#Main Cast:
Byun Baekhyun
Jung Eunji
Lee Jieun (IU)
#Support Cast:
Do Kyungsoo (D.O)
Park Chanyeol
Kim Jongdae (Chen)
Kris
Huang Zitao (Tao)
Kim Joonmyeon (Suho)
Baekhyun terbangun, tidak ia memang tak bisa tertidur
sama sekali semalam. Ia menendendang selimutnya yang tipis dan tak sehangat
selimutnya yang biasanya. Ia bangun dari tempat tidurnya, bukan ranjangnya yang
biasanya. Dia terduduk, melihat sekelililing sekali lagi, meyakinkan dirinya
bahwa hidupnya yang sekarang memang seperti neraka baginya. Ayahnya sendiri
mengeluarkannya dari rumah mewahnya. Ayahnya bilang dia sudah tidak tahan
dengan semua ulah manja Baekhyun sebagai anak tunggalnya dan tentunya satu-satunya
penerus perusahaannya, ya perusahaan yang selalu dibanggakannya mengalahkan
anaknya sendiri. Semalam adalah malam
pertamanya di flat kecil yang terlalu sederhana untuknya ini. Mulai sekarang
dia harus berusaha hidup sendiri. Ayahnya hanya membolehkannya membawa sejumlah
uang yang biasa Baekhyun habiskan hanya dalam waktu beberapa jam dan ponselnya,
hanya itu. Bahkan ayahnya memindahkan sekolahnya. Membuatnya kehilangan
teman-teman lamanya yang Ayahnya bilang hanya berteman dengan uangnya saja.
Baekhyun
melihat ponselnya, ada pesan dari ibunya yang bertanya tentang keadaannya, dia
bahkan tak punya niat untuk membacanya. Ibunya juga menyetujui keputusan ayahnya ini, Baekhyun merasa tak
ada orang dipihaknya saat ini. Jam di ponsel Baekhyun menunjukkan ini masih
terlalu pagi untuk bangun atau bersiap ke sekolah barunya. Bahkan matahari
belum terbit. Lewat cermin yang tak jauh dari tempatnya, ia bisa melihat
kantung mata menghisai wajahnya. Baekhyun rasa itu benar-benar merusak
penampilan wajahnya.
Flat
ini benar-benar terlalu kecil untuknya. Beberapa langkah saja dari tempatnya
tidur tadi, ia sudah sampai di pintu. Baekhyun membukanya, berharap mendapat
udara yang lebih segar dari udara lembab yang semalaman telah ia hirup dalam
ruangan itu.
Baru
Baekhyun mau melangkah keluar saat ia menyadari terdapat sesosok gadis yang
tengah tidur di depan pintunya, gadis itu bahkan bergelung dengan selimutnya di
sana. Baekhyun tak tahu apa yang sedang terjadi ataupun pikiran gadis itu.
Bagaimana bisa seorang gadis tidur begitu saja di depan flat orang lain?
Setidaknya, gadis macam apa itu?
Baekhyun
mendekatinya, menahan diri agar tak membangunkannya dengan kasar dan segera
menyuruhnya pergi dari tempat itu sekarang juga karena, semua orang tahu, gadis
itu menghalangi pintu flat orang. Baekhyun menggoyang pundak gadis itu pelan.
''Ya.''
Gadis
itu tak bergeming, membuat Baekhyun mempercepat gerakannya dan mengeraskan
suaranya. ''Permisi! Kau menghalangi jalan!'' katanya tak sabar.
Baekhyun
sudah berniat menendang gadis itu keras-keras jika masih tak bergeming, namun
untung saja gadis itu mulai menggeliat dan membuka matanya, lalu tanpa terkejut
mengetahui keberadaannya dan bangkit berdiri dan pergi, tak lupa membawa
selimutnya. Gadis itu hilang memasuki pintu flat sebelah milik Baekhyun. Gadis
itu seperti tak menyadari sama sekali keberadaan Baekhyun. Yang ada di pikiran
Baekhyun hanyalah, jadi mulai sekarang dia punya tetangga setengah gila.
***
Baekhyun
memasuki kelasnya, seorang guru yang tadi ia ikuti sudah memperkenalkannya pada
murid-murid asing di hadapannya itu. Baekhyun sudah terbiasa mendapat
pandangan-padangan itu, Baekhyun hanya menganggap orang-orang ini terlalu kagum
melihat penampilannya. Baekhyun tak bisa membayangkan reaksi mereka jika tahu
latar belakang keluarga Baekhyun yang sebenarnya.
Baekhyun
menghela nafasnya, setidaknya masih ada gadis cantik di sekolah ini. Gadis itu
sudah menyita perhatian Baekhyun sejak ia masuk ke kelas ini, dan gadis itu
duduk tepat di depannya. Baekhyun pikir, dia setidaknya bisa menghabiskan
jam-jam membosankan di kelas ini dengan hanya melihat rambut indah di
hadapannya itu. Atau mungkin membuat gadis itu sesering mungkin menoleh
kebelakang, agar Baekhyun juga bisa melihat wajah cantiknya.
***
''Jadi
Bacon kau..'' perkataan Chanyeol, bisa dibilang teman baru Baekhyun, sampai
saat ini, langsung dipotongnya.
''Baekhyun.''
Kata Baekhyun membenarkan sambil memutar matanya, dia mulai merindukan
teman-teman lamanya. Setidaknya mereka tak sebodoh lelaki bongsor di depannya
ini.
''Oh
ya Baekhyun, jadi kau dipindahkan dari SMA Haneul itu?'' tanya Chanyeol.
Baekhyun
hanya mengangguk dengan malas.
''Sekolah
populer dan bagus itu?'' tanya Jongdae, hampir sejenis dengan Chanyeol namun
dengan ukuran yang lebih kecil.
''Ne
sekolah bagus itu!'' tambah Chanyeol.
''Sekolah
tempat anak orang kaya itu berkumpul?'' tanya Jongdae lagi.
''Ne,
sekolah orang kaya itu!'' tambah Chanyeol lagi.
''Sekolah
yang banyak gadis cantiknya itu?'' tanya Jongdae sekali lagi.
''Ne,
sekolah gadis cantik!'' tambah Chanyeol sekali lagi.
Baekhyun
sudah ingin melemparkan makanan di hadapannya itu ke wajah mereka berdua jika
dia tidak ingat dia harus hidup hemat mulai sekarang. Dia hanya memutar bola
matanya menahan kesal.
''Sekolah
yang banyak lelaki penyuka sesama jenis karena sudah bosan melihat gadis cantik
itu?''
''Ne,
sekolah lelaki homo!''
Baekhyun
terbelalak, ''MWO?''
Jongdae
tersenyum, ''Ah... Yang terakhir itu.. Aku hanya dengar gosip.''
Chanyeol
segera menambahi, ''Ne, hanya gosip.'' dia dan Jongdae tersenyum bersama dengan
bangga memperlihatkan gigi-gigi mereka yang sejak tadi ingin Baekhyun
rontokkan.
''Ya, dulu aku murid sekolah itu.'' jawab Baekhyun tanpa keantusiasannya sama
sekali.
''Wae?
Apa kau dikeluarkan?'' tanya Chanyeol.
''Ani.''
Baekhyun malas menjelaskan detilnya pada mereka. ''Ehm..'' Baekhyun melihat
Jieun memasuki kantin sekolah itu dan mengambil tempat duduk yang agak jauh di
depannya. Gadis itu lalu mengeluarkan makanannya yang terlihat bagus, rapi dan
sehat. Tak lupa ia mengeluarkan sebuah buku yang Baekhyun lihat sejak pagi
dibacanya.
Chanyeol
dan Jongdae tersenyum melihat Baekhyun, ''Wae? Apa kau tertarik padanya? Pada
Lee Jieun? Apa itu alasannya kau tak bisa menyingkirkan matamu darinya di kelas
tadi?'' tanya Jongdae, entah kenapa dengan kebodohannya dia bisa peka dengan
hal yang seperti ini.
Baekhyun
tak begitu merespon pertanyaan Jongdae, dia hanya terus melihat Jieun.
''Ah...
Lee Jieun.. Dia memang gadis paling sempurna disini..'' sekarang Chanyeol yang
bicara, dia terdengar seperti sedang mengigau dalam tidurnya.
Baekhyun
lalu menoleh, menatap mereka, ''Apa kau juga menyukainya?''
''Semua
orang Baek, semua orang yang mengenalnya menyukainya, apalagi laki-laki di
sekolah ini. Siapa yang tidak akan menyukainya?'' tanya Jongdae tersenyum
sambil melihat ke arah Jieun yang sekarang sedang meminum jusnya, ''Siapa yang
tidak menyukai gadis cantik, pintar, ramah, dan baik seperti Jieun? Lihat saja
senyumnya...''
Baekhyun
memutar matanya, ''Jadi dia populer di sini?''
''Bisa
dikatakan begitu.'' Jawab Chanyeol, ''Hampir semua lelaki disini berusaha
mendekatinya, dan sisanya terlalu minder untuk mendekatinya. Namun belum pernah
ada yang berhasil mendapatkannya, kecuali Suho sunbae.''
''Suho
sunbae?'' Baekhyun mengangkat alisnya.
Dan
Baekhyun menelan semua informasi yang diberikan dua troll itu, bahwa Suho
adalah senior mereka yang saat ini sudah lulus dan kabarnya meneruskan
kuliahnya di luar negeri. Dan gosip yang beredar, hubungan Jieun dan Suho sudah
berakhir, bukan karena perpisahan itu, namun Suho sengaja memisahkan diri
karena ada orang ketiga diantara mereka.
''Jung
Eunji?'' tanya Baekhyun.
''Ya,
uh.. Jika kau bertemu dengannya kau pasti tahu dia gadis yang mengerikan. Semua
orang tahu dia telah dengan sengaja merebut Suho dari Jieun.'' Jongdae
menjelaskan dengan antusias, sedangkan Chanyeol terus mengangguk menanggapi
setiap kata yang keluar dari mulut Jongdae.
''Kabarnya
dia kabur dari orang tuanya yang miskin. Dan sebenarnya dia sekarang dibiayai
oleh orang tua Jieun yang kaya itu. Entah bagaimana mereka bisa berteman sebaik
itu dulu.''
''Mungkin
dulu Jieun belum menyadari kelicikan Eunji yang sebenarnya.'' tambah Chanyeol
sambil memelankan suaranya yang sebenarnya masih keras itu.
''Jadi
mereka sahabat?'' tanya Baekhyun sambil melirik Jieun, dia agak tak menyangka
gadis itu punya cerita seperti ini.
''Itu
dulu, jelas sekarang tidak lagi. Semua orang takkan menyalahkan Jieun jika dia
menjauhi Eunji, tapi yang aku lihat Eunjilah yang menjauhi Jieun dan semua
orang..'' kata Jongdae lalu meminum Jusnya.
''Ya
semua orang...'' tambah Chanyeol. ''Jelas tak ada yang suka padanya. Sejak
kejadian itu aura Jung Eunji sangat gelap, tentu saja mana ada orang yang mau
mendekatinya. Dia jadi sering menjadi korban buli, terutama murid-murid yang
menyebut diri mereka sebagai pendukung dan fans Jieun. Jieun sering berusaha
menolong Eunji dari pembulian itu, tapi Eunji hanya pergi begitu saja tanpa
mengucapkan terima kasih. Uh... Dia memang gadis yang menger..'' Lengan Jongdae
tiba-tiba menusuk rusuknya, cukup keras hingga ia meraung kesakitan. Namun
Baekhyun dan Chanyeol mengerti maksud Jongdae, jelas gadis yang sedang mereka
bicarakan ada di situ, dan mungkin bisa mendengar pembicaraan mereka.
Baekhyun
menoleh pelan ke belakangnya, gadis itu duduk di belakangnya, menghadap
padanya, namun seperti tak mempedulikan sekitarnya dan hanya fokus pada makanan
di depannya. Baekhyun tersedak nasi yang masih ada di mulutnya. Baekhyun kenal
dengan wajah itu, wajah gadis itu, gadis yang ia temukan tadi pagi sedang tidur
bergelung dengan selimutnya di depan pintu flat Baekhyun. Baekhyun serasa
ditampar keras-keras.
***
Baekhyun
berusaha menghilangkan Jieun dari pikirannya sejenak, dia harus mencari kerja
sambilan, itu saran Ibunya, untuk mencukupi kebutuhannya sendiri. Untung saja
Ayahnya masih berbaik hati membayar uang sekolahnya, Baekhyun hanya perlu
memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Ibunya mengirim pesan berkali-kali untuk
meminta maaf karena tak bisa diam-diam mengirim bantuan padanya, bukan karena
takut pada Ayahnya, namun Ibunya rasa semua ini baik untuk masa depan Baekhyun,
dimana Baekhyun mendengus setelah membacanya, entah masa depan seperti apa yang
diinginkan orang tua Baekhyun untuknya, bahkan Baekhyun tak pernah memikirkannya.
Chanyeol
dan Jongdae benar soal belajar mengalihkan perhatian dari Jieun itu penting.
Akhir-akhir ini mereka berusaha membantu agar Baekhyun sedikitnya memperhatikan
apa yang dikatakan guru mereka di depan kelas, walau tanpa mengerti apa
maksudnya, dan mengesampingkan sebentar pesona Lee Jieun. Mata yang berbinar
itu, yang melengkung seperti bulan sabit saat ia tersenyum , hidung mungilnya,
bibir merah muda yang terlihat polos itu, kulit putih susunya, ah Baekhyun
memukul kepalanya pelan, lagi-lagi Lee Jieun dengan mudah berenang-renang di
otaknya.
Baekhyun
berjongkok memungut koran yang tergeletak di depan pintu flatnya. Baekhyun
Lihat tanggalnya masih belum begitu lama, entah itu milik siapa. Baekhyun
segera mencari halaman lowongan kerja.
''Mencari
kerja?'' Baekhyun terkejut, dia tak mendengar suara pintu terbuka, namun
tiba-tiba suaranya gadis itu terdengar begitu saja. Jung Eunji sudah berdiri di
samping Baekhyun dengan tatapan polosnya yang membuat Baekhyun kagum, takkan
ada yang percaya jika gadis ini bisa melakukan semua hal licik itu pada sahabat
sebaik Lee Jieun.
Baekhyun
tak menjawab, dia hanya menatap Eunji tegang. ''Kau takkan menemukannya disitu,
itu hanya koran khusus tanaman.'' Eunji menutup pintunya lalu membenarkan jaketnya, seperti bersiap pergi. ''Restoran tempatku bekerja butuh satu pekerja
lelaki untuk mengganti pekerja yang baru saja mengundurkan diri.''
Ini
pertama kalinya mereka bicara, Baekhyun tidak mungkin membuat kesan yang jelek untuk dirinya, meski dia tahu catatan kriminal gadis yang berdiri
dihadapannya ini. Tapi dia benar-benar membutuhkan pekerjaan apapun itu,
uangnya sudah menipis. Namun dia jelas segan jika selain bertetangga, tapi
harus setempat kerja dengan gadis itu.
''Itu
terserah kau. Hidup sendiri di usia yang muda seperti ini memang susah.'' kata
Eunji sembari berjalan. Dia terlihat sangat santai, Baekhyun tak menyangka dia
gadis yang seperti ini.
Baekhyun
bepikir keras, namun kebutuhan hidupnya memenangkan perang batinnya. Kerja
lebih penting. Uang lebih penting saat ini.
Akhirnya
Baekhyun berdiri, mengikuti langkah Eunji yang entah kemana, menembus udara
yang mulai dingin menusuk kulit. musim dingin akan datang tak lama lagi, libur
musim dingin juga akan datang tentu saja, namun Baekhyun ingat jelas liburan musim
dingin ini harus dihabiskannya dengan kerja dan mengumpulkan uang, bukan
bersenang-senang dengan temannya seperti yang biasa ia lakukan. Ah, dia
benar-benar rindu hidup yang serba mewah itu.
Mereka
berhenti di sebuah restoran setelah melewati sebuah taman, yang menurut
Baekhyun cukup tepat untuk menghabiskan waktu. Dan ternyata tampat ini tak jauh
dari flatnya.
Restoran
itu tak begitu besar, namun terlihat nyaman. Banyak remaja yang menghabiskan
waktu disana, berbincang dengan teman-temannya ataupun berkencan.
Baekhyun
jelas langsung diterima menjadi pekerja disana. Hanya ada satu pelayan yang
mencatat pesanan pembeli, dia terlihat kuwalahan. Bukan Eunji yang mengantarnya
ke lokernya dan memberikan seragam barunya yang sebenarnya agak kebesaran itu,
tapi seseorang lain dari bagian dapur. Setelah datang, Eunji langsung melayani
pembeli, cukup sigap, pikir Baekhyun.
Setelah
Bos mereka menyuruh Eunji agar mengajari Baekhyun yang masih baru, karena dia
pikir mereka kenal karena Baekhyun datang bersama Eunji tadi. Eunji langsung
menyerahkan tugas itu pada pelayan yang kuwalahan tadi, seakan memahami semua
keseganan Baekhyun, ia lebih memilih mengambil alih pekerjaan Kyungsoo, yang
akhirnya Baekhyun tahu nama pelayan yang kuwalahan tadi, Eunji berusaha melayani
pembeli sebanyak yang ia bisa.
''Jadi,''
Kyungsoo menjejalkan senyum di helaan nafas lelahnya, mata lelaki ini besar dan
membuatnya terlihat seperti burung hantu, karena ia lebih sering menampakkan
ekspresi datarnya, ''Selamat bergabung! Kau hanya perlu berlaku ramah dan
mencatat dengan benar pesanan mereka. Mudah kan? Pasti kau akan mahir dengan
sendirinya, selama kau bisa bicara.''
Paling
tidak burung hantu di depannya ini tak sebodoh Chanyeol dan Jongdae, Baekhyun
bisa menyukainya. ''Ne, gomawo.'' Lalu Kyungsoo mengantarnya pada pembeli
pertamanya.
***
''Mwo?
Kau kerja di tempat yang sama dengan Jung Eunji?'' tanya
Chanyeol dan Jongdae bersaamaan. Baekhyun berusaha menutup mulut mereka dengan
kedua tangannya. Mereka sedang ada di kantin yang di penuhi murid saat ini.
Baekhyun tak bisa membayangkan jika mereka tahu bahwa dia bahkan bertetangga
dengan gadis itu. Ya, Baekhyun takkan memberi tahu mereka tentang hal itu.
''Woah
Bacon! Kau harus segera berhenti dari pekerjaan itu.'' kata Chanyeol.
''Sudah
ku bilang jangan panggil aku dengan nama itu!'' keluh Baekhyun.
Tapi
keluhan itu seperti sama sekali tak terhiraukan. Jongdae malah dengan
dramatisnya berkata, ''Berada seatap dengan gadis itu dalam waktu yang lama
pasti akan membuatmu sial Baekhyun-ah.''
Baekhyun
tak tahu mengapa ia masih berteman dengan dua troll ini sampai sekarang.
Untung
saja sebuah suara seperti malaikat terdengar di telinganya, ''Baekhyun, Kim
seonsaengnim baru memberi tahuku, kita setim untuk tugas matematikanya.'' Jieun
sudah berdiri di sampingnya.
''Ne?''
Baekhyun jelas terkejut, ''Oh, baiklah.''
Baekhyun
bisa melihat Chanyeol dan Jongdae saling menyikut lengan, oh, itu terlalu
jelas, membuat Baekhyun terlihat bodoh.
***
Baekhyun
jelas tak menyukai semua hal tentang hidupnya saat ini. Ia tak bisa menghindari
kantung di matanya. Tak ada hari yang terlewati tanpa punggungnya yang terasa
sakit. Dia tetap membenci semua ini. Dia sudah bosan memakan makanan yang
itu-itu saja. Dia hampir kehilangan nafsu makan, karena dia harus selalu
memilih makanan yang murah. Dia bersumpah pasti ibunya terkejut saat melihatnya
pulang nanti, karena anak lelaki satu-satunya sudah seperti mayat hidup
kehabisan daging segar dan sehat yang membungkus tulangnya.
Baekhyun
membuang ramen instan yang masih berisi banyak itu keluar flatnya. Seketika
hawa dingin menusuk tulangnya. Dia mulai frustasi.
''Ah!
Hidup macam apa ini?'' gerutunya. ''Apa aku harus melewati masa mudaku dengan
menanyai pesanan orang-orang itu?'' Baekhyun menendang kesal pagar pembatas di
depannya itu. Dia sudah berkali-kali berpikiran untuk berhenti dari kerja
sambilannya itu, tapi dia butuh uang.
''Kenapa
kau membuangnya? Apa kau tak lapar?'' suara Eunji terdengar dan membuat
Baekhyun sedikit terkejut.
''Ani.''
jawab Baekhyun setengah hati.
''Aku
baru memasak sup rumput laut, apa kau mau?'' tanya Eunji, dia terlihat santai
seperti biasa, seperti sedang bicara pada teman lamanya.
Jujur
saja Baekhyun masih lapar saat ini, dan sup itu, sudah lama dia tidak
memakannya. Lapar di perut Baekhyun mengalahkan segalanya, ''Sup rumput laut?''
Baekhyun
berakhir di dalam flat Eunji, yang sebenarnya terlihat dan terasa lebih nyaman
dari flat Baekhyun, dia dengan lahap memakan makanan Eunji itu. Tak disangka
masakan gadis aneh itu seenak ini.
Eunji
melihat Baekhyun dengan tatapan kosongnya, seperti melihat anjing jalanan
diberi daging kualitas tinggi. ''Jika kau memang sangat membutuhkan makanan
seperti ini, kau bisa minta aku membuatnya.''
Baekhyun
seketika menghentikan makannya. Dia berpikir, gadis yang ada di hadapannya itu,
yang satu sekolah dengannya, yang bertetangga dengannya, yang hanya ia dengar
ceritanya dari orang lain dan belum mengenalnya dengan benar itu, Baekhyun
sudah makan seenaknya darinya, dia merasa sedikit tak tahu diri, ya mungkin itu
kata yang cocok, tak tahu diri.
''Ehm...
Kita tetangga kan? Dan kita satu sekolah kan? Dan bahkan aku dapat pekerjaan
darimu. Tapi, sepertinya aku belum memperkenalkan diriku dengan cara
yang baik. Aku Byun Baekhyun.” Baekhyun mengulurkan tangannya.
“Kau tak perlu memaksakan dirimu.” Jawab Eunji dia tak menjabat tangan Baekhyun, membuat Baekhyun dengan
canggung menarik tangannya kembali. Seketika aura Eunji berubah segelap saat
Baekhyun melihatnya di sekolah. “Kau bisa habiskan makanan itu
di tempatmu kalau kau tak suka berada di sini lama-lama.” Lalu Eunji pergi ke kamar
mandinya.
Ini benar-benar membuat Baekhyun
bingung. Mengapa Eunji seaneh itu? Ia segera menghabiskan makanannya dan
kembali ke flatnya, sebelum Eunji keluar dari kamar mandinya. Dia yakin
hubungannya dengan Eunji akan semakin canggung setelah ini.
***
“Jadi sampai dimana tadi kita?” Tanya Baekhyun setelah tersadar dari lamunannya.
Seketika itu Jieun tertawa pelan
sambil menutup mulutnya dengan tangan kanannya. “Kita bias lanjutkan di lain kali jika kau mau.”
Tawa itu, Baekhyun kembali tersihir,
alangkah senangnya dia jika tawa itu bukan karena kebodohannya. “W..waeyo?”
“Apa ada sesuatu yang sedang kau pikirkan? Kau terlihat tidak fokus.” Jawab Jieun.
Ya, Bagaimana Baekhyun bisa fokus
jika seorang Lee Jieun duduk di hadapannya, bicara padanya dan terus-terusan
menatap matanya saat berusaha menjelaskan semua tugas matematika bodoh yang
Baekhyun tak mengerti itu?
“Kita bisa melanjutkannya lain kali, waktu pengumpulannya masih satu
minggu lagi.” Jelas Jieun lagi,
masih ada sisa-sisa tawa di wajahnya. Baekhyun yakin saat ini pasti wajahnya
sangat terlihat bodoh hingga membuat gadis di hadapannya itu tak bisa berhenti
tertawa.
“Ani, mian. Aku hanya sedikit memikirkan kerja paruh waktuku. Kita bisa
lanjutkan sekarang.” Kata Baekhyun berbohong.
“Kau yakin?” Tanya Jieun dengan senyumnya, berusaha meyakinkan.
Baekhyun mengangguk. Dia benar-benar
merasa bodoh, dia butuh bantuan teman-teman lamanya, Kris atau Tao yang jelas
mereka lebih berpengalaman soal gadis.
“Ok, biar aku jelaskan lagi dari awal. Kau yakin akan dengarkan yang satu
ini?” Tanya Jieun.
Baekhyun mengangguk lagi, “Mian. Kau jadi harus
menjelaskannya lagi.”
“Gwenchana.” Kata Jieun lalu memulai lagi penjelasan yang sudah ia jelaskan tadi.
Mereka menghabiskan sore mereka di
perpustakaan dekat sekolah mereka. Baekhyun yang mengakhiri kerja mereka walau
dengan berat hati, karena ia harus segera ke restoran tempatnya bekerja.
“Sampai jumpa.” Jieun tersenyum sambil melambai lalu menghilang setelah berjalan pergi. Baekhyun seakan bisa kembali
bernafas sekarang. Sejak Jieun ada di dekatnya, ia serasa menahan nafas tadi.
Kyungsoo menemuinya di ruang loker
pekerja, “Bos bilang padaku,
ehm…”
“Ada apa?”
“Bisakah kau tak terlambat lagi? Dan tingkatkan kinerjamu? Dia bisa
menggantimu jika kau terus seperti ini. Kau hanya perlu mengurangi waktu
istirahatmu.” Jelas Kyungsoo,
berusaha sehalus mungkin, namun bagaimanapun juga itu semua membuat Baekhyun
kesal. Dia tahu dia sama sekali tak baik dalam bekerja, dia tahu dia lebih
cepat lelah dari yang lain, dia tahu dia bodoh hingga Ayahnya sendiri
membuatnya harus hidup seperti ini. Semua keinginan belajarnya semakin hilang,
semua yang ia jalani selama ini terasa semakin sulit.
Baekhyun mengangguk lemah.
“Baiklah. Hwaiting!” Kyungsoo menyemangatinya.
Mereka memulai kerja mereka hari
ini. “Kemana..” Baekhyun bermaksud
bertanya pada Kyungsoo setelah melihat keadaan.
“Eunji? Ah dia ijin tak bekerja hari ini. Peringatan kematian orang
tuanya.” Jawab Kyungsoo
mengerti.
“Peringatan kematian orang tuanya?”
“Jadi kau belum tahu? Jadi kalian memang bukan teman dekat?” Tanya Kyungsoo sambil
mengelap meja.
“Ani, kami memang sama sekali tak dekat.” Jawab Baekhyun. Kyungsoo tahu jika mereka bertetangga dan satu sekolah,
tapi tak tahu benar hubungan pertemanan mereka berdua.
Ini membuat Baekhyun berpikir, jadi
orang tua Eunji sudah meninggal? Semua
perkataan Chanyeol dan Jongdae tentang Eunji berputar-putar di otaknya.
***
''Wow sepertinya tidak sia-sia kau
keluar dari sekolahmu yang dulu Baek'' kata Chanyeol saat mereka berjalan
bertiga menuju kantin seperti biasanya.
''Disini kau tak perlu kerja terlalu
keras dengan otakmu, kau masih bisa mendapatkan nilai yang lebih bagus dari murid
yang lain. Dan tanpa terlalu bersusah payah juga kau setim dengan Jieun,
lihatlah tinggal berapa langkah lagi kau untuk dekat dengannya?'' Jongdae
menjelaskan dengan semangat. Baekhyun agak setuju dengan penjelasan itu.
''Belum lagi dengan adik kelas yang
mulai menjadi fansmu itu. Dari yang aku dengar mereka tidak sedikit Baek.''
Chanyeol menambahi. ''Wah Jongdae, kita punya teman yang berharga.''
''Geurae, dia sangat berharga.
Lihatlah seberapa naiknya reputasi kita sekarang.'' Mereka berdua tersenyum
lebar mungkin membayangkan adegan-adegan yang membuat mereka terbang terlalu
tinggi. Mereka makin terlihat seperti idiot di mata Baekhyun. Entah kenapa dia
masih berteman dengan mereka sampai sekarang.
''Ya ya ya! Ada apa lagi itu?''
tanya Jongdae setelah melihat beberapa murid mengerumuni dua gadis di sebuah
koridor dekat kantin.
''Wah.. Itu Jieun dan Eunji.'' jawab
Chanyeol dia berhasil mengintip setelah berjinjit dengan kaki panjangnya itu.
Baekhyun jelas juga ingin tahu.
Namun yang terlihat setelah mereka mendekat adalah, Eunji yang tanpa ekspresi
menatap Jieun yang sedang memanggil namanya. Terlihat sekali Jieun ingin bicara
padanya, namun Eunji tak bergeming. Tak lama kemudian setelah melihat sekilas
sekelilingnya yang makin ramai, Eunji pergi tanpa kata. Meninggalkan Jieun yang
kecewa.
Semua orang yang melihat kejadian
ini jelas menyalahkan Eunji dan membenci Eunji. Dan ini membuat Baekhyun
semakin ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka.
“Wah bukankah Eunji sudah keterlaluan?” tanya Chanyeol saat mereka sudah sampai di kantin.
“Bukankah dia sudah keterlaluan dari awal?” tambah Jongdae mantab.
Baekhyun masih sibuk
berpikir. Entah sejak kapan dia jadi senang mengurusi urusan orang lain, namun
Eunji yang biasa ia lihat di samping flatnya atau di tempat kerjanya sama
sekali berbeda dengan Eunji yang tadi ia lihat. Dia bhkan tak berekspresi
sedih, atau marah, atau merasa bersalah saat Jieun menatap dan memanggil
namanya, sama sekali tak ada ekspresi di wajahnya. Bagaimana bisa seperti itu?
Keingintahuan Baekhyun bahkan tak ia sadari begini besar.
TBC
Keren chingu ><
BalasHapusannyeeong.. ary imnida.. aq baekji shipper, walopun baekhyun udah ama taeyeon,, hehe :D
kren chingu, kata"nya gak trlalu berat, tapi gak brtele tele,, haha suka ama penjabaran pemikiran para cast'nya..