Halaman

Selasa, 16 Juli 2013

[FANFIC] Only Love (part 1)


Cast:
Jung Krystal
Kim Jongin
Lee Jieun
Byun Baekhyun
Kang Jiyoung
Xiumin                             
Kim Jongdae
Park Jiyeon
Park Chanyeol
Choi Sulli
Do Kyungsoo
Bae Suzy

Sejak ditemukan jasad korban manusia serigala, sejak saat itu juga ancaman makhluk setengah manusia itu membuat orang-orang yang mengetahuinya tak bisa tenang. Namun tak semua orang mengetahui hal ini, hanya beberapa kalangan dan tentunya para peneliti yang meneliti mereka yang tahu betul tentang mereka. Hingga saat ini, hingga para peneliti pun sudah terpecah belah dan tidak pada satu tujuan, acaman manusia-manusia serigala itu makin membahayakan nyawa manusia.


“Aku yakin mereka akan menemukan kita disini kali ini.” Kata seorang pria paruh baya sambil tetap fokus pada komputernya. Dia sibuk mencari sesuatu.
                “Benarkah? Tempat ini sudah yang paling tersembunyi.” Kata pria yang lebih muda, adiknya.
                “Kau lupa mereka bisa mencium setajam apa?” tanya lelaki itu. “ Ini bulan purnama, kau sudah melakukan semuanya yang kuperintahkan?”
                “Sudah. Aku yakin aku sudah melakukannya. Aku tidak yakin mereka bisa datang kesini dan menemukan kita.” Kata pria muda itu lagi.
                “Yeobo, ini sudah malam, sampai kapan kau akan melanjutkan penelitianmu itu?” tanya istri pria paruh baya tadi yang datang bersama putrinya yang terlihat sedikit ketakutan itu.
                “Tidak bisa, aku sudah menemukannya, aku hanya perlu mencocokkannya.” Jawab suaminya.
                “Samchon, bisa kau bantu Appa agar semua cepat selesai?” tanya gadis itu.
                “Sebaiknya kau istirahat Hyung, biar aku yang meneruskannya.” Adik Ayah gadis tadi mencoba berbaik hati.
                “Ani..” perkataan ayah gadis itu terpotong oleh suara longlongan binatang yang terdengar dari jauh itu. Suasana mendadak mencekam.
                Gadis itu ingin ini semua hanya mimpi buruk lainnya namun ini kenyataan yang terjadi, dia terbelalak, begitu juga dengan yang lain. Mereka tahu mereka dalam keadaan bahaya, benar-benar bahaya.
“Mereka menemukan kita.”  Gadis itu  mendengar dengan jelas bisikan ayahnya. Dia takut itu terakhir kalinya ia akan mendengarnya. “Tak ada waktu lagi. Yeobo bawa dia ke ruang bawah tanah. Rumah  ini takkan kuat menahan serangan mereka. Jangan lupa pakai parfum-parfum itu untuk mengecoh mereka.”
“Appa?” gadis itu ingin menangis sekarang.
“Kuatkan dirimu, ingat semua yang sudah Appa katakana padamu, kau pasti bisa melalui ini. Kita pasti akan selamat, kau hanya perlu yakinkan itu.” Ayahnya berusaha kuat menjelaskannya, “Sekarang pergilah bersama Eommamu.”
“Yeobo.” Ibu gadis itu menggenggam tangan suaminya kuat-kuat lalu saling mengangguk. Anak dan Ibu itu pun pergi.
“Hyung sepertinya mereka semakin dekat.”
“Baiklah.”  Pria itu mengambil sebuah senjata  yang terlihat seperti tembak yang punya anak panah di ujungnya dan mengambil satu lagi untuk adiknya.
Mereka keluar rumah itu, suara gemuruh banyak kaki yang sedang berlari menuju mereka semakin mendekat, jumlah mereka pasti banyak. Dua orang ini sedang berusaha menantang mautnya, atau bahkan hanya sedikit memperlambat maut mereka.
Terlihat  empat ekor serigala datang dengan mata merah mereka siap menerkam mereka, mengangung menunjukkan taring-taring mereka yang siap merobek daging-daging manusia yang ada di hadapan mereka itu.
“Hyung!” adiknya memberi semangatnya. Mereka saling menatap, mencoba saling menguatkan meski tahu mereka sendiri sedang dalam titik penghabisan mereka.
Seekor serigala terlihat memberi kode pada yang lain untuk segera menyerang. Perang tak seimbang itu pun tak terelakkan. Dua manusia itu berusaha sekuat tenaga melindungi diri dan keluarga mereka. Serigala itu jelas menang telak hingga mereka berusaha mencapai rumah itu, namun sang ayah masih tetap berusaha dalam keadaannya.
Seekor serigala berhasil mencapai rumah merusak pintu dan dindingnya. Pria paruh baya itu menembak punggung serigala itu, namun serigala lain berhasil minggigit sebelah kakinya. Ia jelas berteriak keras akan kesakitan itu.
Hal itu membuat gadis tadi keluar dari persembunyiannya dan berteriak memanggil ayahnya, dia tahu ayahnya sedang tidak dalam keadaan aman lagi. Jauh dari aman. Ibunya mengikutinya dari belakang berusaha mencegahnya. Mereka sedang menangis sedang, tangis-tangis itu tak tertahankan lagi. “Appa!!!”
Namun serigala yang tertembak tadi malah menyerang si ibu.
“Eomma!!!” Gadis itu seakan ingin mati sekarang juga.
“Pergi! Lari dari sini! Cepat! Kau harus selamat! Kau harus meneruskan semuanya!” teriak pria itu pada putrinya. Dia melihat putrinya dengan sangat berat hati pergi kea rah lain, berlari sekuat tenaganya. Namun serigala yang tadi menyerangnya menyuruh seekor serigala lain mengejar putrinya.
Dia hanya bisa berdoa, agar putrinya selamat, karena tak ada lagi yang bisa diharapkannya. Adiknya sudah tak bersuara sejak tadi setelah istrinya meninggal. Dia hanya bisa berdoa.
*****


Krystal  tak mengira hidupnya akan benar-benar berubah setelah ini. Hidup sebagai seorang pelajarnya akan terlewati dengan jalan yang benar-benar berbeda dari yang lainya. Dan dia takkan pernah bisa membayangkan hal ini sebelumnya. Ini di luar perkiraannya, dari semua yang bisa ia bayangkan, ini melebihi alam kesadarannya.
                Krystal melangkah masuk ke kelas barunya, kelas yang mulai sekarang akan dia tempat untuk menuntut ilmu beberapa waktu kedepan hingga di lulus dari sekolah itu. Sekolah paling baik di kota kecil yang baru ia tinggal lima hari itu. Dia sudah mengira kehidupannya yang baru ini akan sangat membosankan mengingat ia sekarang tinggal di kota yang benar-benar kalah kecil dari kota yang sebelumnya ia tinggali.
                Krystal melihat teman-teman baru di hadapannya setelah seorang guru yang mengantarnya memperkenalkannya secara singkat. Terlihat beberapa gadis yang mulai bergosip tentangnya duduk di bagian depan kiri kelas. Sebagian besar laki-laki yang ia lihat sedang tersenyum senang melihatnya, Krystal hanya tak habis pikir, apa mereka sedang berpikir melihat alien yang baru turun dari pesawatnya? Di kursi paling pojok belakang sebelah kanannya ia bisa melihat seorang gadis berpenampilan tak terurus sedang dengan terang-terangan tidur. Gadis itu hanya melihat krystal sekilas lalu kembali tidur, Krystal ingin tahu sebenarnya sejelek apa sekolah ini, pasti sekolahnya yang dulu tak bisa menandinginya.
                “Anyeong haseyo! Jung Krystal imnida. Kalian bisa panggil aku Krystal, aku datang dari Los Angels. Mohon bimbingannya.” Krystal tersenyum lalu membungkukkan badannya.
                Yang terpikirkan Krystal hanyalah, entah apa yang akan terjadi pada hidupnya setelah ini. Ini mungkin akan jadi hidup paling membosankannya.
***

                “Boleh aku duduk disini?” tanya Krystal sambil membawa bekalnya setelah menghampiri gadis tukang tidur di kelasnya yang sedang makan di salah satu meja kantin itu.
                Gadis yang sedang sibuk mengunyah makanannya itu menoleh terkejut pada Krystal dengan mulutnya yang penuh, “Ne?”
                “Bisa aku duduk di sini?” tanya Krystal lagi.
                Gadis itu langsung mengangguk, “Ah, ten..tu.” gadis itu berusaha mengunyah makanannya lebih cepat.
                Krystal tersenyum kecut lalu duduk dan mulai membuka bekalnya.
                “Kau sudah tahu namaku Krystal, namamu?” tanya Krystal, bermaksud ingin mengenalnya. Ia sama sekali tak keberatan dengan keanehan gadis ini. Dilihat dari, dia yang duduk sendirian di sini, sedangkan yang lain sedang menikmati makanannya sambil mengobrol dengan teman-temannya, sepertinya gadis ini tak punya teman.
                “Ah, Jieun. Lee Jieun.” Katanya singkat, lalu kembali pada makannya lagi, seperti tak menganggap Krystal ada.
                “Ah, begitu.” Balas Krystal, dia juga mulai menyantap bekal makan siangnya.
                “Kau makan santai saja. Aku sudah selesai.” Kata Jieun lalu mulai merapikan kotak bekalnya.
                “Aku tidak keberatan kau di sini selama apapun.” Kata Krystal, seakan dia menahan tawanya melihat tingkah gadis ini.
                Jieun lalu tesenyum, lebih terlihat seperti cengiran bodoh, “Jinjayo? Itu keren. Tapi tenanglah, sebentar lagi kau pasti punya banyak teman jika dilihat dari wajah dan penampilan cantikmu, jadi kau tak perlu sembarangan mencari teman.” Lalu dia pergi begitu saja.
                Saat itu juga empat gadis yang sekelas dengan Krystal, gadis yang terlihat sedang menggosipkannya tadi, menghampirinya dan duduk bersamanya. Mereka melihat Krystal dengan heran yang mau semeja dengan Lee Jieun.
                “Apa ada yang salah?” tanya Krystal.
                “Ani, kau baik sekali mau semeja dengannya.” Jawab gadis yang Krystal ketahui bernama Jiyeon.
                “Wae?” tanya Krystal lagi.
                “Dia hanya terkenal sedikit aneh.” Tambah Suzy.
                “Bisa dilihat dari penampilannya kan?” Jiyoung menahan tawanya.
                Itu memang terlihat jelas, dari rambutnya yang di ikat sembarangan dan memberikan efek berantakan. Apalagi dengan deker hitam panjangnya yang mencolok di tangan kanannya, apalagi dipadukan dengan seragam musim panas ini. Ya mungkin dia memang punya gaya sendiri, tapi itu terlalu aneh.
                “Tapi dia baik-baik saja. Kalian jangan berlebihan.” Kata Sulli dengan halusnya.
                Krystal hanya tersenyum mendengar semua itu. Tiba-tiba ia hampir menjatuhkan semua bekalnya saat seorang lelaki tak sengaja menyenggol lengannya. Lelaki itu lalu berbalik dan meminta maaf pada Krystal. Lelaki yang duduk dua bangku di samping kirinya, ya Krystal mengenalinya sebagai teman sekelasnya. Lelaki itu tersenyum dengan rasa bersalahnya lalu segera mengikuti temannya, yang duduk di bangku di samping kirinya di kelas.
                “Dia Kai, namanya Kim Jongin tapi dia lebih sering dipanggil Kai.” Jelas Suzy setelah melihat Krystal yang terus melihat ke arah Kai.
                “Apa kau sudah mulai suka padanya? Di hari pertamamu?” tanya Jiyeon.
                “Ne?” Krystal tertawa pahit tak habis pikir, “Bagaimana bisa?”
                “Gwenchana. Itu tidak dilarang.” Kata Jiyeon lagi, yang terpenting kau tak bisa menyukai yang satu itu.” Dia menunjuk lelaki yang sedang berbincang dengan beberapa temannya di meja kantin lan yang agak jauh. “Dia milikku.”
                “Tapi sampai saat ini belum.” Kata Jiyoung, lalu menerima tatapan mematikan dari Jiyeon.
                “Dia itu Byun Baekhyun oppa, sunbae kita. Dia terkenal disini. Banyak yang menyukainya.” Jelas Suzy.
                “Begitu ya?” kata Krystal sambil lalu. Jujur saja dia memang hanya tertarik dengan lelaki bernama Kai itu, sejak ia memperkenalkan dirinya di kelas barunya. Tatapan mata itu, senyum itu, menancap manis di otak Krystal, dan sedang melakukan perjalanannya ke hati Krystal.
                “Oh iya! Juga jangan ambil  juga Xiumin oppaku ok?” kata Jiyoung semangat.
                “Kalau yang itu sudah sangat dekat sejak SMP.” Jelas Suzy. “Tapi belum jadian, sampai sekarang.”
                “Sudah kubilang dia itu oppaku, jadi dia Cuma oppaku ok?” kata Jiyoung dengan gaya kekanakannya.
                “Bisakah kita berhenti membicarakan lelaki? Kita fokuskan dulu otak kita pada makanan kita. Ok?” kata Sulli akhirnya. Mereka semua hanya tertawa pada Sulli, yang mereka anggap selalu merusak suasana.
***
                “Aku ke kelas dulu.” Kata Krystal pada Sulli. Sejauh ini teman yang cukup membuatnya nyaman masih gadis ini, si kutu buku yang pintar dalam berbagai mata perlajaran. “Tak apa?” jujur saja Krystal tak bisa berkonsentrasi membaca buku di perpustakaan ini. Bukan karena suasana atau orang-orang di dalamnya, tapi karena dirinya sendiri. Otaknya tak bisa berhenti memikirkan Kim Jongin teman sekelasnya itu, jadi bukankah lebih baik ia segera kembali ke eklasnya dan melihat lelaki itu secara langsung?
                “Ya.” Sulli tersenyum, “Aku masih mau disini.” Krystal pun pergi meninggalkan Sulli di perpustakaan, tempat favorit Sulli menghabiskan waktunya di sekolah selain bersama dengan teman-temannya.
                “Jadi?” tak lama kemudian seseorang menghampiri Sulli dengan senyumnya yang biasa.
                “Oppa?” Sulli sedikit terkejut, juga seperti biasa. “Harus ku bilang berapa kali agar kau tak menggangguku saat aku sedang membaca disini?”
                Lelaki itu tersenyum mengetahui kesalahannya, “Tapi aku tak bisa, tak melihatmu sejam saja.”
                “Jongdae oppa!” Sulli menutup bukunya, “Juga sudah berapa kali aku bilang? Berhentilah mengatakan hal-hal itu. Semua orang yang mendengarnya bisa salah paham.”
                “Salah paham?” Jongdae mendekatkan kursi yang ia duduki ke kursi Sulli. “Aku bahkan tak berpikir sampai sejauh itu. Salah paham seperti apa yang kau pikirkan?” Jongdae menahan tawanya, dengan sengaja menggoda gadis yang disukainya itu.
                Sulli mulai salah tingkah, “Mereka bisa mengira kita sepasang kekasih.”
                Jongdae tertawa puas, “Begitu? Itu yang kau pikirkan? Entah mengapa mendengarnya saja aku sudah sangat senang.”
                “Oppa geumanhae! Jangan berisik di perpustakaan!” kata Sulli sambil melihat situasi, takut jika penjaga perpustakaan datang dan memarahinya.
                “Kalau begitu kita buat saja salah paham mereka jadi sungguhan.”
                “Andweyo!”
                “Wae?”
                “Aku tidak menyukaimu.” Kata Sulli singkat lalu kembali ke bukunya dan berusaha keras tak menghiraukan gangguan di sekitarnya.
                “Begitukah?” Jongdae berpura terlihat sedih. “Baiklah aku akan pergi.” Dia benar beranjak pergi, berharap Sulli menjadi merasa bersalah, namun Sulli masih fokus pada bukunya, dia memutar bola matanya, sadar bahwa Sulli memang gadis yang tak mudah digoyahkan. Jongdae pun pergi.
***

                Dalam jalannya kembali ke kelas, Krystal menghindari lemparan bola basket yang tak sengaja mengarah ke arahnya dari lapangan. Alhasil dia terjerembab ke belakang, “Ouch!”
                “Mianhae.” Kai yang ternyata tak sengaja melempar bola itu. Ia mengulurkan tanganya membantu Krystal berdiri. Yang terjadi pada Krystal, ia malah mendadak berdebar. “Pada murid baru sepertimu, sepertinya aku sudah menjelekkan asumsimu padaku, dengan semua kecelakaan ini.”
                “Ani.” Krystal tersenyum. Orang yang sejak tadi ada dlam otaknya muncul dengan cara semengejutkan ini dihadapannya, sakit di kepalanya seakan hilang  seketika.
                “Jeongmal mianhae. Aku harap kau tidak berpikir aku pembuli murid baru di sekolah ini.” Jelas Kai dia juga tersenyum pada Krystal.
                “Ani, jangan khawatir.” Kata Krystal, dia tak bisa melenyapkan senyum bahagia di wajahnya. Harusnya ia merasa kesal, tapi karena itu Kai, semua jadi baik-baik saja.
                “Syukurlah.” Kai menunjukkan senyum pamungkasnya lalu berlalu setelah mengambil bola tadi.
                Krystal lagi-lagi berusaha untuk tidak terus melihat Kai dan dengan susah payah mengembalikan kesadaran dirinya dan berjalan kembali ke kelas. Dia benar-benar tak menyangka, secepat ini dia punya hal menarik di sekolah barunya.
***

                “Chagiya? Kau sudah makan?” Chanyeol menghampiri Suzy yang sedang berkumpul bersama teman-temannya di kantin. Krystal agak terkejut dengan ini, dia baru tahu Suzy bukan gadis single.
                Jiyoung dengan senangnya melihat adegan demi adegan itu.
                “Sudah.” Jawab Suzy santai. “Oppa?”
                “Aku juga sudah.”
                “Oppa, apa bisa kita pergi malam ini? Bibiku baru membuka restoran, kita bisa makan gratis.” Ajak Suzy. “Kalian juga bisa datang.” Dia bicara pada yang lain.
                “Ah jinja?” tanya Jiyoung senang. “Tentu aku pergi.” Jiyeon dan Sulli juga menggangguk setuju.
                “Mian aku tak bisa. Aku ada janji dengan orang tuaku.” Kata Krystal menyesal.
                “Ah..” Chanyeol juga menjawab, “Mian chagi, aku… tak bisa.”
                Suzy tersenyum, “Gwenchana. Jangan merasa bersalah begitu. “
                Chanyeol tersenyum senang, “Gomawo. Kau memang yang paling baik.”
                Tiba-tiba Xiumin datang menghampiri Jiyoung, “Jiyoung-ah? Mana buku yang aku titipkan padamu? Bisa aku mengambilnya sekarang?”
                “Ah, ada di kelas. Ayo kita ambil.” Kata Jiyoung sambil beranjak berdiri. “Suzy, aku akan datang nanti malam!” Jiyoung tertawa senang.
                “Mian aku meminjamnya dulu.” Kata Xiumin pada yang lain. Xiumin dan Chanyeol terlihat agak canggung saat saling menyadari keberadaan mereka masing-masing  di situ.
                “Ok oppa.” Kata Suzy.
                “Jadi chagi? Hari ini apa kau mau bermain basket lagi sepulang sekolah bersamaku dan yang lain?” tanya Chanyeol, dia seakan baru saja tersadar dan kembali ke pemikirannya yang tadi.
                “Ah, sepertinya menyenangkan. Tapi aku harus segera pulang membantu bibiku membuka restorannya itu.” Suzy tersenyum manis meminta maaf.
                “Ah, araseo.” Jawab Chanyeol, “Kenapa sepertinya kita tidak dijodohkan bersama hari ini?” tanya Chanyeol frustasi dengan wajah bodohnya kali ini.
                Gadis-gadis itu tertawa, terutama Suzy, “Waeyo? Masih ada hari esok!”
                Chanyeol menghela nafasnya. “Ya, kuharap besok kita isa pergi ke suatu tempat.”
                “Ok, kita bicarakan lagi nanti.” Kata Suzy.
                Krystal berpikir, sepertinya sekolah barunya tak seburuk yang ia bayangkan, masih ada teman-teman yang mengasyikkan ini. Dan banyak orang-orang baru yang bisa ia kenali lebih dalam, mana mungkin hidupnya akan membosankan nantinya?
***

                Ruangan itu diselimuti hawa tegang, mereka yang berada di dalamnya masing-masing sedang sibuk dengan pemikirannya. Ya mereka sedang memikirkan masalah mereka bersama, berusaha mencari jalan keluar bersama.
                “Sudah kubilang berapa kali?” tanya Xiumin pada Chanyeol, “Bukankah kalian terlalu dekat? Setelah jadian, sekarang mau apa lagi?”
                “Lalu apa yang harus aku lakukan? Kalian semua tahu bagaimana perasaanku pada Suzy?” ratap Chanyeol.
                Xiumin tersenyum pahit, “Kau kira betapa sulitnya aku untuk tidak menyatakan perasaanku yang sudah meluap pada Jiyoung? Kami sudah terlalu lama bersama, tapi aku bahkan tak bisa memberi tahunya seberapa besar cintaku untuknya.”
                Jongdae menepuk pundak Xiumin simpati.
                “Kau juga!” Xiumin berbalik pada Jongdae, “Bukankah kau juga masih berusaha mendapatkan Sulli?”
                “Hyung…” Jongdae tak tahu harus berkata apalagi, “Aku, mungkin takkan sepertimu. Jiyoung sudah jelas juga menyukaimu. Tapi tidak dengan Sulli. Aku melakukannya karena aku tahu Sulli takkan membalas perasaanku.”
                “Tapi dengan semua kelakuanmu itu, dia bisa jatuh cinta padamu. Sebaiknya kau hentikan. Dan aku juga akan berhenti dekat dengan Jiyoung.” Kata Xiumin putus asa.
                “Geumanhae. Aku tahu ini posisi yang sulit untuk kita semua. Tapi semakin kita melangkah jauh, semakin mereka takkan membiarkan kita. Mereka akan memaksa kita mengikuti mereka, menjadi seperti mereka. Dan aku tak bisa melakukan itu. Apa kalian mau membunuh manusia?” Kai mengajukan pendapatnya.
                “Tak bisakah kalian hidup sepertiku? Hanya bermain dengan mereka? Tak perlu melibatkan hati kita?” Baekhyun tersenyum kecut, “Lagipula kita memang tak ditakdirkan hidup seperti manusia biasa.”
                “Bukankah kau sama saja dengan mereka Baekhyun?” tanya Xiumin. Baekhyun hanya melihatnya, mendengarnya, lalu tenggelam dalam pemikirannya sendiri.
                “Tapi bukan itu tujuan kita kan?” Kyungsoo angkat bicara, “Bukankah kita ingin membuktikkan pada mereka bahwa kita bisa memilih untuk hidup seperti ini? Seperti manusia biasa? Kita masih harus berusaha, membuat mereka berhenti memaksa kita.”
                “Kau benar. Itu tujuan awal kita.” Kata Kai setuju.
                “Tapi kita masih belum pada posisi dimana kita kuat dan bebas mencintai siapa saja. Kita bisa membahayakan orang yang kita cintai itu. Aku tahu mereka mengincar Jiyoung karena mereka tahu dia dekat denganku.” Jelas Xiumin.
                “Kami tahu.” Jawab yang lain.
***

                “Kai!” panggil Krystal saat melihat Kai keluar kelas seperti yang lain setelah jam sekolah habis. sedangkan, Jiyoung, Sulli, Suzy dan Jiyeon tersenyum melihat adegan ini lalu juga meninggalkan kelas.
                “Ya?” Kai menghentikan langkahnya dan berbalik, dia sempat melirik Kyungsoo yang melihat adegan ini juga sebelum keluar dari kelas seperti yang lain.
                “Kita setim untuk tugas bahasa Inggris. Kau mau kapan kita mengerjakannya? Sepertinya kita harus mencocokkan jadwalmu yang kelihatannya sangat sibuk.” Krystal bicara dengan agak canggung.
                “Ah, ani. Aku tidak sesibuk itu.” Jawab Kai, jujur saja dia tak bisa mencari waktu yang tepat.
                “Malam ini? Aku bisa ke rumahmu kalau kau keberatan ke rumahku.”
                “Oh, baiklah, biar aku ke rumahmu.” Kai tersenyum. “Sampai nanti.” Lalu Kai pergi, meninggalkan Krystal yang membeku mendapatkan senyuman itu. Dia tak bisa berhenti tersenyum juga mengingat Kai, lelaki yang tak bisa dielak lagi sedang ia sukai, akan ke rumahnya malam ini, meski itu hanya untuk mengerjakan tugas, dia tetap senang membayangkan malamnya yang biasanya membosankan karena orang tuanya yang sibuk bekerja di luar kota, akhirnya bisa dilalui bersama Kai.
***
                “Apa mereka sudah mau kencan?” tanya Jiyoung antusias pada ketiga temannya setelah keluar dari kelas.
                “Krystal dan Kai?” tanya Sulli.
                “Eiii, itu terlalu cepat.” Jawab Suzy.
                “Tapi siapa tahu? Sepertinya Krystal gadis yang berpengalaman.” Kata Jiyeon. “Sepertinya dia sudah terbiasa dikelilingi lelaki.”
                “Bukankah kau membicarakan dirimu sendiri?” tanya Sulli, diikuti tawa Suzy dan Jiyoung.
                “Bukankah aku berbeda? Aku hanya menginginkan satu lelaki saja.” Jiyeon mempertahankan diri.
                “Siapa yang bilang Krystal mempermainkan lelaki-lelaki di sekitarnya? Siapa juga yang menyamakanmu dengan Krystal?” tanya Sulli lagi, yang lain tertawa lagi.
                Lalu mereka melihat Krystal dan Kai keluar dari kelas, warna merah di wajah mereka terlihat jelas. Jieun si gadis aneh itu yang berjalan di belakang mereka pun melihat aneh pada mereka berdua.
                Empat gadis tadi tenggelam dalam tawa mereka, “Apa yang baru saja mereka lakukan?” tanya Jiyoung, dia tak bisa menghentikan tawanya.
                “Sepertinya mereka hanya bicara.” Tambah Sulli.
                “Tapi haruskah sampai seperti itu?” Suzy juga masih tertawa.
                Krystal menghampiri mereka, merasa aneh dan makin malu saat melihat mereka tertawa, menertawakannya. “Apa kalian tak apa?”
                “Jadi?” tanya Jiyeon.
                “Wae?” tanya Krystal.
                “Sudah sejauh apa kalian?” tanya Jiyeon lagi. “Aku tak menyangka kau secepat itu.”
                “Ah wae? Dia hanya berjanji akan datang ke rumahku malam ini. Itu pun untuk mengerjakan tugas bahasa Inggrisnya.” Jelas Krystal, wajahnya masih memerah.
                “ Ah, ku kira kau bisa melakukan yang lebih baik nanti malam.” Kata Jiyeon.
                “Apa terlihat jelas?” tanya Krystal.
                “Bahwa kau menyukainya?” tanya Sulli. Pertanyaaan itu membuat Krystal sedikit berjengit, tapi itu memang benar yang dimaksudkannya.
                “Ya! Itu terlihat jelas Krystal!” kata Jiyoung semangat.  “Kami tahu, bisa dilihat dari matamu.”
                “Dan sepertinya Kai juga menyukaimu.” Tambah Suzy.
                Krystal tersipu, “Ah andweyo… kami belum lama kenal.”
                “Jadi intinya, semakin akrablah kalian.” Kata Jiyeon menarik kesimpulan.
                “Jiyoung, itu Xiumin oppa. Apa kalian tak pulang bersama?” tanya Suzy.
                Jiyoung melihat ke arah Xiumin yang berjalan sendiri ke arah gerbang, “Ani, aku tahu dia sedang ada masalah, dan dia ingin sendiri.”
                “Ah, kau sama sekali tak kekanakan kalau soal begini.” Kata Sulli.
                “Dan itu adalah oppaku.” Kata Jiyeon senang, “Baekhyun oppa!” Jiyeon menghampiri Baekhyun yang tadinya berjalan bersama beberapa teman kelasnya.
                “Jiyeon?” Baekhyun tersenyum tipis. “Sepertinya sudah lama kita tak bertemu.”
                Krystal dan lain terkekeh melihat adegan itu dari tempat mereka berdiri, agak jauh dari mereka berdua.
                “Apa oppa merindukanku?” tanya Jiyeon terdengar senang.
                “Ani.” Jawab Baekhyun singkat, senyum lalu hilang dari wajahnya.
                Jiyeon kecewa lagi.
                Selain Krystal, yang lain tertawa melihatnya. “Kenapa begitu?” tanya Krystal tak mengerti.
                “Itu sudah sering terjadi.” Bisik Suzy.
                “Jiyeon memang mengejar Baekhyun oppa, tapi balasannya memang selalu begitu.” Jiyoung berusaha menahan tawanya.
                “Jadi, Baekhyun oppa memang terkenal disini, namun dia tak pernah benar-benar terlihat dekat dengan seorang gadis. Mereka semua hanya mengejarnya dan berusaha mendapatkannya, seperti yang Jiyeon lakukan. Tapi sampai saat ini tak ada yang berhasil.” Jelas Sulli.
                “Jadi, gadis-gadis di sekelilingnya, bukan siapa-siapanya?” tanya Krystal. “Bukan Baekhyun oppa yang mengundang mereka? Gadis-gadis itu yang mengelilinginya?”
                “Apa pertanyaanmu tidak sedikit kasar?” tanya Suzy menahan tawa.
                “Ah, mianhae.” Kata Krystal.
                “Kasihan Jiyeon.” Kata Jiyoung, masih menahan tawanya.
                Tiba-tiba keributan datang dari beberapa lelaki yang sedang mengerjai Jieun. Jieun mengejar mereka, “Tolong kembalikan ponselku!”
                Tapi lelaki-lelaki itu malah senang melihat Jieun teraniaya, mereka terus berlari hingga Jieun tak bisa mengejarnya.
                “Jebalyo!” ratap Jieun.  “Geumanhae! Jebal!”
                “Ternyata kau bisa memohon juga gadis aneh!” salah satu dari tiga lelaki itu bicara mengejek dan diikuti tawa yang lain.
                “Ah, mereka selalu menggoda Jieun. Dasar tak punya belas kasihan!” gumam Jiyoung marah. Krystal juga tak suka melihat adegan ini.
                “Kembalikan.. jebal!” kata Jieun lagi.
                “Baiklah, kalau bisa tangkap ini!” lelaki yang memegang ponsel Jieun lalu dengan kuat melempar ponsel itu ke udara.
                Seketika Jieun terkejut, dia berlari mundur berusaha mencegah ponselnya hancur berkeping-keping. Dan yang terjadi selanjutnya adalah, Jieun menabrak Baekhyun yang masih bicara dingin dengan Jiyeon.
                Mereka hampir jatuh, namun Baekhyun berusaha menarik lengan kanan Jieun, bermaksud mencegah mereka berdua terjatuh. Tapi yang terjadi, Baekhyun hanya berhasil menarik deker hitam Jieun, memperlihatkan lengannya yang selama ini tak pernah terlihat. Dan ponsel Jieun berhasil hancur berkeping-keping. Jieun juga jatuh terduduk di tanah.
                Semua yang melihat ini terkejut bukan main. Mereka simpati pada Jieun yang sedang mengalami kesusahan akibat tiga lelaki tadi, namun yang lebih membuat mereka simpati adalah, ternyata Jieun menyembunyikan luka di balik dekernya itu. Bekas luka yang terlihat seperti gigitan gigi-gigi besar dan tajam itu terlihat jelas. Tak terkecuali Baekhyun, dia seakan baru dihantam batu melihat bekas luka itu. Selama sepersekian detik, Jieun dan Baekhyun saling menatap dalam keterkejutan mereka.
                “Ya! Apa yang kalian lakukan?” teriak Jiyoung pada tiga lelaki tadi, yang sekarang juga terbelalak melihat kejadian ini. “Dasar berandalan!”
                Jieun dengan cepat menarik dekernya dari tangan Baekhyun dan segera memakainya lagi. Ekspresinya berubah seketika, yang biasanya terlihat bodoh, dia terlihat serius sekarang. Daripada terlihat malu setelah bekas lukanya terlihat, dia malah terlihat takut. Jieun pun segera memungut serpihan ponselnya dan secepat mungkin pergi dari situ.
                “Oppa?” tanya Jiyeon, “Gwenchana?”
                Baekhyun seakan tersadar dari pemikirannya sendiri, “Ah, gwenchana.”
                “Jadi, dia menyembunyikan bekas luka itu selama ini?” gumam Suzy.
                “Aku benar-benar tak menyangka.” Gerutu Jiyoung, dia masih marah pada tiga lelaki tadi.
                “Memang masih belum ada yang mengenalnya.” Kata Sulli.
                “Ne?” tanya Krystal.
                “Dia juga murid baru sepertimu.” Jawab Sulli.
                “Murid baru?”
                “Ya, kau baru satu bulan disini kan? Dan dia satu bulan lebih lama disini.” Jelas Jieun.
                Kejadian barusan benar-benar membuat situasi menjadi canggung. Baekhyun pergi dan Jiyeon kembali pada teman-temannya.
                “Ok, barusan itu memang buruk untuk Jieun. Tapi tetap saja aku cemburu melihatnya, Jieunlah gadis pertama yang lengannya di sentuh Baekhyun oppa.” Gerutu Jiyeon.
                “Jiyeon-ah, dewasalah. Gadis mana yang mau jika kejadiannya seperti ini? Itu mempermalukan Jieun kau tahu?” kata Sulli.
                “Ara.” Jawab Jiyeon, namun dia masih menekuk wajahnya.
                Krystal masih melihat kea rah Jieun terjatuh tadi yang saat ini sudah kosong, entah mengapa sesuatu mendadak menyerang otaknya. Ekspresi orang-orang yang dilihatnya, menjadi teka-teki di otak Krystal.
***
                “Pergi! Lari dari sini! Cepat! Kau harus selamat! Kau harus meneruskan semuanya!” Dia masih bisa mendengar teriakan ayahnya. Dia tahu memang itu yang harus ia lakukan, namun semuanya terasa berat. Masa depannya terlihat suram setelah melihat kematian ibunya atau mungkin ayahnya juga sebentar lagi. Gadis ini sudah tak punya siapa-siapa lagi. Setelah ini, jika dia masih bisa selamat, dia harus menjalani hidupnya sendirian. Meneruskan apa yang telah dilakukan ayahnya sendirian.
                Gadis itu segera lari, sebersit pikiran bahwa dia tak mau melihat ayahnya mati di depan matanya muncul. Lari sekuat dan secepat mungkin. Dia tahu ada seekor serigala yang mengejarnya. Yang ada di otaknya sekarang, dia harus hidup, dia harus bertahan hidup setelah semua ini. Agar kematian seluruh keluarganya tidak sia-sia, dia harus bertahan hidup. Harapan hidupnya tak boleh dihancurkan hanya oleh makhluk-makhluk mengerikan itu.
                Gadis itu terus berlari di antara pepohonan. Dia sudah tak merasakan sakitnya kakinya yang telanjang itu terkena bebatuan dan benda-benda lain. Sedetik kemudian dia tak mendengar lagi ada yang mengejarnya. Ini terlalu mudah, pikirnya, tak mungkin larinya bisa mengalahkan mahkluk itu. Dia berhenti di balik sebuah pohon besar berniat menyemprotkan parfum yang ia bawa sedari tadi pada tubuhnya sendiri, namun belum sempat ia melakukannya, seekor serigala yang sedari tadi mengejarnya sudah menerkamnya, merobohkan tubuhnya ke tanah. Serigala yang satu ini memang bertubuh paling kecil dari kawanannya tadi, namun tetap saja, gadis itu tak kuat melawannya.
                Gadis itu bisa merasakan panasnya nafas serigala yang sudah siap menghabisi nyawanya itu. Disaat seperti ini yang ada dalam pikirannya hanya dia harus bisa melawan serigala ini. Gadis itu dengan sekuat mungkin menendang perut serigala itu, itu berhasil membuat serigala itu mundur. Gadis itu segera bangkit dan lari lagi, namun serigala itu sudah berhasil menggigit lengan kanannya dan mencegahnya pergi.
                “Aaaaaaaaaaargh!” teriak Gadis itu kesakitan, dia sudah serasa diujung mautnya. “Jebal….jebalyo….hajima..” gadis itu menangis lagi. Dia tahu memang tak ada hasilnya memohon pada serigala itu. “Jebal….” Mereka saling menatap. Entah apa yang terjadi, serigala itu melepas gigitannya, memperlihatkan luka menganga penuh darah di lengan kanan gadis itu, lalu meninggalkan gadis itu begitu saja.
                Gadis itu menghela nafas beratnya. Darah dalam tubuhnya terasa panas. Dia tahu, gigitan itu, jika tidak membunuhnya, berarti membuatnya menjadi seperti mereka, salah satu dari mereka. Membuatnya menjadi seperti mereka setiap bulan pernama. Setelah itu lama-kelamaan, tubuhnya melemas, pandangannya menggelap,  ia tak sadarkan diri. 
TBC...

1 komentar:

  1. wuaaaaaa padahal kemaren kemaren udah nemu ff ini, tapi ga tertarik gara gara past liat cast nya kaistal ._.v tapi akhirnya baca juga gara gara ada jiyoung nya .-. dan ternyataaa seru banget >< itu anak kecil yang dikejar kejar itu jieun ya? terus jangan jangan serigala yang ngejar ngejar jieun itu baekhyun? *sotoy* ._____.a daebak!! ><)b

    BalasHapus