Halaman

Sabtu, 01 Oktober 2011

[FANFIC] I Dont Wanna Love (part 1)

CAST:
KANG JIYOUNG
GONG CHANSIK
PARK JIYEON
LEE TAEMIN


Cahaya matahari menembus jendela kelas dengan sempurna, membuat beberapa siswa mengalihfungsikan buku-bukunya sebagai kipas. Diantaranya sibuk memerangi panasnya cuaca agar tetap berkonsentrasi pada pelajaran mereka. Sisanya lebih memilih membiarkan tubuhnya kepanasan dengan tertidur. Ini adalah awal musim panas yang cukup berat bagi siswa-siswa tahun terakhir di sekolah menengah atas Paran ini. Mereka harus menerima keputusan kepala sekolah yang mengadakan jam khusus musim panas untuk membekali mereka sebelum ujian kelulusan.
Perlahan-lahan seorang gadis bernama Kang Jiyoung memejamkan matanya. Sebenarnya ia tak menginginkan hal itu, harusnya dia mendengarkan dan mengerti semua penjelasan gurunya. Namun keadaan ini benar-benar menyiksanya, membuatnya tak bisa berkonsentrasi.
Tiba-tiba sebuah adegan membuat kantuknya hilang seketika.
"Because the tense is past continues tense." seorang lelaki yang duduk di kiri depan bangku Jiyoung menjawab pertanyaan yang baru saja diberikan oleh guru mereka.
"Correct. Kau selalu melakukan yang terbaik Gong Chansik."
Gongchan melemparkan senyum manis mematikannya begitu saja. Sedangkan seorang gadis manis yang duduk di depan bangku Jiyoung, dengan semangat mengumbar senyumnya untuk Gongchan, terlihat sangat bangga pada kekasihnya itu. Gongchan membalas senyum itu dengan penuh kasih sayang, bersyukur karena memiliki kekasih yang selalu menyemangatinya.
Jiyoung dengan cepat memalingkan wajahnya dari pemandangan itu. Lagi-lagi dia merasakan hal itu hingga harus segera memeranginya.
"Kang Jiyoung! Jawab soal nomor 9!" kata guru mereka tiba-tiba, membuat Jiyoung terperanjat. Dia langsung gelagapan, dia sudah yakin dia tak bisa menjawabnya.
"Jwesonghamnida Lee songsaenim," Jiyoung menunduk lemah sambil menggeleng tanda menyerah.
semua siswa menertawainya, membuat Jiyoung makin merasa tepuruk. Jiyoung sempat melihat bahwa Gongchan juga menertawainya. Itu membuatnya segera memalingkan wajahnya lagi.
***

[FANFIC] Real Love Story VS Drama Love Story (last part)



“Kematian Eommamu, Kematian Appa Yunjoo dan hilangnya Sopir kesayanganmu 10 tahun lalu, semua ada alasannya. Dan semua berhubungan. Kuncinya adalah Appamu.” Ryuna berusaha menguatkan dirinya agar tak menangis, dia tahu ini adalah sesuatu yang akan membuat dia dan Joohwan semakin jauh, namun dia tak tahan lagi melihat penderitaan Joohwan dan Yunjoo yang seperti itu.
            “Mwo?”
            “Jadi lebih baik kita hentikan pertunangan kita sampai disini. Aku tak ingin membuat keluargaku terlibat terlalu jauh.” Jelas Ryuna.
            “Sebenarnya apa yang kau maksudkan?”
            “Pak Han, Sopir kesayanganmu. Aku bisa membawanya padamu. Dia bisa memberitahumu semuanya.” Akhirnya Ryuna dengan berat hati menelepon orang tadi dan menyuruhnya membawa Pak Han ke hotel yang ia tunjuk.
            Joohwan pun menuruti permintaan Ryuna untuk mengantarkannya ke sebuah hotel di Seoul. Joohwan benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi.
            Setelah sampai disana, “Gomawo, kau sudah mau mengantarkanku kembali ke Seoul. Pak Han ada didalam, dia akan dengan senang hati menceritakan semuanya padamu.” Ryuna pun pergi dari sana. Dia menangis habis-habisan. Ini adalah akhir dari kisah cintanya. Dia percaya, dia harus melakukan sesuatu diakhir untuk membahagiakan orang yang ia cintai meski menyakitkan untuknya.
            “Cut!!”
            Jiyoung masih menangis seperti biasa. Gongchan melihatnya dari jauh, kali ini dia tak sampai hati menghampirinya dan menenangkannya.
            Seungri sudah akan menghampirinya, namun Seungri dan Gongchan dibuat kaget karena Jiyeon yang sudah lebih dulu menghampiri Jiyoung. Seungri dan Gongchan sungguh berdebar, mereka takut akan terjadi sesuatu pada Jiyoung.
            “Pakai ini.” Jiyeon mengulurkan sebuah tisu pada Jiyoung. Membuat Jiyoung sangat terkejut.
            “Sunbae?”
       &nbsp:    “Sudah pakai saja.” Jiyeon mengatakannya tanpa tersenyum, pertanda hatinya belum bisa memaafkan sepenuhnya.
            “go..gomawo..” jawab Jiyoung.
            Seungri dan Gongchan merasa lega melihatnya.
***

[FANFIC] Real Love Story VS Drama Love Story (part 3)



Tiba-tiba manajernya menghampirinya dengan membawa majalah dengan artikel utama Seungri dan Jiyoung berkencan. “Hei, kau tahu ini? Ini pasti semalam. hahaha Tapi kemana Jiyeon? Apa mereka berdua memang berkencan?”
            Gongchan terkejut, mendadak ia merasa kecewa, dia sendiri tak tahu mengapa ia begitu tak suka melihat artikel itu.
            Karena tak bertemu Jiyoung, Gongchan memutuskan untuk pulang dan lebih memilih untuk memikirkan masalah appanya.
            Saat malam sudah mulai larut, dengan panik Jiyoung menelepon Seungri, “Sunbae. Mianhae.. apa aku mengganggumu?”
            “Ah Jiyoung-ah. Waeyo? Ohya, tasmu sudah dikembalikan?”
            “Itulah sebabnya aku menelepon sunbae. Aku baru ingat tentang ponsel dan dompetku tadi. Saat aku kembali ke lokasi syuting, kau sudah pergi. Diamana tasku sekarang?”

[FANFIC] Real Love Story VS Drama Love Story (part 2)



Joohwan berhasil meraih lengan Yunjoo lagi, namun tiba-tiba Ryuna juga membalik badannya dan langsung menciumnya.
            “Cut!” teriak sutradara. Jiyoung langsung melepaskan diri dari Gongchan. “Mengapa kau tersenyum?” sedangkan Gongchan masih tak bisa menahan dan menyembunyikan senyumannya.
            Jiyeon juga tersenyum melihatnya.
            Jiyoung menatap Gongchan, “Sunbae? Waegeurae?” Tanya Jiyoung, dia benar-benar tak mengerti apa yang sedang terjadi. Dia sebenarnya juga berusaha menutupi kegugupannya dan betapa malunya dia hingga wajahnya melebur merah.
            Gingchn tak berani menatap balik Jiyoung dia hanya terus berusaha meredakan senyumnya.
            “Baiklah, kita mulai lagi. And… Action!” kata San sutradara.
            Sekali lagi Jiyoung melayangkan ciumannya pada Gongchan. Gongchan berusaha dengan keras untuk tidak menyukainya lewat ekspresinya.

Rabu, 24 Agustus 2011

[FANFIC] Real Love Story VS Drama Love Story (part 1)




Di sebuah lokasi syuting sebuah drama terlihat semua kru sedang sangat sibuk mempersiapkan scene pertama mereka. Beberapa artis muda yang tergolong pendatang baru terlihat juga bersiap-siap. Diantaranya terlihat gugup dan cemas.
            Sang sutradara sudah meneriaki semua kru dan artis siap di tempat. Namun ada pemandangan tak mengenakkan dari seorang manajer artis yang sedang naik daun tapi selalu membuat masalah dengan keegoisannya.

Sabtu, 13 Agustus 2011

[FANFIC] My Old Love


Cast:
Iu
Jang Wooyoung
Park Jiyeon




Terpaku, benar-benar terpaku setelah melihat seorang lelaki yang sepertinya ia kenal. Iu mencoba dengan keras mengingat lelaki itu, namun setelah tak bisa mengingatnya, Iu segera berjalan melanjutkan langkahnya tadi begitu saja.
Dari kejauhan dia masih bisa mendengar sayup-sayup nama lelaki itu dipanggil oleh seorang gadis, “Wooyoung oppa!”
Iu sudah tak lagi menghiraukannya. Ia tetap berjalan menuju gerbang sekolahnya dan dengan segera menuju kelasnya untuk melanjutkan tidurnya.
..............

Kamis, 28 Juli 2011

[FANFIC] Only Look At You (Behind Story)





Seorang lelaki tersenyum-senyum sendiri saat mengetahui seorang gadis memandanginya dari kejauhan. Dia berusaha tak ketahuan saat gadis itu melihatnya.
“Apa dia menyukaiku?” pertanyaan itu muncul dalam benaknya.
Dia tak mempedulikan sekitarnya dan sibuk memperhatikan gadis yang sebenarnya cantik jika dia memperhatikan penampilannya itu. Tingkahnya benar-benar aneh, namun dia menyukai tingkah itu.
Hingga datang seorang gadis lain yang berusaha memergokinya dan menggodanya. Khawatir membuat gadis tadi malu di depan temannya, lelaki bernama Kim Hyunjoong ini menghindar. Hingga membuat gadis teman gadis tadi tak bisa menemukan apa yang sedang ia lihat tadi.
Hyunjoong hanya bisa tersenyum mengingat tingkah laku gadis yang tak ia ketahui namanya itu.
***

Senin, 16 Mei 2011

[LYRIC] Beast - Fiction Lyric






Hangul and romanization lyric:

아직 난 널 잊지 못하고 모든걸 다 믿지 못하고
이렇게 널 보내지 못하고 오늘도
ajik nan neol itji motago modeungeol da mitji motago
ireoke neol bonaeji motago oneuldo

다시 만들어볼게 우리 이야기 끝나지 않게 아주 기나긴
살갗을 파고 스며드는 상실감은 잠시 묻어둘게
새로 써 내려가 시작은 행복하게 웃고 있는 너와 나
네가 날 떠나지 못하게 배경은 출구가 없는 좁은 방 안
dasi mandeureobolge uri iyagi kkeutnaji anke aju ginagin
salgacheul pago seumyeodeuneun sangsilgameun jamsi mudeodulge
saero sseo naeryeoga sijageun haengbokhage utgo inneun neowa na
nega nal tteonaji motage baegyeongeun chulguga eomneun jobeun bang an

아무렇지 않게 네게 키스하고 달콤한 너의 곁을 떠나가질 못해
우린 끝이라는건 없어
amureochi anke nege kiseuhago dalkomhan neoui gyeoteul tteonagajil motae
urin kkeuchiraneungeon eobseo

이렇게 난 또 (Fiction in Fiction)
잊지 못하고 (Fiction in Fiction)
내 가슴 속에 끝나지 않을 이야길 쓰고 있어
널 붙잡을게 (Fiction in Fiction)
놓지 않을게 (Fiction in Fiction in Fiction)
끝나지 않은 너와 나의 이야기 속에서 오늘도 in Fiction
ireoke nan tto (Fiction in Fiction)
itji motago (Fiction in Fiction)
nae gaseum soge kkeutnaji anheul iyagil sseugo isseo
neol butjabeulge (Fiction in Fiction)
nochi anheulge (Fiction in Fiction in Fiction)
kkeutnaji anheun neowa naui iyagi sogeseo oneuldo in Fiction

지금 여긴 행복한 이야기들밖에 없어
너무 행복한 우리 둘만의 이야기가 이렇게 (현실과는 다르게)
써 있어 점점 채워지고 있어
jigeum yeogin haengbokhan iyagideulbakke eobseo
neomu haengbokhan uri dulmanui iyagiga ireoke (hyeonsilgwaneun dareuge)
sseo isseo jeomjeom chaewojigo isseo

너는 나에게로 달려와서 안기고
품 안에 안긴 너를 나는 절대 놓지 못해
우린 끝이라는건 없어
neoneun naegero dallyeowaseo angigo
pum ane angin neoreul naneun jeoldae nochi motae
urin kkeuchiraneungeon eobseo

이렇게 난 또 (Fiction in Fiction)
끊지 못하고 (Fiction in Fiction)
내 가슴 속에 끝나지 않을 이야길 쓰고 있어
널 붙잡을게 (Fiction in Fiction)
놓지 않을게 (Fiction in Fiction in Fiction)
끝나지 않은 너와 나의 이야기 속에서 오늘도 in Fiction
ireoke nan tto (Fiction in Fiction)
kkeunchi motago (Fiction in Fiction)
nae gaseum soge kkeutnaji anheul iyagil sseugo isseo
neol butjabeulge (Fiction in Fiction)
nochi anheulge (Fiction in Fiction in Fiction)
kkeutnaji anheun neowa naui iyagi sogeseo oneuldo in Fiction

다시 한 번 더 말하지만
지금 너는 내 옆에 있다고 그렇게 믿고 있어 난
(하지만 Fiction)
dasi han beon deo malhajiman
jigeum neoneun nae yeope itdago geureoke mitgo isseo nan
(hajiman Fiction)

난 목적을 잃어버린 작가 이 소설의
끝은 어떻게 마무리 지어야 해
사랑해 사랑해 사랑해 사랑해 사랑해 이 세 글자만
써 내려가 무뎌진 펜 눈물로 얼룩진 낡은 종이 위로
행복할 수도 슬플 수도 없어 이 이야기는
nan mokjeogeul irheobeorin jakga i soseorui
kkeuteun eotteoke mamuri jieoya hae
saranghae saranghae saranghae saranghae saranghae i se geuljaman
sseo naeryeoga mudyeojin pen nunmullo eollukjin nalgeun jongi wiro
haengbokhal sudo seulpeul sudo eobseo i iyagineun

지금 난 너무나도 행복한 생각에 이야기를 쓰지만
모든게 바람일 뿐이라고 여전히

jigeum nan neomunado haengbokhan saenggage iyagireul sseujiman
modeunge baramil ppunirago yeojeonhi

난 행복한걸 (Fiction in Fiction in Fiction)
우리 함께인걸 (Fiction in Fiction in Fiction)
이제 시작인걸 (Fiction in Fiction in Fiction)
끝은 없는걸 (Fiction in Fiction in Fiction)
nan haengbokhangeol (Fiction in Fiction in Fiction)
uri hamkkeingeol (Fiction in Fiction in Fiction)
ije sijagingeol (Fiction in Fiction in Fiction)
kkeuteun eomneungeol (Fiction in Fiction in Fiction)

Selasa, 10 Mei 2011

[FANFIC] Love Me Just Like You Did ( The sequel of “Destiny”)




      Aku selalu bahagia melihatnya tersenyum. Dia yang telah menyelamatkan hidupku. Dia yang telah begitu lama mencintaiku tanpa aku tau sedikitpun. Kini aku yang lebih mencintainya, meski aku tau dia sama sekali tak mengingatku sekarang. Aku akan membuka lembaran baru di hidupnya. Aku akan terus mencintainya seperti yang ia lakukan padaku sebelumnya.
***

    Donghae begitu senang melihat Gyuri tertawa lepas seperti sekarang ini. Apalagi karena dia Gyuri tertawa. Meski dia merasakan sakit di pantatnya akibat terpeleset dan jatuh.
    “ Ajushi…” Gyuri tertawa lepas sambil masih memegang mangkuk supnya, “ Pasti asyik sekali bisa jatuh sekeren itu. Hahahahaha!”
    Donghae tersenyum. Dia berdiri sambil terus menatap Gyuri.
    “ Sakit?” tanya Gyuri, dia masih terus tertawa.
    “ Sedikit.” Jawab Donghae, “ Tapi kau tau sendiri aku orang yang kuat.”
    “ Kau membuat perutku sakit karena menertawakanmu.” Kata Gyuri.
    Donghae tersenyum lagi lalu keluar dari ruang tempat Gyuri di rawat di rumah sakit besar itu. Donghae baru akan membuang sampah plastic yang digenggamnya saat dokter baru Gyuri menghampirinya.
    “ Bagaimana menurutmu keadaan Gyuri?” tanya Dokter Hangeng.
    “ Aku rasa dia semakin membaik. Pusingnya sudah sedikit berkurang aku rasa.” Jawab Donghae datar.
    “ Baiklah. Aku akan memeriksanya.” Kata Dokter hangeng lalu masuk ke dalam ruang Gyuri.
    Donghae merasakan sedikit kejengkelan dengan kedatangan Dokter baru Gyuri itu. Donghae merasa Gyuri terlalu dekat dengan Dokter itu. Dia benar-benar tak menyukainya.
***

    Pagi ini Seungyeon datang bersama Eunhyuk seperti biasa. Mereka tak pernah absen untuk datang menjenguk Gyuri walau hanya sebentar.
    “ Gyuri anyeong!” sapa Eunhyuk dengan keceriaannya yang biasa.
    “ Anyeong!” balas Gyuri dengan gembira. Ia merasa senang orang-orang yang disebut temannya datang menemuinya, meskipun dia sama sekali tak ingat siapa sebenarnya mereka.
    “ Bagaimana perasaanmu hari ini?” tanya Seungyeon.
    “ Baik.” Jawab Gyuri singkat.
    “ Donghae oppa merawatmu dengan baik kalau begitu.” Lanjut Seungyeon.
    “ Ajushi maksudmu?” tanya Gyuri.
    “ Ya! Sampai kapan kau panggil aku ajushi?” tanya Donghae yang baru masuk ke ruangan Gyuri.
    Eunhyuk tertawa mendengarnya, ia sadar ini karena ulahnya.
    “ Eunhyuk-ah! Kau benar-benar gila! Berani-beraninya kau memanfaatkan ingatan Gyuri yang sedang tak stabil?” Donghae tak terima.
    “ Mianhae Donghae-ah… tapi bukankah itu menyenangkan?” kata Eunhyuk menahan tawa.
    “ Tapi kau benar seorang ajushi kan?” tanya Gyuri pada Donghae. “ Eunhyuk oppa benar kan?”
    “ Aniyo! tentu saja tidak! Sudah kubilang berapa kali? Aku ini kekasihmu!” balas Donghae.
    “ apa karena alas an itu kau menciumku waktu itu?” tanya Gyuri.
    “ Mwo? Kau sudah menciumnya?” tanya Eunhyuk pada Donghae yang mendadak salah tingkah.
    “ Ne. weyo? Aku memang kekasihnya kan?” bela Donghae.
    “ Sudahlah ajushi… jangan memaksakan kenyataan. Jika kau bukan kekasihku, mengaku saja…” kata Gyuri.
    Seungyeon hanya bisa tertawa melihat semua kejadian ini. “ Kalian benar-benar gila meributkan hal seperti itu.”
    “ Gyrui-ah…” sahut Donghae, “ Sungguh, aku kekasihmu.”
    “ Ne, terserahlah.” Kata Gyuri menganggapnya angin lalu.
    “ Dasar Eunhyuk gila!” teriak Donghae.
    Eunhyuk hanya bisa melanjutkan tawanya.
***

    Sekali lagi Donghae melihat sesuatu yang tak ingin dilihatnya. Pemandangan Gyuri tertawa bahagia bukan karenanya melainkan karena dokter Hangeng, membuatnya bersedih.
    “ Gyuri-ah! Banyak-banyaklah makan, apa kau kira dengan banyak melamun bisa membuatmu cepat sembuh?” tanya Dokter Hangeng.
    Gyuri tertawa, “ Ne, aku rasa melamun bisa membawa banyak kebaikan.”
    “ Itu benar-benar pemikiran yang gila kalau begitu.” Sahut Hangeng.
    “ Aku gila?” tanya Gyuri heran, dia masih tertawa.
    Tiba-tiba Hangeng menyentuh dahi Gyuri sambil berpikir dengan wajah serius. “ Ne, panasmu berlebihan. Kau gila.”
    Tawa Gyuri makin meledak setelah mendengar perkataan Hangeng.
    “ Dokter! Kau lebih terlihat seperti pelawak.”  Sanggah Gyuri.
    “ Tertawalah sepuasmu kalau begitu.” Balas Hangeng sambil tersenyum.
    Donghae menghindari pemandangan ini. Dia berjalan tak tentu arah sambil berkata pada dirinya sendiri, “ Aku rasa aku tau bagaimana perasaanmu selama ini Gyuri. Sebegini sakitnyakah yang kau rasakan saat kau melihatku bersama gadis lain? Harusnya aku mengenalmu sejak dulu.”
***

    “ Gyuri-ah! Kau senang sekali ya jika Dokter itu datang?” tanya Donghae sebelum berangkat ke universitasnya.
    “ Dokter?” tanya Gyuri heran. “ Hangeng oppa maksudmu?”
    “ Hangeng oppa?” Donghae kecewa mendengar kenyataan ini. “ sudah sedekat itukah kau dengannya?”
    “ Apa karena aku memanggilnya oppa? Dia yang menyuruhku memangiilanya seperti itu agar tak canggung.” Jelas Gyuri.
    “ Dan kau suka.” Tambah Donghae. Wajahnya masam.
    “ Suka? Kenapa harus suka?” Gyuri tak mengerti maksud Donghae.
    “ Kau suka kan dekat dengannya? Kau suka kan dia selalu memperhatikanmu?” tanya Donghae.
    “ sebenarnya apa maksudmu?” Gyuri makin heran dengan Sikap Donghae.
    “ Sudahlah lupakan saja!” kata Donghae lalu pergi.
***

    Malam ini Seungyeon menggantikan Donghae yang mendadak sakit menjaga Gyuri di rumah sakit.
“ Gyuri-ah! Kapan kau bisa pulang? Apa Doktermu tak memberitahumu?” tanya Seungyeon sambil mengupaskan apel untuk Gyuri.
“ Dia bilang, aku sudah cukup sehat untuk pulang. Tapi aku tak tau kapan tepatnya. Kau tau kan betapa gilanya aku jika harus berada disini?” Gyuri mengambil potongan apel yang disodorkan Seungyeon. “ tapi..”
“ tapi apa?”
“ Aku bahkan tak ingat rumahku.” Jawab Gyuri. “ apa kau tak merasa aku agak memaksa untuk akrab denganmu?”
“ Ne, arasso.” Kata Seungyeon prihatin. “ maka dari itu, kami sebagai temanmu ingin membantumu mengingat semuanya.”
“ gomawo.”
“ Gyuri-ah! Bagaimana soal Donghae oppa?” tanya Seungyeon tiba-tiba.
“ Ajushi? Weyo?”
“ Berhentilah memanggilnya ajushi… dia tak menyukainya.”
“ mianhae, itu sudah terpaku dari awal.” Sangkal Gyuri.
“ APa kau sama sekali tak ingat dia?” tanya Seungyeon mencoba memancing ingatan Gyuri yang hilang.
“ Aniyo.” jawab Gyuri singkat.
“ Atau kau tak punya sedikitpun perasaan padanya?”
“ Aniyo.” jawab Gyuri lagi. Dia benar-benar jujur mengenai itu semua.
“ Dia bilang padaku, ia sedih akhir-akhir ini.” Jelas Seungyeon.
“ Ne, arasso. Itu sejak Dokter Hangeng datang. Sikap Ajushi jadi aneh.”
“ Dokter Hangeng? Dokter barumu itu?”
“ Ne, itu wajar ajushi memang sedikit terganggu kan pikirannya?” kata Gyuri.
“ Jangan bilang kau dekat dengan Dokter Hangeng!” Terka Seungyeon.
“ Ne, kami teman aku rasa. Dia menyenangkan.” Jawab Gyuri.
“ Gyuri-ah.. pantas saja Donghae oppa sedih. Kau tau kan dia memang kekasihmu. Dia sangat mencintaimu.” Kata Seungyeon berusaha memperjelas keadaan.
“ Kekasih? Tapi… kenapa sampai sekarang aku masih tak yakin ya?” tanya Gyuri.
“ Bukan tak yakin. Kau hanya tak ingat.” Sangkal Seunyeon.
“ Ne, terserahlah…”
***

Donghae terkejut dengan kedatangan tiba-tiba Dokter Hangeng di sampingnya. “ Kau Donghae kan?” tanya Hangeng.
“ Ne. weyo?”
“ Aku ingin bicara soal Gyuri.” Jawab Hangeng.
“ memang ada apa?” tanya Donghae malas.
“ Seperti yang bisa kau lihat, kesehatannya semakin membaik. Tak lama lagi dia bisa pulang.” Jawab Hangeng.
“ Kapan pastinya?” tanya Donghae.
“ Dua hari lagi aku rasa bisa.”
“ Lalu, apa ada yang lain?” tanya Donghae lagi. Dia ingin cepat pergi.
“ Ne, soal masalah kejiwaan Gyuri. Apa benar kau kekasihnya?”
“ N..Ne, weyo?” Donghae ragu.
“ Aku memang tak tau masa lalu Gyuri, tapi sepertinya dia punya luka yang begitu besar dulu. Dan aku rasa itu menyangkut dirimu.” Jelas Hangeng.
“ Apa maksudmu?”
“ aku rasa dia ingin melupakanmu. Aku sudah menelitinya, jika dia mencoba mengingat tentangmu, sakit kepalannya akan semakin parah. Tapi tidak dengan masalah ingatan untuk teman-temannya.”
“ Apa kau ingin aku menghindar?” Donghae tersinggung.
“ aniyo.. bukan begitu maksudku. Tapi, coba kau cari permasalahan itu, ini untuk kebaikan Gyuri. Jika memang ada masalah, kau harus selesaikan itu secepatnya.” Kata Hangeng mencoba membenarkan.
“ Ne, arasso. Tapi dokter yang lama bilang, amnesianya permanen. Apa menurutmu ingatannya bisa kembali?”
“ Aniyo, dia memang mengalami amnesia permanen.” Jawab Hangeng, meyurutkan semangat Donghae.
“ Kau memang tak tau. Masalah Gyuri di masa lalu memang sangat berat.” Gumam Donghae.
“ Ne, aku rasa memang begitu. Karena itu, hanya kau yang bisa membantunya.” Kata Hangeng. “ ya sudah kalau begitu, mianhae aku menyita waktumu.” Hangeng pun pergi meninggalkan Donghae sendiri.
Donghae melihat sosok dokter Hangeng menjauh. Dia terus bergumam, “ AKu tak sekuatmu Gyuri… aku tak tahan melihatmu dekat dengan lelaki lain. Bagaimana caramu mengatasi perasaanmu saat melihatku bersama gadis lain?”
***

Hari ini adalah hari kepulangan Gyuri. Gyuri merasa tak nyaman berada di kamarnya. Dia terlanjur suka tinggal di kamar rumah sakitnya. Gyuri selalu mencoba bersikap sayang pada dua orang tuanya yang selalu terlihat khawatir. Meski dia masih sering merasakan sakit kepalanya, dia terus mencoba mengingat semuanya, tapi hasilnya nihil.
Hari ini Seungyeon dan Eunhyuk datang ke rumah Gyuri untuk menyambut kepulangan Gyuri. Walau sebenarnya mereka tau Gyuri merasa sangat tak nyaman, mereka mencoba bersikap segembira seperti biasanya.
“ Gyuri biasakan saja kau tinggal disini. Ini rumah aslimu.” Bisik Seungyeon pada Gyuri yang sedang kebingungan membuka-buka lemarinya.
“ Seungyeon-ah,” panggil Eunhyuk. “ Apa Gyuri tak punya buku catatan atau diari? Mungkin dengan membacanya, bisa sedikit membantu Gyuri.”
“ Aniyo, Gyuri bukan gadis seperti itu. Dia tak suka menulis. Dia sendiri sudah sibuk dengan kemampuannya selama ini.” Jawab Seungyeon.
“ Lalu… apa kau tau dimana Donghae?” tanya Eunhyuk. “ kenapa dia tak datang?”
“ Mollayo. Aku juga heran.” Jawab Seungyeon.
“ Bisa kalian beritau aku dimana biasanya aku menghabiskan waktu dirumah ini?” tanya Gyuri yang tiba-tiba bergabung dengan pembicaraan Seungyeon dan Eunhyuk.
“ Kurasa kau suka menghabiskan waktumu di kamarmu ini. Setauku kau memang lebih suka berkurung diri di sini. Kau selalu berada di sini saat aku datang kerumahmu.” Jelas Seungyeon.
“ Chincaro? Tapi aku rasa memang ruangan ini cukup nyaman.” Kata Gyuri sambil duduk di tempat tidurnya.
“ Gyuri-ah…” panggil Eunhyuk.
“ Ne?” Gyuri menoleh.
“ Apa kau tidak mencari Donghae?” tanya Eunhyuk ragu.
“ Ajushi? Untuk apa?” tanya Gyuri.
“ Michyeoso?” Eunhyuk melebarkan matanya. “ Dia… diakan kekasihmu.”
“ Oh ne, dimana dia?” tanya Gyuri mencoba menghadapi kenyataan.
“ Kami juga tak tau sebenarnya. Apa dia tak mengatakan sesuatu padamu?” kata Eunhyuk.
“ Aniyo, Tapi… Hangeng oppa yang mengatakan sesuatu padaku.”
“ Mwo? Dokter Hangeng?” Eunhyuk terbelalak.
“ Ne, dia bilang dia akan sering mengunjungiku.” Jawab Gyuri senang.
“ Gyuri-ah.” Seungyeon berkata dengan khawatir. “ apa kau… apa kau menyukai Dokter Hangeng?”
“ Menyukai?” Gyuri tertawa. “ Dia baik, kurasa dia menyenangkan. Ne, aku suka padanya. Tapi hanya sebatas suka sebagai pasien.”
“ Dokter itu bukankah sudah tua?” bisik Eunhyuk pada Seungyeon untuk menghindari jangkauan dengar Gyuri.
“ Sayangnya tidak. Dia masih muda.” Jawab Seungyeon, dia juga berbisik. “ itulah yang membuat Donghae oppa sedih akhir-akhir ini.”
“ Donghae sedih? Cemburu maksudmu?” tanya Eunhyuk.
“ Ne, aku rasa begitu.”
“ Sedekat itukah Gyuri dengan dokter itu?” tanya Eunhyuk lagi.
“ memang begitu sepertinya. Aku sering melihat mereka berbincang bahkan bercanda. Lihat saja! Gyuri menyukainya kan?” jelas Seungyeon.
“ Kasihan sekali Donghae… dia harus merasakan apa yang dirasakan Gyuri sebelumnya… apa ini balasan untuknya?”
“ Apa Donghae oppa melakukan kesalahan? Selama ini kan Donghae oppa memang tak mengenal Gyuri sedikitpun.”
“ Mollayo..” jawab Eunhyuk sambil memperhatikan tingkah Gyuri.
***

Setelah tiga hari Gyuri tinggal dirumahnya, dia sudah terbiasa dan merasa nyaman dengan keadaan rumahnya. Dan hari ini Gyuri merasa senang dengan kunjungan Hangeng.
Mereka berdua berbincang dihalaman rumah Gyuri saat kedua orang tua Gyuri pergi.
“ Kau merasa nyaman di rumahmu ini?” tanya Hangeng.
“ Ne, disini nayaman sekali. Aku menyukai tempat ini.” Jawab Gyuri sambil tersenyum senang.
“ Kau sudah terlihat bahagia. Apa masalahmu dengan Donghae sudah selesai?”
“ Mwo? Masalah apa?” tanya Gyuri heran.
“ apa Donghae tak mengatakan sesutau padamu?” Hangeng juga heran.
“ Aniyo, aku tak pernah bertemu dengannya sejak pulang dari rumah sakit.” Jelas Gyuri.
Hangeng tak berkata apa-apa. Dia hanya berpikir.
“ Weyo?”tanya Gyuri yang melihat Hangeng melamun.
“ aniyo, tak ada.” Jawab Hangeng lalu tersenyum.
***

Donghae sudah tak tahan tak bertemu Gyuri selama itu, usahanya untuk menjauhi Gyuri tak berhasil sama sekali. Dia memutuskan untuk mengunjungin Gyuri dirumahnya. Tapi sesuatu yang mengejutkan menyapanya saat dia akan memasuki pagar rumah Gyuri. Dia melihat Gyuri dan Hangeng berpelukan. Dia tak bisa lagi berpikir jernih, yang bisa dia rasakan saat ini hanyalah sakit dihatinya. Dia tak menyangka sudah sedekat itu mereka. Donghae merubah arahnya untuk kembali pulang. Dia tak jadi menemui Gyuri hari ini. Dia menyesal telah datang hanya untuk melihat kejadian itu.
***

Eunhyuk mengahampiri Donghae saat bertemu di universitas mereka. “ Donghae anyeong!”
“ Anyeong.” Jawab Donghae muram.
“ Kemana saja kau selama ini? Kenapa kau tak pernah terlihat dirumah Gyuri?” tanya Eunhyuk.
“ aku rasa… aku memang tak pantas menyukainya… apalagi mengunjunginya seperti itu.” Jawab Donghae.
“ Mwo? Maskudmu kau menyerah? Kau ingin menjauhi Gyuri? Berarti perasaanmu padanya tak sungguh-sungguh kan?” Eunhyuk meninggikan suaranya.
“ aniyo… aku benar-benar menyukainya. Aku mencintainya. Tapi…” sangkal Donghae.
“ Apa masalah Dokter itu?” terka Eunhyuk.
“ aku rasa hubungan mereka sudah semakin jelas.” Jawab Donghae.
“ Mwo? Secepat itu kau menyimpulkan?” tanya EUnhyuk. “ Gyuri memang menyukai Dokter itu, tapi hanya sebagai pasien. Dia sendiri yang menjelaskan ini padaku dan Seungyeon.”
“ Apa seorang pasien harus berpelukan dengan dokternya?” tanya Donghae, kesabarannya hilang.
“ Berpelukan?”
“ Ne, kemarin aku melihatnya. Mereka berpelukan di halaman rumah Gyuri.” Jelas Donghae.
“ Kau ke rumah Gyuri?” Eunhyuk terkejut.
Donghae hanya mengangguk.
Eunhyuk menggeleng-geleng tak jelas, dia berpikir keras lalu meninggalkan Donghae yang bingung.
Eunhyuk mencari Seungyeon dan memberitau semuanya. Itu juga membuat Seungyeon terkejut.
“ Oppa, tenang saja… aku akan segera menemui Gyuri dan menanyakan ini semua.” Kata Seungyeon semangat.
***

Pedih dirasahakan Donghae mengetahui kenyataannya dengan Gyuri. “ Apa aku memang tak ditakdirkan bersama Gyuri?” gumamnya. Walaupun dia mencoba menerima kenyataan Gyuri dekat dengan Hangeng dan ingin menjauh dari Gyuri. Dia tak bisa melakukannya. “ Aku harus mempertahankan perasaanku pada Gyuri dan perasaan Gyuri sebelumnya padaku.”
Donghae datang kerumah Gyuri mala mini. Ia hanya bertekad untuk mempertahankan perasaannya. Bahwa dia sangat mencintai Gyuri. Tapi lagi-lagi kekecewaan membanjiri hatinya, dia melihat Hangeng tengah bersama Gyuri malam ini. Namun, Donghae berusaha menguatkan hatinya dan berjalan masuk.
Saat Donghae mendekat, dia sangat terkejut mendengar perkataan Hangeng, “ Gyuri-ah.. aku sudah terlanjur menyukaimu….”
Donghae tak bisa melihat reaksi Gyuri karena Gyuri membelakanginya. Api dalam hati Donghae berkobar. Dia merasakan kejengkelan yang mematikan. Tapi dia tak bisa melakukan apa-apa.
“ Oh, Donghae anyeong!” kata Hangeng tiba-tiba setelah mengetahui keberadaan Donghae.
“ A…anyeong.” Balas Donghae berusaha seperti tak mendengar apa-apa.
“ Kalau begitu aku pulang dulu. Ini sudah malam.” Kata Hangeng sambil berdiri dari duduknya. “ Gyuri-ah… aku mohon ingat perkataanku barusan!”
Hangeng pun pergi. Donghae dan Gyuri tetap pada posisi semula. Merek atak saling bicara. Hingga akhirnya Donghae memberanikan diri duduk di sebelah Gyuri dan melihat ekspresi wajah Gyuri yang sebenarnya.
Donghae telah melihat wajah Gyuri, dia sedikit heran dengan ekspresi wajah Gyuri yang biasa saja.
“ Gyuri-ah…” kata Donghae ragu. “ Dia menyukaimu kan?”
Gyuri tak mengatakan apa-apa, dia hanya terus memperhatikan Donghae dengan wajah yang kini berubah seakan marah.
“ Gyuri-ah?” kata Donghae lagi. “ apa kau juga menyukainya?”
Kali ini Gyuri memalingkan muka lalu berdiri dari duduknya dan berjalan menuju pintu masuk rumahnya.
Donghae tak menyangka Gyuri akan bersikap seperti ini. Dia yakin, Gyuri telah membencinya, walau di tak tau apa penyebabnya. Atau mungkin Gyuri juga menyukai Hangeng dan tak ingin bertemu Donghae yang selalu mengaku kekasihnya. Donghae akhirnya berteriak, “ Gyuri-ah. Mianhae… aku benar-benar mencintaimu… tak bisakah kau mencintaiku seperti yang telah kau lakukan?”
Gyuri tak mempedulikannya dan membanting pintu dibelakangnya.
***

Cukup sudah, cukup sudah semua usaha Donghae selama ini. Dia tau seperti apa perasaan Gyuri padanya sekarang. Dia terus berpikir bahwa semua yang ia lakukan selama ini sia-sia. Dia yang bodoh telah melewatkan Gyuri sebelumnya. Dia benar-benar menyesal tak mengenal Gyuri sejak awal.
Donghae terkejut dengan kedatangan Seungyeon. “ Oppa! Apa yang sebenarnya kau lakukan?”
Donghae hanya menoleh.
“ Oppa! Michyeoso?” teriak Seungyeon. “ Kenapa kau menjauhi Gyuri begitu saja? Apa kau lupa bagaimana Gyuri mencintaimu sebelum ini? Ini hanya masalah ingatan!”
“ Ne, ini hanya masalah ingatan. Dan perasaannya padaku sirna bersama ingatannya.” Gumam Donghae.
“ ANiyo oppa! Aniyo!” Seungyeon mengguncang pundak Donghae. “ kau harus tau dia tak menyukai Dokter Hangeng. Dan kau harus tau saat itu, mereka tak berpelukan, Dokter Hangeng hanya sedang menolong Gyuri yang hamper terjatuh. Itu saja. Donghae Oppa! Kau harus pertahankan perasaanmu padanya!”
Donghae menoleh lagi dan berkata, “ Tapi semua sudah terlambat. Hangeng sudah menyampaikan perasaannya pada Gyuri. Dan kurasa Gyuri menerimanya untuk menghindariku.”
“ Andwe! Kau keliru.” Seungyeo dengan tak sabar mengeluarkan ponselnya dan menekan keypadnya beberapa kali. “ Ini, dengar sendiri penjelasan Dokter Hangeng!” Seungyeon mengulurkan ponselnya.
Mau tak mau Donghae mengambilnya lalu bicara, “ Yeo…yeobusaeyo?”
“ Donghae-ah..” suara Hangeng menjawab. “ Kau yang dicintainya. Aku hanya lelaki yang baru saja masuk ke dalam kisah hidupnya yang sudah berkarat. Dia mencintaimu. Lagi. Seperti yang telah ia lakukan.”
Donghae terbelalak mendengar semuanya. Dia tak menyangka semua itu bisa terjadi begitu cepat tanpa sepengetahuannya.
Donghae mengenbalikan ponsel Seungyeon dalam keadaan bingung. Dia masih berpikir keras.
“ Oppa! Sudah cepat temui Gyuri sekarang Juga!” kata Seungyeon bersemangat.
Donghae pun segera menemui Gyuri di rumahnya. Saat Donghae sampai, Gyuri tengah duduk di kursi meja belajar di kamarnya.
“ Gyuri!” panggil Donghae dengan nafas yang tersengal-sengal.
Gyuri seketika menoleh dan terkejut melihat Donghae. Tapi, lagi-lagi dia memalingkan wajahnya.
“ Gyuri-ah!” Donghae berlutut di samping Gyuri. “ Jebal… cintai aku seperti yang telah kau lakukan!”
Gyurii menoleh dengan pandangan marah, “ Kemana saja kau selama ini? Kenapa kau tak pernah menemuiku? Kau pikir aku senang sibuk mememikirkanmu yang tiba-tiba menghilang? Kau mau pergi bergitu saja setelah membuatku terlanjur menyukaimu?”
Donghae tersenyum lalu memeluk Gyuri dengan erat.
Gyuri masih meneruskan perkataannya, “ Kau kira aku tidak mengkhawatirkanmu? Kau piker aku suka saat Hangeng oppa menyatakan perasaannya di hadapanmu? Apa kau piker aku tak memikirkan perasaanmu? Tega sekali kau pergi setelah menunjukkan kasih sayangmu?”
“ Ne…” Donghae tersenyum bahagia. “ mianhae…… Saranghae….”
Gyuri melanjutkan perkataannya sambil melepas pelukan Donghae, membuat Donghae terkejut, “ Satu hal yang kau kau tau! Meski aku lupa akan semuanya, dan bahkan mungkin aku lupa kau kekasihku.. sekarang aku telah mencintaimu. Lagi….” Gyrui tiba-tiba mencium Donghae yang terbelalak senang.
Tiba-tiba Donghae melepas ciuman Gyuri dan berkata, “ Sebenarnya aku memnag bukan kekasihmu.”
“ Mwo?” Tanya Gyuri kaget.
“ Tapi sekarang itu benar-benar terjadi.” sambung Donghae tersenyum lalu balik mencium Gyuri.

THE END

Sabtu, 07 Mei 2011

[FANFIC] Destiny








    Saat ini betapa sedihnya hati Gyuri melihat lelaki yang disukainya bersama dengan kekasihnya. Tak lama, Sunye kekasih Donghae pergi setelah memberi kecupan di kening Donghae. Suatu hal yang membuat Gyuri makin sedih. Tapi inilah yang dilakukannya selama ini. Selalu menahan perasaanya pada Donghae dan memendamnya, berusaha menghilangkannya. Meskipun dia tau dia tak bisa menghilangkan perasaannya pada Donghae.
    Sunye pergi dengan senyum yang dibalas oleh Donghae. Wajah mereka terlihat begitu bahagia. Mereka memang saling menyayangi. Semua orang di universitas ini tau betapa sulitnya Donghae mendapatkan Sunye. Dikarenakan orang tua Sunye yang bermusuhan dengan orang tua Donghae.
    Saat ini mereka sedang berada di stadium basket universitas. Mereka sedang melihat jalannya latihan basket tim kebanggaan mereka, yang termasuk didalamnya Siwon, satu-satunya lelaki yang menyukai Sunye selain Donghae.
    Tiba-tiba, hal yang biasa terjadi pada Gyuri, kini terjadi, Gyuri melihat dalam pikirannya, sebuah bola basket menjatuhi Donghae yang sedang berdiri di tepi pagar pembatas penonton dan arena basket.
    Gyuri pun segera berlari menghampiri Donghae sambil mendorongnya, “ Jangan berdiri disini! Bola basket tak punya mata, mereka tak bisa memilih tempat mereka mendarat.” Gyuri sama sekali tak melihat wajah Donghae lalu pergi.
    Donghae hanya menurut karena masih tak tau apa-apa. Tiba-tiba, benar saja sebuah bola basket mendarat dengan keras di tempatnya baru saja berdiri tadi.
    “ Wow!” gumam Donghae sambil tersenyum pada dirinya sendiri. Dia melihat punggung Gyuri yang terus menjauh darinya. Berpikir tentang kehebatan gadis yang bahkan tak dikenalnya itu.
***
                                                        “Kau baru saja menolongnya lagi kan?” tanya Seungyeon saat Gyuri tiba di kelasnya.
    “ mwo? Apa maksudmu?” tanya Gyuri balik.
    “ Kau baru saja menolong Donghae oppa kan? Jangan  berkelak lagi! Kau memang menyukainya.” Seungyeon terlihat serius.
    “ apa menolong orang harus karena menyukainya?” Gyuri mulai malas dengan pembahasan ini.
    “ Gyuri-ah! Aku ini sahabatmu! Ceritakan semuanya padaku!” bentak Seungyeon.
    “ Seungyeon-ah… sudahlah jangan bahas ini lagi. Aku sedang pusing.” Kata Gyuri jujur.
    “ Aish… kau ini!” Seungyeon kesal. “ Kau terlalu sering melihat ke dalam pikiranmu! Tak heran kalau kau sering pusing.”
    Tiba-tiba orang yang tak diharapkan datang begitu saja menambah kepusingan Gyuri. “ Gyuri-ah! Bagaimana kau sudah bisa melihatku dalam pikiranmu? Apa aku akan memenangkan taruhan itu nanti?” tanya Eunhyuk, wajahnya berbinar-binar.
    “ Oppa… kenapa kau datang disaat yang tak tepat?” tanya Gyuri. “ Aku benar-benar pusing sekarang.”
    “ ayolah Gyuri… jebal…” Eunhyuk memelas.
    Gyuri pun tak bisa menolaknya. Sejenak Gyuri membisu dan terdiam, dia sedang melihat ke dalam pikirannya.
    “ Gyuir-ah! Eotokhanya?” tanya Eunhyuk setelah melihat Gyuri membuka matanya.
    “ Hajima! Jangan ikuti taruhan itu! Tak ada kemenangan untukmu.” Jawab Gyuri dengan malas.
    “ Mwo? Andwe!” Eunhyuk kaget. “ baiklah kalau begitu, aku tak akan ikut.”
    “ Gyuri-ah! Kenapa kau mau selalu dimanfaatkan seperti ini?” teriak Seungyeon.
    Gyuri tak menghiraukannya, dia hanya menggeletakkan kepalanya di atas mejanya lalu memejamkan mata bermaksud mengurangi pusingnya yang bertambah.
    “ Eunhyuk oppa! Kau tega sekali memanfaatkan Gyuri seperti ini? Kapan kau berhenti?” Seungyeon masih marah.
    “ Mianhae Gyuri… tapi.. Gomawo… kau selalu menolongku.” Kata Eunhyuk. “ Tapi kemampuanmu melihat masa depan itu sangatlah membantu. Kau bisa membantu seseorang yang membutuhkan. Aku janji ini hanya akan jadi rahasia kita bertiga.”
    “ Aish… Oppa!” bentak Seungyeon membuat Eunhyuk berlari pergi.
    “ Jangan jahat begitu Seungyeon-ah!” teriak Eunhyuk menggoda Seungyeon.
    “ Gyuri dengar aku! Jangan gunakan kelebihanmu itu untuk urusan taruhan seperti itu! Itu hanya menambah dosamu.” Seungyeon berkata sambil duduk disebelah Gyuri.
    Gyuri tertawa pelan, “ Kau percaya aku melihatnya kalah dalam taruhan itu?”
    “ Mwo? Apa maksudmu?” Seungyeon heran.
    “ Kau tau sendiri, kemampuanku itu tak bisa dikontrol. Penglihatanku ke masa depan itu hanya datang tiba-tiba dari alam bawah sadarku.” Kata Gyuri. “ kau perlu tau aku sama sekali tak melihat ke dalam pikiranku barusan. Aku hanya ingin membuatnya berhenti main taruhan.”
    Seungyeon yang sedari tadi bersungut-sungut mendadak tertawa lepas. “ Ini baru sahabatku…”
    Gyuri juga tertawa untuk menutupi pusingnya.
***

    “ Gyuri anyeong!” sapa Siwon saat bertemu Gyuri di halaman universitas.
    “ Anyeong!” balas Gyuri sambil tersenyum.
    “ Kau masih sering pusing seperti biasanya?” tanya Siwon.
    “ Ah… ne.. aku memang selalu seperti itu.” Jawab Gyuri.
    “ Aku khawatir bisa-bisa kepalamu itu meledak suatu saat kerena terlalu sering pusing.” Siwon tertawa.
    “ Ne. ku pastikan tak akan pernah membuatmu khawatir.” Kata Gyuri tersenyum.
    “ Gyuri-ah! Kau masih seangkatan kan dengan Sunye?” tanya Siwon tiba-tiba.
    “ Ne. jangan bilang oppa masih sangat menyukainya.”
    “ Kau tau itu dari dulu. Kalau saja aku masih menjadi tetanggamu, aku akan lebih sering bercerita padamu tentang perasaanku padanya. Mungkin aku akan meminta bantuanmu.” Jelas Siwon.
    “ Kau tau sendiri oppa. Jangan pernah meminta bantuanku untuk soal seperti itu.” Kata Gyuri. Dia tau meskipun dia sangat bisa melakukannya, dia tak mau membuat Donghae sedih dengan kehilangan Sunye.
    “ Kalau saja Donghae tak juga menyukainya… aku pasti sudah dengan gampang mendapatkan Sunye. Kau tau kan orang tuanya sangat menyukaiku.” Siwon agak masam.
    “ Semua orang juga tau orang tuamu dan orang tua Sunye bersahabat dari dulu.” Gyuri berusaha sedikit tertawa.
    “ Ya. Itulah kenyataannya. Dan..” Siwon terhenti sejenak.
    “ Weyo?”
    “ Kau tau sendiri aku bukan tipe orang yang mudah menyerah. Mendapatkan Sunye seperti memasukkan bola dalam ring. Aku sadar memang harus melewati semua halangan yang ada hingga akhirnya bisa berakhir menyenangkan.” Jelas Siwon.
    “ Jadi intinya?” Gyuri bertanya dengan takut akan jawaban yang akan diberikan Siwon.
    “ Aku akan terus dengan gigih melewati halangan-halangan yang ada untuk memasukkan bola itu ke ring.” Jawab Siwon sambil menyeringai.
    “ Oppa! Jangan samakan Sunye dengan bola basket!” Gyuri berusaha bercanda.
    “ Ne. arasso..” Siwon tertawa. Lalu mengacak-acak rambut Gyuri yang terikat rapi hingga Gyuri harus membenahi ikatannya. “ Sampai kapan kau mengikat rambutmu? Aku sudah bilang kau akan terlihat lebih cantik jika kau menggerai rambutmu.” Kata Siwon lalu pergi.
    Gyuri tersenyum pahit. Dia benar-benar khawatir dengan Siwon. Gyuri yakin Siwon memang akan terus mengejar Sunye bagaimanapun caranya, meskipun Siwon tau Sunye sudah bersama Donghae.
***

    “ Gyuri kau mau kemana?” tanya Seungyeon yang kaget dengan Gyuri yang tiba-tiba berlari kesamping.
    Gyuri baru saja melihat dalam pikirannya, seseorang yang sedang duduk santai di kursi taman tiba-tiba tertimpa batang pohon yang patah dari atasnya.
    Gyuri menarik perempuan yang sedang mambaca buku di kursi taman itu sesegera mungkin.
    “ Ya! Weyo?” teriak perempuan itu kaget.
    Masih empat kali Gyuri melangkah bersama perempuan itu, sebuah batang pohon yang cukup besar jatuh begitu saja menimpa kursi taman yang baru saja diduduki perempuan itu. Membuat semua orang yang ada disitu terkejut.
    “ Mianhae.. menarikmu begitu saja.” Kata Gyuri segera lalu melangkah pergi.
    “ Gwe…gwenchana… go..gomawo.” kata perempuan itu masih terkejut.
    “ Gyuri-ah! Kau sahabat yang tak tergantikan.” Kata Seungyeon setelah Gyuri menghampirinya lalu melanjutkan langkah mereka ke kelas.
    Gyuri hanya tersenyum. Kepalanya pusing seperti biasa.
    “ Omona! Pahlawan kita baru saja beraksi!” teriak Eunhyuk yang tiba-tiba ikut berjalan di belakang mereka.
    “ Ya! Eunhyuk oppa! Bisakah sekali saja kau tak berteriak-teriak seperti itu?” Seungyeon memukul pelan kepala Eunhyuk.
    “ Hehe… ne.. mianhae…” jawab Eunhyuk. “ Tapi apakah kau tau betapa kerennya itu? Tak ada yang bisa melakukan itu selain Gyuri kita.”
    “ Ne.. arasso… tak usah bicarakan itu lagi.” Kata Gyuri malas. “ apa kalian pikir aku senang mempunyai kelebihan ini? Aku rasa ini terlalu berlebihan. Aku lelah terus melihat hal-hal yang tak perlu aku lihat. Aku lelah terus berusaha mencegah sesuatu yang aku lihat akan berakhir jelek.”
    “ Gyuri-ah… arasso… tapi aku rasa kau lebih baik berpikir bahwa itu adalah kelebihan yang mulia. Kami tau dengan itu, kau bisa menolong banyak orang. Termasuk Donghae oppa yang kau sukai itu.” Seungyeon menjelaskan sambil tersenyum memperlihatkan kemanisan wajahnya itu.
    “ Seungyeon-ah.. mengapa kau selalu bahas Donghae oppa?” tanya Gyuri.
    “ Mwo? Kau menyukai Donghae?” Eunhyuk terkejut.
    “ Dia selalu bilang tidak. Tapi aku tau dia sangat menyukai Donghae oppa. Aku bisa melihatnya.” Jawab Seungyeon.
    “ Aniyo. aku tak menyukainya.” Gyuri menghindar.
    “ Gyuri-ah.. tak banyak gadis yang menyukai seseorang dan bisa selalu menolongnya sepertimu. Perbuatanmu pada Donghae oppa sangatlah mulia. Dengan ketulusanmu, dan meskipun Donghae oppa tak mengenalmu, kau selalu bisa menolongnya. Aku rasa bahkan Sunye tak akan bisa melakukannya sepertimu.” Seungyeon menjelaskan sekali lagi.
    “ Apa yang kalian bicarakan ini Donghae yang seangkatan denganku?” tanya Eunhyuk yang masih belum bisa menangkap perbincangan ini.
    “ Tentu saja oppa… Donghae yang mana lagi?” tanya Seungyeon.
    “ Wah! Gyuri-ah kau mau aku membantumu? Aku ingin balas budi padamu.” Tawar Eunhyuk.
    “ Aniyo oppa. Sudah kubilang aku tak menyukai Donghae oppa. Oppa tak perlu melakukannya. Lagipula jika memang aku menyukainya, aku akan dengan mudah mencari cara dengan melihat ke dalam pikiranku.” Gyuri berusaha tersenyum agar dianggap ini menggelikan. Dia terus berusaha menghindar dari topik ini. “ Arasso? Jangan bahas ini lagi! Ini sama sekali tak penting. Lebih baik aku menolong  Eunhyuk oppa dalam ujian sebentar lagi. Geurae?”
    “ Ne… arasso.. bisakah kau buat aku lulus ujian dengan nilai terbaik?” jawab Eunhyuk.
    “ Mwo? Aniyo.. kau kira aku dukun?” Gyuri terus memaksakan tawanya.
    Seungyeon tak bisa berhenti begitu saja, dia mengerti perasaan Gyuri pada Donghae itu memang nyata. Seungyeon terus mengamati Gyuri dalam diam.
***

    Donghae menjalani ujian hari ini di kelasnya. Dia terkejut dengan suara ketukan yang berasal dari jendela di sampingnya. Donghae pun mendongak dan melihat sosok gadis yang tak dikenalnya itu namun dia ingat gadis itu yang selalu tiba-tiba datang dan membantunya, baik hal kecil, maupun hal yang cukup besar.
    “ Oppa!” bisik Gyuri. “ jangan pilih jawaban itu!”
    “ Mwo?” Donghae juga berbisik. Dia tak bisa mendengar dengan jelas suara Gyuri.
    “ Jangan pilih jawaban itu! Itu bisa menghalangimu mendapatkan nilai sempurna.” Jelas Gyuri.
    Donghae yang sudah mengerti lalu mengangguk, “ ne.. gomawo..”
    Gyuri pun bergegas pergi sebelum ada yang mengetahui dia bediri di tempat itu.
    Donghae masih beripikir keras, apa benar yang dikatakan gadis barusan. Tapi dia mengikuti nalurinya untuk menuruti perkataan gadis yang selama ini membantunya sacara misterius. Dia mencoba untuk mempercayai gadis yang sama sekali tak dikenalnya.
***

    “ Gyuri-ah! Mengapa kau tak punya pandangan dengan ujianku? Kau tau ujian kemarin sangat sulit? Aku mati-matian mengerjakannya…” keluh Eunhyuk pada Gyuri yang sedang makan siang di kantin universitas bersama Seungyeon.
    “ Mianhae oppa… aku sama sekali tak melihatmu dalam pikiranku. Aku rasa jika seperti itu, kau tak perlu di tolong. Pasti kau memang akan mendapatkan hasil yang memuaskan.” Jawab Gyuri dia merasa bersalah. Dia membohongi dirinya sendiri, meski dia tau dia rela melakukan sesuatu yang berbahaya untuk membantu Donghae mendapatkan nilai sempurna.
    Tiba-tiba Sungmin teman Eunhyuk berteriak, “ Eunhyuk-ah! Apa kau sudah melihat pengumuman untuk nilai hasil ujian kemarin?”
    “ Mwo? Aniyo. aku belum melihatnya. Apa sudah di pampang di papan pengumuman?” tanya Eunhyuk balik berteriak.
    “ Ne. sudah dari tadi. Kau saja yang selalu ketinggalan berita penting. Kalau kau mau lihat ikut denganku sekarang!” Sungmin masih berteriak.
    “ Ne. tentu saja aku ikut.” Eunhyuk berteriak sambil berdiri dari duduknya dan menghampiri Sungmin.
    “ Aish…. Orang-orang ini senang sekali bertiak..” kata Seungyeon tak habis pikir sambil mengelus-elus telinganya.
    “ Ne. aku rasa itu karakteristik mereka.” Gyuri tertawa.
    “ Karakteristik yang mematikan.” Seungyeon juga tertawa.
    “ Kau gadis yang kemarin kan?” tanya Donghae yang tiba-tiba menghampiri Gyuri tanpa disadari.
    “ Ne?” Gyuri sangat terkejut.  Begitu juga dengan Seungyeon.
    “ Kau gadis yang menemuiku kemarin kan?” tanya Donghae wajahnya bersemangat. “ Kau tau aku mendapatkan nilai sempurna. Aku salut denganmu, kemarin itu benar-benar adegan yang berbahaya. Kau berani sekali?”
    Gyuri tersenyum kecut dipaksakan. Dia bingung menata tingkahnya untuk Donghae sekaligus Seungyeon yang mulai curiga. “ Chincharo? Chu..Chukae..”
    “ Gomawo. Kau benar soal jawaban itu.” Kata Donghae sambil tersenyum dengan manisnya lalu pergi. “ Gomawo.”
    Gyuri hanya bisa membeku di mejanya. Dia tak menyangka Donghae akan mengingat wajahnya dan berterima kasih seperti ini. Sekarang dia sibuk memikirkan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan dari Seungyeon yang akan segera menyerangnya tanpa belas kasihan.
    “ Park Gyuri! Jangan berbohong lagi padaku! Kau sudah tertangkap basah.” Kata Seungyeon. Wajahnya berapi-api.
    “ Mwo?” Gyuri tak bisa memikirkan kata yang lebih baik.
    “ Jawab dengan jujur!” perintah Seungyeon. “ Kau menyukai Donghae oppa kan? Untuk apa kau membantuya sampai seperti itu? Hanya untuk membantunya mendapatkan nilai sempurna. Kau tau kan dia adalah seseorang yang pintar? Tanpa kau bantu, dia kan lulus ujian dengan nilai tinggi. Mengapa kau tak membantu Eunhyuk oppa saja?”
    “ Mollayo!” Teriak Gyuri. “ aku juga tak mengerti mengapa hanya ada dia dalam pikiranku? Mengapa aku selalu bisa melihatnya dalam pikiranku. Mengapa aku harus selalu menolongnya? Mengapa aku harus selalu menyelamatkannya? Mollayo!” Gyuri sudah tak bisa menahan perasaannya.
    Seungyeon langsung menarik lengan Gyuri dan membawanya ke koridor sepi di salah satu sudut universitas untuk menghindari keramaian kantin.
    “ Jadi… kau menyukainya kan?” tanya Seungyeon setelah mendudukkan Gyuri di salah satu kursi koridor.
    “ Ne! aku memang menyukainya. Aku memang selalu berusaha menyelamatkannya. Aku memang benar-benar menyukainya. Tak taukah kau aku selalu merasa sesak setiap kali aku melihatnya bersama dengan Sunye, gadis yang begitu sempurna untuknya. Gadis yang lebih baik dariku, gadis biasa yang tak sepertiku.” Gyuri meneteskan air matanya.
    “ Arasso Gyuri-ah.. mengapa kau tak menjelaskan semua ini padaku sejak awal?” Seungyeon ikut meneteskan air matanya. “ Kau harus tau satu hal, menyukai seseorang itu bukan suatu kesalahan. Bukan salahmu kau bisa jatuh hati padanya. Meskipun dia tidak sendiri, meskipun dia sudah bersama gadis lain. Kau berhak menyukai seseorang.”
    “ Tapi aku tak boleh seperti ini. Aku tak boleh menyukai seseorang. Aku akan gelisah sendiri setelah mengetahui sesuatu yang akan terjadi pada orang yang aku sayangi. Mereka akan meninggalkanku setelah mereka mengetahui keanehanku. Di saat gadis lain bersenang hati saling menyatakan perasaan dengan lelaki yang disukainya, aku sibuk menolong orang yang akan celaka. Aku tak bisa melakukan ini semua. Kau tau itu Seungyeon… aku tak pantas untuk Donghae oppa.. aku aneh.. aku tak boleh..” Gyuri terlarut dalam tangisnya yang makin deras.
    “ Gyuri-ah… jangan pernah sebut kelebihanmu itu suatu keanehan. Tak semua orang diberi kesempatan untuk menolong orang lain sepertimu. Kau memang bukan gadis biasa. Kau brilian Gyuri! Lelaki yang bisa mendapatkanmu haruslah sangat bersyukur. Mereka pasti akan sangat membanggakanmu di hati mereka. Kau memang tak bisa Gyuri, kau luar biasa!” Seungyeon melingkarkan lengannya ke pundak Gyuri untuk menenangkannya.
    “ Aniyo Seungyeon… aniyo… bantu aku menghilangkan perasaan ini. Bantu aku…” pinta Gyuri.
    “ Arasso Gyuri, aku akan berusaha meski aku tau ini akan sangat sulit. Aku akan berusaha membantumu jika ini memang pilihanmu.” Jawab Seungyeon.
***

    Beberapa hari berlalu dengan penahanan perasaan Gyuri terhadap Donghae seperti biasanya. Tapi kali ini Gyuri begitu gelisah pada Siwon. Gyuri telah melihat ke dalam pikirannya, Siwon akan berhasil mendapatkan Sunye dan membuat Donghae terluka.
    Saat ini Gyuri dibuat terkejut oleh pernyataan Eunhyuk yang membuatnya yakin akan satu hal.
    “ Mwo? Donghae oppa sedang renggang dengan Sunye?” tanya Seungyeon yang juga terkejut.
    “ Ne. aku tadi melihat mereka bertengkar.” Jawab Eunhyuk. “ sepertinya ini karena ulah Sunye sendiri. Aku tak sengaja mencuri dengar Sunye akan menyerah pada keluarganya.”
    “ Maksudnya?” tanya Gyuri.
    “ Ah.. Gyuri-ah, apa kau tak bisa menebaknya? “ tanya Eunhyuk sok pintar. “ sudah pasti Sunye akan meninggalkan Donghae, mungkin karena Donghae terlalu halus untuknya. Dengan kata lain membosankankan. Jadi…” Eunhyuk menghadap ke Gyuri dengan serius. “ Gyuri-ah! Kau bisa mendekatinya sekarang..” Eunhyuk tersenyum jahat seperti yang dilakukan tokoh antagonis dalam sebuah film.
    “ Oppa! Apa kau melihat Siwon oppa?” tanya Gyuri tiba-tiba membuat Eunhyuk dan Seungyeon tak mengerti.
    “ Siwon?” Eunhyuk mendongak keatas sebentar untuk berpikir. “ Ah.. ne. dia bilang padaku tadi dengan wajah senang, dia akan memasukkan bolanya ke ring. Jadi pastinya dia ada di arena basket sekarang, mungkin latihan.”
    “ Gomawo.” Kata Gyuri segera lalu berlari mencari Siwon.
    Gyuri yakin Siwon akan menemui Sunye. Gyuri terus berlari mencari Siwon, dia lupa kalau universitasnya ini sangatlah luas, akan sangat sulit menemukan seseorang disaat seperti ini. Namun tak lama dia melihat punggung jaket yang sudah sangat dikenalnya. Dia tau, dia yakin, itulah Siwon.
    Siwon sedang berjalan santai dan senang sambil mencari Sunye. Hingga dia dia terkejut dengan kedatangan Gyuri yang tiba-tiba.
    “ Siwon oppa! Hajima!” teriak Gyuri dari belakang Siwon.
    “ ah, Gyuri-ah anyeong!” Siwon masih belum mengerti maksud Gyuri.
    “ Kau akan menemui Sunye kan?” tanya Gyuri.
    “ Bagaimana kau bisa tau?” Tanya Siwon tersenyum.
    “ Hajima! Oppa aku mohon jangan menemuinya, jangan katakan perasaanmu padanya. Jebal..” Gyuri terengah sambil mendekat pada Siwon.
    “ Mwo? Weyo?” tanya Siwon heran.
    “ aku mohon jangan! Kau tak bisa melakukannya. Kau tak boleh melakukannya. Akan ada hati yang terluka.” Jelas Gyuri dia masih mengatur nafasnya.
    Siwon tersenyum geli, “ Gyuri-ah! Jangan bercanda di saat seperti ini. Kau mau bilang kau menyukaiku?”
    Gyuri berpikir sejenak lalu bicara dengan mantap. “ Baiklah. bagaimana jika aku memang menyukaimu?”
    “ Mwo? Aku mohon jangan bercanda di saat seperti ini. Ini bukan waktu yang tepat.” Kata Siwon.
    “ Aku tak bercanda. Kau tau aku bukan tipe orang yang senang bercanda disaat yang tak tepat.” Jawab Gyuri.
    “ Kau menyukaiku?” tanya Siwon lagi.
    “ ne.” jawab Gyuri. “ sekarang setelah kau tau, kau tega meninggalkanku dan menemui Sunye?”
    “ Gyuri-ah.. ini benar-benar membuatku bingung. Kau mengejutkanku sebenarnya.” Kata Siwon.
    “ Mollayo. Jika aku memang menyukaimu? Apa ini salah?” Gyuri memberanikan diri untuk mengatakan semua ini meski dia tau ini akan makin memperumit masalahnya.
    “ Gyuri-ah… kau tau aku sangat menyukai Sunye. Aku… aku tak bisa membalas perasaanmu.” Siwon terlihat tak yakin mengatakan ini.
    “ Jadi kau tega meninggalkanku sekarang? Kau tega setelah semua yang kulakukan padamu? Apa kau tak  sadar aku selalu membantumu? Akulah satu-satunya tetanggamu yang peduli padamu? Kau tau kau tak punya teman selama ini sebelum bergabung di tim basket atas saranku. Dulu hanya aku temanmu. Kau tau kan oppa?” Gyuri sedang berusaha menjadi gadis yang egois. Dia yakin dengan cara ini Siwon tak akan jadi pergi menemui Sunye. Dia tau Siwon tak akan tega setelah mengingat masa lalunya itu.
    “ Ne.. arasso. Gomawo…” jawab Siwon akhirnya setelah cukup lama terdiam. “ Kau benar. Aku tak akan tega padamu.” Siwon mengulurkan tangannya dan mengajak Gyuri pergi dari sana dan membawanya ke taman dekat rumah Gyuri tempat dia dan Gyuri sering bermain bersama sejak kecil.
    Setelah sampai di taman itu, “ Oppa mianhae..” kata Gyuri tiba-tiba.
    “ Weyo?” tanya Siwon.
    “ Karena aku kau tak bisa menyatakan perasaanmu pada Sunye. Jeongmal mianhae…” Gyuri tertunduk. Siwon tak tau perkataan Gyuri bermaksud lain.
    “ Gwenchana. Gomawo…” kata Siwon membuat Gyuri heran.
    “ untuk apa?”
    “ Selama ini kau memang membantuku tanpa henti, gomawo, kau sudah menyukaiku seperti ini. Aku tak pernah tau selama ini kau terluka saat aku menceritakan Sunye padamu. Kau selalu membantuku hingga aku bisa mempunyai teman sebanyak sekarang. Kau membantuku tanpa beban. Kau sudah seperti keluargaku sendiri. Mianhae…”
    Gyuri menolah melihat wajah Siwon yang memang terlihat sangat merasa bersalah. Gyuri merasa dia sudah begitu jahat pada Siwon yang sudah dianggapnya keluarganya sendiri itu. “ Oppa mianhae…” sambil berpikir agar terlihat benar-benar menyukai Siwon dan untuk menyampaikan keprihatinannya pada Siwon, Gyuri memeluk Siwon. “ Jeongmal mianhae oppa…”
    “ Aniyo. Gomawo. Aku yang tak pernah memikirkanmu. Aku tak akan melukaimu.” Jawab Siwon sambil membalas pelukan Gyuri.
    Gyuri meneteskan air matanya. Dia membatin: oppa jeongmal mianhae, jika kau tetap melakukannya pada Sunye, akan ada hati yang sangat terluka, aku tak mau hati itu terluka. Tapi semua orang tau kelakuanku yang mengorbankanmu ini juga sangat jahat. Mianhae…
***

    Malam ini tidur Gyuri sama sekali tak nyenyak. Dia bermimpi, meski dia tau itu bukan mimpi namun dia telah melihat dalam pikirannya, dia melihat dia akan kehilangan ingatannya, ingatannya selama ini dalam hidupnya. Dia benar-benar tak tau harus berbuat apa. Dia juga tak tau mengapa ini bisa terjadi. mengapa ini akan terjadi padanya.
    Hari ini di unversitas, Gyuri tak bisa fokus terhadap kuliah sama sekali. Pusingnya menyerangnya secara bertubi-tubi. Pusing kali ini tak seperti biasanya, pusing ini begitu kuat .
    “ Gyuri-ah! Kau baik-baik saja?” tanya Seungyeon yang melihat wajah pucat Gyuri.
    “ Gwenchanayo?” tanya Siwon yang juga ada di situ.
    “ gwenchanayo. Aku hanya sedang malas makan.” Jawab Gyuri sambil menyingkirkan makanannya yang memang tak di sentuhnya sama sekali sedari tadi.
    “ Apa tidak seenak biasanya?” tanya Seungyeon. “ kantin ini kan terkenal karena kelezatannya.”
    “ Aniyo. aku hanya malas.” Jawab Gyuri lagi. Suaranya tertekan karena berusaha menahan pusingnya agar tak terlihat oleh Siwon dan Seungyeon.
    “ Apa kau perlu ke klinik? Biar kuantar kau. Kau harus lihat wajahmu pucat sekali.” Kata Siwon.
    “ Aniyo.” jawab Gyuri. “ aku ke toilet saja.” Gyuri berdiri, tapi belum sempat dia melangkah, semuanya menjadi gelap.
    Gyuri pingsan, tapi sebelum menyentuh tanah, dengan cepat Siwon mengangkatnya dan membawanya ke klinik. Seungyeon juga ikut bersama mereka.
    Setelah Gyuri melihat ke dalam pikirannya lagi bahwa dia akan kehilangan ingatannya, dia membuka matanya dan menemukan Seungyeon dan Siwon di hadapannya.
    “ Siwon oppa! Gyuri sudah siuman.” Kata Seungyeon.
    “ Gyuria-ah gwenchana?” tanya Siwon, dia terlihat sangat khawatir.
    “ Gwe…gwenchanayo.” Jawab Gyuri lemah. Dia tau dia dalam ketakutan yang sangat besar.
    Tiba-tiba Gyuri bangkit dari tidurnya, “ Seungyeon-ah! Aku… aku tak siap melupakannya! Aku tak bisa melupakannya . aku tak mau melupakannya.”
    “ Gyuri-ah! Weyo? Apa maksudmu?” Seungyeon khawatir melihat Gyuri yang tiba-tiba histeris.
    “ Apa maksud Gyuri? Seungyeon kau tak tau apa-apa?” Tanya Siwon pada Seungyeon.
    “ Gyuri-ah katakan padaku siapa yang tak ingin kau lupakan?” tanya Seungyeon. Dia tau ini pasti berhubungan dengan sesuatu yang dilihatnya dalam pikirannya.
    “ Donghae oppa. Aku… aku tak boleh melupakannya.” Gyuri meneteskan air matanya. “ aku tak bisa melupakannya.”
    “ Gyuri tenangkan dirimu!” kata Seungyeon.
    Tiba-tiba Siwon memeluk Gyuri untuk menenangkannya. “ Tenang Gyuri tenang… ceritakan pada kami.” Siwon memeluk erat Gyuri. “ Seungyeon mengapa dia menyebut Donghae?”
    “ Oppa ada sesuatu yang kau tak tau.” Jawab Seungyeon. Seungyeon pun akhirnya menjelaskan rahasia Gyuri tentang kelebihannya dan perasaan buatannya pada Siwon untuk melindungi Donghae.
    Siwon memang hanya diam mendengar ini. Seungyeon tak tak tau persis reaksi Siwon karena Siwon membelakanginya dan terus memeluk Gyuri.
    “ ceritakan Gyuri..” kata Siwon akhirnya.
    “ Aku melihat… aku akan kehilangan ingatanku… aku… akan kehilangan  semuanya. Aku tak akan lagi mengenal kalian… aku tak akan lagi mengenal diriku sendiri… apa yang harus aku lakukan untuk menolong diriku sendiri kali ini?” Gyuri tersedu.
    “ Aku… kali ini aku yang yang menolongmu.” Jawab Siwon.
***

    Gyuri terperanjat. Dia sedang berdiri di pinggir jalan saat ini berbincang dengan Seungyeon. Dia ingat pakaian yang dipakai Seungyeon. Dia yakin ini waktu  di mana Donghae akan tertabrak truk dan dia menyelamatkannya hingga dia harus kehilangan ingatannya.
    Gyuri sudah melihat Donghae berjalan dari arah berlawanan dengannya. Gyuri tau Donghae akan segera menyeberang jalan.
    “ Gyuri kau mau kemana?” tanya Seungyeon khawatir melihat Gyuri tiba-tiba berlari. Namun dia ingat gambaran penglihatan Gyuri akan kejadian ini. “ Gyuri kau akan kehilangan ingatanmu!” teriak Seungyeon.
    “ Aku tau Seungyeon-ah! Mungkin inilah takdirku. Mungkin lebih baik aku tak mengenalnya lagi.” Teriak Gyuri.
    Seungyeon yang tau sahabatnya akan celaka hanya bisa membaku di tempatnya berdiri. Dia bingung harus berbuat apa. Dia tau ini pilihan Gyuri.
    Donghae sudah akan menyeberang. Saat dia tiba ditengah jalan, sebuah truk kehilangan kendali dengan kecepatan penuh segera menghampirinya, belum sempat Donghae melangkahkan kakinya untuk menghindar, Gyuri sudah lebih cepat mendorongnya kearah lain.
    Karena cepatnya Truk itu, Gyuri tak di beri waktu untuk menyelamatkan diri juga. Tapi dia tau inilah takdirnya. Dia merasakan pusing yang tak tertahankan. Pusing terdahsyat yang pernah ia rasakan selama ini, hingga tiba-tiba semuanya gelap setelah dia melihat wajah Donghae yang begitu kaget memandangnya.
***

    “ Gyuri?” panggil Seungyeon, ada ketakutan dalam suaranya.
    “ Dia sudah sadar? Haruskah kita panggil orang tuanya?” tanya Donghae. “ Atau kita panggil dokter? Ini sudah melebihi 45 hari. Ini sudah melebihi ketentuan Dokter. Apa ada kesalahan? Ini sudah 60 hari” Donghae terlihat begitu khawatir.
    “ Aniyo oppa.. tidak perlu. Aku sudah bisa tau apa yang akan terjadi pada Gyuri.” Jawab Seungyeon, dia mulai meneteskan air matanya.
    “ apa maskudmu?” tanya Donghae.
    “oppa yang dibutuhkannya.” Tambah Seungyeon. Lalu menarik tangan Donghae agar memegang tangan Gyuri. “ sapa dia oppa.”
    Donghae pun menurut. “ Gyu….gyuri anyeong!”
    “ Nuguseyo?” tanya Gyuri. Wajahnya terlihat seperti terlahir kembali tanpa sedikitpun masalah yang biasanya dia alami.
    Seungyeon makin tersedu. Lalu keluar ruangan, “ Oppa harus tetap disini. Aku akan segera kembali.”
    “ Gyuri-ah Gwenchanayo?” tanya Donghae. Genggamannya sangat erat. Dia sangat khawatir akan keadaan penyelamat hidupnya ini.
    “ Siapa Gyuri?” tanya Gyuri lagi.
    “ Kau Gyuri. Aku Donghae. Kau menyelamatkan hidupku dua bulan lalu.” Jelas Donghae.
    “ Mianhae… aku tak mengenal Gyuri dan Donghae.” Jawab Gyuri. “ Bisakah kau beritau aku dimana ini?”
    “ Ini di rumah sakit.” Jawab Donghae. Suaranya agak tercekat. Dia sadar sesuatu yang buruk sudah terjadi pada Gyuri.
    “ Rumah sakit?” Gyuri bertanya lagi. Matanya melihat sekeliling. Sama sekali tak memperhatikan Donghae.
    Tak lama Seungyeon datang bersama dengan dokter yang menangani Gyuri. Dan akhirnya Donghae dan Seungyeon keluar dari ruangan.
    “ Seungyeon-ah! Jelaskan padaku! Apa yang terjadi pada Gyuri?” tanya Donghae.
    Seungyeon makin terisak. “ Ini benar-benar terjadi. dia benar-benar kehilangan ingatannya oppa….”
    “ Mwo?” Donghae terkejut. Dia tak menyangka akan seperti ini. Mamang selama ini Seungyeon hanya menceritakan kelebihan Gyuri pada Donghae. Bukan perasaan atau penglihatan taerakhir Gyuri.
    “ Dokter bilang, karena ini gegar otak parah, amnesia Gyuri bersifat permanen. Dia tak akan lagi bisa mengingat kita semua.” Jelas Seungyeon. Matanya sudah sangat bengkak dan merah.
    “ kau bersungguh-sungguh?” tanya Donghae. Air matanya juga jatuh. Dia merasa bersalah. Karena Gyuri menyelamatkannya, Gyuri harus kehilangan ingatannya separah ini.
    “ Inilah yang dilihatnya dalam penglihatan terakhirnya. Dia tau dia akan mengalami ini jika dia menyelamatkanmu. Tapi dia rela melakukannya untukmu, karena sebenarnya dia… dia sangat menyukaimu.” Jelas Seungyeon.
    Donghae terbelalak. “ mengapa tak kau katakan ini sejak awal?” Donghae berhambur lari memasuki ruangan dan segera memeluk Gyuri. Dia tak peduli para perawat dan dokter sedang melarangnya.
***

    Setelah kecelakaan itu, Gyuri kehilangan kelebihannya. Dia kembali seperti gadis biasa. Hari-harinya di rumah sakit di habiskan dengan bahagia bersama Donghae yang selalu setia menemaninya.
    “ Gyuri-ah! Kau mau ice cream ini?” tanya Donghae saat mereka menghabiskan sore di taman rumah sakit.
    “ Ne. tentu aku mau.” Jawab Gyuri tersenyum senang.
    “ Cium aku dulu.” Kata Donghae sambil menunjuk bibirnya.
    “ Ajushi! Sebenarnya kau ini siapaku?” tanya Gyuri. “ kenapa kau begitu menyebalkan?”
    “ Ya! Kenapa kau panggil aku ajushi? Sudah ku beritau kau harus panggil aku oppa.” Kata Donghae.
    “ Oppa yang bernama Eunhyuk bilang aku sebenarnya memang memanggilmu begitu. Aku rasa aku harus mempercayainya.” Jawab Gyuri.
    “ Kau harus panggil aku oppa! Sudah kubilang aku ini kekasihmu!” kata Donghae.
    “ Kekasih? Tetapi mengapa kekasihku sejelek ini?” tanya Gyuri.
    “ Aku jelek?” tanya Donghae. “ sudahlah. Kau tak boleh makan ice cream ini. Ini untukku saja.”
    “ Ah… aniyo..aniyo… kau Tampan oppa… jebal… aku ingin ice cream itu!” kata Gyuri.
    “ Aniyo. andwe!” Donghae memalingkan muka.
    “ Oppa… jebal…..” kata Gyuri lagi. “ Kau tampan. Kau tampan.”
    Seungyeon tersenyum sekaligus meneteskan air matanya memperhatikan Gyuri yang sekarang. “ Gyuri mungkin ini memang lebih baik. Lebih baik kami menciptakan ingatanmu yang baru. Menghilangkan semua masalah besarmu itu. Inilah takdirmu… Seandainya kau masih ingat bahwa kau menyukai Donghae oppa, aku ingin sekali bisa melihat kebehagiaanmu itu, asal kau tau kini dia yang sangat menyukaimu, dia sangat mencintamu. Kau tak perlu khawatirkan Siwon oppa dan Sunye mereka sudah bersama sekarang. Siwon oppa mendekati Sunye untukmu. Dan dia berhasil membuat mereka berpisah tanpa membuat salah satu terluka.  Sekarang kebahagiaan ini sangat layak untukmu, kau sudah terlalu lama menderita dengan masalah-masalahmu itu.”
   
    “ Oppa! Aku mohon aku ingin ice cream itu!” teriak Gyuri. “ cepat berikan pa…” Gyuri terpotong.
    Donghae menciumnya.
“ Aaaa!” teriak Gyuri setelah Donghae berhenti menciumnya lalu tersenyum begitu manis. “ Ajushi! Kau menyebalkan!”
*****
   
   

[FANFIC] Sorry, I Love You


   
Jiyoung POV

Pemandangan seperti ini sangat sering aku lihat, terlalu sering malah. Sepasang kekasih yang begitu serasi selalu bersama di kelasku. Seohyun dan Minho memang benar-benar serasi. Parahnya mereka duduk di depan bangkuku. Aku sering kali berpikir untuk pindah bangku, tapi sampai sekarang aku tak melakukannya.
“ Aish... apa aku harus pindah bangku?” gumamku pelan.
Aku terkejut saat Minho tiba-tiba membalik badannya dan menatapku, “ Kenapa kau tak pindah sekarang?” tanyanya. Ekspresinya biasa saja.
“ Aigo!” Aku terkejut. “ Mwo? Darimana kau tau?”
Minho tak berkata apa-apa namun hanya langsung mebalik badannya lagi.
Lelaki itu, benar-benar tak jelas aku rasa. Tetapi lelaki ini begitu disukai di kelasku. Dia seperti harta berharga yang dimiliki kelasku. Hampir semua gadis di kelasku menyukainya, namun mereka mendukung hubungannya dengan Seohyun, karena Seohyun juga termasuk harta berharga.
**
Sepulang sekolah, seperti biasa aku menaiki bus yang biasa aku tumpangi. Anehnya, hari ini Minho kembali menaiki bus itu setelah beberapa lama. Rumahnya memang searah denganku, namun sudah lama sejak dia bersama Szeohyun dia tak pernah menaiki bus ini.
Aku melihatnya menaiki bus,” Tak biasanya dia naik bus ini? “ gumamku.
Tiba-tiba Minho duduk disebelahku lalu berkata, “ Bertanya-tanya mengapa aku naik bus ini?”
Aku terkejut seperti biasa, “ Mwo?”
“ Aku hanya tak pulang bersamanya seperti biasa.” Lanjut Minho. Wajahnya tanpa ekspresi saat berkata.
“ A...apa kau perlu menjawabnya?” tanyaku ragu.
“ Kau memang bertanya kan?” tanya Minho balik.
“ Lupakan.” kataku lalu mengalihkan pandanganku keluar jendela bus.
Aku tak pernah bisa akrab dengan teman sekelasku satu ini. Aku rasa dia terlalu misterius, aku memang tak pernah benar-benar mengenalnya.
**
“ Semuanya! Beri salam pada teman baru kalian, Son Dongwoon.” Kata Lee Seongsaenim di depan kelas.
Aku begitu terkejut mendengar nama itu. Aku benar-benar ingat nama itu, tapi aku tak yakin orang yang akan muncul sesaat lagi, sama dengan orang yang diingatnya.
Seorang laki-laki betubuh tinggi dan berwajah tampan memasuki kelas. Seluruh gadis yang ada di kelas berteriak tak jelas. Mereka jelas merasa senang mendapat teman baru setampan itu. Wajahnya memang tak seperti biasa, dia terlihat sekali bukan keturunan orang daerah ini.
Aku melihatnya. Aku mendadak bingung, aku tak bisa memastikan, Son Doongwoon yang ini adalah orang yang sama dengan Son Doongwoon teman kecilku
Setelah Lee Seongsaenim menyuruh Lelaki itu duduk, aku terus memperhartikannya. Dia terlihat berbeda dengan Dongwoon yang aku kenal. Dia tak seceria Dongwoon, dia terlihat tenang dan dewasa.
“ Jika dia memang Dongwoon yang dulu, apa dia mengenaliku?” gumamku. “ Ah... Andwe. Mereka bertolak belakang. Ini tak mungkin. Dongwoon yang ini juga lebih tampan.” Ku geleng-gelengkan kepalaku sambil berpikir keras..
Sekali lagi Minho membuatku terkejut, “ kau mengenalinya?” ekspresinya tak berarti apa-apa.
Aku masih saja terkejut, “ Mwo?” kataku pelan, “ mengapa kau selalu menguping?”
Minho tersenyum kecut, “ Apa hanya sedang jatuh cinta pada pandangan pertama?”
“ Aish... kau diam saja. Jika Seohyun melihatnya, kau akan mati.” Kataku mencoba mengancam, walau terdengar dipaksakan.
Minho hanya berbalik lagi, dan tak menghiraukanku. Dasar aneh!
***

Seohyun POV

Aku melihat lelaki ini masuk. Dia memang Dongwoon, aku masih mengenalinya. Siswa baru ini memang Dongwoon yang aku kenal. Dongwoon cinta pertamaku. Dongwoon yang meninggalkanku.
Untuk apa dia kembali ke kehidupanku? Tak taukah dia aku masih mencintainya? Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus memberitahunya perasaanku? Ya. Aku harus memberitaunya. Aku tak mau lagi kehilangan dia untuk kedua kalinya.
Aku agak kesal mendengar gadis-gadis dikelas ini menyukainya. Aku yakin dia datang untukku. Ini kesempatanku. Aku hanya ingin bahagia. Lagipula dia memang milikku.
***

Minho POV
   
    Kupikir Jiyoung juga menyukai siswa baru itu seperti yang lainnya. Kenapa dia selalu bergumam? Dan kenapa gumamannya selalu terdengar di telingaku. Dia benar-benar mudah ditebak.
    Hanya satu yang mengkhawatirkan, Siswa baru itu adalah Dongwoon. Dongwoon yang memiliki kunci dari semua ini. Untuk apa dia datang? Apa dia ingin memulai masalah ini? Aku tau Seohyun terus melihatnya sejak dia masuk, ini takkan menyenangkan.
***

Dongwoon POV
   
    Ya, aku melihat Jiyoung. Ini memang kelas yang benar. Kenapa dia tak mengenaliku? Apa aku tampak berbeda dimatanya? Aku harap dia bisa mengerti dengan cepat apa sebenarnya tujuanku datang kesini.
    Namun aku juga melihat Seohyun, kenapa dia juga ada di sekolah ini? Apa yang harus aku lakukan untuk menghadapinya nanti? Ini benar-benar diluar perkiraanku.
***

Jiyoung POV

    Hari ini ada lagi yang aneh saat aku menaiki bus untuk pulang. Minho masuk kedalam bus bersama Seohyun. Apa rumah Seohyun pindah sekarang? Apa Seohyun akan berkunjung ke rumah Minho? Mereka tak biasanya seperti ini.
    Anehnya lagi, saat Minho melewatiku, dia berbisik pelan hingga hanya aku yang bisa mendengarnya, “ Dia juga naik bus ini.”
    “ Mwo?” Aku benar-benar bingung apa maksudnya. Dia benar-benar aneh aku rasa. Tapi, tak lama kemudian, aku melihat siswa baru itu masuk kedalam bus. Aku juga terkejut saat dia tiba-tiba bicara padaku.
    “ Jiyoung-ah! Boleh aku duduk denganmu?” tanyanya, darimana dia tau namaku?
     “ Kau melupakanku?” tanya Dongwoon. Itu membuatku makin yakin dia memang Dongwoon yang dulu.
    “ Sepertinya kau tak mengenaliku, apa kau melupakanku begitu saja?” tanyanya lagi.
    Dengan ragu aku mencoba memanggilnya dengan julukan yang aku berikan padanya dulu, “ Dongwoon kelinci?”
    Dongwoon tersenyum senang, “ Ternyata kau ingat.”
    Aku langsung tersenyum senang, “ Dongwoon-ah? Kau benar-benar Dongwoon kelinci? Asal kau tau dari tadi pagi aku sibuk memikirkanmu. Aku tak bisa percaya bagitu saja kau Dongwoon yang dulu. Asal kau tau kau sangat berbeda sekarang.”
    Dongwoon tersenyum mendengarnya, “ Kau juga sangat berbeda sekarang.”
    “ Untuk apa kau kembali ke kota ini? Kau merindukan kota ini juga akhirnya?” tanyaku.
    “ Ne, kau benar. Seharusnya aku tak meninggalkan kota ini.” Sahut Dongwoon.
    “ Sekarang kau tinggal dimana?”
    “ Sebenarnya aku ingin kembali ke seberang rumahmu, tapi rumah itu sudah dimiliki orang lain. Jadi aku tinggal lebih jauh sekarang.” Jelas Dongwoon.
    “ Ne, Seberang rumahku itu sekarang tak punya anak yang seumuran denganku.”
    “ Kau pasti kesepian kan? Aku yakin kau masih tak pandai berteman.” Kata Dongwoon sambil tersenyum.
    “ Ne, kau benar. Dan ini gara-gara kau.” Aku juga tersenyum.
    Ditengah-tengah perjalanan, tak sengaja aku melihat Dongwoon dan Seohyun saling tersenyum. Apa mereka saling kenal?
**
    Keesokan harinya, aku mendengar bisikan-bisikan gadis-gadis dikelas. Ternyata mereka sedang sangat bersemangat membicarakan Dongwoon. Namun aku cukup terkejut saat mereka menyebut nama Seohyun.
    Ternyata memang memang benar, Dongwoon dan Seohyun sudah saling kenal sebelumnya. Kelihatannya mereka makin iri dengan Seohyun yang selalu mengenal dengan baik laki-laki tampan seperti Dongwoon dan Minho.
***

Seohyun POV
   
    Ya, aku harus segera memberitaunya. Aku tak bisa memendamnya lebih lama lagi. Aku takkan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku yakin dia memang datang untukku.
    Aku pun menghampiri Dongwoon di halte bus. Aku tau Minho mencariku, tapi aku sama sekali tak mempedulikannya. Kuberanikan diriku untuk memulai pembicaraan dengan Dongwoon, saat kulihat dia lebih dekat, dia tetap tampan seperti biasa. Bahkan sekarang dia lebih menenangkan bagiku.
    “ Dongwoon-ah...” sapaku.
    Dongwoon terlihat aneh melihatku, “ Ah, Seo...Seohyun-ah!”
    “ Aku takkan membuang waktu lagi.” Kataku, aku berusaha terlihat kuat dimatanya.
    “ U..untuk apa?” tanyanya tergagap.
    “ Kau tau bagaimana perasaanku waktu itu kan?”
    Dongwoon hanya diam. Aku agak tak suka ini.
    “ Kau harus ingat. Perasaan itu masih berlaku sekarang.” Jelasku.
    Dongwoon akhirnya bicara, “ Kita bicarakan itu lain kali. Aku harus pergi. “ katanya cepat lalu menyusul Jiyoung masuk kedalam bus.
    Aku juga tak suka dengan ini, sepertinya Dongwoon sangat dekat dengan Jiyoung. Apa yang terjadi di antara mereka? Mengapa mereka sedekat itu? Setauku Jiyoung tak pernah dekat dengan lelaki seperti itu. Kenapa dia menggangguku?
***

Jiyoung POV

    Sepulang sekolah, aku melihat Minho kebingungan. Aku ingin membalas kebiasaan Minho, dan berharap semoga tebakanku benar. “ Kau mencari Seohyun ya?”
    Minho tak berekspresi apa-apa, “ Kau melihatnya?” kenapa tak berpengaruh padanya?
    “ Aniyo.” Jawabku lalu pergi.
    Saat akan naik ke dalam Bus, aku melihat Seohyun bicara dengan Dongwoon di halte. Sekilas aku mendengar Seohyun bicara tentang perasaannya. Apa maksudnya itu? Adegan itu membuatku berpikir Seohyun menyukai Dongwoon. Tapi, Andwe! Itu tak mungkin. Tak masuk akal jika Seohyun menghianati Minho. Jiyoung!!!! Kau harus merubah cara berpikirmu. Aku benar-benar kekanakan.
    Setelah aku naik ke dalam bus, ternyata Dongwoon menyusulku, diapun duduk di sampingku seperti biasa. Aku tak tahan untuk tak bertanya, “Dongwoon-ah, Kau menganal Seohyun?”
    “ Oh? Ne. Dulu kami satu tempat kursus.” Jawab Dongwoon
    “ Wah, aku benar-benar tak tau lagi kehidupanmu setelah kau pindah.”
“ Jelas saja kau tak tau.” Sahut Dongwoon tersenyum manis.
Senyumnya begitu manis..... “ Aish....” tiba-tiba aku ingat sesuatu. “ Aku meninggalkan bukuku di kelas. Eotokhe?”
Dongwoon tersenyum lagi, “ kau masih tak menghilangkan sifat kekanak-kanakanmu ya...” Dongwoon mengacak-acak rambutku.
“ Kau juga tak kehilangan kebiasaanmu yang satu ini.” kataku sambil menata rambutku.
Sebelum Bus yang kunaikku berjalan, aku sempat melihat keluar jendela dan menemukan Minho dengan wajah khawatir menghampiri Seohyun yang berekspresi aneh. Aku benar-benar tak mengerti.
**
    Keesokkan harinya, aku terkejut saat beberapa gadis di kelasku menghampiri. Mereka terlihat marah atau, mereka bingung. Aku juga bingung, aku tak tau maksud mereka.
    “ Jiyoung-ah! Cepat jelaskan pada kami!” kata salah satu dari mereka.
    “ Mworago?” tanyaku heran.
    “ Ada yang melihatmu bicara dengan Dongwoon di bus. Kau diam-diam mendekatinya kan?”
    “ Aniyo... siapa bilang aku mendekatinya?”
    “ Sudah mengaku saja! Kami dulu yang memutuskanuntuk mendekatinya. Jangan kau dekati dia. Kau mengerti?” salah satu yang lain terlihat tak sabar, bicara dengan ketus.
    “ Chicha... aku tak mendekatinya. Lagipula... lagipula aku sudah lama mengenalnya, ja..jadi wajar kalau aku bicara dengannya.” Jelasku. Aku agak takut dengan mereka.
    “ Mwo? Sudah lama mengenalnya? Kau pasti berbohong! Jelas-jelas dia tak mengenalmu.”
    “ Aniyo. Aku bersungguh-sungguh.” kelakku. “ Tanyakan saja padanya!”
***

Dongwoon POV
   
    Aku terkejut melihat Jiyoung dikerumuni beberapa gadis. Aku mendengar mereka tak percaya bahwa Jiyoung sudah lama mengenalku. Aku tak suka melihat Jiyoung tertindas seperti ini.
    “ Ne, kami memang saling kenal, dia sahabat kecilku dulu.”
    Mendengar suaraku, gadis-gadis itu terkejut bukan main. “ Chicharo?”
    “ Ne, chincha.” Jawabku sambil tersenyum.
    Entah kenapa gadis-gadis itu tiba-tiba berhamburan keluar kelas. Tapi aku suka mereka memberiku kesempatan berdua dengan Jiyoung.
    Kulihat Jiyoung masih sedikit Shock, aku coba menghampirinya, “ Gwenchana?”
    “Gwe..gwenchana. tak kusangka mereka seganas itu.” Jawab Jiyoung.
    “ Jiyoung-ah!” panggilku.
    “ Ne?”
    “ Kau mau pergi bersamaku nanti?”
    “ Kemana?”
    “ Ketempat kita biasa pergi tentu saja.”
    “ Taman bermain?” tanya Jiyoung antusias. Itu membuatku senang.
    Aku pun tersenyum lalu menjawab, “ ne, tantu saja kesana.”
“ Bagus sekali. Sudah lama aku tak kesana. Tapi....” Jiyoung tak meneruskan kalimatnya.
“ Tapi kenapa?”
“ Akan berbeda rasanya, biasanya kita pergi kesana bersama orang tua kita. Sekarang kita sudah harus pergi sendiri.” Jelas Jiyoung.
“ Kau tenang saja, kau takkan hilang. Aku akan menjagamu.” Kataku sambil mengacak-acak rambutnya. Aku senang melakukannya, aku senang menyentuh rambutnya yang lembut dan selalu wangi itu.
Tak lama kemudian, Minho masuk bersama Seohyun. Aku tau Seohyun sedang menatapku, tapi aku berusaha menghindarinya sekarang.
“Bisa kau berhenti melakukannya?” Tanya Jiyoung padaku sambil menata rambutnya.
Aku hanya bisa tersenyum pada Jiyoung walau mungkin terlihat dipaksakan.
***

Seohyun POV
   
    Aku benar-benar tak suka hal ini. Aku benci saat seperti ini. Mengapa aku selalu menemukan Dongwoon bersama dengan Jiyoung? Untuk apa mereka sedekat itu? Jadi benar kata gadis-gadis, mereka teman kecil? Aku benar-benar tak suka kenyataan ini.
    Aku juga teman Dongwoon dulu. Tapi kenapa dia hanya dekat dengan Jiyoung? Ada apa denganku? Mengapa dia tak dekat denganku? Aku harus melakukan sesuatu untuk menghentikan ini. Aku harus berbuat sesuatu pada Jiyoung. Dia bisa merusak kebahagiaanku.
***

Jiyoung POV
   
    Aku menaiki beberapa permainan di taman bermain, aku berteriak-teriak senang bersama Dongwoon. Aku benar-benar merindukan saat-saat seperti ini.
    “ Dongwoon-ah! Sudah lama sekali kita tak melakukan ini!” teriakku saat mencoba wahana komidi putar.
    “ Ne, kau benar. Rasanya stresku hilang.” Sahut Dongwoon. Dongwoon benar-benar menyenangkan. Dia memang sahabat terbaikku.
    “ Kita memang tak sekecil dulu sekarang. Sekarang kita punya masalah sendiri.” aku tertawa lepas.
    Setelah mencoba komidi putar, Dongwoon mengajakku melanjutkan perjalanan.
    “ Sekarang kita kemana Jiyoung-ah?” tanya Dongwoon mengetes ingatanku.
    Aku berpikir keras untuk men jawab, “ Kau kira aku lupa?” aku tersenyum. “ Ini saatnya makan ice cream.”
    Dongwoon pun menggandeng lenganku dan mengajakku ke penjual ice cream. Aku suka sekali ice cream, Dongwoon juga begitu aku rasa. Kami memang punya banyak kesukaan yang sama. Dia benar-benar memahamiku.
    Saat sampai di depan penjual ice cream, mendadak Dongwoon berhenti. Apa sebenarnya yang dia lakukan? Apa ice creamnya tak ada?
    “ Dongwoon-ah, weyo?”
***

Minho POV

    Hari ini aku berniat meringankan beban di kepala Seohyun, aku ingin melihatnya tersenyum karenaku. Aku mengajaknya pergi ke taman hiburan. Namun ternyata pilihanku ini salah. Saat aku  mengajaknya membeli ice Cream, kami bertemu dengan Dongwoon dan Jiyoung.
    Aku tau ini akan membuatku tak terperhatikan lagi. Aku makin yakin saat Seohyun mulai bicara, “Kalian baru jadian?”
    Aku melihat ekspresi wajah Dongwoon yang berubah drastis, aku tau dia tak menyukai hal ini.
    “ Ka...kalian juga disini?” tanya Jiyoung dengan gayanya yang biasa.
    “ Jadi benar, kalian baru jadian?” tanya Seohyun, ada rasa jengkel diwajahnya.
    “ Aniyo. Andwe. Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu? Kau salah paham. Kami memang berteman sejak kecil.” Jelas Jiyoung. Jiyoung menyenggol lengan Dongwoon bermaksud menyuruhnya menjelaskannya.
    Aku juga tak begitu suka kejadian seperti ini. Namun, aku rasa tak ada yang bisa dilakukan olehku. Aku hanya mengikuti arus. Aku pun memberikan ice cream yang sudah kubeli pada Seohyun.
    “Aku tak menginginkannya lagi.” Kata Seohyun seperti yang sudah kubayangkan. Dia pun pergi bergitu saja meninggalkanku.
    Tapi aku siap akan hal ini, hal seperti ini akan lebih sering terjadi sekarang. Dan aku tak perlu khawatir. Mungkin hanya orang lain yang tak mengerti sedang mengkhawatirkanku. Tapi mereka tak tau aku sama sekali tak mengkhawatirkan apa yang mereka khawatirkan, aku hanya mengkhawatirkan keadaan Seohyun.
    Aku pun mengikuti Seohyun pergi. Akan lebih menyulitkan jika aku berdiam diri dan dihujani pertanyaan gila dari Jiyoung gadis aneh itu.
***

Dongwoon POV
   
    Kenapa aku bertemu dengannya disini? Aku benar-benar tak tau apa yang harus kulakukan.
    Jiyoung menanyaiku, “ weyo?”
    Aku tak bisa menjawab.
    “ Gwenchana? Kau sakit?” tanya Jiyoung.
    “ Aniyo. Gwenchana.” Jawabku sambil mencoba tersenyum, lalu segera membeli ice cream untuknya.
    Setelah membeli uce cream, kami duduk di salah satu bangku taman. Aku tau Jiyoung mengkhawatirkanku, dan itu membuatku bahagia.
    “ Aku tau kau Dongwoon-ah. Pasti ada sesuatu kan? Meski aku tak tau apa masalahnya, pasti memberatkan hatimu. Geurae?” dia benar-benar memahamiku.
    Namun aku tak bisa memberitaunya, aku tersenyum. “ Kau masih mengerti aku? Gwenchanayo... masalahnya tak terlalu berat aku rasa. Kau santai saja. Jika ice creamu kurang, aku akan belikan lagi.”
    Dia hanya tersenyum. Senyum inilah yang selalu aku rindukan, senyum inilah yang membuatku tak bisa berhenti memikirkannya. Dia benar-benar membuatku gila.
***

Jiyoung POV
   
    Jadi memang benar, sedang ada beberapa masalah rumit mengelilingiku sekarang. Tapi aku tetap tak bisa mengerti apa yang sedang terjadi.
    Hari ini aku takut setengah mati, tiba-tiba Seohyun mengajakku bicara empat mata dia perpustakaan.
    “ Jadi benar kau teman kecilnya?” tanya Seohyun.
    “ Apa maksudmu Dongwoon?”
    “ Siapa lagi?” Seohyun tak lagi terlihat ramah.
    “ N..ne. kami teman kecil sebelum dia pindah dari kota ini.” Jawabku. Aku benar-benar takut.
    “ Bisakah kau tak mendekatinya lagi?” tanya Seohyun dengan ekspresi tenang namun tak seperti biasanya.
    “ Maksudmu?”
    “Aku yakin kau tau maksudku. Kau tentu tau kan kau tak pantas bersamanya?”
    “ Mwo?”
    “ Hanya gadis sepertiku yang pantas.” Seohyun berkata sambil berbalik dan pergi begitu saja.
    Dia benar-benar membuatku heran dan takut. Apa sebenarnya maksudnya? Kalau teringat pembicaraannya dengan Dongwoon waktu itu, apa benar dia menyukai Dongwoon?”
    “ Andwe!” gumamku.
**
    Aku heran kemana Dongwoon dan Seohyun hari ini. Sepulang sekolah aku hanya melihat Minho memasuki bus yang aku naikki. Yang aneh lagi, dia menghampiriku dan bicara denganku, aku selalu berdebar saat sperti ini. Minho menakutkan.
    Minho bertanya saat duduk di sampingku, “Kau benar-benar teman kecilnya?”
    “ Mwo? Nugu?”
    “ Kau tau siapa.” Minho tak berekspresi seperti biasa.
    “ Dongwoon?” aku mencoba menebak.
    “ Kau memang teman kecilnya?” tanya Minho.
    “ Ne, itu benar.”
    “ Apa kalian juga memang baru jadian?”
    “ Ah, aniyo. Itu salah. Kami selalu berteman. Andwe, dia sudah seperti saudaraku.” Jelasku. Apa maksudnya ini? Apa ini penting untuk Minho?
    Minho tak bertanya lagi, dia hanya diam. Dia benar-benar aneh. Apa dia memikirkan Seohyun?
    Dia mengejutkanku sekali lagi, apa di abisa membaca pikiranku? ““ Kau pikir aku memikirkan Seohyun?” tanyanya.
    “ Mwo?” aku terkejut seperti biasa. “ kenapa kau selalu tau semuanya?”
    “ Kita sama-sama tau masalah kita.” Jawabnya.
    “ Masalah? Apa maksudnya?”
    “ Kau tau.” Jawab Minho, lalu kembali diam.
    Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Apa yang dia bicarakan? Masalah apa sebenarnya ini? Aku benar-benar tak mengerti.
**
    Akhir-akhir ini aku semakin sering melihat Dongwoon dan Seohyun bicara bersama. Bagaimana dengan Minho?
    “ Apa sebenarnya yang mereka bicarakan?” Gumamku.
    Lagi-lagi Minho membuatku terkejut, “Kurasa kau lebih tau dariku.” Dia berdiri di belakangku dan membuatku terlonjak. Dasar Minho!
    “ YA! Bisakah kau berhenti melakukannya?” teriakku padanya.
    “ Mengapa kau berteriak pada Minho?” tanya Seohyun yang tiba-tiba datang dari belakangku.
    Aku terlonjak sekali lagi, “ Ah... mi..mianhae...” aku langsung saja pergi menghindari Dua orang yang sedang sangat aneh itu.
    Aku berjalan ke kantin sekolah dan menemukan Dongwoon disana, “ Dongwoon-ah!”
    Dongwoon tersenyum lemah.
    “ Gwenchanayo?”
    Dongwoon tak menjawab, dia hanya menundukkan kepalanya, dan memegangi kepalanya begitu kuat.
    Agak lama, Dongwoon akhirnya bicara, “ Jiyoung-ah, boleh aku kerumahmu malam ini?”
    “ Kau akan kerumahku? Untuk apa? Apa kau ingin melihat rumah lamamu? Bentuknya sudah berbeda.”   
    “ Aniyo, bukan begitu. Kau hanya perlu mengizinkan aku datang nanti.” Dongwoon terlihat sangat serius. Dia terlihat aneh bagiku.
    “ N..ne. orangtuaku akan sangat senang bertemu denganmu nanti.” aku tersenyum dengan ragu.
***

Dongwoon POV

    Aku sedikit terlambat datang ke rumah Jiyoung. Aku benar-benar bingung. Aku tak begitu yakin langkahku ini benar. Tapi jika aku tak melakukan ini, aku bisa gila. Aku sudah terlanjur menyukainya. Dan sekarang dia sudah ada di depanku. Aku tak sanggup melewatkannya lagi.
    Jiyoung membukakan pintu rumahnya untukku. Rumahnya tak berubah, masih sama seperti dulu, hanya saja tamannya mulai terlihat gersang sekarang.
“ Semalam ini kau datang?” tanya Jiyoung.
“ Mi..mianhae...” jawabku.
“ Orang tuaku sedang pergi keluar kota, kau tak bisa bertemu dengan mereka.” Jelasnya sambil mempersilahkan aku duduk di ruang tamunya. Aku rindu suasana rumah ini beserta pemiliknya.
“ Sebenarnya kau mau apa?” tanya Jiyoung. Aku tau dia benar-benar heran dan bingung.
“ Aku hanya ingin bicara padamu.”
“ Bicara? Tak puas disekolah?” tanya Jiyoung polos.
“ Ini beda Jiyoung-ah. Aku akan bicara mengenai perasaanku.” Jelasku.
“ Apa maksudmu?”
Kuputuskan untuk menyelesaikan semua ini sekarang juga. “ Kau kira untuk apa aku kembali ke kota ini kalau bukan untukmu?”
Jiyoung hanya diam tak mengerti. Aku tau ini keputusan yang berbahaya. Namun aku tak bisa melakukan apa yang aku inginkan sebegitu mudahnya. Aku tau jika aku sampaikan perasaanku pada Jiyoung, Seohyun akan membenci hal ini. Akan terjadi sesuatu yang buruk nanti. Tapi memang inilah tujuanku kembali ke kota ini. Aku hanya ingin menyampaikan perasaanku pada Jiyoung.
Aku tak ingin ada yang terluka, namun aku tak bisa membuat semua sesuai keinginanku. Aku akan tetap sampaikan perasaanku pada Jiyoung. Walaupun mungkin dia takkan membalasnya.
“ Jiyoung-ah. Aku baru menyadarinya saat aku pergi meninggalkanmu. Aku... aku rasa kaulah cinta pertamaku. Aku jatuh hati padamu.”
“ Dongwoon-ah.... aku...aku...” aku tau dia sangat bingung, dan terkejut. Mungkin benar dia memang tak memiliki perasaan sepertiku.
“ Apa kau akan bilang kau tak merasakan hal yang sama denganku?” tanyaku.
“ Aku...” dia tak berani menjawab.
“ Aku tak memaksamu untuk membalas perasaanku. Aku hanya ingin kau tau.”
“ Dongwoon-ah. Aku juga tak tau apa yang harus aku katakan padamu...” Jiyoung terlihat khawatir.
Aku mengisyaratkan padanya untuk diam
“ Kau tak perlu berpikir. Aku hanya perlu izinmu untuk terus mencintaimu. Izinkan aku menjagamu. Terserah kau anggap aku apa. Aku hanya ingin terus disisimu.”
Jiyoung tak berkata apa-apa. Aku hanya terus menggenggam tangannya berniat membuatnya tenang.
***

Jiyoung POV

    Siang ini, lagi-lagi aku tak sengaja melihat Dongwoon bicara pada Seohyun, namun kali ini, Seohyun terlihat begitu tak senang. Seohyun sempat melirik tajam ke arahku dan membuatku bingung sekaligus takut. Jadi benar memang ada sesuatu dengan Seohyun dan Dongwoon?
    Setelah itu aku masuk kedalam kelas dan menemukan Minho sendiri. Aku pun bicara bermaksud mendahului Minho, “Kau tak tanya padaku apa aku sedang memikirkan keberadaan Seohyun?”
    Minho berbalik ke arahku dan tersenyum, “ Kau sudah tau dimana dia kan?” kenapa dia selalu tau? Dia benar-benar menyebalkan. Siapa juga yang memberinya senyum semanis itu.
    “ Kenapa kau tau segalanya?” tanyaku padanya.
    Minho tak menjawab dan hanya berbalik.
    Aku terlalu terbiasa menggumam sendiri dan selalu melupakan bahwa Minho akan selalu mengetahuinya, “ Apa dia juga tau soal Seohyun dan Dongwoon?”
    Tiba-tiba Minho berbalik lagi dan berkata, “ Arasso.”
    “ Mwo?” aku kembali terkejut. “ Bisakah kau berhenti melakukan itu? Itu benar-benar berbahaya kau tau?”
    Tiba-tiba Minho malah tersenyum. Dan setelah aku perhatikan senyumnya memang benar-benar manis.
    Aku sedikit melamun setelah itu hingga aku memukul pelan kepalaku sendiri. “ Andwe! Aku tak boleh berpikiran seperti itu. Andwe! Andwe!” gumamku. Aku langsung menutup mulutku setelah sadar bahwa Minho ada di depanku, bisa saja minho mengetahuinya.
    Benar saja Minho langsung berbalik padaku, “ apa yang kau pikirkan?”
    “ Mollayo?” tanyaku meyakinkan diriku sendiri. Apa benar dia tak tau apa yang aku pikirkan, “ jeongmal mollayo?”
    “ Mworago?” tanya Minho.
    “ Syukurlah kalau begitu.” Untung saja dia tak mengetahuinya.
    Minho hanya bebalik lagi. Dia benar-benar aneh.
**
    Setelah berolahraga, aku duduk di tepi lapangan. Aku benar-benar lemas. Aku tak suka pelajaran yang satu ini.
    Tiba-tiba Dongwoon menghampiriku sambil memberikan sebotol minuman untukku, “ Ini untukmu.”
    “ Oh, gomawo. “ jawabku kikuk.
    “ Kau lelah?” tanya Dongwoon sambil tersenyum ramah. Itulah kebiasaannya.
    Aku melihat Seohyun saat melewatiku, wajahnya benar-benar jengkel aku rasa, “Ani, aku tak begitu lelah.” Kataku menjawab pertanyaan Dongwoon.
    “ Sebaiknya kau mengganti seragammu dengan cepat. Kau terlalu lama menghabiskan waktu istirahat.” Jelas Dongwoon. “ Kau tak bisa kehilangan kebiasaanmu itu ya?”
    “ Mwo?” apa yang dia bicarakan?
    “ Kemalasanmu itu.” Jawab Dongwoon.
    “ Malas? Aniyo. Aku tak malas. Siapa bilang aku malas? Ini aku baru mau ke ruang ganti.” kelakku lalu berdiri dan menuju ke ruang ganti.
    Diruang ganti sudah sangat sepi aku hanya bisa melihat Seohyun disana. Aku masuk dengan agak takut. Namun aku memerangi perasaan gilaku itu. Takkan terjadi apa-apa. Aku hanya ingin mengganti seragamku.
    Setelah aku mengganti seragamku dan berniat keluar dari ruang ganti, aku memanik saat aku tak bisa membuka pintunya. Aku rasa pintu itu terkunci dari luar.
    “ Eotokhajo?” aku panik sekali. Aku menggedor-gedor pintu itu beberapa kali.
    “ Ada orang diluar?” teriakku. “ Aku mohon buka pintunya!”
    Agak lama aku terkurung di dalam ruang ganti. Aku sudah sangat putus asa. Aku benar-benar takut kegelapan, sedang hari semakin gelap. Aku hanya bisa duduk lemas bersandar di pintu.
    “ Eotokhajo? Kalau aku tak bisa pulang bagaimana? Mengapa tak ada yang mencariku?” gumamku.
    Tiba-tiba suara dari balik pintu menjawab, benar-benar membuatku terkejut, “ Kau akan pulang! Mundur dari pintu!”
    Itu suara Minho, “ Minho-ah?”
    Aku pun mundur dari pintu lalu Minho dengan cepat mendobrak pintu itu hingga menjeblak terbuka. Suaranya sangat keras di gedung sekolah yang mulai sepi ini.
    “ Kau bodoh? Apa kau tak kuat mendobrak pintunya?” tanya Minho.
    “ Ka...kau? Mengapa ka...kau disini? Apa yang ka...kau lakukan?”
    Minho tersenyum kecut, “ menyelamatkanmu tentu saja.” Jawabnya
    “ Tapi...” aku tak tau harus berkata apa. Aku hanya sedang bingung. Bagaimana bisa dia tau aku ada disini.
“ Kau tak mau pulang?” tanya Minho.
“ Tentu saja mau.” Jawabku segera.
Aku dan Minho pun menaikki bus yang biasa kami naikki.
Di dalam bus aku sibuk berpikir tetang ini semua, mengapa semuanya begitu membingungkan?
“ Kau ingin tau dimana Seohyun?” tanya Minho tiba-tiba.
“ N..ne, dimana dia? Mengapa kau tak bersamanya?” tanya Jiyoung. aku mulai terbiasa dengan kebiasaan Minho itu.
“ Dia pulang, seperti biasa.” Jawab Minho.
“ Tapi..” aku tak meneruskan kalimatku.
“ Kau ingin tau mengapa aku masih disini?” tanya Minho lagi.
“ Ne.” Jawabku cepat.
“ Ku lihat Dongwoon tak pulang bersamamu. Dan kulihat dia juga sibuk mencarimu.” Jelas Minho.
“ Bagaimana kau tau aku terkurung di ruang ganti?”
“ Terakhir aku melihatmu saat kau memasuki ruangan itu.” Jawab Minho.
“ Mengapa kau tak pulang bersama Seohyun saja?”
“ Kau tau ini masalah apa.” Jawab Minho.
“ Jakkaman. Minho-ah! Jelaskan padaku. Apa sebenarnya kau tau semuanya? Kau tau soal Seohyun dan Dongwoon?” aku ingin memperjelas semuanya.
“ Kau tau jawabannya.” Jawab Minho.
    “ Kenapa kau tak pernah jelas?” tanyaku.
    “ Dan kau selalu terlalu jelas.” Sahut Minho. “ Mengapa kau tak pernah bisa menyembunyikan apa-apa?”
“ Ya! Ini bukan waktunya membicarakanku. Sudahlah, kuanggap kau mengerti semuanya.” Kugelengkan kepalaku, aku tak habis pikir dengan lelaki ini.
“ Ne, aku mengerti semuanya.” Kata Minho, wajahnya terlihat lebih serius. “ Yang tidak aku mengerti adalah apa kau juga menyukai Dongwoon?”
Aku terkejut bagaimana bisa Minho tau sedalam ini. “ Mwo? Bisakah kau jelaskan darimana kau tau semuanya?”
“ Tak bisakah kau melihat? Semua begitu jelas.” Jawab Minho.
Baru kali ini aku bicara serius dengan Minho. Aku benar-benar merasa canggung. Aku tak pernah mengenal Minho sebelumnya.
“ Jadi...” aku bicara dengan ragu. “ menurutmu Seohyun benar-benar menyukai Dongwoon?”
“ Kau bodoh jika masih tak menyadarinya.” Jawab Minho.
“ Tapi.... aku rasa itu tak mungkin. Kau tau sendiri dia sedang bersamamu sekarang, kau juga tau dia sangat menyayangimu kan?”
“ Kau harus tau bahwa tak semua hal di dunia ini yang mengandung kejujuran dan kau juga harus tau begitu banyak rahasia di dunia ini.” Jelas Minho.
Aku tertegun mendengar penjelasan itu. Hari ini aku menemukan sisi lain dari pribadi Minho, entah mengapa aku begitu senang mendengar semua perkataan Minho itu.
“ Dan semuanya makin jelas dengan kejadian hari ini.” Kata Minho tiba-tiba.
“ Kejadian hari ini?” tanyaku, “ Kejadian apa?”
“ kejadian kau terkurung di ruang ganti.” Jawab Minho.
“ Lalu, apa hubungannya?”
“ Kau belum jawab pertanyaanku soal perasaanmu pada Dongwoon.” Minho mengalihkan pembicaraannya.
“ Ah?..... aku...aku Haruskah aku ceritakan ini padamu?”
“ Kau harus, ini masalah kita sekarang.” Jawab Minho. “ Ku rasa hanya kau yang bisa membereskan masalah ini.”
“ Mwo? Aku? Apa yang bisa kulakukan?” aku sungguh heran.
“ Kau bisa menjawab pertanyaanku.” Jawab Minho santai.
    “Dongwoon itu sudah seperti oppaku, aku tak tau apa yang sebenarnya aku rasakan. Aku akui aku menyayanginya. Tapi aku rasa hanya sebatas sahabat.” Aku berusaha menjelaskannya.
“ Gomawo... teruslah bantu aku dengan selalu bicara dengaku seperti ini.” Kata Minho.
    Aku tak berkata apa-apa aku hanya terus menatap Minho yang sedari tadi tak menatapku.
***

Author POV

    Sepulang sekolah hari ini, Hujan turun cukup lebat, Jiyoung tak membawa payung, dia benar-benar bingung bagaimana caranya sampai ke halte bus.
“ Aish.... eotokhajo?” gumam Jiyoung, dia benar-benar bingung. “ Hujan cepatlah reda!!!!”
“ Hujan seperti ini pasti lama.” Dongwoon tiba-tiba menghampiri Jiyoung.
“ Dongwoon-ah! Kau mengagetkanku.” Kata Jiyoung.
“ Kau ingin segera ke halte bus kan?” tanya Dongwoon, dia tersenyum manis saat berkata.
“ Ne, kau benar. Apa kau tidak?”
“ Kalau begitu kita pakai caraku saja!” ajak Dongwoon.
“ Mwo? Apa kau bawa payung?” tanya Jiyoung.
“ Aniyo.” Dongwoon menggeleng.
“ Kau bawa jas hujan?” tanya Jiyoung lagi.
“ Aniyo.”
“ Apa kau akan menyetir busnya kesini?” Kini Jiyoung mulai menampakkan kekanakannya.
“ Tentu saja tidak! Dasar babo!” Dongwoon memukul pelan kepala Jiyoung.
“ Lalu apa?”
Dongwoon tersenyum lalu mengeluarkan jaket dari dalam tasnya.
“ Apa kau akan meminjamkannya padaku?” tanya Jiyoung.
“ Enak saja! Kita pakai ini bersama.”
“ apa muat?”
“ YA! Apa kau tak pernah melihat drama? Kau tau adegan saat sepasang kekasih kencan di tengah hujan atau tidak?” Dongwoon mulai tak sabar.
“ Drama yang mana?” tanya Jiyoung, dia menggaruk-garuk kepalanya.
“ Sudahlah...” Dongwoon berkata sambil menarik Jiyoung dalam rangkulannya.
Dongwoon membawa Jiyoung ke halte bus di bawah perlindungan jaket yang ia rentangkan di atasnya dan Jiyoung.
Sesampainya di halte bus, cukup banyak siswa lain yang memperhatikan dua remaja ini. Namun Jiyoung tak mengerti apa maksud mereka.
“ Kenapa busnya lama?” kata Dongwoon.
“ Itu sudah biasa.” Jawab Jiyoung.
“ Kau tidak kedinginan?” tanya Dongwoon.
“ Jelas saja aku kedinginan. Kau tak sadar ini sedang hujan?” kata Jiyoung sambil menggosok-gosok tangannya.
“ ne, jakkaman.” Kata Dongwoon tiba-tiba lalu pergi meninggalkan Jiyoung.
“ Mau kemana?” tanya Jiyoung. Namun Dongwoon sudah tak mendengarya di tengah hujan yang berisik.
Jiyoung menunggu Dongwoon kembali, dia bertanya-tanya kemana sebenarnya Dongwoon pergi. Pada saat yang sama, Jiyoung melihat Seohyun berjalan dengan basah kuyup ke arahnya.
Seohyun menghampiri Jiyoung dengan raut wajah tak sabar, “ Kau masih tak sadar?”
“ Seohyun-ah?” Jiyoung terkejut. Jiyoung bisa melihat Minho jauh di belakang Seohyun sedang menatapnya.
“ Peringatanku waktu itu?” kata Seohyun.
Jiyoung tak tau harus berbuat apa. Dia benar-benar terkejut melihat Seohyun seperti ini. Seohyun tak terlihat seperti biasanya. Seohyun yang selalu tampak ramah, lembut dan anggun, kini berubah menjadi Seohyun yang berbahaya dan bisa menyerang kapan saja. Matanya merah seperti menangis, namun air hujan menyamarkan semuanya.
“ Seohyun-ah...” Jiyoung menatap Minho.
Jiyoung sekarang sangat ingin menanyakan perasaan Seohyun pada Dongwoon namun dia tak sanggup melakukannya. Tapi Minho tiba-tiba mengangguk seakan mengerti apa yang sedang Jiyoung pikirkan. Jiyoung pun memberanikan dirinya.
“ Kau benar-benar menyukai Dongwoon?” tanya Jiyoung ragu.
“ Ne, geuraeso. Apa ini masih belum jelas?” Seohyun benar-benar menakutkan sekarang.
“ Bagaimana dengan Minho?” tanya Jiyoung.
Seohyun tak menjawab.
“ Apa kau akan menghianati Minho begitu saja?”
“ Bisakah kau berhenti bertanya?” tanya Seohyun.
“ Sadarkah kau sedang melakukan hal yang salah?”
“ Aku bilang berhenti!” teriak Seohyun sambil menutupi kedua telinganya.
    Jiyoung heran mengapa reaksi Seohyun begitu berlebihan seperti ini. Namun saat dia akan berkata lagi, Minho menatapnya dan memberinya isyarat agar tak berkata lagi.
    Seohyun berteriak sekali lagi, “ Berhenti!” Minho seketika menghampiri Seohyun dan merangkulnya dari belakang seakan menahanya untuk memberontak.
     Jiyoung begitu bingung apa yang sebenarnya sedang tejadi. Dia benar-benar tak mengerti dia hanya bisa membeku.
    Kemudian Dongwoon datang dengan membawa dua gelas kopi hangat yang baru dibelinya. “ Seohyun-ah! Cukup. Jebal... cukup kau lakukan ini. Aku sudah katakan padamu aku mencintainya. Kau sudah memiliki yang lain.”
    Kempat orang ini sama sekali tak peduli bahwa ada banyak siswa lain yang sedang memperhatikan mereka. Mereka juga tak peduli air hujan yang dingin telah membasahi seluruh tubuh mereka.
    “ Dongwoon-ah!” Seohyun memeluk Dongwoon erat.
    “ Jiyoung sebaiknya kau pulang bersama Minho sekarang. Biar aku antarkan Seohyun pulang.” Kata Dongwoon sambil menuntun Seohyun dan pergi.
***

Jiyoung POV.
   
    Aku masih membeku saat Minho menarikku ke dalam Bus yang baru saja datang.
    Di dalam Bus aku akhirnya bicara, “ Jelaskan padaku.”
    “ Seohyun tak seperti gadis biasanya, dia harus dilindungi.” Minho memulai penjelasannya, “ Dia gadis yang sangat labil, dia tak bisa mengontrol emosinya. Dia memiliki gangguan itu sejak orang tuanya meninggal di depan matanya 8 tahun lalu.”
    Aku tak berkata apa-apa, aku hanya mendengarkan.
    “ Dan dia sangat menyukai Dongwoon sejak mereka kursus di satu tempat 5 tahun lalu. Seohyun juga bertambah parah saat Dongwoon tiba-tiba pindah dan menjelaskan pada Seohyun bahwa dia tak bisa menerima perasaannya karena dia sudah memiliki cinta pertamanya.” Minho tak berekpresi.
    “ Dan kau? Siapa kau sebenarnya?” tanyaku.
    “ Aku hanya lelaki yang berusaha melindunginya sejak aku mengetahui ceritanya dua tahun lalu saat pertama kali aku mengenal Seohyun.” Jawab Minho.
    “ Jadi kau bukan kekasihnya?”
    “ Kami memang kekasih, dia juga akan merasakan hal yang sama jika dia kehilanganku. Namun perasaan yang kuberikan padanya bukan perasaan untuk seorang kekasih. Aku hanya berusaha melindunginya.”
    “ Lalu, apa Dongwoon mengerti soal ini?”
    “ Ne, kurasa dia lebih mengerti dariku. Hanya saja dia melakukan kesalahan saat kembali ke kota ini. Dia tak tau kau bersekolah di tempat yang sama dengan Seohyun.”
    “ Apa Seohyun juga menyukaimu?” tanyaku. Aku benar=-benar ingin tau yang satu ini.
    “ Dia bilang dia jatuh cinta padaku setelah 1 bulan mengenalku. Tapi itu tak penting lagi sekarang. Seohyun memang gadis yang labil, dia juga tak bisa mengontrol perasaanya yang sebenarnya sekarang.”
    “ Bagaimana bisa dia menyukai dua orang sekaligus?” teriakku. Membuat beberapa orang di bus menoleh.
    “ Dia sendiri tak bisa mengontrolnya, apalagi kita.” Jawab Minho.
    “ Eotokhajo? Apa yang harus aku lakukan?” aku benar-benar pusing sekarang.
    “ Aku tau kau tak bisa malakukan apa-apa sekarang.” Sahut Minho.
    Tak tau kenapa ditengah-tengah kegelisahanku ini, aku masih bisa merasa tenang bila berada di samping Minho seperti ini. Aku harap aku tak menambah masalah dengan mulai menyukai Minho. Andwe!!!!
***

Dongwoon POV

    Aku merasa bersalah atas masalah ini. Seharusnya kau memang tak kembali ke kota ini. Aku yang salah telah meninggalkan Jiyoung dulu, sekarang aku ingin kembali padanya. Betapa egoisnya aku? Sekarang aku malah membuat Jiyoung terperangkap dalam masalah rumit ini.
    “ Jiyoung-ah... mianhae...” kataku padanya saat bertemu di kelas. “ Jeongmal mianhae...”
    “ Weyo?” tanya Jiyoung. dia tak seceria biasanya.
    “ Karena aku kau terlibat dalam masalah ini. Mianhae...”
    “ Gwenchanayo. Aku juga tau posisimu sangat sulit sekarang.” Jawab Jiyoung. dia terlihat dewasa sekarang. Dia makin membuatku menyayanginya.
    “ Minhae, aku juga telah menyukai seperti ini.” Jelasku padanya.
    “ Arasso. Kurasa itu bukan salahmu.”
    “ Mianhae..” kataku sambil memegang pundaknya.
    Jiyoung hanya mengangguk dan menunjukkan wajah prihatinnya untukku.
    Tiba-tiba Minho datang menghampiri kami. Dia terlihat serius tak seperti biasanya.
    “ Kita tak bisa dimkan masalah ini begitu saja. Kita harus cepat menanganinya. “ kata Minho.
    Aku bisa melihat keterkejutan di wajah Jiyoung.
    “ aku rasa aku punya cara untuk menyelesaikan ini.” Tambah Minho.
    “ Apa yang akan kau lakukan?” tanyaku.
    “ Aku akan membuatnya kembali ke kehidupannya sekarang. Aku akan membuatnya melupakan kehidupannya di masa lalu.” Jawab Minho.
    “ Eotokhe?” tanya Jiyoung.
    “ Aku akan membuatnya kembali padaku. Jadi dia takkan lagi mengganggumu. Kalian bisa bantu aku?” kata Minho.
    “ Apa yang bisa kubantu?” tanyaku.
    “ Aku membutuhkan Jiyoung.” jawab Minho.
    “ Mwo?” Jiyoung terkejut.
    “ Kita buat Seohyun cemburu padamu sekali lagi, namuan bukan karena Dongwoon tapi karena aku..” jelas Minho. “ Dongwoon-ah, kuharap kau tak sakit hati saat aku melakkukan rencanaku ini.”
    Aku tau Jiyoung terkejut, maskipun aku tak tau apa yang akan dilakukan Minho pada Jiyoung, tapi aku rasa tebakanku soal Jiyoung mulai menyukai Minho memang benar. Aku tau bagaimana perasaanya sekarang. Jiyoung pasti tak begitu setuju melakukan rencana ini, jika Minho melakukan sesuatu pada Jiyoung, Jiyoung takut itu akan membuatnya makin menyukai Minho.
***

Seohyun POV.

     Aku berniat mencari Dongwoon, aku jengkel dia selalu pulang bersama Jiyoung sekarang. Sudah cukup lama aku menunggu Dongwoon di halte Bus, tapi aku tak juga melihatnya. Aku malah melihat Jiyoung berjalan bersama seorang lelaki, aku terkejut lelaki itu bukan Dongwoon melainkan Minho. Untuk apa mereka berjalan bersama? Sejak kapan mereka sedekat itu? Mengapa Minho tak menghampiriku?
    Aku melihat mereka berdua memasuki bus. Aku melihat mereka berdua duduk bersebelahan. Dan aku juga emlihat mereka berciuman sekarang.
    Apa-apaan ini? Kemana aku selama ini? Mengapa aku melupakan Minho? Mengapa Minho bersama Jiyoung sekarang? Aku terus menatap mereka berdua hingga Bus yang mereka naikki berlalu.
    Aku tak bisa menerima ini. Mengapa semua yang aku sayang pergi dariku. Apa kesalahanku hingga harus merasakan ini semua? Aku tak bisa membiarkan Minho pergi bergitu saja. Dia milikku.
***

Dongwoon POV
   
    Aku melihat mereka berciuman di bus itu. Jadi ini rencana Minho. Aku bisa melihat kekesalan di wajah Seohyun. Tak ada yang tau aku  merasakan hal yang sama sepertinya. Hatiku terasa perih melihat kenyataan itu. Namun ini bagian dari hal yang lebih baik. Mungkin dengan ini, semua bisa lebih baik. Namun satu hal yang aku yakini, Jiyoung bisa benar-benar menyukai Minho sekarang.
***

Jiyoung POV

    Aku tak menyangka Minho akan melakukan ini. Aku benar-benar merasakannya, dia menciumku. Aku tak menyangka dia akan melakukan cara ini untuk membuat Seohyun kembali padanya. Tapi ini malah membuatku makin menyukainya. Eotokhajo? Sekarang aku yang bersedih mendengar kenyataan sebentar lagi Seohyun akan kembali bersama Minho.
    Aku tak menyangka saat Minho menarikku di atas bus. Aku tau Seohyun sedang memperhatikan kami. Minho langsung saja menciumku seperti tak terjadi apa-apa. Namun anehnya, dia tak segera melepaskan ciumannya walaupun bus ini sudah jauh dari sekolah. Sedangkan aku hanya bisa membeku.
    Setelah agak lama akhirnya dia melepaskan ciumannya. Aku masih tetap membeku. Tapi aku bisa melihat Minho hanya berekspresi seperti biasa. Dari semua ini untung saja bus ini sedang sepi, tak ada yang menyadari ada yang tengah berciuman tadi.
    Aku mencoba memecah keheningan walaupun aku masih tak kuat bicara karena terlalu shock. Jantungku terus berdegup kencang, “ Ka....kau pikir i..ini akan be...berhasil?”
    “ Mianhae..” katanya tiba-tiba. Suaranya begitu dalam.
    Ya aku tau ini memang salahnya, bukankah rencana ini berlebihan? Tapi aku tak berkutik, “ a...arasso.”
    Tuhan... Eotokhajo? Aku benar-benar menyukainya sekarang. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku sekarang, bermaksud menghilangkan pikiranku tentang Minho.
    “ Jika kau jatuh hati padaku, masalah ini akan makin rumit.” Kata Minho tiba-tiba. Dia membuatku terkejut seperti biasa namun kali ini lebih dalam efeknya.
    “ Mwo? Aniyo! Siapa bilang aku menyukaimu?” kurasakan darahku mengalir deras di wajahku.
***

Author POV

    Seohyun menghampiri Minho keesokan harinya, “ Minho-ah!”
    “ Ne?” Minho menjawabnya.
    “ Kau melupakanku?” tanya Seohyun.
    “ Bukankah kau yang melupakanku?” tanya Minho balik.
    Jiyoung dan Dongwoon melihat mereka dari jauh.
    “ Kau kekasihku kan?” tanya Seohyun pada Minho.
    “ Menurutmu bagaimana?” Minho bertanya dengan santai.
    “ Kita sepasang kekasih.” Jawab Seohyun.
    “ Kalau begitu, weyo?”
    “ Jika kau kekasihku, kau tak boleh dengan gadis lain.” Jawab Seohyun.
    “ Kau yakin?” tanya Minho. “ kau juga akan terus bersamaku?”
    “ Ne, tentu saja. Jangan lagi bersama gadis lain, atau kau akan menyesal.” Jelas Seohyun.
    “ Arasso. “ Minho tersenyum lalu merangkul Seohyun dan pergi.
    Dongwoon sedikit merasa lega melihat itu, “ Jiyoung-ah! Sepertinya rencana Minho berhasil.”
    Jiyoung tak menjawab dia sibuk dengan pikirannya sendiri.
    Dongwoon juga diam dan hanya menatap Jiyoung.
***

Jiyoung POV

    Geuraeyo, aku benar-benar menyukainya. Hatiku terlalu perih melihatnya selalu bersama Seohyun sekarang. Untuk apa aku merasakan ini. Seharusnya aku tak menyukainya. Ini suatu kesalahan besar.
    Sekarang aku lebih sering bersama Dongwoon. Aku juga sering berjalan bersama Dongwoon di depan Seohyun. Aneh sekali dia sama sekali tak terpengaruh. Kelabilannya benar-benar membuatnya seaneh itu.
***

Minho POV

    Aku menyesal menciumnya. Sahrusnya aku tak perlu melakukannya, itu membuatku mulai menyukainya. Sekarang walaupun aku bersama Seohyun, pikiranku tak bersamanya lagi sekarang. Inilah yang membuatku memberitahu untuk tidak mulai menyukaiku agar masalahnya tidak semakin rumit.
    Hal lain yang menggangguku adalah, kebersamaan Jiyoung dengan Dongwoon, sepertinya mereka makin dekat. Kenapa kami harus satu kelas, itu membuatku harus melihat mereka bersama setiap hari.
    Rencanaku itu benar-benar berhasil. Aku benar-benar bisa membuat Seohyun menghindari Dongwoon.
***

Seohyun POV

    Ini gila! Semuanya menggangguku, semuanya membingungkanku. Eotokhajo? Aku harus setiap hari melihat Jiyoung bersama Dongwoon, aku ingin mengkentikannya namun aku sudah ingat Minho sekarang, aku juga tak bisa meninggalkan Minho yang sudah begitu baik padaku. Aku mencintai mereka berdua. Kenapa harus ada Jiyoung? seharusnya aku bisa bersama keduanya.
    Kenapa mereka semua tak bisa mengerti? Aku sedang gila sekarang!! Kepalaku benar-benar sakit. Ingin sekali rasanya pergi dari dunia ini sekarang juga. Aku tak mau lagi merasakan ini semua. Sudah cukup.
***

Author POV

    Jiyoung pergi sebuah swalayan dekat rumahnya siang ini, ternyata dia bertemu Minho disana. Dua orang ini lebih canggung dari sebelumnya setelah kejadian ciuman itu.
    Saat Jiyoung akan mengambil snack di salah satu rak swalayan, Minho juga akan mengambil snack itu, tangan mereka bersentuhan.
    “ AH!” Jiyoung terkejut. “ Minho-ah?”
    Minho hanya tersenyum kecil. Dia tak bisa menghilangkan pikirannya tentang Jiyoung sekarang begitu juga sebaliknya dengan Jiyoung.
    “Mianhae,  kau ambil saja dulu.” Kata Jiyoung menyuruh Minho mendahuluinya.
    “ Kau saja.” Balas Minho.
    “ Oh? Baiklah.” Kata Jiyoung lalu mengambil snack itu dan pergi, dia memang bermaksud menghindari Minho.
    Saat Jiyoung berlum melangkah jauh, Lengannya tertarik oleh Minho. Minho ternyata menahannya pergi.
    “ We..weyo?” tanya Jiyoung ragu.
    “ Bisa kita bicara sebentar?” tanya Minho dia sudah tak kuat menahan perasaannya lagi.
    “ Ada apa?” tanya Jiyoung. sebenarnya dia juga ingin mengajak Minho bicara namun dia pikir dia memang harus menghindar.
    Minho tak berkata lagi lalu mengajak menarik Jiyoung keluar dari swalayan itu.
    Mereka sampai di taman seberang swalayan itu akhirnya, saat itu lengan Jiyoung masih dalam genggaman Minho. Jiyoung sadar genggaman itu sangat erat.
    “ Kita akhiri saja semuanya.” Kata Minho tiba-tiba.
    “ Mwo? Apa maksudmu?” tanya Jiyoung bingung.
    “ Apa kau menyukaiku?” tanya Minho. Ekspresinya benar-benar serius tak sesantai biasanya.
    “ M..Mwo?” wajah Jiyoung memerah, jantungnya berdegup kencang. “ Aku?”
    “ Aku mohon jawab dengan jujur, kejujuranmu bisa membantuku.” Tambah Minho.
    “ Untuk apa kita bicarakan ini?” tanya Jiyoung, dia masih ingin menghindar.
    “ Jawablah, jebal..” pinta Minho.
    Jiyoung agak terkejut melihat Minho memohon seperti ini di depannya.
    “ Aku... aniyo... andwe... aku tak bisa memberitaumu.” Jawab Jiyoung akhirnya.
    “ Apa itu artinya kau memang menyukaiku?” Minho masih belum melepaskan lengan Jiyoung.
    Jiyoung menghela napas panjang, “ Geurae.... “ Jiyoung melepas genggaman Minho di lengannya. “ Mianhae... aku telah jatuh hati padamu. Dan sebaiknya kita lupakan ini.” Jiyoung berbalik berniat pergi.
    Minho sekali lagi menarik lengan Jiyoung dan menahannya pergi, kali ini Minho menarik Jiyoung ke dalam pelukannya. “ Kalau begitu aku tidak gila, aku tidak menyukaimu sendirian.”
    Jiyoung benar-benar shock namun dia benar-benar bahagia melihat kenyataan ini. Dia tak tau dia harus berbuat apa di dalam pelukan Minho. Dia hanya bisa membeku dan merasakan hangatnya pelukan orang yang kini dicintainya.
    “ Aku juga, mianhae... aku telah jatuh hati padamu.” Kata Minho.
***

Dongwoon POV

    Aku pergi ke rumah Jiyoung dan Eommanya bilang dia sedang pergi ke swalayan dekat rumahnya. Swalayan tempat aku dan Jiyoung sering belanja tak penting bersama.
    Aku berniat menyusulnya, aku ingin mengejutkannya. Namun saat aku sampai di depan swalayan, mataku tertuju pada pemandangan mengejutkan di seberang jalan.
    Di taman seberang itu, aku melihat Jiyoung berpelukan bersama Minho. Aku sakit hati, ya memang aku benar-benar sakit hati, namun rasanya tak ada yang bisa aku lakukan. Aku hanya bertanya-tanya apa sebenarnya hubungan Minho dengan Seohyun? Kenapa Minho bisa dengan bebas memeluk gadis lain?
    Dengan melihat kejadian ini, aku rasa kembalinya aku ke kota ini tak ada gunanya. Aku hanya kembali pada kehidupan lama yang sudah tak aku kenal. Aku yang menjadi orang asing sekarang. Aku berusaha menutupi sakit hatiku ini, aku sudah memberitahu Jiyoung bahwa aku hanya perlu ijinnya untuk tetap mencintainya. Inilah hasilnya, aku hanya akan mencintainya sendirian.
    Aku tak mau pergi menghindar. Aku ingin menyelesaikan masalah ini sekarang. Aku menghampiri Jiyoung dan Minho di taman itu.
    “ Jiyoung-ah! Minho-ah! Sejak kapan kalian jadian?” tanyaku pada mereka. Aku berusaha terlihat ceria dan baik-baik saja.
***

Jiyoung POV

    Aku melihat Dongwoon menghampiriku saat Minho masih memelukku. Aku langsung melepaskan pelukan itu setelah melihat Dongwoon, aku tak tega melihatnya sakit hati. Dia datang dengan ceria, tapi aku tau dia sedang sangat terluka.
    “ Apa kalian baru saja jadian hari ini?” tanya Dongwoon lagi.
    “ Aniyo! Siapa bilang kami jadian?” jawabku segera. Aku melirik Minho menunggunya berkata sesuatu. Namun dia tak bereaksi apa-apa.
    “ Sudahlah mengaku saja kalian berdua...” goda Dongwoon. “Aku akan bantu kau mengatasi Seohyun.”
    “ Aku harus pergi” kata Minho tiba-tiba lalu pergi begitu saja. Dia membuatku bingung. Apa yang dikatakannya tadi sungguh-sungguh?
    Sekarang tinggal aku dan Dongwoon. Apa yang aku katakan padanya?
    Dongwoon mendekat, dia mengamati wajahku. Apa yang sebenarnya dia lakukan?
    “ Kau memang menyukainya kan?” tanya Dongwoon.
    “ Mwo? Apa yang sebenarnya kau bicarakan?” tanyaku berpura tak mengerti, walau aku 100% mengerti semua ini.
    “ Lihat saja wajahmu begitu merah. Kau benar-benar menyukainya kan?” tanya Dongwoon lagi.
    “ Ani. Kenapa kau berpikiran seperti itu?”
    Kami pun melanjutkan pembicaraan di rumahku.
    “ Sudahlah. Mengaku saja...” Dongwoon tersenyum manis. Apa dia tidak sakit hati?
    “ Jiyoung-ah... sudahlah ceritakan saja. Aku bisa mengerti. Walau aku bilang aku menyukaimu, tapi kau kan tak menyukaiku, jadi kau boleh saja menyukai seorang lelaki. Kau lupa aku ini sahabatmu? Palihae!!! Ceritakan padaku!”
    Aku memang sangat menceritakan ini padanya namun aku tak sanggup, “ Apa kau yakin? Aku harus menceritakannya padamu?”
    “ Ne, kau harus ceritakan sekarang juga. Kau menyukainya kan?”
    “ Ne....” jawabku akhirnya. Aku menyerah dengan desakannya. “ Aku memang menyukainya.
    “ Lalu mengapa kau berpelukan dengannya tai? Apa dia juga menyukaimu?” tanya Dongwoon.
    “ Dia yang memelukku setelah aku mengaku padanya aku menyukainya. Dia bilang kalau begitu dia tidak gila, dia tak menyukaiku sendirian. Tapi... Andwe! Dia tak mungkin menyukaiku. Dia kan bersama Seohyun.” Jelasku dengan wajah memerah.
    “ Dia pernah menceritakan tentang hubungannya dengan Seohyun tidak?”
    “ Pernah.” Aku menunduk. “ Dia bilang dia hana seorang lelaki yang ingin melindunginya.”
    “ Kalau begitu dia memang menyukaimu.” Sahut Dongwoon. “ Dia bukan tipe lelaki pembual.”
    “ Tapi.......”
    “ Tapi apa? Kau takut apa yang akan terjadi pada Seohyun dan aku?” Dongwoon kini juga bisa membaca pikiranku.
    “ Aku rasa ini tak benar. Ini tak boleh diteruskan.” Kelakku.
    “ Sudahlah kalian saling menyukai kan? Aku akan bantu kalian. Kalian berdua terlalu banyak berkorban.” Jelas Dongwoon. Aku tak mengerti maksudnya.
    “ Baiklah lebih baik aku pulang.” Kata Dongwoon sambil berdiri.
    Aku mengantarnya ke pintu. Sesampainya di teras rumahku, dia berbalik lalu bicara aneh, “ Kau memelukku?” tanyanya.
    “ Mwo? Untuk apa?” tanyaku heran.
    “ Aku akan sangat merindukanmu...” jawabnya dia tersenyum pahit sambil menundukkan kepalanya.
    Aku selalu tak tega melihatnya, langsung saja aku memeluknya, aku memang menyayanginya.
    “ Gomawo.” Katanya.
***

Dongwoon POV
   
    Jiyoung-ah... lepas dari pelukanmu terasa berat. Mungkin inilah pertemuan terakhir kita. Aku ingin kau bahagia. Gomawopta.... kau sudah mau memelukku untuk terakhir kalinya. Aku akan terus mencintaimu meski aku tak bersamamu.
***

5 BULAN KEMUDIAN

Author Pov
   
    Jiyoung berjalan santai sambil menikmati pemandangan laut senja di pinggir kotanya. Tangan Minho ada di genggamannya. Dia merasa bahagia sekarang. Cukup bahagia, setelah bisa menerima semuanya.
    Jiyoung mengambil secarik kertas dari sakunya yang merupakan sebuah surat. Dia dan Minho melihatnya sambil tersenyum. Jiyoung dan Minho memegangnya bersamaan dan meletakkannya di tepi pantai agar tersapu ombak. Agar ombak bisa membawanya pergi. Setelah meletakkan kertas itu, Minho memeluk erat Jiyoung.
***


EPILOG

Untuk Jiyoung dan Minho

    Gomawo... kalian adalah teman yang baik. Mianhae... aku pergi begitu saja. Ku bawa Seohyun bersamaku, aku ingin menggantikan Minho untuk melindunginya. Dia akan menjalani terapi untuk mengobati kelabilannya.
    Bahagialah kalian disana..... Minho-ah, kau tau aku takkan pernah berhenti untuk mencintai Jiyoung. lingdungi dia dengan segenap jiwamu. Gomawo... jeongmal gomawo.... Jiyoung-ah... mianhae, aku telah mencintaimu hingga membuat semuanya rumit. Sekarang aku berniat membereskan semuanya.
Dongwoon