Park Gyuri
Choi Jinhyuk
Support Cast:
Kang Jiyoung
Cho Kyuhyun
Terus memperhatikannya dari titik terjauh yang ia bisa. Tak
berani mendekat. Meski semua orang bilang gadis itu terlalu dingin, Jinhyuk tak
peduli. Entah mengapa di mata Jinhyuk gadis itu selalu terlihat hangat dan
manis.
Ya, Jinhyuk memang sangat menyukainya.
Sudah lama, lama sekali sejak mereka berdua memasuki universitas ini 4 tahun
lalu. Ini adalah tahun terakhir mereka di universitas. Jinhyuk mulai dihantui
oleh perasaan takut akan penyesalan, namun dia tetap bergeming tak berani
mengenal gadis itu lebih jauh.
Park Gyuri. Gadis yang dingin namun
cantik ini memang selalu tak mempunyai teman. Sudah sangat sering ia tahu
pemuda bernama Choi Jinhyuk itu memandanginya dalam diam 4 tahun ini. Bahkan
mungkin Gyuri juga mulai menyukainya, namun Gyuri lebih memilih menutup mata
dan hatinya. Karena Gyuri pikir Jinhyuk tak menyukainya, sama seperti semua
orang yang tak menyukainya.
***
Mereka berdua tak tahu, bahwa
akhirnya mereka ditakdirkan bertemu dalam arti yang sesungguhnya hari ini. Ya,
mereka tak pernah sadar inilah hari terpenting bagi mereka.
Siang ini, hujan baru saja reda,
sedangkan Jinhyuk tahu, ini adalah saat dimana Gyuri menghabiskan waktu dengan
buku-bukunya di sebuah kursi taman di bawah lampu di halaman belakang
Universitas.
Jinhyuk melihat kursi yang biasa di
duduki Gyuri itu basah, spontan ia mengelap bersih kursi itu dengan lengan
kemejanya.
Seperti perkiraan Jinhyuk, Gyuri
datang ke tempat itu dengan membawa beberapa buku, Gyuri sempat melihat Jinhyuk
berpapasan dengannya, begitu terlihat lengan kemeja Jinhyuk yang basah dengan
sebegitu ganjilnya. Tapi seperti biasa, Gyuri memilih tak peduli, intinya Jinhyuk
tak sedang memperhatikannya dalam diam lagi kali ini.
Gyuri sudah sampai di kursi
favoritnya, dia sudah siap mengeluarkan tisu untuk mengelap kursi tersebut,
namun langsung menoleh kebelakang ke arah Jinhyuk. Lagi-lagi menatap lengan
kemeja Jinhyuk yang basah. Gyuri sudah bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Tanpa pikir panjang, Gyuri yang di
landa rasa penasaran itu menghampiri Jinhyuk dan menarik lengannya, mencoba
melihat lebih jelas lengan kemeja Jinhyuk yang basah.
Seketika Jinhyuk terperanjat dan
shock. Dia tak mengaka hal seperti ini datang juga pada akhirnya. Ya, untuk
pertama kalinya, mereka berkontak fisik.
“Ini apa?” Tanya Gyuri tiba-tiba.
Membuat Jinhyuk sedikit ketakutan.
“M..mworago?” Tanya Jinhyuk kikuk.
“Kenapa lengan kemejamu ini basah?”
Tanya Gyuri.
“Ah…” Jinhyuk kebingungan, “Ini… tak
sengaja terkena air hujan saat hujan deras tadi.”
Sekarang Gyuri memandang mata
Jinhyuk, berharap dia tak berbohong lagi, “Aku tahu bukan itu yang terjadi. Aku
tahu apa yang terjadi selama ini. Apa sebenarnya maksudmu?”
Jinhyuk terkejut, dia tak bisa
berkata apa-apa.
“Apa kau mau menjadi satu-satunya
orang aneh yang menyukaiku?” Gyuri tak mau basa-basi lagi. Gyuri mulai sadar,
dia mungkin akan segera jatuh hati lebih dalam lagi pada Jinhyuk, dan dia tak
suka itu.
Jinhyuk merasa 4 tahun itu sudah
terlalu lama, dan merasa harus menyerah. Entah mengapa rasa takut akan
penyesalannya saat ini begitu kuat. “Mianhae.”
“Weyo?” Tanya Gyuri sekarang dia
melepas lengan Jinhyuk.
“Karena sudah menjadi lelaki yang
pengecut.” Jawab Jinhyuk sepenuh hati.
Orang-orang di sekitar mereka mulai
heran melihat pemandangan langka ini.
Gyuri hanya tersenyum kecut dan
melangkah pergi. Dia tahu, semua orang sedang melihatnya. Dia tak mau membuat
Jinhyuk terlihat aneh, jadi dia pergi.
Namun ternyata Jinhyuk menarik
lengannya dan mengajaknya ke suatu tempat.
Jinhyuk melepas lengan Gyuri setelah
sampai di gudang universitas.
Gyuri terus menatap Jinhyuk dengan
tatapan penuh tanda tanyanya, sepertinya dia terlalu malas untuk bicara. Namun
hal itu bisa membuat Jinhyuk meleleh karena terlalu gugup.
“Aku.. yang selama ini memang sangat
pengecut, melihatmu diam-diam, berusaha tak terlihat namun ingin terus
melihatmu. Aku memang jatuh hati padamu. Aku tak peduli apa resikonya, sekarang
aku sedang dihantui rasa penyesalan, aku takut tak bisa bicara lagi padamu.” Jelas Jinhyuk, ia sendiri
heran bagaimana bisa dia seberani ini sekarang, “Nan
neol saranghae.”
Gyuri seakan tak berkedip saat
mendengar penjelasan itu, namun dia sadar ada yang aneh dihatinya saat
mendengarnya. Dia semakin takut dia juga menyukai Jinhyuk.
Gyuri akui, ini memang pertama
kalinya dalam 4 tahun terakhir, akhirnya ada orang yang menyukainya.
Gyuri tak tahu harus merespon apa.
Namun tiba-tiba senyum kecut keluar begitu saja dari bibirnya. Lalu dia segera
pergi meninggalkan Jinhyuk yang terlihat kecewa.
***
Semalam Gyuri tak bisa tidur memikirkan
Jinhyuk. Sekarang dia menghindari Jinhyuk, bagaimanapun caranya, hanya karena
dia tidak tahu cara mengatasi tingkahnya saat ada Jinhyuk di dekatnya. Dia tak
lagi menghabiskan waktu di kursi itu.
Tiba-tiba, “Silyehamnida.”
Gyuri mendongak. Dia tak bisa
melihat jelas wajah lelaki yang bicara padanya karena cahaya matahari siang ini
terlalu terang.
Akhirnya lelaki itu ikut duduk di
sebelah Gyuri dan juga ikut bersandar di pohon seperti Gyuri.
“A..apa kau Park Gyuri?”
Gyuri mengangguk. Gyuri merasa
sedikit aneh, karena sejujurnya lelaki itu sangatlah canggung dan terlihat
begitu sulit mengatasi malunya. Pipinya juga memerah.
“Kau sepupu Nicole?” Tanya lelaki
itu.
“Darimana kau tahu sepupu Nicole
kuliah di universitas ini?” Tanya Gyuri. Gyuri sudah mulai bisa menebak maksud
lelaki ini. Selama ini sudah banyak lelaki yang mendekatinya hanya karena ingin
tahu lebih dekat dengan Nicole, sepupunya yang cantik dan menyenangkan itu.
Lelaki itu tersenyum, “Kita satu
jurusan disini. Sepertinya kau tak sadar kita punya kelas yang sama setiap
hari.’
Gyuri mengangkat alisnya, ‘Geuraeso?
Jadi?”
“Mworago?”
“Jadi kau ingin tahu email Nicole
atau nomor ponselnya?” Tanya Gyuri menjurus.
Lelaki itu tampak makin tersipu,
pipinya semakin melebur merah.
Karena lelaki itu tak juga bicara,
Gyuri segera merobek secarik kertas dari bukunya dan menuliskan alamat email
dan nomor ponsel Nicole lalu segera memberikannya pada lelaki itu dan beranjak
pergi sambil berkata, “Sepertinya kau tak seberani lelaki yang biasa mendekati
Nicole.”
Lelaki itu menerimanya dengan
sedikit terkejut dan berkata dengan spontan, “Gomawo.”
Gyuri tak terlalu memperhatikannya
dan tetap melangkah pergi namun lelaki itu berteriak hingga membuat Gyuri menghentikan
langkahnya dan menoleh, “Kyuhyun… Cho Kyuhyun imnida.”
Gyuri hanya mengangguk tanda
mengerti, seakan dia akan segera menyampaikan pesan pada Nicole.
***
Jinhyuk terus berusaha mengejar Gyuri yang berjalan semakin
cepat, sengaja menghindar dari Jinhyuk. Sampai akhirnya Gyuri berhenti di kafe
universitas dan memesan secangkir kopi susu.
Hingga Jinhyuk duduk di hadapannya, Gyuri tetap tak
menghiraukannya.
“Gyuri-ssi.” Panggil Jinhyuk.
“Jebal, jangan seperti ini. Sebenci apapun kau padaku, jebal jangan seperti
ini. Aku berjanji takkan menganggumu lagi jika kau tak suka aku berada
disekelilingmu.”
Gyuri tetap tak mempedulikannya dan
menegak habis kopi susunya yang masih panas itu. Itu hanya bisa membuat Jinhyuk
khawatir.
Akhirnya Gyuri akan keluar dari sana dan baru akan
membayar, tepat setelah Jinhyuk sudah membayarnya. Gyuri hanya bisa menatap
Jinhyuk dengan kesal lalu pergi.
Jinhyuk masih mengejarnya
mengikutinya duduk di kursi favorit Gyuri. Menunggu Gyuri yang sedang menerima
telepon.
“Eonni, kau bilang pemuda tampan
bernama Kyuhyun akan segera menghubungiku. Tapi sampai sekarang tidak ada sama
sekali.” Sebuah suara halus sedang gelisah diseberang sana.
“Mianhae Nicole-ah, mungkin aku
menulis nomor dan alamat yang salah. Nanti aku akan memberinya nomor dan alat
email yang benar.” Jawab Gyuri. Sementara Jinhyuk terus memperhatikannya, entah
mengapa Jinhyuk bisa merasakan tak adanya penolakan dari hati Gyuri, dia terus
berusaha untuk Gyuri. Dia bahkan sempat tersenyum senang bisa mendengar Gyuri
bicara dan melihatnya sedekat ini setelah sekian lama.
“Ne, Eonni, gomawoyo. Jeongmal
gomawoyo. Kuharap dia benar-benar tampan.” Kata Nicole lalu memutus teleponnya.
Gyuri kembali diam, dia bingung
harus melakukan apa lagi. Dia tetap tak bisa bicara pada Jinhyuk akibat rasa
aneh dihatinya itu. Sekarang dia benar-benar takut dia juga jatuh hati pada
Jinhyuk. Dia tak ingin lelaki seperti Jinhyuk disebut aneh karena bersamanya.
“Aku tak keberatan menjadi orang
bodoh seperti ini, jika kau suruh aku enyah, maka aku akan benar-benar
melakukannya.” Kata Jinhyuk, makin membuat Gyuri kebingungan.
Lalu Gyuri berdiri dan beranjak
pergi sambil berkata, “Kau memang terlihat bodoh. Selalu bodoh karena
menyukaiku.”
Gyuri berusaha terus melangkah walau
ia mendengar perkataan Jinhyuk yang menyentuh hati itu, “Karena kau belum
menyuruhku enyah, aku akan terus menunggumu.”
***
Di pertengahan musim gugur ini,
hidup Gyuri berubah 180 derajad karena lelaki bernama Choi Jinhyuk. Gyuri sadar
dia tak bisa berhenti memikirkan jinhyuk, apalagi Jinhyuk selalu berkeliaran
disekitarnya semenjak hari itu.
Seperti hari ini, lagi-lagi Jinhyuk
melakukan kebodohannya. Jinhyuk duduk di hadapan Gyuri di kafe universitas. Dan
terus memperhatikan Gyuri yang sama sekali tak memperdulikannya.
Gyuri terus membaca buku dan
menikmati sandwitchnya, berusaha menganggap pemandangan di depannya itu
transparan dan tak berwujud.
Tiba-tiba Jinhyuk mengulurkan
tangannya ke wajah Gyuri setelah melihat noda saus yang teringgal di bibir
Gyuri, Jinhyuk tanpa sadar membersihkannya dengan ibu jarinya. Setelah mereka
berdua sadar dan saling bertatapan cukup lama, Jinhyuk sadar terlebih dahulu
dan menarik tangannya dengan cepat. Hal itu makin membuat Gyuri tak karuan dan
segera meninggalkan sandwitchnya yang masih setengah.
Jinhyuk masih mengerjarnya bermaksud
meminta maaf karena sudah melakukan hal
selancang itu. Jinhyuk tak ingin Gyuri salah paham.
“Gyuri-ssi!” panggil Jinhyuk yang
berusaha menyamai langkah cepat Gyuri.
Gyuri tetap tak mempedulikannya dan
masih berusaha mengatasi degup jantungnya yang berlebihan.
“Gyuri-ssi!” panggil Jinhyuk sekali
lagi.
Namun Gyuri malah melihat Kyuhyun
dan menemukan cara melarikan diri.
“Kyuhyun-ssi!” panggil Gyuri,
Kyuhyun menoleh dan sedikit terkejut.
Gyuri segera mengeluarkan secarik
kertas lagi dan menulis email dan nomor ponsel Nicole, kali ini secara lebih
lambat dan lebih teliti, mungkin justru terlalu teliti.
Jinhyuk melihatnya dan mengurungkan
niatnya, dia mulai merasa Gyuri benar-benar ingin menjauh darinya.
“Jinhyuk oppa!” seorang gadis
menghampiri Jinhyuk.
“Jiyoung?” Jinhyuk heran. “Kau
benar-benar pindah ke universitas ini?”
“Eomma yang melakukannya. Aku tak
tahu maksudnya, aku hanya menurutinya.” Jelas gadis muda dan manis bernama
Jiyoung itu.
Gyuri sudah selesai menulis dengan
benar. Dia segera memberikannya pada Kyuhyun, “Mungkin yang aku berikan padamu
kemarin salah, aku yakin yang ini benar.” Gyuri agak terkejut, melihat Jinhyuk
juga tengah berbincang dengan gadis yang terlihat begitu muda dan cantik itu.
Kyuhyun tersenyum, “Jeongmal gomawo
Gyuri-ssi.” Kyuhyun terlihat heran melihat Gyuri yang masih terdiam di
hadapannya. “Apa ada yang lain?”
Gyuri seketika terbuyar dari alam
bawah sadarnya dan segera pergi sambil menggeleng.
***
Saat Gyuri mengahabiskan waktunya di
kursi favoritnya seperti biasa, hari ini bukan Jinhyuk yang mengghampirinya,
melainkan gadis yang bicara dengan Jinhyuk waktu itu. Gyuri benar-benar heran.
“Noona!” sapa gadis itu ramah dan begitu
manis. “Kau teman Jinhyuk oppa kan?
Sepertinya kalian dekat, apa nonna kekasihnya?”
Gyuri menggeleng cepat, “A..aniyo.”
“Chincha?”
Gyuri menggeleng.
Gadis itu terlihat senang, “Kang
Jiyoung imnida. Dulu aku teman kecil Jinhyuk oppa.” Gadis itu mengulurkan
tangan dan menjabat tangan Gyuri. “Aku lihat noona senang menghabiskan waktu
disini. Apakah disini senyaman itu?”
“Ne, aku rasa seperti itu.” Jawab
Gyuri canggung.
“Nonna, aku rasa sekarang aku tahu
mengapa aku sering mendengar nama noona di sebut-sebut orang-orang disini.
Pasti karena wajah noona yang begitu cantik ini.” Kata Jiyoung terlihat begitu
tulus dan ramah.
“Geurae?” Gyuri kebingungan
menanggapinya. Ada
rasa tidak senang di hatinya saat mendengar gadis ini menyebut nama Jinhyuk.
Gyuri rasa dia mulai cemburu.
***
Sudah bebrapa hari ini, Jinhyuk tak
lagi menemui Gyuri, dan Gyuri mulai merasa kehilangan sesuatu yang berarti di
hidupnya. Tapi Gyuri masih berusaha memeranginya.
Dia tak berkonsentrasi pada bukunya
saat menghabiskan waktunya di kursi favoritnya siang ini. Dia sadar dia terus
memikirkan Jinhyuk. Tapi perang batinnya juga tetap berlanjut. Hingga Gyuri
menemukan secarik kertas yang dilipat dan ditempelkan di salah satu pegangan
kursi. Merasa penasaran karena itu hal yang tak wajar, Gyuri melepas pekeratnya
dan melihat kertas itu. Ia membuka lipatannya satu persatu dan menemukan
tulisan mengejutkan.
Ternyata tenggat waktuku
tak selama yang aku bayangkan, datanglah kesini pukul 8 nanti dan katakan
padaku sejujurnya jika kau juga takut menyesal tak bicara apapun padaku. Aku
menganggap kau benar-benar ingin aku berhenti jika kau tak datang.
Jinhyuk
Gyuri membeku setelah membacanya.
Dia tak menyangka semuanya bisa menjadi sedalam ini. Kali ini perang batinnya
bermulai lagi, dan rasa tak pedulinya memang hingga Gyuri menyobek kertas itu
berniat melupakan setiap hurufnya dan kembali tak peduli seperti awalnya.
***
Gyuri terus melirik jam bekernya,
ini sudah pukul 6.30 pm. Gyuri berusaha tidur lebih awal dan menggeliat di
tempat tidurnya. Dia berusaha melupakan semuanya dan juga berusaha berpikir
semuanya hal aneh yang tak biasa terjadi padanya kini akan segera berakhir,
tinggal 30 menit lagi. Semua akan berakhir seperti yang diinginkan Gyuri.
15 menit berlalu, semakin Gyuri
ingin melupakan semuanya, ia semakin mengingatnya. Bahkan ternyata dia masih
ingat semua huruf yang ditulis di kertas itu oleh Jinhyuk.
“Orang
sepertiku seharusnya tak mengalami hal seperti ini. Ini sungguh menyulitkan.
Bukankah semua orang menyebutku aneh? Seharusnya mereka konsisten dengan itu
dan tetap mengesampingkanku di dunia ini. Tetapi mengapa lelaki bernama Jinhyuk
itu memperlakukanku secara berbeda? Apa matanya berbeda dari orang lain/ atau
karena dia juga berbeda, aneh dan bodoh sepertiku? Semua orang bilang semua
orang berhak mencintai dan dicintai, bagaimana denganku?”
Gyuri
kembali melirik jam bekernya, kali ini pukul 6.59 pm. Gyuri terus berpikir dan
tetap berpikir.
“
Semua orang berhak mencintai dan dicintai, Semua orang berhak mencintai dan
dicintai, Semua orang berhak mencintai dan dicintai, Semua orang berhak
mencintai dan dicintai, Semua orang berhak mencintai dan dicintai. Aku tak
ingin menyesal. Kenapa aku harus jadi seperti pengecut? Bahkan dia lebih berani
dariku sekarang.”
Akhirnya
Gyuri beranjak dari ranjangnya dan mengambil matelnya. Ia tahu ini sudah sangat
terlambat, dia berharap Jinhyuk masih bisa menunggunya.
Sesampainya di universitas, Gyuri
berlari secepat mungkin dari gerbang menuju halaman belakang yang jaraknya jauh
itu.
Gyuri terus berlari dan berlari,
entah mengapa rasanya terasa lebih jauh dari biasanya. Gyuri mengerahkan
seluruh tenaganya hingga akhirnya sampai di tempat itu. Namun segera berhenti
setelah melihat Gadis bernama Jiyoung itu menghampiri Jinhyuk. Gyuri
bersembunyi dibalik pohon dan akhirnya mendengar percakapan mereka.
“Jinhyuk oppa!” panggil Jiyoung
dengan wajah sendu. “Akhirnya aku menemukanmu disini.”
“Jiyoung-ah?” Jinhyuk terkejut.
“Mengapa kau kemari?”
“Aku..” Wajah Jiyoung semakin sendu,
dia terlihat hampir menangis. Gyuri tak bisa membayangkan apa yang sedang
terjadi sebenarnya. “Aku hanya ingin memastikan satu hal malam ini juga.”
Jinhyuk tak bisa berkata-kata.
“Oppa sengaja menhindari perjodohan
kita karena oppa tak menyukaiku kan?”
Tanya Jiyoung. Air matanya sudah terburai.
Gyuri Shock dan segera menutup
mulutnya rapat-rapat.
“Apa perhatian yang oppa tunjukkan
selama ini hanya sandiwara? Oppa tahu kan
betapa aku mencintai oppa. Bukan sebagai saudara, tapi sebagai laki-laki.”
Jelas Jiyoung.
Jinhyuk juga terlihat sedih dan tak
tega melihat Jiyoung seperti ini.
“Oppa! Malhaebwa!” Jiyoung sudah tak
sabar lagi, air matanya menderas.
Jinhyuk menghelas nafas dalam-dalam
dan melirik jam tangannya, ini sudah pukul 7.45 pm. Jinhyuk juda memandang
kearang seharusnya Gyuri datang. “Mianhae, baiklah, aku juga akan menerima
perjodohan itu. Dan aku juga akan mencintaimu.” Jinhyuk akhirnya memeluk
Jiyoung. Berusaha menenangkan Jiyoung dalam peluknya.
Gyuri berusaha menahan air matanya.
Dia berusaha. Kuat. Namun kali ini, dia benar benar merasakan penyesalan
terdalam dihidupnya.
“orang
aneh sepertiku, memang tak layak bahagia dengan cintanya.” Batin Gyuri.
Tanpa Gyuri sadari, Jinhyuk dan
Jiyoung menuju arahnya. Tanpa bisa bersembunyi lagi, Gyuri menghadapi mereka.
“Noona?” Jiyoung terkejut dan
berusaha menghapus sisa-sisa air matanya.
Jinhyuk terlihat begitu terkejut.
Gyuri tersenyum melihat mereka.
“Bisa kau duluan? Aku perlu bicara
dengannya.” Pinta Jinhyuk pada Jiyoung.
“Baiklah.” Kata Jiyoung dan beranjak
pergi.
Gyuri masih terus tersenyum, baru
kali Jinhyuk melihat senyum termanis milik Gyuri.
“Apa kau kesini kare…” perkataan
Jinhyuk terpotong oleh Gyuri.
“Kau tahu alasannya. Tapi sekarang
sudah terlambat. Tetap tutup matamu, jadi meskipun aku memanggilmu, kau takkan
melihatku dan tetap pada hidupmu yang sekarang. Sudah saatnya kita kembali pada
kehidupan kita yang biasa dan semestinya, seharusnya kita memang tetap menutup
mata kita.” Gyuri pun pergi begitu saja meninggalkan Jinhyuk.
Jinhyuk terus memeperhatikan
punggung Gyuri hingga hilang dari pandangan. Merasa benar-benar mencintainya.
“Aku sama sekali tak pernah menutup mata. Aku selalu membuka mata untukmu
selama 4 tahun ini.” Gumamnya.
THE END

Tidak ada komentar:
Posting Komentar