Tiga bersahabat ini benar-benar dekat. Istilah saudara sudah sangat pantas untuk mereka. Dua lelaki dan satu perempuan. Persahabatan mereka terjalin sejak kecil, mulai saat mereka pertama kali bersekolah, mereka selalu bersekolah di tempat yang sama. Rumah mereka yang bersebelahan mendukung persahabatan mereka.
Kang Jiyoung sebagai yang termuda dari mereka dan satu-satunya perempuan, selalu mendapatkan perhatian dari dua oppanya itu. Mereka saling melindungi satu sama lain. Status anak tunggal dari ketiganya juga begitu mendukung persahabatan nyaris saudara mereka berjalan lancar. Hingga masalah yang tak pernah diharapkan muncul ketika mereka sama-sama beranjak dewasa dan mulai mengerti apa itu jatuh cinta.
***
“ Mollayo. Tapi tak mungkin Minho bisa serajin itu.” Jawab Onew tertawa.
“ Apa aku tak pantas menjadi anak rajin?” tanya Minho yang tiba-tiba muncul dari belakang Onew.
“ Ne. memang tak pantas.” Sahut Jiyoung.
“ Sudahlah kita berangkat saja. Kajja!” kata Minho sambil berjalan mendahului dua lainnya dan menuju halte bus.
“ Aku harap busnya tak seramai kemarin, sangat menyusahkan harus berdiri dengan himpitan banyak orang.” Guman Jiyoung.
“ Dasar Manja! Berdiri seperti itu saja sudah susah.” Ejek Minho.
“ Oppa! Kenapa kau sebut aku manja lagi? Aku sama sekali tidak manja.” Jiyoung berang.
“ Lalu apa namanya kalau bukan manja saat kau selalu meminta digendong saat bertemu tikus? Bukannya naik ke kursi atau benda lain.” Sahut Onew.
Minho dan Onew tertawa bersamaan mengingat kejadian dua minggu lalu saat mereka pergi ke perpustakaan tua bersama. Dimana Jiyoung tak sengaja menginjak seekor tikus kecil di bawah meja. Reaksinnya yang berlebihan selain berteriak yang sungguh memekakkan telinga dia juga melompat ke arah Minho bermaksud agar Minho menggendongnya. Kejadian yang sungguh membuat semua orang yang ada di perpustakaan itu panik. Jiyoung telah merubah perpustakaan bisu itu menjadi tempat berunjuk rasa yang gaduh.
“ Oppa! Kenapa kalian tertawa? Hah… menyebalkan!” kata Jiyoung lalu berjalan mendahului. Sedangkan Onew dan Minho tetap tertawa.
Setelah mendapatkan Bus, mereka langsung menaikinya, untung saja busnya tak sepenuh kemarin, mereka pun bisa duduk dengan leluasa.
“ Onew Oppa!” panggil Jiyoung.
“ Kau tidak marah?” tanya Onew.
“ Aniyo.”
“ Weyo?” tanya Onew.
“ Apa tidak menakutkan ujian kelulusan sekolah yang akan oppa hadapi itu?” tanya Jiyoung penasaran.
“ Aniyo. aku rasa jika kita mempersiapkan semuanya dengan maksimal dan baik, semuanya akan terasa mudah.” Jawab Onew.
Jiyoung selalu suka sikap Onew yang begitu baik itu. Jiyoung menyadari betapa bedanya pribadi dua lelaki sahabatnya itu. Onew dengan kebaikan dan keramahannya sedangkan Minho lebih cenderung misterius walau aslinya dia menyimpan sejuta kebaikan di balik tampang sombongnya itu.
“ Minho oppa! Kurasa oppa juga sudah harus bersiap untuk menghadapi ujian itu tahun depan.” Kata Jiyoung.
Minho hanya tersenyum.
“ Hem… selalu saja, tak pernah menghiraukan dengan baik…” Jiyoung bergumam.
***
Mereka berjalan bersama-sama menuju kelas masing-masing. Semua mata dari gadis yang sudah berada di sekolah melihat mereka tanpa berkedip. Ada pandangan kagum, benci, bahkan melecehkan. Posisi Jiyoung yang masih bersekolah 1 bulan di sekolah itu membuat semua orang terheran-heran bagaimana dia bisa sedekat itu dengan dua lelaki populer di sekolah. Tak ada yang tau mereka memang sudah begitu sejak lama.
Tak terlewatkan gerombolan teman kelas Jiyoung yang cukup membenci Jiyoung. Mereka terus melihat Jiyoung dengan pandangan mengancam dan Jiyoung tau pandangan itu berarti jika Jiyoung terus dekat dengan dua orang ini, Jiyoung akan menyesal telah hidup di dunia ini.
“ Oppa aku bosan sekali dengan pandangan-pandangan ini. Apa oppa melihat Krystal teman sekelasku itu?” kata Jiyoung sambil berpaling dari pendangan Krystal dan teman-temannya.
“ Ne. arasso. Tak usah kau hiraukan mereka. Mereka hanya tidak tau yang sebenarnya.” Sahut Onew menenangkan.
“ Apa oppa tau krystal itu menyukai Onew oppa?” tanya Jiyoung.
“ Chincharo?” Onew kaget.
“ Ne Chincha. Dan Jiyeon itu sangat menyukai Minho oppa.” Lanjut Jiyoung. “ Arasso Minho oppa?”
“ Mollayo.” Jawab Minho singkat.
“ Karena itu aku beritau. Chincha, mereka sangat menggilai kalian oppa.” Kata Jiyoung. “Mereka belum tau saja bagaimana jeleknya hidup dua oppa ini…” Jiyoung menggeleng-gelengkan kepalanya.
“ Apa kau bilang?” tanya Onew.
“ Aniyo.” jawab Jiyoung tersenyum.
Minho mengacak-ngacak rambut Jiyoung.
***
“ Baiklah anak-anak. Ibu akhiri pelajaran hari ini. Anyeong haseyo.” Seorang guru matematika berkata lalu berjalan keluar.
“ Hehh… akhirnya berakhir juga…” gumam Jiyoung.
“ Merasa lega?” tanya Jiyeon yang tiba-tiba berdiri di depan bangku Jiyoung.
“ Mwo?” Jiyoung kaget.
“ Apa kau juga merasa lega selalu memamerkan kedekatanmu dengan Onew oppa dan Minho oppa itu?” tanya Krystal yang berdiri di samping Jiyeon.
“ Mwo?” tanya Jiyoung lagi. Dia masih belum bisa menangkap maksud dari dua temannya itu.
“ Aish.. kasihan sekali oppa harus dekat dengan gadis sebodoh ini.” Kata Krystal sambil meletakkan tangannya di dahinya.
“ Jangan bilang kalian memperingatkan aku tantang oppa oppa itu lagi!” sahut Jiyoung.
“ Aish… kenapa kau berpikir lambat sekali?” tanya Krystal.
“ Karena kau sudah tau, jadi kau harus cepat menghindar dari mereka, atau… kau jelaskan kenapa kau bisa sedekat itu dengan mereka?” kata JIyeon, wajahnya mengancam.
“ Sudah kubilang aku memang bersahabat dengan mereka. Rumah mereka berdua itu bersebelahan dengan rumahku.” Jawab Jiyoung. “ Kenapa kalian tergila-gila pada mereka?”
“ Kau tau penjelasanmu itu tak masuk akal?” tanya Jiyeon sambil tersenyum pahit.
“ Apa kau tak terima kami tergila-gila pada mereka?” tanya Krystal.
“ Kalian belum tau saja mereka yang sebenarnya.” Kata Jiyoung.
“ Sebenarnya? Mworago?” tanya Krystal.
“ Sebenarnya mereka tak sesempurna itu. Mereka itu mesin pengganggu. Kau akan merasakannya jika kau tinggal dengan mereka. Keusilan mereka membuat kalian ingin bunuh diri.” Jelas Jiyoung jujur. Mengingat betapa seringnya Jiyoung menangis dan ketakutan akibat perbuatan Minho dan Onew.
“ Aniyo. mereka tak akan seperti itu. Kau pasti hanya ingin membuat kami menyerah.” Kata Jiyeon.
“ Ne. Ya! Mengapa kau berani menghina mereka?” bentak Krystal.
“ Mianhae…” kata Jiyoung sambil menundukkan kepalanya kaget mendengar bentakkan Krystal.
“ Terserah apa katamu, yang terpenting kau harus menjauh dari mereka. Kau tau kau membuat kami terbakar?” kata Jiyeon sambil menunjuk wajah Jiyoung. Telunjuk Jiyeon hanya berjarak 1 cm di depan hidung Jiyoung membuat mata Jiyoung berkumpul ditengah.
“ Ingat itu!” bentak Krystal lagi lalu pergi dengan Jiyeon.
“ Apa itu yang dinamakan cemburu?” Jiyoung bertanya pada dirinya sendiri.
***
“ Oppa! Sebaiknya aku memang harus menghindar dari kalian agar tak mendapat masalah.” Kata Jiyoung sambil memakan snacknya dan duduk di atas ayunan di halaman belakang rumahnya.
“ Hem… malam ini langitnya cerah..” gumam Onew yang duduk disebelah Minho di atas rumput di samping ayunan Jiyoung.
“ Oppa! Apa kau tak mendengar ucapanku?” teriak Jiyoung.
“ Ne. aku dengar.” Jawab Onew malas.
“ Apa dengan menghindari kami masalahmu benar-benar tuntas?” tanya mInho sambil mengambil sejumput snack milik Jiyoung.
“ Ne. tentu saja akan tuntas.” Jawab Jiyoung bersemangat. “ Dengan begitu Krystal dan Jiyeon tak akan lagi menceramahiku.”
“ Lalu kau akan benar-benar meninggalkan kami? Kurasa kau harus memilih rumah baru di tempat yang jauh dari sini.” Kata Onew.
Jiyoung langsung terdiam. Dia sadar dia tak bisa jauh dari oppa oppanya ini. “ Kurasa oppa akan senang jika aku memang menghindar. Tak aka nada lagi penakut tikut pengganggu kalian berdua lagi.”
“ Kenapa kau bicara seperti itu?” tanya Onew agak tertawa.
“ Ne. aku rasa oppa memang akan merasa begitu.” Tambah Jiyoung sambil menundukkan kepalanya dan berhenti memakan snacknya.
“ Babo!” bentak Minho. “ jika memang kami menganggapmu seperti itu, kami sudah membunuhmu bertahun-tahun lalu. Akan sangat mudah membunuhmu pada saat kau bayi.” Minho merenggut semua snack Jiyoung.
Jiyoung tersenyum. Dia juga sadar dua oppanya itu tak boleh ditinggalkan. “ Chicharo?”
“ Ne. Chincha. Tak usah kau berpikir seperti itu lagi!” kata Onew.
“ Geurae? Apa oppa memang tak sedang berusaha membunuhku?” Jiyoung menggoda. “ apa sebenarnya kalian selalu memasukkan sesuatu dalam makananku dan membuatku jadi bodoh seperti ini?”
“ Michyeoso! Kalau itu memang sudah dari dulu.” Kata Minho sambil mengacak-acak rambut Jiyoung lalu tertawa bersama dengan Onew dan diikuti Jiyoung.
***
Hari ini bus yang mereka naiki begitu penuh sesak. Onew melihat Jiyoung tak berpegangan pada apapun sehingga sangat mudah untuknya terjatuh saat Bus merhenti atau melaju mendadak. Dia berniat menghampiri Jiyoung dan membantunya berpegangan, namun belum sempat ia bergerak, Minho sudah menghampiri Jiyoung dan berdiri dihadapan Jiyoung agar Jiyoung bisa berpegangan padanya. Ada sesuatu yang sesak membuat hati Onew membeku melihat pemandangan ini, namun Onew masih tak percaya dengan perasaannya itu.
***
Saat ini sepulang sekolah, sudah biasa Jiyoung menunggu dua oppanya itu di gerbang sekolah. Onew dan Minho tak bisa langsung pulang dengan mudah, mereka punya tanggung jawab di ektrakulikuler mereka.Setalah cukup lama menunggu, akhirnya Jiyoung melihat Onew dan Minho berjalan kearahnya.
“ Oppa! Apa harus selalu selama ini?” tanya Jiyoung setelah mereka dekat di depannya.
“ Memang. Kalau tak ingin seperti itu, kau pulanglah saja dulu.” Jawab Onew.
“ Aniyo. aku lebih suka menunggu. Akan sangat menyebalkan pulang sendirian.” Balas Jiyoung.
“ Jiyoung.” Panggil Minho sambil memutar kepala Jiyoung ke kanan dan memperlihatkan Jiyoung seorang lelaki yang tengah memandanginya.
Alis Jiyoung mengerut keheranan. “ Apa yang dilakukannya?”
Onew dan Minho tertawa.
“ Oppa apa kalian mengenalnya?” tanya Jiyoung sambil terus melihat lelkai itu, sedangkan lelaki itu tersenyum pada Jiyoung. Senyumnya sangat manis. Jiyoung mengira lelaki itu seangkatan dengannya.
“ Dia Lee Taemin. Dia anggota ekstrakulikuler kami.” Jawab Onew sambil menahan tawa. “ Dia menyukaimu Jiyoung.”
Minho makin tertawa.
“ MWO?” Jiyoung terperanjat.
“ Ne. Chincha. Dia memang menyukaimu.” Sahut Onew.
“ Aniyo. andwe!” kata Jiyoung.
“ Ne. memang tidak mungkin lelaki setampan dia bisa menyukaimu yang separah ini.” Sahut Minho.
“ Oppa! Michyeoso!” kata Jiyoung lalu berjalan mendahului.
“ Anyeong Jiyoung!” sapa Taemin dengan tersenyum tiba-tiba saat dia melewati Jiyoung.
Jiyoung terperanjat lagi, “ Oh, anyeong.” Jiyoung memaksa senyumnya.
Onew dan Minho makin tertawa melihat tingkah Jiyoung.
“ Oppa! Apa dia memang menyukaiku?” tanya Jiyoung agak ketakutan setelah Taemin sudah jauh.
“ Ne.” jawab Onew singkat. Minho dan Onew hanya menganggap ini semua lelucon.
Sepanjang perjalanan pulang Jiyoung yang biasanya puneh dengan kata-kata, kali ini diam seribu bahasa. Onew dan Minho jadi sedikit khawatir.
***
“ Jiyoung-ah! Jangan bilang kau sedang memikirkan Taemin?” tanya Onew sambil duduk di sofa ruang tamunya.
“ Aniyo. aku hanya bingung saja. Bagaimana dia bisa menyukaiku? Apa yang dia pikirkan? Apa dia bodoh?” Jiyoung merebahkan tubuhnya ke salah satu sofa Onew yang terpanjang.
“ Mwo? Kau bingung? Apalagi kami?” tanya Minho tiba-tiba. “ Sebenarnya sebodoh apa bocah bernama Taemin itu?”
“ Aniyo. aku rasa dia tidak bodoh, namun aku hanya curiga, ritual apa yang sebenarnya dilakukan Jiyoung dibelakang kita hingga bisa membuat seorang lelaki menyukainya.” Onew memberi pendapat. Wajahnya terlihat serius.
“ Oppa! Apa aku sejelek itu hingga aku tak pantas disukai?” tanya Jiyoung. Dia bersungut-sungut.
“ Ne ne ne. kau cantik.” Kata Onew segera.
“ Ne. kau baik.” Tambah Minho.
Jiyoung tersenyum senang.
“ Senang sekali ya kau dipuji?” Minho tak habis pikir.
***
“ Jiyoung-ah! Taemin akan kemari sebentar lagi. Sepertinya dia akan menyatakan perasaannya padamu.” Onew memberitahu Jiyoung yang sedang makan di kantin sekolah. “ Tak kusangka dia seberani itu…”
“ Mwo?” Jiyoung kaget dengan masih memegang sumpitnya.
“ Ne. dia akan segera kesini. Kau harus bersiap.” Kata Onew. “ apa kau akan menerimanya?” sejenak terbayangkan oleh Onew, Jiyoung menerima Taemin dan akan ada sesuatu yang berarti hilang jika itu benar-benar terjadi. Onew tak tau itu apa.
“ Mwo? Aku menerimanya?” Jiyoung bertanya dengan hebohnya. “ aku bahkan tak mengenalnya oppa.”
“ Mollayo. Terserah kau.” Ekspresi wajah Onew berubah total. Dia pun pergi.
“ Oppa! Mengapa kau pergi?” teriak Jiyoung, namun Onew tak mendengarkannya.
“ Aish… dimana Minho oppa disaat seperti ini? Mengapa mereka malah menghilang di saat genting seperti ini?” gumam Jiyoung.
“ Anyeong.” Sapa Taemin yang baru saja datang dan berdiri di belakang Jiyoung. Dia begitu sopan.
“ Oh… anyeong.” Jiyoung gugup setengah mati.
“ Kenapa kau berhenti makan?” tanya Taemin setelah melihat sumpit JIyoung yang tergeletak sembarangan padahal makanan di mangkuknya masih penuh.
“ Oh… em… aku sudah kenyang.” Jawab Jiyoung sambil berusaha tersenyum.
“ Bisa aku bicara sesuatu padamu sekarang?” tanya Taemin tanpa basa-basi lagi.
“ Mwo? Bicara?” Jiyoung makin khawatir dengan yang akan terjadi.
“ Ne. boleh aku bicara sekarang?” Taemin mendekat.
“ Se…sekarang?” Jiyoung mundur selangkah. “ kurasa…”
“ Aku ingin kau tau.” Taemin berkata tanpa menghiraukan jawaban Jiyoung.
Jiyoung makin bingung harus berbuat apa sekarang. Dia ingin pergi, namun dia tau itu akan membuatnya terlihat sebagai gadis pembunuh.
“ Aku ingin kau tau bahwa aku…” belum sempat Taemin menyelesaikan perkataannya, Minho datang menarik lengan Jiyoung dan membawanya pergi tanpa mempedulikan sekitar.
Minho terus berjalan tanpa berkata apapun. Jiyoung rasa genggaman Minho pada lengannya terlalu kuta hingga membuat lengan Jiyoung begitu sakit.
“ oppa aku rasa kita sudah terlalu jauh dari kantin. Sudah beres. Gomawo…” kata Jiyoung bermaksud menghentikan lengkah Minho.
Minho terus berjalan hingga dia sampai di koridor kosong dan berhenti lalu melemparkan Jiyoung ke dinding.
“ Aw!” Jiyoung kesakitan. “ oppa, we…weyo?”
“ Kau senang?” tanya Minho tiba-tiba, membuat JIyoung bingung.
“ Ne?” Jiyoung tak mengerti.
“ Kau senang ada seorang lelaki yang menyukaimu? Jadi kau bermaksud akan menerimanya?” Nada bicara Minho naik. “ apa kau lupa kalian sama sekali tak saling mengenal?”
“ Oppa, apa maksudmu? Mengapa mendadak bertanya hal seperti ini?” Jiyoung masih tak bisa memahami.
“ Taukah kau bahayanya jika kau bersama dengan orang yang sama sekali tak kau kenal?” teriak Minho.
Jiyoung benar-benar kaget. Dia belum pernah melihat Minho seperti ini. Jiyoung langsung berpikir yang dimaksudkan dari semua ini adalah Taemin. “ apa yang oppa maksud Taemin?”
“ apa ada orang lain selain dia?” Minho menatap mata Jiyoung dalam.
“ Aku… aku tidak bermaksud menerimanya. Oppa tau aku memang tak mengenalnya dan aku sama sekali tak menyukainya.” Jelas Jiyoung. “ apa perlu berteriak-teriak seperti itu untuk masalah ini?” Jiyoung geram.
Minho tersenyum pahit lalu pergi begitu saja.
“ Oppa! Mau kemana?” teriak Jiyoung, namun Minho tak menghiraukannya.
Onew melihatsemua kejadian ini di kejauhan. Mendadak di merasa sedih bukan dia yang berada di sana untuk bicara pada Jiyoung. Bukan dia yang melakukan tindakan Minho.
***
“ Minho? Mollayo. Aku juga tak bertemu dengannya.” Jawab Onew sambil mendongak ke arah jendela kamar Minho di lantai dua.
“ Mungkin ini gara-gara aku..” kata Jiyoung sambil menunduk merasa bersalah.
“ Aku rasa kesalahanmu tak sebesar itu…” Onew bergumam.
“ Mwo? Apa oppa tau masalahnya?” tanya Jiyoung.
“ Ah, aniyo… aku hanya menebak. Kau tau sendiri seperti apa Minho itu…” jawab Onew segera.
“ Ya! Apa sudah jadi kebiasaan kalian berisik di depan rumah orang?” tanya Minho tiba-tiba. Ia mengeluarkan separuh tubuhnya dari jendela kamarnya.
Onew dan Jiyoung mendongak bersamaan dan sangat kaget melihat Minho.
“ Ya! kau turunlah!” teriak Onew.
“ Sireo!” jawab Minho. “ Apa ada sesuatu yang penting?”
“ Onew oppa sebaiknya jangan suruh Minho oppa turun.” Bisik Jiyoung ketakutan.
“ Aku bisa mendengarmu dari sini Kang Jiyoung…” kata Minho.
Jiyoung langsung mendongak kaget. “ Oppa! Jika memang aku bersalah turunlah… Mianhae…” JIyoung memberanikan diri.
“ Mwo? Apa baru saja ku dengar kata Mianhae?” tanya Minho. “ Untuk apa Jiyoung?”
“ Aish… oppa! Kau menyebalkan! Mollayo.” Kata Jiyoung lalu berjalan cepat menuju rumahnya.
***
Jiyoung terus bertanya-tanya mengapa Minho bisa begitu marah waktu itu. Dia yakin dia tak berbuat kesalahan. Jija memang dia bersalah, mungkin hanya sekecil butir nasi.
“ Jiyoung kajja!” ajak Onew untuk pulang.
“ Minho oppa dimana?” tanya Jiyoung.
“ Untuk apa kau mencariku?” tanya Minho yang tiba-tiba berdiri disamping Jiyoung.
“ Oppa? Kau sudah tak marah?” Jiyoung kaget.
“ Marah?” Minho terlihat heran. “ Untuk apa?”
“ Ne. aniyo, lupakan saja itu semua.” Jawab Jiyoung sudah sangat malas mengingat masalah itu.
Saat akan melanjutkan langkah mereka, Onew dan Minho melihat Taemin sedang berjalan untuk menghampiri Jiyoung. Seketika Minho dan Onew langsung menggandeng kedua lengan Jiyoung dan menariknya untuk lebih cepat berjalan.
“ Oppa? Weyo? Kenapa harus cepat-cepat begini?” tanya JIyoung sambil kuwalahan menyamai langkah Onew dan Minho.
“ Agar kita cepat sampai di rumah.” Jawab Minho asal.
“ Ne. ini akan lebih menyehatkan.” Tambah Onew.
Jiyoung mengerutkan alisnya begitu heran dengan sikap dua oppanya itu. Tapi dia hanya bisa terus berjalan.
Onew dan Minho sebenarnya tak mengerti mengapa mereka bisa punya pikiran yang sama seperti itu. Secara tidak sengaja mereka bekerjasama untuk menjauhkan Jiyoung dari Taemin, meskipun mereka saling tak tau menau soal tujuan mereka masing-masing.
***
Seiring berjalannya waktu, tak terasa sudah hamper satu tahun Jiyoung bersekolah di sekolahnya. Bahkan Onew sudah hampir lulus. Kadang terasa sedikit menyedihkan mengingat Onew yang akan pergi untuk melanjutkan Kuliahnya.
“ Oppa? Bagaimana rasanya menghadapi ujian kelulusan itu?” tanya Jiyoung saat duduk disebelah Onew di teras rumah Onew.
“ Biasa saja.” Jawab Onew. Onew menatap mata Jiyoung dalam-dalam. Tatapan yang akhir-akhir ini berubah dari biasanya. Tatapan yang membuat Jiyoung jadi heran dan sedikit gugup.
“ Em… apa… apa tak sulit?” tanya Jiyoung lagi, Jiyoung menoleh pada Minho yang baru dating untuk menghindari tatapan Onew.
“ Apa kau kira Onew hyung sebodoh kau?” tanya Minho sambil duduk disamping Jiyoung. Membuat Jiyoung begitu salah tingkah dengan posisi duduknya yang ditengah itu. Padahal selama ini hal yang seperti ini tak pernah terhiraukan. Jiyoung benar-benar bingung sendiri dengan pikirannya.
“ Aniyo… bu..bukan begitu maksudku.” Jawab Jiyoung benar-benar dibuat gugup dengan dua oppanya itu.
“ Jiyoung-ah! Kenapa kau gugup begitu?” tanya Onew tiba-tiba.
“ A…aniyo.” jawab Jiyoung segera. “ siapa yang gugup?”
“ gaya bicara yang terpatah-patah begitu apa namanya kalau bukan gugup? Gwenchanayo?” tanya Onew lagi sambil menyentuh dahi Jiyoung, membuat Jiyoung makin bingung.
“ Gwe..gwenchanayo.” kata jIyoung sambil berdiri dan mulai melangkah pulang.
“ Jiyoung-ah weyo?” tanya Onew.
“ Mungkin dia mengantuk hyung.” Sahut Minho. “ hyung tau kan jam berapa dia biasa tidur?”
“ Aniyo pasti ada sesuatu. Apa kau tak melihat matanya yang berbeda?” Kata Onew sambil terus melihat Jiyoung yang menjauh.
“ Matanya memang sudah berbeda. Kenapa hyung baru menyadarinya?” tanya Minho, tersenyum kecut.
“ Mwo? Apa maksudmu?” tanya Onew heran, namun Minho malah pergi dan menyusul Jiyoung.
Ingin sekali Onew berlari dan menghalangi Minho agar tak menemui Jiyoung. Namun kakinya tak mau berjalan sebagaimana mestinya. Otaknya benar-benar bingung. Dia hanya bisa kembali masuk ke dalam rumahnya.
Sedangkan Minho yang menyusul Jiyoung menarik lengan JIyoung sebelum dia masuk ke pagar rumahnya. “ Jiyoung-ah!”
“ We…weyo?” tanya Jiyoung.
“ Jelaskan apa yang kau rasakan saat ini! Apa kau lupa kau punya aku dan Onew hyung yang akan selalu membantumu?” Kata Minho sambil memegang kedua pundak Jiyoung.
“ A..aniyo. tak ada apa-apa. Gwenchanayo.” Jawab Jiyoung lalu menurunkan tangan Minho di pundaknya dan segera masuk.
***
“ We..weyo oppa?” tanya Jiyoung.
Tiba-tiba Onew memegang kedua tangan Jiyoung dan berkata, “ Jiyoung mianhae… aku sudah tak bisa menahan perasaanku lagi. Aku sadar yang kurasakan ini sudah bukan lagi untuk seorang sahabat.”
“ Mwo?” Jiyoung benar-benar gugup.
“ Seranghae..” kata Onew sambil tersenyum.
Jiyoung tercengang. Dia tak bisa berkata apa-apa. Dia hanya berharap apa yang baru saja terjadi hanyalah minpi. Namun waktu yang terus berjalan ini menunjukkan ini benar-benar nyata.
Onew malah tersenyum melihat reaksi Jiyoung lalu memeluknya. Jiyoung merasa sesak akibat pelukan itu. Namun satu yang Jiyoung tau, pelukan itu penuh kasih sayang.
“ Aku tau kau sangat kaget dengan ini semua.” Onew melepaskan pelukannya. “ Tapi kau harus tau aku memang mencintaimu.” Onew berjalan pergi meninggalkan Jiyoung yang masih sangat tercengang.
Setelah cukup lama berdiri di halamannya, Jiyoung merasakan pegal di kakinya, dia memutuskan untuk menenangkan diri dan keluar rumahnya.
Setelah sampai di jalan depan rumahnya yang sepi semalam ini, Jiyoung tak berani sedikitpun melihat kea rah rumah Onew, takut jika ternyata Onew sedang melihatnya dan tersenyum begitu manisnya.
Jiyoung duduk di taman kecil depan rumahnya. “ Hah…” Jiyoung mengembuskan nafasnya. “ Ternyata keanehan oppa ini memang karena sesuatu yang segila ini.”
“ Kang Jiyoung! Mengapa kau belum tidur? “ suara dalam Minho mendekati Jiyoung.
“ Oppa?” Jiyoung terperanjat. Dia rasa dia salah pilih tempat untuk menenangkan diri. “ O..Oppa sendiri kenapa berkeliaran malam-malam begini?” tanya Jiyoung agar terlihat santai.
“ Ini semua gara-gara temanmu yang tak berhenti meneleponku.” Jawab Minho sambil duduk disebelah Jiyoung.
“ Jiyeon?” tanya Jiyoung. “ tak kusangka dia itu tegar sekali… mengapa oppa kesal?” Jiyoung merasa sedikit lega ada sesuatu yang mengalihkan perhatiannya dari Onew.
“ Apa kau kira aku suka?” tanya Minho.
“ Kenapa harus tidak suka? Oppa tau Jiyeon cantik, aku tau sebenarnya dia baik, hanya saja perlakuannya padaku selama ini sedikit mengesalkan, tapi itu untuk mempertahankanmu oppa..” jelas Jiyoung dia tersenyum.
Minho menatap Jiyoung yang sedang tersenyum, mendadak pandangan Minho berubah. “ Apa kau sedang mencoba mendekatkanku padanya?”
“ Apa oppa memang mau?” tanya Jiyung tersenyum lagi.
“ Michyeoso! Aku tidak menyukainya.” Kata Minho, kali ini dia tak berani menatap Jiyoung.
“ Weyo? Coba saja, pasti oppa akan makin menyukainya. Dia menyenangkan.” Kata Jiyoung tanpa jeda, di sisi lain, JIyoung hanya ingin melupakan sejenak masalahnya dengan Onew. “ Dia baik, dia juga pintar di kelas, asal oppa tau bahasa Inggrisnya rapi sekali, dia juga pandai sekali menari, aku dengar dalam menyanyi dia juga bagus. Dia juga…” Jiyoung terhenti.
Minho meletakkan jarinya di mulut Jiyoung untuk membuatnya berhenti. “ Apa kau tak tau aku sedang menyukai seseorang?”
“ Mwo? Kenapa kau tak bilang padaku atau Onew oppa? Kami pasti bisa membantumu.” Kata Jiyoung. Suaranya sedikit bergetar akibat sentuhan jari Minho di bibirnya yang membuatnya gugup setengah mati, lagi.
“ Untuk gadis ini tak akan yang bisa membantuku.” Jawab Minho malas.
“ Nuguya? Beritahu aku! Palihae!” kata Jiyoung sambil mengguncang pelan pundak Minho.
“ Sireo! Aku tak bisa memberitahumu.” Jawab Minho segera.
Jiyoung terus memaksa Minho dengan kata-katanya yang sedikit merengek. “ Oppa beritau aku.”
“ Sireo!”
“ Palihae!”
“ Sireo!”
“ Nugu?”
“ Sireo!”
“ Oppa!” kali ini Jiyoung berteriak.
“ Kau. Puas?” jawab Minho dengan cepat. Membuat Jiyoung sedikit sulit mencernanya.
“ Oppa! Ini bukan saatnya bercanda. Geojinmal!”
“ Apa pernah aku berbohong padamu?” tanya Minho lalu berdiri dan masuk ke dalam rumahnya, menginggalkan Jiyoung yang lagi-lagi tercengang akibat ungkapan cinta.
***
“ Gelisah?” tanya Taemin yang tiba-tiba duduk di sebelahnya sambil membawa buku yang cukup tebal.
“ Mwo?” Jiyoung sangat kaget harus bertemu Taemin disaat seperti ini.
“ Apa fungsi perpustakaan sudah berubah?” tanya Taemin dengan keramahannya itu. Lelaki ini benar-benar hidup dengan keramahannya. Wajahnya yang selalu tersenyum, membuat orang yang berada disekitarnya bahagia.
“ A..aniyo… aku hanya sedang malas.” Jawab Jiyoung. Mendadak Jiyoung ingat masalahnya dengan Taemin waktu itu. “ Taemin-ah… untuk waktu itu, mianhae…”
“ Mwo? Untuk apa?” tanya Taemin.
“ waktu itu di kantin, aku pergi meninggalkanmu, padahal kau sedang bicara padaku.” Kata Jiyoung agak merasa bersalah.
“ Oh, gwenchanayo… waktu itu aku hanya ingin kau tau bahwa aku sudah mendaftarkan namamu di ekstrakulikulerku. Karena aku lihat kau sangat cocok untuk bergabung.” Taemin menjelaskan sambil menutup bukunya.
“ Mwo?” Jiyoung kaget. “ jadi bukan karena kau menyukaiku?”
“ Mwo? Menyukaimu?” Taemin tertawa, tawanya masih manis. “ Arasso, kau memang cantik, aku menyukaimu. Kau bisa jadi teman yang baik.”
Jiyoung hanya bisa termangu. “ Lalu mengapa Onew oppa berkata kau akan menyatakan perasaanmu waktu itu?”
“ Mollayo. Mungkin dia salah paham. Selama ini aku memang sering menanyakanmu pada Onew dan Minho hyung. Tapi… bukan karena menyukaimu.” Jawab Taemin, jawaban yang benar-benar membuat Jiyoung sedikit lega.
“ Mianhae…” kata Jiyoung, wajahnya tertunduk.
“ Gwenchanayo..” Sahut Taemin masih tertawa dengan manisnya.
***
“ Jiyoung-ah! Kau baik-baik saja?” tanya Onew sambil memegang dahi Jiyoung.
“ Gwenchana. Aku tak apa.” jawab Jiyoung sambil menghindari sentuhan Onew.
Minho mendadak merubah raut wajahnya, sepertinya dia sangat malas berada di keadaan yang seperti ini, lalu ia pun pergi dengan alasan yang dibuat-buat, “ aku rasa aku meninggalkan ponselku di kamar mandi.”
“ Ada apa dengan Minho oppa? Kenapa dia jadi agak bodoh begitu?” tanya Jiyoung sambil terus memandangi Minho hingga hilang dari pandangan.
“ Babo? Kau tau dia menyukaimu.” Kata Onew membuat Jiyoung tercengan seperti biasa.
“ Mwo? Oppa tau?” tanya Jiyoung.
“ Hanya orang gila yang tak bisa menyadarinya. Dan..” Onew tak melanjutkan perkataannya.
“ Dan apa?”
“ Dan kau juga menyukainya.” Lanjut Onew.
“ Ne? mengapa oppa bicara seperti itu?” tanya Jiyoung.
“ Tapi aku benar kan?” Onew tersenyum. “ Atau jangan-jangan kau menyukaiku?”
“ Aku… aku… Mollayo.” Jiyoung benar-benar pusing mrmikirkan ini semua.
“ Weyo? Kenapa kau tak bisa menjawabnya? Kau sungguh suka padaku ya?” Onew menggoda.
“ Oppa! Hajima! Jangan berbuat seperti ini! Aku takut aka nada yang terluka.” Jiyung terlihat serius.
“ Ne. arasso.” Jawab Onew lalu pergi.
“ Oppa! Mianhae..” teriak Jiyoung sebelum Onew hilang.
“ Karena kau tak bisa menyukaiku?” tanya Onew.
“ Mollayo. Pokonya, Mianhae…” JIyoung tertunduk.
***
“ Bagaimana apa kau sudah memutuskan?” tanya Taemin saat dia bertemu Jiyoung di perpustakaan.
“ Belum. Aku tak bisa memutuskan.” Jawab JIyoung.
“ Arasso. Pasti sangat sulit berada diposisimu.” Kata Taemin sambil mengingat semua masalah yang Jiyoung sudah ceritakan.
“ Tapi…. Aku juga tak bisa membiarkan mereka menunggu lama seperti ini. Apa yang harus kulakukan??” Jiyoung terlihat sangat menyedihkan.
“ Ini semua tergantung hatimu. Aku yakin kau pasti bisa memilih jalan yang benar.” Kata Taemin seraya mengelus pundak Jiyoung untuk menenangkannya.
“ Gomawo..” kata JIyoung sambil menoleh pada Taemin dan berusaha tersenyum.
***
Hari ini Jiyoung dalam misi besar. Dia harus segera menentukan jawabannya secepat mungkin sebelum Onew pergi keluar negeri untuk melanjutkan sekolahnya. Jiyoung mendapat ide dari Taemin untuk mencoba memeluk Minho dan Onew.
“ Setelah kau memeluk mereka, rasakan dengan hatimu, milik siapa sebenarnya hatimu itu. Jika kau berdebar saat memeluk orang itu, kau berarti menyukainya walaupun kau tak menyadarinya. Ingat! Kau harus bisa membedakan rasa sayang dan cinta saat memeluk mereka.” Jiyoung mengingat kata-kata Taemin kemarin. Dia sudah tak punya jalan lain, dia harus berhasil dengan cara ini.
JIyoung pun menemui Onew di teras rumahnya dan langsung memeluknya tanpa ada kata-kata.
“ JIyoung! Weyo? Apa terjadi sesuatu?” tanya Onew yang begitu kaget.
Jiyoung terus memeluk Onew dengan erat. Dia terus menjelajahi hatinya, apa dia merasakan sesuatu. NAmun yang dirasakan Jiyoung hanyalah rasa aman, menyenangkan, dan begitu menenangkan hati, sama sekali tak berdebar. Setelah selesai menjelajahi hatinya sendiri, Jiyoung melepas pelukannya.
“ Mianhae oppa… Jeongmal mianhae…” kata JIyoung lalu pergi.
Onew yang tak mengerti apa maksud Jiyoung, menyusulnya hingga di depan rumah Minho.
Setelah menemukan Minho, Jiyoung langsung memeluknya. Memeluknya sangat erat. Namun belum sempat JIyoung menjelajahi hatinya, dia sudah bergetar hebat, kakinya lemas untuk berada dlam pelukan Minho. Jiyoung langsung sadar dimana sebenarnya hatinya berada. Dia sadar hatinya milik Minho.
“ Saranghae oppa! Saranghae….” Kata JIyoung sambil melepas pelukannya.
“ Jiyoung-ah! Michyeoso?” bentak Minho. “ Kau tau Onew hyung menyukaimu.” Minho tak mengetahui keberadaan Onew.
“ Oppa… tapi… aku sudah terlanjur mencintaimu…” kata Jiyoung.
“ Mianhae Jiyoung…” nada bicara Minho menurun. “ tidak semestinya kau memilihku. Kau harus memilih orang yang lebih baik dariku.” Minho meneteskan air matanya. Begitu juga Jiyoung.
Setelah Itu Minho masuk ke rumahnya dan menutup pintu di depan muka Jiyoung.
Onew bergesar mendobrak pintu Minho dan menariknya keluar. “Berani sekali kau abaikan gadis yang aku cintai begitu saja? Dia mencintaimu kau tau?”
“ Hyung?” Minho terperanjat.
“ Dia milikmu Minho… dia untukmu…” Onew berkata lirih. Meski begitu sakit, Onew menguatkan diri untuk mengatakannya demi kebahagiaan gadis yang dicintainya. “ Apa kalian tak sadar kalian serasi sekali?” Onew menangis dalam tawanya.
Onew menarik tangan JIyoung dan Minho untuk mendekatkan mereka. “ Kalian harus menjaga diri kalian selama aku pergi.” Onew berusaha tersenyum. “ Minho-ah! Jaga JIyoung untukku.”
“ Hyung?” Minho tak tega melihat Onew seperti itu.
“ Oppa?” JIyoung makin tersedu.
“ Aku peringatkan kalian! Jangan pernah memikirkan perasaanku! Bahagialah setiap saat! Selama tak ada aku yang selalu melerai kalian saat kalian bertengkar, jaga perasaan masing-masing. Jangan bertengkar di belakangku!” jelas Onew panjang lebar.
“ Oppa haruskah kau pergi?” tanya JIyoung.
“ Ne. Jaga selalu persahabatan kita! Meski harus ada cinta diantara kita seperti ini, jangan biarkan persahabatan kita selesai begitu saja! Aku menyayangi kalian…” Onew tersenyum berusaha menahan air matanya.
Jiyoung dan Minho tersenyum. Jiyoung kini sudah meneteskan air matanya. Onew tersenyum sekali lagi. Jiyoung dan Minho pun memeluk Onew.
“ Hyung kami akan selalu menunggumu pulang.” Kata Minho.
Onew tersenyum lalu pergi dengan meneteskan air matanya.
THE END
wihh daebakk #prokprok
BalasHapuswihh onew ksihan wehh #mewekk
keep writing ne, ada sdkit typo . hehhe fighting
wihh daebakk min.. #prok2
BalasHapuskeep writing ne... ksihan onew, tapi yg nmanya CINTA hahaha
persis wehh sama kisah cinta gua #kagakTanya
yaudin min, fighting
haha iya ini FF jaman dulu makanya rada aneh begini. thanks uda baca^^
Hapus