Halaman

Sabtu, 10 Maret 2012

[FANFIC] Keep Your Eyes Closed



Main Cast:
Park Gyuri
Choi Jinhyuk

Support Cast:
Kang Jiyoung
Cho Kyuhyun

Terus memperhatikannya dari titik terjauh yang ia bisa. Tak berani mendekat. Meski semua orang bilang gadis itu terlalu dingin, Jinhyuk tak peduli. Entah mengapa di mata Jinhyuk gadis itu selalu terlihat hangat dan manis.
            Ya, Jinhyuk memang sangat menyukainya. Sudah lama, lama sekali sejak mereka berdua memasuki universitas ini 4 tahun lalu. Ini adalah tahun terakhir mereka di universitas. Jinhyuk mulai dihantui oleh perasaan takut akan penyesalan, namun dia tetap bergeming tak berani mengenal gadis itu lebih jauh.
            Park Gyuri. Gadis yang dingin namun cantik ini memang selalu tak mempunyai teman. Sudah sangat sering ia tahu pemuda bernama Choi Jinhyuk itu memandanginya dalam diam 4 tahun ini. Bahkan mungkin Gyuri juga mulai menyukainya, namun Gyuri lebih memilih menutup mata dan hatinya. Karena Gyuri pikir Jinhyuk tak menyukainya, sama seperti semua orang yang tak menyukainya.
***

            Mereka berdua tak tahu, bahwa akhirnya mereka ditakdirkan bertemu dalam arti yang sesungguhnya hari ini. Ya, mereka tak pernah sadar inilah hari terpenting bagi mereka.
            Siang ini, hujan baru saja reda, sedangkan Jinhyuk tahu, ini adalah saat dimana Gyuri menghabiskan waktu dengan buku-bukunya di sebuah kursi taman di bawah lampu di halaman belakang Universitas.
            Jinhyuk melihat kursi yang biasa di duduki Gyuri itu basah, spontan ia mengelap bersih kursi itu dengan lengan kemejanya.
            Seperti perkiraan Jinhyuk, Gyuri datang ke tempat itu dengan membawa beberapa buku, Gyuri sempat melihat Jinhyuk berpapasan dengannya, begitu terlihat lengan kemeja Jinhyuk yang basah dengan sebegitu ganjilnya. Tapi seperti biasa, Gyuri memilih tak peduli, intinya Jinhyuk tak sedang memperhatikannya dalam diam lagi kali ini.
            Gyuri sudah sampai di kursi favoritnya, dia sudah siap mengeluarkan tisu untuk mengelap kursi tersebut, namun langsung menoleh kebelakang ke arah Jinhyuk. Lagi-lagi menatap lengan kemeja Jinhyuk yang basah. Gyuri sudah bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi.
            Tanpa pikir panjang, Gyuri yang di landa rasa penasaran itu menghampiri Jinhyuk dan menarik lengannya, mencoba melihat lebih jelas lengan kemeja Jinhyuk yang basah.
            Seketika Jinhyuk terperanjat dan shock. Dia tak mengaka hal seperti ini datang juga pada akhirnya. Ya, untuk pertama kalinya, mereka berkontak fisik.
            “Ini apa?” Tanya Gyuri tiba-tiba. Membuat Jinhyuk sedikit ketakutan.
            “M..mworago?” Tanya Jinhyuk kikuk.
            “Kenapa lengan kemejamu ini basah?” Tanya Gyuri.
            “Ah…” Jinhyuk kebingungan, “Ini… tak sengaja terkena air hujan saat hujan deras tadi.”
           Sekarang Gyuri memandang mata Jinhyuk, berharap dia tak berbohong lagi, “Aku tahu bukan itu yang terjadi. Aku tahu apa yang terjadi selama ini. Apa sebenarnya maksudmu?”
            Jinhyuk terkejut, dia tak bisa berkata apa-apa.
            “Apa kau mau menjadi satu-satunya orang aneh yang menyukaiku?” Gyuri tak mau basa-basi lagi. Gyuri mulai sadar, dia mungkin akan segera jatuh hati lebih dalam lagi pada Jinhyuk, dan dia tak suka itu.
            Jinhyuk merasa 4 tahun itu sudah terlalu lama, dan merasa harus menyerah. Entah mengapa rasa takut akan penyesalannya saat ini begitu kuat. “Mianhae.”
            “Weyo?” Tanya Gyuri sekarang dia melepas lengan Jinhyuk.
            “Karena sudah menjadi lelaki yang pengecut.” Jawab Jinhyuk sepenuh hati.
            Orang-orang di sekitar mereka mulai heran melihat pemandangan langka ini.
            Gyuri hanya tersenyum kecut dan melangkah pergi. Dia tahu, semua orang sedang melihatnya. Dia tak mau membuat Jinhyuk terlihat aneh, jadi dia pergi.
            Namun ternyata Jinhyuk menarik lengannya dan mengajaknya ke suatu tempat.
            Jinhyuk melepas lengan Gyuri setelah sampai di gudang universitas.
            Gyuri terus menatap Jinhyuk dengan tatapan penuh tanda tanyanya, sepertinya dia terlalu malas untuk bicara. Namun hal itu bisa membuat Jinhyuk meleleh karena terlalu gugup.
            “Aku.. yang selama ini memang sangat pengecut, melihatmu diam-diam, berusaha tak terlihat namun ingin terus melihatmu. Aku memang jatuh hati padamu. Aku tak peduli apa resikonya, sekarang aku sedang dihantui rasa penyesalan, aku takut tak bisa bicara lagi padamu.” Jelas Jinhyuk, ia sendiri heran bagaimana bisa dia seberani ini sekarang, “Nan neol saranghae.”
            Gyuri seakan tak berkedip saat mendengar penjelasan itu, namun dia sadar ada yang aneh dihatinya saat mendengarnya. Dia semakin takut dia juga menyukai Jinhyuk.
            Gyuri akui, ini memang pertama kalinya dalam 4 tahun terakhir, akhirnya ada orang yang menyukainya.
            Gyuri tak tahu harus merespon apa. Namun tiba-tiba senyum kecut keluar begitu saja dari bibirnya. Lalu dia segera pergi meninggalkan Jinhyuk yang terlihat kecewa.
***

            Semalam Gyuri tak bisa tidur memikirkan Jinhyuk. Sekarang dia menghindari Jinhyuk, bagaimanapun caranya, hanya karena dia tidak tahu cara mengatasi tingkahnya saat ada Jinhyuk di dekatnya. Dia tak lagi menghabiskan waktu di kursi itu.
            Tiba-tiba, “Silyehamnida.”
            Gyuri mendongak. Dia tak bisa melihat jelas wajah lelaki yang bicara padanya karena cahaya matahari siang ini terlalu terang.
            Akhirnya lelaki itu ikut duduk di sebelah Gyuri dan juga ikut bersandar di pohon seperti Gyuri.
            “A..apa kau Park Gyuri?”
            Gyuri mengangguk. Gyuri merasa sedikit aneh, karena sejujurnya lelaki itu sangatlah canggung dan terlihat begitu sulit mengatasi malunya. Pipinya juga memerah.
            “Kau sepupu Nicole?” Tanya lelaki itu.
            “Darimana kau tahu sepupu Nicole kuliah di universitas ini?” Tanya Gyuri. Gyuri sudah mulai bisa menebak maksud lelaki ini. Selama ini sudah banyak lelaki yang mendekatinya hanya karena ingin tahu lebih dekat dengan Nicole, sepupunya yang cantik dan menyenangkan itu.
            Lelaki itu tersenyum, “Kita satu jurusan disini. Sepertinya kau tak sadar kita punya kelas yang sama setiap hari.’
            Gyuri mengangkat alisnya, ‘Geuraeso? Jadi?”
            “Mworago?”
            “Jadi kau ingin tahu email Nicole atau nomor ponselnya?” Tanya Gyuri menjurus.
            Lelaki itu tampak makin tersipu, pipinya semakin melebur merah.
            Karena lelaki itu tak juga bicara, Gyuri segera merobek secarik kertas dari bukunya dan menuliskan alamat email dan nomor ponsel Nicole lalu segera memberikannya pada lelaki itu dan beranjak pergi sambil berkata, “Sepertinya kau tak seberani lelaki yang biasa mendekati Nicole.”
            Lelaki itu menerimanya dengan sedikit terkejut dan berkata dengan spontan, “Gomawo.”
            Gyuri tak terlalu memperhatikannya dan tetap melangkah pergi namun lelaki itu berteriak hingga membuat Gyuri menghentikan langkahnya dan menoleh, “Kyuhyun… Cho Kyuhyun imnida.”
            Gyuri hanya mengangguk tanda mengerti, seakan dia akan segera menyampaikan pesan pada Nicole.
***
           
Jinhyuk terus berusaha mengejar Gyuri yang berjalan semakin cepat, sengaja menghindar dari Jinhyuk. Sampai akhirnya Gyuri berhenti di kafe universitas dan memesan secangkir kopi susu.
Hingga Jinhyuk duduk di hadapannya, Gyuri tetap tak menghiraukannya.
            “Gyuri-ssi.” Panggil Jinhyuk. “Jebal, jangan seperti ini. Sebenci apapun kau padaku, jebal jangan seperti ini. Aku berjanji takkan menganggumu lagi jika kau tak suka aku berada disekelilingmu.”
            Gyuri tetap tak mempedulikannya dan menegak habis kopi susunya yang masih panas itu. Itu hanya bisa membuat Jinhyuk khawatir.
            Akhirnya Gyuri akan keluar dari sana dan baru akan membayar, tepat setelah Jinhyuk sudah membayarnya. Gyuri hanya bisa menatap Jinhyuk dengan kesal lalu pergi.
            Jinhyuk masih mengejarnya mengikutinya duduk di kursi favorit Gyuri. Menunggu Gyuri yang sedang menerima telepon.
            “Eonni, kau bilang pemuda tampan bernama Kyuhyun akan segera menghubungiku. Tapi sampai sekarang tidak ada sama sekali.” Sebuah suara halus sedang gelisah diseberang sana.
            “Mianhae Nicole-ah, mungkin aku menulis nomor dan alamat yang salah. Nanti aku akan memberinya nomor dan alat email yang benar.” Jawab Gyuri. Sementara Jinhyuk terus memperhatikannya, entah mengapa Jinhyuk bisa merasakan tak adanya penolakan dari hati Gyuri, dia terus berusaha untuk Gyuri. Dia bahkan sempat tersenyum senang bisa mendengar Gyuri bicara dan melihatnya sedekat ini setelah sekian lama.
            “Ne, Eonni, gomawoyo. Jeongmal gomawoyo. Kuharap dia benar-benar tampan.” Kata Nicole lalu memutus teleponnya.
            Gyuri kembali diam, dia bingung harus melakukan apa lagi. Dia tetap tak bisa bicara pada Jinhyuk akibat rasa aneh dihatinya itu. Sekarang dia benar-benar takut dia juga jatuh hati pada Jinhyuk. Dia tak ingin lelaki seperti Jinhyuk disebut aneh karena bersamanya.
            “Aku tak keberatan menjadi orang bodoh seperti ini, jika kau suruh aku enyah, maka aku akan benar-benar melakukannya.” Kata Jinhyuk, makin membuat Gyuri kebingungan.
            Lalu Gyuri berdiri dan beranjak pergi sambil berkata, “Kau memang terlihat bodoh. Selalu bodoh karena menyukaiku.”
            Gyuri berusaha terus melangkah walau ia mendengar perkataan Jinhyuk yang menyentuh hati itu, “Karena kau belum menyuruhku enyah, aku akan terus menunggumu.”
***

            Di pertengahan musim gugur ini, hidup Gyuri berubah 180 derajad karena lelaki bernama Choi Jinhyuk. Gyuri sadar dia tak bisa berhenti memikirkan jinhyuk, apalagi Jinhyuk selalu berkeliaran disekitarnya semenjak hari itu.
            Seperti hari ini, lagi-lagi Jinhyuk melakukan kebodohannya. Jinhyuk duduk di hadapan Gyuri di kafe universitas. Dan terus memperhatikan Gyuri yang sama sekali tak memperdulikannya.
            Gyuri terus membaca buku dan menikmati sandwitchnya, berusaha menganggap pemandangan di depannya itu transparan dan tak berwujud.
            Tiba-tiba Jinhyuk mengulurkan tangannya ke wajah Gyuri setelah melihat noda saus yang teringgal di bibir Gyuri, Jinhyuk tanpa sadar membersihkannya dengan ibu jarinya. Setelah mereka berdua sadar dan saling bertatapan cukup lama, Jinhyuk sadar terlebih dahulu dan menarik tangannya dengan cepat. Hal itu makin membuat Gyuri tak karuan dan segera meninggalkan sandwitchnya yang masih setengah.
            Jinhyuk masih mengerjarnya bermaksud meminta maaf  karena sudah melakukan hal selancang itu. Jinhyuk tak ingin Gyuri salah paham.
            “Gyuri-ssi!” panggil Jinhyuk yang berusaha menyamai langkah cepat Gyuri.
            Gyuri tetap tak mempedulikannya dan masih berusaha mengatasi degup jantungnya yang berlebihan.
            “Gyuri-ssi!” panggil Jinhyuk sekali lagi.
            Namun Gyuri malah melihat Kyuhyun dan menemukan cara melarikan diri.
            “Kyuhyun-ssi!” panggil Gyuri, Kyuhyun menoleh dan sedikit terkejut.
            Gyuri segera mengeluarkan secarik kertas lagi dan menulis email dan nomor ponsel Nicole, kali ini secara lebih lambat dan lebih teliti, mungkin justru terlalu teliti.
            Jinhyuk melihatnya dan mengurungkan niatnya, dia mulai merasa Gyuri benar-benar ingin menjauh darinya.
            “Jinhyuk oppa!” seorang gadis menghampiri Jinhyuk.
            “Jiyoung?” Jinhyuk heran. “Kau benar-benar pindah ke universitas ini?”
            “Eomma yang melakukannya. Aku tak tahu maksudnya, aku hanya menurutinya.” Jelas gadis muda dan manis bernama Jiyoung itu.
            Gyuri sudah selesai menulis dengan benar. Dia segera memberikannya pada Kyuhyun, “Mungkin yang aku berikan padamu kemarin salah, aku yakin yang ini benar.” Gyuri agak terkejut, melihat Jinhyuk juga tengah berbincang dengan gadis yang terlihat begitu muda dan cantik itu.
            Kyuhyun tersenyum, “Jeongmal gomawo Gyuri-ssi.” Kyuhyun terlihat heran melihat Gyuri yang masih terdiam di hadapannya. “Apa ada yang lain?”
            Gyuri seketika terbuyar dari alam bawah sadarnya dan segera pergi sambil menggeleng.
***

            Saat Gyuri mengahabiskan waktunya di kursi favoritnya seperti biasa, hari ini bukan Jinhyuk yang mengghampirinya, melainkan gadis yang bicara dengan Jinhyuk waktu itu. Gyuri benar-benar heran.
            “Noona!” sapa gadis itu ramah dan begitu manis. “Kau teman Jinhyuk oppa kan? Sepertinya kalian dekat, apa nonna kekasihnya?”
            Gyuri menggeleng cepat, “A..aniyo.”
            “Chincha?”
            Gyuri menggeleng.
            Gadis itu terlihat senang, “Kang Jiyoung imnida. Dulu aku teman kecil Jinhyuk oppa.” Gadis itu mengulurkan tangan dan menjabat tangan Gyuri. “Aku lihat noona senang menghabiskan waktu disini. Apakah disini senyaman itu?”
            “Ne, aku rasa seperti itu.” Jawab Gyuri canggung.
            “Nonna, aku rasa sekarang aku tahu mengapa aku sering mendengar nama noona di sebut-sebut orang-orang disini. Pasti karena wajah noona yang begitu cantik ini.” Kata Jiyoung terlihat begitu tulus dan ramah.
            “Geurae?” Gyuri kebingungan menanggapinya. Ada rasa tidak senang di hatinya saat mendengar gadis ini menyebut nama Jinhyuk. Gyuri rasa dia mulai cemburu.
***

            Sudah bebrapa hari ini, Jinhyuk tak lagi menemui Gyuri, dan Gyuri mulai merasa kehilangan sesuatu yang berarti di hidupnya. Tapi Gyuri masih berusaha memeranginya.
            Dia tak berkonsentrasi pada bukunya saat menghabiskan waktunya di kursi favoritnya siang ini. Dia sadar dia terus memikirkan Jinhyuk. Tapi perang batinnya juga tetap berlanjut. Hingga Gyuri menemukan secarik kertas yang dilipat dan ditempelkan di salah satu pegangan kursi. Merasa penasaran karena itu hal yang tak wajar, Gyuri melepas pekeratnya dan melihat kertas itu. Ia membuka lipatannya satu persatu dan menemukan tulisan mengejutkan.
           
Ternyata tenggat waktuku tak selama yang aku bayangkan, datanglah kesini pukul 8 nanti dan katakan padaku sejujurnya jika kau juga takut menyesal tak bicara apapun padaku. Aku menganggap kau benar-benar ingin aku berhenti jika kau tak datang.
Jinhyuk

            Gyuri membeku setelah membacanya. Dia tak menyangka semuanya bisa menjadi sedalam ini. Kali ini perang batinnya bermulai lagi, dan rasa tak pedulinya memang hingga Gyuri menyobek kertas itu berniat melupakan setiap hurufnya dan kembali tak peduli seperti awalnya.
***

            Gyuri terus melirik jam bekernya, ini sudah pukul 6.30 pm. Gyuri berusaha tidur lebih awal dan menggeliat di tempat tidurnya. Dia berusaha melupakan semuanya dan juga berusaha berpikir semuanya hal aneh yang tak biasa terjadi padanya kini akan segera berakhir, tinggal 30 menit lagi. Semua akan berakhir seperti yang diinginkan Gyuri.
            15 menit berlalu, semakin Gyuri ingin melupakan semuanya, ia semakin mengingatnya. Bahkan ternyata dia masih ingat semua huruf yang ditulis di kertas itu oleh Jinhyuk.
            Orang sepertiku seharusnya tak mengalami hal seperti ini. Ini sungguh menyulitkan. Bukankah semua orang menyebutku aneh? Seharusnya mereka konsisten dengan itu dan tetap mengesampingkanku di dunia ini. Tetapi mengapa lelaki bernama Jinhyuk itu memperlakukanku secara berbeda? Apa matanya berbeda dari orang lain/ atau karena dia juga berbeda, aneh dan bodoh sepertiku? Semua orang bilang semua orang berhak mencintai dan dicintai, bagaimana denganku?”
            Gyuri kembali melirik jam bekernya, kali ini pukul 6.59 pm. Gyuri terus berpikir dan tetap berpikir.
            “ Semua orang berhak mencintai dan dicintai, Semua orang berhak mencintai dan dicintai, Semua orang berhak mencintai dan dicintai, Semua orang berhak mencintai dan dicintai, Semua orang berhak mencintai dan dicintai. Aku tak ingin menyesal. Kenapa aku harus jadi seperti pengecut? Bahkan dia lebih berani dariku sekarang.”
            Akhirnya Gyuri beranjak dari ranjangnya dan mengambil matelnya. Ia tahu ini sudah sangat terlambat, dia berharap Jinhyuk masih bisa menunggunya.
            Sesampainya di universitas, Gyuri berlari secepat mungkin dari gerbang menuju halaman belakang yang jaraknya jauh itu.
            Gyuri terus berlari dan berlari, entah mengapa rasanya terasa lebih jauh dari biasanya. Gyuri mengerahkan seluruh tenaganya hingga akhirnya sampai di tempat itu. Namun segera berhenti setelah melihat Gadis bernama Jiyoung itu menghampiri Jinhyuk. Gyuri bersembunyi dibalik pohon dan akhirnya mendengar percakapan mereka.
            “Jinhyuk oppa!” panggil Jiyoung dengan wajah sendu. “Akhirnya aku menemukanmu disini.”
            “Jiyoung-ah?” Jinhyuk terkejut. “Mengapa kau kemari?”
            “Aku..” Wajah Jiyoung semakin sendu, dia terlihat hampir menangis. Gyuri tak bisa membayangkan apa yang sedang terjadi sebenarnya. “Aku hanya ingin memastikan satu hal malam ini juga.”
            Jinhyuk tak bisa berkata-kata.
            “Oppa sengaja menhindari perjodohan kita karena oppa tak menyukaiku kan?” Tanya Jiyoung. Air matanya sudah terburai.
            Gyuri Shock dan segera menutup mulutnya rapat-rapat.
            “Apa perhatian yang oppa tunjukkan selama ini hanya sandiwara? Oppa tahu kan betapa aku mencintai oppa. Bukan sebagai saudara, tapi sebagai laki-laki.” Jelas Jiyoung.
            Jinhyuk juga terlihat sedih dan tak tega melihat Jiyoung seperti ini.
            “Oppa! Malhaebwa!” Jiyoung sudah tak sabar lagi, air matanya menderas.
            Jinhyuk menghelas nafas dalam-dalam dan melirik jam tangannya, ini sudah pukul 7.45 pm. Jinhyuk juda memandang kearang seharusnya Gyuri datang. “Mianhae, baiklah, aku juga akan menerima perjodohan itu. Dan aku juga akan mencintaimu.” Jinhyuk akhirnya memeluk Jiyoung. Berusaha menenangkan Jiyoung dalam peluknya.
            Gyuri berusaha menahan air matanya. Dia berusaha. Kuat. Namun kali ini, dia benar benar merasakan penyesalan terdalam dihidupnya.
            “orang aneh sepertiku, memang tak layak bahagia dengan cintanya.” Batin Gyuri.
            Tanpa Gyuri sadari, Jinhyuk dan Jiyoung menuju arahnya. Tanpa bisa bersembunyi lagi, Gyuri menghadapi mereka.
            “Noona?” Jiyoung terkejut dan berusaha menghapus sisa-sisa air matanya.
            Jinhyuk terlihat begitu terkejut.
            Gyuri tersenyum melihat mereka.
            “Bisa kau duluan? Aku perlu bicara dengannya.” Pinta Jinhyuk pada Jiyoung.
            “Baiklah.” Kata Jiyoung dan beranjak pergi.
            Gyuri masih terus tersenyum, baru kali Jinhyuk melihat senyum termanis milik Gyuri.
            “Apa kau kesini kare…” perkataan Jinhyuk terpotong oleh Gyuri.
            “Kau tahu alasannya. Tapi sekarang sudah terlambat. Tetap tutup matamu, jadi meskipun aku memanggilmu, kau takkan melihatku dan tetap pada hidupmu yang sekarang. Sudah saatnya kita kembali pada kehidupan kita yang biasa dan semestinya, seharusnya kita memang tetap menutup mata kita.” Gyuri pun pergi begitu saja meninggalkan Jinhyuk.
            Jinhyuk terus memeperhatikan punggung Gyuri hingga hilang dari pandangan. Merasa benar-benar mencintainya. “Aku sama sekali tak pernah menutup mata. Aku selalu membuka mata untukmu selama 4 tahun ini.” Gumamnya.
THE END

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar