Halaman

Senin, 22 Juli 2013

[FANFIC] Only Love (part 2)





Kai, masuk ke dalam rumah Krsytal, setelah krystal menyambutnya. Rumah itu terlihat nyaman. Tidak begitu besar namun cukup lebar untuk keluarga Krystal yang hanya bertiga itu.
                “Jadi, kau selalu sendirian begini?” tanya Kai memecahkan situasi canggung itu.
                Krystal tersenyum, “Ya, tapi tidak setiap hari. Orang tuaku pasti pulang akhir minggu.”
                “Tidak kesepian?” tanya Kai lagi , setelah Krystal mempersilahkannya duduk di sofa ruang tamunya.

                “Aku sudah terbiasa.” Jawab Krystal, “Ingin kubuatkan minum apa?”
                “Ah, terserah kau saja.”
                “Jus jeruk?”
                “Boleh.” Jawab Kai, lalu mengeluarkan beberapa buku dari tasnya. Dia menampar pelan pipinya, bermaksud menghentikan tubuhnya yang tak bisa rileks itu. Dia sadar dia sedang berdebar sekarang.
                Krystal kembali dengan dua gelas jusnya. Mereka lalu segera mengerjakan tugas mereka. Mereka duduk sembarangan di lantai dan sesekali menulis di meja setelah berdiskusi di lantai. Hampir dua jam mereka saling tertawa mendengar perkataan satu sama lain. Untung saja mereka masih menyelesaikan tugas mereka.
                Sesekali mereka juga saling bercerita, “Jadi orang tuamu punya Hotel di luar kota?” tanya Kai.
                “Ah, itu dulunya milik kakekku.” Jawab Krystal.
                “Itu keren.” Kata Kai.
                “Oh ya, Kyungsoo, yang sekelas dengan kita itu, kau dekat dengannya ya?”
                “Do Kyungsoo? Ne, waeyo?”
                “Ani.” Krystal menahan tawa.
                “Wae?”
                “Bukankah dia sering terlihat seperti Ajuma cerewet saat memarahi anak lain yang megotori kelas?” Krystal tertawa.
                Kai juga tertawa, “Ya, dia memang begitu. Dia juga sering memarahiku saat aku lupa membawa bekal. Dia sudah seperti Eommaku.”
                “Jinja?” Krsytal semakin tertawa.
                Mereka larut dalam perbincangan mereka, namun masih tetap sambil mengerjakan tugas mereka.
                “Jadi, kau yakin dengan hasil ini?” tanya Krystal sambil melihat hasil pekerjaan mereka.
                “Kenapa tidak? Kita sudah berusaha sebaik-baiknya. Ternyata kau hebat soal bahasa Inggris. Aku tak menyangka.”
                Krystal tertawa, “Apa aku terlihat bodoh sebelumnya?”
                “Ani, bukan begitu maksudku.” Jawab Kai cepat, “Aku hanya berpikir, selain cantik kau juga pintar. Pribadimu menyenangkan. Ya kau menyenangkan.”
                Wajah Krystal melebur merah, dia tak menyangka Kai akan bicara soalnya seperti ini. “Ah, begitukah?” tanyanya canggung.
                Kai juga menjadi canggung, “Ne, aku tidak sedang berbohong.”
                Setelah setengah jam kemudian, Kai beranjak pulang. Krystal mengantarnya ke pintu.”Senang bisa menghabiskan waktu denganmu seperti ini.” Kata Kai.
                Krystal tersenyum, “Senang bisa mengenalmu lebih dalam.”
                “Gowamo jusnya. Aku pulang.” Katanya lalu berbalik.
                “Anyeong!” kata Krystal membuat Kai berbalik lagi.
                “Anyeong!” balasnya.
                Baru Krystal mau menutup pintunya, namun dia membukanya lagi bersaamaan saat Kai berbalik lagi. Mereka mau berkata disaat bersamaan, lalu malah tertawa.
                “Kau duluan.” Kata Kai.
                “Ani kau duluan.” Kata Krystal.
                “Ani, aku sudah lupa mau bicara apa.”
                “Aku juga.” Mereka lalu tertawa lagi. Krystal benar-benar menyukai tawa Kai itu. Dia senang tawa itu dibuat bersamanya seperti saat ini.
                “Baiklah, malam. Sampai bertemu di kelas besok..” kata Kai.
                “Malam.” Krystal tersenyum senang.
***

                Krystal membaca tulisan di depan kafe itu, ‘Warm Lantern CafĂ©’. Krsytal memasukinya, betul ini kafe yang harus ia datangi. Dia ada janji dengan teman-temannya di kafe itu. Itu tempat yang nyaman untuk menghabiskan waktu di kota kecil ini.
                Krystal memilih meja dekat jendela agar ia bisa melihat orang-orang berlalu lalang. Lalu seorang pelayan menghampirinya, “Kau mau pesan apa?” tanyanya, Krystal mengenalinya sebagai Jieun. Deker berwarna biru tua sekarang menyelimuti lengan kanannya dengan nyaman, terlihat lebih baik dari seragam sekolah dan deker hitamnya, seragam kafe yang hitam itu membuatnya lebih enak dilihat.
                “Jieun? Kau bekerja disini?” tanya Krystal.
                Jieun tersenyum bodoh seperti biasa, alih-alih yang Krystal kira dia akan merasa canggung bertemu dengannya setelah kejadian waktu itu, saat lukanya terlihat. Jieun bersikap seakan tak ada apa-apa. “Ya, setelah sekolah aku bekerja disini, sampai malam. Jadi kau tahu sendiri mengapa aku selalu tertidur di kelas.”
                “Oh, begitu.Bisa aku pesan nanti setelah yang lain datang?”
                “Kau menunggu orang?” tanya Jieun. “Kim Jongin?”
                Wajah Krystal melebur merah, “Ani, Aku menuggu Jiyeon dan lainnya.”
                “Ah mereka. Aku kira kau akan berkencan disini bersama Kim Jongin itu.” Kata Jieun polos.
                “Ani. Lagipula kami tidak jadian.” Krystal benar-benar merasa kikuk sekarang.
                “Tapi kau menyukainya kan?” ekspresi Jieun berubah serius, “Kau yakin kau akan kuat bersamanya?”
                “Ne?”
                Ekspresi Jieun berubah seperti biasa lagi, senyum bodohnya kembli lagi, “Ani. Jadi biar kuambil pesanan kalian nanti.”
                Tak lama kemudian satu persatu teman Krystal datang.
                “Ya, kenapa dengan wajahmu?” tanya Jiyoung pada Suzy, dia terlihat sedih.
                “Entahlah. Chanyeol oppa aneh akhir-akhir ini.” Kata Suzy. “Dia seperti menghindariku.”
                Lalu pelayan lain mengambil peasanan mereka, bukan Jieun.
                “Waeyo?” tanya Krystal.
                “Na do molla.” Jawab Suzy.
                “Xiumin oppa sudah bisa aku ajak bicara, tapi dia masih tetap butuh waktu sendiri.” Kata Jiyoung.
                “Kenapa Lelaki akhir-akhir ini?” tanya Sulli. “Kau tahu rasanya aneh sudah beberapa hari ini Jongdae oppa tidak terlihat.”
                “Ah, kau mulai merindukannya ya?” goda Jiyoung. “Kau benar-benar sudah jatuh di tanganya. Usahanya tidak sia-sia ternyata.” Jiyoung tertawa.
                “A..Ani. Hanya terasa aneh. Tapi aku berharap ini terus berjalan seperti ini.” Sulli meminum kopinya yang baru datang.
                Jiyoung masih tertawa, “Sungguh kau ingin terus seperti itu? Saat kau menyadari kau benar-benar merindukannya, itu akan terlambat.”
                “Diamlah Jiyoung!” kata Sulli. Krystal tertawa.
                “Baekhyun oppa juga aneh. Semenjak kejadian itu, dia jadi pendiam. Dia bahkan tak menanggapi perkataanku satupun. Bahkan pesanku juga.” Kata Jiyeon malas sambil meminum lattenya.
                “Mungkin dia Merasa bersalah pada Jieun setelah itu.” Kata Sulli.
                “Ssstt. Dia bekerja disini.” Bisik Krystal.
                “Oh Jinja?” tanya Jiyoung terkejut.
                “Begitukah? Aku jarang ke tempat ini jadi aku juga tak pernah melihatnya.” Kata Sulli.
                “Jiyeon-ah, seperti yang kau bilang,” Jiyoung memelankan suaranya. “Jieun kan gadis pertama yang lengannya disentuh Baekhyun oppa?”
                Jiyeon hanya memperhatikannya.
                “Jadi,” Sulli meneruskan, “Dia hanya sedang merasa bersalah, sekalinya menyentuh lengan seorang gadis, dia mempermalukan gadis itu. Bukan begitu?”
                “Geurae!” kata Jiyoung dengan gaya kekanakannya,”Itu yang mau aku katakan.”
                “Bisakah kalian diam? Kalian memperburuk suasana.” Gerutu Jiyeon. “Kalian tahu betapa inginnya aku berada dalam posisi itu?” Jiyeon lalu meletakkan kepalanya di atas meja.
                Krystal menepuk pundak Jiyeon lembut.
                Suzy yang sedari tadi diam, akhirnya berhasil menghubungi Chanyeol, sekarang dia bicara dengan ponselnya, “Yeoboseyo? Oppa?”
                Temannya yang lain memperhatikannya.
                “Jigeum eodiya?” tanya Suzy khawatir. “Kenapa kau tak memberitahuku keadaanmu? Kau aneh sekali?”
                “Wae? Dia kenapa?” gumam Jiyoung.
                “Mwo? Sudahlah. Biar aku ke tempatmu.” Kata Suzy akhinya, “Jangan larang aku.” Dia memutus teleponnya.
                “Wae Suzy wae?” tanya Jiyoung penasaran.
                “Aku jelaskan besok di sekolah. Aku pergi dulu.” Kata Suzy lalu beranjak dari kursinya.
                “Kau mau kemana?” tanya Jiyeon.
                “Ke rumah Chanyeol oppa.” Jawab Suzy. “Anyeong!”
                “Hati-hati Suzy-ah!” kata Sulli.
                Suzy tersenyum lalu pergi. Mereka melihatnya tersenyum lagi lewat kaca kafe itu saat Suzy lewat.
                “Semoga tidak ada masalah serius.” Kata Jiyoung.
                “Ya semoga saja.” Kata Sulli.
                Krystal juga beharap hal yang sama. Pandangannya menyapu jalanan aspal yang agak sepi lalu berpindah ke langit malam yang entah kenapa terlihat menyeramkan dengan bulan penuhnya.Ini malam bulan purnama.
***
                Terdengar lolongan serigala di atas bukit yang letaknya cukup jauh dari kota itu. Keempat ekor serigala itu berjalan menghampiri seorang lelaki yang sedang mengerang kesakitan, seketika itu juga keempat ekor serigala tadi merubah wujudnya menjadi manusia, empat lelaki lebih tepatnya, sedang berusaha membantu lelaki di antara mereka tadi.
                “Ayo Kai! Kau pasti bisa.” Kata Kyungsoo.
                “I…Ini sulit. Me…na…han se…muanya.” Jawab kai, tubuhnya penuh keringat, ia berlutut di tanah mengahadap ke bulan purnama di atas sana.
                “Sepertinya dia tak berhasil lagi kali ini.” Kata Baekhyun lalu mengambil beberapa potong daging yang sudah matang dari atas panggangan yang disiapkan Xiumin dan Kyungsoo tadi dan memakannya.
                “Jadi.” Xiumin tersenyum sambil memakan daging yang sama seperti yang dimakan Baekhyun. “Ini sudah seperti manusia kan? Memanggang daging bersama teman di bukit? Anggap saja kita pergi liburan setiap bulan purnama.”
                “Tapi Kai masih belum bisa.” Kyungsoo mengambil potongan besar daging mentah yang masih belum di panggang. Lalu mereka semua mundur karena Kai lagi-lagi tak berhasil menahan perubahannya. Seketika itu Kai berubah menjadi seekor serigala dan mengaung sejadinya.
                Kyungsoo melemparkan daging yang dipegangnya pada serigala yang tadinya Kai itu. “Kau harus mengajarinya Baekhyun hyung.”
                “Aku?” tanya Baekhyun santai, dia memakan daging lain, “Sudah kubilang itu semua terjadi begitu saja. Bukankah kalian melaluinya lewat latihan? Seharusnya kalian yang bisa mengajarinya.”
                “Bukankah kau bisa melakukannya karena agadis itu? Haruskah kita membuat Kai memikirkan Krystal?” tanya Xiumin.
“Jadi dia benar-benar menyukainya?” tanya Baekhyun.
“Terlihat jelas.” Jawab Xiumin, “Kadang aku berpikir, aku bisa mengontrolnya Karena aku memikirkan Jiyoung.”
Serigala Kai itu selesai memakan dagingnya lalu berlarian ke arah hutan, seperti anjing frustasi.
                “Kemana Chanyeol disaat seperti ini?” tanya Xiumin.
                “Dia sedang frustasi, dia sedang berusaha menghindari Suzy, seperti katamu.” Jawab Baekhyun.
                “Tenanglah, dia sudah bisa mengontrolnya seperti kita. Masalah kita saat ini adalah Kai.” Kata Jongdae. Dia baru kembali dari mobil yang mereka parkir di bawah bukit. Dia membawa daging lain.
                “Kapan kau pergi mengambilnya? Aku tak melihatmu?” tanya Xiumin.
                “Kau lupa aku ini apa hyung?” canda Jongdae.
                “Dan kau juga sedang berusaha menghindari Sulli kan?” tanya Kyungsoo.
                “Bisa tidak menyebutnya?” tanya Jongdae lalu melahap daging yang Baekhyun ambil dari panggangan.
                Kyungsoo menuju tenda yang sudah mereka siapkan sejak sore tadi. “Ada yang membawa selimut tambahan? Malam ini lebih dingin dari yang aku kira.”
                “Tumben sekali kau tidak membersiapkannya secara baik?” Xiumin tertawa.
                “Tapi entah kenapa aku punya firasat buruk dengan Chanyeol.” Kata Baekhyun tiba-tiba.
                “Firasat apa?” tanya Xiumin.
                “Lupakan.” Kata Baekhyun, dia sudah bosan dengan daging-dagingnya.
                “Wae? Kau sepertinya punya masalah? Ceritakan pada kami.” Kata Jongdae.
                “Kau yakin?”
                “Ne, wae?” tanya Xiumin.
                “Karena sepertinya ini buruk untuk kita.” Kata Baekhyun.
                Jongdae tersenyum tak senang, “Apa itu sebenarnya?”
                “Apa aku ketinggalan?” tanya Kyungsoo.
                “Ani, dia baru mau cerita.” Jawab Xiumin.
                “Kalian tahu kan malam dimana aku mulai bisa mengontrol ini semua?” tanya Baekhyun, dijawab anggukan oleh mereka, “Setelah aku menggigit lengan gadis itu, tiba-tiba niatku untuk membunuhnya hilang setelah melihatnya menangis dan memohon padaku. Setelah itu aku pergi jauh, karena aku tahu aku akan segera jadi manusia. Dan benar, seketika setelah aku berhenti berlari, aku kembali menjadi manusia lagi.”
                “Lalu?” tanua Xiumin.
                “Lengan itu, lengan kanan yang sudah aku gigit. Aku rasa aku melihatnya lagi.” Jawab Baekhyun, membuat teman-temannya tercekat.
                “Mwo? Dimana? Lengan siapa itu?” tanya Jongdae.
                “Lee Jieun. Gadis aneh itu.” Jawaban baekhyun yang satu ini benar-benar membuat mereka terkejut.
                “Maldo andwe! Mungkin kau salah. Bagaimana kau bisa ingat itu lengannya?” tanya Jongdae.
                “Jadi?” Kyungsoo berpikir, “Jangan bilang selama ini dia menyembunyikan bekas lukanya itu.”
                “Aku kira selera fashionnya jelek, ternyata itu ada maksudnya?” tanya Jongdae tak habis pikir.
                “Kau yakin itu dia?” tanya Xiumin.
                “Aku juga tak ingin aku yakin, tapi aku masih ingat bekas lukanya, tepat di situ aku menggigitnya dua tahun lalu.” Jelas Baekhyun.
                “Bagaimana bisa lukanya terlihat?” tanya Jongdae.
                “Aku tak sengaja menarik dekernya. Dia langsung ketakutan setelah bekas lukanya terlihat. Tatapan ketakutannya padaku, benar-benar seperti gadis dua tahun lalu itu.” Jelas Baekhyun lagi.
                “Ini gila. Apa dia tidak menjadi salah satu dari kita? Gigitan itu? Dia tidak mati, berarti dia juga salah satu dari kita?” tanya Jongdae.
                “Aku tak tahu soal itu.” Jawab Baekhyun.
                “Intinya Lee Jieun tahu soal manusia serigala kan?” Kyungsoo menarik kesimpulan.
                “Ini memang buruk Baek.” Kata Jongdae.
                “Ah, aku ingat kau pernah bilang, gadis dua tahun lalu itu adalah putri ilmuwan yang meneliti tentang makhluk seperti kita kan?” tanya Xiumin.
                “Ne, wae?” tanya Baekhyun.
                “Bukankah kalau begitu, Jieun sebatang kara? Kau yakin saat kau bilang keluarganya habis malam itu?”
                “Itu yang kuingat, kalian tahu saat itu aku masih belum bisa mengontrolnya.” Jawab Baekhyun putus asa.
                “Dia murid baru di sekolah kita. Apakah mungkin dia memang mencari kita?” Kyungsoo ternggelam dalam pemikirannya sendiri.
                “Entahlah…” kata Xiumin.
                “Kemana Kai?” tanya Jongdae.
                “Biar dia menghabiskan tenaganya, yang penting dia tidak membuat masalah.” Kata Kyungsoo. “Besok pagi dia pasti sudah tidur di sebelah kita dalam tenda.”
                “Seperti biasa.” Tambah Xiumin. “Senangnya besok tak perlu ke sekolah.” Ia lalu menyusul Kyungsoo.
                Baekhyun masih dalam pemikirannya sendiri, dia berusaha menyambung semua perkiraannya tentang Jieun. Dia jadi penasaran soal gadis itu. Gadis yang membuatnya berhasil mengontrol perubahannya.
***

                “Oppa?” Suzy mencari Chanyeol hingga ke halaman belakang rumahnya. Tempat itu benar-benar sepi. Suzy heran kenapa orang tua Chanyeol selalu tak ada saat Suzy berkunjung. Bahkan saat ini rumah di biarkan tanpa dikunci. Suzy khawatir terjadi sesuatu pada Chanyeol.
                “Oppa eodiya?” tanya Suzy lagi. “Opp..” Suzy terkejut saat ada seseorang di belakangnya. “Oppa kau mengagetkanku.” Ternyata dia Chanyeol.
                “Kenapa kau kesini?” tanya Chanyeol khawatir.
                “Sudah kubilang aku khawatir padamu. Kenapa kau seperti ini? Akhir-akhir ini kau menghindariku.” Jelas Suzy matanya berkaca-kaca.
                “Uljima jebal.” Chanyeol memegang bahu Suzy. “Mianhae.” Dia tak bisa menjelaskan alasannya.
                “Berjanjilah kau tidak seperti ini lagi.” Kata Suzy.               “Yaksok?”
                Chanyeol mengangguk,“Yaksok.”. dia sadar dia tak bisa menghindari Suzy. Sekuat apapun dia berusaha, dia selalu gagal.
                Sedetik kemudian Suzy memeluk dan menciumnya. Dia benar-benar merindukan Chanyeol, begitu juga sebaliknya.
                Tak lama kemudian mereka saling memisahkan diri setelah terdengar ada yang datang dari arah belakang halaman itu.
                “Besenang-senang Chanyeol-ssi?” tanya seseorang. Dua orang datang, seketika Chanyeol sadar keadaannya terlalu berbahaya untuk Suzy.
                “Siapa mereka oppa?” bisik Suzy. Dia juga mulai takut.
                Chanyeol mendorong Suzy ke belakangnya, “Suho hyung? Tao?”
                “Lama tak bertemu.” Kata Suho dengan senyum manisnya, namun terlihat berbahaya. Suzy menggenggam erat tangan kiri Chanyeol. “Apa kau tidak terkejut kami sudah bisa mengontrolnya juga? Sepertimu?”
                Chanyeol bingung harus berbuat apa, ada Suzy disini.
                “Tentu kami juga bisa mengontrolnya. Itu hanya butuh latihan, dan jika kita sudah cukup umur, kita bisa melakukannya.” Jelas Suho.
                “Apa yang sebenarnya dia bicarakan?” tanya Suzy pada Chanyeol, jelas Chanyeol tak bisa menjawabnya.
                “Sepertinya gadis manis dibelakangmu itu belum mengerti apa-apa.” Kata Suho. Tao hanya diam saja di belakang Suho.
                “Oppa?” tanya Suzy.
                “Jadi, kalian belum berubah pikiran kan?” tanya Suho.
                “Kami takkan berubah pikiran. Ini pilihan kami.” Kata Chanyeol.
                Suho tertawa mengejek, “Apa hebatnya hidup seperti manusia biasa? Bersembunyi di antara mereka? Membiarkan mereka sewenang-wenang pada kita? Menganggap kita lemah? Bukankah itu membuatmu ingin membunuh mereka?”
                “Ani!” kata Chanyeol. “Kita punya pemikiran yang berbeda.”
                Suho menjadi marah, “Kita ditakdirkan menjadi pembunuh! Kenapa kalian melawannya? Tidak ingatkah kau manusia pernah berusaha membasmi kita sebelumnya?”
                “Tapi balas melakukan itu semua karena balas dendam, membuat kita sama saja dengan mereka.” Jelas Chanyeol.
                “Kau banyak alasan! Ini peringatan untuk yang lain. Tao!” Suho memberi aba-aba pada Tao, seketika mereka berdua berubah menjadi serigala.
                “Aaaaaaaaaa!” teriak Suzy di tak bisa mempercayai apa yang ada di hadapannya, ia berharap matanya sedang membohonginya.
                Chanyeol tetap berusaha melindungi Suzy di belakangnya.
                Suho menyerang Chanyeol yang masih dalam wujud manusianya. Tubuh Chanyeol terlempar agak jauh. Suho menghampirinya.
                “Oppa!!!” jerit Suzy.
                Sedangkan Tao menghampiri Suzy dan mulai menerkamnya. “Aaaaaa!!!” Suzy tak bisa berhenti menjerit.
                “Andwe! Suzy!” teriak Chanyeol, seketika itu juga ia berubah menjadi serigala dan berhasil membuat Suho mundur.
                Chanyeol menyerang Tao agar Suzy terlindungi, namun yang terjadi pada Suzy adalah, keterkejutan yang luar biasa. Chanyeol, kekasihnya, lelaki yang selama ini dicintainya berubah menjadi makhluk semengerikan itu. “Oppa?” Suzy ternganga.
                Di saat Chanyeol sibuk bertarung dengan Tao. Suho mengambil kesempatan itu, tanpa ampun dia menyerang Suzy, merobek kulit-kulitnya yang bersih.
                Serigala Chanyeol melihatnya, dia marah. Dia tahu jeritan ketakutan Suzy bahkan sudah tak terdengar lagi. Dia menyerang Tao sekuat tenaganya. Setelah Suzy benar-benar tak bernafas lagi, Suho pergi dengan Tao mengikutinya.
                Chanyeol kembali ke wujud manusianya, dia tahu dia takkan sanggup mengejar Suho dan Tao, lagipula dia kalah jumlah. Dengan lemas Chanyeol menghampiri tubuh Suzy yang penuh luka. Luka-lukanya akibat pertarungan tadi sangatlah tidak seberapa dengan luka-luka gadis tak bernyawa di hadapannya saat ini. Air mata Chanyeol mengalir deras begitu saja,”Suzy….” Rintihnya.
***
                “Kau tidak berangkat bersama Suzy hari ini?” tanya Sulli pada Jiyeon yang baru sampai di kelas mereka.
                “Ani, aku sudah meneleponnya, tapi ponselnya mati.” Jawab Jiyeon sambil duduk di bangkunya.
                Krystal dan Jiyoung juga ikut menyimak pembicaraan itu.
                “Aneh sekali?” tanya Jiyoung, “Tidak biasanya dia begitu.”
                “Semalam aku memikirkan Baekhyun oppa jadi aku kesiangan. Tadinya aku kira Suzy yang meninggalkanku berangkat lebih dulu.” Jelas Jiyeon.
                “Jam segini dia belum datang.” Kata Sulli sambil mengecek jam tangannya.
                “Apa semalam tak terjadi apa-apa?” tanya Krystal khawatir.
                Bel masuk berbunyi, seorang guru yang bukan waktunya mengajar, masuk ke kelas mereka, wajahnya benar-benar tak enak dilihat.
                “Aku harus memberitahu ini pada kalian.” Kata Guru itu berat, “Alasan mengapa teman kalian Bae Suzy sekarang tidak ada di tempatnya,…”
                Semua orang di kelas itu melihat bangku di antara Jiyeon dan Krystal yang kosong.
                “Teman kita Bae Suzy sudah tidak bersama kita lagi di dunia ini. Ya, semalam dia meninggal dunia.”
                “Maldo andwe!” seketika Jiyoung menangis.
                Lebih terkejut dari yang lain, Sulli, Krystal dan Jiyeon menutup mulut mereka, benar-benar tak percaya dengan apa yang mereka dengar.
                “Kalian bisa teruskan pelajarannya setelah ini. Tapi Choi Sulli, Kang Jiyoung, Park Jiyeon dan Jung Krystal, bisa ikut aku?”
                Jieun melihat mereka pergi, masih dengan tubuh mereka yang bergetar hebat akibat keterkejutan itu. Seketika kantuknya menghilang. Dia melihat Kai dan Kyungsoo saling menatap khawatir di bangku mereka.
***

                Krystal dan teman-temannya duduk berjejer. Sudah bukan Jiyoung lagi yang menangis, Jiyeon juga. Sedangkan dia dan Sulli hanya sedikit menitihkan air mata, mereka masih cukup kuat untuk menahannya.
                Mereka di panggil satu persatu untuk masuk ke dalam ruang lain untuk ditanyai. Krystal masuk terlebih dahulu. Guru dihadapannya mulai menanyainya, “Jadi kapan terakhir kau bersama Bae Suzy?”
                “Ka..kami pergi ke kafe bersama semalam.” Jawab Krystal.
                “Mayatnya ditemukan di depan rumahnya dengan keadaan mengenaskan. Luka dimana-mana. Entah siapa yang melakukan itu padanya. Polisi masih dalam penyelidikan. Keadaan orang tuanya saat ini benar-benar kacau. Setelah ini mungkin akan ada polisi yang juga menanyai kalian. Jadi sebaiknya kalian bersiap.”
                Telinga Krystal terasa sakit. Kenapa kematian Bae Suzy, teman menyenangkan yang baru dikenalnya tiga bulan ini, harus semengerikan itu. Dia tak menyangka senyum Suzy semalam itu akan menjadi senyum terakhir yang dilihatnya. “Songsaenim, terakhir kali aku bertemu dengannya, dia pergi menemui kekasihnya. Park Chanyeol.”
                “Park Chanyeol? Murid sekolah ini?”
                Krystal mengangguk.
                “Baiklah, aku rasa polisi juga perlu menanyainya. Kau bisa keluar dulu. Panggilkan Choi Sulli untukku.”
                Krystal keluar, dia memanggil Sulli seperti yang disuruh. Dia keluar dari ruang guru itu tak tega melihat keadaan teman-temannya yang lain. dia juga tak mau menjawab pertanyaan mereka dan memberitahu mereka seperti apa keadaan mayat  Suzy. Krystal berjalan sejadinya di koridor, ia sendiri tak tahu harus kemana. Dia sama sekali tak punya niatan kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran selanjutnya.
                Lalu di kelokkan, ia melihat Jieun. Jieun terlihat baru saja memasukkan botol parfum ke sakunya. Jieun menuju ke ruang laboratorium, berhenti di depan pintunya lalu menempelkan telinganya di daun pintunya.
                Krystal bersembunyi di balik salah satu pilar di koridor itu agak jauh dari tempat Jieun berada. Dia benar-benar penasaran dengan apapun itu yang sedang dilakukan Jieun.
                Jieun mendengar pembicaraan beberapa orang yang sedang berada dalam laboratorium yang sedang tak dipakai untuk kelas itu.
                “Ini gila. Ini benar-benar gila.” Kata Xiumin putus asa.
                “Chanyeol juga tidak ke sekolah hari ini.” Kata Baekhyun. “Aku tak tahu lagi tempat dimana bisa menemukannya. Rumahnya jelas kosong.”
                “Apa kematian Suzy ada hubungannya dengan Chanyeol?” tanya Kai khawatir.
                “Kita belum tahu apa-apa. Harusnya kita bisa menemukan Chanyeol sekarang dan menanyainya.” Usul Kyungsoo.
                “Ya memang itu yang harusnya kita lakukan.” Jongdae setuju. “Harusnya kita tetap seperti biasa tidak masuk sekolah setelah bulan purnama. Kalau kita masih berkumpul di tenda di bukit itu, kita akan mudah mencari Chanyeol. Sekarang kita terjebak di sekolah ini.”
                “Kai yang meminta kita kembali ke kota dini hari tadi. Tak tahukah dia badanku rasanya remuk?” keluh Xiumin. “Padahal dia lebih parah. Bukankah dia yang paling lelah dari kita semua?”
                Tiba-tiba seseorang membuka pintu laboratorium, membuat kelima lelaki itu terlonjak terkejut. “Ah… Jwesonghamnida…” itu Jieun. “Aku kira ini ruang kendali kamera pengintai. Permisi…” katanya lalu pergi lagi.
                “Ah, gadis aneh itu. Sudah berapa lama dia sekolah disini? Masih tidak tahu apa-apa begitu. Jantungku hampir copot!” keluh Jongdae.
                Baekhyun masih melihat bekas tempat Jieun berdiri tadi, “Ani, perkiraan kita benar. Dia tahu segalanya soal kita.” Lalu Baekhyun melihat ke pojok atas ruangan itu. Dan sebuah kamera pengintai terpasang disana.
                “Bodohnya kita bicara disini!” Kyungsoo menepuk dahinya.
                “Jadi dia berusaha memberitahu kita dengan cara bodoh itu?” Jongdae mengangkat sebelah alisnya.
                Kai segera berlari keluar bermaksud mencari Jieun dan dengan cepat menanyainya agar semua pertanyaan dalam otaknya bisa terjawab.
                Krystal terkejut Kai yang keluar dari ruangan itu. Dia juga melihat Jieun belum pergi kemana-mana. Hanya bersembunyi di samping ruang itu, dia habis memakai pafum yang dibawanya tadi. Jieun tersenyum puas Kai kehilangan jejaknya. Kai menghela nafas lalu panjang lalu kembali ke dalam ruangan itu. Krystal berbalik dengan masih menyembunyikan dirinya. Dia benar-benar bingung dengan apa yang orang-orang itu lakukan. Dia takut ini semua ada hubungannya dengan kematian Suzy. Orang-orang baru ini, Krystal benar-benar ingin mengenal mereka lebih dalam.
TBC...

1 komentar:

  1. kok rada merinding juga ya baca nya TT^TT mau nangis masa pas suzy nya mati :" jieun keren!! rada rada misterius gitu.. lope lope iu <3

    BalasHapus