Cast:
Kang Jiyoung
Cho Kyuhyun
Aku Kang Jiyoung, gadis berumur 18
tahun yang sebentar lagi akan memasuki universitas. Disaat aku sudah mulai muak
dengan tekanan pelajaran sekolah, disaat bersamaan aku juga lelah dengan semua
lelaki yang selama ini menyukaiku bahkan mencintaiku, mereka tak pernah bisa
membuatku mengerti apa itu cinta dan bagaimana cinta itu sebenarnya.
Mereka semua terlihat begitu senang
saat mengatakan bahwa aku cantik dan bisa memiliki aku dengan mudahnya. Dari
semua lelaki yang pernah menjadi kekasihku, tak ada yang bilang aku jelek,
mereka suka kepribadian ceriaku, mereka suka gaya bicaraku yang kekanakan, mereka bilang
mereka sangat gembira bisa menjadi kekasihku. Tapi mengapa ternyata aku tak
sebahagia itu?
Disaat-saat terakhirku di sekolah
menengah inilah aku mulai mencari cinta sejatiku, cinta yang sungguh-sugguh
untukku. Tak aku sangka aku mulai menemukannya.
MY
JOURNEY TO THE REAL LOVE
Summer,
August 30.
Setiap pagi Appaku mengantarku ke
sekolah dengan sedan kunonya, tapi ada yang berbeda hari ini. Saat berangkat
aku sedang sangat tegang kerana aku kesiangan, aku benar-benar takut terlambat
datang ke sekolah.
Tiba-tiba sebuah titik membuyarkan
keteganganku, tiba-tiba dadaku berdebar, apa ini yang disebut cinta pada
pandangan pertama?
Aku melihat seorang lelaki sedang
duduk santai di teras rumahnya. Aku dibuat terperangah dibalik kaca mobil. Mata
kami sempat bertemu sekejap karena sedan Appaku melaju cepat.
Meski sekejap, aku bisa melihat
wajah yang indah itu. Namun unsure kemisteriusannya sangat kental. Caranya
menatapku sangatlah membekas dihati. Ya Tuhan….. bagaimana bisa keteganganku
hilang begitu saja saat melihat salah satu makhlukmu itu?
Kemana lelaki itu selama ini?
Mengapa aku tak pernah melihatnya? Bukankah 3 tahun belakangan ini aku selalu
melewati jalan ini? Bahkan aku tahu betul letak dan bentuk rumahnya. Dia
benar-benar menyenangkan. Aku terus mengingat tatapannya.
***
Fall,
September 29.
Sampai hari ini aku masih sangat
mengingat lelaki itu. Setiap sedan Appaku lewat depan rumahnya, aku selalu
mengharap melihat pemandangan yang sama. Tapi ini sudah terlalu lama, aku tak
melihatnya lagi, aku jadi berpikir apa yang aku lihat waktu itu sungguhan? Atau
itu hanya imajinasiku? Sedikit terlintas dibenakku bahwa aku sedikit gila.
Namun harapanku tak sia-sia, pagi
ini aku melihatnya lagi. Aku sangat senang. Aku tak berimajinasi. Lelaki itu
ada di dunia ini. Walaupun kali ini kami tak bertatapan, aku tetap senang
mengetahui kenyataan aku tidak gila.
***
Fall,
October 21
Hari ini aku senang, aku melihatnya
lagi di depan rumahnya. Entah mengapa rasanya aku ingin sekali menghentikan
sedan Appaku dan menghampirinya untuk menatapnya sedekat mungkin. Otakku sudah
terjangkit virusnya. Aku benar-benar senang.
***
Fall,
October 22
Aku merasa semakin sering aku
bertemu dengannya. Hari ini dia sedang bermain bersama anjingnya di halaman
rumahnya yang cukup luas dan menyenangkan itu. Bukankah memang mungkin aku bisa
bertemu dengannya? Bukankah hampir setiap hari aku lewat? Hanya tinggal
menunggu keberuntungan agar dia berada di depan rumahnya di saat yang tepat.
Itu hanya masalah kehendak Tuhan. Aku hanya ingin mengenalnya.
***
Winter,
December 2
Sudah lama aku tak melihatnya. Aku
merasa sedikit sedih. Namun ternyata hari ini aku bertemu dengannya dengan cara
berbeda.
Hari ini aku sedang pergi ke sebuah
mall sendirian hanya untuk menghibur diri dari kepenatan sekolah. Aku
mengahabiskan waktu disana hingga aku tak sadar ini sudah larut malam.
Saat ini aku tengah berada di toilet
tempat parkir, sebenarnya aku sudah berniat pulang, namun sebelum aku bisa
menggapai pegangan pintu toilet, semua lampu padam. Jadi… bukankah ini waktunya
mall tutup?
Seketika aku terlalu panik, aku
mencoba berteriak beberapa kali, aku tak punya pikiran sama sekali untuk segera
membuka pintu toilet. Aku hanya bisa terus berteriak dalam kegelapan yang
mencekam itu.
Tiba-tiba ku dengar langkah kaki
mendekat. Aku cukup khawatir bahwa itu bukan suara langkah kaki yang akan
menolongku, tapi seorang pembnunuh dengan pisau tajam di tangannya. Aku hanya
bisa terlarut dalam imajinasiku saat itu.
Tiba-tiba orang di luar mendobrak
pintu toiletnya. Aku teperanjat mendengar suara yang keras itu di saat sunyi
seperti ini. Tiba-tiba sebuah tangan menggapai tanganku dan menarikku keluar
dari toilet ke tempat parkir.
Aku masih ketakutan akan siapa orang
yang sepertinya menolongku ini. Wajahnya sama sekali tak terlihat di tempat
yang gelap ini.
“Jogi….” Kataku ragu.
Tiba-tiba orang itu mengeluarkan
ponselnya dan menerangi wajahku. Jelas dia melihat wajahku yang ketakutan.
“Apa kau membawa kendaraan?”
tanyanya.
“Ah… ani.”Jawabku masih ragu.
“Kalau begitu kita harus cepat.” Dia
sekali lagi menarikku mengikutinya.
Aku masih dalam ketakutanku karena
orang asing ini.
Tak lama kemudian, cahaya dari ponselnya
menerangi sebuah mobil berwarna putih. Lelaki itu membukakan pintu untukku.
Setelah kami sama-sama berada
didalam, diia menyalakan lampu mobilnya.
Aku benar-benar shock. Dia… dia… dia
adalah lelaki di depan rumahnya itu. Dia adalah lelaki yang selalu aku nantikan
saat berangkat ke sekolah. Saat itu aku hanya bisa berpikir, jadi seperti ini
dia dari dekat….
“Penjaga gerbangnya pasti masih mau
membukakan pintu.” Katanya.
Aku membeku, sekarang aku berpikir,
jadi seperti ini suaranya…. Aku takut aku bermimpi atau berimajinasi lagi.
Namun lelaki itu langsung menyalakan
mobilnya dan menuju ke gerbang keluar.
Penjaga keamanan terlihat kesal saat
membukakan pintu keluarnya. “Jeongmal kamsa hamdina” kata lelaki itu pada
penjaga.
Akhirnya kami keluar dan sudah
berada di jalan. Suasananya hening, hanya terdengar mesin mobil yang berjalan.
Aku masih dalam pikiranku sendiri. Tak berani melihat ke arah kiri.
Tiba-tiba terlintas dipikiranku
untuk bertanya, “Mengapa kau masih ada disana?”
“Aku dari kios temanku. Hampir
setiap hari aku kesini dan selalu pulang tepat waktu saat gerbang akan ditutup.
Tapi sebelum sampai mobilku, aku mendengar suaramu.”
Aku membeku. Aku masih tak percaya
akhirnya bisa melihatnya sedekat ini. Apalagi aku bisa mendengar suarannya yang
ternyata menenangkan itu.
“Jadi, rumahmu dimana?” tanyanya.
“Cheongnam.” Jawabku.
“Berarti kita searah.”
Aku hanya bisa tersenyum kecut,
bingung bagaimana mengatasi sikapku sendiri.
Di sisa perjalanan, kami tak bicara
lagi, hingga sampai di depan rumahku.
“Jadi disini?”
“Gerurae.”
Aku segera membuka pintu mobilnya.
Tapi aku tiba-tiba tak ingin melewatkan sesuatu, “Kalau bukan karena kau
mungkin aku akan semalaman disana. Jeongmal kamsa hamnida….”
“Kyuhyun, Cho Kyuhyun imnida.”
Jawabnya mengerti alur pembicaraanku.
“Ah ne, jeongmal kamsa hamnida cho
Kyuhyun-ssi.” Kataku lalu menunduk dan keluar dari mobilnya.
Sebelum pergi aku melihatnya
tersenyum padaku dari dalam mobilnya.
Aku baru bisa tersenyum lepas
setelah mobilnya pergi. Ya Tuhan!!!!!
Senyumnya benar-benar manis. Aku meyukainya… aku menyukainya… aku jatuh
hati padanya… dia memang sebaik yang aku pikirkan.
Aku takkan bisa melupakan ini.
Takkan…..
***
Winter,
December 19.
Appaku bilang selama dua minggu ke
depan, dia tak bisa mengantarku ke sekolah keran di tugaskan keluar negeri oleh
perusahaannya. Dia menyuruhku berangkat sendiri dengan motor. Tidakkah dia tahu
ini musim dingin? Aku bisa mati kedinginan setiap hari.
Dan lagi aku tak begitu pandai
mengendarai motor. Simku aku dapatkan dengan susah payah. Aku memang payah
dalam mengemudi.
Tapi mau bagaimana lagi? Mulai pagi
ini aku berangkat sendiri, dan celakanya aku kesiangan. Aku lupa memakai mantel
tebalku. Aku jadi kedinginan setengah mati, tapi aku harus tetap mengebut agar
tak terlambat.
Tiba-tiba aku kehilangan
keseimbanganku sendiri, padahal jalannya sepi, aku rasa jalannya licin karena
turun salju semalam.
Benar saja, motorku tergelincir dan
kepalaku terhantam ke aspal. Setelah itu aku tak ingat lagi.
Saat aku membuka mata, aku rasakan
keningku panas dan perih. Aku melihat jendela di hadapanku dengan pemandangan
langit sorenya yang indah.
Ini sudah sore… mengapa aku belum
sampai sekolah???? Aku melihat jam dinding dan terkjut melihat ini memang sudah
sore dan aku belum sampai sekolah..
“Aaaaaaaaaaaa!!!!” aku berteriak.
Dan bangun di tempat tidur aneh ini. “Aku dimana?”
Tiba-tiba seseorang membuka pintu
kamar itu dan masuk dan bertanya, “Kau sudah siuman?”
“Kyuhyun-ssi????” aku terkejut
melihat wajah lelaki itu.
“Ne?”
“Ap… apa yang terjadi? Bagaimana aku
bisa disini? Aku terlambat ke sekolah….” Aku sedikit menitihkan air mata.
“Bukankah kau tergelincir pagi
tadi?”
“Tergelincir?” aku teringat lagi
kejadian tadi pagi..
“Gerurae. Kau lupa?”
“Lalu mengapa aku disini? dan
mengapa kau disini?”
“Pagi tadi aku baru saja membuka
pintu rumahku saat aku mendengar suara keras di jalan dan beberapa orang
berteriak. Mereka berkerumun dan aku melihat kau tergeletak di sana dengan motormu yang rusak.” Jelasnya.
“Mereka mau membawamu ke rumah sakit, tapi kau terus memohon agar tak dibawa ke
rumah sakit mereka jadi bingung mau menolongmu dengan cara apa. Akhirnya aku
bilang saja aku mengenalmu, itulah kenapa kau ada disini sekarang.”
“Lalu bagaimana denganmu? Mengapa
kau masih disini?” tanyaku heran.
“Ini rumahku.” Jawabnya.
“Mwo??? Ru..rumahmu?”
Dia mengangguk.
“Mengapa kau tak mau ke rumah
sakit?”
“Itu karena aku mau kesekolah… hari
ini ada ujian percobaan.” Aku menunduk sedih meratapi kecerobohanku.
Sampai-sampai aku lupa dengan kenyataan bahwa aku sedang berada di rumah yang
selama ini hanya bisa aku lihat.
“Apa kau baikan?” tanyanya.
“Kepalaku sakit..” kataku jujur.
“Mungkin benturanmu tadi cukup
keras.”
“Dan karena aku harus ikut ujian
percobaan susulan.”
Entah mengapa dia malah
memperlihatkan sekali lagi senyumnya yang begitu manis itu.
Aku hanya memegangi kepalaku yang
memang terasa sangat berat ini. Ternyata di dahiku dipasang perban. “Ini
kenapa?”
“Dahimu berdarah.”
“Jadi Eommamu yang memasangkan
perban ini?”
“Tak ada siapa-siapa disini, semua
orang dengan pergi, jadi siapa lagi kalau bukan aku?”
“Mwo? Tak ada orang?” tanyaku
terkjut.
“weyo?”
“Ah.. ani…” bukankah ini berarti
impianku bisa mengahabiskan waktu dengannya terwujud, bahkan ini lebih dari
cukup, ini seperti mimpi….. aku bisa jadi gila jika terus bersamanya seperti
ini.
Aku segera beranjak dari ranjang ini
untuk mengatasi tingkahku yang mungkin sudah aneh dilihat, aku ingin ke kamar
mandi. Tapi tiba-tiba kepalaku terasa sangat berat hingga aku terjatuh, namun
tak sampai tubuhku menyentuh lantai, Kyuhyun oppa dengan sigap menahan tubuhku.
Wajahnya begitu dekat saat ini, membuatku makin salah tingkah. Aku takut jika
dia menyadari wajahku sudah melebur merah. Karena kamar ini terlalu hangat
untuk merasa kedinginan.
“Kau mau kemana? Tubuhmu masih
lemah.”
“Ka..kamar mandi.” Jawabku begitu
saja.
“Baiklah, biar kuantar.” Kyuhyun
oppa menuntunku hingga sampai di kamar mandi yang ada di dalam kamar ini.
Saat ini hari sudah malam, aku tak
berani menelepon Appaku dan memberitahunya tentang ini. Aku tak mau membuatnya
khawatir dan meninggalkan pekerjaannya hanya karena kecerobohanku.
“Apa perlu aku beritahu Eommamu?”
Tanya Kyuhyun oppa.
“Ani.. tak perlu.”
“Weyo?”
“Dia sudah meninggal sejak aku
kecil.” Jawabku.
“Ah?” ekspresinya berubah seketika,
“Mianhae..”
“Gwenchanayo.” Aku tersenyum.
“Kalau begitu….” Dia berpikir cukup
lama, “Biar kau tinggal disini malam ini.”
“MWO?” aku benar-bena terkejut,
begitu sulit mempercayai apa yang baru saja aku dengar.
“Aku tahu ini aneh, dan kita baru
dua kali bertemu, tapi jangan kuatir, aku orangbaik-baik… aku hanya ingin
menolongmu. Kalau kau pulang sekarang kau sendirian kan dirumah? Siapa yang akan menuntunmu ke
kamar mandi nanti?”
Aku meleleh… aku benar-benar meleleh
mendengar penjelasannya yang panjang itu. Bagaimana dia seperhatian itu padaku?
Tapi memang benar aku sendirian dirumah nanti, tapi ini juga gila, seorang
gadis tinggal di rumah lelaki yang baru saja dikenalnya. Aku bisa gila!!!
“Jadi?” tanyanya memastikan.
Bagaimana bisa dia makin indah dipandang seperti ini? Mana mungkin aku mau
pulang dan kehilangan pemandangan ini??
“Tapi bukankah ini kurang ajar
namanya? Aku akan sangat merepotkan nanti.”
“Gwenchana, arasso.” Jawabnya sambil
tersenyum manis lagi. Kali ini aku benar-benar meleleh hingga ke dalam
organ-organ tubuhku.
Aku tak berani mengiyakannya, tapi
kenyataannya aku tak pulang.
Tak kusangka hari ini jadi hari
terburuk sekaligus terindah untukku. Cho Kyuhyun Oppa!!!! Saranghae!!!!
***
Winter,
January 15.
Lagi-lagi aku tak bertemu dengannya
dalam waktu yang lama. tapi aku tak bisa melupakan malam itu, ternyata aku
tidur dikamarnya, jendela kamarnya itulah yang aku lihat setiap pagi saat
melewati rumahnya. Hanya malam itu aku bisa melihat pemandangan sebaliknya
seperti sudut pandangnya dari dalam kamarnya memandang ke jelan yang biasa aku
lewati setiap pagi.
Aku minta Appa untuk menyetir dengan
pelan hari ini, aku memang sengaja ingin melihatnya, aku berharap dia sedang
berada di halaman rumahnya. Dan benar saja, saat aku mengeluarkan kepalaku dari
jendela mobil, dengan santainya dia tertawa melihat tingkahku dari balik pagar
rumahnya.
Seketika aku tersenyum, aku yakin
senyum ini terlihat sangat bahagia, karena memang itu yang aku rasakan. Aku
benar-benar bahagia bisa melihatnya.
Tiba-tiba dia berkata, “Jeosimhae
Jiyoung-ah!” ya Tuhan…. Bagimana dia mengetahui namaku? Kami sama sekali tak
pernah membahas namaku sebelumnya. Apa dia melihat nama diseragamku? Itu sudah
pasti. Aku harap Appa tak mendengarnya.
***
5 years later
Winter,
December 30.
Aku tak menyangka saat pertama kali
dia memanggil namaku, itu adalah hari terakhir aku bertemu denganya. Setelah
itu aku lulus dari sekolahku dan melanjutkan ke universitas luar negeri.
Hari ini aku kembali ke rumah untuk
menetap karena aku juga sudah lulus dari universitas. Aku kecewa saat melewati
rumah Kyuhyun Oppa… kulihat tenda-tenda berwarna putih mutiara menutupi halaman
rumahnya. Apa itu sebuah pesta taman? Atau… pernikahan?
Hatiku bersedih tiba-tiba….. apa itu
pernikahan Kyuhyun oppa???
***
Winter,
December 31.
Malam ini aku menghabiskan sisa
tahun sendiri di taman dekat komplek rumahku. Aku sedang duduk disalah satu
ayunan. Malam ini salju turun, membuatku merasa dingin dua kali lipat.
Sekarang aku seperti merasa betapa
sulitnya kita mendapatkan cinta sejati kita. Dulu aku selalu bersama lelaki
yang bilang mencintaiku, tapi nyatanya aku tak pernah benar-benar mencintai
mereka dalam arti sesungguhnya. Tapi saat aku sudah merasa aku menemukannya,
itu sulit, hanya bisa berencana, Tuhan yang mengurus semuanya. Aku sudah putus
asa dalam perjalananku menuju cinta sejatiku ini.
Tiba-tiba sebuah titik membuat
hatiku menghangat walau hanya sedikit. Aku benar-benar melihat Kyuhyun oppa
melangkah ke arahku. Aku benar-benar ingin mempercayainya, walaupun pikiran
bahwa ini hanya imajinasiku sangat kental.
Tapi tiba-tiba sesuatu menyentuh
bibirku. Tanpa sadar Kyuhyun oppa sudah berada di hadapanku sedang menciumku.
Tunggu dulu…. Ini gila!!!
Aku membeku sebentar lalu mendorong
lelaki yang ada di hadapanku ini.
“Kau!”
Dia tersenyum, senyumnya masih
manis. Tapi ini benar-benar Kyuhyun oppa kan?
Aku masih sangat ingat senyuman ini. Senyuman yang selalu bisa membuatku
tentram.
“Oppa?”
Dia masih tersenyum, tak bisa
berkata-kata. Lebih tepatnya dia menahan tawa.
“Apa yang sebenarnya terjadi? Apa
kau sudah gila?”
“Mianhae…. Appamu baru memberitahuku
kau pulang kemarin. Dan sudah terlalu malam saat aku mau menemuimu kemarin.”
Jelasnya akhirnya. Tapi aku tetap tak mengerti. Apa hubungannya dengan Appaku?
“Kau pasti kebingungan..” dia
tersenyum lagi. “Tapi kau harus tahu satu hal… Saranghae Jiyoung-ah…” dia
menciumku lagi lalu memelukku erat. “Nan
jeongmal bogoshipo.”
Aku seperti tersambar petir. Apa
maksudnya ini? Apa hanya seperti ini akhir perjalananku menuju cinta sejatiku?
Haruskah seaneh ini?
“Oppa… mian… tapi benar-benar tak
mengerti maksudmu.”
“Kau kira 5 tahun ini aku diam
saja?”
“Mwo?”
“Appamu sudah tahu tentang hal ini.
Saat kau tak terlihat lagi hari itu, aku segera menuju rumahmu dan bertanya
pada Appamu kau kemana. Dan sampai sekarang aku selalu mengunjungi Appamu. Dia
benar-benar memahami perasaanku padamu. Dia bilang kau juga merasakan hal yang
sama padaku. Benarkan?”
“Mwo ? bagaimana Appaku bisa tahu
perasaanku padamu??” oops… aku salah bicara. Aku segera menutup mulutku.
Kyuhyun oppa tersenyum senang. “Berarti
cintaku tak bertepuk sebelah tangankan?”
Aku menyerah… aku rasa ini memang
akhir perjalananku menuju cinta sejatiku. Inilah cinta sejatiku, dialah cinta
sejatiku.
“Geurae! Kau kira bagaimana
perasaanku 5 tahun belakangan ini? Apalagi saat aku melihat tenda-tenda putih
dirumahmu itu. Aku sudah gila karenamu Oppa!!!”
Dia memelukku erat. “Gwenchana…
sekarang semua sudah jelas. Asal kau tahu tenda-tenda itu untuk kita.”
“Mwo?”
Dia tersenyum lagi.
THE
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar