Halaman

Sabtu, 01 Oktober 2011

[FANFIC] I Dont Wanna Love (part 1)

CAST:
KANG JIYOUNG
GONG CHANSIK
PARK JIYEON
LEE TAEMIN


Cahaya matahari menembus jendela kelas dengan sempurna, membuat beberapa siswa mengalihfungsikan buku-bukunya sebagai kipas. Diantaranya sibuk memerangi panasnya cuaca agar tetap berkonsentrasi pada pelajaran mereka. Sisanya lebih memilih membiarkan tubuhnya kepanasan dengan tertidur. Ini adalah awal musim panas yang cukup berat bagi siswa-siswa tahun terakhir di sekolah menengah atas Paran ini. Mereka harus menerima keputusan kepala sekolah yang mengadakan jam khusus musim panas untuk membekali mereka sebelum ujian kelulusan.
Perlahan-lahan seorang gadis bernama Kang Jiyoung memejamkan matanya. Sebenarnya ia tak menginginkan hal itu, harusnya dia mendengarkan dan mengerti semua penjelasan gurunya. Namun keadaan ini benar-benar menyiksanya, membuatnya tak bisa berkonsentrasi.
Tiba-tiba sebuah adegan membuat kantuknya hilang seketika.
"Because the tense is past continues tense." seorang lelaki yang duduk di kiri depan bangku Jiyoung menjawab pertanyaan yang baru saja diberikan oleh guru mereka.
"Correct. Kau selalu melakukan yang terbaik Gong Chansik."
Gongchan melemparkan senyum manis mematikannya begitu saja. Sedangkan seorang gadis manis yang duduk di depan bangku Jiyoung, dengan semangat mengumbar senyumnya untuk Gongchan, terlihat sangat bangga pada kekasihnya itu. Gongchan membalas senyum itu dengan penuh kasih sayang, bersyukur karena memiliki kekasih yang selalu menyemangatinya.
Jiyoung dengan cepat memalingkan wajahnya dari pemandangan itu. Lagi-lagi dia merasakan hal itu hingga harus segera memeranginya.
"Kang Jiyoung! Jawab soal nomor 9!" kata guru mereka tiba-tiba, membuat Jiyoung terperanjat. Dia langsung gelagapan, dia sudah yakin dia tak bisa menjawabnya.
"Jwesonghamnida Lee songsaenim," Jiyoung menunduk lemah sambil menggeleng tanda menyerah.
semua siswa menertawainya, membuat Jiyoung makin merasa tepuruk. Jiyoung sempat melihat bahwa Gongchan juga menertawainya. Itu membuatnya segera memalingkan wajahnya lagi.
***



Setelah bel istirahat terdengar, siswa-siswa tahun akhir itu segera menyerbu kantin.
"Jiyoung-ah, bagaimana bisa kau sebodoh itu tadi?" Lee Taemin mengejek sambil terbahak saat melewati Jiyoung di salah satu bangku kantin.
Jiyoung berusaha tak mendengarnya dengan tetap meminum jusnya.
"Ya! Lee Taemin sampai kapan kau akan kekanak-kanakan seperti ini? Tak bisakah kau lihat wajahnya yang memerah?" Luna meneriaki Taemin.
"Tapi itu benarkan? Dia pabo." jawab Taemin masih tertawa.
Luna memutar matanya lalu berkata pada Jiyoung, "Jangan dengarkan dia Jiyoung-ah."
Jiyoung hanya tersenyum kecut, sangat menandakan dia tak punya teman, terutama teman dekat.
"Geurae Jiyoung-ah, jangan dengarkan playboy itu. Makan saja. . ." Jiyeon baru saja datang bersama Gongchan dan duduk bersama Luna.
"Mwo? Kau panggil aku apa?" Taemin tersenyum "Apa kau lupa? Siapa yang dulu tergila-gila padaku?"
"Itu… itu adalah masa kelabuku." Jawab Jiyeon sambil melirik Gongchan. Namun ternyata Gongchan hanya menertawakannya bersama Luna. Mendadak dia merasa sedikit lega.
Jiyoung sekilas melihat Gongchan juga tertawa, ia lagi-lagi memalingkan wajahnya.
***
Hari ini seluruh siswa tahun terakhir sekolah menengah Paran mendapat kesempatan untuk belajar di luar sekolah, mereka diizinkan menginap di pegunungan untuk sedikit menghindari panasnya musim ini.
Jiyoung sudah cukup shock saat mendengar hal itu pertama kali, berarti dia harus menghabiskan watu lebih lama dalam sehari bersama teman-teman sekelasnya. Sekolah mengadakan acara itu selama 5 hari, itu sudah cukup membuat Jiyoung stress. Dia tak mungkin bisa melewati harinya dengan tenang jika harus melihat Gongchan selama itu, entah berapa kali nanti dia akan terus memalingkan wajahnya di saat-saat tertentu.
Jiyoung turun dari bus dengan malas, tak seperti teman-temannya yang lain yang begitu bahagia melihat pemandangan dan keadaan di sekitar sini. Itu juga terlihat jelas pada Jiyeon. Dia jelas merasa senang karena bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan Gongchan.
Mereka semua bukan berlibur disini, mereka tetap menerima kelas, bahkan lebih intensif. Dalam sehari terdapat 10 kelas, setiap kelas terdiri dari satu jam penuh untuk belajar bersama. Namun keadaan disini lebih santai dari di kelas.
Hampir semua siswa menikmatinya. Kecuali Jiyoung, adegan di kelasnya terulang lagi.
“Gong Chansik kau selalu cepat..” Kata guru yang sedang mengajar mereka. “Bagaimana menurutmu Kang Jiyoung? Apa jawabannya benar?”
“Mwo?” Jiyoung terkejut, Dia baru tersadar dari lamunannya.
Semua teman kelasnya sedang memandanginya. Jiyoung merasa terpojok, sepertinya mereka semua bersiap untuk tertawa mendengar jawab konyol dari Jiyoung lagi.
“Aku ulang sekali lagi, apa jawaban Gong Chansik benar?”
“Ehmm…” Jiyoung berpikir keras. Dia benar-benar tak memperhatikan tadi.
Jiyoung agak terkejut saat Gongchan menatapnya dan memberi isyarat bahwa jawaban itu benar. Jiyoung agak takut menjawabnya, takut jika Gongchan yang dilihatnya tadi hanya khayalannya saja.
“Be..Benar.” jawab Jiyoung gugup.
“Kau menunjukkan kemajuanmu Kang Jiyoung.” Guru mereka tersenyum.
Kelas kembali ramai, namun tak semua menertawainya, beberapa siswa justru salut padanya.
Jiyoung melihat Gongchan tersenyum, dia tak tahu caranya berterima kasih, dia hanya tersenyum gugup pada Gongchan. Gongchan malah membalasnya dengan senyum manis mematikannya, membuat Jiyoung memalingkan wajahnya lagi. Taemin melihatnya dan tersenyum puas.
***

Jiyoung sedang berusaha menikmati malam musim panas di pegunungan ini, ia keluar dari penginapan perempuan dan menuju ke bukit kecil di belakang penginapan. Bulan malam itu, tak begitu besar dan tak seindah biasanya, seakan menggambarkan hati Jiyoung sekarang ini.
Jiyoung duduk begitu saja sambil bersandar di pohon, cuacanya tak sedingin yang Jiyoung bayangkan, ia sedikit lupa ini musim panas.
Tiba-tiba sebuah suara mengejutkan Jiyoung, “Jiyoung-ah apa yang kau lakukan malam-malam begini?”
“Tae..taemin?” Jiyoung terkejut melihat Taemin yang tiba-tiba duduk di sebelahnya.
“Sibuk memerangi perasaanmu?” Tanya Taemin.
“Perasaan? Apa maksudmu?”
“Ayolah… kau tahu maksudku…” jawab Taemin. “Sepertinya ini yang pertama kali ya?”
Jiyoung terdiam, tak bisa berkata apa-apa. Dia bahkan belum berani memutuskan bahwa ia jatuh hati pada Gongchan.
“Kuanggap jawabanmu iya.” Kata Taemin.
“Ani… bukan begitu.” Jawab Jiyoung segera.
“Kau semakin menunjukkan bahwa hal itu benar.” Taemin tersenyum, “Kau kira kenapa aku dijuluki Playboy? Itu lebih karena aku paling memahami gadis.”
Jiyoung senyum terpaksa, seakan meremehkan perkataan Taemin.
“Ya! Kau meremehkanku?”
Jiyoung segera menggeleng takut.
Taemin tertawa. “Ah… Kau terlalu polos. Kenapa sekarang banyak yang menyukai Gongchan ya…? Kau beruntung karena kau sekelas dengannya, kau masih ada kesempatan. Sedangkan gadis lain di sekolah kita ini, hanya bisa melihatnya saat istirahat. Itu pun bersama Jiyeon.”
“Sekarang? Memangnya dulu seperti apa?” Tanya Jiyoung begitu saja.
Taemin menatap Jiyoung hingga membuat Jiyoung gugup, “Ah… kau mulai mengakui perasaanmu kan?” Taemin tertawa melihat kegugupan Jiyoung. “Jeongmal molla? Dulu aku selalu dijadikan tokoh utama, semua gadis menyukaiku. Tapi sejak 4 bulan lalu semua beralih ke Gongchan, termasuk Jiyeon.” Taemin menatap Jiyoung lagi, “Yang itu rahasia kita, ok?”
Jiyoung mengangguk dengan polosnya.
Taemin tersenyum lalu melanjutkan bicaranya, “Aku kalah otak dengan Gongchan, kalau masalah wajah, aku masih bisa bersaing dengannya. Ckckck” Taemin menggelengkan kepalanya.
“Benarkah rahasia itu hanya aku yang tahu?”
“Kau penasaran juga ternyata. Semua orang juga penasaran akan hal itu, tapi karena wajahmu yang polos itu akhirnya aku membuka rahasiaku, aku yakin kau takkan menyebarkan ini, kau bukan tipe gadis penggosipkan. Bahkan mungkin ini pertama kalinya kau bicara serius dengan teman sekelasmu. Geurae?”
Jiyoung tak menjawab.
“Saat seorang siswa baru bernama Gongchan datang, aku sudah merasa ada yang berbeda dari Jiyeon, aku langsung memutuskan bahwa Jiyeon menyukainya, dan ternyata aku benar. Jadi sebenarnya, aku sengaja melepas Jiyeon waktu itu.” Jelas Taemin.
Jiyoung berusaha mencerna semua itu.
“Jadi… kau memang menyukai Gongchan kan?”
Jiyoung seketika menggeleng, “Ani.. andweyo.”
Taemin hanya tersenyum.
“Sebenarnya aku tak pernah dengar seorang playboy melakukan itu. Apa itu artinya….”
Taemin menatap Jiyoung lekat-lekat, “Jadi kau juga merasakan hal itu, aku rasa juga begitu, mungkin sudah waktunya aku pensiun dari jabatan playboyku, aku rasa aku benar-benar mencintai Jiyeon.”
Jiyoung tersenyum kecut.
“Jadi jawab aku sekarang, kau memang menyukai Gongchan kan?” goda Taemin.
“Ani, Aku tidak ingin. Lagipula itu untuk apa?”
“Ah…. Kasian kau, pertama kali jatuh cinta, pada orang yang sudah memiliki kekasih. Ckckckck….” Taemin mengacak-acak poni Jiyoung, namun tak seperti gadis biasanya yang langsung membenahinya, Jiyoung diam saja, hanya melempar pandang malas pada Taemin.
Itu hanya bisa membuat Taemin tertawa.
***

Di tempat lain, Jiyeon sedang di serbu teman-teman gadisnya. Dia merasa sedikit terpojok saat ini. “Ayolah…. Aku sangat mengantuk sekarang.” Kata Jiyeon.
Teman Jiyeon yang bernama Sulli tertawa, “Yang benar saja… apa kau hanya ingin menghindar?”
Sedangkan teman Jiyeon yang bernama Eunji, juga tertawa, “Jelas sekali jika dia ingin menghindar.”
“Ayolah… mengaku saja, kau dan Gongchan belum pernah berciuman kan?” Tanya Krystal.
“Apa yang sebenarnya kalian bicarakan?” Tanya Jiyeon salah tingkah.
“Kau tahu benar yang sedang kami bicarakan. Sekarang mengaku saja… kau ingatkan berapa kali kau berciuman saat bersama Taemin? Kau selalu bangga karena bisa memiliki laki-laki terkeren di sekolah kita. Kami bisa percaya setelah kau tunjukkan foto ciumanmu dengan Taemin, Minho oppa, dan Jinyoung oppa. Tapi dengan Gongchan? Kami jadi ragu apa sekarang kau dan Gongchan benar-benar berhubungan.” Jelas Krystal.
Wajah Jiyeon memerah, dia mulai naik darah.
“Jadi sekarang popularitasmu sudah menurun?” Tanya Sulli.
Jiyeon tersenyum kecut, “Hah? Kau bilang apa?”
“Dia bilang menurun, kau tidak dengar?” celetuk Eunji.
“Kalian kira erak akan segera berakhir? Asal kalian tahu, dia lebih mudah didapatkan dari lelaki manapun. Ne, Akan kubuktikan sekarang juga.” Kata Jiyeon tak sabar sambil menoleh ke kiri dan melihat Gongchan sedang berjalan menuju arah yang berlawanan. “Kalian diam disini dan lihat baik-baik. Akan aku buktikan dia benar-benar mencintaiku.”
Sulli, Krystal dan Eunji tertawa penuh kemenangan sambil terus memperhatikan Jiyeon dari kejauhan.
Jiyeon menghampiri Gongchan dengan mata berkaca-kaca.
“Jiyeon-ah? Waegeurae?” Tanya Gongchan khawatir.
“Gwenchana.” Jawab Jiyeon.
“Ani, pasti ada sesuatu kan?”
“Kenapa kau tak berusaha mencari tahu?” Tanya Jiyeon, dia menahan tangisnya.
“Baiklah, jika aku bersalah, mianhae… tapi bisakah kau jelaskan apa salahku?” Gongchan benar-benar cemas sekarang.
Jiyeon menunduk sebentar lalu mendongak lagi berusaha menahan tangisnya, “Apa kau benar-benar mencintaiku?”
“Mengapa tiba-tiba kau tanyakan ini?” Gongchan heran.
“Jawab saja.”
“Jiyeon-ah…”
“Jawab saja!” Jiyeon berteriak pelan, “Kau tidak mencintaiku kan? Kau hanya mengasihiku, tak berani menolak perasaankukan?”
“Ani bukan begitu. Saranghae…” kata Gongchan segera.
          Jiyeon sudah meneteskan air matanya, “Kau bahkan tak pernah menciumku.”
          “Apa mencintai seseorang harus dengan ciuman?”
          “Tapi itu adalah bukti nyata, semua pasangan kekasih melakukannya untuk menunjukkan cinta mereka. Ada apa sebenarnya denganmu?”
          Gongchan menghapus air mata Jiyeon, dia terlihat sedih melihat kekasihnya seperti itu.
          “Bukan ini yang aku harapkan.” Kata Jiyeon sambil menepis tangan Gongchan dan beranjak pergi.
          Namun sesuai keinginan Jiyeon, Gongchan menarik lengannya dan menciumnya.
          Disaat yang bersamaan, Jiyoung baru saja turun dari bukit belakang penginapannya dan melihat adegan itu. Kali ini Jiyoung tak bisa mengontrol dirinya, entah mengapa dia tak memalingkan wajahnya kali ini. Dia terus melihat adegan itu dari jauh hingga adegan itu selesai.
          Setelah Gongchan melepaskan ciumannya, Baru Jiyoung tersadar dan langsung menampar pipinya cukup keras. Dia segera beranjak pergi dan menuju ke arah penginapannya.
          Taemin yang sedari tadi berjalan di belakang Jiyoung, melihatnya dan tersenyum kecut. Dia rasa dugaannya benar-benar kenyataan. Sebenarnya dia juga perih melihat adegan Gongchan dan Jiyeon, namun dia juga berusaha menutupinya.
          Saat berjalan menuju kamarnya, ia melewati krystal dan teman-temannya. Dia mendengar dengan jelas apa yangmereka bicarakan.
          “Wah… dia benar-benar hebat.” Celetuk Eunji.
          “Jess, dia terlalu memaksakannya.” Kata Sulli sambil mengejek.
          “Bagaimana dia bisa menangis, menurutmu itu sungguhan atau tidak?” Tanya Eunji.
          “Molla, tapi reputasinya akan segera berakhir.” Kata Krystal sambil mengeluarkan ponselnya.
          “Mwo?” Sulli dan Eunji terbelalak kaget.
          Krystal tersenyum licik, “Era Park Jiyeon akan segera berakhir, dia kira tak akan ada era Krystal?”
TO BE CONTINUED.....

1 komentar:

  1. keren ini mbak ffnya. saya suka sekali couple GongJi... ^^
    GO KARA B1A4!!!

    BalasHapus