Cast:
Kang Jiyoung
Bae Suzy
Kim Myungsoo
Kim Sunggyu
Kevin Woo
Support Cast:
Sulli
Baro
Sandeul
Cameo:
Kim Namjoo
Support Cast:
Sulli
Baro
Sandeul
Cameo:
Kim Namjoo
Eungyo
Jiyoung membenahi ikatan rambutnya,
dia baru saja berlari mengelilingi lapangan sekolahnya setelah sebelumnya ia
membersihkan toilet perempuan. Dia baru saja dihukum karena terlambat di hari
pertamanya masuk di sekolah barunya. Dia tidak diizinkan mengikuti pelajaran
sampai jam istirahat. Dia terpaksa menerima pandangan hinaan dan tertawaan dari
siswa lain yang mengenalinya sebagai siswa baru di sekolahnya itu.
Sekarang dia berjalan menuju kantin
sekolah mencari temannya yang bernama Bae Suzy, dia juga baru saja pindah ke
sekolah ini. Sebut saja, mereka pindah bersama. Dan mereka sengaja melakukannya
bukan karena keinginan salah satu dari mereka untuk mengikuti yang lainnya.
Sejak dua tahun lalu, mereka tinggal
serumah di rumah orang tua Suzy, karena orang tua Jiyoung pindah ke luar
negeri. Mereka tak segan melakukan itu karena mereka memang bersahabat sejak
kecil. Mereka sudah seperti saudara seumuran.
Tiba-tiba Jiyoung menoleh ke kiri
mendengar namanya dipanggil, “Jiyoung-ah!” Suzy melambai dengan cantiknya dari
salah satu meja di ujung kantin.
Jiyoung menghampirinya dan agak
kaget melihat 3 lelaki yang ada di sana
lagipula kursi dimeja itu sudah penuh.
Salah satu lelaki yang berwajah
cantik melihatnya dengan pandangan menyapa dia tersenyum. Lelaki di sebelah
Suzy juga melihatnya dengan pandangan yang begitu ramah namun satu lelaki lagi
melihatnya sekilas dengan pandangan tanda tanya.
Jiyoung menoleh kesana kemari dengan
niatan untuk duduk di sebuah kursi, namun kantin sudah benar-benar penuh.
“Apa sudah penuh?” tanya Lelaki
dengan pandangan ramah tadi.
Jiyoung mengangguk.
“Ah… kau duduk dimana ya?” gumam
Suzy.
Tiba-tiba lelaki dengan pandangan
penuh tanda tanya tadi berdiri dari duduknya sambil berkata, “Aku sudah
selesai.” Lalu pergi ke arah Jiyoung datang tadi.
Jiyoung spontan duduk di tempatnya
tadi.
“Makanlah. Kau pasti lelah…” kata
Suzy.
Jiyoung tersenyum dan langsung
menyantap makanannya.
“Ohya, aku belum memperkenalkan
mereka padamu ya? Pantas saja kau menatapku aneh.” Kata Suzy.
Jiyoung hanya memperhatikan saja.
“Ini Sunggyu.” Kata Suzy lalu lelaki
yang mempunyai pandangan ramah tadi mengulurkan tangannya.
Jiyoung menjabatnya sambil lalu dan
menjawab, “Kang Jiyoung.” Laki-laki bernama Sunggyu itu sungguh ramah, bahkan
dia tak lupa menambahkan keramahannya di senyumnya yang membuat setiap orang
yang melihatnya merasa nyaman.
“Dan ini Kevin.” Suzy menunjuk
lelaki berwajah cantik yang agak terlambat mengulurkan tangannya itu.
Jiyoung juga menjabatnya sambil
lalu, dia hanya agak heran bagaimana Suzy bisa mendapat teman sebanyak dan
secepat ini? Apalagi sepertinya para lelaki ini menjadi pusat perhatian di
sekolah baru mereka. Tapi Jiyoung menganggapnya angina lalu karena dia lebih
sibuk dengan makanannya sekarang. Dia agak merasa terganggu dengan pekenalan
ini, disamping perutnya yang sedari tadi berkelontangan minta diisi.
“Dan yang baru saja pergi, hmmm
namanya…” Sepertinya suzy agak tak yakin untuk menyebutkannya.
“L, dia biasa dipanggil L.” jawab Sunggyu.
“Ah ne… L. dia L. namanya aneh, aku
jadi agak naeh menyebutnya” Suzy tersenyum lembut.
“Itu tidak mengejutkan lagi, semua
orang tahu kalau naman itu aneh.” Sunggyu juga tertawa.
“Aku baru mengenal mereka
Jiyoung-ah. Mereka yang memberiku tampat duduk tadi.” Jelas Suzy.
Jiyoung hanya mengangguk sambil
tetap menikmati makanannya.
“Kalian siswa baru yang
menyenangkan, bisa kita jadi teman mulai sekarang?” tanya Sunggyu.
Suzy seketika mengangguk, “Ah ne,
tentu saja.”
“Datanglah ke meja ini setiap kali
istirahat, kau pasti dapat tempat duduk. Ini tempat kami setiap makan makan
disini. Entah kenapa tak ada yang menempati tempat ini.” Jelas Sunggyu.
Suzy mengangguk, sedangkan Jiyoung
mendengarkan tapi masih sibuk dengan makanannya yang sudah menipis.
“Tapi jangan kalian kira kami geng
disekolah ini yang suka mengusir orang lain dan meminta uang dari mereka.”
Jelas Sunggyu lagi.
Suzy dan Sunggyu tertawa. Sedangkan
Kevin hanya tersenyum mendengarnya.
“Mungkin karena kalian kelewat
keren. Mereka semua mengagumi kalian. Kalian pernah melihat di drama kan? Banyak sekali tokoh
lelaki yang tenar di sekolahnya.” Kata Suzy lalu tertawa, “Ah… berarti sekarang
aku tokoh gadis yang dibenci karena mereka mengira aku mendekati tokoh idola
mereka.”
Sunggyu tersenyum, “Jangan berpikir
seperti itu, itu hanya terjadi di drama.” “Ngomong-ngomong,
aku lihat L itu pendiam ya?” tanya Suzy.
“Geurae, dia memang seperti itu. Dia
terlihat dingin tapi sebenarnya dia baik.” Jawab Sunggyu.
“Oh jadi begitu karakternya… dan aku
bisa menebak karaktermu, Kau ramah, baik hati, kau suka mencurahkan perhatianmu
ke semua orang dan yang terpenting kau suka sekali tersenyum.”
Sunggyu tertawa mendengarnya, “Itu
berlebihan.”
“Lihat saja itu benar kan?” Suzy juga tertawa.
“Dan Kevin, aku juga bisa menebak karaktermu, “Kau selalu berhati-hati
melakukan apapun, tapi aku tahu kau sebenarnya baik. Kau jadi terlihat pendiam
juga.”
Kevin tersenyum lalu Jiyoung
mendengar suaranya untuk pertama kalinya, “Kau hanya belum mengenalku.” Dia
tersenyum.
“Aku juga bisa menebak karaktermu.”
Kata Sunggyu pada Suzy yang terlihat penasaran. “Kau seorang gadis yang manis,
hidupmu teratur. Kau benar-benar memperhatikan penampilanmu, kau suka segala
hal yang berbau perempuan. Geurae?”
Suzy terpana, “Geurae. Itu memang
benar.” Suzy tertawa.
“Dan temanmu ini, Kang Jiyoung, kau
itu….” Sunggyu memperhatikan Jiyoung yang sekarang sudah selesai dengan
makanannya.
“Waeyo?” tanya Suzy, dia juga
penasaran.
“Dia sama saja dengan L.” Kevin yang
menjawab.
Jiyoung yang tak suka dijadikan
topic pembicaraan, berusaha tak mendengarnya.
“Kau pikir begitu?” tanya Suzy.
“Dan dia sama sekali berbeda
denganmu, dia tak suka berdandan kan?”
Sunggyu menambah.
“Geurae.” Suzy terlihat begitu
terpana dengan percakapan ini. “Bagaimana kau bisa tahu semua itu? Apa itu
terlihat dengan jelas?”
Sunggyu tersenyum lagi, “Itu sama
seperti halnya saat kau menebak karakterku, bukankah itu terlihat jelas?”
***
Setelah bel masuk, Jiyoung menuju
kelasnya, sayangnya dia tak sekelas dengan Suzy. Dia masuk dengan santai menuju
kelasnya sambil berusaha mengabaikan bisik-bisik disekitarnya tentang
sebutannya ‘siswa baru aneh’.
Malah ada yang dengan santainya
bicara keras, “Agak aneh ya, bertemu dengan teman baru disaat setelah
istirahat?”
Jiyoung tak menghiraukannya dan melangkah
masuk karena seorang guru juga memasuki kelas itu.
Dia berkata dengan ramahnya, “Aku
kesini hanya untuk memperkenalkan teman baru kalian. Aku rasa kalian sudah
melihatnya. Agak tak biasa memang, tapi aku harap kalian tak menjadikan itu
olokan yang berlebihan.”
Beberapa siswa perempuan di depan
memperhatikannya dengan senang hati dan berlebihan. Sangat terlihat bahwa
mereka tak mendengar dengan benar, namun hanya sedang terbius ketampanannya.
“Kenalkan dirimu.” Katanya sambil
melihat Jiyoung yang sudah duduk di belakang.
Akhirnya dengan malas Jiyoung maju
ke depan dan memperkelankan dirinya, “Kang Jiyoung imnida” Jiyoung membungkuk
sekali lali kembali duduk.
“Baiklah. Selamat belajar.” Guru
mereka mengakhiri lalu keluar.
Gadis-gadis di depan langsung
berteriak, “Jo Hyunjae Seongsaenim….!!!”
Beberapa lelaki di belakang
melempari mereka dengan kertas dan menertawakan mereka.
Sesaat sebelum guru pengajar mereka
masuk, seorang lelaki yang taka sing lagi di mata Jiyoung masuk dan duduk tepat
di sebelah Jiyoung. Intinya mereka duduk satu bangku.
Seorang lelaki di depan Jiyoung
bertanya pada lelaki itu, “Haha… sekarang kau tak bisa egois untuk minta duduk
sendiri L.”
Jiyoung agak terkejut sebenarnya,
tapi dia lebih memilih memperhatikan guru di depan kelasnya.
Hingga kelas berkhir mereka sama
sekali tak bicara.
***
Malam harinya Suzy tidur di kamar
Jiyoung. Dia sibuk bercerita.
“Jiyoung-ah…
kau lihat mereka tadi? Mereka benar-benar keren dan tampan.” Suzy terlihat
sangat senang. Sedangkan Jiyoung mendengarkan sambil sibuk mengerjakan tugas
yang ia dapatkan dihari pertamanya.
“Nugu?”
“Jangan
bilang kau lupa! Kau baru saja berkenalan dengan mereka hari ini.”
“Kau
membicarakan mereka bertiga?” Jiyoung bertanya tanpa menatap Suzy.
“Geurae.
Dan kau tahu apa yang terjadi padaku?” Suzy bangun dari posisi tidurnya.
“Mwo?”
“Aku rasa
sekarang aku tahu bagaimana rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama itu.”
Suzy terdengar senang.
“L?” tanya
Jiyoung, kali ini dia menoleh.
“Bagaimana
kau bisa tahu? Apa terlihat jelas?”
“Kenapa kau menyukai lelaki aneh
sepertinya?” Jiyoung kembali ke tugasnya lagi.
“Aneh?”
“Asal kau
tahu saja sikapnya di kelas lebih aneh dariku.” Jelas Jiyoung sambil lalu.
“Jangan
bilang kau sekelas dengannya!” Suzy turun dari ranjang Jiyoung dan menghampiri
Jiyoung di meja belajarnya.
“Sayangnya
itu benar.”
“Mulai
sekarang kau harus bantu aku… jebal Jiyoung-ah!!!” Suzy mulai memohon.
“Bantu?
Eotokhe?” tanya Jiyoung heran.
“Bantu aku
mengenalnya lebih dalam.” Suzy terus memohon dia sudah memegang lengan Jiyoung
erat.
“Kau tak
salah? Kau lupa aku sama sekali tak mengerti dan tak tertarik dengan hal
semacam itu?”
“Ayolah…
jebal.. aku sudah gila karena memikirkannya sedari tadi.” Suzy memelas.
Jiyoung
berpikir keras dan benar-benar merasa keberatan.
“Jebal…
demi aku?”
“Tapi…”
“Ayolah….”
“Tapi
aku..”
“Jiyoung-ah…”
Jiyoung
akhirnya mengangguk dia tak bisa setega itu pada sahabatnya satu ini, “Baiklah…
hanya sebatas mengenalnya lebih dalam.”
“Chincha?”
Suzy melonjak-lonjak kesenangan. “Pasti sangat mujarab. Bukankah karaktermu dan
L sama saja? Kau pasti mudah mencari sesuatu darinya.”
“Sekarang
bisakah kau keluar? Tugasku harus di serahkan besok pagi.” Kata Jiyoung.
“Ah?
Mianhae aku sudah menganggumu. Baiklah aku keluar!!!” Suzy menutup pintu kamar
Jiyoung di belakangnya sambil bersenandung, terlihat begitu senang.
Jiyoung
hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya yang sedang jatuh
cinta. Dia tak habis pikir tentang hal-hal seperti itu.
***
Hari ini Jiyoung tak mau lagi
menyuruh Suzy berangkat terlebih dahulu. Dia bersedia berangkat ke sekolah
bersama Suzy meski Suzy terlalu pagi kali ini. Lebih baik seperti itu atau dia
dihukum yang lebih berat lagi.
“Jiyoung-ah… rasanya aku ingin terus
disini.” Kata Suzy sambil merasakan tempat duduk L dengan senangnya. “Bisakah
aku minta berganti kelas?” gumamnya.
“Bukankah kau sekelas dengan
Sunggyu? Kau bisa tanya tentang L kan
padanya?” tanya Jiyoung sambil mengoreksi tugasnya dengan sedikit bingung.
“Ah…. Kau benar. Aku harus tanya
padanya nanti.” Suzy berpikir, “Tapi bagaimana kalau dia curiga?”
“Bukankah bagus jika dia tahu? Dia
bisa membantumu.”
“Aninde… andwe. Itu akan terasa aneh
dan memalukan. Ani, biar kau saja. Ok? Jebal.... bukankah kau sudah bersedia
semalam?”
Jiyoung tersenyum kecut. Dia masih
berpikir harus dikumpulkan kemana tugasnya itu.
Tak lama setelah itu, salah satu
teman sekelas Jiyoung masuk dan bergegas mengumpulkan tugasnya. Jiyoung segera
bertanya, “Dimana tugas ini diserahkan?”
“Cari saja sendiri!” kata lelaki
bernama Baro itu sambil tertawa.
Lalu Jiyoung bertanya pada perempuan
yang baru masuk, “Bisa kau memberitahuku?”
Sebelum menjawab perempuan bernama
Sulli itu melirik Baro dan hasilnya hanya tersenyum pada Jiyoung tak mau
memberi jawaban lalu pergi begitu saja.
“Keterlaluan sekali teman-temanmu?”
tanya Suzy.
“Mereka terlalu suka memanggilku
siswa baru aneh. Kembalilah ke kelasmu, aku mau mengejar mereka.” Kata Jiyoung
lalu lenyap.
Jiyoung berlari mencari Sulli, namun
Baro dan temannya yang bernama Sandeul, “Selain aneh kau juga penguntit ya?”
Jiyoung diam saja tak memperdulikan
dia mencari Sulli. Namun sepertinya dua temannya itu berhasil membuatnya
kehilangan jejak.
“Apa kalian tidak perlu mengumpulkan
tugas kalian?” tanya Jiyoung dengan nada datar, dia mulai jengkel.
“Ah… sudahlah… baeri tahu saja dia.”
Kata Sandeul.
“Baiklah. Ini.” Baro mengulurkan
sebuah buku. “Kumpulkan ini juga.”
Jiyoung melihat buku itu milik Kim
Myungsoo. “Buku siapa ini?”
“Itu nama asli L.” jawab Baro.
“Bagimana bukunya bisa ada padamu?”
“Dia baru saja menitipkannya padaku.” Baro menunjuk lelaki
yang tinggal terlihat punggungnya saja berjalan ke arah kelas mereka.
Jiyoung memang melihat L di kejauhan.
“Kalau begitu cepat serahkan tugasnya di ruangan pojok di
lantai dua, di gedung sebelah sana.”
Baro menunjuk gedung paling kiri di sekolah itu. “Cepat! Sebelum terlambat,
atau Hyunjae seongsaenim akan marah besar.”
Akhirnya Jiyoung menuju ke sana, sedangkan Baro dan
Sandeul terbahak melihat Jiyoung. “Apa tidak apa-apa?” tanya Sandeul masih
tertawa.
“Biar dia tahu betapa sama anehnya
mereka berdua. L pasti tak akan diam saja.” Baro menahan tawanya yang sudah
meledak, “Kajja!” mereka akhirnya masuk ke kelas mereka.
Setelah bel berbunyi, Guru mereka
mereka Jo Hyunjae memasuki kelas Jiyoung. Sambil berkata, “Ada apa dengan dua murid di kelas ini? Kenapa
kalian tak menyerahkan tugas kalian Kang Jiyoung dan Kim Myungsoo?”
Jiyoung seketika sadar dia sudah
dikerjai. Sedangkan L yang sudah tahu tugas miliknya dititipkan Jiyoung, dia
seketika juga menoleh pada Jiyoung, tapi Jiyoung diam saja seperti tak terjadi
apa-apa, wajahnya datar.
“Jwesong hamnida Seongsaenim” kata
Jiyoung, dia menahan emosinya.
“Karena kalian terlambat, maaf tapi
kalian harus mengerjakan dua kali lipat dan menyerahkannya padaku besok pagi.”
Dua perempuam pengagum Jo Hyunjae
melirik Jiyoung dengan tatapan menghina.
L diam saja, dia sama sekali tak
bicara apa-apa pada Jiyoung.
Setelah pelajaran Jo Hyunjae
selesai, Jiyoung mengejarnya ke ruang Guru, membuat L sedikit heran.
***
Saat pulang, Suzy dengan cepatnya
sudah menjemput Jiyoung di depan kelasnya, mereka berjalan bersama di halaman
sekolah menuju gerbang. Senangnya Suzy karena ternyata L pulang bersama dengan
Kevin dan Sunggyu dan sedari tadi Suzy dan Sunggyu tak henti-hentinya bicara
hal-hal yang menyenangkan.
Namun tiba-tiba Jiyoung berhenti dan
menghampiri Baro. Baro agak terkejut melihat Jiyoung. Tiba-tiba Jiyoung
melayangkan tinjunya ke wajah Baro, membuat Semua siswa yang melihatnya
terkejut bukan main.
“Oh… Jiyoung sedang marah, pantas
saja dia tak begitu berselera makan saat istirahat tadi.” Kata Suzy.
“Seperti itukah Jiyoung?” Tanya
Sunggyu dengan tatapan luar biasa heran.
“Dia benar-benar sulit ditebak.”
Celetuk Kevin.
Setelah itu Jiyoung terlihat lebih santai dan kembali ke
sebelah Suzy.
L termangu melihatnya, dia tak
menyangka Jiyoung adalah Gadis seperti itu.
Jiyoung sekarang bicara pada L, “Jo
seongsaenim bilang kau tak perlu mengerjakan tugas dua kali lipat. Tugasmu
sudah aku serahkan padanya.”
L diam saja.
“Baro benar-benar terlihat Shock.”
Kata Sunggyu.
Suzy tersenyum, “Begitulah
sahabatku.”
***
Saat menerima pelajaran di kelasnya,
Jiyoung menengahkan bukunya agar L juga bisa membawacanya setelah Jiyoung tahu L
tak membawa buku itu.
L melirik buku itu namun terlihat
tak membacanya seperti murid lain.
Jiyoung memaksa dirinya bicara, “Kau
tidak membawa?”
“Aku tak membelinya.” Jawab L
singkat.
Jiyoung benci dengan situasi seperti
ini, dia hanya sedang ingat pada Suzy, dia berusaha membantu Suzy meski dia tak
tahu bagaimana caranya.
“Kalau
bukan karena kau Bae Suzy… aku takkan melibatkan diri dalam situasi menyebalkan
ini.” Batinnya.
“Oh..” jawab Jiyoung lalu menarik
kembali bukunya.
Tapi dengan segera L menariknya
kembali. Jiyoung hanya bisa membiarkannya. Dia benar-benar tak tertarik dengan
hal itu.
Tapi Jiyoung segera ingat dengan
Suzy, “Bagaimana caranya membuat Suzy
mengenalnya lebih dekat?”
Jiyoung berpikir keras sambil
melirik dan mengamati L, “Apa yang dia
sukai dari lelaki seperti ini? Kenapa mereka bilang karakternya sangat mirip
denganku? Kami sama sekali berbeda. Apa mereka tak bisa melihatnya?”
“Kau
memperhatikanku?” tanya L tiba-tiba, membuat Jiyoung terkejut.
“Mungkin kau salah lihat.” Jawab Jiyoung
lalu kembali fokus pada bukunya.
***
“Suzy-ah! Aku rasa aku harus segera
mundur dari tugas ini.” Kata Jiyoung menghampiri Suzy dikamarnya.
“Ah? Weyo? Gwenchanayo… lakukan
pelan-pelan.” Kata Suzy khawatir.
“Bagaimana aku bisa membuatmu
mengenalnya lebih dekat?”
“Tanyai saja dia tentang dirinya
atau hal-hal semacam itu, lalu beritahu aku. Itu tak begitu sulitkan? Apa
dengan orang yang sekarakter denganmu kau juga masih malas bicara?”
“Benar-benar sulit. Kau tahu ini
bukan bidangku.”
“Ayolah Jiyoung, kau pasti bisa
mambantuku, bahkan mungkin kau bisa membuatnya menyukaiku. Kau bisa ceritakan
tentang aku padanya.”
“Bercerita hal semacam itu? Kau kira
kami seakrab itu?”
“Tak bisakah kalian akrab? Kalian
itu teman sebangku.”
Jiyoung tersenyum kecut, “Apa kau
lupa bagaimana aku?”
“Jebal Jiyoung-ah… hanya kau yang
bisa membantuku. Aku juga tak diam saja, aku juga sudah berusaha mengajaknya
bicara.” Suzy semakin memelas.
***
Hari ini pelajaran olahraga mereka
adalah bermain basket. Jiyoung duduk di tepi lapangan basket hanya untuk
melihat teman-temannya bermain sembarangan, saat guru mereka pergi ke ruang
guru. Jiyoung benar-benar tak ingin melibatkan diri.
Jiyoung masih sangat memikirkan
tugasnya sebagai peri cinta itu. Jiyoung menertawai dirinya sendiri saat dia
ingat dia sama sekali tak becus ataupun mengerti dengan hal yang sedang dia lakukan. Dia tak
mengetahuinya sama sekali. Tanpa sadar dia terus memperhatikan L yang ikut
bermain dengan kerennya di tengah lapangan sana.
“Apa
yang bisa aku lakukan?” batinnya
sambil memperhatikan L yang berdiri di tepi lapangan untuk istirahat, Jiyoung
melihat sebuah bola segera menghampiri L yang tak menyadarinya itu, entah
mengapa, Jiyoung refleks berdiri dan mendorong L.
Betapa bodohnya Jiyoung saat ia menyadari
dia masih berdiri di posisi L berdiri tadi, dan dalam sekejap, kepalanya terasa
pusing dan yang dia lihat hanya langit-langit lapangan basket itu. Untungnya
dia tidak mempermalukan dirinya dengan pingsan.
Seketika L menghampirinya lagi dan
memanggil namanya, “Jiyoung? Kang Jiyoung?”
Wajah L terlihat kabur. Kepalanya
benar-benar pusing, lemparan bola itu terlalu keras. Teman-teman kelasnya
mengerumuninya dengan penasaran, tapi lebih terlihat seperti, apa teman mereka,
si gadis aneh itu sudah mati?
“Gwenchana.” Jawab Jiyoung
menguatkan diri. Dia berusaha berdiri dan berjalan menuju toilet sekolah, namun
L malah menuntunnya ke klinik sekolah.
Jiyoung agak tak sadar apa yang di
lakukan orang-orang yang tak ia kenali di ruang klinik, tapi kepalanya terasa
sedikit ringan. Sekarang ada perban di sekeliling kepalanya, ia jadi terlihat
konyol.
Jiyoung memegangi perban di
kepalanya. Meratapi nasibnya yang konyol sambil memasuki kelasnya.
“Kau sengaja melakukan itu untuk
mendapat perhatianku?” tanya L.
“Kau bermimpi?” tanya Jiyoung. “Tapi ini lebih terlihat Kang Jiyoung yang
menyukai Kim Myungsoo, bukan Bae Suzy.” Batinnya dengan kesal.
L malah tersenyum kecut, atau lebih
tepatnya tersenyum jahat. Hal itu hanya mambuat Jiyoung semakin kesal dengan
posisinya.
***
“Benarkah kau begini karena
menyelamatkan L?” tanya Suzy saat menghampiri Jiyoung di kantin.
Sunggyu seperti begitu terparangah
melihat perban yang melilit di kepala Jiyoung. Sedangkan Kevin malah tersenyum,
dia beberapa kali bicara tentang L, meski Jiyoung tak begitu mengerti
maksudnya.
“Anak itu… sudah bisa membuat siswa
baru celaka untuknya.” Celetuk Kevin.
Lalu mereka memesan makanan dan
menikmatinya saat L tiba-tiba datang dengan santainya dan meraih kursi di meja
sebelah dan duduk di sebelah Jiyoung.
“Kau sudah berterima kasih padanya?”
tanya Sunggyu pada L sambil menunjuk Jiyoung.
“Aku bisa tebak dia sama sekali tak
berniat melakukan itu.” Kevin yang menjawab sambil tersenyum.
Suzy memperhatikan L, Jiyoung tahu
itu, dia takut dia suka pada lelaki yang salah.
“Apa aku menyuruhnya?” tanya L.
Kevin tersenyum puas mendengarnya,
tebakannya benar.
“Ya! Kim Myungsoo! Apa kau tak bisa
berpikir? Jika bukan karena Jiyoung sekarang kau yang diperban.” Sunggyu tak
terima.
“Apa aku minta digantikan?” L
tersenyum kecut sambil menikmati makanan yang baru dipesannya.
“Benarkah kau bahkan tak berniat
berterrima kasih padanya?” kali ini Suzy yang memberanikan diri untuk bertanya.
Jiyoung benar-benar tak suka situasi
ini. Nafsu makannya jadi hilang, dia duduk terjebak di tengah Suzy dan L.
rasanya suara yang berasal dari kanan-kirinya itu berkumpul di otaknya dan
sebentar lagi bisa meledak.
Akhirnya L menjawab, “Siapa bilang?”
Kevin tak tersenyum lagi.
“Gomawo.” Kata L sambil menoleh ke
arah Jiyoung. Seketika Suzy tersenyum lega, dia makin yakin dia tak menyukai
lelaki yang salah.
Sekarang Jiyoung yang tak
menghiraukannya dan memfokuskan diri pada makanannya.
Merasa tak dihiraukan, L juga
kembali pada makanannya.
“Lihatlah kalian berdua, kalian benar-benar
sekarakter.” Kata Sunggyu.
“Caramu berterima kasih sangat
persis dengan Jiyoung, L.” Kata Suzy, membuat Kevin dan Sunggyu tersenyum
mendengarnya.
“Dan reaksi Jiyoung juga sama dengan
L.” kata Sunggyu.
L dan Jiyoung sama sekali tak
menghiraukannya dan tetap pada makanan mereka.
***
Sekarang mereka sudah pada akhir
tahun mereka di sini, sebelum ujian, mereka diharuskan mengikuti jam tambahan
sepulang sekolah, di kelas mereka masing-masing.
Setelah bel, dengan terpaksa Jiyoung
masih terduduk di kursinya menunggu guru yang akan mengajar jam tambahan. Dia
tak suka hal ini. Ini membuatnya harus kekurangan jam tidur siangnya yang
santai.
Tapi siang ini, Jiyoung untuk
pertama kalinya bertemu dengan fans L. Tiba-tiba dua perempuan kelas tahun
pertama mengampiri Jiyoung dengan beraninya.
Dua perempuan teman sekelas Jiyoung
yang duduk di depan sudah menahan tawanya sedari tadi. Mereka seperti menunggu
saat Jiyoung diserang oleh fans L.
“Eonni! Jadi kau siswa baru aneh yang
duduk dengan L oppa?” tanya gadis yang mengikat rambutnya di atas.
Jiyoung hanya melihat mereka berdua.
“Eonni! Bagaimana kau bisa duduk
disini?” tanya yang berambut merah.
“Kalian siapa?” tanya Jiyoung datar.
Baro dan Sandeul yang baru saja
kembali dari toilet terlihat senang melihat ini, Baro menghentikan Sandeul yang
sepertinya ingin memanggil L.
“Aku Eungyo dan dia Namjoo,” kata
gadis si rambut merah. “Semua orang tahu kami fans berat L oppa, tak ada yang
tega melihat kami sedih Eonni. Tapi mengapa Eonni terlihat begitu senang
melakukannya?”
Jiyoung mulai mengerti maksud mereka
dan mulai muak dengan ini tapi dia tetap diam saja.
“Eonni!” bentak yang bernama Namjoo.
“Wae?” tanya Jiyoung.
Namjoo terlihat marah besar, “Kenapa
kau duduk disini?”
“Apa kalian lihat kursi kosong lain
di kelas ini?” tanya Jiyoung.
Namjoo dan Eungyo segera berkeliling
dan tak menemukannya.
“Tak bisakah Eonni pindah kelas?”
tanya Eungyo.
“Eonni memang jahat! Asal eonni
tahu, fans Sunggyu oppa dan Kevin oppa juga marah padamu.” Jelas Namjoo.
“Kalian kira aku suka dusuk disini?”
tanya Jiyoung, masih datar.
“Eonni!!!!!” teriak Namjoo dan
Eungyo, mereka tiba-tiba menangis sedih.
Jiyoung terheran-heran dan tersenyum
kecut melihatnya. “Ada apa dengan gadis jaman sekarang? Manangis
hanya untuk lelaki seperti Kim Myungsoo?” batinnya.
L masuk kekelasnya dan berpapasan
dengan namjoo dan Eungyo yang menangis. Dia seketika menatap Jiyoung. Sedangkan
Baro dan Sandeul juga siswa perempuan di depan sibuk memperhatikan mereka
berdua.
Jiyoung juga menatap L dengan penuh
tanya.
Lalu L tersenyum kecut dan
mengahadap ke papan tulis saat seorang guru masuk.
Jiyoung semakin heran. “Apa Suzy tak menyukai lelaki yang salah?”
***
Suzy tidur di kamar Jiyoung malam
ini. Mereka tentu saja membicarakan L. Jiyoung menahan kantuknya.
“Jadi namanya Kim Myungsoo?” Suzy
tersenyum. “Aku lebih suka memanggilnya L.”
“Itu terserah padamu.” Jawab Jiyoung
sambil memeluk selimutnya alih-alih mempergunakannya sebagai selimut.
“Dia punya banyak fans?” Suzy jadi
sedikit sedih.
“Mereka bertiga memang punya banyak
fans. Seperti drama-drama favoritmu itu.”
“Ah… Jiyoung-ah… kenapa hanya di
depanku kau banyak bicara? Di depan L kau juga harus banyak bicara agar aku
tahu segalanya tentangnya.”
“Bukankah ini sudah kemajuan?”
Suzy menatap Jiyoung dengan penuh
terima kasih, “Arasso. Gomawo.. aku memang menyusahkanmu Jiyoung-`h.”
Jiyoung tersenyum kecut, “Kenapa kau
baru sadar sekarang?” lalu berbalik dan bersiap tidur.
“Ya!!” Suzy berteriak dan tertawa
melihat tingkah sahabatnya itu.
TO BE CONTINUED.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar