Lagi-lagi Eunji
sedang dengan cerianya bicara dan bercanda bersama Kyungsoo saat Baekhyun
datang bersama Jieun. Baekhyun benar-benar heran bagaimana bisa gadis itu hanya
ceria di hadapan Kyungsoo? Apa mereka sahabat yang sangat sangat dekat? Apa
Eunji begitu menyukai Kyungsoo?
Dan sekali lagi, ekspresi wajah
Eunji seketika berubah melihat Jieun datang. Dia pergi setelah menatap Baekhyun
sekilas, meninggalkan Kyungsoo yang bingung.
Baekhyun dan Kyungsoo berakhir di
balik meja counter sambil mengelap gelas-gelas yang baru saja dicuci sambil
sesekali melihat ke arah Eunji dan Jieun. Eunji masih diam sedari tadi
sedangkan Jieun masih berusaha bicara. Mereka berdua tak bisa mendengar apa
yang mereka bicarakan. Namun Baekhyun tahu, rasa ingin tahu Kyungsoo sebesar
miliknya.
“Siapa gadis itu sebenarnya? Pacarmu? Melihat dia kenal Eunji, kalian
satu sekolah?” Kyungsoo bertanya
bertubi-tubi.
“Bukan. Dia bukan pacarku.” Baekhyun hampir tesedak saat menjawabnya, “Ya kami satu sekolah.
Mereka teman satu sekolah. Itu saja.” Baekhyun menolak menjelaskan yang sebenarnya ia ketahui.
“Tapi kenapa sepertinya Eunji tak menyukainya?”
“Aku tak tahu.” Jawab Baekhyun. Lalu sedetik kemudian Eunji pergi dari hadapan Jieun
yang dengan wajah kecewanya memaksan senyum pada Baekhyun. Baekhyun tidak tahan
lagi. Ia segera menyusul Eunji ke ruang loker.
Sebelum Baekhyun bisa berkata
apapun, Eunji sudah mengeluarkan suaranya, “Kenapa kau bawa dia kesini lagi?” tanpa memandang Baekhyun, tatapannya kosong ke arah pintu lokernya
sendiri.
“Tak bisakah?” tanya Baekhyun mendekat. “Tak bisakah kalian mulai dari awal lagi? Apapun yang terjadi di masa
lalu antara kalian, aku tak tahu. Dia jelas ingin berbaikan lagi denganmu.
Karena itu aku menuruti permintaannya."
Eunji lalu menatap Baekhyun,
tersenyum pahit lalu pergi begitu saja. Sebenarnya apa yang terjadi di antara
mereka dulu? Apa gossip yang tersebar
itu sungguhan? Baekhyun mendadak benar-benar ingin tahu dan ia harus tahu.
***
Baekhyun tidak begitu senang saat
Ibunya berhasil mengirimkan sebuah mesin pemasak nasi dan beras diam-diam di
belakang Ayahnya, meski ia bisa setidaknya terhindar dari kelaparan, percuma
saja, Baekhyun tak bisa menggunakannya. Ia tak tahu cara memasak nasi, ia
mendesah kesal.
Baekhyun keluar flatnya bermaksud
membeli ramen seperti biasa saat menyadari uang di dompetnya sudah tak cukup
lagi, bahkan untuk membeli satu cup ramen paling kecil. Dia merasa sangat buruk
dan bodoh. Seharusnya seorang Byun
Baekhyun tidak hidup dengan cara seperti ini.
Baekhyun melihat Eunji di bawah sana
sedang menuju ke atas, sepertinya selesai membuang sampah. Ide itu muncul,
Jelas Baekhyun bisa meminta bantuannya untuk memasak nasi di mesin menyebalkan
itu, tapi mana mungkin Baekhyun memintanya? Setidaknya setelah semua kejadian
yang terjadi belakangan. Mana mungkin Baekhyun meminta bantuan lagi?
Namun suara keluar dari mulut
Baekhyun begitu saja saat Eunji baru memegang gagang pintunya, rasa lapar di
perutnya menghianati otaknya, “Apa kau bisa menggunakan mesin penanak nasi?”
Eunji menoleh dengan ekspresi penuh
tanyanya.
“Bisa kau bantu aku? Aku ada sedikit kesulitan.” Bukan sedikit, dia punya
banyak kesulitan dengan hidupnya saat ini.
Akhirnya Eunji berada dalam flat
Baekhyun, dengan tenang dan santai sedang memasak nasi untuk Baekhyun. Seperti
kata Eunji, Baekhyun berusaha mengingat semua yang Eunji katakan. Namun dengan
perut yang selapar itu, Baekhyun terlalu lemah untuk menerima pelajaran apapun
saat ini.
Setelah sepertinya menyadari keadaan
Baekhyun dan isi flatnya, Eunji menawarkan kebaikan lainnya, “Kau tak punya lauk kan?” lalu ia pergi dan kembali
dengan membawa beberapa lauk yang ia punya. “Ini, makan saja.” Eunji mengulurkannya.
“Gomawo.” Baekhyun tulus
mengatakannya. Kalau bukan karena Jung Eunji, dia mungkin akan mati kelaparan
mala mini tanpa ada orang yang tahu. Eunji sudah beranjak pergi setelah memberi
Baekhyun senyum tipis untuk balasan terimakasihnya, namun Baekhyun memintanya
makan bersama.
“Makanlah juga.”
“Ani.” Eunji menolak, “Aku punya nasi sendiri.”
“Kau sudah membuatkanku nasi, dan memberiku lauk. Aku tahu mencari uang
dan hidup sendiri itu sangat sulit. Tak mungkin aku hanya mengucapkan
terimakasih padamu. Setidaknya aku harus melakukan sesuatu kan?”
“Kau kekurangan uang karena gajimu dikurangi untuk piring-piring yang aku
pecahkan kan?”
“Sudahlah jangan bahas itu lagi. Harus berapa kali aku bilang bahwa itu
salahku?” tanya Baekhyun.
Wajahnya sekarang memohon Eunji untuk makan bersamanya.
Eunji akhirnya berakhir makan malam
bersama Baekhyun dalam flat yang lebih lembab dari miliknya itu. “Apa kau tak pernah
membersihkan tempatmu ini?” tanya Eunji santai sambil memakan makanannya, Baekhyun tahu gadis itu
sengaja mengambil porsi yang sangat sedikit.
Baekhyun lalu melihat ke sekeliling,
“Ya, kau tahu, orang
sepertiku sama sekali tak punya kemampuan untuk hal-hal seperti itu.”
“Kau tidak akan memintaku membantumu membersihkan tempat ini juga kan?” tanya Eunji polos.
Baekhyun tertawa, “Tentu tidak.” Lalu ia berhenti dan
menatap Eunji penuh arti, “Tapi jika kau tak keberatan kau bisa melakukannya untukku. Kau tahu,
kita tetangga baik kan?” dia tertawa lagi. Dia tahu candaan ini sangat lemah, tapi entah kenapa
ia ingin sekali saja melihat tawa Eunji seperti saat gadis itu bersama
Kyungsoo.
Eunji mendengus, bisa dianggap tawa
yang ditahan, lalu ia kembali ke makanannya, “Untuk yang satu itu kerjakan sendiri. Aku sangat alergi debu.”
“Aku takkan benar-benar memintamu. Kau tenang saja.” Baekhyun lalu kembali
serius, “Bagaimana kau bisa
hidup sendiri? Bagaimana kau bisa sekuat itu hidup sendiri? Apa tidak sulit?
Aku lihat kau tak punya kesulitan apapun dengan hidup sendirimu itu?”
Eunji hanya menatapnya dan tak
menjawab, “Aku harus
menghabiskan sisa masa sekolahku di tempat ini. Ini benar-benar seperti mimpi
buruk bagiku.” Entah kenapa
Baekhyun bisa dengan mudahnya terbuka pada gadis di hadapannya itu. Ia bahkan
tak perlu repot-repot menjaga kelakukannya seperti yang ia lakukan di hadapan
Jieun. Itu pasti karena ia menyukai Jieun, ya pasti karena itu, karena ia tak
bisa tak salah tingkah di hadapan gadis secantik Jieun.
“Alasanku hidup sendiri?” Eunji berkata sambil terus memakan makanannya. “Karena aku tak punya orang
untuk tinggal bersama.”
“Ne?”
“Aku tak punya orang tua.” Jawab Eunji santai. “Apa kau belum mendengar yang satu ini dari teman-temanmu di sekolah?”
“Ah…aku.. mendengarnya.” Baekhyun merasa tak enak
hati. “Mian.”
“Gwenchana. Itu kenyataannya kan? Itu bukan berita bohong bahwa orang
tuaku sudah meninggal.” Eunji lalu beralih dari makanannya ke Baekhyun, “Kau sendiri?”
“Aku.. aku.. ah anggap saja aku dalam masa hukuman. Appa mengeluarkanku
dari sekolah dan rumahku.”
“Ne?” kali ini Eunji
tertawa. Tawa itu… ada sesuatu yang masuk ke hati Baekhyun.
“Apa itu sangat lucu?”
“Lelaki sepertimu, apa yang bisa membuat Appamu semarah itu?” Eunji berusaha
menghentikan tawanya.
“Kau kira aku tak bisa melakukan hal-hal seperti itu? Kau pikir lelaki
seperti apa aku ini?” Baekhyun tak habis pikir.
“Ani. Mian.” Katanya. Tawanya berhasil ia hentikan. Entah kenapa Baekhyun malah
ingin melihatnya lagi.
Mereka tak bicara lagi hingga suara
ketukan di pintu Baekhyun terdengar. Baekhyun segera membukanya. Eunji sendiri
sudah selesai dengan makanannya dan beranjak pergi. Namun Baekhyun terkejut
bukan main saat melihat seseorang yang ada di depan pintunya saat ini. Dia
tersenyum melihat Baekhyun yang jelas terlihat bodoh sekarang.
“Anyeong Baekhyun!” seketika senyum Jieun pudar saat melihat Eunji.
“JIi..Jieun? bagaimana kau bisa?”
Masih dengan ekspresi yang sama, “Untung saja aku tak
mengetuk pintu yang salah.” Dia lalu tersenyum lagi.
Eunji juga terpaku dengan keadaan
ini. Baekhyun sendiri tak tahu harus bagaimana. Entah kenapa ada rasa bersalah
dalam diri Baekhyun saat Jieun tahu Eunji ada dalam flatnya. Mengapa Baekhyun
malah merasa mengkhianati Jieun? Mereka bahkan belum punya hubungan apa-apa
untuk mengkhawatirkan hal seperti itu.
Eunji lalu menuju pintu,
menghampirinya tanpa kata. Ekspresinya sama sekali datar. “Kau pulang?” tanya Baekhyun akhirnya.
“Ya, aku sudah selesai. Gomawo.” Katanya singkat lalu melewati Jieun dan masuk ke flatnya sendiri.
“Boleh aku masuk?” tanya Jieun. Wajahnya sudah seria kembali.
“Bagaimana bisa kau tahu tempatku?” tanya Baekhyun setelah mereka duduk di dekat meja makan.
“Aku tahu tempat Eunji tinggal. Karena aku dengar kalian tetangga, mana
mungkin aku tak bisa menemukan tempatmu?” Jieun tersenyum. “Apa kau keberatan aku kesini? Mian jika aku mengganggumu.”
“Ani.” Jelas sama sekali
tidak. Baekhyun tak pernah membayangkan tempat jelek ini akan didatangi Jieun.
Walapun dia juga merasa tak suka Jieun melihat sisi ini dari hidupnya. Harusnya
Jieun datang ke rumahnya yang sesungguhnya. “Ada perlu apa kau datang?”
“Ani… aku hanya sedang
menghabiskan waktu luang.” Jieun melihat ke arah kakinya sendiri sambil tersenyum, “Aku memang ingin
mengunjungi Eunji. Seperti biasa. Tapi sepertinya dia sedang tak ada di flatnya
tadi. Maka aku memutuskan kesini.”
“Ah.. begitu..” Baekhyun memaksa dirinya sendiri agar tak merasa bersalah. Karena dia
tak harus merasa bersalah kan? Benar kan?
"Melihatmu sedekat itu dengan
Eunji. Aku merasa iri.." perkataan Jieun ini menampar Baekhyun. Baekhyun
tahu pasti Jieun mengatakan itu dari hatinya yang paling dalam. Dia merasa
sudah berbohong tentang kedekatannya dengan Eunji. Dekat? Bahkan Baekhyun tak
tahu itu jika Jieun tak mengatakannya barusan. Tapi apa dia dan Eunji dekat?
Baekhyun merasa tidak sama sekali.
"Kalau begitu.. Aku ingin terus
terang padamu. Tak ada gunanya aku menutupi semua ini denganmu melihat
kedekatanmu dengan Eunji. Bisakah kau membantuku kembali dengan Eunji?''
"Membantumu?”
“Ya, bantu aku agar aku bisa berteman lagi dengannya. Aku bisa sering
kesini dan mengunjunginya.” Kata Jieun santai. “Dengan begitu kita bisa lebih sering menghabiskan waktu bersama dan
kenal lebih dekat.” Dia tersenyum, “Aku harap kau tidak membenciku.”
Membenci seorang Lee Jieun? Tidak
mungkin. Byun Baekhyun takkan bisa melakukannya. Menghabiskan waktu lebih lama
dan mengenal lebih dekat Lee Jieun? Ya, Byun Baekhyun akan mengorbankan
segalanya untuk bisa melakukan itu semua. Dia benar-benar tak keberatan.
Baekhyun tersenyum seketika, dia sadar itu bodoh, tapi dia tak bisa menahan
diri.
“Baiklah.”
***
“Baek kau semakin dekat Lee Jieun. Semudah itukah? Aku benar-benar iri
denganmu. Untung saja kau masih temanku.” Kata Jongdae meratapi nasibnya sendiri.
“Sejauh ini lelaki yang berhasil dekat dengan Lee Jieun secepat itu Cuma
dirimu. Bahkan Suho sunbae tak secepat itu.” Tambah Chanyeol.
“Benarkah?” Baekhyun tak bisa menyembunyikan senyum senangnya.
“Ya, kau hebat.” Jongdae mengacungkan dua jempolnya. Chanyeol juga mengkutinya. “Walau aku agak tak mengira,
tapi kau memang benar-benar hebat.”
“Kalian hanya belum tahu bagaimana aku dulu di sekolahku yang lama.” Baekhyun mulai
menyombongkan diri. Sepertinya sudah lama dia tak kembali ke Baekhyun yang
seperti ini. “Sebenarnya aku
lebih terbiasa dengan gadis-gadis yang mengejarku.”
“Whoaaah.” Chanyeol terkagum.
“Seperti mereka?” tanya Jongdae sambil sembunyi-sembunyi menunjuk tiga gadis yang sedang
berusaha bersembunyi di balik pilar untuk melihat Baekhyun, fans, seperti
biasa. Fans Baekhyun yang selalu mengamati gerak-geriknya. Baekhyun hanya
tersenyum. Ia sudah terbiasa dengan fans-fans gila yang selalu mengikutinya
dulu.
“Sepertinya itu gadis-gadis tahun pertama. Fansmu gadis muda-muda.” Kata Chanyeol, ia tak
menghentikan senyuman lebarnya yang terlihat bodoh itu.
Baekhyun tersenyum lagi, “Aku bahkan punya fans
murid-murid taman kanak-kanak.”
“Jinja?” tanya Jongdae dan
Chanyeol bersamaan.
“Juga beberapa noona yang bekerja di kantor Appaku.”
“Jinja?” mereka lebih
terkejut lagi.
Baekhyun entah mengapa senang
melihat dua orang idiot itu semakin terkegum padanya. Setidaknya dia punya dua
pengikut yang akan setia padanya.
Beberapa saat kemudian lagi-lagi
Jieun terlihat bicara pada Eunji yang duduk di salah satu kursi kantin. Dan
lagi-lagi entah apa yang dikatakan Jieun kali ini, Eunji tetap tak
menghiraukannya lalu pergi. Namun senyum di wajah Baekhyun seketika hilang saat
Eunji sempat menatapnya. Tatapan itu, Eunji terlihat kecewa.kekecawaan itu
jelas untuk Baekhyun. Seketika Baekhyun larut dalam pemikirannya sendiri. Apa
dia telah melakukan kesalahan? Baekhyun tak tahu harus bagaimana. Sedangkan
sebelum Jieun pergi, dia tersenyum pada Baekhyun. Senyum terima kasih. Baekhyun
merasa seperti orang bodoh.
***
“Ya, aku tahu gossip yang tersebar di sekolah kalian tentang Eunji.” Kyungsoo menjelaskan. “Jadi gadis yang satunya itu
yang bernama Jieun yang waktu itu kesini untuk bicara dengan Eunji kan?”
Baekhyun terkejut. Pembicaraan ini
tak sengaja terangkat saat mereka membicarakan Eunji yang hari terlihat lesu
dan tak bersamangat kerja. Kyungsoo juga menyadari keterkejutan Baekhyun.
“Aku mendengar beberapa gadis dari sekolah kalian berkunjung ke sini. Dan
mereka mulai bergosip tentang Eunji setelah tahu Eunji bekerja disini.” Kyungsoo menjawab
pertanyaan di otak Baekhyun. “Tapi aku lebih dulu mendengarkan hidup Eunji dari dirinya. Aku aku
percaya padanya. Jadi aku hanya menganggap yang beredar di sekolahmu itu hanya
gosip.”
Berarti Eunji punya cerita berbeda
tentang hidupnya? dan lelaki di hadapannya ini lebih mempercayai Eunji daripada
kabar yang beredar? Lalu? Apa yang Baekhyun percayai saat ini benar? Bahkan dia
sendiri tak tahu yang seperti apa yang dia percayai itu.
“Berhentilah melamun. Ayo bersiap, jam tutup sudah hampir datang.” Kata Kyungsoo sambil
tersenyum. Lelaki di hadapannya ini terlihat polos. Sepertinya dia akan mempercayai
hal yang benar dan takkan salah dugaan. Tapi bahkan Baekhyun tak yakin apa hal
yang dipercayai Kyungsoo itu benar. Jadi tanpa ia memberitahu Kyungsoo pun dia
sudah tahu tentang cerita Eunji yang beredar di sekolah, tapi yang melegakan
Baekhyun adalah, Kyungsoo tetap mempercayai Eunji. Jadi Eunjitakkan kehilangan
satu-satunya temannya kan? Baekhyun bahkan tak mengerti mengapa dia merasa lega
dengan hal itu. Haruskah dia lega? Untuk Jung Eunji?
Kyungsoo melambaikan tangannya dan
pergi ke arah berlawanan dari Eunji dan Baekhyun di perjalanan pulang mereka,
meninggalkan Baekhyun berdua dengan Eunji. Mereka sampai di taman itu. Lalu
seperti sudah kebiasaan, Eunji berhenti dan duduk di salah satu kursi
favoritnya. Di hari-hari sebelumnya Baekhyun akan jalan meninggalkannya dan
pulang terlebih dulu. Tapi sekarang dia berhenti. “Apa ada sesuatu yang ingin
kau bicarakan padaku?”
Eunji mendongak menatap Baekhyun
lalu menggeleng, “Apa mungkin kau yang ingin bicara padaku?” gadis ini benar-benar..
“Baiklah, kau menatapku tadi siang setelah Jieun bicara padamu. Apa kau
kecewa padaku?” Baekhyun tak tahan
lagi dan menanyakannya.
Dia tersenyum, lebih terlihat
seperti senyum pahit, “Dari awal. Dari awal aku kecewa padamu.”
“Ne?” Baekhyun takut
salah dengar.
“Kau tak perlu berusaha menjadi penengah kami. Aku tak butuh
kepahlawananmu.” Eunji sudah tak menatap Baekhyun, ia mengalihkan pandangannya ke tanah.
“Dengar.” Baekhyun lalu
dengan tak sabaran duduk di sebelah Eunji, “Aku tak berusaha menjadi pahlawan penengah kalian atau apapun itu. Aku
bahkan tak tahu benar cerita di antara kalian. Setidaknya cerita detilnya. Jadi
aku tidak benar-benar tahu apa yang terjadi pada kalian.”
“Tapi kau sudah melakukannya. Kau berusaha membantu Jieun kan?” Eunji menatapnya lagi.
Baekhyun belum pernah menatapnya sedekat ini. Mata gadis di hadapannya ini
terlihat begitu penuh dengan kesedihan. Seakan-akan sudah merasa terlalu lelah
dengan hidup ini. “Kau menyukainya. Itulah kenapa kau melakukannya.”
“Aku..?”
Eunji memotongnya, “Dengar, semua orang
menyukai Jieun. Aku tahu itu. Tapi tolong jangan libatkan aku lagi. Aku mohon.
Kami berdua. Takkan bisa seperti dulu lagi. Takkan.”
“Tapi, kenapa?”
“Bahkan dengan kedatanganmu, semakin sulit untuk kami kembali seperti
dulu.”
“Aku?”
“Dia menyukaimu. Dan
itu semua akan terulang lagi.” Eunji sudah berdiri. Pandangannya kosong. Baekhyun benar-benar tak bisa
mengerti gadis ini. Banyak sekali sisi dari Eunji yang membuat orang ingin
mengetahui semuanya, namun Eunji selalu membuat orang sulit melakukannya. Eunji
lalu berjalan pulang meninggalkan Baekhyun yang masih bingung.TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar