Halaman

Selasa, 30 Juli 2013

[FANFIC] Only Love (last part)

Mereka sudah sampai di pondok kecil yang Jieun sebut rumah yang berada di pinggiran kota dan sudah dekat dengan hutan. Dia bahkan tidak punya tetangga.

                Krystal membasuh luka di wajah Kai dengan hati-hati. “Apa sakit sekali?” tanyanya.
                Kai hanya tersenyum, dia merasa bersalah, karena Krystal jadi ikut dalam bahaya ini karenanya.
                “Kau tak perlu merasa bersalah padaku. Karena meskipun kau memberitahuku lebih awal, aku tak yakin akan reaksiku sendiri.” Kata Krystal seakan telah membaca pikiran Kai. Krystal menggenggam kuat tangan Kai.
                “Oppa.. neon jeongmal…” Jiyoung mehela nafas beratnya sambil terus mengobati luka di lengan Xiumin. “Bagaimana bisa aku tak tahu apa-apa seperti ini? Kau membuatku ingin menangis.” Kekanakan Jiyoung muncul lagi.
                “Ah.. uljima… mianhae Jiyoung-ah! Uljima…” kata Xiumin sambil mengusap kepala Jiyoung.
                Sulli dengan halus membalutkan perban di kaki Jongdae yang terluka, itu jelas membuat Jongdae berdebar tak karuan. Dia tak menyangka Sulli akan melakukan hal ini padanya. “Ah, kau tak perlu… aku bisa sendiri.”
                “Diamlah oppa. Ijinkan aku membantumu sekali saja.” Kata Sulli tegas. Dia tetap fokus ke luka Jongdae. Seketika Jongdae tidak berkutik.
                Setelah selesai memplaster luka di wajahnya, Kyungsoo membantu Chanyeol membersihkan lukanya.
                “Jadi apa yang akan kita lakukan setelah ini?” tanya Chanyeol.
                “Dimana Baekhyun hyung disaat begini ini?” tanya Kyungsoo.
                “Jiyeon juga dimana?” tanya Sulli.
                Jiyeon sedari tadi mengikuti Baekhyun yang mencari Jieun di kamarnya. Jiyeon berhenti di samping  pintu kamar Jieun mengamati apapun yang akan terjadi setelah ini.
                Jieun sudah selesai mengurus luka di kakinya saat Baekhyun masuk.
                “Jadi disini selama ini kau melanjutkan penelitian Appamu?” tanya Baekhyun setelah melihat betapa berantakannya kamar Jieun, penuh dengan data-data penting tentang makhluk sepertinya. Bahkan tertempel gambar tranformasi manusia menjadi seekor serigala di dindingnya.
                “Kau?” Jieun sedikit terkejut. Jieun lalu menyuntikkan obatnya di lengan kanannya. Baekhyun melihatnya dengan naas. “Kenapa kau menyelamatkanku tadi?” tanya Jieun setelah selesai dengan suntikkannya. Dia duduk di atas meja belajar, atau lebih tepatnya meja kerjanya selama ini. “Padahal aku bisa membereskannya sendiri. Aku tak selemah kelihatannya.”
                “Ya, aku tahu. Kau semakin kuat.” Baekhyun berjalan mendekati Jieun. “Kau sudah lebih kuat dari dua tahun lalu.” Baekhyun berdiri di hadapan Jieun, membuat Jieun heran bukan main.
                Lalu Baekhyun meraih lengan kanan Jieun dan melepas dekernya. Sekali lagi melihat bekas luka gigitan itu. Luka yang ia sendiri buat dua tahun lalu. “Mianhae.” Kata Baekhyun tiba-tiba. “Ini ulahku.”
                Jieun terkejut mendengarnya. Jawaban lain yang selama ini dia cari ternyata sudah ada di hadapannya tanpa ia sadari. Byun Baekhyun, manusia seigala yang menggigitnya dua tahun lalu dan menyebabkan hidupnya begitu sulit karena harus terus-menerus melawan perubahan dirinya menjadi serigala juga seperti Baekhyun. “Mwo?” Jieun seakan ditampar.
                Baekhyun tak berani memandang Jieun yang sekarang sudah mulai berkaca-kaca. Emosinya sudah mendobrak pintu persembunyiannya selama ini. Emosi Jieun sudah meluap hingga titik didih paling atas. “Mianhae.” Katanya lagi.
                “Kau?” tanya Jieun. “Jadi kau yang melakukannnya? Sejak kapan kau tahu aku gadis itu?”
                “Sejak aku melihat lukamu waktu itu. Sejak itu aku mengenalimu.” Jawab Baekhyun.
                Jieun menampar Baekhyun sekuat tenaganya, “Kenapa kau baru bilang sekarang?” Jieun benar-benar marah hingga air matanya menetes.“Tahukah kau bagaimana aku hidup selama ini? Aku harus menahan kesatikan itu dua tahun ini! Aku harus terus menyuntikkan obat memuakkan itu ke tubuhku sendiri! Karena kawananmu itu! Karena kalian semua aku jadi harus hidup sendirian seperti ini! Kau puas? Kau puas melihatku bersikap bodoh di sekolah agar aku tak terlihat? Aku sudah mengorbankan masa mudaku untuk mengurusi kalian para manusia serigala!” Jieun benar-benar menangis. “Kau benar-benar bodoh!” Jieun memukul pundak Baekhyun, terus memukulnya hingga ia kehabisan tenaga.
                Baekhyun meraih Jieun dalam pelukannya. Berusaha menenangkan hati gadis malang itu. “Mianhae…” kata Baekhyun. “Mianhae..”
                “Tahukah kau sudah berapa kali aku hampir menyerah dengan semua ini? Tahukah kau bagaimana aku melewati malam bulan purnama dua tahun ini? Itu sakit! Itu sangat sakit! Aku tak mau menjadi seperti kalian! Kenapa kau membuatku seperti ini? Kenapa kau tak membunuhku sekalian?”
                Baekhyun mempererat pelukannya. Mulutnya hanya bisa mengatakan hal yang sama, “Mianhae Jieun-ah.. mianhae…”
                Jiyeon tak kuat lagi melihat ini. Hatinya seakan sudah hancur lebur melihatnya. Sakit hatinya membuatnya gila. Sebelum pergi, Jiyeon merusak senajata Jieun yang disandarkan di dinding luar kamar Jieun tepat di samping Jiyeon berdiri sejak tadi.
***

                “Aku rasa mereka sudah menemukan kita. Aku sudah bisa mencium bau mereka. Sepertinya mereka akan sampai di sini tak lama lagi. Jadi apa kalian sudah siap?” tanya Xiumin.
                “Aku tak menyangka kita akan melakukan perang ini. Ini perang yang tak adil.” Kata Kyungsoo, terdengar jelas kegugupan di suaranya. “Kita jelas kalah jumlah.”
                “Sudah cukup kita terus mengindar. Ini saatnya kita melawan mereka. Menunjukkan pada mereka, kita bisa hidup dengan jalan yang lebih baik.” Kata Kai, tangan Krystal masih dalam genggamannya.
                “Kai, katakan padaku kau akan baik-baik saja.” Bisik Krystal.
                Kai mengangguk, “Kau juga harus berjanji akan baik-baik saja.” Kai melihat ke dalam mata Krystal.
                “Aku berjanji.” Kata Krystal mantap. Dia tak ingin kebahagiannya bersama Kai harus berakhir secepat ini.
                “Gomawo, karena kau tetap bersamaku meski tahu siapa aku sebenarnya.” Kata Kai lalu memeluk Krystal tanpa mempedulikan sekitarnya. Dia tidak ingin itu jadi pelukan terakhirnya.
                “Kalian sudah siap?” tanya Baekhyun yang baru bergabung dengan mereka. Sedangkan Jieun tak bersuara di sedang mengecek ke luar jendela.
                Xiumin membaca situasi aneh itu, dia bahkan sempat melihat mata Jieun yang memerah. “Apa yang baru kalian lakukan? Jieun? Kau menangis?”
                “Benarkah? Jieun kau menangis?” tanya Jiyoung.
                Jieun tak menjawabnya, “Aku yakin mereka sudah dekat. Kalian bersiaplah. Aku akan berusaha melindungi gadis-gadis ini, sisanya aku serahkan pada kalian.” Kata Jieun serius.
                “Mwo? Kau tak bisa melakukannya sendirian!” kata Baekhyun.
                “Kalian semua para manusia serigala harus berada di depan.” Kata Jieun tanpa menatap Baekhyun. Jiyeon tak suka melihat ini, benar-benar tak suka.
                “Dia benar Baek, kita bisa melindungi mereka dengan begitu.” Kata Kyungsoo.
                “Bagaimanapun caranya kita harus mencegah mereka mendekati gadis-gadis ini.” Kata Kai.
                Tiba-tiba terdengar bangunan roboh di bagian belakang. “Oh tidak mereka sudah benar-benar datang.” Kata Jongdae.
                “Mereka merusak dapurku.” Kata Jieun. “Lewat sini!” Jieun membuka pintu depan. Mereka segera berlari keluar.
                Dan dengan cepat serigala lain sudah datang, siap mengalahkan kelompok kecil ini. Kris yang mereka takutkan datang dengan orang lain di belakangnya. “Itu Sehun! Aku dengar dia semakin kuat sekarang.” Kata Jongdae.
                “Apa? Dia sudah jadi semacam wakil Kris?” tanya Xiumin.
                Di belakang dua lelaki yang masih berwujud manusia itu, serigala lainnya mengaung. Mereka siap menerima perintah dari Kris.
                Suho, Tao, Luhan dan Lay terlihat ada di bagian samping dalam wujud manusia mereka dengan luka dimana-mana. Mereka sudah berhasil menyelamatkan keempat orang itu dari ikatan rantai mereka di pohon sekolah.
                “Ini pertanyaan terakhir,” Kris mulai angkat bicara. Jieun mengumpulkan gadis-gadis itu di sekitarnya, siap mengajak mereka lari kapanpun. “Kalian tetap tak mau kembali?”
                “Ini juga jawaban terakhir kami.” Jawab Kai, “Kami takkan kembali sebelum kalian yang berubah pikiran.”
                “Kalau begitu kalian tahu sendiri, kami takkan berpikir sulit. Apapun yang menghalangi kawanan, harus dibersihkan.” Kata Kris tenang. Lalu dia memberi kode pada yang lain untuk mulai menyerang. Ya, menghabisi mereka.
                “Sekarang Jieun!” teriak Xiumin lalu seketika dia dan teman-temannya berubah menjadi serigala dan melawan serigala-serigala lain yang menyerang mereka.
                “Kajja!” kata Jieun pada Krystal dan yang lain. mereka berhasil melewati dua serigala yang menghadang mereka untuk berlari ke arah samping, tepatnya ke samping rumah Jieun. Ada sebuah gudang kecil disana, mereka segera bersembunyi.
                Krystal terduduk lemas di tempat gelap itu sekarang. Ia tak berani melihat ke luar jendela kecil dan menyaksikan pertarungan mengerikan itu seperti yang dilakukan Jieun sekarang. Krystal melihat teman-temannya, sama seperti dirinya pasti tak pernah membayangkan akan terlibat dalam situasi seperti ini selama hidupnya. Namun satu-satunya yang mendominasi otak dan perasaannya saat ini adalah kekhawatirannya. Kekhawatirannya akan kekalahan teman-teman serigalanya itu, bukan ia takut dirinya harus mati malam ini juga, tapi lebih tak segan melihat teman-temannya mati sementara dia selamat. Apalagi melihat Kai mati untuknya. Itu sama sekali tak bisa ia terima.
                Dengan takut ia akhirnya melihat keluar jendela, dan benar saja posisi teman-temannya sudah dalam keadaan yang tidak baik. Mereka jelas-jelas kalah jumlah. Krystal melihat Kai beberapa kali berubah menjadi manusia dan kembali ke wujud serigalanya, ia tampak benar-benar kesulitan.
                “Tak adakah yangbisa kita lakukan?” tanyanya pada Jieun.
                “Ne?” Jieun menoleh pada Krystal.
                “Aku tak bisa hanya melihat semua ini. Aku tak bisa tinggal diam disini. Ini bukan pilihan yang bagus.” Pandangan Krystal masih keluar jendela.
                “Tapi jika kita membuat pilihan yang salah, akan semakin membahayakan mereka. Kau sendiri tahu kita tak bisa melakukan apa-apa. Mereka terlalu kuat untuk kita.” Jelas Jieun.
                “Tapi apa kau buta? Mereka bisa mati kapan saja!” teriak Krystal.
                “Krystal..” kata Jiyoung, dia menahan tangisnya.
                “Krystal, Jieun benar. Tak ada yangbisa kita lakukan disini.” Tambah Sulli. Sedangkan Jieyon hanya diam saja sejak tadi.
                Jieun tersenyum, dia teringat saat dimana orang tuanya dibantai, “Aku tahu bagaimana perasaanmu sekarang. Tak bisa melakukan apa-apa sedangkan orang yang kau sayangi sedang berusaha melawan mautnya?” Jieun lalu berdiri dan melihat sekitar gudang itu, “Sepertinya aku pernah meninggalkan satu senjataku yang agak rusak disini.”
                “Jieun?” tanya Sulli tak percaya. Sedangkan Krystal mengangguk mantap mengerti maksud Jieun.
                Jieun menemukan sebuah senjata yang sama persis seperti miliknya lalu mengeceknya, “Ya ini masih berfungsi. Entah kau bisa menggunakannya atau tidak.” Jieun memberikannya pada Krystal, “Tapi jika datang saatnya kau harus menggunakan ini, bidik jantung mereka.” Jieun lalu memberikan beberapa anak panah miliknya, “Ada racun di ujung anak panah ini. Jika bidikkanmu tidak meleset aku yakin mereka akan langsung mati.”
                “Baiklah.” Krystal bahkan tidak percaya dia memgang senjata ini. Dia juga tak pernah membayangkan akan melakukan semua ini. Dia sama sekali tak punya kemampuan membidik, tapi dia tak peduli. Dia harus melakukan ini.
                “Kalian jangan lupa memakai parfum-parfum itu. Kalian bisa memakainya bergantian agar mereka semakin bingung. Jangan buat suara-suara aneh! Mengerti?” tanya Jieun pada Sulli, Jiyoung dan Jiyeon.
                Jieun dan Krystal diam-diam keluar dari gudang itu, “Kalau kau melakukannya diam-diam, itu lebih bermanfaat.” Kata Jieun pada Krystal lalu menyemprotkan parfum lain pada tubuh Krystal, “Beberapa di antara mereka mungkin sudah ada yang mengenali baumu.”
                “Jieun.” Krystal menatap Jieun. “Gomawo.”
                Jieun tersenyum singkat, “Pergilah kemanapun kau mau. Ingat kau harus selamat ok? Aku akan cari cara membantu Sulli dan yang lain pergi tanpa meninggalkan jejak.”
                Krystal mengendap di antara pepohonan, hingga dia menemukan Kai, sedang dalam kesulitan. Serigala Kai sedang bertarung dengan dua serigala lainnya. Krystal berusaha membidik salah satunya, tepat di jantungnya. Sebelum sempat Krystal menarik pelatuknya, serigala yang sedang ia bidik malah menyadari keberadaannya dan menyerangnya. Krystal terpental agak jauh ke belakang, untung saja senjata itu masih ditangannya. Jelas ini membuat Kai terkejut, ia segera menghampiri Krystal berusaha melindunginya hingga berhasil membuat Krystal bersembunyi lagi di balik pohon.
                Namun yang Krystal lihat adalah salah satu serigala tadi berhasil memojokkan Kai dan siap menapcapkan gigi-giginya di leher berbulu Kai. Dengan cepat Krystal membidikkan senjatanya tepat ke jantung serigala itu. Dia berharap ini tidak meleset. Sedetik kemudian pemandangan berubah, Krystal berhasil membuat serigala itu mati seketika, dia sendiri bahkan tidak percaya bisa melakukannya. Kai menoleh melihat Krystal, juga tak percaya.
                Seekor serigala lain yang terlihat lebih kuat tiba-tiba berusaha menyerang Krystal, namun degan cepat Kai menyerang serigala itu terlebih dahulu. Krystal seakan tak berani melihat itu karena terlihat jelas bahwa kai tidak lebih kuat. Beberapa menit kemudian kaai sudah terluka parah.
                “Kai...” bisik Krystal lemah. Dia tak tahu harus berbuat apa sekarang. Dia tahu Kai berusaha melindunginya. Usahanya melindungi Kai sama sekali tak bisa dibandingkan. Krystal membeku ditempatnya.
                Di tempat lain, Jieun berusaha membawa Jiyeon dan yang lain keluar dari gudangnya. Mereka sudah berhasil keluar dari tempat itu, namun Jieun kesulitan mencari cara agar gadis-gadis ini bisa lai dengan selamat tanpa dikejar.
                “Kita mau kemana?” bisik Jiyoung cukup keras agar teman-temaannya bisa mendengarnya di tengah keramaian perang serigala itu.
                “Sebaiknya kalian kembali ke kota.” Jawab Jieun sambil tetap waspada melihat keadaan.
                “Kalau begitu kenapa kalian bawa kami kesini? Tahu begitu kami bisa pulang ke rumah kami tadi.” Jawab Jiyeon putus asa. Dia yang sedari tadi diaam ahirnya bersuara. Semua orang yang mendengarnya bisa merasakan ketakutannya.
                “Tadi kita tak tahu keberadaan serigala-serigala yang lain. Kami takkan tega menyuruh kalian pulang ke rumah kalian masing-masing. Kalian bisa jadi target mereka.” Jelas Jieun.
                Tiba-tiba Baekhyun yang sudah menjadi wujud manusianya menghampiri gadis-gadis itu dengan wajah khawatirnya, “Apa yang kalian lakukan disini? Kenapa kaalian tak sembunyi?” tanyanya, saat ini pandangannya tertuju pada Jieun. Mereka semua lalu bersembunnyi di balik pepohonan agar setidaknya tak ada yang melihat.
                Jieun lalu menatap Baekhyun serius, “Aku takkan bisa membawa mereka pergi. Tidak mungkin bisa secepat jika kau yang melakukannya.”
                Baekhyun terbelalak saat mengerti maksud Jieun, “Mwo?”
                “Jieun?” tanya Jiyoung dan Sulli bersamaan.
                “Dengar!” Jieung mendekati Baekhyun, “Kau bisa membawa mereka semua di pungungmu. Setidaknya kau bisa berlari secepat mungkin untuk kembali ke kota. Bawa mereka ke tempat yang aman. Kau mengerti?”
                “Lalu kau Jieun?” tanya Jiyoung khawatir.
                “Aku akan berusaha bertahan disini.” Jieun memaksakan senyumnya, “Kalian sudah tahu kemampuan menembakku kan?” Jieun mengangkat senjatanya, “Aku akan berusaha membantu mereka disini. Jangn khawatir. Setidaknya aku pintar melarikan diri. Kalian mengerti. Cepat pergi!” Jieun beranjak pergi namun Baekhyun menahan lenganya.
                “Jieun?”
                “Sudah cepat oppa bawa mereka pergi.” Kata Jieun sambil melepas lengannya dari genggaman Baekhyun.
                Jieun sudah masuk ke dalam wilayah pertarungan itu. Sedangkan Baekhyun dengan berat hati mengubah wujudnya menjadi serigala dan mempersilahkan tiga gadis itu menaikkinya lalu berlari ke arah kota. Jiyeon terlihat gelisah sejak tadi.
                Serigala Baekhyun berlai sekuat tenaganya membawa gadis-gadis itu pergi. Jiyoung dan Sulli tak bisa berhenti berharaap semoga mereka yang masih bertarung bisa selamat sampai akhir, meski mereka tahu itu hal yang sulit.
                Mereka sudah hampir sampi kota saat tiba-tiba Jiyeon menjerit dan menarik bulu-bulu Baekhyun yang sedari tadi menjadi pegangannya, “Berhenti!!”
                Baekhyun seketika berhenti.
                “Oppa!” Jiyeon turun dari punggung Baekhyun. Jiyoung dan Sulli yang tak mengerti hanya mengikutinya, “Oppa dengar aku!” Jiyeon berusaha bicara pada serigala itu. Lalu dengaan cepaat Baekhyun kembali ke wujud manusianya.
                “Oppa! Kembalilah!” ratap Jiyeon, air matanya dengan mudah sudah mengalir deras saat ini, membuat temaan-temannya yang lain heran bukan main, “Kembalilah! Selamatkan Jieun. Aku.... aku....”
                “Wae Jiyeon-ah?” tanya Baekhyun sambil mengguncang tubuh Jiyeon, dia khawatir sesuatu terjadi tanpa sepengetahuannya.
                “Aku...Mianhae...” Jiyeon terus menangis, “Aku dibutakan rasa cemburuku melihatmu dengannya, aku.. aku merusak senjatanya.”
                Tiga orang didepannya terbelalak, “Mwo?”
                “Mian..” bisik Jiyeon. Dia benar-benar merasa bersalah. Dia takkan bisa meneruskann keegoisannya, melihat dirinya bisa selamat karena Baekhyun, sedangkan Jieun bisa mati kapan saja tanpa senjatanya setelah mengorbankan dirinya. Jiyeon tak bisa.
                Baekhyun membeku di tempatnya.
                “Oppa!” kata Sulli sambil menatap Baekhyun, “Kembalilah, kami akan baik-baik saja. Kota sudah dekat. Kami bisa bersembunyi dengan baik. Jangan khawatir. Kembalilah!”
                Baekhyun menatap Sulli. Dan Sulli mengangguk meyakinkannya.
                Dengan cepat Baekhyun menjadi serigala lagi dan berlari meninggalkan tiga gadis itu. Bayangan Jieun yang tengah berlumuran darah dan sekarat menghantuinya.
                Di tempat pertarungan, Jieun sedang berhadapan dengan serigala Tao yang siap menerkamnya. Jieun dengan sigap mengarahkan senjatanya ke arah Tao, menekan pelatuknya dan terkejut, karena ternyata senjatanya sama sekali tak berfungsi. Jieun membeku ditempatnya, yang memenuhi pikirannya saat ini adalah adegan kematiannya yang mungkin akan segera terjadi setelah ini.
                Tao berhasil membuat Jieun menjatuhkan senjatanya dengan dorongannya dan sedetik kemudian Tao menghantam tubuh Jieun dengan tubuh serigalanya sendiri hingga Jieun terpental hebat ke dinding kayu rumahnya. Dan adegan yang cepat itu sudah terlihat oleh Baekhyun. Ia segera menghampiri tubuh Jieun dan berubah menjadi wujud manusianya sambil segera meraih tubuh Jieun di tangannya. Gadis itu tak bersuara, seakan nafasnya sudah tak ada. Jieun tak sadarkan diri, luka-luka menghiasi tubuhnya, namun Baekhyun masih bisa merasakan detak jantungnya yang lemah. Tubuh Baekhyun memanas, ia terbakar amarahnya sendiri, melihat keadaan Jieun yang seperti itu. Dia menoleh ke belakang, mencari sosok Tao dan langsung menyerangnya.
                “Kai!!” jerit Krystal. Sekali lagi Krystal melihat Kai tergigit salah satu musuh mereka yang bernama Sehun itu karena melindunginya. Kai tergeletak lemas di tanah dengan wujud manusianya. Darah dimana-mana.
                Krystal menangis hebat, dia bahkan semakin tertekan dengan keadaan sekitar yang mengerikan. Teman-temannya benar-benar terlihat tak mampu lagi bertarung, mereka terlihat kalah telak, hanya Baekhyun saat ini yang terlihat begitu marah melawan Tao. Krystal takut semua ituu tak bertahan lama. Dia takut teman-temannya ini kalah, dan semua tak berakhir seperti yang diinginkannya, meski sejak awal dia sudah tahu, sangat sulit untuk memenangkan pertarungan tak seimbang ini.
                Krystal berlari menghampiri Kai namun Kai lebih cepat berlari dan berhambur ke tubuh Krystal hingga mereka tersungkur ke tanah bersama, Kai merelakan tubuhnya sendiri untuk terkena cakaran Sehun yang tadinnya diarahkan untuk Krystal.
                Kai semakin melemah. Krystal memeluknya, tak peduli lagi darah Kai mengotorinya, dia tak peduli lagi. Luka-luka dia pungguh Kai terlalu sulit untuk diabaikan.
                Sehun meraung, saat ini ia sudah merobohkan sebuah pohon dan siap menghantamkannya ke mereka berdua.
                “Andwe! Jebal!” teriak Krystal.
                Kai yang sudah sangat lemah masih berusaha berdiri dan menghalangi tubuh Krystal dari segala bahaya yang akan menghampirinya itu. “Kai?” Krystal tak sanggup lagi melihatnya.
                Kris kembali ke bentuk manusianya, dia menghampiri Kai dan Krystal. “Sudah seperti ini kalian masih tetap dengan pendirian kalian?”
                “Andwe!” teriak Krystal, dengan berani dia menghampiri Kris, “Aku mohon, jangan seperti ini. Aku mohon maafkan mereka. Aku mohon biarkan mereka memilih jalan mereka sendiri. Apa yang mereka pilih sama sekali tidak salah. Mereka hanya tidak ingin hidup dengan membunuh. Apa itu hal yang buruk? Apa kalian memang harus hidup dengan membunuh? Jika itu semua karena dendam kalian terhadap manusia yang memburu kalian, lalu bagaimana dengan orang-orang yang tidak melakukannyaa? Bagaimana dengan orang-orang yang malah berteman baik dengan kalian? Seperti aku dan teman-temanku? Kalian malah membunuh keluarga yang berusaha membantu kalian. Dengar, semua inni, semua pembunuhan ini, manusia juga dendam terhadap kalian yang membunuh keluarga mereka. Kita semua sama saja. Kita makhluk berbeda jenis yang punya otak dan hati yang sama saja. Hanya itu.” Jelas Krystal panjang lebar. Pertarungan tiba-tiba terhenti sejenak, semua perhatian tertuju pada Krystal yang sedang bicara di hadapan Kris dengan beraninya. “Kalau kalian tidak suka, kenapa takk kalia gigit saja semua manusia dan menjadikan kami sejenis dengan kalian? Kenapa tak kau gigit aku dan teman-temanku supaya menjadi sepertimu? Kenapa? Dengan pertarungan seperti ini kalian hanya menghabiskan spesies kalian sendiri dan tentunya kalian bisa kehilangan teman kalian sendiri. Bukankah manusia serigala masih punya hati?”
                Kris tak berkata apa-apa. Dia benar-benar heran dengan orang-orang ini dn sekelompok teman-temannya yang berusaha hidup dengan cara lain. Mengapa mereka harus bersuah payah melakukan ini semua hanya untuk hidup seperti manusia normal?
                Kris melirik Kai, Kai yang keadaannya tak bisa ddigambarkan lagi saat ini, dia sekarat. Mungkin sedikit lagi Kai bisa mati. Namun kenapa Kai melakukannya? Untuk melindungi gadis ini? Mengorbankan nyawanya hanya demi gadis ini? Kris tak habis pikir.
                “Apa kau mengerti?” tanya Krystal. “Apa kau perlu bukti bahwa kami sungguh-sungguh memilih jalan yang benar? Apa aku harus membuatmu benar-benar menggigitku untuk menjadi seperti kalian juga?”
                Kris tersenyum tipis, “Kau yakin dengan perkataanmu saat ini?”
                “Aku yakin. Aku tak keberatan menjadi seperti kalian.”
                “Jadi kau mau aku menggigitmu?”
                “Dengan satu syarat,” Krystal menguatkan hatinya, “Kalian akan membiarkan Kai dan yang lain hidup sesuai dengan pilihan mereka.”
                “Kenapa? Kenapa kau mau melakukan ini semua demi Kai dan yang lain?” tanya Kris.
                “Karena kami teman. Karena Aku mencintainya”
                Pikiran Kris melayang dimana dia diberi informasi bahwa seorang ilmuan sudah berhasil menemukan sesuatu yang bisa membuat para manusia serigala mengontrol perubahan dan insting binatang mereka yang buas. Kris mendengarnya, jawabannya adalah cinta. Cinta, hal paling Konyol yang menurut Krisa terlalu lemah untuk semua itu. Dia tak percaya dengan jawaban itu dan dia menganggap manusia hanya berusaha mencari jalan selamat dengan pemikiran-pemikiran yang konyol. Namun saat ini Kris melihatnya sendiri. Bagaimana Kai dan teman-temannya bisa mengontrol diri mereka karena gadis-gadis itu. Dan melihat betapa kuatnya cinta di hadapannya saat ini, yang membuat manusia tidak lagi takut mati, demi orang-orang yang mereka cintai.
                Sehun sudah kembali ke wujud manusianya dan menatap heran pada Kris, “Jadi Kris?”
                Kris hanya menyeringai.
*****
                Kai berjalan dengan agak susah dengan kruknya, ia menghampiri Krystal di depan gerbang sekolahnya dengan senyum manisnya, menyambut kedatangan Kai.
                “Kau sudah sampai?” Krystal tersenyum tenang. Dia menyusul Kai yang masih beberapa langkah di belakangnya lalu bersama memasuki halaman sekolah. “Kau yakin aku tak perlu menjemputmu setiap pagi ke rumahmu dan yang lain?”
                “Ani. Gwenchana.” Jawab tersenyum.
                Sekolah masih sepi karena ini masih terlalu pagi, tapi memang itu yang mereka rencanakan.
                “Mereka mana? Kenapa belum datang?” tanya Krystal sambil melihat jam tangannya.
                “Itu mereka.” Kai menolah ke belakang.
                Chanyeol membantu Jongdae yang masih jalan terpincang, sedangkan Sulli terus memperhatikan langkah Jongdae dari belakang, seakan takut Jongdae akan mematahkan tulangnya sewaktu-waktu. Jiyoung berjalan di samping Xiumin yang sudah lebih sehat dari sebelumnya. Jiyeon berjalan di samping mereka.
                “Kau sudah sehat Kai? Sebenarnya kau bisa istirahat lebih lama lagi.” Kata Xiumin setelah melihat Kai di hadapannya.
                “Ne, Kai kenapa kau memaksakan diri masuk sekolah hari ini?” tanya Chen.
                “Kau yakin kau sudah mahir menggunakan kruk itu?” tanya Chanyeol.
                Kai tersenyum, “Tentu saja. Dia sudah dengan sabar mengajariku menggunakannya.” Kai melirik Krystal di sampingnya.
                Lalu terlihat Baekhyun memasuk gerbang sekolah dengan Jieun disampingnya. Lengan kiri Jieun dibalut dan digantungkan di pundaknya karena retakan di tulang lengan bagian bawahnya. Baekhyun lalu dengan cepat mengambil tas sekolah Jieun dan membawakannya lalu berjalan mendahului Jieun. Yang lain termasuk Jieun tersenyum heran melihat adegan itu.
                “Oppa kau sebaiknya berhenti bergerak. Cepaatlah duduk di kelasmu dan jangan berjalan kemana-mana. Kau bisa suruh aku membelikanmu makan siang.” Kata Sulli akhirnya.
                “Ne?” tanya Chen tak percaya. “Apa kau mengkhawatirkanku? Sulli! Jangan buat aku makin menyukaimu jebal!”
                “Baiklah. Tak masalah.” Kata Sulli, membuat yang lain heran, “Kau tak perlu berhenti.”
                “Berhenti?” tanya Chen.
                “Berhenti menyukaiku. Mungkin tak lama lagi aku bisa luluh?”
                Chen terkejut mendengarnya, “S...Sulli?”
                Chanyeol berdeham keras lalu meninggalkan mereka berdua.
                “Jadi oppa? Kita sudah disekolah sekarang. Kau bilang mau bilang sesuatu padaku?” tanya Jiyoung pada Xiumin. “Apa tentang perasaanmu?” Xiumin seketika tercekat, dan yang lain menertawakannya.
                “Sudahlah, cepat katakan saja. Sudah selama ini kita kenal dekat, apa sulit mengatakan kau menyukaiku?” tanya Jiyoung tanpa beban sedikitpun.
                “Jiyoung...?” Xiumin tak tahu harus berkata apa.
                “Ah.. cepatlah!” kata Jiyoung.
                “S...s..saranghae.” bisik Xiumin.
                “Haruskah seperti itu? Aku bahkan tak bisa mendengarnya dengan jelas.” Jiyoung menekuk wajahnya.
                “Saranghae!” Xiumin berkata lebih keras, membuat yang lain tertawa lebih keras.
                “Jieun..” Jiyeon menghampiri Jieun yang sedang berusaha merebut kembali tasnya dari tangan Baekhyun.
                “Ne?” Jieun lalu mengalihkan perhatiannya dari tasnya di tangan Baekhyun ke Jiyeon.
                “Mianhae..” kata Jiyeon sungguh-sungguh. “Karena aku, karena kebodohan dan kecemburuanku, kau terluka separah ini.”
                Jieun yang merasa kikuk hanya tersenyum, tak sebodoh senyumnya yang biasanya, namun cukup membuat orang yang melihatnya tertawa, “Gwenchana. Aku sudah terbiasa seperti ini. Jangan khawatir Jiyeon-ah.”
                Jiyeon tersenyum menerima kebaikkan Jieun, “Sekarang aku tidak seperti itu lagi. Aku bisa merelakan Baekhyun oppa kalau itu untukmu, gadis yang berhasil membuatnya mengontrol perubahannya.”
                “Ah? Ani... kau tak perlu berpikiran seperti itu.” Jieun melirik Baekhyun, “Orang ini tidak menyukaiku. Ya dia tak menyukaiku.”
                “Ya, kau kenapa? Aku menyukaimu.” Kata Baekhyun seketika.
                “NE?” Jieun terbelalak mendengarnya, dia menatap Baekhyun dengan mata bulatnya. Dia tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
                “Kau kira kenapa dia marah melihat kau diserang oleh Tao malam itu?” tanya Chanyeol.
                “Kau ini cerdik tapi bodoh ya?” celetuk Chen lalu menerima pukulan pelan dari Sulli.
                Jiyeon tersenyum melihat mereka.
                “Ow... Sudah dua minggu kita tak kesini? Apa kita akan jadi anak terbodoh di sekolah setelah ini? Sudah berapa banyak perlajaran dan tugas yang kita tinggalkan?” gerutu Xiumin.
                “Kalian tak perlu khawatir. Aku sudah punya jalan keluarnya.” Suara Kyungsoo tiba-tiba terdengar. Ia datang dengan dipapah seorang gadis yang belum mereka kenal, tetapi gadis itu juga menggunakan seragam seperti milik mereka.
                “Kyungsoo?” tanya Chen.           
                “Eunji sudah menyiapkan catatan untuk kita. Dia bahkan sudah menyalin catatan dari kelas senior. Dia juga sudah mencatat tugas-tugas yang kita tinggalkan.” Jelas Kyungsoo, sekarang dia sudah sampai di dekat Baekhyun dan  Jieun berdiri.
                Semua temannya hanya menatapnya penuh tanya.
                Kyungsoo tersenyum, “Ini Jung Eunji, dia seangkatan denganku tapi dari kelas lain. Dia temanku sejak taman kanak-kanak.”
                “Anyeong haseyo!” Eunji menyapa dengan ramah, senyum terkembang di wajahnya. “Kalian bisa memanggilku Eunji.”
                “Jangan bilang dia alasanmu bisa mengontrol perubahanmu selama ini?” tanya Chanyeol.
                Kyungsoo hanya tersenyum, “Kalian pikir aku ini apa? Suka lelaki?”
                “Sejak awal aku sudah curiga bagaimana bisa kau dengan lancar mengotrolnya, aku pikir bagaimana bisa konsentrasimu setinggi itu.” Kata Chen.
                “Ternyata kau sama saja, tak membuat pengecualian.” Kata Baekhyun.
                “Kenapa kau menyembunyikannya selama ini?” tanya Xiumin.
                “Ani, aku hanya tak sempat mengenalkannya pada kalian.” Kyungsoo berusaha membela diri. Namun teman-temannya yang lain merasa diihianati, mereka berpura-pura menyerang Kyungsoo yang sudah menyimpan rahasia di antara mereka. Mereka ternggelam dalam tawa mereka.
                Kai yang tak bisa ikut bersenang-senang saat ini sedang menatap Krystal tak tertawa lepas melihat mereka, “Jadi?”
                Krystal menatap Kai.
                “Sang gadis pahlawan yang berhasil mendamaikan kami, Kris tidak jadi menggigitmu kan malam itu?” tanya Kai.
                Krystal tersenyum, “Apa kau tak bisa mencari tahunya sendiri?”
                “Mwo?”
                Krystal masih tersenyum lalu berjalan menuju kelasnya terlebih dahulu, membuat Kai berusaha mengejarnya. “Ya! Jawab aku!”
                Krystal tersenyum, kilatan merah terlihat dimatanya.
THE END

11 komentar:

  1. selesai juga akhirnya baca sampe last part >< walau gak terlalu suka jiyeon tapi agak sedih juga kalo jadi jiyeon :" padahal udah last part. tapi kok nge gantung gitu sih?? itu akhirnya krystal jadi digigit sama kris yak? kok matanya jadi merah gitu ._________.a *mati penasaran*

    BalasHapus
  2. haha makasih udah setia sampe part akhir XD kalo masalh endingnya sih emang sengaja aku buat begitu, jadi terserah reader imajinasinya kayak gimana hehe Lebih suka jiyoung ya? aku sih sebenernya juga rada sulit bikin cast utama Krystal. aslinya sih bikin ini ff ide utamanya malah couple Jieun Baekhyun. tp gegara temen banyak yg suka kaistal, jadi aku putusin mereka aja cast utamanya hehe.. skali lagi makasih bgt udah baca n komen ya ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama samaa... iya doh ampe gabisa tidur pas abis baca ff ini >< aku juga rada mikir kok kayaknya lebih menjurus konfliknya ke jieun-baekhyun, tapi kok pairing utamanya kaistal '-'a oiya bikin ff jiyoung lagi doong :(( jiyoung-kai bisa kali(?) lagi nge shipper mereka, padahal aku juga gatau nge shiper mereka datengnya darimana, moment mereka juga gapernah sama sekali '_'a *doh curhat* oke sekali lagi sama samaaaa '3')/

      Hapus
    2. ya ditunggu aja ff Jiyoung yg lain ya XD maklum ini mood lagi sama Baekhyun/Jieun n malah ketambahan Eunji hehe... skali lg thanks^^

      Hapus
  3. jah kenapa pairing utamanya harus di ganti kaistal bkan nya BaekU?

    kpan2 bkin ff IUxEXO donk thor
    ok hehe
    #maksa

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha ngerasa lebih cocok aja kalo kaistal yg jadi pairing utamanya XD

      IUxEXO ya? aku pikir2 lagi deh. makasih uda baca^^

      Hapus
  4. KaiStal shipper weehh!! Makasih ya author udh bikin KaiStal jadi main couple haha. Love it >< suka sm jalan cerita dan lebih-lebih konflik + karakter KaiStalnya! Keep wriring author! Xoxo

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya sama2... sebenernya awalnya juga sulit bikin kaistal hehe tp seiring berjalannya cerita akhirnya jadi deh tuh fanfic. ^^
      makasih uda baca ya ^^

      Hapus
  5. i am lovin it hahahaaa
    kaistal tuh cocok buat crita kayak gini ga terlalu cheese hahaaa
    thaks author

    BalasHapus
  6. yaaaa sukkkaaaaa kaistal
    mreka kataku cocok buat crita kayak gini ...<3
    thanks for writting this story

    BalasHapus