Halaman

Sabtu, 10 Maret 2012

[FANFIC] Teach Me Love (part 1)



 Cast:
Kang Jiyoung
Bae Suzy
Kim Myungsoo
Kim Sunggyu
Kevin Woo

Support Cast:
Sulli
Baro
Sandeul

Cameo:
Kim Namjoo
Eungyo

            Jiyoung membenahi ikatan rambutnya, dia baru saja berlari mengelilingi lapangan sekolahnya setelah sebelumnya ia membersihkan toilet perempuan. Dia baru saja dihukum karena terlambat di hari pertamanya masuk di sekolah barunya. Dia tidak diizinkan mengikuti pelajaran sampai jam istirahat. Dia terpaksa menerima pandangan hinaan dan tertawaan dari siswa lain yang mengenalinya sebagai siswa baru di sekolahnya itu.

            Sekarang dia berjalan menuju kantin sekolah mencari temannya yang bernama Bae Suzy, dia juga baru saja pindah ke sekolah ini. Sebut saja, mereka pindah bersama. Dan mereka sengaja melakukannya bukan karena keinginan salah satu dari mereka untuk mengikuti yang lainnya.
            Sejak dua tahun lalu, mereka tinggal serumah di rumah orang tua Suzy, karena orang tua Jiyoung pindah ke luar negeri. Mereka tak segan melakukan itu karena mereka memang bersahabat sejak kecil. Mereka sudah seperti saudara seumuran.
            Tiba-tiba Jiyoung menoleh ke kiri mendengar namanya dipanggil, “Jiyoung-ah!” Suzy melambai dengan cantiknya dari salah satu meja di ujung kantin.
            Jiyoung menghampirinya dan agak kaget melihat 3 lelaki yang ada di sana lagipula kursi dimeja itu sudah penuh.
            Salah satu lelaki yang berwajah cantik melihatnya dengan pandangan menyapa dia tersenyum. Lelaki di sebelah Suzy juga melihatnya dengan pandangan yang begitu ramah namun satu lelaki lagi melihatnya sekilas dengan pandangan tanda tanya.
            Jiyoung menoleh kesana kemari dengan niatan untuk duduk di sebuah kursi, namun kantin sudah benar-benar penuh.
            “Apa sudah penuh?” tanya Lelaki dengan pandangan ramah tadi.
            Jiyoung mengangguk.
            “Ah… kau duduk dimana ya?” gumam Suzy.
            Tiba-tiba lelaki dengan pandangan penuh tanda tanya tadi berdiri dari duduknya sambil berkata, “Aku sudah selesai.” Lalu pergi ke arah Jiyoung datang tadi.
            Jiyoung spontan duduk di tempatnya tadi.
            “Makanlah. Kau pasti lelah…” kata Suzy.
            Jiyoung tersenyum dan langsung menyantap makanannya.
            “Ohya, aku belum memperkenalkan mereka padamu ya? Pantas saja kau menatapku aneh.” Kata Suzy.
            Jiyoung hanya memperhatikan saja.
            “Ini Sunggyu.” Kata Suzy lalu lelaki yang mempunyai pandangan ramah tadi mengulurkan tangannya.
            Jiyoung menjabatnya sambil lalu dan menjawab, “Kang Jiyoung.” Laki-laki bernama Sunggyu itu sungguh ramah, bahkan dia tak lupa menambahkan keramahannya di senyumnya yang membuat setiap orang yang melihatnya merasa nyaman.
            “Dan ini Kevin.” Suzy menunjuk lelaki berwajah cantik yang agak terlambat mengulurkan tangannya itu.
            Jiyoung juga menjabatnya sambil lalu, dia hanya agak heran bagaimana Suzy bisa mendapat teman sebanyak dan secepat ini? Apalagi sepertinya para lelaki ini menjadi pusat perhatian di sekolah baru mereka. Tapi Jiyoung menganggapnya angina lalu karena dia lebih sibuk dengan makanannya sekarang. Dia agak merasa terganggu dengan pekenalan ini, disamping perutnya yang sedari tadi berkelontangan minta diisi.
            “Dan yang baru saja pergi, hmmm namanya…” Sepertinya suzy agak tak yakin untuk menyebutkannya.
            “L, dia biasa dipanggil L.” jawab Sunggyu.
            “Ah ne… L. dia L. namanya aneh, aku jadi agak naeh menyebutnya” Suzy tersenyum lembut.
            “Itu tidak mengejutkan lagi, semua orang tahu kalau naman itu aneh.” Sunggyu juga tertawa.
            “Aku baru mengenal mereka Jiyoung-ah. Mereka yang memberiku tampat duduk tadi.” Jelas Suzy.
            Jiyoung hanya mengangguk sambil tetap menikmati makanannya.
            “Kalian siswa baru yang menyenangkan, bisa kita jadi teman mulai sekarang?” tanya Sunggyu.
            Suzy seketika mengangguk, “Ah ne, tentu saja.”
            “Datanglah ke meja ini setiap kali istirahat, kau pasti dapat tempat duduk. Ini tempat kami setiap makan makan disini. Entah kenapa tak ada yang menempati tempat ini.” Jelas Sunggyu.
            Suzy mengangguk, sedangkan Jiyoung mendengarkan tapi masih sibuk dengan makanannya yang sudah menipis.
            “Tapi jangan kalian kira kami geng disekolah ini yang suka mengusir orang lain dan meminta uang dari mereka.” Jelas Sunggyu lagi.
            Suzy dan Sunggyu tertawa. Sedangkan Kevin hanya tersenyum mendengarnya.
            “Mungkin karena kalian kelewat keren. Mereka semua mengagumi kalian. Kalian pernah melihat di drama kan? Banyak sekali tokoh lelaki yang tenar di sekolahnya.” Kata Suzy lalu tertawa, “Ah… berarti sekarang aku tokoh gadis yang dibenci karena mereka mengira aku mendekati tokoh idola mereka.”
            Sunggyu tersenyum, “Jangan berpikir seperti itu, itu hanya terjadi di drama.”          “Ngomong-ngomong, aku lihat L itu pendiam ya?” tanya Suzy.
            “Geurae, dia memang seperti itu. Dia terlihat dingin tapi sebenarnya dia baik.” Jawab Sunggyu.
            “Oh jadi begitu karakternya… dan aku bisa menebak karaktermu, Kau ramah, baik hati, kau suka mencurahkan perhatianmu ke semua orang dan yang terpenting kau suka sekali tersenyum.”
            Sunggyu tertawa mendengarnya, “Itu berlebihan.”
            “Lihat saja itu benar kan?” Suzy juga tertawa. “Dan Kevin, aku juga bisa menebak karaktermu, “Kau selalu berhati-hati melakukan apapun, tapi aku tahu kau sebenarnya baik. Kau jadi terlihat pendiam juga.”
            Kevin tersenyum lalu Jiyoung mendengar suaranya untuk pertama kalinya, “Kau hanya belum mengenalku.” Dia tersenyum.
            “Aku juga bisa menebak karaktermu.” Kata Sunggyu pada Suzy yang terlihat penasaran. “Kau seorang gadis yang manis, hidupmu teratur. Kau benar-benar memperhatikan penampilanmu, kau suka segala hal yang berbau perempuan. Geurae?”
            Suzy terpana, “Geurae. Itu memang benar.” Suzy tertawa.
            “Dan temanmu ini, Kang Jiyoung, kau itu….” Sunggyu memperhatikan Jiyoung yang sekarang sudah selesai dengan makanannya.
            “Waeyo?” tanya Suzy, dia juga penasaran.
            “Dia sama saja dengan L.” Kevin yang menjawab.
            Jiyoung yang tak suka dijadikan topic pembicaraan, berusaha tak mendengarnya.
            “Kau pikir begitu?” tanya Suzy.
            “Dan dia sama sekali berbeda denganmu, dia tak suka berdandan kan?” Sunggyu menambah.
            “Geurae.” Suzy terlihat begitu terpana dengan percakapan ini. “Bagaimana kau bisa tahu semua itu? Apa itu terlihat dengan jelas?”
            Sunggyu tersenyum lagi, “Itu sama seperti halnya saat kau menebak karakterku, bukankah itu terlihat jelas?”
***

            Setelah bel masuk, Jiyoung menuju kelasnya, sayangnya dia tak sekelas dengan Suzy. Dia masuk dengan santai menuju kelasnya sambil berusaha mengabaikan bisik-bisik disekitarnya tentang sebutannya ‘siswa baru aneh’.
            Malah ada yang dengan santainya bicara keras, “Agak aneh ya, bertemu dengan teman baru disaat setelah istirahat?”
            Jiyoung tak menghiraukannya dan melangkah masuk karena seorang guru juga memasuki kelas itu.
            Dia berkata dengan ramahnya, “Aku kesini hanya untuk memperkenalkan teman baru kalian. Aku rasa kalian sudah melihatnya. Agak tak biasa memang, tapi aku harap kalian tak menjadikan itu olokan yang berlebihan.”
            Beberapa siswa perempuan di depan memperhatikannya dengan senang hati dan berlebihan. Sangat terlihat bahwa mereka tak mendengar dengan benar, namun hanya sedang terbius ketampanannya.
            “Kenalkan dirimu.” Katanya sambil melihat Jiyoung yang sudah duduk di belakang.
            Akhirnya dengan malas Jiyoung maju ke depan dan memperkelankan dirinya, “Kang Jiyoung imnida” Jiyoung membungkuk sekali lali kembali duduk.
            “Baiklah. Selamat belajar.” Guru mereka mengakhiri lalu keluar.
            Gadis-gadis di depan langsung berteriak, “Jo Hyunjae Seongsaenim….!!!”
            Beberapa lelaki di belakang melempari mereka dengan kertas dan menertawakan mereka.
            Sesaat sebelum guru pengajar mereka masuk, seorang lelaki yang taka sing lagi di mata Jiyoung masuk dan duduk tepat di sebelah Jiyoung. Intinya mereka duduk satu bangku.
            Seorang lelaki di depan Jiyoung bertanya pada lelaki itu, “Haha… sekarang kau tak bisa egois untuk minta duduk sendiri L.”
            Jiyoung agak terkejut sebenarnya, tapi dia lebih memilih memperhatikan guru di depan kelasnya.
            Hingga kelas berkhir mereka sama sekali tak bicara.
***

Malam harinya Suzy tidur di kamar Jiyoung. Dia sibuk bercerita.
            “Jiyoung-ah… kau lihat mereka tadi? Mereka benar-benar keren dan tampan.” Suzy terlihat sangat senang. Sedangkan Jiyoung mendengarkan sambil sibuk mengerjakan tugas yang ia dapatkan dihari pertamanya.
            “Nugu?”
            “Jangan bilang kau lupa! Kau baru saja berkenalan dengan mereka hari ini.”
            “Kau membicarakan mereka bertiga?” Jiyoung bertanya tanpa menatap Suzy.
            “Geurae. Dan kau tahu apa yang terjadi padaku?” Suzy bangun dari posisi tidurnya.
            “Mwo?”
            “Aku rasa sekarang aku tahu bagaimana rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama itu.” Suzy terdengar senang.
            “L?” tanya Jiyoung, kali ini dia menoleh.
            “Bagaimana kau bisa tahu? Apa terlihat jelas?”        
“Kenapa kau menyukai lelaki aneh sepertinya?” Jiyoung kembali ke tugasnya lagi.
            “Aneh?”
            “Asal kau tahu saja sikapnya di kelas lebih aneh dariku.” Jelas Jiyoung sambil lalu.
            “Jangan bilang kau sekelas dengannya!” Suzy turun dari ranjang Jiyoung dan menghampiri Jiyoung di meja belajarnya.
            “Sayangnya itu benar.”
            “Mulai sekarang kau harus bantu aku… jebal Jiyoung-ah!!!” Suzy mulai memohon.
            “Bantu? Eotokhe?” tanya Jiyoung heran.
            “Bantu aku mengenalnya lebih dalam.” Suzy terus memohon dia sudah memegang lengan Jiyoung erat.
            “Kau tak salah? Kau lupa aku sama sekali tak mengerti dan tak tertarik dengan hal semacam itu?”
            “Ayolah… jebal.. aku sudah gila karena memikirkannya sedari tadi.” Suzy memelas.
            Jiyoung berpikir keras dan benar-benar merasa keberatan.
            “Jebal… demi aku?”
            “Tapi…”
            “Ayolah….”
            “Tapi aku..”
            “Jiyoung-ah…”
            Jiyoung akhirnya mengangguk dia tak bisa setega itu pada sahabatnya satu ini, “Baiklah… hanya sebatas mengenalnya lebih dalam.”
            “Chincha?” Suzy melonjak-lonjak kesenangan. “Pasti sangat mujarab. Bukankah karaktermu dan L sama saja? Kau pasti mudah mencari sesuatu darinya.”
            “Sekarang bisakah kau keluar? Tugasku harus di serahkan besok pagi.” Kata Jiyoung.
            “Ah? Mianhae aku sudah menganggumu. Baiklah aku keluar!!!” Suzy menutup pintu kamar Jiyoung di belakangnya sambil bersenandung, terlihat begitu senang.
            Jiyoung hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya yang sedang jatuh cinta. Dia tak habis pikir tentang hal-hal seperti itu.
***

            Hari ini Jiyoung tak mau lagi menyuruh Suzy berangkat terlebih dahulu. Dia bersedia berangkat ke sekolah bersama Suzy meski Suzy terlalu pagi kali ini. Lebih baik seperti itu atau dia dihukum yang lebih berat lagi.
            “Jiyoung-ah… rasanya aku ingin terus disini.” Kata Suzy sambil merasakan tempat duduk L dengan senangnya. “Bisakah aku minta berganti kelas?” gumamnya.
            “Bukankah kau sekelas dengan Sunggyu? Kau bisa tanya tentang L kan padanya?” tanya Jiyoung sambil mengoreksi tugasnya dengan sedikit bingung.
            “Ah…. Kau benar. Aku harus tanya padanya nanti.” Suzy berpikir, “Tapi bagaimana kalau dia curiga?”
            “Bukankah bagus jika dia tahu? Dia bisa membantumu.”
            “Aninde… andwe. Itu akan terasa aneh dan memalukan. Ani, biar kau saja. Ok? Jebal.... bukankah kau sudah bersedia semalam?”
            Jiyoung tersenyum kecut. Dia masih berpikir harus dikumpulkan kemana tugasnya itu.
            Tak lama setelah itu, salah satu teman sekelas Jiyoung masuk dan bergegas mengumpulkan tugasnya. Jiyoung segera bertanya, “Dimana tugas ini diserahkan?”
            “Cari saja sendiri!” kata lelaki bernama Baro itu sambil tertawa.
            Lalu Jiyoung bertanya pada perempuan yang baru masuk, “Bisa kau memberitahuku?”
            Sebelum menjawab perempuan bernama Sulli itu melirik Baro dan hasilnya hanya tersenyum pada Jiyoung tak mau memberi jawaban lalu pergi begitu saja.
            “Keterlaluan sekali teman-temanmu?” tanya Suzy.
            “Mereka terlalu suka memanggilku siswa baru aneh. Kembalilah ke kelasmu, aku mau mengejar mereka.” Kata Jiyoung lalu lenyap.
            Jiyoung berlari mencari Sulli, namun Baro dan temannya yang bernama Sandeul, “Selain aneh kau juga penguntit ya?”
            Jiyoung diam saja tak memperdulikan dia mencari Sulli. Namun sepertinya dua temannya itu berhasil membuatnya kehilangan jejak.
            “Apa kalian tidak perlu mengumpulkan tugas kalian?” tanya Jiyoung dengan nada datar, dia mulai jengkel.
            “Ah… sudahlah… baeri tahu saja dia.” Kata Sandeul.
            “Baiklah. Ini.” Baro mengulurkan sebuah buku. “Kumpulkan ini juga.”
            Jiyoung melihat buku itu milik Kim Myungsoo. “Buku siapa ini?”
            “Itu nama asli L.” jawab Baro.
“Bagimana bukunya bisa ada padamu?”
“Dia baru saja menitipkannya padaku.” Baro menunjuk lelaki yang tinggal terlihat punggungnya saja berjalan ke arah kelas mereka.
Jiyoung memang melihat L di kejauhan.
“Kalau begitu cepat serahkan tugasnya di ruangan pojok di lantai dua, di gedung sebelah sana.” Baro menunjuk gedung paling kiri di sekolah itu. “Cepat! Sebelum terlambat, atau Hyunjae seongsaenim akan marah besar.”
            Akhirnya Jiyoung menuju ke sana, sedangkan Baro dan Sandeul terbahak melihat Jiyoung. “Apa tidak apa-apa?” tanya Sandeul masih tertawa.
            “Biar dia tahu betapa sama anehnya mereka berdua. L pasti tak akan diam saja.” Baro menahan tawanya yang sudah meledak, “Kajja!” mereka akhirnya masuk ke kelas mereka.
            Setelah bel berbunyi, Guru mereka mereka Jo Hyunjae memasuki kelas Jiyoung. Sambil berkata, “Ada apa dengan dua murid di kelas ini? Kenapa kalian tak menyerahkan tugas kalian Kang Jiyoung dan Kim Myungsoo?”
            Jiyoung seketika sadar dia sudah dikerjai. Sedangkan L yang sudah tahu tugas miliknya dititipkan Jiyoung, dia seketika juga menoleh pada Jiyoung, tapi Jiyoung diam saja seperti tak terjadi apa-apa, wajahnya datar.
            “Jwesong hamnida Seongsaenim” kata Jiyoung, dia menahan emosinya.
            “Karena kalian terlambat, maaf tapi kalian harus mengerjakan dua kali lipat dan menyerahkannya padaku besok pagi.”
            Dua perempuam pengagum Jo Hyunjae melirik Jiyoung dengan tatapan menghina.
            L diam saja, dia sama sekali tak bicara apa-apa pada Jiyoung.
            Setelah pelajaran Jo Hyunjae selesai, Jiyoung mengejarnya ke ruang Guru, membuat L sedikit heran.
***

            Saat pulang, Suzy dengan cepatnya sudah menjemput Jiyoung di depan kelasnya, mereka berjalan bersama di halaman sekolah menuju gerbang. Senangnya Suzy karena ternyata L pulang bersama dengan Kevin dan Sunggyu dan sedari tadi Suzy dan Sunggyu tak henti-hentinya bicara hal-hal yang menyenangkan.
            Namun tiba-tiba Jiyoung berhenti dan menghampiri Baro. Baro agak terkejut melihat Jiyoung. Tiba-tiba Jiyoung melayangkan tinjunya ke wajah Baro, membuat Semua siswa yang melihatnya terkejut bukan main.
            “Oh… Jiyoung sedang marah, pantas saja dia tak begitu berselera makan saat istirahat tadi.” Kata Suzy.
            “Seperti itukah Jiyoung?” Tanya Sunggyu dengan tatapan luar biasa heran.
            “Dia benar-benar sulit ditebak.” Celetuk Kevin.
Setelah itu Jiyoung terlihat lebih santai dan kembali ke sebelah Suzy.
            L termangu melihatnya, dia tak menyangka Jiyoung adalah Gadis seperti itu.
            Jiyoung sekarang bicara pada L, “Jo seongsaenim bilang kau tak perlu mengerjakan tugas dua kali lipat. Tugasmu sudah aku serahkan padanya.”
            L diam saja.
            “Baro benar-benar terlihat Shock.” Kata Sunggyu.
            Suzy tersenyum, “Begitulah sahabatku.”
***

            Saat menerima pelajaran di kelasnya, Jiyoung menengahkan bukunya agar L juga bisa membawacanya setelah Jiyoung tahu L tak membawa buku itu.
            L melirik buku itu namun terlihat tak membacanya seperti murid lain.
            Jiyoung memaksa dirinya bicara, “Kau tidak membawa?”
            “Aku tak membelinya.” Jawab L singkat.
            Jiyoung benci dengan situasi seperti ini, dia hanya sedang ingat pada Suzy, dia berusaha membantu Suzy meski dia tak tahu bagaimana caranya.
            “Kalau bukan karena kau Bae Suzy… aku takkan melibatkan diri dalam situasi menyebalkan ini.” Batinnya.
            “Oh..” jawab Jiyoung lalu menarik kembali bukunya.
            Tapi dengan segera L menariknya kembali. Jiyoung hanya bisa membiarkannya. Dia benar-benar tak tertarik dengan hal itu.
            Tapi Jiyoung segera ingat dengan Suzy, “Bagaimana caranya membuat Suzy mengenalnya lebih dekat?”
            Jiyoung berpikir keras sambil melirik dan mengamati L, “Apa yang dia sukai dari lelaki seperti ini? Kenapa mereka bilang karakternya sangat mirip denganku? Kami sama sekali berbeda. Apa mereka tak bisa melihatnya?”
            “Kau memperhatikanku?” tanya L tiba-tiba, membuat Jiyoung terkejut.
            “Mungkin kau salah lihat.” Jawab Jiyoung lalu kembali fokus pada bukunya.
***

            “Suzy-ah! Aku rasa aku harus segera mundur dari tugas ini.” Kata Jiyoung menghampiri Suzy dikamarnya.
            “Ah? Weyo? Gwenchanayo… lakukan pelan-pelan.” Kata Suzy khawatir.
            “Bagaimana aku bisa membuatmu mengenalnya lebih dekat?”
            “Tanyai saja dia tentang dirinya atau hal-hal semacam itu, lalu beritahu aku. Itu tak begitu sulitkan? Apa dengan orang yang sekarakter denganmu kau juga masih malas bicara?”
            “Benar-benar sulit. Kau tahu ini bukan bidangku.”
            “Ayolah Jiyoung, kau pasti bisa mambantuku, bahkan mungkin kau bisa membuatnya menyukaiku. Kau bisa ceritakan tentang aku padanya.”
            “Bercerita hal semacam itu? Kau kira kami seakrab itu?”
            “Tak bisakah kalian akrab? Kalian itu teman sebangku.”
            Jiyoung tersenyum kecut, “Apa kau lupa bagaimana aku?”
            “Jebal Jiyoung-ah… hanya kau yang bisa membantuku. Aku juga tak diam saja, aku juga sudah berusaha mengajaknya bicara.” Suzy semakin memelas.
***
            Hari ini pelajaran olahraga mereka adalah bermain basket. Jiyoung duduk di tepi lapangan basket hanya untuk melihat teman-temannya bermain sembarangan, saat guru mereka pergi ke ruang guru. Jiyoung benar-benar tak ingin melibatkan diri.
            Jiyoung masih sangat memikirkan tugasnya sebagai peri cinta itu. Jiyoung menertawai dirinya sendiri saat dia ingat dia sama sekali tak becus ataupun mengerti  dengan hal yang sedang dia lakukan. Dia tak mengetahuinya sama sekali. Tanpa sadar dia terus memperhatikan L yang ikut bermain dengan kerennya di tengah lapangan sana.
            “Apa yang bisa aku lakukan?”  batinnya sambil memperhatikan L yang berdiri di tepi lapangan untuk istirahat, Jiyoung melihat sebuah bola segera menghampiri L yang tak menyadarinya itu, entah mengapa, Jiyoung refleks berdiri dan mendorong L.
            Betapa bodohnya Jiyoung saat ia menyadari dia masih berdiri di posisi L berdiri tadi, dan dalam sekejap, kepalanya terasa pusing dan yang dia lihat hanya langit-langit lapangan basket itu. Untungnya dia tidak mempermalukan dirinya dengan pingsan.
            Seketika L menghampirinya lagi dan memanggil namanya, “Jiyoung? Kang Jiyoung?”
            Wajah L terlihat kabur. Kepalanya benar-benar pusing, lemparan bola itu terlalu keras. Teman-teman kelasnya mengerumuninya dengan penasaran, tapi lebih terlihat seperti, apa teman mereka, si gadis aneh itu sudah mati?
            “Gwenchana.” Jawab Jiyoung menguatkan diri. Dia berusaha berdiri dan berjalan menuju toilet sekolah, namun L malah menuntunnya ke klinik sekolah.
            Jiyoung agak tak sadar apa yang di lakukan orang-orang yang tak ia kenali di ruang klinik, tapi kepalanya terasa sedikit ringan. Sekarang ada perban di sekeliling kepalanya, ia jadi terlihat konyol.
            Jiyoung memegangi perban di kepalanya. Meratapi nasibnya yang konyol sambil memasuki kelasnya.
            “Kau sengaja melakukan itu untuk mendapat perhatianku?” tanya L.
            “Kau bermimpi?” tanya Jiyoung. “Tapi ini lebih terlihat Kang Jiyoung yang menyukai Kim Myungsoo, bukan Bae Suzy.” Batinnya dengan kesal.
            L malah tersenyum kecut, atau lebih tepatnya tersenyum jahat. Hal itu hanya mambuat Jiyoung semakin kesal dengan posisinya.
***

            “Benarkah kau begini karena menyelamatkan L?” tanya Suzy saat menghampiri Jiyoung di kantin.
            Sunggyu seperti begitu terparangah melihat perban yang melilit di kepala Jiyoung. Sedangkan Kevin malah tersenyum, dia beberapa kali bicara tentang L, meski Jiyoung tak begitu mengerti maksudnya.
            “Anak itu… sudah bisa membuat siswa baru celaka untuknya.” Celetuk Kevin.
            Lalu mereka memesan makanan dan menikmatinya saat L tiba-tiba datang dengan santainya dan meraih kursi di meja sebelah dan duduk di sebelah Jiyoung.
            “Kau sudah berterima kasih padanya?” tanya Sunggyu pada L sambil menunjuk Jiyoung.
            “Aku bisa tebak dia sama sekali tak berniat melakukan itu.” Kevin yang menjawab sambil tersenyum.
            Suzy memperhatikan L, Jiyoung tahu itu, dia takut dia suka pada lelaki yang salah.
            “Apa aku menyuruhnya?” tanya L.
            Kevin tersenyum puas mendengarnya, tebakannya benar.
            “Ya! Kim Myungsoo! Apa kau tak bisa berpikir? Jika bukan karena Jiyoung sekarang kau yang diperban.” Sunggyu tak terima.
            “Apa aku minta digantikan?” L tersenyum kecut sambil menikmati makanan yang baru dipesannya.
            “Benarkah kau bahkan tak berniat berterrima kasih padanya?” kali ini Suzy yang memberanikan diri untuk bertanya.
            Jiyoung benar-benar tak suka situasi ini. Nafsu makannya jadi hilang, dia duduk terjebak di tengah Suzy dan L. rasanya suara yang berasal dari kanan-kirinya itu berkumpul di otaknya dan sebentar lagi bisa meledak.
            Akhirnya L menjawab, “Siapa bilang?”
            Kevin tak tersenyum lagi.
            “Gomawo.” Kata L sambil menoleh ke arah Jiyoung. Seketika Suzy tersenyum lega, dia makin yakin dia tak menyukai lelaki yang salah.
            Sekarang Jiyoung yang tak menghiraukannya dan memfokuskan diri pada makanannya.
            Merasa tak dihiraukan, L juga kembali pada makanannya.
            “Lihatlah kalian berdua, kalian benar-benar sekarakter.” Kata Sunggyu.
            “Caramu berterima kasih sangat persis dengan Jiyoung, L.” Kata Suzy, membuat Kevin dan Sunggyu tersenyum mendengarnya.
            “Dan reaksi Jiyoung juga sama dengan L.” kata Sunggyu.
            L dan Jiyoung sama sekali tak menghiraukannya dan tetap pada makanan mereka.
***

            Sekarang mereka sudah pada akhir tahun mereka di sini, sebelum ujian, mereka diharuskan mengikuti jam tambahan sepulang sekolah, di kelas mereka masing-masing.
            Setelah bel, dengan terpaksa Jiyoung masih terduduk di kursinya menunggu guru yang akan mengajar jam tambahan. Dia tak suka hal ini. Ini membuatnya harus kekurangan jam tidur siangnya yang santai.
            Tapi siang ini, Jiyoung untuk pertama kalinya bertemu dengan fans L. Tiba-tiba dua perempuan kelas tahun pertama mengampiri Jiyoung dengan beraninya.
            Dua perempuan teman sekelas Jiyoung yang duduk di depan sudah menahan tawanya sedari tadi. Mereka seperti menunggu saat Jiyoung diserang oleh fans L.
           “Eonni! Jadi kau siswa baru aneh yang duduk dengan L oppa?” tanya gadis yang mengikat rambutnya di atas.
            Jiyoung hanya melihat mereka berdua.
            “Eonni! Bagaimana kau bisa duduk disini?” tanya yang berambut merah.
            “Kalian siapa?” tanya Jiyoung datar.
            Baro dan Sandeul yang baru saja kembali dari toilet terlihat senang melihat ini, Baro menghentikan Sandeul yang sepertinya ingin memanggil L.
            “Aku Eungyo dan dia Namjoo,” kata gadis si rambut merah. “Semua orang tahu kami fans berat L oppa, tak ada yang tega melihat kami sedih Eonni. Tapi mengapa Eonni terlihat begitu senang melakukannya?”
            Jiyoung mulai mengerti maksud mereka dan mulai muak dengan ini tapi dia tetap diam saja.
            “Eonni!” bentak yang bernama Namjoo.
            “Wae?” tanya Jiyoung.
            Namjoo terlihat marah besar, “Kenapa kau duduk disini?”
            “Apa kalian lihat kursi kosong lain di kelas ini?” tanya Jiyoung.
            Namjoo dan Eungyo segera berkeliling dan tak menemukannya.
            “Tak bisakah Eonni pindah kelas?” tanya Eungyo.
            “Eonni memang jahat! Asal eonni tahu, fans Sunggyu oppa dan Kevin oppa juga marah padamu.” Jelas Namjoo.
            “Kalian kira aku suka dusuk disini?” tanya Jiyoung, masih datar.
            “Eonni!!!!!” teriak Namjoo dan Eungyo, mereka tiba-tiba menangis sedih.
            Jiyoung terheran-heran dan tersenyum kecut melihatnya. “Ada apa dengan gadis jaman sekarang? Manangis hanya untuk lelaki seperti Kim Myungsoo?”  batinnya.
            L masuk kekelasnya dan berpapasan dengan namjoo dan Eungyo yang menangis. Dia seketika menatap Jiyoung. Sedangkan Baro dan Sandeul juga siswa perempuan di depan sibuk memperhatikan mereka berdua.
            Jiyoung juga menatap L dengan penuh tanya.
            Lalu L tersenyum kecut dan mengahadap ke papan tulis saat seorang guru masuk.
            Jiyoung semakin heran. “Apa Suzy tak menyukai lelaki yang salah?”
***

            Suzy tidur di kamar Jiyoung malam ini. Mereka tentu saja membicarakan L. Jiyoung menahan kantuknya.
            “Jadi namanya Kim Myungsoo?” Suzy tersenyum. “Aku lebih suka memanggilnya L.”
            “Itu terserah padamu.” Jawab Jiyoung sambil memeluk selimutnya alih-alih mempergunakannya sebagai selimut.
            “Dia punya banyak fans?” Suzy jadi sedikit sedih.
            “Mereka bertiga memang punya banyak fans. Seperti drama-drama favoritmu itu.”
            “Ah… Jiyoung-ah… kenapa hanya di depanku kau banyak bicara? Di depan L kau juga harus banyak bicara agar aku tahu segalanya tentangnya.”
            “Bukankah ini sudah kemajuan?”
            Suzy menatap Jiyoung dengan penuh terima kasih, “Arasso. Gomawo.. aku memang menyusahkanmu Jiyoung-`h.”
            Jiyoung tersenyum kecut, “Kenapa kau baru sadar sekarang?” lalu berbalik dan bersiap tidur.
            “Ya!!” Suzy berteriak dan tertawa melihat tingkah sahabatnya itu.
TO BE CONTINUED.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar