eunji tadi. Eunji langsung menyerahkan tugas itu pada pelayan yang kuwalahan tadi, seakan memahami semua keseganan Baekhyun, ia lebih memilih mengambil alih pekerjaan Kyungsoo, yang akhirnya Baekhyun tahu nama pelayan yang kuwalahan tadi, Eunji berusaha melayani pembeli sebanyak yang ia bisa.
            ''Jadi,'' Kyungsoo menjejalkan senyum di helaan nafas lelahnya, mata lelaki ini besar dan membuatnya terlihat seperti burung hantu, karena ia lebih sering menampakkan ekspresi datarnya, ''Selamat bergabung! Kau hanya perlu berlaku ramah dan mencatat dengan benar pesanan mereka. Mudah kan? Pasti kau akan mahir dengan sendirinya, selama kau bisa bicara.''
            Paling tidak burung hantu di depannya ini tak sebodoh Chanyeol dan Jongdae, Baekhyun bisa menyukainya. ''Ne, gomawo.'' Lalu Kyungsoo mengantarnya pada pembeli pertamanya.
***
            ''Mwo? Kau kerja di tempat yang sama dengan Jung Eunji?'' tanya Chanyeol dan Jongdae bersaamaan. Baekhyun berusaha menutup mulut mereka dengan kedua tangannya. Mereka sedang ada di kantin yang di penuhi murid saat ini. Baekhyun tak bisa membayangkan jika mereka tahu bahwa dia bahkan bertetangga dengan gadis itu. Ya, Baekhyun takkan memberi tahu mereka tentang hal itu.
            ''Woah Bacon! Kau harus segera berhenti dari pekerjaan itu.'' kata Chanyeol.
            ''Sudah ku bilang jangan panggil aku dengan nama itu!'' keluh Baekhyun.
            Tapi keluhan itu seperti sama sekali tak terhiraukan. Jongdae malah dengan dramatisnya berkata, ''Berada seatap dengan gadis itu dalam waktu yang lama pasti akan membuatmu sial Baekhyun-ah.''
            Baekhyun tak tahu mengapa ia masih berteman dengan dua troll ini sampai sekarang.
            Untung saja sebuah suara seperti malaikat terdengar di telinganya, ''Baekhyun, Kim seonsaengnim baru memberi tahuku, kita setim untuk tugas matematikanya.'' Jieun sudah berdiri di sampingnya.
            ''Ne?'' Baekhyun jelas terkejut, ''Oh, baiklah.''
            Baekhyun bisa melihat Chanyeol dan Jongdae saling menyikut lengan, oh, itu terlalu jelas, membuat Baekhyun terlihat bodoh.
***
            Baekhyun jelas tak menyukai semua hal tentang hidupnya saat ini. Ia tak bisa menghindari kantung di matanya. Tak ada hari yang terlewati tanpa punggungnya yang terasa sakit. Dia tetap membenci semua ini. Dia sudah bosan memakan makanan yang itu-itu saja. Dia hampir kehilangan nafsu makan, karena dia harus selalu memilih makanan yang murah. Dia bersumpah pasti ibunya terkejut saat melihatnya pulang nanti, karena anak lelaki satu-satunya sudah seperti mayat hidup kehabisan daging segar dan sehat yang membungkus tulangnya.
            Baekhyun membuang ramen instan yang masih berisi banyak itu keluar flatnya. Seketika hawa dingin menusuk tulangnya. Dia mulai frustasi.
            ''Ah! Hidup macam apa ini?'' gerutunya. ''Apa aku harus melewati masa mudaku dengan menanyai pesanan orang-orang itu?'' Baekhyun menendang kesal pagar pembatas di depannya itu. Dia sudah berkali-kali berpikiran untuk berhenti dari kerja sambilannya itu, tapi dia butuh uang.
            ''Kenapa kau membuangnya? Apa kau tak lapar?'' suara Eunji terdengar dan membuat Baekhyun sedikit terkejut.
            ''Ani.'' jawab Baekhyun setengah hati.
            ''Aku baru memasak sup rumput laut, apa kau mau?'' tanya Eunji, dia terlihat santai seperti biasa, seperti sedang bicara pada teman lamanya.
            Jujur saja Baekhyun masih lapar saat ini, dan sup itu, sudah lama dia tidak memakannya. Lapar di perut Baekhyun mengalahkan segalanya, ''Sup rumput laut?''
            Baekhyun berakhir di dalam flat Eunji, yang sebenarnya terlihat dan terasa lebih nyaman dari flat Baekhyun, dia dengan lahap memakan makanan Eunji itu. Tak disangka masakan gadis aneh itu seenak ini.
            Eunji melihat Baekhyun dengan tatapan kosongnya, seperti melihat anjing jalanan diberi daging kualitas tinggi. ''Jika kau memang sangat membutuhkan makanan seperti ini, kau bisa minta aku membuatnya.''
            Baekhyun seketika menghentikan makannya. Dia berpikir, gadis yang ada di hadapannya itu, yang satu sekolah dengannya, yang bertetangga dengannya, yang hanya ia dengar ceritanya dari orang lain dan belum mengenalnya dengan benar itu, Baekhyun sudah makan seenaknya darinya, dia merasa sedikit tak tahu diri, ya mungkin itu kata yang cocok, tak tahu diri.
            ''Ehm... Kita tetangga kan? Dan kita satu sekolah      kan? Dan bahkan aku dapat pekerjaan  darimu. Tapi, sepertinya aku belum memperkenalkan diriku dengan cara yang baik. Aku Byun Baekhyun. Baekhyun mengulurkan tangannya.
            Kau tak perlu memaksakan dirimu. Jawab Eunji dia tak menjabat tangan Baekhyun, membuat Baekhyun dengan canggung menarik tangannya kembali. Seketika aura Eunji berubah segelap saat Baekhyun melihatnya di sekolah.  Kau bisa habiskan makanan itu di tempatmu kalau kau tak suka berada di sini lama-lama. Lalu Eunji pergi ke kamar mandinya.
            Ini benar-benar membuat Baekhyun bingung. Mengapa Eunji seaneh itu? Ia segera menghabiskan makanannya dan kembali ke flatnya, sebelum Eunji keluar dari kamar mandinya. Dia yakin hubungannya dengan Eunji akan semakin canggung setelah ini.
***
            Jadi sampai dimana tadi kita? Tanya Baekhyun setelah tersadar dari lamunannya.
            Seketika itu Jieun tertawa pelan sambil menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Kita bias lanjutkan di lain kali jika kau mau.
            Tawa itu, Baekhyun kembali tersihir, alangkah senangnya dia jika tawa itu bukan karena kebodohannya. W..waeyo?
            Apa ada sesuatu yang sedang kau pikirkan? Kau terlihat tidak fokus. Jawab Jieun.
            Ya, Bagaimana Baekhyun bisa fokus jika seorang Lee Jieun duduk di hadapannya, bicara padanya dan terus-terusan menatap matanya saat berusaha menjelaskan semua tugas matematika bodoh yang Baekhyun tak mengerti itu? 
            Kita bisa melanjutkannya lain kali, waktu pengumpulannya masih satu minggu lagi. Jelas Jieun lagi, masih ada sisa-sisa tawa di wajahnya. Baekhyun yakin saat ini pasti wajahnya sangat terlihat bodoh hingga membuat gadis di hadapannya itu tak bisa berhenti tertawa.
            Ani, mian. Aku hanya sedikit memikirkan kerja paruh waktuku. Kita bisa lanjutkan sekarang. Kata Baekhyun berbohong.
            Kau yakin? Tanya Jieun dengan senyumnya, berusaha meyakinkan.
            Baekhyun mengangguk. Dia benar-benar merasa bodoh, dia butuh bantuan teman-teman lamanya, Kris atau Tao yang jelas mereka lebih berpengalaman soal gadis.
            Ok, biar aku jelaskan lagi dari awal. Kau yakin akan dengarkan yang satu ini? Tanya Jieun.
            Baekhyun mengangguk lagi, Mian. Kau jadi harus menjelaskannya lagi.
            Gwenchana. Kata Jieun lalu memulai lagi penjelasan yang sudah ia jelaskan tadi.
            Mereka menghabiskan sore mereka di perpustakaan dekat sekolah mereka. Baekhyun yang mengakhiri kerja mereka walau dengan berat hati, karena ia harus segera ke restoran tempatnya bekerja.
            Sampai jumpa. Jieun tersenyum sambil melambai lalu menghilang setelah  berjalan pergi. Baekhyun seakan bisa kembali bernafas sekarang. Sejak Jieun ada di dekatnya, ia serasa menahan nafas tadi.
            Kyungsoo menemuinya di ruang loker pekerja, Bos bilang padaku, ehm…”
            Ada apa?
            Bisakah kau tak terlambat lagi? Dan tingkatkan kinerjamu? Dia bisa menggantimu jika kau terus seperti ini. Kau hanya perlu mengurangi waktu istirahatmu. Jelas Kyungsoo, berusaha sehalus mungkin, namun bagaimanapun juga itu semua membuat Baekhyun kesal. Dia tahu dia sama sekali tak baik dalam bekerja, dia tahu dia lebih cepat lelah dari yang lain, dia tahu dia bodoh hingga Ayahnya sendiri membuatnya harus hidup seperti ini. Semua keinginan belajarnya semakin hilang, semua yang ia jalani selama ini terasa semakin sulit.
            Baekhyun mengangguk lemah.
            Baiklah. Hwaiting! Kyungsoo menyemangatinya.
            Mereka memulai kerja mereka hari ini. Kemana.. Baekhyun bermaksud bertanya pada Kyungsoo setelah melihat keadaan.
            Eunji? Ah dia ijin tak bekerja hari ini. Peringatan kematian orang tuanya. Jawab Kyungsoo mengerti.
            Peringatan kematian orang tuanya?
            Jadi kau belum tahu? Jadi kalian memang bukan teman dekat? Tanya Kyungsoo sambil mengelap meja.
            Ani, kami memang sama sekali tak dekat. Jawab Baekhyun. Kyungsoo tahu jika mereka bertetangga dan satu sekolah, tapi tak tahu benar hubungan pertemanan mereka berdua.
            Ini membuat Baekhyun berpikir, jadi orang tua Eunji sudah meninggal?  Semua perkataan Chanyeol dan Jongdae tentang Eunji berputar-putar di otaknya.
***
            ''Wow sepertinya tidak sia-sia kau keluar dari sekolahmu yang dulu Baek'' kata Chanyeol saat mereka berjalan bertiga menuju kantin seperti biasanya.
            ''Disini kau tak perlu kerja terlalu keras dengan otakmu, kau masih bisa mendapatkan nilai yang lebih bagus dari murid yang lain. Dan tanpa terlalu bersusah payah juga kau setim dengan Jieun, lihatlah tinggal berapa langkah lagi kau untuk dekat dengannya?'' Jongdae menjelaskan dengan semangat. Baekhyun agak setuju dengan penjelasan itu.
            ''Belum lagi dengan adik kelas yang mulai menjadi fansmu itu. Dari yang aku dengar mereka tidak sedikit Baek.'' Chanyeol menambahi. ''Wah Jongdae, kita punya teman yang berharga.''
            ''Geurae, dia sangat berharga. Lihatlah seberapa naiknya reputasi kita sekarang.'' Mereka berdua tersenyum lebar mungkin membayangkan adegan-adegan yang membuat mereka terbang terlalu tinggi. Mereka makin terlihat seperti idiot di mata Baekhyun. Entah kenapa dia masih berteman dengan mereka sampai sekarang.
            ''Ya ya ya! Ada apa lagi itu?'' tanya Jongdae setelah melihat beberapa murid mengerumuni dua gadis di sebuah koridor dekat kantin.
            ''Wah.. Itu Jieun dan Eunji.'' jawab Chanyeol dia berhasil mengintip setelah berjinjit dengan kaki panjangnya itu.
            Baekhyun jelas juga ingin tahu. Namun yang terlihat setelah mereka mendekat adalah, Eunji yang tanpa ekspresi menatap Jieun yang sedang memanggil namanya. Terlihat sekali Jieun ingin bicara padanya, namun Eunji tak bergeming. Tak lama kemudian setelah melihat sekilas sekelilingnya yang makin ramai, Eunji pergi tanpa kata. Meninggalkan Jieun yang kecewa.
            Semua orang yang melihat kejadian ini jelas menyalahkan Eunji dan membenci Eunji. Dan ini membuat Baekhyun semakin ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka.
            Wah bukankah Eunji sudah keterlaluan? tanya Chanyeol saat mereka sudah sampai di kantin.
            Bukankah dia sudah keterlaluan dari awal? tambah Jongdae mantab.
            Baekhyun masih sibuk berpikir. Entah sejak kapan dia jadi senang mengurusi urusan orang lain, namun Eunji yang biasa ia lihat di samping flatnya atau di tempat kerjanya sama sekali berbeda dengan Eunji yang tadi ia lihat. Dia bhkan tak berekspresi sedih, atau marah, atau merasa bersalah saat Jieun menatap dan memanggil namanya, sama sekali tak ada ekspresi di wajahnya. Bagaimana bisa seperti itu? Keingintahuan Baekhyun bahkan tak ia sadari begini besar.

TBC

1 komentar:

  1. Keren chingu ><
    annyeeong.. ary imnida.. aq baekji shipper, walopun baekhyun udah ama taeyeon,, hehe :D
    kren chingu, kata"nya gak trlalu berat, tapi gak brtele tele,, haha suka ama penjabaran pemikiran para cast'nya..

    BalasHapus