Kai, masuk ke dalam rumah
Krsytal, setelah krystal menyambutnya. Rumah itu terlihat nyaman. Tidak begitu
besar namun cukup lebar untuk keluarga Krystal yang hanya bertiga itu.
“Jadi,
kau selalu sendirian begini?” tanya Kai memecahkan situasi canggung itu.
Krystal
tersenyum, “Ya, tapi tidak setiap hari. Orang tuaku pasti pulang akhir minggu.”
“Tidak
kesepian?” tanya Kai lagi , setelah Krystal mempersilahkannya duduk di sofa
ruang tamunya.
“Aku
sudah terbiasa.” Jawab Krystal, “Ingin kubuatkan minum apa?”
“Ah,
terserah kau saja.”
“Jus
jeruk?”
“Boleh.”
Jawab Kai, lalu mengeluarkan beberapa buku dari tasnya. Dia menampar pelan
pipinya, bermaksud menghentikan tubuhnya yang tak bisa rileks itu. Dia sadar
dia sedang berdebar sekarang.
Krystal
kembali dengan dua gelas jusnya. Mereka lalu segera mengerjakan tugas mereka.
Mereka duduk sembarangan di lantai dan sesekali menulis di meja setelah
berdiskusi di lantai. Hampir dua jam mereka saling tertawa mendengar perkataan
satu sama lain. Untung saja mereka masih menyelesaikan tugas mereka.
Sesekali
mereka juga saling bercerita, “Jadi orang tuamu punya Hotel di luar kota?”
tanya Kai.
“Ah,
itu dulunya milik kakekku.” Jawab Krystal.
“Itu
keren.” Kata Kai.
“Oh
ya, Kyungsoo, yang sekelas dengan kita itu, kau dekat dengannya ya?”
“Do
Kyungsoo? Ne, waeyo?”
“Ani.”
Krystal menahan tawa.
“Wae?”
“Bukankah
dia sering terlihat seperti Ajuma cerewet saat memarahi anak lain yang megotori
kelas?” Krystal tertawa.
Kai
juga tertawa, “Ya, dia memang begitu. Dia juga sering memarahiku saat aku lupa
membawa bekal. Dia sudah seperti Eommaku.”
“Jinja?”
Krsytal semakin tertawa.
Mereka
larut dalam perbincangan mereka, namun masih tetap sambil mengerjakan tugas
mereka.
“Jadi,
kau yakin dengan hasil ini?” tanya Krystal sambil melihat hasil pekerjaan
mereka.
“Kenapa
tidak? Kita sudah berusaha sebaik-baiknya. Ternyata kau hebat soal bahasa
Inggris. Aku tak menyangka.”
Krystal
tertawa, “Apa aku terlihat bodoh sebelumnya?”
“Ani,
bukan begitu maksudku.” Jawab Kai cepat, “Aku hanya berpikir, selain cantik kau
juga pintar. Pribadimu menyenangkan. Ya kau menyenangkan.”
Wajah
Krystal melebur merah, dia tak menyangka Kai akan bicara soalnya seperti ini.
“Ah, begitukah?” tanyanya canggung.
Kai
juga menjadi canggung, “Ne, aku tidak sedang berbohong.”
Setelah
setengah jam kemudian, Kai beranjak pulang. Krystal mengantarnya ke
pintu.”Senang bisa menghabiskan waktu denganmu seperti ini.” Kata Kai.
Krystal
tersenyum, “Senang bisa mengenalmu lebih dalam.”
“Gowamo
jusnya. Aku pulang.” Katanya lalu berbalik.
“Anyeong!”
kata Krystal membuat Kai berbalik lagi.
“Anyeong!”
balasnya.
Baru
Krystal mau menutup pintunya, namun dia membukanya lagi bersaamaan saat Kai
berbalik lagi. Mereka mau berkata disaat bersamaan, lalu malah tertawa.
“Kau
duluan.” Kata Kai.
“Ani
kau duluan.” Kata Krystal.
“Ani,
aku sudah lupa mau bicara apa.”
“Aku
juga.” Mereka lalu tertawa lagi. Krystal benar-benar menyukai tawa Kai itu. Dia
senang tawa itu dibuat bersamanya seperti saat ini.
“Baiklah,
malam. Sampai bertemu di kelas besok..” kata Kai.
“Malam.”
Krystal tersenyum senang.
***
Krystal
membaca tulisan di depan kafe itu, ‘Warm Lantern CafĂ©’. Krsytal memasukinya,
betul ini kafe yang harus ia datangi. Dia ada janji dengan teman-temannya di
kafe itu. Itu tempat yang nyaman untuk menghabiskan waktu di kota kecil ini.
Krystal
memilih meja dekat jendela agar ia bisa melihat orang-orang berlalu lalang.
Lalu seorang pelayan menghampirinya, “Kau mau pesan apa?” tanyanya, Krystal
mengenalinya sebagai Jieun. Deker berwarna biru tua sekarang menyelimuti lengan
kanannya dengan nyaman, terlihat lebih baik dari seragam sekolah dan deker
hitamnya, seragam kafe yang hitam itu membuatnya lebih enak dilihat.
“Jieun?
Kau bekerja disini?” tanya Krystal.
Jieun
tersenyum bodoh seperti biasa, alih-alih yang Krystal kira dia akan merasa
canggung bertemu dengannya setelah kejadian waktu itu, saat lukanya terlihat.
Jieun bersikap seakan tak ada apa-apa. “Ya, setelah sekolah aku bekerja disini,
sampai malam. Jadi kau tahu sendiri mengapa aku selalu tertidur di kelas.”
“Oh,
begitu.Bisa aku pesan nanti setelah yang lain datang?”
“Kau
menunggu orang?” tanya Jieun. “Kim Jongin?”
Wajah
Krystal melebur merah, “Ani, Aku menuggu Jiyeon dan lainnya.”
“Ah
mereka. Aku kira kau akan berkencan disini bersama Kim Jongin itu.” Kata Jieun
polos.
“Ani.
Lagipula kami tidak jadian.” Krystal benar-benar merasa kikuk sekarang.
“Tapi
kau menyukainya kan?” ekspresi Jieun berubah serius, “Kau yakin kau akan kuat
bersamanya?”
“Ne?”
Ekspresi
Jieun berubah seperti biasa lagi, senyum bodohnya kembli lagi, “Ani. Jadi biar
kuambil pesanan kalian nanti.”
Tak
lama kemudian satu persatu teman Krystal datang.
“Ya,
kenapa dengan wajahmu?” tanya Jiyoung pada Suzy, dia terlihat sedih.
“Entahlah.
Chanyeol oppa aneh akhir-akhir ini.” Kata Suzy. “Dia seperti menghindariku.”
Lalu
pelayan lain mengambil peasanan mereka, bukan Jieun.
“Waeyo?”
tanya Krystal.
“Na
do molla.” Jawab Suzy.
“Xiumin
oppa sudah bisa aku ajak bicara, tapi dia masih tetap butuh waktu sendiri.”
Kata Jiyoung.
“Kenapa
Lelaki akhir-akhir ini?” tanya Sulli. “Kau tahu rasanya aneh sudah beberapa
hari ini Jongdae oppa tidak terlihat.”
“Ah,
kau mulai merindukannya ya?” goda Jiyoung. “Kau benar-benar sudah jatuh di
tanganya. Usahanya tidak sia-sia ternyata.” Jiyoung tertawa.
“A..Ani.
Hanya terasa aneh. Tapi aku berharap ini terus berjalan seperti ini.” Sulli
meminum kopinya yang baru datang.
Jiyoung
masih tertawa, “Sungguh kau ingin terus seperti itu? Saat kau menyadari kau
benar-benar merindukannya, itu akan terlambat.”
“Diamlah
Jiyoung!” kata Sulli. Krystal tertawa.
“Baekhyun
oppa juga aneh. Semenjak kejadian itu, dia jadi pendiam. Dia bahkan tak
menanggapi perkataanku satupun. Bahkan pesanku juga.” Kata Jiyeon malas sambil
meminum lattenya.
“Mungkin
dia Merasa bersalah pada Jieun setelah itu.” Kata Sulli.
“Ssstt.
Dia bekerja disini.” Bisik Krystal.
“Oh
Jinja?” tanya Jiyoung terkejut.
“Begitukah?
Aku jarang ke tempat ini jadi aku juga tak pernah melihatnya.” Kata Sulli.
“Jiyeon-ah,
seperti yang kau bilang,” Jiyoung memelankan suaranya. “Jieun kan gadis pertama
yang lengannya disentuh Baekhyun oppa?”
Jiyeon
hanya memperhatikannya.
“Jadi,”
Sulli meneruskan, “Dia hanya sedang merasa bersalah, sekalinya menyentuh lengan
seorang gadis, dia mempermalukan gadis itu. Bukan begitu?”
“Geurae!”
kata Jiyoung dengan gaya kekanakannya,”Itu yang mau aku katakan.”
“Bisakah
kalian diam? Kalian memperburuk suasana.” Gerutu Jiyeon. “Kalian tahu betapa
inginnya aku berada dalam posisi itu?” Jiyeon lalu meletakkan kepalanya di atas
meja.
Krystal
menepuk pundak Jiyeon lembut.
Suzy
yang sedari tadi diam, akhirnya berhasil menghubungi Chanyeol, sekarang dia
bicara dengan ponselnya, “Yeoboseyo? Oppa?”
Temannya
yang lain memperhatikannya.
“Jigeum
eodiya?” tanya Suzy khawatir. “Kenapa kau tak memberitahuku keadaanmu? Kau aneh
sekali?”
“Wae?
Dia kenapa?” gumam Jiyoung.
“Mwo?
Sudahlah. Biar aku ke tempatmu.” Kata Suzy akhinya, “Jangan larang aku.” Dia
memutus teleponnya.
“Wae
Suzy wae?” tanya Jiyoung penasaran.
“Aku
jelaskan besok di sekolah. Aku pergi dulu.” Kata Suzy lalu beranjak dari
kursinya.
“Kau
mau kemana?” tanya Jiyeon.
“Ke
rumah Chanyeol oppa.” Jawab Suzy. “Anyeong!”
“Hati-hati
Suzy-ah!” kata Sulli.
Suzy
tersenyum lalu pergi. Mereka melihatnya tersenyum lagi lewat kaca kafe itu saat
Suzy lewat.
“Semoga
tidak ada masalah serius.” Kata Jiyoung.
“Ya
semoga saja.” Kata Sulli.
Krystal
juga beharap hal yang sama. Pandangannya menyapu jalanan aspal yang agak sepi
lalu berpindah ke langit malam yang entah kenapa terlihat menyeramkan dengan
bulan penuhnya.Ini malam bulan purnama.
***
Terdengar
lolongan serigala di atas bukit yang letaknya cukup jauh dari kota itu. Keempat
ekor serigala itu berjalan menghampiri seorang lelaki yang sedang mengerang
kesakitan, seketika itu juga keempat ekor serigala tadi merubah wujudnya
menjadi manusia, empat lelaki lebih tepatnya, sedang berusaha membantu lelaki
di antara mereka tadi.
“Ayo
Kai! Kau pasti bisa.” Kata Kyungsoo.
“I…Ini
sulit. Me…na…han se…muanya.” Jawab kai, tubuhnya penuh keringat, ia berlutut di
tanah mengahadap ke bulan purnama di atas sana.
“Sepertinya
dia tak berhasil lagi kali ini.” Kata Baekhyun lalu mengambil beberapa potong
daging yang sudah matang dari atas panggangan yang disiapkan Xiumin dan
Kyungsoo tadi dan memakannya.
“Jadi.”
Xiumin tersenyum sambil memakan daging yang sama seperti yang dimakan Baekhyun.
“Ini sudah seperti manusia kan? Memanggang daging bersama teman di bukit?
Anggap saja kita pergi liburan setiap bulan purnama.”
“Tapi
Kai masih belum bisa.” Kyungsoo mengambil potongan besar daging mentah yang
masih belum di panggang. Lalu mereka semua mundur karena Kai lagi-lagi tak
berhasil menahan perubahannya. Seketika itu Kai berubah menjadi seekor serigala
dan mengaung sejadinya.
Kyungsoo
melemparkan daging yang dipegangnya pada serigala yang tadinya Kai itu. “Kau
harus mengajarinya Baekhyun hyung.”
“Aku?”
tanya Baekhyun santai, dia memakan daging lain, “Sudah kubilang itu semua
terjadi begitu saja. Bukankah kalian melaluinya lewat latihan? Seharusnya kalian
yang bisa mengajarinya.”
“Bukankah
kau bisa melakukannya karena agadis itu? Haruskah kita membuat Kai memikirkan
Krystal?” tanya Xiumin.
“Jadi dia
benar-benar menyukainya?” tanya Baekhyun.
“Terlihat
jelas.” Jawab Xiumin, “Kadang aku berpikir, aku bisa mengontrolnya Karena aku
memikirkan Jiyoung.”
Serigala Kai itu
selesai memakan dagingnya lalu berlarian ke arah hutan, seperti anjing
frustasi.
“Kemana
Chanyeol disaat seperti ini?” tanya Xiumin.
“Dia
sedang frustasi, dia sedang berusaha menghindari Suzy, seperti katamu.” Jawab
Baekhyun.
“Tenanglah,
dia sudah bisa mengontrolnya seperti kita. Masalah kita saat ini adalah Kai.”
Kata Jongdae. Dia baru kembali dari mobil yang mereka parkir di bawah bukit.
Dia membawa daging lain.
“Kapan
kau pergi mengambilnya? Aku tak melihatmu?” tanya Xiumin.
“Kau
lupa aku ini apa hyung?” canda Jongdae.
“Dan
kau juga sedang berusaha menghindari Sulli kan?” tanya Kyungsoo.
“Bisa
tidak menyebutnya?” tanya Jongdae lalu melahap daging yang Baekhyun ambil dari
panggangan.
Kyungsoo
menuju tenda yang sudah mereka siapkan sejak sore tadi. “Ada yang membawa
selimut tambahan? Malam ini lebih dingin dari yang aku kira.”
“Tumben
sekali kau tidak membersiapkannya secara baik?” Xiumin tertawa.
“Tapi
entah kenapa aku punya firasat buruk dengan Chanyeol.” Kata Baekhyun tiba-tiba.
“Firasat
apa?” tanya Xiumin.
“Lupakan.”
Kata Baekhyun, dia sudah bosan dengan daging-dagingnya.
“Wae?
Kau sepertinya punya masalah? Ceritakan pada kami.” Kata Jongdae.
“Kau
yakin?”
“Ne,
wae?” tanya Xiumin.
“Karena
sepertinya ini buruk untuk kita.” Kata Baekhyun.
Jongdae
tersenyum tak senang, “Apa itu sebenarnya?”
“Apa
aku ketinggalan?” tanya Kyungsoo.
“Ani,
dia baru mau cerita.” Jawab Xiumin.
“Kalian
tahu kan malam dimana aku mulai bisa mengontrol ini semua?” tanya Baekhyun,
dijawab anggukan oleh mereka, “Setelah aku menggigit lengan gadis itu,
tiba-tiba niatku untuk membunuhnya hilang setelah melihatnya menangis dan
memohon padaku. Setelah itu aku pergi jauh, karena aku tahu aku akan segera
jadi manusia. Dan benar, seketika setelah aku berhenti berlari, aku kembali
menjadi manusia lagi.”
“Lalu?”
tanua Xiumin.
“Lengan
itu, lengan kanan yang sudah aku gigit. Aku rasa aku melihatnya lagi.” Jawab
Baekhyun, membuat teman-temannya tercekat.
“Mwo?
Dimana? Lengan siapa itu?” tanya Jongdae.
“Lee
Jieun. Gadis aneh itu.” Jawaban baekhyun yang satu ini benar-benar membuat
mereka terkejut.
“Maldo
andwe! Mungkin kau salah. Bagaimana kau bisa ingat itu lengannya?” tanya Jongdae.
“Jadi?”
Kyungsoo berpikir, “Jangan bilang selama ini dia menyembunyikan bekas lukanya
itu.”
“Aku
kira selera fashionnya jelek, ternyata itu ada maksudnya?” tanya Jongdae tak
habis pikir.
“Kau
yakin itu dia?” tanya Xiumin.
“Aku
juga tak ingin aku yakin, tapi aku masih ingat bekas lukanya, tepat di situ aku
menggigitnya dua tahun lalu.” Jelas Baekhyun.
“Bagaimana
bisa lukanya terlihat?” tanya Jongdae.
“Aku
tak sengaja menarik dekernya. Dia langsung ketakutan setelah bekas lukanya
terlihat. Tatapan ketakutannya padaku, benar-benar seperti gadis dua tahun lalu
itu.” Jelas Baekhyun lagi.
“Ini
gila. Apa dia tidak menjadi salah satu dari kita? Gigitan itu? Dia tidak mati,
berarti dia juga salah satu dari kita?” tanya Jongdae.
“Aku
tak tahu soal itu.” Jawab Baekhyun.
“Intinya
Lee Jieun tahu soal manusia serigala kan?” Kyungsoo menarik kesimpulan.
“Ini
memang buruk Baek.” Kata Jongdae.
“Ah,
aku ingat kau pernah bilang, gadis dua tahun lalu itu adalah putri ilmuwan yang
meneliti tentang makhluk seperti kita kan?” tanya Xiumin.
“Ne,
wae?” tanya Baekhyun.
“Bukankah
kalau begitu, Jieun sebatang kara? Kau yakin saat kau bilang keluarganya habis
malam itu?”
“Itu
yang kuingat, kalian tahu saat itu aku masih belum bisa mengontrolnya.” Jawab
Baekhyun putus asa.
“Dia
murid baru di sekolah kita. Apakah mungkin dia memang mencari kita?” Kyungsoo
ternggelam dalam pemikirannya sendiri.
“Entahlah…”
kata Xiumin.
“Kemana
Kai?” tanya Jongdae.
“Biar
dia menghabiskan tenaganya, yang penting dia tidak membuat masalah.” Kata
Kyungsoo. “Besok pagi dia pasti sudah tidur di sebelah kita dalam tenda.”
“Seperti
biasa.” Tambah Xiumin. “Senangnya besok tak perlu ke sekolah.” Ia lalu menyusul
Kyungsoo.
Baekhyun
masih dalam pemikirannya sendiri, dia berusaha menyambung semua perkiraannya
tentang Jieun. Dia jadi penasaran soal gadis itu. Gadis yang membuatnya
berhasil mengontrol perubahannya.
***
“Oppa?”
Suzy mencari Chanyeol hingga ke halaman belakang rumahnya. Tempat itu
benar-benar sepi. Suzy heran kenapa orang tua Chanyeol selalu tak ada saat Suzy
berkunjung. Bahkan saat ini rumah di biarkan tanpa dikunci. Suzy khawatir
terjadi sesuatu pada Chanyeol.
“Oppa
eodiya?” tanya Suzy lagi. “Opp..” Suzy terkejut saat ada seseorang di
belakangnya. “Oppa kau mengagetkanku.” Ternyata dia Chanyeol.
“Kenapa
kau kesini?” tanya Chanyeol khawatir.
“Sudah
kubilang aku khawatir padamu. Kenapa kau seperti ini? Akhir-akhir ini kau
menghindariku.” Jelas Suzy matanya berkaca-kaca.
“Uljima
jebal.” Chanyeol memegang bahu Suzy. “Mianhae.” Dia tak bisa menjelaskan
alasannya.
“Berjanjilah
kau tidak seperti ini lagi.” Kata Suzy. “Yaksok?”
Chanyeol
mengangguk,“Yaksok.”. dia sadar dia tak bisa menghindari Suzy. Sekuat apapun
dia berusaha, dia selalu gagal.
Sedetik
kemudian Suzy memeluk dan menciumnya. Dia benar-benar merindukan Chanyeol,
begitu juga sebaliknya.
Tak
lama kemudian mereka saling memisahkan diri setelah terdengar ada yang datang
dari arah belakang halaman itu.
“Besenang-senang
Chanyeol-ssi?” tanya seseorang. Dua orang datang, seketika Chanyeol sadar
keadaannya terlalu berbahaya untuk Suzy.
“Siapa
mereka oppa?” bisik Suzy. Dia juga mulai takut.
Chanyeol
mendorong Suzy ke belakangnya, “Suho hyung? Tao?”
“Lama
tak bertemu.” Kata Suho dengan senyum manisnya, namun terlihat berbahaya. Suzy
menggenggam erat tangan kiri Chanyeol. “Apa kau tidak terkejut kami sudah bisa
mengontrolnya juga? Sepertimu?”
Chanyeol
bingung harus berbuat apa, ada Suzy disini.
“Tentu
kami juga bisa mengontrolnya. Itu hanya butuh latihan, dan jika kita sudah
cukup umur, kita bisa melakukannya.” Jelas Suho.
“Apa
yang sebenarnya dia bicarakan?” tanya Suzy pada Chanyeol, jelas Chanyeol tak
bisa menjawabnya.
“Sepertinya
gadis manis dibelakangmu itu belum mengerti apa-apa.” Kata Suho. Tao hanya diam
saja di belakang Suho.
“Oppa?”
tanya Suzy.
“Jadi,
kalian belum berubah pikiran kan?” tanya Suho.
“Kami
takkan berubah pikiran. Ini pilihan kami.” Kata Chanyeol.
Suho
tertawa mengejek, “Apa hebatnya hidup seperti manusia biasa? Bersembunyi di
antara mereka? Membiarkan mereka sewenang-wenang pada kita? Menganggap kita
lemah? Bukankah itu membuatmu ingin membunuh mereka?”
“Ani!”
kata Chanyeol. “Kita punya pemikiran yang berbeda.”
Suho
menjadi marah, “Kita ditakdirkan menjadi pembunuh! Kenapa kalian melawannya?
Tidak ingatkah kau manusia pernah berusaha membasmi kita sebelumnya?”
“Tapi
balas melakukan itu semua karena balas dendam, membuat kita sama saja dengan
mereka.” Jelas Chanyeol.
“Kau
banyak alasan! Ini peringatan untuk yang lain. Tao!” Suho memberi aba-aba pada
Tao, seketika mereka berdua berubah menjadi serigala.
“Aaaaaaaaaa!”
teriak Suzy di tak bisa mempercayai apa yang ada di hadapannya, ia berharap
matanya sedang membohonginya.
Chanyeol
tetap berusaha melindungi Suzy di belakangnya.
Suho
menyerang Chanyeol yang masih dalam wujud manusianya. Tubuh Chanyeol terlempar
agak jauh. Suho menghampirinya.
“Oppa!!!”
jerit Suzy.
Sedangkan
Tao menghampiri Suzy dan mulai menerkamnya. “Aaaaaa!!!” Suzy tak bisa berhenti
menjerit.
“Andwe!
Suzy!” teriak Chanyeol, seketika itu juga ia berubah menjadi serigala dan
berhasil membuat Suho mundur.
Chanyeol
menyerang Tao agar Suzy terlindungi, namun yang terjadi pada Suzy adalah,
keterkejutan yang luar biasa. Chanyeol, kekasihnya, lelaki yang selama ini
dicintainya berubah menjadi makhluk semengerikan itu. “Oppa?” Suzy ternganga.
Di
saat Chanyeol sibuk bertarung dengan Tao. Suho mengambil kesempatan itu, tanpa
ampun dia menyerang Suzy, merobek kulit-kulitnya yang bersih.
Serigala
Chanyeol melihatnya, dia marah. Dia tahu jeritan ketakutan Suzy bahkan sudah
tak terdengar lagi. Dia menyerang Tao sekuat tenaganya. Setelah Suzy
benar-benar tak bernafas lagi, Suho pergi dengan Tao mengikutinya.
Chanyeol
kembali ke wujud manusianya, dia tahu dia takkan sanggup mengejar Suho dan Tao,
lagipula dia kalah jumlah. Dengan lemas Chanyeol menghampiri tubuh Suzy yang
penuh luka. Luka-lukanya akibat pertarungan tadi sangatlah tidak seberapa
dengan luka-luka gadis tak bernyawa di hadapannya saat ini. Air mata Chanyeol
mengalir deras begitu saja,”Suzy….” Rintihnya.
***
“Kau
tidak berangkat bersama Suzy hari ini?” tanya Sulli pada Jiyeon yang baru
sampai di kelas mereka.
“Ani,
aku sudah meneleponnya, tapi ponselnya mati.” Jawab Jiyeon sambil duduk di
bangkunya.
Krystal
dan Jiyoung juga ikut menyimak pembicaraan itu.
“Aneh
sekali?” tanya Jiyoung, “Tidak biasanya dia begitu.”
“Semalam
aku memikirkan Baekhyun oppa jadi aku kesiangan. Tadinya aku kira Suzy yang
meninggalkanku berangkat lebih dulu.” Jelas Jiyeon.
“Jam
segini dia belum datang.” Kata Sulli sambil mengecek jam tangannya.
“Apa
semalam tak terjadi apa-apa?” tanya Krystal khawatir.
Bel
masuk berbunyi, seorang guru yang bukan waktunya mengajar, masuk ke kelas
mereka, wajahnya benar-benar tak enak dilihat.
“Aku
harus memberitahu ini pada kalian.” Kata Guru itu berat, “Alasan mengapa teman
kalian Bae Suzy sekarang tidak ada di tempatnya,…”
Semua
orang di kelas itu melihat bangku di antara Jiyeon dan Krystal yang kosong.
“Teman
kita Bae Suzy sudah tidak bersama kita lagi di dunia ini. Ya, semalam dia
meninggal dunia.”
“Maldo
andwe!” seketika Jiyoung menangis.
Lebih
terkejut dari yang lain, Sulli, Krystal dan Jiyeon menutup mulut mereka,
benar-benar tak percaya dengan apa yang mereka dengar.
“Kalian
bisa teruskan pelajarannya setelah ini. Tapi Choi Sulli, Kang Jiyoung, Park Jiyeon
dan Jung Krystal, bisa ikut aku?”
Jieun
melihat mereka pergi, masih dengan tubuh mereka yang bergetar hebat akibat
keterkejutan itu. Seketika kantuknya menghilang. Dia melihat Kai dan Kyungsoo
saling menatap khawatir di bangku mereka.
***
Krystal
dan teman-temannya duduk berjejer. Sudah bukan Jiyoung lagi yang menangis,
Jiyeon juga. Sedangkan dia dan Sulli hanya sedikit menitihkan air mata, mereka
masih cukup kuat untuk menahannya.
Mereka
di panggil satu persatu untuk masuk ke dalam ruang lain untuk ditanyai. Krystal
masuk terlebih dahulu. Guru dihadapannya mulai menanyainya, “Jadi kapan
terakhir kau bersama Bae Suzy?”
“Ka..kami
pergi ke kafe bersama semalam.” Jawab Krystal.
“Mayatnya
ditemukan di depan rumahnya dengan keadaan mengenaskan. Luka dimana-mana. Entah
siapa yang melakukan itu padanya. Polisi masih dalam penyelidikan. Keadaan
orang tuanya saat ini benar-benar kacau. Setelah ini mungkin akan ada polisi
yang juga menanyai kalian. Jadi sebaiknya kalian bersiap.”
Telinga
Krystal terasa sakit. Kenapa kematian Bae Suzy, teman menyenangkan yang baru
dikenalnya tiga bulan ini, harus semengerikan itu. Dia tak menyangka senyum
Suzy semalam itu akan menjadi senyum terakhir yang dilihatnya. “Songsaenim,
terakhir kali aku bertemu dengannya, dia pergi menemui kekasihnya. Park
Chanyeol.”
“Park
Chanyeol? Murid sekolah ini?”
Krystal
mengangguk.
“Baiklah,
aku rasa polisi juga perlu menanyainya. Kau bisa keluar dulu. Panggilkan Choi
Sulli untukku.”
Krystal
keluar, dia memanggil Sulli seperti yang disuruh. Dia keluar dari ruang guru
itu tak tega melihat keadaan teman-temannya yang lain. dia juga tak mau
menjawab pertanyaan mereka dan memberitahu mereka seperti apa keadaan mayat Suzy. Krystal berjalan sejadinya di koridor,
ia sendiri tak tahu harus kemana. Dia sama sekali tak punya niatan kembali ke
kelas dan mengikuti pelajaran selanjutnya.
Lalu
di kelokkan, ia melihat Jieun. Jieun terlihat baru saja memasukkan botol parfum
ke sakunya. Jieun menuju ke ruang laboratorium, berhenti di depan pintunya lalu
menempelkan telinganya di daun pintunya.
Krystal
bersembunyi di balik salah satu pilar di koridor itu agak jauh dari tempat
Jieun berada. Dia benar-benar penasaran dengan apapun itu yang sedang dilakukan
Jieun.
Jieun
mendengar pembicaraan beberapa orang yang sedang berada dalam laboratorium yang
sedang tak dipakai untuk kelas itu.
“Ini
gila. Ini benar-benar gila.” Kata Xiumin putus asa.
“Chanyeol
juga tidak ke sekolah hari ini.” Kata Baekhyun. “Aku tak tahu lagi tempat
dimana bisa menemukannya. Rumahnya jelas kosong.”
“Apa
kematian Suzy ada hubungannya dengan Chanyeol?” tanya Kai khawatir.
“Kita
belum tahu apa-apa. Harusnya kita bisa menemukan Chanyeol sekarang dan
menanyainya.” Usul Kyungsoo.
“Ya
memang itu yang harusnya kita lakukan.” Jongdae setuju. “Harusnya kita tetap
seperti biasa tidak masuk sekolah setelah bulan purnama. Kalau kita masih
berkumpul di tenda di bukit itu, kita akan mudah mencari Chanyeol. Sekarang
kita terjebak di sekolah ini.”
“Kai
yang meminta kita kembali ke kota dini hari tadi. Tak tahukah dia badanku
rasanya remuk?” keluh Xiumin. “Padahal dia lebih parah. Bukankah dia yang
paling lelah dari kita semua?”
Tiba-tiba
seseorang membuka pintu laboratorium, membuat kelima lelaki itu terlonjak
terkejut. “Ah… Jwesonghamnida…” itu Jieun. “Aku kira ini ruang kendali kamera
pengintai. Permisi…” katanya lalu pergi lagi.
“Ah,
gadis aneh itu. Sudah berapa lama dia sekolah disini? Masih tidak tahu apa-apa
begitu. Jantungku hampir copot!” keluh Jongdae.
Baekhyun
masih melihat bekas tempat Jieun berdiri tadi, “Ani, perkiraan kita benar. Dia
tahu segalanya soal kita.” Lalu Baekhyun melihat ke pojok atas ruangan itu. Dan
sebuah kamera pengintai terpasang disana.
“Bodohnya
kita bicara disini!” Kyungsoo menepuk dahinya.
“Jadi
dia berusaha memberitahu kita dengan cara bodoh itu?” Jongdae mengangkat
sebelah alisnya.
Kai
segera berlari keluar bermaksud mencari Jieun dan dengan cepat menanyainya agar
semua pertanyaan dalam otaknya bisa terjawab.
Krystal
terkejut Kai yang keluar dari ruangan itu. Dia juga melihat Jieun belum pergi
kemana-mana. Hanya bersembunyi di samping ruang itu, dia habis memakai pafum
yang dibawanya tadi. Jieun tersenyum puas Kai kehilangan jejaknya. Kai menghela
nafas lalu panjang lalu kembali ke dalam ruangan itu. Krystal berbalik dengan
masih menyembunyikan dirinya. Dia benar-benar bingung dengan apa yang
orang-orang itu lakukan. Dia takut ini semua ada hubungannya dengan kematian
Suzy. Orang-orang baru ini, Krystal benar-benar ingin mengenal mereka lebih
dalam.
TBC...
kok rada merinding juga ya baca nya TT^TT mau nangis masa pas suzy nya mati :" jieun keren!! rada rada misterius gitu.. lope lope iu <3
BalasHapus