Main Cast:
Kang Jiyoung
Bae Suzy
Kim Myungsoo
Kim Sunggyu
Kevin Woo
Support Cast:
Sulli
Baro
Sandeul
Cameo:
Kim Namjoo
EungyoSupport Cast:
Sulli
Baro
Sandeul
Cameo:
Kim Namjoo
Semakin
banyak tatapan-tatapan aneh pada Jiyoung sejak Namjoo dan Eungyo menangis.
Jiyoung berusaha keras untuk tak menghiraukan itu semua, tapi mereka terlalu
bannyak.
Sampai seperti saat ini. Jiyoung
sedang sangat sibuk mengerjakan tugas bahasa Inggris dari gurunya.
“Ingat untuk mengerjakannya dengan
partnermu.” Kata Kim seongsaenim.
Karena Tak ada yang mau
mengerjakannya dengan Jiyoung, akhirnya L yang bersedia menjadi partner
Jiyoung.
“Apa yang harus aku lakukan?” tanya
L.
“Baca saja itu.” Jiyoung menunjuk
sebuah buku.
L pun membacanya.
“Jika kau tak mau, kau tak perlu
melakukannya.” Kata Jiyoung.
L malah tersenyum, namun Jiyoung tak
mengetahuinya. “Kau tak perlu memberitahuku atau menyembunyikannya, aku sudah
benar-benar tahu.”
Merasa tak bisa mengerti dengan apa
yang dikatakan L, Jiyoung mendongak dan menatap L dengan penuh tanya,
membuatnya melihat senyum L yang ternyata benar-benar manis itu.
“Karena sepertinya kau terlalu
menyukaiku, aku takkan mengecewakannmu. Ya… aku akan mengikuti permainanmu. Aku
bersedia melakukannya.”
Jiyoung terkejut setengah mati apa
yang ditakutkannya selama ini benar. “Dan
Tuhan… dia benar-benar salah paham…. Apa yang harus aku katakana pada Suzy dan
padanya kalau sudah seperti ini?”
Jiyoung tersenyum tak habis pikir.
Dia benar-benar merasa L itu konyol. “Kami
jelas tidak mirip! Bagaimana dia pikir gadis sepertiku menyukainya?”
“Kau senang?” tanya L masih
tersenyum.
Jiyoung menggeleng.
L tersenyum kecut lagi, “Apa kau
ingin aku benar-benar jadi kekasihmu?”
Jiyoung menggeleng lagi.
“Lalu apa maumu? Apa kau tak punya
harga diri?”
Jiyoung sudah ingin memberitahunya
soal perasaan Zusy, tapi dia teringat pada Suzy yang tak mengizinkannya
memberitahu L. “Aku hanya membantu
temanku!!!! Aku tak mungkin menyukaimu!!! Bae Suzy!! Lihat aku! Apa yang bisa
dilakukan gadis sepertiku di saat seperti ini?” Jiyoung hanya membatin.
“Sudahlah, ikuti permainanku saja.
Yang penting kau senang kan?”
tanya L dengan percaya dirinya.
Jiyoung tak bisa melawan. Dia tak
bisa menjelaskan semuanya. Dia hanya bisa bilang, “Bagaimana kau bisa berpikir
seperti itu? Aku sama sekali tak menyukaimu.”
L hanya tersenyum mendengarnya.
***
Jiyoung benar-benar makin merasa
terpuruk. Hari-harinya makin aneh. Seperti yang di tebaknya, dia berhasil
membuat L salah paham, meski itu bukan tujuannya.
Jiyoung terkejut saat tiba-tiba L
menaruh lengannya untuk alas kepala Jiyoung di meja saat Jiyoung tertidur di
kelas. Jiyoung terbangun seketika dan menoleh menatap L dengan tak habis pikir.
“Kenapa tak kau sediakan ranjang sekalian?” tanyanya pelan lalu keluar kelas
izin ke toilet.
***
Di lain kesempatan, tiba-tiba L
menaruh segelas jus buah di samping Jiyoung yang sedang duduk di bangku taman
sekolah sambil membaca novel. Sekali lagi Jiyoung terperangah melihat sikap L.
setelah itu L pergi begitu saja seperti tak terjadi apa-apa. Jiyoung berusaha
tak mempedulikan L dan akhirnya sama sekali tak menyentuh segelas jus itu.
***
Kali ini, Jiyoung lupa sama sekali
tak membawa alat tulisnya, padahal gurunya sedang mengadakan ulangan, akhirnya
L tanpa ekspresi apa-apa mengulurkan sebuah pena. Padahal Jiyoung tak memberi
tahu siapa-siapa, seakan L mengamatinya sendiri.
“Sebenarnya apa yang kau lakukan?”
tanya Jiyoung pelan, dia sudah tak sabar
lagi.
“Kau senang kan? Ini seperti fan service. Tapi mian, aku
tak bisa melakukannya di depan teman-teman.” Jawabnya datar.
Jiyoung yang tak suka mendengar
pertanyaan itu, langsung memfokuskan diri ke ulangannya dan mengabaikan L yang
akhirnya menatapnya sendiri.
***
Suzy terlihat senang melihat L
berjalan di belakang Jiyoung ke arahnya. “Jiyoung-ah!” panggilnya pada Jiyoung
yang sama sekali tak terlihat bersemangat.
“Kalian tahu?” tanya Sunggyu saat
Jiyoung dan L sudah duduk di hadapannya. “Jam tambahan kita akan di perpadat
lagi.”
L dan Jiyoung mengangguk.
“Sepertinya kalian yang paling tak
menyukainya.” Kata Kevin.
“Jiyoung-ah! Kami berencana untuk
jalan-jalan akhir pekan ini. Kau mau ikut kan?” Tanya Suzy, dia melirik L sekilas,
membuat Jiyoung mengerti maksudnya.
Walaupun malas setengah mati,
Jiyoung terpaksa mengangguk.
“Geurae, kita butuh hiburan sedikit.
Bagaimana denganmu L? kau ikut?” tanya Sunggyu.
Jiyoung mengira L takkan ikut dalam
kegiatan seperti itu. Tapi ternyata L mengangguk tanda ia setuju. Suzy sangat
senang melihatnya.
“Tapi…. Apa kalian yakin, fans
kalian tak akan marah?” tanya Suzy, ekspresinya berubah.
Kevin tertawa, “Fans? Kau kira kami
anggota boyband?”
“Karena kami bukan, jadi tenanglah.”
Sunggyu menenangkan Suzy.
Ada satu hal yang disyukuri Jiyoung saat
mereka berkumpul bersama. Jiyoung tak lagi harus menerima perlakuan aneh dari
L.
***
Suzy keluar rumahnya dengan senang
hati, dia menutup pintu dengan tersenyum senang. “Tak kusangka aku bisa
melewatkan akhir pekan ini dengan L.”
“Sesenang itukah kau? Kau yakin dia
bukan orang yang aneh?” Tanya Jiyoung jujur.
“Semua yang kau ceritakan padaku,
walau kau sebut aneh, aku menyukainya. Kenapa begitu aku tak tahu, tapi yang
jelas, aku sudah benar-benar jatuh hati padanya.”
“Bisakah mulai sekarang kau bicara
padanya. Kau mulai usahamu sendiri?”
Baiklah aku akan mencobanya. Bisa
kau bantu aku untuk itu?” tanya Suzy.
Jiyoung mengangguk lalu Suzy
menariknya cepat menuju taksi yang sudah di pesannya.
Mereka berdua bertemu dengan L dan yang
lain di sebuah pusat perbelanjaan. Dengan semangatnya Suzy turun dari taksi
setelah sampai, dan segera mencari sosok L.
“Bukankah itu dia?” Jiyoung menunjuk
seorang lelaki yang sedang berdiri membelakangi mereka jauh di depan mereka.
“Geurae!” Suzy terdengar senang dan
segera menghampiri L, “Anyeong L! dimana yang lain?”
L tersenyum singkat dan menjawab,
“Disana.” L menunjuk Sunggyu dan Kevin yang berdiri di depan sebuah toko ice
cream.
“Lalu kenapa kau disini?” tanya
Suzy.
“Aku tak suka itu.”
Suzy mengangguk tanda ia mengerti,
dan ia mengerti satu lagi hal tentang L.
L melihat Jiyoung yang juga
menghampirinya. Jiyoung berusaha menghindari pandangan L agar dia tak merasa
mual dengan salah paham L.
Akhirnya Jiyoung meninggalkan L dan
Suzy di situ dan mengahampiri Sunggyu dan Kevin. Berniat membeli satu cup ice
cream meski ia sedang tak menginginkannya.
“Beri aku satu cup.” Kata Jiyoung.
“Rasa apa?” tanya si penjual.
“Apa saja.” Jawab Jiyoung.
Kevin bertanya pada Jiyoung sambil
menikmati ice creamnya, “Kau sudah datang? Mana Suzy?”
Jiyoung menunjuk Suzy yang sedang
berusaha bicara pada L.
Mengetahui itu Sunggyu langsung
menghampiri Suzy, “Suzy-ah! Kau sudah datang? Menurutmu kita harus kemana
terlebih dahulu?”
“Terserah kau.” Jawab Suzy, dia gugup
karena harus berada di sisi L selama itu. “Aku akan ikut kemana saja.”
“Bagaimana kita ke taman bermain di
dekat sini?” tanya Kevin yang sudah selesai dengan ice creamnya.
“Baiklah.” Jawab Suzy.
“Taman
hiburan! Kami datang!” kata Kevin seperti anak kecil, menunjukkan karakter
aslinya.
Mereka berempat berjalan dan hampir
lupa dengan Jiyoung, namun L menarik Lengan Jiyoung agar Jiyoung tak
tertinggal. Hal itu membuat Jiyoung menjatuhkan ice creamnya yang sama sekali
belum ia makan. Jiyoung berusaha bersabar dengan situasi yang paling ia benci
ini.
Dengan malas, Jiyoung mengikuti
teman-temannya menaikki hampir semua wahana yang ada. Jiyoung bahkan tak ikut
berteriak saat menaikki jet coaster, dia malah memejamkan matanya, hanya
berusaha menikmati sejuknya angina yang menerpa wajahnya.
Sedangkan L yang duduk sendiri di
belakang mereka, terus mengamati tingkah laku aneh Jiyoung. Dia juga tak ikut
berteriak seperti yang lain. Tapi setidaknya dia masih membuka matanya.
Setelah mereka puas kesana-kemari mereka
berhenti ke sebuah toko oleh-oleh. Sunggyu tertawa lepas melihat Kevin mencoba
aksesoris-aksesoris perempuan lalu meminta L memotretnya. Sedangkan Suzy
berusaha mendandani Kevin dengan berlebihan agar terlihat lebih aneh.
Jiyoung hanya tersenyum simpul
melihat tingkah aneh itu. Lalu, Jiyoung mulai malas saat Kevin memsangkan
sebuah bandana berbentuk telinga kelinci.
“L ambil fotonya! Kapan lagi kita
melihat Jiyoung seperempuan ini?” teriak Kevin membuat Sunggyu dan Suzy larut
dalam tawa mereka.
Akhirnya Jiyoung segera melepas
benda di kepalanya dengan sedikit kesal.
“Tenang saja. Aku tak akan mengambil
fotomu.” Kata L lalu kembali memotret Kevin.
Jiyoung tak menghiraukannya. Dia
melangkah ke tempat album-album penyanyi favoritnya. Jiyoung melihat sebuah
album yang dia inginkan selama ini. Tak ia sangka masuh ada satu di tempat ini.
Jiyoung segera mengambilnya dan membawanya ke kasir. L melihatnya dan agak
terkejut dengan album yang dibelinya.
Akhir dari jalan-jalan mereka adalah
di sebuah tempat makan sederhana di pinggir jalan. Sebuah kafe hangat dan
terlihat nyaman.
“Aku sering kesini bersama
kekasihku.” Celetuk Kevin.
“Apa ada yang bertanya?” celetuk
Jiyoung.
Sunggyu dan Kevin saling
berpandangan. Lalu terbahak.
“Ternyata dia bisa bercanda.” Kata
Kevin.
Suzy tertawa, “Tentu saja. Dia
sangat gampang membuat orang lain tertawa. Tapi itu kejadian langka.”
Jiyoung kembali malas di jadikan
topic pembicaraan, akhirnya dia memesan terlebih dahulu.
Sambil menikmati kue yang ia pesan,
Jiyoung mengamati Suzy yang juga terus mengamati L yang duduk di depan Jiyoung.
Tapi mereka tak tahu bahwa L justru sedang mengamati tingkah laku Jiyoung yang
aneh itu.
“Eotae? Makanan disini lezat kan?” tanya Kevin dengan
cerianya. Hari ini dia terlihat begitu senang. Mungkin dia memang sedang stress
akibat pelajaran sekolah.
“Ne, aku percaya.” Jawab Sunggyu.
Kevin tertawa, “Ara. Kapan kau tak
percaya padaku. Kalian?” Kevin bicara pada Suzy, Jiyoung dan L.
“Ya! Gwenchana? Kelihatannya kalian
larut dalam imajinasi kalian sendiri ya?” tanya Kevin setelah menanggapi
keadaannya.
“Weyo?” Sunggyu menanyai Suzy.
Suzy segera menggeleng, takut L
menyadari yang sebenarnya terjadi. “Aninde. Ini memang lezat. Joahae.”
Sunggyu tersenyum sambil memikirkan
sesuatu.
***
“Jiyoung-ah!!! Aku benar-benar
senang bisa memandanginya selama itu…!!!” teri`k Suzy sambil masuk ke kamar
Jiyoung.
“Kau tidak takut Appamu
mendengarnya?” tanya Jiyoung.
“Molla!! Aku hanya terlalu senang.”
Suzy bicara sambil terus tersenyum.
“Jadi benar ya? Cinta bisa membuat
orang bahagia, buta dan…”
“Mwo?”
“Gila.”
Suzy terbahak, “Geurae, mungkin aku
sudah gila!!!”
Jiyoung tertawa mendengarnya.
***
“Sekarang kau terlihat aneh.” Bisik
L pada Jiyoung saat mereka berada di perpustakaan.
Jiyoung tak mempedulikannya.
“Apa karena kau merasa terlalu
beruntung dari fansku yang lain?”
“Kau tahu itu, aku bahkan sama
sekali bukan fansmu, bagaimana bisa aku menyukaimu? Apa kau tidak sadar kau
sedang melakukan hal bodoh?” Jiyoung sudah tak bisa tinggal diam, dia meletakkan
novel yang ia baca.
L tersenyum kecut, “Kau mau terlihat
berbeda dari yang lain? Sepertinya kau berhasil.”
“Dengar! Aku benar-benar tak sedang
menyukaimu, jatuh hati padamu atau mencintaimu. Sebaiknya kau hentikan ini. Ini
konyol. Apa kau tak takut kehilangan aura keren yang kau banggakan itu?”
L kembali pada bukunya, dan tak
mempedulikan Jiyoung.
“Dengar! Jika bukan karena Suzy
menyukaimu, dan meminta bantuanku agar dia bisa mengenalmu lebih dekat, aku
takkan melakukan sesuatu padamu atau denganmu.” Jelas Jiyoung.
“Itu alasanmu? Aku rasa kau berhasil
menciptakan alasan yang tepat.”
“Apa aku terlihat seperti sedang
memberi alasan palsu?” tanya Jiyoung lalu pergi meninggalkan L yang tak habis
pikir lalu menertawakan dirinya sendiri karena sudah terlibat dalam seperti
ini.
***
“Kenapa harus ada acara seperti
ini?” keluh Jiyoung setelah ia turun dari taksi.
“Bukankah ini menyenangkan
Jiyoung-ah?” tanya Suzy dengan semangat membawa tas ranselnya yang begitu
berat, berbanding terbalik dengan ransel Jiyoung.
Mereka berdua berjalan memasuki
gerbang sekolah.
“Tidur di rumah masing-masing,
bukankah itu lebih nyaman? Kenapa harus menginap disekolah tiga hari?”
“Kau lupa? Mereka bilang ini agar
kita lebih fokus belajar. Ponsel pun dilarang.”
“Itulah mengapa acara ini jadi
terasa sangat aneh dan berat. Mereka kira aku akan jadi semangat dan fokus
belajar?”
Suzy tersenyum.
“Kau bahagia sekali ya? Pasti karena
Kim Myungsoo.” Jiyoung tak terkejut melihat tingkah Suzy.
Suzy meletakkan terlunjuknya di
bibirnya, “Sst.. nanti ada yang mendengar.”
Jiyoung teringat dengan perbuatannya
beberapa hari lalu. “Bagaimana jika Myungsoo sudah tahu?”
“Mwo? L sudah tahu?” Suzy terkejut.
“Aku tak yakin. Tapi itu bisa saja
terjadi.”
“Jebal… jangan sampai dia tahu. Aku
belum siap.”
Jiyoung tiba-tiba merasa bersalah. “Apa akt harus terus membuatnya salah paham
agar dia tak mempercayai yang sebenarnya?” batinnya. Jiyoung memutar bola
matanya.
“Ne?” tanya Suzy.
Jiyoung mengangguk.
“Suzy-ah! Pasti ini berat sekali.”
Kata Sunggyu yang tiba-tiba menghampiri Suzy dan membantu Suzy membawa
ranselnya.
“Ah… gomawo.” Suzy tersenyum manis.
“Kenapa
tak suka pada Sunggyu saja? Bukankah dia terlihat lebih wajar?” batin
Jiyoung.
Kevin bergabung dengan mereka,
“Senang sekali ini acara khusus untuk murid kelas 3.”
“Weyo?” tanya Suzy.
“Tak ada lagi fans adik kelas yang
fanatik itu.” Jawab Kevin dengan senang hati.
“Chincharo?” Suzy terheran-heran.
“Chincha.” Kevin menjawab dengan
cepat, “Mereka lebih mengerikan dari murid kelas 3.”
“Seperti gadis bernama Namjoo dan
Eungyo itu. Mereka fans L.” celetuk Sunggyu. “Apa mereka kira kami ini member
boyband ya?”
“Gosip beredar bahwa Jiyoung sudah
membuat mereka berdua menangis. Apa itu benar Jiyoung-ah?” tanya Kevin.
Jiyoung hanya tersenyum kecut. “Memang apa yang sudah kulakukan sampai
mereka menangis seperti itu? Itu gila.”
“Suzy-ah! Kau beruntung tidak
sebangku dengan Sunggyu. Kalau tidak, fans Sunggyu juga akan melakukan hal yang
sama.” Jelas Kevin.
“Mwo? Aku?” Suzy terkejut. Ia
terlihat takut.
“Gwenchana. Tak perlu takut.
Bukankah kau tak melakukan apa-apa?” Bukankah kita hanya teman?” kata Sunggyu
menenangkan.
Suzy mengangguk lega.
***
Malam ini Jiyoung tak bisa tidur,
teman-teman perempuan di kelasnya masih sibuk mengobrol dan tak juga pergi
tidur. Jiyoung pun keluar dari kelasnya dan duduk di kursi taman belakang
sekolahnya.
Suasana disana sangatlah nyaman dan
sunyi. Bisa-bisa dia tertidur disini. Dan benar saja, sesaat dia tertidur.
Namun baru saja matanya terpejam, seseorang duduk di sampingnya dan
mengejutkannya.
“Kau mau tidur bersama hantu
disini?” tanya L.
Jiyoung merasa tempat ini berubah
menjadi lebih buruk daripada di kelasnya. Jiyoung mengurungkan niatnya untuk
menjelaskan pada L sekali lagi tentang niatnya yang sesungguhnya setelah ia
ingat perkataan Suzy. Akhirnya Jiyoung diam saja dan tetap memejamkan matanya
seakan dia tak menyadari L ada di sampingnya.
Tapi tiba-tiba L melepas jaket yang
dipakainya dan menyelimuti tubuh Jiyoung.
“Apa yang sebenarnya kau lakukan?”
Jiyoung akhirnya bertanya dan mengembalikan jaket L.
“Apa kau benar-benar akan tidur
disini?”
“Apa ada hubungannya denganmu jika
aku benar-benar tidur disini?” tanya Jiyoung kesal.
“Aku juga akan tidur di sini. Anggap
ini bonus untukmu.” Jawab L. lalu meletakkan kepalanya atas di paha Jiyoung.
Jiyoung terkejut, lalu segera
berdiri dan membuat L jatuh ke tanah.
Jiyoung berusaha tak
memperdulikannya lalu berjalan pergi.
“Kau yakin tak mau membantuku
berdiri?” tanya L.
Jiyoung tetap berjalan.
“Bantu aku, atau hidupmu makin
sengsara!” teriak L.
Jiyoung menoleh kali ini dengan
kekesalan yang lebih hebat dari sebelumnya.
L mengulurkan tangannya ke udara
seakan Jiyoung akan membantunya berdiri.
Ingin segera mengakhiri kekonyolan
ini, dengan tergesa-gesa Jiyoung kembali dan meraih tangan L dan membantunya
berdiri. Namun tak disangkan L lebih kuat dan membuat Jiyoung tejatuh tepat di
atasnya.
“Apa yang kau lakukan?” tanya
Jiyoung sambil berusaha berdiri.
Namun sebuah tangan menahan
punggungnya agar dia tak bisa berdiri. Tangan itu terlalu kuat hingga membuat
Jiyoung terjatuh lagi. Dan L berhasil membuat Jiyoung menciumnya. Setiap orang
yang melihatnya bisa salah paham, Jiyoung lah yang memang sedang mencium L.
Seperti Halnya Suzy yang berbalik arah
seketika saat tak sengaja melihat adegan itu. Ia menutup mulutnya rapat-rapat
agar tak berteriak. Tadinya ia ingin menghampiri Jiyoung. Namun sekarang ia
mengurungkan niatnya dan segera pergi dari tempat itu.
Sedangkan Jiyoung terbelalak. Ini
adalah pertama kalinya ia berciuman dengan seorang lelaki. Ini hal tergila yang
pernah ia lakukan.
Dengan sekuat tenaga Jiyoung
melepaskan diri. “Kim Myungsoo, kau benar-benar gila!” Kata Jiyoung lalu segera
berdiri dan pergi kembali ke kelasnya.
Sedangkan L hanya tersenyum melihat
tingkah Jiyoung. Entah apa maksudnya.
***
Jiyoung tak bisa mengatasi salah
tingkahnya setiap bertemu L. Dia hanya berusaha menganggap L sama sekali tak
ada di dunia ini. Jiyoung berusaha menghindari L, tatapannya, bicara dengannya
ataupun bersentuhan dengannya.
Namun Jiyoung menyadari ada sesuatu
yang aneh dengan Suzy.”Jangan bilang dia
melihatnya semuanya!”batinnya saat semua siswa makan pagi ini.
Suzx masih bicara pada Jiyoung.
Namun dia tak tersenyum sedikitpun hari ini.
“Suzy-ah, apa kau sakit?” tanya
Sunggyu.
Suzy menggeleng dan tersenyum kecut.
Setelah makan, Jiyoung berniat
mengikuti Suzy, namun Sunggyu sudah ada di depannya juga mengikuti Suzy.
Jiyoung melihat Sunggyu hendak
menyentuh pundak Suzy namun mengurungkan niatnya dan membiarkan Suzy pergi.
Ekspresi wajah Sunggyu tak seramah biasanya.
Akhirnya Sunggyu berbalik dan
malihat Jiyoung yang sedang mengamatinya. Dengan salah tingkah Sunggyu
bertanya, “Apa kau tahu apa yang terjadi pada Suzy?”
“Ah?” Jiyoung tak bisa menjawab
karena ia memang tak tahu pasti.
“Apa aku terlihat aneh? Apa semuanya
terlihat jelas?” tanyanya.
“Mworagoyo?”
“Sikapku pada Suzy, apa kau tak
menyadarinya?”
Jiyoung mengangkat bahunya dan
menggelengkan kepalanya.
“Aku menyukainya.”
“Mwo?” Jiyoung terkejut seketika.
Masalahnya semakin rumit jika Jiyoung harus mengetahui hal ini juga.
Sunggyu tersenyum, “Terlihat konyol kan? Dan Suzy jadi
seperti itu. Aku mengerti alasannya.”
Jiyoung tak mengeluarkan suara
apapun, dia hanya memperhatikan setiap kata yang diucapkan Sunggyu.
“Pasti karena L. L bilang padaku dan
Kevin dia sudah punya kekasih, meski sama sekali tak menceritakan gadis itu
pada kami. Suzy pasti menyadari itu.” Jelas Sunggyu.
“Menyadari?”
“Menyadari bahwa L punya kekasih.
Intinya dia sedang patah hati. Bukankah dia minta bantuanmu karena dia menyukai
L?”
Jiyoung terkejut. Dia sama sekali
tak bisa mengerti masalah yang aneh ini. Dia mulai muak karena terlibat dalam
masalah seperti ini terlalu dalam. Dan lagi dia bingung mendengar L sudah
mempunyai kekasih. Siapa maksudnya? Kenapa ia tak tahu? Suzy pasti benar-benar
patah hati.
***
Hari ini L semakin membuat Jiyoung
bingung, ia mengahampiri Jiyoung yang sedang duduk di bawah pohon belakang
sekolah sambil membelai rambut Jiyoung. Yang lebih dianggap sebagai mengacak
rambutnya oleh Jiyoung.
Jiyoung sudah kesal, “Kau benar
memiliki seorang kekasih saat ini? Kau tahu Suzy sudah seharian kemarin dia tak
bicara padaku. Dia benar-benar sedih.”
L hanya tersenyum.
“Bukankah sudah kubilang dia
menyukaimu? Setidaknya beritahu aku bahwa kau memiliki kekasih biar aku yang
menjelaskannya pada Suzy, agar dia tak sesedih ini.”
“Kau itu naif atau terlalu bodoh?”
tanya L masih tersenyum.
“Apa maksudmu?”
“Kau tak sadar kau dibalik semua
ini?”
“Aku?”
“Kau perempuan itu. Kau perempuan
yang mambuat Suzy sedih.”
“Mwo?” Jiyoung terkejut setengah
mati. Dia benar-benar tak mengerti. “Apa
benar Suzy melihat kejadian kemarin?”
Kali ini L menatap Jiyoung, “Yang
menurut mereka kekasihku itu kau. Kau pikir tak ada yang melihat kejadian
kemarin?”
Jiyoung tak habis pikir. “Kekasihmu?
Sejak kapan?”
L tersenyum lagi melihat tingkah
Jiyoung, “Percuma kau bilang Suzy menyukaiku. Atau kau hanya bertugas membantu
Suzy agar membuatnya lebih mengenalku. Bagaimana kalau kau yang aku sukai?”
“Mwo?” Jiyoung tersenyum kecut.
“Kau sudah mulai tak waras?”
“Bukankah kau juga menyukaiku?”
“Andwe! Kim Myungsoo, aku tak
menyukaimu sama sekali.” Kata Jiyoung sambil beranjak pergi.
Namun L meraih lengannya menahannya
pergi. “Kau tega meninggalkan aku sendirian di sini? Setelah menciumku
kemarin?” L tersenyum begitu manis.
“Aku tidak melakukannya! Ternyata
seperti ini karaktermu? Orang sudah gila bilang kita punya karakter yang sama!”
Lalu Jiyoung pergi.
***
Setelah acara di sekolahnya
berakhir, Jiyoung dan Suzy pulang ke rumah. Suzy masih terlihat berbeda.
Jiyoung merasa aneh. Karena dia tak merasa bersalah dan terus menyalahkan L.
“Suzy-ah! Bicaralah. Kau sudah salah
paham kan?”
kata Jiyoung pada Suzy.
“Apa maksudmu?”
“Dengar, aku benar-benar kesulitan
membantumu lebih mengenal L. dan lagi, sekarang ada lelaki yang sedang sangat
menyukaimu.”
“Siapa?”
“Sunggyu, dia bilang padaku dia
menyukaimu. Bahkan dia tahu kalau Aku dalam misi membantumu karena kau menyukai
L. Dia mengira kau sedih karena L. dan itu benar kan?”
Suzy tak menjawab dan membuka pintu
kamarnya.
“Suzy-ah.” Jiyoung menahan Suzy
masuk. “Beritahu aku jika kau tak salah paham. Atau kau mengerti apa yang
terjadi.”
Suzy tetap tak bicara dan masuk ke
kamarnya dan segera menguncinya.
Jiyoung merasa terpojok sekarang.
Dia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia terus merasa kesal dan menyalahkan L
yang begitu aneh menurutnya.
Jiyoung merabahkan tubuhnya yang
lelah ke atas ranjangnya dan berusaha sepat tidur. Namun Wajah L dan
perkataannya yang menyukainya tetap ada di otaknya dan tak mau hilang.
“Apa
itu yang disebut menyatakan perasaan? Dia benar-benar sudah gila.” Jiyoung sama sekali tak mempercayai perkataan
L dan menganggap L sedang melakukan sesuatu yang licik hingga membuat dia dan
Suzy bertengkar atau sejenisnya.
***
Jiyoung heran pagi ini dia sampai di
kelasnya dan melihat L sudah lebih dulu sampai. L terus memperhatikan Jiyoung
hingga Jiyoung duduk di sebelahnya. Jiyoung tak menyadari bahwa L terus menatapnya
mengamati setiap tingkahnya.
“Dari tingkahmu sepertinya kau tak
percaya.” Celetuk L.
Akhirnya Jiyoung menoleh, “Tingkah
bodohmu masih belum berakhir?”
L tersenyum. “Kau merasa bersalah
pada Suzy?”
“Aku? Bukankah semua itu salahmu?”
“Terserah padamu, tapi beginilah
aku.” Kata L sambil membelai rambut Jiyoung lalu pergi.
Jiyoung tertegun melihat tingkah itu
lagi. Dia benar-benar tak habis pikir. Lalu setelah ini apa yang harus ia
lakukan?
Saat ini Jiyoung tak berada di
kelasnya melainkan duduk di kursi taman dan mengamati Sunggyu yang mengamati
Suzy dari kejauhan. Sedangkan Jiyoung bisa melihat L Juga melihat Sunggyu dari
kejauhan.
“Apa-apaan
sebenarnya orang-orang ini?” batinnya.
Tak lama Kevin duduk disampingnya.
“Sepertinya pertemanan kita sudah mulai aneh.”
Jiyoung tak menjawab dan hanya
menoleh sekilas ke Kevin.
“Aku sudah menduganya. Kalian beruda
terlalu indah untuk dilewatkan.”
“Maksudmu?” kali ini Jiyoung
tertarik untuk bertanya.
“Kau pasti mengerti maksudku. Dan
kau tak usah ceritakan padaku apa yang sedang terjadi pada kalian berempat.
Semua sudah terlihat jelas. Tapi untung saja fans mereka berdua masih belum
menyadarinya. Tapi…”
Jiyoung menatap Kevin dengan penuh
tanya.
“Bagaimana kau tak menyukai L?”
“Aku?”
“Siapa lagi?”
“Bagimana bisa aku menyukainya?”
Kevin tersenyum. “Jadi benar kata
Suzy, kau tak mengenal apa itu cinta?”
“Aku tak ingin tahu.” Jawab Jiyoung
singkat.
“Sebentar lagi kau pasti akan
mengerti.” Kata Kevin. “Jangan lewatkan hal indah itu. Hwaiting!” kata Kevin
sambil menepuk pundak Jiyoung lalu pergi.
Jiyoung makin bingung dengan keadaan
ini. Hidupnya serasa mulai berubah drastis. Yang semula tenang –tenang saja,
jadi terlalu rumit.
TO BE CONTINUED.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar