Cast:
Jung Krystal
Kim Jongin
Lee Jieun
Byun Baekhyun
Kang Jiyoung
Xiumin
Kim Jongdae
Park Jiyeon
Park Chanyeol
Choi Sulli
Do Kyungsoo
Bae Suzy
Sejak ditemukan jasad korban manusia serigala, sejak saat itu juga
ancaman makhluk setengah manusia itu membuat orang-orang yang mengetahuinya tak
bisa tenang. Namun tak semua orang mengetahui hal ini, hanya beberapa kalangan
dan tentunya para peneliti yang meneliti mereka yang tahu betul tentang mereka.
Hingga saat ini, hingga para peneliti pun sudah terpecah belah dan tidak pada
satu tujuan, acaman manusia-manusia serigala itu makin membahayakan nyawa
manusia.
“Aku
yakin mereka akan menemukan kita disini kali ini.” Kata seorang pria paruh baya
sambil tetap fokus pada komputernya. Dia sibuk mencari sesuatu.
“Benarkah? Tempat ini sudah yang
paling tersembunyi.” Kata pria yang lebih muda, adiknya.
“Kau lupa mereka bisa mencium
setajam apa?” tanya lelaki itu. “ Ini bulan purnama, kau sudah melakukan
semuanya yang kuperintahkan?”
“Sudah. Aku yakin aku sudah
melakukannya. Aku tidak yakin mereka bisa datang kesini dan menemukan kita.”
Kata pria muda itu lagi.
“Yeobo, ini sudah malam, sampai
kapan kau akan melanjutkan penelitianmu itu?” tanya istri pria paruh baya tadi
yang datang bersama putrinya yang terlihat sedikit ketakutan itu.
“Tidak bisa, aku sudah
menemukannya, aku hanya perlu mencocokkannya.” Jawab suaminya.
“Samchon, bisa kau bantu Appa
agar semua cepat selesai?” tanya gadis itu.
“Sebaiknya kau istirahat Hyung,
biar aku yang meneruskannya.” Adik Ayah gadis tadi mencoba berbaik hati.
“Ani..” perkataan ayah gadis itu
terpotong oleh suara longlongan binatang yang terdengar dari jauh itu. Suasana
mendadak mencekam.
Gadis itu ingin ini semua hanya
mimpi buruk lainnya namun ini kenyataan yang terjadi, dia terbelalak, begitu
juga dengan yang lain. Mereka tahu mereka dalam keadaan bahaya, benar-benar
bahaya.
“Mereka
menemukan kita.” Gadis itu mendengar dengan jelas bisikan ayahnya. Dia
takut itu terakhir kalinya ia akan mendengarnya. “Tak ada waktu lagi. Yeobo
bawa dia ke ruang bawah tanah. Rumah ini
takkan kuat menahan serangan mereka. Jangan lupa pakai parfum-parfum itu untuk
mengecoh mereka.”
“Appa?”
gadis itu ingin menangis sekarang.
“Kuatkan
dirimu, ingat semua yang sudah Appa katakana padamu, kau pasti bisa melalui
ini. Kita pasti akan selamat, kau hanya perlu yakinkan itu.” Ayahnya berusaha
kuat menjelaskannya, “Sekarang pergilah bersama Eommamu.”
“Yeobo.”
Ibu gadis itu menggenggam tangan suaminya kuat-kuat lalu saling mengangguk.
Anak dan Ibu itu pun pergi.
“Hyung
sepertinya mereka semakin dekat.”
“Baiklah.” Pria itu mengambil sebuah senjata yang terlihat seperti tembak yang punya anak
panah di ujungnya dan mengambil satu lagi untuk adiknya.
Mereka
keluar rumah itu, suara gemuruh banyak kaki yang sedang berlari menuju mereka
semakin mendekat, jumlah mereka pasti banyak. Dua orang ini sedang berusaha
menantang mautnya, atau bahkan hanya sedikit memperlambat maut mereka.
Terlihat empat ekor serigala datang dengan mata merah
mereka siap menerkam mereka, mengangung menunjukkan taring-taring mereka yang
siap merobek daging-daging manusia yang ada di hadapan mereka itu.
“Hyung!”
adiknya memberi semangatnya. Mereka saling menatap, mencoba saling menguatkan
meski tahu mereka sendiri sedang dalam titik penghabisan mereka.
Seekor
serigala terlihat memberi kode pada yang lain untuk segera menyerang. Perang
tak seimbang itu pun tak terelakkan. Dua manusia itu berusaha sekuat tenaga
melindungi diri dan keluarga mereka. Serigala itu jelas menang telak hingga
mereka berusaha mencapai rumah itu, namun sang ayah masih tetap berusaha dalam
keadaannya.
Seekor
serigala berhasil mencapai rumah merusak pintu dan dindingnya. Pria paruh baya
itu menembak punggung serigala itu, namun serigala lain berhasil minggigit
sebelah kakinya. Ia jelas berteriak keras akan kesakitan itu.
Hal
itu membuat gadis tadi keluar dari persembunyiannya dan berteriak memanggil
ayahnya, dia tahu ayahnya sedang tidak dalam keadaan aman lagi. Jauh dari aman.
Ibunya mengikutinya dari belakang berusaha mencegahnya. Mereka sedang menangis
sedang, tangis-tangis itu tak tertahankan lagi. “Appa!!!”
Namun
serigala yang tertembak tadi malah menyerang si ibu.
“Eomma!!!”
Gadis itu seakan ingin mati sekarang juga.
“Pergi!
Lari dari sini! Cepat! Kau harus selamat! Kau harus meneruskan semuanya!”
teriak pria itu pada putrinya. Dia melihat putrinya dengan sangat berat hati
pergi kea rah lain, berlari sekuat tenaganya. Namun serigala yang tadi
menyerangnya menyuruh seekor serigala lain mengejar putrinya.
Dia
hanya bisa berdoa, agar putrinya selamat, karena tak ada lagi yang bisa
diharapkannya. Adiknya sudah tak bersuara sejak tadi setelah istrinya
meninggal. Dia hanya bisa berdoa.
*****
Krystal tak mengira hidupnya akan benar-benar berubah
setelah ini. Hidup sebagai seorang pelajarnya akan terlewati dengan jalan yang
benar-benar berbeda dari yang lainya. Dan dia takkan pernah bisa membayangkan
hal ini sebelumnya. Ini di luar perkiraannya, dari semua yang bisa ia
bayangkan, ini melebihi alam kesadarannya.
Krystal
melangkah masuk ke kelas barunya, kelas yang mulai sekarang akan dia tempat
untuk menuntut ilmu beberapa waktu kedepan hingga di lulus dari sekolah itu.
Sekolah paling baik di kota kecil yang baru ia tinggal lima hari itu. Dia sudah
mengira kehidupannya yang baru ini akan sangat membosankan mengingat ia
sekarang tinggal di kota yang benar-benar kalah kecil dari kota yang sebelumnya
ia tinggali.
Krystal
melihat teman-teman baru di hadapannya setelah seorang guru yang mengantarnya
memperkenalkannya secara singkat. Terlihat beberapa gadis yang mulai bergosip
tentangnya duduk di bagian depan kiri kelas. Sebagian besar laki-laki yang ia
lihat sedang tersenyum senang melihatnya, Krystal hanya tak habis pikir, apa
mereka sedang berpikir melihat alien yang baru turun dari pesawatnya? Di kursi
paling pojok belakang sebelah kanannya ia bisa melihat seorang gadis
berpenampilan tak terurus sedang dengan terang-terangan tidur. Gadis itu hanya
melihat krystal sekilas lalu kembali tidur, Krystal ingin tahu sebenarnya
sejelek apa sekolah ini, pasti sekolahnya yang dulu tak bisa menandinginya.
“Anyeong
haseyo! Jung Krystal imnida. Kalian bisa panggil aku Krystal, aku datang dari
Los Angels. Mohon bimbingannya.” Krystal tersenyum lalu membungkukkan badannya.
Yang
terpikirkan Krystal hanyalah, entah apa yang akan terjadi pada hidupnya setelah
ini. Ini mungkin akan jadi hidup paling membosankannya.
***
“Boleh
aku duduk disini?” tanya Krystal sambil membawa bekalnya setelah menghampiri
gadis tukang tidur di kelasnya yang sedang makan di salah satu meja kantin itu.
Gadis
yang sedang sibuk mengunyah makanannya itu menoleh terkejut pada Krystal dengan
mulutnya yang penuh, “Ne?”
“Bisa
aku duduk di sini?” tanya Krystal lagi.
Gadis
itu langsung mengangguk, “Ah, ten..tu.” gadis itu berusaha mengunyah makanannya
lebih cepat.
Krystal
tersenyum kecut lalu duduk dan mulai membuka bekalnya.
“Kau
sudah tahu namaku Krystal, namamu?” tanya Krystal, bermaksud ingin mengenalnya.
Ia sama sekali tak keberatan dengan keanehan gadis ini. Dilihat dari, dia yang
duduk sendirian di sini, sedangkan yang lain sedang menikmati makanannya sambil
mengobrol dengan teman-temannya, sepertinya gadis ini tak punya teman.
“Ah,
Jieun. Lee Jieun.” Katanya singkat, lalu kembali pada makannya lagi, seperti
tak menganggap Krystal ada.
“Ah,
begitu.” Balas Krystal, dia juga mulai menyantap bekal makan siangnya.
“Kau
makan santai saja. Aku sudah selesai.” Kata Jieun lalu mulai merapikan kotak
bekalnya.
“Aku
tidak keberatan kau di sini selama apapun.” Kata Krystal, seakan dia menahan
tawanya melihat tingkah gadis ini.
Jieun
lalu tesenyum, lebih terlihat seperti cengiran bodoh, “Jinjayo? Itu keren. Tapi
tenanglah, sebentar lagi kau pasti punya banyak teman jika dilihat dari wajah
dan penampilan cantikmu, jadi kau tak perlu sembarangan mencari teman.” Lalu
dia pergi begitu saja.
Saat
itu juga empat gadis yang sekelas dengan Krystal, gadis yang terlihat sedang
menggosipkannya tadi, menghampirinya dan duduk bersamanya. Mereka melihat
Krystal dengan heran yang mau semeja dengan Lee Jieun.
“Apa
ada yang salah?” tanya Krystal.
“Ani,
kau baik sekali mau semeja dengannya.” Jawab gadis yang Krystal ketahui bernama
Jiyeon.
“Wae?”
tanya Krystal lagi.
“Dia
hanya terkenal sedikit aneh.” Tambah Suzy.
“Bisa
dilihat dari penampilannya kan?” Jiyoung menahan tawanya.
Itu
memang terlihat jelas, dari rambutnya yang di ikat sembarangan dan memberikan
efek berantakan. Apalagi dengan deker hitam panjangnya yang mencolok di tangan
kanannya, apalagi dipadukan dengan seragam musim panas ini. Ya mungkin dia
memang punya gaya sendiri, tapi itu terlalu aneh.
“Tapi
dia baik-baik saja. Kalian jangan berlebihan.” Kata Sulli dengan halusnya.
Krystal
hanya tersenyum mendengar semua itu. Tiba-tiba ia hampir menjatuhkan semua
bekalnya saat seorang lelaki tak sengaja menyenggol lengannya. Lelaki itu lalu
berbalik dan meminta maaf pada Krystal. Lelaki yang duduk dua bangku di samping
kirinya, ya Krystal mengenalinya sebagai teman sekelasnya. Lelaki itu tersenyum
dengan rasa bersalahnya lalu segera mengikuti temannya, yang duduk di bangku di
samping kirinya di kelas.
“Dia
Kai, namanya Kim Jongin tapi dia lebih sering dipanggil Kai.” Jelas Suzy setelah
melihat Krystal yang terus melihat ke arah Kai.
“Apa
kau sudah mulai suka padanya? Di hari pertamamu?” tanya Jiyeon.
“Ne?”
Krystal tertawa pahit tak habis pikir, “Bagaimana bisa?”
“Gwenchana.
Itu tidak dilarang.” Kata Jiyeon lagi, yang terpenting kau tak bisa menyukai
yang satu itu.” Dia menunjuk lelaki yang sedang berbincang dengan beberapa
temannya di meja kantin lan yang agak jauh. “Dia milikku.”
“Tapi
sampai saat ini belum.” Kata Jiyoung, lalu menerima tatapan mematikan dari
Jiyeon.
“Dia
itu Byun Baekhyun oppa, sunbae kita. Dia terkenal disini. Banyak yang
menyukainya.” Jelas Suzy.
“Begitu
ya?” kata Krystal sambil lalu. Jujur saja dia memang hanya tertarik dengan
lelaki bernama Kai itu, sejak ia memperkenalkan dirinya di kelas barunya.
Tatapan mata itu, senyum itu, menancap manis di otak Krystal, dan sedang
melakukan perjalanannya ke hati Krystal.
“Oh
iya! Juga jangan ambil juga Xiumin
oppaku ok?” kata Jiyoung semangat.
“Kalau
yang itu sudah sangat dekat sejak SMP.” Jelas Suzy. “Tapi belum jadian, sampai
sekarang.”
“Sudah
kubilang dia itu oppaku, jadi dia Cuma oppaku ok?” kata Jiyoung dengan gaya
kekanakannya.
“Bisakah
kita berhenti membicarakan lelaki? Kita fokuskan dulu otak kita pada makanan
kita. Ok?” kata Sulli akhirnya. Mereka semua hanya tertawa pada Sulli, yang
mereka anggap selalu merusak suasana.
***
“Aku
ke kelas dulu.” Kata Krystal pada Sulli. Sejauh ini teman yang cukup membuatnya
nyaman masih gadis ini, si kutu buku yang pintar dalam berbagai mata
perlajaran. “Tak apa?” jujur saja Krystal tak bisa berkonsentrasi membaca buku
di perpustakaan ini. Bukan karena suasana atau orang-orang di dalamnya, tapi
karena dirinya sendiri. Otaknya tak bisa berhenti memikirkan Kim Jongin teman
sekelasnya itu, jadi bukankah lebih baik ia segera kembali ke eklasnya dan
melihat lelaki itu secara langsung?
“Ya.”
Sulli tersenyum, “Aku masih mau disini.” Krystal pun pergi meninggalkan Sulli
di perpustakaan, tempat favorit Sulli menghabiskan waktunya di sekolah selain
bersama dengan teman-temannya.
“Jadi?”
tak lama kemudian seseorang menghampiri Sulli dengan senyumnya yang biasa.
“Oppa?”
Sulli sedikit terkejut, juga seperti biasa. “Harus ku bilang berapa kali agar
kau tak menggangguku saat aku sedang membaca disini?”
Lelaki
itu tersenyum mengetahui kesalahannya, “Tapi aku tak bisa, tak melihatmu sejam
saja.”
“Jongdae
oppa!” Sulli menutup bukunya, “Juga sudah berapa kali aku bilang? Berhentilah
mengatakan hal-hal itu. Semua orang yang mendengarnya bisa salah paham.”
“Salah
paham?” Jongdae mendekatkan kursi yang ia duduki ke kursi Sulli. “Aku bahkan
tak berpikir sampai sejauh itu. Salah paham seperti apa yang kau pikirkan?” Jongdae
menahan tawanya, dengan sengaja menggoda gadis yang disukainya itu.
Sulli
mulai salah tingkah, “Mereka bisa mengira kita sepasang kekasih.”
Jongdae
tertawa puas, “Begitu? Itu yang kau pikirkan? Entah mengapa mendengarnya saja
aku sudah sangat senang.”
“Oppa
geumanhae! Jangan berisik di perpustakaan!” kata Sulli sambil melihat situasi,
takut jika penjaga perpustakaan datang dan memarahinya.
“Kalau
begitu kita buat saja salah paham mereka jadi sungguhan.”
“Andweyo!”
“Wae?”
“Aku
tidak menyukaimu.” Kata Sulli singkat lalu kembali ke bukunya dan berusaha
keras tak menghiraukan gangguan di sekitarnya.
“Begitukah?”
Jongdae berpura terlihat sedih. “Baiklah aku akan pergi.” Dia benar beranjak
pergi, berharap Sulli menjadi merasa bersalah, namun Sulli masih fokus pada
bukunya, dia memutar bola matanya, sadar bahwa Sulli memang gadis yang tak
mudah digoyahkan. Jongdae pun pergi.
***
Dalam
jalannya kembali ke kelas, Krystal menghindari lemparan bola basket yang tak
sengaja mengarah ke arahnya dari lapangan. Alhasil dia terjerembab ke belakang,
“Ouch!”
“Mianhae.”
Kai yang ternyata tak sengaja melempar bola itu. Ia mengulurkan tanganya
membantu Krystal berdiri. Yang terjadi pada Krystal, ia malah mendadak
berdebar. “Pada murid baru sepertimu, sepertinya aku sudah menjelekkan asumsimu
padaku, dengan semua kecelakaan ini.”
“Ani.”
Krystal tersenyum. Orang yang sejak tadi ada dlam otaknya muncul dengan cara
semengejutkan ini dihadapannya, sakit di kepalanya seakan hilang seketika.
“Jeongmal
mianhae. Aku harap kau tidak berpikir aku pembuli murid baru di sekolah ini.”
Jelas Kai dia juga tersenyum pada Krystal.
“Ani,
jangan khawatir.” Kata Krystal, dia tak bisa melenyapkan senyum bahagia di
wajahnya. Harusnya ia merasa kesal, tapi karena itu Kai, semua jadi baik-baik
saja.
“Syukurlah.”
Kai menunjukkan senyum pamungkasnya lalu berlalu setelah mengambil bola tadi.
Krystal
lagi-lagi berusaha untuk tidak terus melihat Kai dan dengan susah payah
mengembalikan kesadaran dirinya dan berjalan kembali ke kelas. Dia benar-benar
tak menyangka, secepat ini dia punya hal menarik di sekolah barunya.
***
“Chagiya?
Kau sudah makan?” Chanyeol menghampiri Suzy yang sedang berkumpul bersama
teman-temannya di kantin. Krystal agak terkejut dengan ini, dia baru tahu Suzy
bukan gadis single.
Jiyoung
dengan senangnya melihat adegan demi adegan itu.
“Sudah.”
Jawab Suzy santai. “Oppa?”
“Aku
juga sudah.”
“Oppa,
apa bisa kita pergi malam ini? Bibiku baru membuka restoran, kita bisa makan
gratis.” Ajak Suzy. “Kalian juga bisa datang.” Dia bicara pada yang lain.
“Ah
jinja?” tanya Jiyoung senang. “Tentu aku pergi.” Jiyeon dan Sulli juga
menggangguk setuju.
“Mian
aku tak bisa. Aku ada janji dengan orang tuaku.” Kata Krystal menyesal.
“Ah..”
Chanyeol juga menjawab, “Mian chagi, aku… tak bisa.”
Suzy
tersenyum, “Gwenchana. Jangan merasa bersalah begitu. “
Chanyeol
tersenyum senang, “Gomawo. Kau memang yang paling baik.”
Tiba-tiba
Xiumin datang menghampiri Jiyoung, “Jiyoung-ah? Mana buku yang aku titipkan
padamu? Bisa aku mengambilnya sekarang?”
“Ah,
ada di kelas. Ayo kita ambil.” Kata Jiyoung sambil beranjak berdiri. “Suzy, aku
akan datang nanti malam!” Jiyoung tertawa senang.
“Mian
aku meminjamnya dulu.” Kata Xiumin pada yang lain. Xiumin dan Chanyeol terlihat
agak canggung saat saling menyadari keberadaan mereka masing-masing di situ.
“Ok
oppa.” Kata Suzy.
“Jadi
chagi? Hari ini apa kau mau bermain basket lagi sepulang sekolah bersamaku dan
yang lain?” tanya Chanyeol, dia seakan baru saja tersadar dan kembali ke
pemikirannya yang tadi.
“Ah,
sepertinya menyenangkan. Tapi aku harus segera pulang membantu bibiku membuka
restorannya itu.” Suzy tersenyum manis meminta maaf.
“Ah,
araseo.” Jawab Chanyeol, “Kenapa sepertinya kita tidak dijodohkan bersama hari
ini?” tanya Chanyeol frustasi dengan wajah bodohnya kali ini.
Gadis-gadis
itu tertawa, terutama Suzy, “Waeyo? Masih ada hari esok!”
Chanyeol
menghela nafasnya. “Ya, kuharap besok kita isa pergi ke suatu tempat.”
“Ok,
kita bicarakan lagi nanti.” Kata Suzy.
Krystal
berpikir, sepertinya sekolah barunya tak seburuk yang ia bayangkan, masih ada
teman-teman yang mengasyikkan ini. Dan banyak orang-orang baru yang bisa ia
kenali lebih dalam, mana mungkin hidupnya akan membosankan nantinya?
***
Ruangan
itu diselimuti hawa tegang, mereka yang berada di dalamnya masing-masing sedang
sibuk dengan pemikirannya. Ya mereka sedang memikirkan masalah mereka bersama,
berusaha mencari jalan keluar bersama.
“Sudah
kubilang berapa kali?” tanya Xiumin pada Chanyeol, “Bukankah kalian terlalu
dekat? Setelah jadian, sekarang mau apa lagi?”
“Lalu
apa yang harus aku lakukan? Kalian semua tahu bagaimana perasaanku pada Suzy?”
ratap Chanyeol.
Xiumin
tersenyum pahit, “Kau kira betapa sulitnya aku untuk tidak menyatakan
perasaanku yang sudah meluap pada Jiyoung? Kami sudah terlalu lama bersama,
tapi aku bahkan tak bisa memberi tahunya seberapa besar cintaku untuknya.”
Jongdae
menepuk pundak Xiumin simpati.
“Kau
juga!” Xiumin berbalik pada Jongdae, “Bukankah kau juga masih berusaha
mendapatkan Sulli?”
“Hyung…”
Jongdae tak tahu harus berkata apalagi, “Aku, mungkin takkan sepertimu. Jiyoung
sudah jelas juga menyukaimu. Tapi tidak dengan Sulli. Aku melakukannya karena
aku tahu Sulli takkan membalas perasaanku.”
“Tapi
dengan semua kelakuanmu itu, dia bisa jatuh cinta padamu. Sebaiknya kau
hentikan. Dan aku juga akan berhenti dekat dengan Jiyoung.” Kata Xiumin putus
asa.
“Geumanhae.
Aku tahu ini posisi yang sulit untuk kita semua. Tapi semakin kita melangkah
jauh, semakin mereka takkan membiarkan kita. Mereka akan memaksa kita mengikuti
mereka, menjadi seperti mereka. Dan aku tak bisa melakukan itu. Apa kalian mau
membunuh manusia?” Kai mengajukan pendapatnya.
“Tak
bisakah kalian hidup sepertiku? Hanya bermain dengan mereka? Tak perlu
melibatkan hati kita?” Baekhyun tersenyum kecut, “Lagipula kita memang tak
ditakdirkan hidup seperti manusia biasa.”
“Bukankah
kau sama saja dengan mereka Baekhyun?” tanya Xiumin. Baekhyun hanya melihatnya,
mendengarnya, lalu tenggelam dalam pemikirannya sendiri.
“Tapi
bukan itu tujuan kita kan?” Kyungsoo angkat bicara, “Bukankah kita ingin
membuktikkan pada mereka bahwa kita bisa memilih untuk hidup seperti ini?
Seperti manusia biasa? Kita masih harus berusaha, membuat mereka berhenti
memaksa kita.”
“Kau
benar. Itu tujuan awal kita.” Kata Kai setuju.
“Tapi
kita masih belum pada posisi dimana kita kuat dan bebas mencintai siapa saja.
Kita bisa membahayakan orang yang kita cintai itu. Aku tahu mereka mengincar
Jiyoung karena mereka tahu dia dekat denganku.” Jelas Xiumin.
“Kami
tahu.” Jawab yang lain.
***
“Kai!”
panggil Krystal saat melihat Kai keluar kelas seperti yang lain setelah jam sekolah
habis. sedangkan, Jiyoung, Sulli, Suzy dan Jiyeon tersenyum melihat adegan ini
lalu juga meninggalkan kelas.
“Ya?”
Kai menghentikan langkahnya dan berbalik, dia sempat melirik Kyungsoo yang
melihat adegan ini juga sebelum keluar dari kelas seperti yang lain.
“Kita
setim untuk tugas bahasa Inggris. Kau mau kapan kita mengerjakannya? Sepertinya
kita harus mencocokkan jadwalmu yang kelihatannya sangat sibuk.” Krystal bicara
dengan agak canggung.
“Ah,
ani. Aku tidak sesibuk itu.” Jawab Kai, jujur saja dia tak bisa mencari waktu
yang tepat.
“Malam
ini? Aku bisa ke rumahmu kalau kau keberatan ke rumahku.”
“Oh,
baiklah, biar aku ke rumahmu.” Kai tersenyum. “Sampai nanti.” Lalu Kai pergi,
meninggalkan Krystal yang membeku mendapatkan senyuman itu. Dia tak bisa
berhenti tersenyum juga mengingat Kai, lelaki yang tak bisa dielak lagi sedang ia
sukai, akan ke rumahnya malam ini, meski itu hanya untuk mengerjakan tugas, dia
tetap senang membayangkan malamnya yang biasanya membosankan karena orang
tuanya yang sibuk bekerja di luar kota, akhirnya bisa dilalui bersama Kai.
***
“Apa
mereka sudah mau kencan?” tanya Jiyoung antusias pada ketiga temannya setelah
keluar dari kelas.
“Krystal
dan Kai?” tanya Sulli.
“Eiii,
itu terlalu cepat.” Jawab Suzy.
“Tapi
siapa tahu? Sepertinya Krystal gadis yang berpengalaman.” Kata Jiyeon.
“Sepertinya dia sudah terbiasa dikelilingi lelaki.”
“Bukankah
kau membicarakan dirimu sendiri?” tanya Sulli, diikuti tawa Suzy dan Jiyoung.
“Bukankah
aku berbeda? Aku hanya menginginkan satu lelaki saja.” Jiyeon mempertahankan
diri.
“Siapa
yang bilang Krystal mempermainkan lelaki-lelaki di sekitarnya? Siapa juga yang
menyamakanmu dengan Krystal?” tanya Sulli lagi, yang lain tertawa lagi.
Lalu
mereka melihat Krystal dan Kai keluar dari kelas, warna merah di wajah mereka
terlihat jelas. Jieun si gadis aneh itu yang berjalan di belakang mereka pun
melihat aneh pada mereka berdua.
Empat
gadis tadi tenggelam dalam tawa mereka, “Apa yang baru saja mereka lakukan?”
tanya Jiyoung, dia tak bisa menghentikan tawanya.
“Sepertinya
mereka hanya bicara.” Tambah Sulli.
“Tapi
haruskah sampai seperti itu?” Suzy juga masih tertawa.
Krystal
menghampiri mereka, merasa aneh dan makin malu saat melihat mereka tertawa,
menertawakannya. “Apa kalian tak apa?”
“Jadi?”
tanya Jiyeon.
“Wae?”
tanya Krystal.
“Sudah
sejauh apa kalian?” tanya Jiyeon lagi. “Aku tak menyangka kau secepat itu.”
“Ah
wae? Dia hanya berjanji akan datang ke rumahku malam ini. Itu pun untuk
mengerjakan tugas bahasa Inggrisnya.” Jelas Krystal, wajahnya masih memerah.
“ Ah,
ku kira kau bisa melakukan yang lebih baik nanti malam.” Kata Jiyeon.
“Apa
terlihat jelas?” tanya Krystal.
“Bahwa
kau menyukainya?” tanya Sulli. Pertanyaaan itu membuat Krystal sedikit
berjengit, tapi itu memang benar yang dimaksudkannya.
“Ya!
Itu terlihat jelas Krystal!” kata Jiyoung semangat. “Kami tahu, bisa dilihat dari matamu.”
“Dan
sepertinya Kai juga menyukaimu.” Tambah Suzy.
Krystal
tersipu, “Ah andweyo… kami belum lama kenal.”
“Jadi
intinya, semakin akrablah kalian.” Kata Jiyeon menarik kesimpulan.
“Jiyoung,
itu Xiumin oppa. Apa kalian tak pulang bersama?” tanya Suzy.
Jiyoung
melihat ke arah Xiumin yang berjalan sendiri ke arah gerbang, “Ani, aku tahu
dia sedang ada masalah, dan dia ingin sendiri.”
“Ah,
kau sama sekali tak kekanakan kalau soal begini.” Kata Sulli.
“Dan
itu adalah oppaku.” Kata Jiyeon senang, “Baekhyun oppa!” Jiyeon menghampiri
Baekhyun yang tadinya berjalan bersama beberapa teman kelasnya.
“Jiyeon?”
Baekhyun tersenyum tipis. “Sepertinya sudah lama kita tak bertemu.”
Krystal
dan lain terkekeh melihat adegan itu dari tempat mereka berdiri, agak jauh dari
mereka berdua.
“Apa
oppa merindukanku?” tanya Jiyeon terdengar senang.
“Ani.”
Jawab Baekhyun singkat, senyum lalu hilang dari wajahnya.
Jiyeon
kecewa lagi.
Selain
Krystal, yang lain tertawa melihatnya. “Kenapa begitu?” tanya Krystal tak
mengerti.
“Itu
sudah sering terjadi.” Bisik Suzy.
“Jiyeon
memang mengejar Baekhyun oppa, tapi balasannya memang selalu begitu.” Jiyoung
berusaha menahan tawanya.
“Jadi,
Baekhyun oppa memang terkenal disini, namun dia tak pernah benar-benar terlihat
dekat dengan seorang gadis. Mereka semua hanya mengejarnya dan berusaha
mendapatkannya, seperti yang Jiyeon lakukan. Tapi sampai saat ini tak ada yang
berhasil.” Jelas Sulli.
“Jadi,
gadis-gadis di sekelilingnya, bukan siapa-siapanya?” tanya Krystal. “Bukan
Baekhyun oppa yang mengundang mereka? Gadis-gadis itu yang mengelilinginya?”
“Apa
pertanyaanmu tidak sedikit kasar?” tanya Suzy menahan tawa.
“Ah,
mianhae.” Kata Krystal.
“Kasihan
Jiyeon.” Kata Jiyoung, masih menahan tawanya.
Tiba-tiba
keributan datang dari beberapa lelaki yang sedang mengerjai Jieun. Jieun
mengejar mereka, “Tolong kembalikan ponselku!”
Tapi
lelaki-lelaki itu malah senang melihat Jieun teraniaya, mereka terus berlari
hingga Jieun tak bisa mengejarnya.
“Jebalyo!”
ratap Jieun. “Geumanhae! Jebal!”
“Ternyata
kau bisa memohon juga gadis aneh!” salah satu dari tiga lelaki itu bicara
mengejek dan diikuti tawa yang lain.
“Ah,
mereka selalu menggoda Jieun. Dasar tak punya belas kasihan!” gumam Jiyoung
marah. Krystal juga tak suka melihat adegan ini.
“Kembalikan..
jebal!” kata Jieun lagi.
“Baiklah,
kalau bisa tangkap ini!” lelaki yang memegang ponsel Jieun lalu dengan kuat
melempar ponsel itu ke udara.
Seketika
Jieun terkejut, dia berlari mundur berusaha mencegah ponselnya hancur
berkeping-keping. Dan yang terjadi selanjutnya adalah, Jieun menabrak Baekhyun
yang masih bicara dingin dengan Jiyeon.
Mereka
hampir jatuh, namun Baekhyun berusaha menarik lengan kanan Jieun, bermaksud
mencegah mereka berdua terjatuh. Tapi yang terjadi, Baekhyun hanya berhasil
menarik deker hitam Jieun, memperlihatkan lengannya yang selama ini tak pernah
terlihat. Dan ponsel Jieun berhasil hancur berkeping-keping. Jieun juga jatuh
terduduk di tanah.
Semua
yang melihat ini terkejut bukan main. Mereka simpati pada Jieun yang sedang
mengalami kesusahan akibat tiga lelaki tadi, namun yang lebih membuat mereka
simpati adalah, ternyata Jieun menyembunyikan luka di balik dekernya itu. Bekas
luka yang terlihat seperti gigitan gigi-gigi besar dan tajam itu terlihat
jelas. Tak terkecuali Baekhyun, dia seakan baru dihantam batu melihat bekas
luka itu. Selama sepersekian detik, Jieun dan Baekhyun saling menatap dalam
keterkejutan mereka.
“Ya!
Apa yang kalian lakukan?” teriak Jiyoung pada tiga lelaki tadi, yang sekarang
juga terbelalak melihat kejadian ini. “Dasar berandalan!”
Jieun
dengan cepat menarik dekernya dari tangan Baekhyun dan segera memakainya lagi.
Ekspresinya berubah seketika, yang biasanya terlihat bodoh, dia terlihat serius
sekarang. Daripada terlihat malu setelah bekas lukanya terlihat, dia malah
terlihat takut. Jieun pun segera memungut serpihan ponselnya dan secepat
mungkin pergi dari situ.
“Oppa?”
tanya Jiyeon, “Gwenchana?”
Baekhyun
seakan tersadar dari pemikirannya sendiri, “Ah, gwenchana.”
“Jadi,
dia menyembunyikan bekas luka itu selama ini?” gumam Suzy.
“Aku
benar-benar tak menyangka.” Gerutu Jiyoung, dia masih marah pada tiga lelaki
tadi.
“Memang
masih belum ada yang mengenalnya.” Kata Sulli.
“Ne?”
tanya Krystal.
“Dia
juga murid baru sepertimu.” Jawab Sulli.
“Murid
baru?”
“Ya,
kau baru satu bulan disini kan? Dan dia satu bulan lebih lama disini.” Jelas
Jieun.
Kejadian
barusan benar-benar membuat situasi menjadi canggung. Baekhyun pergi dan Jiyeon
kembali pada teman-temannya.
“Ok,
barusan itu memang buruk untuk Jieun. Tapi tetap saja aku cemburu melihatnya,
Jieunlah gadis pertama yang lengannya di sentuh Baekhyun oppa.” Gerutu Jiyeon.
“Jiyeon-ah,
dewasalah. Gadis mana yang mau jika kejadiannya seperti ini? Itu mempermalukan
Jieun kau tahu?” kata Sulli.
“Ara.”
Jawab Jiyeon, namun dia masih menekuk wajahnya.
Krystal
masih melihat kea rah Jieun terjatuh tadi yang saat ini sudah kosong, entah
mengapa sesuatu mendadak menyerang otaknya. Ekspresi orang-orang yang
dilihatnya, menjadi teka-teki di otak Krystal.
***
“Pergi! Lari dari sini! Cepat! Kau harus
selamat! Kau harus meneruskan semuanya!” Dia masih bisa mendengar teriakan
ayahnya. Dia tahu memang itu yang harus ia lakukan, namun semuanya terasa
berat. Masa depannya terlihat suram setelah melihat kematian ibunya atau
mungkin ayahnya juga sebentar lagi. Gadis ini sudah tak punya siapa-siapa lagi.
Setelah ini, jika dia masih bisa selamat, dia harus menjalani hidupnya sendirian.
Meneruskan apa yang telah dilakukan ayahnya sendirian.
Gadis itu segera
lari, sebersit pikiran bahwa dia tak mau melihat ayahnya mati di depan matanya
muncul. Lari sekuat dan secepat mungkin. Dia tahu ada seekor serigala yang
mengejarnya. Yang ada di otaknya sekarang, dia harus hidup, dia harus bertahan
hidup setelah semua ini. Agar kematian seluruh keluarganya tidak sia-sia, dia
harus bertahan hidup. Harapan hidupnya tak boleh dihancurkan hanya oleh
makhluk-makhluk mengerikan itu.
Gadis itu terus berlari
di antara pepohonan. Dia sudah tak merasakan sakitnya kakinya yang telanjang
itu terkena bebatuan dan benda-benda lain. Sedetik kemudian dia tak mendengar
lagi ada yang mengejarnya. Ini terlalu mudah, pikirnya, tak mungkin larinya
bisa mengalahkan mahkluk itu. Dia berhenti di balik sebuah pohon besar berniat
menyemprotkan parfum yang ia bawa sedari tadi pada tubuhnya sendiri, namun
belum sempat ia melakukannya, seekor serigala yang sedari tadi mengejarnya sudah
menerkamnya, merobohkan tubuhnya ke tanah. Serigala yang satu ini memang
bertubuh paling kecil dari kawanannya tadi, namun tetap saja, gadis itu tak
kuat melawannya.
Gadis itu bisa
merasakan panasnya nafas serigala yang sudah siap menghabisi nyawanya itu.
Disaat seperti ini yang ada dalam pikirannya hanya dia harus bisa melawan
serigala ini. Gadis itu dengan sekuat mungkin menendang perut serigala itu, itu
berhasil membuat serigala itu mundur. Gadis itu segera bangkit dan lari lagi,
namun serigala itu sudah berhasil menggigit lengan kanannya dan mencegahnya
pergi.
“Aaaaaaaaaaargh!”
teriak Gadis itu kesakitan, dia sudah serasa diujung mautnya. “Jebal….jebalyo….hajima..”
gadis itu menangis lagi. Dia tahu memang tak ada hasilnya memohon pada serigala
itu. “Jebal….” Mereka saling menatap. Entah apa yang terjadi, serigala itu
melepas gigitannya, memperlihatkan luka menganga penuh darah di lengan kanan
gadis itu, lalu meninggalkan gadis itu begitu saja.
Gadis itu menghela
nafas beratnya. Darah dalam tubuhnya terasa panas. Dia tahu, gigitan itu, jika tidak
membunuhnya, berarti membuatnya menjadi seperti mereka, salah satu dari mereka.
Membuatnya menjadi seperti mereka setiap bulan pernama. Setelah itu
lama-kelamaan, tubuhnya melemas, pandangannya menggelap, ia tak sadarkan diri.
TBC...
wuaaaaaa padahal kemaren kemaren udah nemu ff ini, tapi ga tertarik gara gara past liat cast nya kaistal ._.v tapi akhirnya baca juga gara gara ada jiyoung nya .-. dan ternyataaa seru banget >< itu anak kecil yang dikejar kejar itu jieun ya? terus jangan jangan serigala yang ngejar ngejar jieun itu baekhyun? *sotoy* ._____.a daebak!! ><)b
BalasHapus