Kali ini Baekhyun
menemukan Eunji yang tidur di tangga gedung flat mereka saat Baekhyun pulang
dari toko untuk membeli ramen karena ia lapar di tengah malam, untung saja ia
masih menemukan toko yang masih buka di jam ini.
Baekhyun sudah hampir meninggalkan
Eunji jika ia tak melihat Eunji sama sekali tak memakai selimutnya dan dia
bahkan sedang tak memakai jaket atau pakaian hangat apapun, dia hanya memakai
baju tidurnya.
Baekhyun mengguncang tubuh Eunji
pelan seperti yang ia lakukan saat pertama kali bertemu Eunji. Namun Eunji
hanya mengerang, terdengar kesakitan dan Baekhyun bisa melihat alis Eunji
mengerut.
"Ya! Jung Eunji! Bangun! Kau
kenapa?" Baekhyun mengguncangnya lagi namun kali ini ia tak sengaja
menyentuh tangan Eunji yang dengan mengejutkan sangat panas. Baekhyun segera
menyentuh dahi gadis itu, dan panasnya memang cukup tinggi. Baekhyun mencoba
membangunkannya lagi tapi Eunji hanya merintih kesakitan. Baekhyun tak membuang
waktu lagi dan langsung membawa tubuh itu ke dalam flatnya yang terbuka lebar.
Baekhyun merebahkan Eunji di atas
tempat tidurnya. Ia segera memakaikan Eunji jaket dan apapun yang bisa
membuatnya hangat. Jelas gadis itu sangat kedinginan. Entah sudah berapa lama
dia tidur di luar.
Setengah jam kemudian Eunji
terbangun. Baekhyun sudah mengompresnya dan memberinya obat yang untungnya
Eunji punya.
Baekhyun tahu Eunji merasa serba
salah sekarang, tapi Baekhyun sama sekali tak mempedulikan itu.
"Mian aku merepotkan."
kata Eunji akhirnya.
"Ya, kebiasaanmu jalan dalam
tidur sudah sangat merepotkan. Tak bisakah itu diobati?"
"Harusnya kau biarkan saja tadi
aku."
"Lalu membiarkanmu mati
kedinginan di luar?" Baekhyun tersenyum kecut.
Eunji menunduk, "Mian, aku
menyuruhmu menjauhiku, tapi selalu saja ada hal seperti ini."
"Jadi, kau menyerah?"
tanya Baekhyun santai. "Kau sudah siap menceritakan semuanya?"
Eunji menatapnya lalu menghela nafas
berat, Baekhyun hampir yakin gadis ini sudah menyerah, "Dokter bilang
gangguan tidurku ini bukan bawaan lahir, ini terjadi sejak aku kehilangan orang
tuaku."
"Bagaimana bisa seperti
itu?" tanya Baekhyun tanpa pikir panjang, dia menyesal melihat senyum
pahit di wajah Eunji.
"Aku hampir selalu mimpi buruk.
Sepertinya aku berusaha bangun dari mimpi buruk itu tetapi tubuhku terlalu
lelah, jadi aku tak sepenuhnya bangun dan berjalan dengan alam bawah
sadarku." jelas Eunji.
Sepertinya Baekhyun semakin yakin,
kabar yang ia dengar tentang Eunji sebelumnya tidaklah benar.
"Tidurlah, atau kau tak bisa
bekerja besok." kata Baekhyun akhirnya, "Dan berhentilah menyuruhku
menjauhimu."
"Tidak Baekhyun, lanjutkan apa
yang sudah kau lakukan. Bukankah itu lebih baik? Itu akan membantu hubunganmu
dengan Jieun lebih lancar." Sekilas Baekhyun melihat kepanikan di mata
Eunji. "Apa yang terjadi hari ini lupakan. Jika kau menemukanku tidur
dimanapun, abaikan saja."
"Jung Eunji.." Baekhyun
yang sudah beranjak saat ini duduk di samping Eunji lagi, "Aku tak bisa.
Sesombong apapun aku, aku tak bisa mengabaikanmu.
Siapa tahu aku bisa membantumu? membantu kalian?"
Akhirnya Eunji diam, Baekhyun yakin
dia memang dan Eunji menyerah. Gamenya sudah berakhir.
***
Mereka hidup seperti biasa, jika
tidak butuh, mereka tidak bicara satu sama lain, jika mereka butuh, mereka akan
bicara semau mereka. Baekhyun lebih senang seperti ini dan kenyataan yang
Baekhyun terima adalah, Eunji adalah gadis yang menyenangkan. Dia lebih
menyenangkan saat bebas tertawa di hadapan Baekhyun atau tertawa karena
Baekhyun. Lagipula mereka punya banyak kesamaan. Mereka sering bekerja sama
beragumen dengan Kyungsoo dan menertawakan Kyungsoo bersama. Entah Eunji sudah
menganggap Baekhyun sebagai teman atau belum.
Tapi Baekhyun tahu, masih ada keseganan
dalam diri Eunji dan Baekhyun yakin Eunji masih memikirkan tentang dirinya yang
harus menjauhi Baekhyun.
"Hei Baek, kau dengar
kami?" Baekhyun tenggelam dalam pemikirannya sendiri hingga dia hampir
lupa Tao dan Kris sedang mengunjunginya lagi. Baekhyun langsung mengangkat
alisnya dan membuka matanya lebar, menunjukkan ia masih sadar dan siap
mendengar pertanyaan mereka lagi.
"Apa Appamu tak mengijinkanmu
pulang liburan musim dingin ini?" tanya Tao.
"Selain Appa takkan
mengijinkanku pulang, aku juga memang tak ingin pulang, dalam waktu dekat
ini terutama. Lihatlah, aku bukan
pengangguran." jelas Baekhyun santai.
Kris dan Tao saling menatap lalu
tertawa, Baekhyun tak menangkap maksud mereka.
"Sungguh Baek, kau sudah
berubah sekarang. Kurasa Appamu berhasil." jelas Kris.
"Ya?" Baekhyun takut salah
dengar. Dia berubah? Itu hal yang paling sulit kan? Dia bahkan tak pernah
membayangkan ia bisa berubah seperti yang ayahnya inginkan. Baekhyun segera
berpikir apa yang berubah darinya.
"Kau tak bersikap sesombong
dulu. Dan hei lihat! Kau bahkan menikmati pekerjaanmu di sini. Kau bahkan tak
ingin pulang." Kris meneruskan. "Dan dari cerita yang kau bicarakan
tadi, aku benar-benar heran."
"Wae?" Baekhyun berpikir
apa maksud Kris. Dia hanya menceritakan tentang Jieun dan Eunji yang
akhir-akhir ini memenuhi hidupnya.
"Sejak kapan seorang Byun
Baekhyun mempedulikan seorang gadis sedalam itu. Dan aku curiga Baek, gadis
yang kau sukai itu Eunji, bukan Jieun." Kris mengakhiri penjelasannya
dengan senyumnya.
Baekhyun tertawa, pernyataan
temannya barusan benar-benar konyol.
"Ya aku juga berpikir seperti
itu." tambah Tao. "Kau bilang kau menyukai gadis yang bernama Jieun
itu, tetapi kenapa kau terlihat lebih semangat saat menceritakan Eunji?"
Tao melirik Eunji yang sedang melayani pengunjung lain, Baekhyun harap tak ada
yang mendengar pembicaraannya ini.
"Kalian sudah gila. Kalian
bahkan tahu seperti apa tipeku, Lee Jieun lebih masuk kriteriaku sejak awal.
Mereka bahkan tidak bisa dibandingkan." jelas Baekhyun. Tao dan Kris malah
bertukar tawa lagi.
"Baek, sudah berapa lama kita
berteman? Kami benar-benar mengenalmu."
Perkataan mereka terus terngiang di
otak Baekhyun setelah mereka pergi. Dan Baekhyun masih tak habis pikir,
bagaimana mereka bisa berpikirkan sekonyol itu, lagipula sejak kapan Baekhyun
percaya 100% dengan mereka berdua? Jadi sebaiknya saat ini dia juga
mengabaikannya, seperti yang biasa terjadi dulu.
***
"Oh! Baekhyun?" Jongdae
terkejut melihat Baekhyun yang sedang mencatat pesanannya. Baekhyun menyesal,
benar-benar menyesal mengapa dia tidak melihat dulu siapa pengunjung yang akan
dilayaninya.
Mata Chanyeol melebar senang,
"Jadi di sini kau kerja paruh waktu?" Chanyeol dan Jongdae bertukar
pandang senang. Dan Baekhyun lebih menyesal lagi saat Eunji keluar untuk
membersihkan meja yang baru saja ditinggalkan pelanggan.
Chanyeol dan Jongdae bertukar
pandang lagi, kali ini mereka terkejut dan Baekhyun tak tahu harus berkata apa.
Eunji melihat mereka berdua lalu
melihat Baekhyun. Eunji memang tak terlalu kenal dengan mereka berdua, jadi dia
hanya melakukan hal itu dan pergi begitu saja.
"Sejak kapan kau satu tempat
kerja dengannya?" bisik Jongdae. "Lalu apa hubunganmu dengan Jieun
baik-baik saja?"
"Baek ini masalah serius kenapa
kau diam saja dan tak cerita pada kami?" tanya Chanyeol dengan wajahnya
yang serius, tapi entah kenapa itu tetap tak terlihat seperti wajah yang bahkan
sedang berpikir.
Baekhyun hanya bisa berharap mereka
juga tidak akan tahu soal dia dan Eunji bertetangga. Tapi itu semua kandas saat
mereka berdua tak kunjung pulang hingga restoran tutup dan Kyungsoo bicara
dengan kerasnya, "Apa kau mau pulang bersama Eunji lagi malam ini?"
Baekhyun membeku jelas dia takkan
menjawabnya. Eunji tak begitu merespon ia sedang sibuk menali tali sepatunya
yang lepas. Chanyeol dan Jongdae langsung bertukar pandang kaget. Sedangkan
Kyungsoo malah menanyainya lagi, "Kenapa ada yang salah dengan hal itu?
Kalian tidak lupa kalian bertetangga kan?"
Baekhyun tahu Chanyeol dan Jongdae
sedang berusaha untuk tidak menjerit histeris. Lalu Kyungsoo menjelaskan,
"Aku hanya ingin tahu, kalau kalian tidak pulang bersama, berarti hari ini
aku bisa mengajak Eunji pergi."
Baekhyun tersenyum, kali ini dia
yakin Kyungsoo menyukai Eunji, dan dia bukan lelaki pengecut.
"Kau mau mengajakku
pergi?" tanya Eunji.
Kyungsoo mengangguk santai,
"Bukankah kau bilang kau butuh buku yang aku bilang waktu itu?" lalu
ia melihat jam tangannya, "Selagi tokonya belum tutup, kau bisa membelinya
disana. Aku akan mengantarmu."
Baekhyun berpikir apa dia salah
paham soal perasaan Kyungsoo? Kyungsoo terlihat santai dan lebih terlihat
seperti kakak Eunji. Dan Baekhyun hampir lupa dengan dua idiot tadi. Mereka
sekarang saling berbisik satu sama lain.
"Jadi?" tanya Baekhyun,
dia memutuskan untuk mengabaikan Chanyeol dan Jongdae.
"Baiklah, kita ke toko buku itu
sekarang." kata Eunji.
Entah kenapa ada sesuatu yang
mengganjal hati Baekhyun.
"A..kami... Pulang dulu
Baek." kata Jongdae akhirnya.
"Seringlah berkunjung,
sepertinya Baekhyun tidak kesepian lagi saat ada kalian." kata Kyungsoo
dengan ramahnya. "Sepertinya saat ini dia sedang dalam keadaan
buruk."
"Ya?" Chanyeol dan Jongdae
kompak bertanya.
"Benarkan Baekhyun?"
Kyungsoo tersenyum penuh arti. "Akhir-akhir ini aku lihat kau sudah tidak
sibuk dengan ponselmu?"
Chanyeol dan Jongdae jelas
bertanya-tanya karena mereka tak mengerti sama sekali. Namun satu hal yang
Baekhyun juga baru sadari, Jieun memang sudah beberapa hari ini tak berhubungan
denganya, entah itu mengirim pesan atau menelepon Baekhyun sebelum tidur
seperti sebelumnya, Jieun memang tak melakukannya. Dan Baekhyun tak merasa
kecewa seperti yang seharusnya ia lakukan jika ia benar-benar sedang menyukai
Jieun. Ia malah baru sadar tentang hal itu. Jieun menghindarinya, entah karena
alasan apa, tapi Baekhyun malah tak begitu memikirkannya. Lagi-lagi perkataan
Kris dan Tao waktu itu menamparnya.
***
Suho datang bersama Jieun ke
restoran tempat Baekhyun bekerja. Itu sangat mengejutkan tentunya. Baekhyun tak
bisa mengalihkan perhatiannya pada Eunji yang jelas terganggu kerjanya
sekarang. Jieun dan Suho tersenyum pada Eunji saat mereka bertemu, seperti tak
ada apa-apa. Situasi macam apa ini sebenarnya? Jika kabar itu benar, jelas
tidak akan seperti ini situasinya.
"A..anyeong Baekhyun." ada
sesuatu di senyum Jieun, itu bukan senyum yang biasanya. "Aku.. Aku ingin
bicara pada Eunji. Kau bisa berkenalan dengan Suho oppa kalau kau mau."
lalu Jieun menemui Eunji dibelakang setelah meminta izin.
Baekhyun tak tahu harus merespon
seperti apa, ia hanya diam lalu melihat Suho yang melemparkan senyumnya. Dan
akhirnya mereka berbincang.
"Jieun sudah banyak
menceritakanmu." katanya. Lelaki ini, bagaimanapun memberi rasa nyaman dan
tenang untuk sekitarnya. Pantas jika lelaki ini menjadi penyebab putusnya
persahabatan dua gadis itu. Tapi Baekhyun tetap menyayangkannya.
"Aku juga sudah dengar tentang
sunbae, walau aku belum tahu itu benar atau tidak."
"Kenapa begitu?"
"Awalnya aku mempercayai semua
itu. Tapi sampai hari ini semua itu rasanya tak pantas untuk dipercaya."
jelas Baekhyun.
Suho tersenyum lagi. "Apa yang
kau maksud antara aku, Jieun dan Eunji?"
Baekhyun mengangguk.
"Itu hakmu mau percaya atau
tidak, tapi sepertinya kau sudah mulai menganggantikan posisiku, kau harus tahu
yang sebenarnya.”
Baekhyun berusaha menyerap semuanya,
semua yang dikatakan Suho padanya. “Pada Awalnya aku sudah menyukai Eunji terlebih dulu. Sebelum dua gadis
itu bahkan mengenalku, aku sudah meperhatikan Eunji, aku sudah menyukainya
sejak pertama ia melangkahkan kakinya di sekolah. Dan saat itu aku tak tahu apa
yang terjadi, aku tak mengerti Jieun juga menyukaiku meskipun ternyata Eunji
lebih dulu menyukaiku daripada dia. Dan semuanya mulai rumit. Awalnya aku heran
kenapa Eunji selalu mendorongku pada Jieun, menggantikan semua waktu yang
harusnya aku habiskan bersamanya menjadi bersama Jieun. Aku terlalu bodoh untuk
menyadari, bahwa Jieun juga menyukaiku tetapi Eunji menyembunyikan perasaannya
untukku. Semua orang menganggap kedekatanku dengan Jieun itu hubungan yang
spesial, mereka kira kami sudah jadian atau sejenisnya. Dan Jieun menyukai hal
itu, aku bisa sangat mengerti, dia pasti merasa sangat bahagia waktu itu,
hingga di hari Jieun benar-benar mengungkapkan perasaannya padaku, aku
menolaknya, dengan kasar, mungkin itu… tidak, aku yakin itu sangat melukainya. Aku bilang padanya dia jahat
memanfaat semua waktu yang seharusnya Eunji lalui denganku jadi ia rebut untuk
keperluannya sendiri. Aku yang menuduhnya mengkhianati sahabatnya sendiri. Aku
bilang padanya dengan keras, bahwa aku menyukai Eunji, bukan dia.”
Baekhyun seakan menahan nafasnya
mendengar ini semua.
“Tak aku sangka reaksi Jieun saat itu malah balik menyerang Eunji, dia
bilang Eunji yang mengkhianatinya karena tak mengatakan apa-apa padanya. Jieun
marah kenapa semuanya harus sekejam itu padanya, kenapa semua yang Jieun
inginkan harus direbut Eunji? Di situ aku terkejut, jujur saja saat itu aku
belum terlalu mengenal mereka dan latar belakang mereka. Alasan kenapa Jieun
semarah itu pada Eunji aku sama sekali tak tahu. Lalu yang Eunji lakukan hanya
diam, dia selalu diam di saat seperti itu. Aku ingat aku hampir menampar Jieun
waktu itu karena aku merasa kesal dia melakukan itu semua pada gadis yang aku
sukai. Saat itu lalu aku pergi meninggalkan Jieun dengan membawa Eunji pergi.
Saat itulah semua orang menganggap Eunji yang merebutku dari Jieun. Karena
sejak dulu Jieun selalu yang lebih menonjol dari mereka berdua, Jieun terkenal
lebih cantik, pintar dan punya latar belakang keluarga yang lebih baik. Itu yang
mereka tahu, hingga aku tahu sendiri bagaimana kematian orang tua Eunji yang
sebenarnya. Kecelakaan mereka direkayasa. Oleh orang kepercayaan mereka sendiri
demi merebut perusahaan sukses mereka.Dan orang yang melakukan itu adalah orang
tua Jieun sendiri. Ya itulah bagaimana mereka berdua bisa bersahabat sejak
kecil dan bagaimana Jieun selalu merasa iri pada Eunji. Sejak aku tahu
semuanya, sejak itu aku sempat membenci Jieun sepenuh hatiku, saat itulah
persahabatan mereka benar-benar putus karena Jieun semakin marah pada Eunji dan
hasilnya Eunji malah menghindariku. Dan sekarang aku berbalik menjadi seseorang
yang ingin selalu mendampingi Jieun, gadis yang begitu rapuh itu, semua rasa
benciku padanya menjadi rasa kasihan yang teramat sangat, hingga saat ini aku
menjadi teman yang selalu mendengarkannya, menerima semua keluhannya. Entah
kenapa aku jadi ingin menjadi seseorang yang merubah Lee Jieun menjadi gadis
yang lebih baik dan keluar dari kebiasaan hidupnya itu.”
Baekhyun tak bisa bicara. Dia tak bisa
percaya dengan apa yang dia dengar. Lee Jieun, gadis itu, Baekhyun tak bisa
percaya dia hidup dengan cara seperti itu.
“Aku harap kau tak melakukan kesalahan yang sama sepertiku dan membenci
Jieun dan membuat hubungan mereka yang sudah hancur menjadi lebih parah.” Suho mengakhiri
perkataannya.
***
“Wae?” Saat Baekhyun
menghampiri mereka Jieun sudah menangis dan meminta jawaban dari Eunji di
hadapannya. “Kenapa harus selalu
seperti ini? Kenapa kau rebut semua yang aku inginkan?”
“Ani.” Di luar dugaan Baekhyun,
Eunji menjawab, “Bukan aku yang merebut semuanya tapi sebaliknya. Dan semua itu sudah
cukup aku tak bisa mengalah kali ini. Jadi berhentilah, berhentilah!” Eunji menahan tangisnya.
Dan Baekhyun tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan saat ini. Baekhyun dan
Suho mendengarkan mereka dalam diam, tapi mereka tetap khawatir hubungan dua
gadis di hadapan mereka akan semakin buruk.
“Aku mencintainya. Aku terlalu menyukainya untuk membiarkanmu
memilikinya. Bukankah aku dulu yang menyukainya?” Jieun terus menangis.
Eunji tersenyum pahit, “Jadi anggap saja kali ini
aku yang merebutnya darimu. Apa kau suka?”
“Kau! Aku… Aku…” Lalu Jieun
berteriak frustasi.
Suho segera meraihnya, berusaha
menenangkannya.
Baekhyun meminta izin pada bos
mereka agar ia bisa mengantarkan Eunji pulang terlebih dahulu. Dia mengarang
tentang Eunji yang tiba-tiba sakit, meninggalkan restoran dengan tergesa-gesa
dan meninggalkan Kyungsoo dengan wajah bingungnya. Dia mengikuti Eunji yang
masih dengan seragamnya berhenti di taman favoritnya.
Eunji masih menahan tangisnya. Dia
berusaha mengabaikan keberadaan Baekhyun yang berdiri dahapannya. Ia terduduk
di kursi taman itu dengan pandangan kosong, namun Baekhyun tahu otaknya sedang
memikirkan berbagai hal rumit.
Baekhyun memang hanya diam, tapi dia
agak terkejut saat Eunji bicara, “Jika kau kesini hanya untuk menasehatiku, merasa kasihan padaku atau
ingin memarahiku, pergilah.”
Tadinya Baekhyun jelas ingin
melakukan salah satu dari itu, tapi sekarang tidak lagi, dia mengerti apa yang
dirasakan Eunji. “Ani, aku hanya ingin menemanimu disini.”
Eunji mendongak menatapnya, Baekhyun
bisa melihat matanya berkaca-kaca, “Tak apa jika kau menangis.”
Eunji segera menunduk lagi, “Aku… Aku merasa gagal. Sebagai
sahabat aku merasa gagal. Aku tahu bagaimana Jieun dibesarkan. Aku tahu
bagaimana hingga Jieun bisa tumbuh menjadi gadis yang seperti itu, dan aku
gagal menyelamatkan sahabatku dari semua keburukan itu. Ya semua orang akan
tetap menyalahkanku kan pada akhirnya? Semua orang tetap akan melakukan itu.
Aku yakin.”
Baekhyun meletakkan tangan kanannya
di pundak Eunji.
“Lalu bagaimana denganku? Apa mereka pikir hidup seperti ini itu
menyenangkan? Mereka talk tahu berapa kali sudah aku berniat membalas dendam
atas kematian orang tuaku? Mereka tak tahu aku belum cukup kuat untuk hidup
sendiri seperti ini! Mereka tak tahu yang sebenarnya tapi mereka semua
memojokkanku! Lalu bagaimana denganku?” Air mata Eunji tak bisa di bendung lagi, tubuhnya bergetar hebat.
Baekhyun memeluknya. Dia tahu dia tak mempunyai kata yang bisa ia ucapkan, dia
hanya diam disana dengan posisi yang sama. “Aku hanya menginginkan satu hal saja. Hanya ini saja? Tak bisakah aku
mendapatkan lelaki yang aku sukai sekali saja?”
Baekhyun mempererat pelukannya.
***
Jieun berakhir di tempat
rehabilitasinya, Baekhyun dengar dari Suho bahwa seharusnya Jieun sudah lama
harusnya berhubungan dengan psikiater, dan sejak malam itu kondisi psikis Jieun
sudah sampai pada puncaknya dan memang sudah harus ditolong. Suho terus menjaga
Jieun karena orang tuanya pun terlalu sibuk mempertahankan perusahaan mereka
saat ini.
“Psikiaternya bilang lebih baik dia tidak bertemu dengan orang-orang yang
mempengaruhi keadaan psikisnya dulu. Jadi untuk sekarang ini kalian belum bisa
bertemu Jieun.” Suho menjelaskan
pada Eunji dan Baekhyun saat pertama kali mereka ingin menjenguk Jieun. “Itu akan membuatnya tidak
tenang lagi. Terutama jika dia bertemu kalian berdua bersama, dia pasti akan
marah dan sedih di waktu bersamaan. Aku harap kalian mengerti keadaanya yang
sekarang makin rapuh itu.”
Baekhyun mengajak Eunji yang sejak
mereka berangkat selalu diam ke taman favorit mereka. “Apa kau merasa bersalah?”
“Sangat. Setelah mengetahui isi hatimu, aku lebih merasa bersalah. Aku
kira aku akan merasa puas membuatnya merasakan hal yang lebih buruk dariku,
tapi aku malah berakhir seperti ini.” Jelas Eunji yang akhirnya bicara.
“Begitulah manusia.” Jawab Baekhyun. “Kau kira aku juga tak merasa bersalah karena hatiku ini?”
“Siapa yang menyuruhmu merubah haluan hatimu secepat itu? Bagaimana kau
melakukan itu? Aku sudah pernah bilang padamu, jika kau menyukai Jieun maka
cintai dia sepenuh hatimu. Dan seharusnya kau menurut saat kusuruh menjauhiku.” Eunji sama sekali tak
menatap Baekhyun namun hanya menatap salju-salju yang menumpuk di bawah
pohon-pohon di taman itu.
“Hati manusia bukan mesin yang bisa diatur sesuai keinginan penggunanya.” Baekhyun tersenyum, “Tapi, kau menyuruhku
menjauhimu, apa saat itu kau mulai menyukaiku? Karena itu kau berusaha
menghindar dan melupakan perasaan itu?” goda Baekhyun.
“Diamlah!” Eunji mengacak rambutnya kesal.
Tiba-tiba Eunji merasakan baekhyun
memeluknya dari belakang membuatnya terkejut, “Mian. Aku pernah menganggapmu gadis yang tidak baik. Kau gadis yang
baik, lihatlah betapa khawatirnya ia melihat sahabatnya seperti itu.” Baekhyun menyandarkan
dagunya di bahu Eunji. Eunji masih membeku.”Tenanglah, aku yakin Jieun akan baik-baik saja. Itu hanya perlu waktu.
Suho hyung, aku dan terutama kau takkan tinggal diam kan?”
“Sejak kapan kau sedewasa ini?” tanya Eunji tiba-tiba ia melepaskan diri dari pelukan Baekhyun. “Kemana Byun Baekhyun yang
kesal karena tak bisa memasak nasi?”
Baekhyun tertawa, “Aku sudah tumbuh. Kau tahu,
pengalaman hidup benar-benar guru yang baik.”
“Bagaimana aku bisa menyukai orang sepertimu?” tanya Eunji tak habis pikir.
“Kau kira mudah mendapatkanku? Asal kau tahu banyak adik kelas kita yang
mengantri untukku.”
Eunji mendengus mengejek. Lalu yang
ia terima malah ciuman dari Baekhyun.
“Kau tahu?” tanya Baekhyun, Eunji masih membeku. “Aku rasa setelah bertetangga denganmu, aku bisa mengerti jalan pikiran
Appaku.” Baekhyun lalu
tertawa sambil mengacak rambut Eunji yang masih terbelalak karena
keterkejutannya barusan.
THE END
oooohh begitu akhirnya.... HAHAHAHAHA
BalasHapussayang sekali,, aku berharap ending e karo Jieun.. huhhuhuhu...
rumit ceritoe JiEunji iku,, saaken jieun yo...
Aku suka banget baca ff yang pairing baekhyun eunji thanks thor
BalasHapussama2. makasih udah mampir dan baca^^
Hapusmy baekU feels
BalasHapushancur T_T
waeyo?
hehe sekali2 IU yg punya karakter gitu gapapakan? XD
Hapushello~ new reader here~
BalasHapusyeaaaaay nemu ff baekji lainnya~ makasih thor udah buat ff baekji :)))))
serius ini rame bangettt. jarang jarang eunji pendiem dan baekhyun ga ngetroll/?
dan ceritanya rada gak ketebak kereen kereen :)))
sering sering buat ff baekji ya thor ^^v
Keren thor,, keen bingit.. hahaha
BalasHapusawal"nya takut baek ama ji eun,, untung ama eunji,, terdoronglah jiwa baekji shipper ku,, hehe suka ama baek eunji.. kekeke
saya tunggu baekji nya lagi thor,, fighting!!