Baekhyun dan Jieun
baru selesai mengerjakan tugas mereka di tempat yang sama seperti sebelumnya.
Dan Baekhyun senang Jieun memutuskan mengikuti baekhyun ke restoran tempatnya
bekerja. Namun rasa ingin tahunya sedari tadi bergejolak di otak Baekhyun dia
tak bisa menahan diri saat bertanya, “Apa kau tak apa?”
Jieun mengangkat alisnya, tak
mengerti maksud Baekhyun.
“Kejadianmu dengan Eunji siang tadi. Apa kau tak apa setelah kau mengalaminya?” Baekhyun segera menambahinya, “Bukan maksudku terlalu ikut
campur. Aku akan berbohong jika aku belum mendengar tentang cerita kalian
berdua.”
Jieun tersenyum, “Gwenchana. Tak ada gunanya
juga aku menutupinya darimu. Kau sudah mendengar semuanya kan? Tapi bukan hal
yang baik jika tiba-tiba aku menceritakan semuanya padamu. Kita belum lama
kenal.” Jelas Jieun saat
mereka sudah mulai berjalan menuju restoran itu.
“Kau benar. Kita belum lama kenal. Aku seharusnya tak berhak menanyakan
itu.”
Jieun tersenyum lagi, Baekhyun tak
pernah bosan melihatnya, “Gwenchana. Kau teman yang baik. Kau membuat orang di sekitarmu merasa
nyaman dan bahkan membuat mereka merasa bebas mengekspresikan diri mereka. Jika
aku tidak hati-hati aku bisa saja mengatakan semua rahasia yang aku ketahui
padamu. Walau kita belum lama kenal.”
Kata-kata itu membuat Baekhyun
menahan dirinya kuat-kuat agar tak terbang tinggi karena terlalu senang. Ya dia
terlalu sedang mendengarnya. Kata-kata itu keluar dari mulut Jieun saat mereka
belum lama kenal, sebuah kenyataan yang membuat baekhyun tak bisa berhenti
tersenyum seperti lelaki bodoh.
Mereka sudah sampai di restoran
tempat Baekhyun bekerja, tentu Baekhyun tak memberi tahu Jieun jika Eunji juga
bekerja di tempat yang sama. Namun ia juga tak berusaha menutupinya.
Mereka berdua masuk tepat disaat
Eunji dan Kyungsoo tertawa dengan candaan mereka sambil mengelap meja-meja
kosong, sedang tak ada pelanggan sama sekali. Eunji yang sekarang dilihatnya
benar-benar berbeda dengan yang yang ia lihat di sekolah ataupun di flatnya.
Entah kenapa Eunji versi ini lebih baik dari yang lain menurut Baekhyun.
Jelas ekspresi Eunji berubah
mendadak saat melihat Jieun datang bersama Baekhyun, begitu juga sebaliknya
dengan Jieun.
“Harusnya kau bilang jika dia juga bekerja disini.” Bisik Jieun saat ada
pelanggan masuk dan suasana menjadi sedikit ramai dari sebelumnya. “Jadi aku bisa kesini setiap
waktu dan berusaha bicara padanya.”
Baekhyun tersenyum, di ujung matanya
dia bisa melihat Eunji menghilang ke dapur. “Baiklah, biar Kyungsoo mencatat pesananmu. Aku harus mengganti
seragamku.”
Eunji menemuinya setelah ia keluar
dari ruang lokernya, dia terlihat canggung, “Sebenarnya bos menyuruhmu membersihkan gudang, tapi di depan ada dua
lelaki mencarimu, mereka bilang mereka temanmu. Apa kau bisa menyapa
teman-temanmu di luar itu dengan cepat dan segera menuju ke gudang?” Baekhyun tahu Eunji tak
hanya sedang membicarakan dua teman yang mencarinya, namun juga Jieun.
“Temanku?”
“Mereka bilang nama mereka Tao dan Kris.” Jawab Eunji sambil mengerutkan alisnya saat mengucapkan nama mereka.
Baekhyun tersenyum, “Mereka memang orang asing.” Eunji lalu mengerti. “Ehm… aku sudah lama tak bertemu
mereka. Bisakah aku lebih lama menyapa mereka?” Baekhyun tahu ini lebih tak tahu diri lagi, tapi dia benar-benar ingin
bertemu teman-teman lamanya, “Bisakah kau menggantikanku di gudang sebentar?”
“Tapi pelanggan sudah ramai sekarang.”
“Aku mohon.” Baekhyun tahu ini sangat canggung, tapi dia tetap lebih ingin bertemu
dengannya daripada menghabiskan waktunya di gudang itu.
Eunji berakhir dengan mengangguk
lalu segera menuju gudang. “Jangan khawatir. Aku tetap akan mencatat pesanan-pesanan pelanggan.”
Tao dan Kris menyapanya dengan
senyum menawan mereka seperti biasa saat Baekhyun menghampiri mereka. Dia
menjelaskan pada Jieun dan Kyungsoo bahwa mereka teman lamanya.
“Aku tak menyangka seorang Byun Baekhyun bisa hidup seperti ini.” Kata Tao sambil melihat
seragam kerja Baekhyun.
“Hei, dia cantik.” Bisik Kris sambil sekilas menunjuk Jieun, “Milikmu?”
Baekhyun memutar kepalanya akan
playboy satu ini, “Ya, dan jangan sekali-sekali melihatnya lagi.” Tapi setidaknya dua
temannya ini lebih baik dari Chanyeol dan Jongdae yang bodoh itu.
“Kau memang cepat beradaptasi Baek.” Kata Tao.
“Kalau soal itu aku cepat. Tapi tidak dengan semua pekerjaan ini. Dan
kalian tak perlu tahu dimana aku tinggal.” Jelas Baekhyun.
“Ya, kami memang tak ingin tak tahu.” Canda Kris.
“Darimana kalian tahu aku disini?” tanya Baekhyun.
“Eommamu.” Jawab Kris. “Sesungguhnya Baek, dia tahu segalanya soal kau disini. Jadi jangan
khawatir. Dia pasti mengirim bantuan jika terjadi sesuatu padamu.”
“Entah kenapa itu tidak melegakan.” Jawab Baekhyun. Baru dia mau bicara saat terdengar teriakan dari arah
gudang. Cukup keras hingga terdengar dari depan, dan jelas itu suara Eunji.
“Apa yang dilakukan Eunji di sana Baek?” tanya Kyungsoo saat mereka berdua berlari menuju gudang.
Baekhyun belum sempat menjawabnya
mereka sudah sampai dan melihat kaki Eunji berdarah. Dia menjatuhkan tumpukan
piring dari raknya.
“Eunji-ah? Gwenchana? Apa kau bisa berdiri?” tanya kyungsoo khawatir.
“Gwenchana. Aku hanya sedikit pusing tadi saat menjatuhkannya.” Jawab Eunji sambil
berusaha berdiri dengan bantuan Kyungsoo.
“Baekhyun, bukankah ini tugasmu? Kenapa Eunji yang mengerjakannya?” tanya Kyungsoo sambil
menatap Baekhyun dengan mata bulatnya, “Dia sedang tidak sehat untuk mengerjakan ini.”
Rasa bersalah menampar Baekhyun
seketika. “Mian aku…”
“Ada beberapa obat luka di ruang loker, ambil itu.” Nada bicara Kyungsoo tak
sehalus biasanya. Membuat Baekhyun semakin merasa bersalah.
“Gwenchana, kembalilah. Siapa yang akan mencatat pesanan pelanggan?” Eunji berusaha berdiri
sendiri tanpa bantuan Kyungsoo. “Aku bisa mengobatinya sendiri.”
Baekhyun masih bisa mendengar suara
Kyungsoo saat dia keluar, “Diamlah. Aku tahu pusingmu tidak sedikit seperti yang kau bilang.”
***
Jieun terlihat akan beranjak pergi
setelah melihat Eunji sedang dipapah Kyungsoo. Bos mereka memperbolehkan Eunji
pulang. Untung sudah tak ada pelanggan lain selain Jieun, Tao dan Kris.
“Biar aku yang mengantarnya pulang.” Kata Baekhyun mengajukan diri.
Bosnya agak ragu lalu Kyungsoo
memberi tahunya bahwa mereka tetangga,
yang jelas membuat tiga pelanggan itu terkejut, terutama Jieun. Ekspresinya
berubah, Baekhyun tak bisa membacanya, entah apa yang Jieun pikirkan. Sedangkan
Eunji terlihat makin pucat. Baekhyun segera memapahnya. “Aku minta maaf Bos.” Kata Baekhyun saat keluar
dari restoran itu. Dia sempat melihat Jieun pergi dan Tao juga Kris melambai
padanya, memberinya pandangan bahwa mereka mengerti keadaan Baekhyun tak bisa
menemani mereka lebih lama. Baekhyun merasa kejadian ini aneh, bagaimana bisa
dia bisa mengalami hal serba salah seperti ini. Dia yakin Ibunya tak bisa
memberi bantuan untuk yang satu ini.
Mereka masih sampai di taman yang
tidak jauh dari restoran itu saat Eunji meminta berhenti dan duduk di salah
satu kursi tamannya. Sepertinya sakit di kaki Eunji cukup serius, tapi dia
menolak dibawa ke rumah sakit.
“Biar aku mencari taksi, ya?” tanya Baekhyun. “Jangan khawatir biar aku yang membayarnya.”
“Kau sudah meminta Bos mengurangi gajimu untuk piring-piring yang aku
pecahkan kan?” Eunji jelas
menolak. “Ini tidak jauh. Aku
hanya perlu sedikit istirahat.” Yang dipegang Eunji adalah kepalanya. Baekhyun ingat soal perkataan
Kyungsoo bahwa Eunji sakit kepala.
“Apa kau pusing?”
“Ani.” Jawab Eunji
singkat. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi itu dan memjamkan mata. “Nikmati saja keindahan
taman ini selagi aku istirahat. Seharusnya kau biarkan Kyungsoo yang
mengantarku.”
Baekhyun melihat sekeliling. Taman
ini memang indah, seperti saat Baekhyun pertama kali melihatnya. Ia senang bisa
berada disini sedikit lama. Tapi udara dingin malam ini benar-benar menusuk kulit. “Kau tahu, ini salahku.”
“Ini kecelakaan.” Eunji masih memejamkan matanya. Entah mengapa wajahnya terlihat damai.
Belum pernah Baekhyun melihat ekspresi ini.
Sesaat kemudian, Baekhyun kembali
memapah Eunji hingga sampai di flatnya. Baekhyun merebahkan Eunji di tempat
tidur yang sudah ia siapkan terlebih dulu.
“Kau bisa pergi. Gomawo.” Kata Eunji.
“Kata orang aku memang sombong. Tapi aku lelaki yang bertanggung jawab.” Baekhyun menghela nafas, “Apa kau tak perlu sesuatu?
Aku bisa membuatkan sesuatu yang hangat jika kau mau.”
“Kau tak perlu memaksakan…” Baekhyun segera memotong perkataan Eunji.
“Dengar, aku sama sekali tak terpaksa. Kenapa kau selalu seperti ini?” Baekhyun pergi ke dapur
Eunji dan membuat susu hangat yang ia temukan di lemari makan kecil milik
Eunji.
Eunji diam saja setelah itu. Ia
memejamkan matanya. Tidak tidur, hanya melakukan yang sedari tadi ia lakukan.
Hingga Baekhyun kembali dengan segelas susu hangat, Eunji bersuara, “Kau jadi harus meninggalkan
teman-temanmu.”
“Aku membuatmu yang sakit harus membersihkan gudang karena teman-temanku.” Jawab Baekhyun. “Minum ini.” Baekhyun berusaha membantu
Eunji bangkit, namun Eunji sudah bangkit sendiri menolak bantuan Baekhyun dan
segera meminum susu itu.
Baekhyun mengambil gelas kosongnya.
Sepersekian detik mereka saling memandang dengan suasana yang sangat canggung.
Baekhyun segera memecahkan keheningan, “Jika tak ada perlu lagi, aku akan kembali ke restoran.”
Dengan memejamkan matanya, Eunji
bicara, “Bisa kau tak
beritahu Kyungsoo tentang apapun yang kau dengar tentangku?”
“Ya?” Baekhyun tak
menyangka Eunji akan mengatakan ini.
“Seharusnya kau tak mengajak Jieun ke restoran.” Eunji membuka matanya
namun tak menatap Baekhyun, “Kau tahu hanya Kyungsoo satu-satunya teman yang aku punya.”
Baekhyun mendadak tak tahu harus
berkata apa.
“Kau membuatku takut saat Jieun datang bersamamu tadi.” Baekhyun benar-benar tak
menyangka Eunji akan terbuka seperti ini. Dalam ketidaktahuannya harus merasa
seperti apa, rasa iba terhadap gadis di hadapannya itu menguat. Tapi saat itu
juga semua cerita dari Chanyeol dan Jongdae datang berusaha memberitahunya
bahwa gadis di depannya ini sedang berusaha mencari simpati. “Sekarang Jieun jadi tahu
tempatku bekerja. Dan mungkin semua itu akan terulang lagi.”
Perkataan Eunji yang terakhir
benar-benar tak bisa dicernanya. Dia tak mengerti apa maksud semua akan
terulang lagi? Baekhyun hanya menjawab iya dan menuju pintu.
“Kau tak perlu khawatir. Aku tak memintamu berbohong pada Kyungsoo.
Karena dia bukan orang yang pantas untuk dibohongi. Aku juga takkan pernah
berbohong padanya. Terserah apapun yang kau pikirkan. Aku hanya minta satu itu
darimu. Kau juga tak perlu merasa kasihan padaku, aku tak perlu.”
***
Tak bisa dibilang berangkat bersama,
hari ini Baekhyun hanya berjalan di belakang Eunji ke sekolah, tak ingin
mendahuluinya atau hal lain. Mereka bertahan seperti itu tanpa suara ataupun
saling menyapa, bukan karena saling tak mengetahui keberadaan yang lain tapi
mereka memang bukan teman yang akrab untuk melakukan itu kan? Benar kan?
Setidaknya itulah yang dipikirkan Baekhyun sekarang. Mereka hanya dua remaja
yang kebetulan bertetangga, satu sekolah dan satu tempat kerja. Dan bukan
karena Baekhyun ingin mencari tahu, tapi kehidupan Eunji dan mantan sahabat
karibnya Jieun sudah tersebar dimana-mana di sekolah, Baekhyun otomatis juga
mengerti tentang hal itu. Namun tetap saja ia tak bisa melupakan percakapannya
dengan Eunji semalam. Percakapan yang membuatnya mengerti lebih dalam lagi
mengenai Eunji, meski masih saja, salah satu sisi di otak Baekhyun memberitahu
bahwa semua ucapan itu hanya pancingan-pancingan simpati, seperti semua yang
diucapkan si bodoh Chanyeol dan Jongdae padanya tentang hal-hal yang akan
mungkin dilakukan oleh seorang Jung Eunji. Hey, tapi sejak kapan ia
mendengarkan dan meresapi perkataan orang-orang bodoh? Lagipula untuk apa
seorang Jung Eunji memancing simpati Baekhyun?
“Baek!!!!” teriak Chanyeol, Karena terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri,
Baekhyun tak sadar, suara si bongsor itu menandakan ia sudah sampi di sekolah.
Wajah yang terus tersenyum lebar itu menyapanya di gerbang sekolah. Jongdae
juga mengumbar senyum di sampingnya. Entah mengapa dua orang itu selalu
menempel satu sama lain.
Baekhyun hanya tersenyum sekilas. “Kenapa wajahmu begitu? Ada
yang kau pikirkan?” Chanyeol menanyainya.
“Ani.” Baekhyun bukan
orang yang terbuka. Dia memang mudah mengumbar senyum atau perkataan ramah,
yang lebih sering di anggap sombong, pada semua orang, tapi jelas bukan senyum
bodoh seperti milik dua orang di hadapannya itu, tapi Baekhyun memang tak
pernah terbuka pada orang lain tentang hidupnya ataupun perasaannya yang
sebenarnya, pada orang tuanya sekalipun. Ia tahu benar bagaimana usaha keras
Ibunya untuk merusaha dekat dengannya dan mengerti dirinya luar dalam, namuan
Baekhyun tetap selalu membangun dinding tipis di antara mereka. Tetap berusaha
memberi jarak pada siapa saja mereka yang berusaha mengerti dirinya.
Menghalangi mereka semua mengerti dirinya, yang sebenarnya begitu rapuh itu.
Baekhyun tak mau hidup dengan karakter rapuhnya, meski pahitnya itulah
kenyataan yang tak bisa ia hindari. Di balik kesombongannya ia menyembunyikan
semua itu.
Jongdae membca situasi, baekhyun
tahu Jongdae sempat melihat Eunji tadi, “Tunggu dulu, bagaimana bisa kau berangkat bersama Jung Eunji?”
“Bagaimana bisa kau sebut itu ‘berangkat bersama’?” tanya baekhyun tak
habis pikir, di sisi lain dia berusaha menutupi kenyataan bahwa ia hidup di
gedung yang sama dengan Eunji. “Kami bahkan tak berjalan bersebelahan. Itu hanya kebetulan.”
“Hei, kenapa membahas hal tak penting seperti itu?” kata Chanyeol, untuk
pertama kalinya, Baekhyun senang dengan perkataannya yang mengalihkan topic
berbahaya itu, “Apa kau sudah menyelesaikan tugas Lee Seonsaengnim, Baek?”
Baekhyun seperti ditampar, seperti
biasa, ia jelas baru saja ingat. “Jika kau tak menanyakannya barusan, aku bahkan takkan ingat Lee
Seonsaengnim memberikan tugas kemarin.”
“Ah, kau bisa melihat punyaku.” Kata Jongdae. Dengan bangganya ia mengeluarkan buku tugasnya dari dalam
tasnya.
“Wah! Tumben sekali kau mengerjakannya?” tanya Chanyeol menggebu-gebu.
“Sekali-sekali jadilah murid teladan Chanyeol-ah!” Jongdae tersenyum lebar.
Dan ini pertama kalinya Baekhyun
menyukai hal yang dilakukan Jongdae. Mereka berakhir di kelas mereka dan dengan
keterbatasan waktu mengerjakan tugas itu.
***
“Eomma.. jebal..” Baekhyun sedang bicara dengan Ibunya ditelepon. Dia tahu ini cara yang
seharusnya tidak ia pakai, tapi ini cara terakhir yang ia punya untuk
mendapatkan uang. “Eomma bukan tidak tahu menahu soal kehidupanku sekarang kan? Eomma
menyuruh orang mengawasiku kan?”
“Mianhae Baekhyun-ah..” jawab Ibunya di seberang sana. “Eomma bukan tidak mau, selain Eomma mengawasimu, Appa juga mengawasiku.
Jadi Eomma tak bisa berbuat apa-apa. Lagipula apa yang kau lakukan hingga kau
kekurangan uang? Bagaimana dengan gajimu di restoran itu?”
Lalu Baekhyun menjawab dengan malas,” Aku tak sengaja memecahkan
piring-piring, jadi gajiku dipotong bulan ini. Lalu bagaimana aku bisa makan
nanti?”
“Berjuanglah nak, Eomma yakin kau pasti bisa melewatinya, eum?”
Baekhyun segera mengakhiri
teleponnya setelah menyadari Chanyeol dan Jongdae sedari tadi ada di
belakangnya, “Baiklah, araseo!”
“Baek, kau sungguh-sungguh dengan ucapanmu tadi Baek?” tanya Jongdae.
“Kami bisa membantumu kalau begitu Baek.” Tambah Chanyeol.
Baekhyun benci mereka, Baekhyun
benci keadaan ini, Baekhyun benci hidupnya, “Ani. Lupakan apapun yang kalian dengar.”
Baekhyun baru akan pergi
meninggalkan mereka dan kelas penuh murid membosankan itu, namun Jieun
menghampirinya dengan senyumnya yang selalu berhasil membuat Baekhyun terbang
sesaat. “Baekhyun, bisa kita
bicara?”
Dari ujung matanya, Baekhyun bisa
melihat Chanyeol dan Jongdae saling menyikut lengan dan bertukar senyum penuh
arti. Baekhyun tahu dia takkan bisa menolak yang satu ini, “Baiklah.”
Jieun membawanya ke halaman belakang
sekolah, mereka duduk di salah satu bangku tamannya yang kosong. “Aku tahu kita berdua belum
lama kenal.” Dia tersenyum,
sepertinya mengingat perbincangan mereka tentang ‘belum lama kenal’ itu berhari-hari yang lalu, begitu juga Baekhyun, “Aku ingin minta tolong
padamu. Bisa kau bawa aku ke tempat kerjamu lagi?”
“Wae?”
“Kau pasti tahu alasannya adalah Eunji.” Jieun masih memasang senyumnya, bagaimana Baekhyun bisa mengatakan
tidak, meski Eunji takkan menyukai hal ini sama sekali? Tapi peduli apa dia
dengan Eunji? Eunji tetangganya yang
memberinya makanan enak itu, yang membantunya mendapatkan pekerjaan dan yang karena
dirinya gadis itu harus terluka kakinya dan hampir dipotong gajinya? Ya,
Eunji.. perkataan Jung Eunji waktu itu juga tak bisa dilalaikan.
Mungkin Jieun melihat keseganan di
wajah Baekhyun, atau bahkan mungkin itu semua memang terlihat jelas di wajah
Baekhyun, “Apa kalian dekat?”
“Dekat?” Baekhyun
mengedipkan matanya tak mengerti.
“Kau tahu, kalian teman kerja bahkan kalian tetangga, apa mungkin dia
bicara sesuatu padamu setelah aku datang waktu itu?”
“Ani, kami tidak dekat. Sama sekali tidak.” Jawab Baekhyun cepat-cepat. Benarkah? Ia dan Jung Eunji sama sekali
tidak dekat kan?
Baekhyun tak bisa membayangkan
bagaimana jika orang-orang tahu dia juga merupakan tetangga gadis yang terkenal
aneh itu? Baekhyun tersenyum, berusaha meyakinkan Jieun. Jieun tersenyum lagi,
dan Baekhyun ingin berhambur memeluk gadis di hadapannya itu. Bagaimana seorang
gadis bisa mempunyai wajah secantik itu saat tersenyum?
“Begitu.” Jieun lalu melihat
ke arah lain, “Jadi, apa kau bisa
membawaku ke restoran itu lagi?”
“Apa kau mau bicara dengan Eunji?”
Jieun mengangguk, “Aku ingin sekali bicara
dengannya. Sejak lama.”
“Wae?” kata itu keluar
begitu saja dari multu Baekhyun tanpa terkontrol. Baekhyun merasa bodoh
menanyakannya, bukankah dia belum pantas menanyakan hal itu?
Namun setelah selang beberapa
keheningan, Jieun menjawabnya, “Aku ingin kami mulai lagi dari awal. Semuanya.” Baekhyun jelas berpikir
bagaimana bisa gadis dengan senyum cantik ini juga sebaik ini? Jika Baekhyun
bisa melihatnya, pasti hati Jieun juga sangat cantik.
“Baiklah.” Ya, mungkin mereka memang butuh mulai dari awal lagi.
TBC

Tidak ada komentar:
Posting Komentar