Cast:
Byun Baekhyun
Lee Jieun
Jung Ilwoo
Song Joongki
Lalu lelaki itu, Baekhyun menyadari siapa gadis itu. Gadis super aneh yang ia tahu, ''Kau? Apa yang kau lakukan di studio hyungku?'
Jieun memandangnya dengan datar namun penuh dengan tanya. ''K..kau siapa?''
Baekhyun tertawa kecut, ''Kau pasti bercanda. Kita satu universitas, bahkan satu kelas.''
''A... Jelas saja aku merasa pernah melihatmu.'' jawab Jieun.
Tak lama kemudian Ilwoo dan Joongki keluar dari studio itu dan terkejut melihat Baekhyun, begitu juga sebaliknya.
''Joongki hyung? Bagaimana bisa disini?'' tanya Baekhyun.
''Seharusnya aku yang tanya, kenapa kau kesini?'' tanya Ilwoo pada Baekhyun.
''Geurae, aku memang sering kesini. Sedangkan kau, ini kejadian langka.'' tambah Joongki.
Ilwoo lalu melihat Jieun. Dia heran lalu tersenyum, ''Baekhyun-ah, apa kau kesini bersamanya?''
Baekhyun tak habis pikir dengan pemikiran Ilwoo, ''Tentu saja tidak. Kau tahu jawabannya.''
Jieun dengan cepat membungkuk 90 derajat setelah menyadari Ilwoo adalah pemilik studio itu. ''Anyeong haseyo! Lee Jieun imnida''
''Lee Jieun? Apa kau...?'' Ilwoo seperti mengenalinya. Lalu ia melihat Jieun mengangguk membuatnya yakin.
Baekhyun heran melihatnya, ''Kalian saling kenal?''
Ilwoo tersenyum, ''Dia sering mengirim demo lagunya kesini. Kau juga mengenalnya?''
''Dia sekelas denganku di universitas.'' jawab Baekhyun malas mengakuinya.
''Baiklah, aku harus segera kembali ke kantor. Jam makan siangku habis.'' kata Joongki. Lalu ia bicara pada Jieun, ''Harimu pasti akan sangat melelahkan. Maafkan adikku ini.''
Jieun hanya tersenyum dengan heran, tak mengerti apa maksudnya.
Baekhyun melotot ke arah Joongki yang menghilang. Sedangkan Ilwoo tertawa melihatnya.
''Sudahlah Baekhyun, cepat masuk, kau perlu dengar suaranya.'' Ilwoo malah menarik Jieun yang kebingungan ke dalam studionya. ''Kau membawa lagu barumu kan?''
''Ne.'' Jieun mengangguk.
Baekhyun agak kaget dengan perlakukan Ilwoo pada gadis jelek itu. Bukankah kakaknya itu hanya dekat-dekat dengan gadis cantik?
''Sudah lama aku ingin mendengarmu secara langsung.'' kata Ilwoo.
''Benarkah?'' tanya Jieun salah tingkah.
''Geurae, sekarang menyanyilah untuk kami.'' Ilwoo menyodorkan gitar pada Jieun. ''Kau mainkan sendiri instrumennya kan?'' Jieun mengangguk.
Baekhyun hanya mengamati mereka berdua dari pojok ruangan.
''Haruskah sekarang?'' tanya Jieun tidak yakin.
''Ayolah..'' Ilwoo tersenyum.
Jieun pun mulai menyakikan lagunya.
Awalnya Baekhyun tidak begitu memperhatikan, tapi ada sesuatu dalam nyanyiannya yang membuatnya tersihir. Suaranya sangat merdu dan halus. Harus Baekhyun akui dia pembuat lagu yang baik. Lagunya begitu indah.
Lagu itu berjudul Ugly Duckling (bebek jelek) yang menyampaikan tentang tekad dan mimpinya untuk menjadi sukses di kedepannya dengan lagunya meski banyak orang yang mencibirnya dan tak sedikit yang mengatakan bahwa dia jelek.
Sampai akhir lagu, Baekhyun rasanya masih sulit untuk sadar.
''Kau mengagumkan.'' puji Ilwoo.
''Jeongmal kamsahamnida.'' jawab Jieun tersanjung.
***
''Kau sudah sering mendengarnya bernyanyi ke studiomu?'' tanya Baekhyun setelah mereka sampai di rumah malam ini.
''Aku baru bertemu dengannya tadi. Sudah lama aku ingin mencarinya, tapi aku terlalu sibuk.'' jawab Ilwoo.
''Baru bertemu? Kenapa kau terlihat sudah mengenalnya begitu lama?''
''Itu karena lagunya. Aku sudah sangat sering mendengar lagunya. Rasanya aku sudah sangat mengenalnya. Itu saja.''
Baekhyun tertawa tipis, ''Sangat tidak masuk akal.''
Ilwoo juga tersenyum, ''Kau punya nomor ponselnya? Aku lupa memintanya tadi.''
''Jelas aku tak punya. Dia itu gadis aneh. Hyung tahu apa yang ia katakan saat bertemu denganku tadi? Dia bilang dia seperti pernah melihatku.''
Ilwoo tertawa, ''Aku tak menyangka dia punya kepribadian yang seperti itu. Terlihat sangat di luar jalur. Bukankah harusnya gadis di seluruh negeri ini mengenalmu?''
''Itulah mengapa aku bilang dia aneh.''
''Kalau begitu mintakan saja nomor ponselnya.''
''Mwo? Cari saja sendiri.''
''Ayolah, ini penting. Bukankah kalian sekelas?''
''Jangan bilang kau ingin mendebutkannya sebagai penyanyi hyung.''
''Kenapa tidak? Kita hanya perlu menunggu beberapa lagu buatannya lagi untuk membuat album.''
''Kau tahu kenyataannya seorang penyanyi setidaknya harus berpenampilan layak? Dia bahkan tidak cantik hyung. Kau gila?''
Ilwoo tersenyum, ''Kau memang yang paling tidak mengerti soal wanita. Tak bisakah kau lihat kecantikan Jieun dibalik penampilannya yang agak di luar kebiasaan itu?''
''Sepertinya matamu mulai tua hyung.'' Baekhyun lalu masuk ke kamarnya. Terlalu malas meneruskan pembicaraannya dengan Ilwoo.
''Kau hanya belum melihatnya Baekhyun-ah.'' gumam Ilwoo.
***
Baekhyun berjalan ke balik pilar menghindari orang-orang organisasi yang ingin merekrut dan menjadikannya bintang tamu itu. Setelah merasa agak aman, Baekhyun memutuskan pergi ke halaman belakang universitas.
''Aku tahu aku setampan itu, tapi aku sangat tak suka melihat keagresifan mereka.'' gumam Baekhyun sambil berjalan ke bawah pohon yang cukup rindang itu.
Saat itu juga dia mendengar petikan gitar dan suara pemainnya menyanyikan potongan-potongan lagu. Baekhyun ingat betul siapa orang itu, yang terdengar sedang mengarang lagu barunya.
Baekhyun melihatnya dan menghampirinya, entah mengapa ia ingin mendengar lagu itu lebih jauh.
Gadis itu, Jieun, sebenarnya sudah tahu ada seseorang menghampirinya, namun ia memilih untuk fokus terhadap lagunya.
Merasa tak dihiraukan untuk kesekian kalinya, Baekhyun angkat bicara, ''Sudah terlihat jelas. Jangan pura-pura tak melihatku. Kau jual mahal sekali?''
Akhirnya Jieun mendongak menatap Baekhyun, ''Kalau begitu kau nilai ini saja.'' Jieun malah menyanyikan lagu itu penuh.
Baekhyun terdiam mendengar lagu baru itu. Kali ini lagu itu benar-benar lagu sedih yang menceritakan sebuah perpisahan sepasang kekasih. Benar-benar menyesakkan mendengarnya.
Baekhyun terus mengamati Jieun, suaranya, caranya bernyanyi, hingga menatap lekat-lekat wajahnya.
Setelah selesai, Jieun angkat bicara, ''Jadi, bagaimana laguku?''
Baekhyun sulit berkata-kata, jujur saja dia hampir menangis jika dia tak kuat menahannya. ''Itu menyedihkan.''
Jieun tersenyum simpul, ''Berarti ini harus kukirimkan ke hyung mu.''
''Mwo?'' Baekhyun mencibir, ''Kau percaya diri sekali?''
''Bukankah kau sudah mengatakannya?'' tanya Jieun, ''itu bagus.''
''Darimana kau tahu? Aku sama sekali tak berkata bagus.''
“Menyedihkan, itu maksudku saat membuat lagu ini. Berarti ini bagus.” Jawab Jieun lalu berdiri bermaksud pergi.
Kali ini Baekhyun tak diam saja, entah mengapa dia dengan cepat meraih lengan Jieun, menahannya pergi.
“Wae?” Tanya Jieun. “Kau ada perlu apa?”
Baekhyun sulit menjawab. Dia sendiri juga tak tahu kenapa melakukan itu, “Jika ada yang menanyaimu, jangan bilang aku disini.” Kata Baekhyun akhirnya. Lalu dia cepat-cepat melepas genggamannya.
Jieun mengangguk lalu pergi.
“Anak ini kenapa? Ada yang salah dengannya?” gumam Baekhyun tak habis pikir. “Dia mengabaikanku?”
***
Jieun tersenyum senang, dia melihat dirinya di cermin dalam kamarnya. Dia melihat dirinya sendiri. “Aku tak percaya gadis sepertiku bisa melakukannya.” Dia tersenyum senang.
Kenyataannya, Ilwoo, kakak Baekhyun dengan senang hati menerima lagunya tadi, dan bahkan memberitahunya akan membantunya debut. Itu besok. Jieun akan dibawa ke perusahaan rekaman terkenal oleh Ilwoo.
“Kenapa harus takut? Aku sudah sampai sejauh ini, tak ada yang tak mungkin sekarang.” Gumamnya saat rasa tak percaya dirinya muncul.
Sekarang Jieun malah ingat perkataan Ilwoo tadi, “Tinggal satu hal yang harus aku lakukan padamu. Sebelum kita pergi, kau datang saja ke rumahku terlebih dulu.”
“Apa maksudnya?” gumam Jieun tak mengerti. Jieun melihat alamat rumah Ilwoo di kertas yang dipegangnya sekarang.
“Jieun-ah! Kita makan malam sekarang!” teriak Ayah Jieun tiba-tiba.
“Ne!” jawab jieun lalu keluar dari kamarnya.
***
Jieun sampai di sebuah rumah, ya itu rumah dengan alamat yang tertulis di kertas yang dibawa Jieun. Tapi, itu tak terlihat seperti rumah… itu malah terlihat seperti istana. Bangunan itu terlalu megah jika hanya disebut rumah.
Jieun disambut ramah oelah para pelayan disana. Bahkan mereka sudah tahu nama Jieun. Mungkin Ilwoo sudah memberitahu mereka.
“Anyeong haseyo Lee Jieun-ssi!” Joongki turun dari lantai dua dan menyapa Jieun di ruang tamu.
“Anyeong haseyo!” Jieun berdiri lalu membungkukkan badan. Dia tak tahu orang itu. Dia hanya melihatnya sekali di studio waktu itu. Sepertinya Ilwoo juga sudah menceritakannya pada kakaknya itu.
“Ini langkah awalmu. Semoga kau berhasil.” Kata Joongki ramah.
“Ne, kamsa hamnida…” Jieun tak tahu harus memanggilnya apa.
“Oppa, panggil saja aku Joongki oppa.” Joongki menjawab.
“Ah ne, kamsa hamnida Joongki oppa.” Jieun tersenyum. Dia tersentuh oleh keramahan Joongki. Dia berbeda dari dua saudaranya, keramahannya begitu tulus dan membuat orang disekitarnya merasa nyaman dan tidak sungkan.
“Anggap saja rumahmu sendiri.” Kata Joongki.
“Ne?” Tanya Jieun heran.
Joongki tersenyum melihat respon Jieun, “Aku yakin setelah ini kau akan sering kesini.”
“A..ah.. ne.” Jieun bingung harus menjawab apa.
“Jieun-ah! Kau sudah datang?” Ilwoo juga baru turun dari lantai dua.
“Anyeong haseyo Ilwoo-ssi.” Jieun juga membungkukkan badannya.
“Ah.. sudah ku bilang panggil saja oppa. Kita harus akrab lebih cepat. Anggap saja aku menjadi manajermu mulai sekarang.” Jelas Ilwoo santai lalu duduk di sofa di hadapan Jieun. “Ah, hyung, kau mau berangkat kerja?” Tanya Ilwoo pada Joongki.
“Ani, hari ini hari cutiku.” Jawab Joongki. “Aku rasa aku hanya akan menghabiskan hari di rumah. Kau tahu aku jarang berada disini.” Jawabnya lalu pergi kea rah belakang rumah itu.
“Jadi, Jieun-ah… kau siap melakukan ini?” Tanya Ilwoo.
Jieun mengangguk dengan mantap, “Meski aku masih sangat butuh panduan, aku siap.”
Ilwoo tersenyum mendengarnya, “Baiklah, ini saatnya aku melakukan langkah awal.” Tiba-tiba datang seorang pelayan dengan seseorang dengan gayanya yang nyentrik setelah Ilwoo menepuk tangannya.
Jieun dibawa ke lantai tiga oleh beberapa pelayan, tapi saat di lantai dua, dia bertemu seseorang yang sebenarnya tak perlu ditemui, Baekhyun.
“Kau? Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Baekhyun, sepertinya dia satu-satunya orang yang tak tahu.
“Untuk apa pastinya aku juga tak tahu.” Jawab Jieun lalu berlalu dengan para pelayan itu.
Baekhyun turun ke lantai satu dan menemui kakaknya, “Hyung, tolong jelaskan, apa yang dilakukan bebek itu disini?” Tanya Baekhyun.
“Mwo? Bebek?” Ilwoo tertawa.
“Itu julukannya di universitas, masih bagus aku tak memakai kata jeleknya.”
“Oh..” Ilwoo tersenyum sambil memikirkannya.
“Jadi, untuk apa di sini?” Tanya Baekhyun lagi.
“Kau akan tahu nanti. Aku melakukannya sebelum membawanya di perusahaan rekaman. Aku yakin dia akan melejit.”
“Kau percaya diri sekali hyung.” Gumam Baekhyun.
“Ya, aku dengar itu. Bukankah kau juga sudah mendengarnya menyanyi?”
Baekhyun tersenyum kecut.
“Jadi, dia akan kau bawa setelah ini?” Joongki datang dengan Koran di tangannya.
“Ah, geurae.. aku rasa hyung tahu pemikiranku kan?” Ilwoo tersenyum, “Cuma Baekhyun yang takkan mengerti soal seperti ini.”
“Geurae, pasti sebentar lagi dia terkejut bukan main.” Kata Joongki tertawa lalu duduk di sebelah Ilwoo. “Jangan salahkah dia jika sebentar lagi dia jatuh cinta.”
“Apa yang sebenarnya sedang kalian bicarakan?” Tanya Baekhyun tak mengerti sama sekali.
“Sudah kau tunggu saja. Kau pasti terkejut sebentar lagi. Dan mungkin aku juga begitu..” Ilwoo tertawa, diikuti tawa Joongki.
Mereka mengobrol cukup lama hingga salah satu pelayan mereka turun dari lantai dua dan berkata, “Kami sudah selesai tuan muda.”
“Baiklah, bawa dia turun.” Jawab Ilwoo.
Tak lama kemudian, sesosok gadis turun ke lantai satu ke tempat Joongki dan adik-adiknya berkumpul itu.
Betapa terkejutnya mereka bertiga setelah melihat gadis itu, itu sama sekali bukan seperti gadis yang mereka tamui tadi. Dia berubah, banyak sekali.
“Lee Jieun?” gumam Joongki.
“Benar, aku juga sangat terkejut dengan ini.” Kata Ilwoo.
Sedangkan Baekhyun diam saja, dia tak tahu harus berbuat apa. Dia membeku seketika setelah melihat penampilan baru Jieun. Mereka telah melakukan berbagai hal sehingga Jieun begitu terlihat cantik, tidak seperti sebelumnya.
To be continued….
Byun Baekhyun
Lee Jieun
Jung Ilwoo
Song Joongki
Lalu lelaki itu, Baekhyun menyadari siapa gadis itu. Gadis super aneh yang ia tahu, ''Kau? Apa yang kau lakukan di studio hyungku?'
Jieun memandangnya dengan datar namun penuh dengan tanya. ''K..kau siapa?''
Baekhyun tertawa kecut, ''Kau pasti bercanda. Kita satu universitas, bahkan satu kelas.''
''A... Jelas saja aku merasa pernah melihatmu.'' jawab Jieun.
Tak lama kemudian Ilwoo dan Joongki keluar dari studio itu dan terkejut melihat Baekhyun, begitu juga sebaliknya.
''Joongki hyung? Bagaimana bisa disini?'' tanya Baekhyun.
''Seharusnya aku yang tanya, kenapa kau kesini?'' tanya Ilwoo pada Baekhyun.
''Geurae, aku memang sering kesini. Sedangkan kau, ini kejadian langka.'' tambah Joongki.
Ilwoo lalu melihat Jieun. Dia heran lalu tersenyum, ''Baekhyun-ah, apa kau kesini bersamanya?''
Baekhyun tak habis pikir dengan pemikiran Ilwoo, ''Tentu saja tidak. Kau tahu jawabannya.''
Jieun dengan cepat membungkuk 90 derajat setelah menyadari Ilwoo adalah pemilik studio itu. ''Anyeong haseyo! Lee Jieun imnida''
''Lee Jieun? Apa kau...?'' Ilwoo seperti mengenalinya. Lalu ia melihat Jieun mengangguk membuatnya yakin.
Baekhyun heran melihatnya, ''Kalian saling kenal?''
Ilwoo tersenyum, ''Dia sering mengirim demo lagunya kesini. Kau juga mengenalnya?''
''Dia sekelas denganku di universitas.'' jawab Baekhyun malas mengakuinya.
''Baiklah, aku harus segera kembali ke kantor. Jam makan siangku habis.'' kata Joongki. Lalu ia bicara pada Jieun, ''Harimu pasti akan sangat melelahkan. Maafkan adikku ini.''
Jieun hanya tersenyum dengan heran, tak mengerti apa maksudnya.
Baekhyun melotot ke arah Joongki yang menghilang. Sedangkan Ilwoo tertawa melihatnya.
''Sudahlah Baekhyun, cepat masuk, kau perlu dengar suaranya.'' Ilwoo malah menarik Jieun yang kebingungan ke dalam studionya. ''Kau membawa lagu barumu kan?''
''Ne.'' Jieun mengangguk.
Baekhyun agak kaget dengan perlakukan Ilwoo pada gadis jelek itu. Bukankah kakaknya itu hanya dekat-dekat dengan gadis cantik?
''Sudah lama aku ingin mendengarmu secara langsung.'' kata Ilwoo.
''Benarkah?'' tanya Jieun salah tingkah.
''Geurae, sekarang menyanyilah untuk kami.'' Ilwoo menyodorkan gitar pada Jieun. ''Kau mainkan sendiri instrumennya kan?'' Jieun mengangguk.
Baekhyun hanya mengamati mereka berdua dari pojok ruangan.
''Haruskah sekarang?'' tanya Jieun tidak yakin.
''Ayolah..'' Ilwoo tersenyum.
Jieun pun mulai menyakikan lagunya.
Awalnya Baekhyun tidak begitu memperhatikan, tapi ada sesuatu dalam nyanyiannya yang membuatnya tersihir. Suaranya sangat merdu dan halus. Harus Baekhyun akui dia pembuat lagu yang baik. Lagunya begitu indah.
Lagu itu berjudul Ugly Duckling (bebek jelek) yang menyampaikan tentang tekad dan mimpinya untuk menjadi sukses di kedepannya dengan lagunya meski banyak orang yang mencibirnya dan tak sedikit yang mengatakan bahwa dia jelek.
Sampai akhir lagu, Baekhyun rasanya masih sulit untuk sadar.
''Kau mengagumkan.'' puji Ilwoo.
''Jeongmal kamsahamnida.'' jawab Jieun tersanjung.
***
''Kau sudah sering mendengarnya bernyanyi ke studiomu?'' tanya Baekhyun setelah mereka sampai di rumah malam ini.
''Aku baru bertemu dengannya tadi. Sudah lama aku ingin mencarinya, tapi aku terlalu sibuk.'' jawab Ilwoo.
''Baru bertemu? Kenapa kau terlihat sudah mengenalnya begitu lama?''
''Itu karena lagunya. Aku sudah sangat sering mendengar lagunya. Rasanya aku sudah sangat mengenalnya. Itu saja.''
Baekhyun tertawa tipis, ''Sangat tidak masuk akal.''
Ilwoo juga tersenyum, ''Kau punya nomor ponselnya? Aku lupa memintanya tadi.''
''Jelas aku tak punya. Dia itu gadis aneh. Hyung tahu apa yang ia katakan saat bertemu denganku tadi? Dia bilang dia seperti pernah melihatku.''
Ilwoo tertawa, ''Aku tak menyangka dia punya kepribadian yang seperti itu. Terlihat sangat di luar jalur. Bukankah harusnya gadis di seluruh negeri ini mengenalmu?''
''Itulah mengapa aku bilang dia aneh.''
''Kalau begitu mintakan saja nomor ponselnya.''
''Mwo? Cari saja sendiri.''
''Ayolah, ini penting. Bukankah kalian sekelas?''
''Jangan bilang kau ingin mendebutkannya sebagai penyanyi hyung.''
''Kenapa tidak? Kita hanya perlu menunggu beberapa lagu buatannya lagi untuk membuat album.''
''Kau tahu kenyataannya seorang penyanyi setidaknya harus berpenampilan layak? Dia bahkan tidak cantik hyung. Kau gila?''
Ilwoo tersenyum, ''Kau memang yang paling tidak mengerti soal wanita. Tak bisakah kau lihat kecantikan Jieun dibalik penampilannya yang agak di luar kebiasaan itu?''
''Sepertinya matamu mulai tua hyung.'' Baekhyun lalu masuk ke kamarnya. Terlalu malas meneruskan pembicaraannya dengan Ilwoo.
''Kau hanya belum melihatnya Baekhyun-ah.'' gumam Ilwoo.
***
Baekhyun berjalan ke balik pilar menghindari orang-orang organisasi yang ingin merekrut dan menjadikannya bintang tamu itu. Setelah merasa agak aman, Baekhyun memutuskan pergi ke halaman belakang universitas.
''Aku tahu aku setampan itu, tapi aku sangat tak suka melihat keagresifan mereka.'' gumam Baekhyun sambil berjalan ke bawah pohon yang cukup rindang itu.
Saat itu juga dia mendengar petikan gitar dan suara pemainnya menyanyikan potongan-potongan lagu. Baekhyun ingat betul siapa orang itu, yang terdengar sedang mengarang lagu barunya.
Baekhyun melihatnya dan menghampirinya, entah mengapa ia ingin mendengar lagu itu lebih jauh.
Gadis itu, Jieun, sebenarnya sudah tahu ada seseorang menghampirinya, namun ia memilih untuk fokus terhadap lagunya.
Merasa tak dihiraukan untuk kesekian kalinya, Baekhyun angkat bicara, ''Sudah terlihat jelas. Jangan pura-pura tak melihatku. Kau jual mahal sekali?''
Akhirnya Jieun mendongak menatap Baekhyun, ''Kalau begitu kau nilai ini saja.'' Jieun malah menyanyikan lagu itu penuh.
Baekhyun terdiam mendengar lagu baru itu. Kali ini lagu itu benar-benar lagu sedih yang menceritakan sebuah perpisahan sepasang kekasih. Benar-benar menyesakkan mendengarnya.
Baekhyun terus mengamati Jieun, suaranya, caranya bernyanyi, hingga menatap lekat-lekat wajahnya.
Setelah selesai, Jieun angkat bicara, ''Jadi, bagaimana laguku?''
Baekhyun sulit berkata-kata, jujur saja dia hampir menangis jika dia tak kuat menahannya. ''Itu menyedihkan.''
Jieun tersenyum simpul, ''Berarti ini harus kukirimkan ke hyung mu.''
''Mwo?'' Baekhyun mencibir, ''Kau percaya diri sekali?''
''Bukankah kau sudah mengatakannya?'' tanya Jieun, ''itu bagus.''
''Darimana kau tahu? Aku sama sekali tak berkata bagus.''
“Menyedihkan, itu maksudku saat membuat lagu ini. Berarti ini bagus.” Jawab Jieun lalu berdiri bermaksud pergi.
Kali ini Baekhyun tak diam saja, entah mengapa dia dengan cepat meraih lengan Jieun, menahannya pergi.
“Wae?” Tanya Jieun. “Kau ada perlu apa?”
Baekhyun sulit menjawab. Dia sendiri juga tak tahu kenapa melakukan itu, “Jika ada yang menanyaimu, jangan bilang aku disini.” Kata Baekhyun akhirnya. Lalu dia cepat-cepat melepas genggamannya.
Jieun mengangguk lalu pergi.
“Anak ini kenapa? Ada yang salah dengannya?” gumam Baekhyun tak habis pikir. “Dia mengabaikanku?”
***
Jieun tersenyum senang, dia melihat dirinya di cermin dalam kamarnya. Dia melihat dirinya sendiri. “Aku tak percaya gadis sepertiku bisa melakukannya.” Dia tersenyum senang.
Kenyataannya, Ilwoo, kakak Baekhyun dengan senang hati menerima lagunya tadi, dan bahkan memberitahunya akan membantunya debut. Itu besok. Jieun akan dibawa ke perusahaan rekaman terkenal oleh Ilwoo.
“Kenapa harus takut? Aku sudah sampai sejauh ini, tak ada yang tak mungkin sekarang.” Gumamnya saat rasa tak percaya dirinya muncul.
Sekarang Jieun malah ingat perkataan Ilwoo tadi, “Tinggal satu hal yang harus aku lakukan padamu. Sebelum kita pergi, kau datang saja ke rumahku terlebih dulu.”
“Apa maksudnya?” gumam Jieun tak mengerti. Jieun melihat alamat rumah Ilwoo di kertas yang dipegangnya sekarang.
“Jieun-ah! Kita makan malam sekarang!” teriak Ayah Jieun tiba-tiba.
“Ne!” jawab jieun lalu keluar dari kamarnya.
***
Jieun sampai di sebuah rumah, ya itu rumah dengan alamat yang tertulis di kertas yang dibawa Jieun. Tapi, itu tak terlihat seperti rumah… itu malah terlihat seperti istana. Bangunan itu terlalu megah jika hanya disebut rumah.
Jieun disambut ramah oelah para pelayan disana. Bahkan mereka sudah tahu nama Jieun. Mungkin Ilwoo sudah memberitahu mereka.
“Anyeong haseyo Lee Jieun-ssi!” Joongki turun dari lantai dua dan menyapa Jieun di ruang tamu.
“Anyeong haseyo!” Jieun berdiri lalu membungkukkan badan. Dia tak tahu orang itu. Dia hanya melihatnya sekali di studio waktu itu. Sepertinya Ilwoo juga sudah menceritakannya pada kakaknya itu.
“Ini langkah awalmu. Semoga kau berhasil.” Kata Joongki ramah.
“Ne, kamsa hamnida…” Jieun tak tahu harus memanggilnya apa.
“Oppa, panggil saja aku Joongki oppa.” Joongki menjawab.
“Ah ne, kamsa hamnida Joongki oppa.” Jieun tersenyum. Dia tersentuh oleh keramahan Joongki. Dia berbeda dari dua saudaranya, keramahannya begitu tulus dan membuat orang disekitarnya merasa nyaman dan tidak sungkan.
“Anggap saja rumahmu sendiri.” Kata Joongki.
“Ne?” Tanya Jieun heran.
Joongki tersenyum melihat respon Jieun, “Aku yakin setelah ini kau akan sering kesini.”
“A..ah.. ne.” Jieun bingung harus menjawab apa.
“Jieun-ah! Kau sudah datang?” Ilwoo juga baru turun dari lantai dua.
“Anyeong haseyo Ilwoo-ssi.” Jieun juga membungkukkan badannya.
“Ah.. sudah ku bilang panggil saja oppa. Kita harus akrab lebih cepat. Anggap saja aku menjadi manajermu mulai sekarang.” Jelas Ilwoo santai lalu duduk di sofa di hadapan Jieun. “Ah, hyung, kau mau berangkat kerja?” Tanya Ilwoo pada Joongki.
“Ani, hari ini hari cutiku.” Jawab Joongki. “Aku rasa aku hanya akan menghabiskan hari di rumah. Kau tahu aku jarang berada disini.” Jawabnya lalu pergi kea rah belakang rumah itu.
“Jadi, Jieun-ah… kau siap melakukan ini?” Tanya Ilwoo.
Jieun mengangguk dengan mantap, “Meski aku masih sangat butuh panduan, aku siap.”
Ilwoo tersenyum mendengarnya, “Baiklah, ini saatnya aku melakukan langkah awal.” Tiba-tiba datang seorang pelayan dengan seseorang dengan gayanya yang nyentrik setelah Ilwoo menepuk tangannya.
Jieun dibawa ke lantai tiga oleh beberapa pelayan, tapi saat di lantai dua, dia bertemu seseorang yang sebenarnya tak perlu ditemui, Baekhyun.
“Kau? Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Baekhyun, sepertinya dia satu-satunya orang yang tak tahu.
“Untuk apa pastinya aku juga tak tahu.” Jawab Jieun lalu berlalu dengan para pelayan itu.
Baekhyun turun ke lantai satu dan menemui kakaknya, “Hyung, tolong jelaskan, apa yang dilakukan bebek itu disini?” Tanya Baekhyun.
“Mwo? Bebek?” Ilwoo tertawa.
“Itu julukannya di universitas, masih bagus aku tak memakai kata jeleknya.”
“Oh..” Ilwoo tersenyum sambil memikirkannya.
“Jadi, untuk apa di sini?” Tanya Baekhyun lagi.
“Kau akan tahu nanti. Aku melakukannya sebelum membawanya di perusahaan rekaman. Aku yakin dia akan melejit.”
“Kau percaya diri sekali hyung.” Gumam Baekhyun.
“Ya, aku dengar itu. Bukankah kau juga sudah mendengarnya menyanyi?”
Baekhyun tersenyum kecut.
“Jadi, dia akan kau bawa setelah ini?” Joongki datang dengan Koran di tangannya.
“Ah, geurae.. aku rasa hyung tahu pemikiranku kan?” Ilwoo tersenyum, “Cuma Baekhyun yang takkan mengerti soal seperti ini.”
“Geurae, pasti sebentar lagi dia terkejut bukan main.” Kata Joongki tertawa lalu duduk di sebelah Ilwoo. “Jangan salahkah dia jika sebentar lagi dia jatuh cinta.”
“Apa yang sebenarnya sedang kalian bicarakan?” Tanya Baekhyun tak mengerti sama sekali.
“Sudah kau tunggu saja. Kau pasti terkejut sebentar lagi. Dan mungkin aku juga begitu..” Ilwoo tertawa, diikuti tawa Joongki.
Mereka mengobrol cukup lama hingga salah satu pelayan mereka turun dari lantai dua dan berkata, “Kami sudah selesai tuan muda.”
“Baiklah, bawa dia turun.” Jawab Ilwoo.
Tak lama kemudian, sesosok gadis turun ke lantai satu ke tempat Joongki dan adik-adiknya berkumpul itu.
Betapa terkejutnya mereka bertiga setelah melihat gadis itu, itu sama sekali bukan seperti gadis yang mereka tamui tadi. Dia berubah, banyak sekali.
“Lee Jieun?” gumam Joongki.
“Benar, aku juga sangat terkejut dengan ini.” Kata Ilwoo.
Sedangkan Baekhyun diam saja, dia tak tahu harus berbuat apa. Dia membeku seketika setelah melihat penampilan baru Jieun. Mereka telah melakukan berbagai hal sehingga Jieun begitu terlihat cantik, tidak seperti sebelumnya.
To be continued….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar