Jiyoung POV
Pemandangan seperti ini sangat sering aku lihat, terlalu sering malah. Sepasang kekasih yang begitu serasi selalu bersama di kelasku. Seohyun dan Minho memang benar-benar serasi. Parahnya mereka duduk di depan bangkuku. Aku sering kali berpikir untuk pindah bangku, tapi sampai sekarang aku tak melakukannya.
“ Aish... apa aku harus pindah bangku?” gumamku pelan.
Aku terkejut saat Minho tiba-tiba membalik badannya dan menatapku, “ Kenapa kau tak pindah sekarang?” tanyanya. Ekspresinya biasa saja.
“ Aigo!” Aku terkejut. “ Mwo? Darimana kau tau?”
Minho tak berkata apa-apa namun hanya langsung mebalik badannya lagi.
Lelaki itu, benar-benar tak jelas aku rasa. Tetapi lelaki ini begitu disukai di kelasku. Dia seperti harta berharga yang dimiliki kelasku. Hampir semua gadis di kelasku menyukainya, namun mereka mendukung hubungannya dengan Seohyun, karena Seohyun juga termasuk harta berharga.
**
Sepulang sekolah, seperti biasa aku menaiki bus yang biasa aku tumpangi. Anehnya, hari ini Minho kembali menaiki bus itu setelah beberapa lama. Rumahnya memang searah denganku, namun sudah lama sejak dia bersama Szeohyun dia tak pernah menaiki bus ini.
Aku melihatnya menaiki bus,” Tak biasanya dia naik bus ini? “ gumamku.
Tiba-tiba Minho duduk disebelahku lalu berkata, “ Bertanya-tanya mengapa aku naik bus ini?”
Aku terkejut seperti biasa, “ Mwo?”
“ Aku hanya tak pulang bersamanya seperti biasa.” Lanjut Minho. Wajahnya tanpa ekspresi saat berkata.
“ A...apa kau perlu menjawabnya?” tanyaku ragu.
“ Kau memang bertanya kan?” tanya Minho balik.
“ Lupakan.” kataku lalu mengalihkan pandanganku keluar jendela bus.
Aku tak pernah bisa akrab dengan teman sekelasku satu ini. Aku rasa dia terlalu misterius, aku memang tak pernah benar-benar mengenalnya.
**
“ Semuanya! Beri salam pada teman baru kalian, Son Dongwoon.” Kata Lee Seongsaenim di depan kelas.
Aku begitu terkejut mendengar nama itu. Aku benar-benar ingat nama itu, tapi aku tak yakin orang yang akan muncul sesaat lagi, sama dengan orang yang diingatnya.
Seorang laki-laki betubuh tinggi dan berwajah tampan memasuki kelas. Seluruh gadis yang ada di kelas berteriak tak jelas. Mereka jelas merasa senang mendapat teman baru setampan itu. Wajahnya memang tak seperti biasa, dia terlihat sekali bukan keturunan orang daerah ini.
Aku melihatnya. Aku mendadak bingung, aku tak bisa memastikan, Son Doongwoon yang ini adalah orang yang sama dengan Son Doongwoon teman kecilku
Setelah Lee Seongsaenim menyuruh Lelaki itu duduk, aku terus memperhartikannya. Dia terlihat berbeda dengan Dongwoon yang aku kenal. Dia tak seceria Dongwoon, dia terlihat tenang dan dewasa.
“ Jika dia memang Dongwoon yang dulu, apa dia mengenaliku?” gumamku. “ Ah... Andwe. Mereka bertolak belakang. Ini tak mungkin. Dongwoon yang ini juga lebih tampan.” Ku geleng-gelengkan kepalaku sambil berpikir keras..
Sekali lagi Minho membuatku terkejut, “ kau mengenalinya?” ekspresinya tak berarti apa-apa.
Aku masih saja terkejut, “ Mwo?” kataku pelan, “ mengapa kau selalu menguping?”
Minho tersenyum kecut, “ Apa hanya sedang jatuh cinta pada pandangan pertama?”
“ Aish... kau diam saja. Jika Seohyun melihatnya, kau akan mati.” Kataku mencoba mengancam, walau terdengar dipaksakan.
Minho hanya berbalik lagi, dan tak menghiraukanku. Dasar aneh!
***
Seohyun POV
Aku melihat lelaki ini masuk. Dia memang Dongwoon, aku masih mengenalinya. Siswa baru ini memang Dongwoon yang aku kenal. Dongwoon cinta pertamaku. Dongwoon yang meninggalkanku.
Untuk apa dia kembali ke kehidupanku? Tak taukah dia aku masih mencintainya? Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus memberitahunya perasaanku? Ya. Aku harus memberitaunya. Aku tak mau lagi kehilangan dia untuk kedua kalinya.
Aku agak kesal mendengar gadis-gadis dikelas ini menyukainya. Aku yakin dia datang untukku. Ini kesempatanku. Aku hanya ingin bahagia. Lagipula dia memang milikku.
***
Minho POV
Kupikir Jiyoung juga menyukai siswa baru itu seperti yang lainnya. Kenapa dia selalu bergumam? Dan kenapa gumamannya selalu terdengar di telingaku. Dia benar-benar mudah ditebak.
Hanya satu yang mengkhawatirkan, Siswa baru itu adalah Dongwoon. Dongwoon yang memiliki kunci dari semua ini. Untuk apa dia datang? Apa dia ingin memulai masalah ini? Aku tau Seohyun terus melihatnya sejak dia masuk, ini takkan menyenangkan.
***
Dongwoon POV
Ya, aku melihat Jiyoung. Ini memang kelas yang benar. Kenapa dia tak mengenaliku? Apa aku tampak berbeda dimatanya? Aku harap dia bisa mengerti dengan cepat apa sebenarnya tujuanku datang kesini.
Namun aku juga melihat Seohyun, kenapa dia juga ada di sekolah ini? Apa yang harus aku lakukan untuk menghadapinya nanti? Ini benar-benar diluar perkiraanku.
***
Jiyoung POV
Hari ini ada lagi yang aneh saat aku menaiki bus untuk pulang. Minho masuk kedalam bus bersama Seohyun. Apa rumah Seohyun pindah sekarang? Apa Seohyun akan berkunjung ke rumah Minho? Mereka tak biasanya seperti ini.
Anehnya lagi, saat Minho melewatiku, dia berbisik pelan hingga hanya aku yang bisa mendengarnya, “ Dia juga naik bus ini.”
“ Mwo?” Aku benar-benar bingung apa maksudnya. Dia benar-benar aneh aku rasa. Tapi, tak lama kemudian, aku melihat siswa baru itu masuk kedalam bus. Aku juga terkejut saat dia tiba-tiba bicara padaku.
“ Jiyoung-ah! Boleh aku duduk denganmu?” tanyanya, darimana dia tau namaku?
“ Kau melupakanku?” tanya Dongwoon. Itu membuatku makin yakin dia memang Dongwoon yang dulu.
“ Sepertinya kau tak mengenaliku, apa kau melupakanku begitu saja?” tanyanya lagi.
Dengan ragu aku mencoba memanggilnya dengan julukan yang aku berikan padanya dulu, “ Dongwoon kelinci?”
Dongwoon tersenyum senang, “ Ternyata kau ingat.”
Aku langsung tersenyum senang, “ Dongwoon-ah? Kau benar-benar Dongwoon kelinci? Asal kau tau dari tadi pagi aku sibuk memikirkanmu. Aku tak bisa percaya bagitu saja kau Dongwoon yang dulu. Asal kau tau kau sangat berbeda sekarang.”
Dongwoon tersenyum mendengarnya, “ Kau juga sangat berbeda sekarang.”
“ Untuk apa kau kembali ke kota ini? Kau merindukan kota ini juga akhirnya?” tanyaku.
“ Ne, kau benar. Seharusnya aku tak meninggalkan kota ini.” Sahut Dongwoon.
“ Sekarang kau tinggal dimana?”
“ Sebenarnya aku ingin kembali ke seberang rumahmu, tapi rumah itu sudah dimiliki orang lain. Jadi aku tinggal lebih jauh sekarang.” Jelas Dongwoon.
“ Ne, Seberang rumahku itu sekarang tak punya anak yang seumuran denganku.”
“ Kau pasti kesepian kan? Aku yakin kau masih tak pandai berteman.” Kata Dongwoon sambil tersenyum.
“ Ne, kau benar. Dan ini gara-gara kau.” Aku juga tersenyum.
Ditengah-tengah perjalanan, tak sengaja aku melihat Dongwoon dan Seohyun saling tersenyum. Apa mereka saling kenal?
**
Keesokan harinya, aku mendengar bisikan-bisikan gadis-gadis dikelas. Ternyata mereka sedang sangat bersemangat membicarakan Dongwoon. Namun aku cukup terkejut saat mereka menyebut nama Seohyun.
Ternyata memang memang benar, Dongwoon dan Seohyun sudah saling kenal sebelumnya. Kelihatannya mereka makin iri dengan Seohyun yang selalu mengenal dengan baik laki-laki tampan seperti Dongwoon dan Minho.
***
Seohyun POV
Ya, aku harus segera memberitaunya. Aku tak bisa memendamnya lebih lama lagi. Aku takkan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku yakin dia memang datang untukku.
Aku pun menghampiri Dongwoon di halte bus. Aku tau Minho mencariku, tapi aku sama sekali tak mempedulikannya. Kuberanikan diriku untuk memulai pembicaraan dengan Dongwoon, saat kulihat dia lebih dekat, dia tetap tampan seperti biasa. Bahkan sekarang dia lebih menenangkan bagiku.
“ Dongwoon-ah...” sapaku.
Dongwoon terlihat aneh melihatku, “ Ah, Seo...Seohyun-ah!”
“ Aku takkan membuang waktu lagi.” Kataku, aku berusaha terlihat kuat dimatanya.
“ U..untuk apa?” tanyanya tergagap.
“ Kau tau bagaimana perasaanku waktu itu kan?”
Dongwoon hanya diam. Aku agak tak suka ini.
“ Kau harus ingat. Perasaan itu masih berlaku sekarang.” Jelasku.
Dongwoon akhirnya bicara, “ Kita bicarakan itu lain kali. Aku harus pergi. “ katanya cepat lalu menyusul Jiyoung masuk kedalam bus.
Aku juga tak suka dengan ini, sepertinya Dongwoon sangat dekat dengan Jiyoung. Apa yang terjadi di antara mereka? Mengapa mereka sedekat itu? Setauku Jiyoung tak pernah dekat dengan lelaki seperti itu. Kenapa dia menggangguku?
***
Jiyoung POV
Sepulang sekolah, aku melihat Minho kebingungan. Aku ingin membalas kebiasaan Minho, dan berharap semoga tebakanku benar. “ Kau mencari Seohyun ya?”
Minho tak berekspresi apa-apa, “ Kau melihatnya?” kenapa tak berpengaruh padanya?
“ Aniyo.” Jawabku lalu pergi.
Saat akan naik ke dalam Bus, aku melihat Seohyun bicara dengan Dongwoon di halte. Sekilas aku mendengar Seohyun bicara tentang perasaannya. Apa maksudnya itu? Adegan itu membuatku berpikir Seohyun menyukai Dongwoon. Tapi, Andwe! Itu tak mungkin. Tak masuk akal jika Seohyun menghianati Minho. Jiyoung!!!! Kau harus merubah cara berpikirmu. Aku benar-benar kekanakan.
Setelah aku naik ke dalam bus, ternyata Dongwoon menyusulku, diapun duduk di sampingku seperti biasa. Aku tak tahan untuk tak bertanya, “Dongwoon-ah, Kau menganal Seohyun?”
“ Oh? Ne. Dulu kami satu tempat kursus.” Jawab Dongwoon
“ Wah, aku benar-benar tak tau lagi kehidupanmu setelah kau pindah.”
“ Jelas saja kau tak tau.” Sahut Dongwoon tersenyum manis.
Senyumnya begitu manis..... “ Aish....” tiba-tiba aku ingat sesuatu. “ Aku meninggalkan bukuku di kelas. Eotokhe?”
Dongwoon tersenyum lagi, “ kau masih tak menghilangkan sifat kekanak-kanakanmu ya...” Dongwoon mengacak-acak rambutku.
“ Kau juga tak kehilangan kebiasaanmu yang satu ini.” kataku sambil menata rambutku.
Sebelum Bus yang kunaikku berjalan, aku sempat melihat keluar jendela dan menemukan Minho dengan wajah khawatir menghampiri Seohyun yang berekspresi aneh. Aku benar-benar tak mengerti.
**
Keesokkan harinya, aku terkejut saat beberapa gadis di kelasku menghampiri. Mereka terlihat marah atau, mereka bingung. Aku juga bingung, aku tak tau maksud mereka.
“ Jiyoung-ah! Cepat jelaskan pada kami!” kata salah satu dari mereka.
“ Mworago?” tanyaku heran.
“ Ada yang melihatmu bicara dengan Dongwoon di bus. Kau diam-diam mendekatinya kan?”
“ Aniyo... siapa bilang aku mendekatinya?”
“ Sudah mengaku saja! Kami dulu yang memutuskanuntuk mendekatinya. Jangan kau dekati dia. Kau mengerti?” salah satu yang lain terlihat tak sabar, bicara dengan ketus.
“ Chicha... aku tak mendekatinya. Lagipula... lagipula aku sudah lama mengenalnya, ja..jadi wajar kalau aku bicara dengannya.” Jelasku. Aku agak takut dengan mereka.
“ Mwo? Sudah lama mengenalnya? Kau pasti berbohong! Jelas-jelas dia tak mengenalmu.”
“ Aniyo. Aku bersungguh-sungguh.” kelakku. “ Tanyakan saja padanya!”
***
Dongwoon POV
Aku terkejut melihat Jiyoung dikerumuni beberapa gadis. Aku mendengar mereka tak percaya bahwa Jiyoung sudah lama mengenalku. Aku tak suka melihat Jiyoung tertindas seperti ini.
“ Ne, kami memang saling kenal, dia sahabat kecilku dulu.”
Mendengar suaraku, gadis-gadis itu terkejut bukan main. “ Chicharo?”
“ Ne, chincha.” Jawabku sambil tersenyum.
Entah kenapa gadis-gadis itu tiba-tiba berhamburan keluar kelas. Tapi aku suka mereka memberiku kesempatan berdua dengan Jiyoung.
Kulihat Jiyoung masih sedikit Shock, aku coba menghampirinya, “ Gwenchana?”
“Gwe..gwenchana. tak kusangka mereka seganas itu.” Jawab Jiyoung.
“ Jiyoung-ah!” panggilku.
“ Ne?”
“ Kau mau pergi bersamaku nanti?”
“ Kemana?”
“ Ketempat kita biasa pergi tentu saja.”
“ Taman bermain?” tanya Jiyoung antusias. Itu membuatku senang.
Aku pun tersenyum lalu menjawab, “ ne, tantu saja kesana.”
“ Bagus sekali. Sudah lama aku tak kesana. Tapi....” Jiyoung tak meneruskan kalimatnya.
“ Tapi kenapa?”
“ Akan berbeda rasanya, biasanya kita pergi kesana bersama orang tua kita. Sekarang kita sudah harus pergi sendiri.” Jelas Jiyoung.
“ Kau tenang saja, kau takkan hilang. Aku akan menjagamu.” Kataku sambil mengacak-acak rambutnya. Aku senang melakukannya, aku senang menyentuh rambutnya yang lembut dan selalu wangi itu.
Tak lama kemudian, Minho masuk bersama Seohyun. Aku tau Seohyun sedang menatapku, tapi aku berusaha menghindarinya sekarang.
“Bisa kau berhenti melakukannya?” Tanya Jiyoung padaku sambil menata rambutnya.
Aku hanya bisa tersenyum pada Jiyoung walau mungkin terlihat dipaksakan.
***
Seohyun POV
Aku benar-benar tak suka hal ini. Aku benci saat seperti ini. Mengapa aku selalu menemukan Dongwoon bersama dengan Jiyoung? Untuk apa mereka sedekat itu? Jadi benar kata gadis-gadis, mereka teman kecil? Aku benar-benar tak suka kenyataan ini.
Aku juga teman Dongwoon dulu. Tapi kenapa dia hanya dekat dengan Jiyoung? Ada apa denganku? Mengapa dia tak dekat denganku? Aku harus melakukan sesuatu untuk menghentikan ini. Aku harus berbuat sesuatu pada Jiyoung. Dia bisa merusak kebahagiaanku.
***
Jiyoung POV
Aku menaiki beberapa permainan di taman bermain, aku berteriak-teriak senang bersama Dongwoon. Aku benar-benar merindukan saat-saat seperti ini.
“ Dongwoon-ah! Sudah lama sekali kita tak melakukan ini!” teriakku saat mencoba wahana komidi putar.
“ Ne, kau benar. Rasanya stresku hilang.” Sahut Dongwoon. Dongwoon benar-benar menyenangkan. Dia memang sahabat terbaikku.
“ Kita memang tak sekecil dulu sekarang. Sekarang kita punya masalah sendiri.” aku tertawa lepas.
Setelah mencoba komidi putar, Dongwoon mengajakku melanjutkan perjalanan.
“ Sekarang kita kemana Jiyoung-ah?” tanya Dongwoon mengetes ingatanku.
Aku berpikir keras untuk men jawab, “ Kau kira aku lupa?” aku tersenyum. “ Ini saatnya makan ice cream.”
Dongwoon pun menggandeng lenganku dan mengajakku ke penjual ice cream. Aku suka sekali ice cream, Dongwoon juga begitu aku rasa. Kami memang punya banyak kesukaan yang sama. Dia benar-benar memahamiku.
Saat sampai di depan penjual ice cream, mendadak Dongwoon berhenti. Apa sebenarnya yang dia lakukan? Apa ice creamnya tak ada?
“ Dongwoon-ah, weyo?”
***
Minho POV
Hari ini aku berniat meringankan beban di kepala Seohyun, aku ingin melihatnya tersenyum karenaku. Aku mengajaknya pergi ke taman hiburan. Namun ternyata pilihanku ini salah. Saat aku mengajaknya membeli ice Cream, kami bertemu dengan Dongwoon dan Jiyoung.
Aku tau ini akan membuatku tak terperhatikan lagi. Aku makin yakin saat Seohyun mulai bicara, “Kalian baru jadian?”
Aku melihat ekspresi wajah Dongwoon yang berubah drastis, aku tau dia tak menyukai hal ini.
“ Ka...kalian juga disini?” tanya Jiyoung dengan gayanya yang biasa.
“ Jadi benar, kalian baru jadian?” tanya Seohyun, ada rasa jengkel diwajahnya.
“ Aniyo. Andwe. Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu? Kau salah paham. Kami memang berteman sejak kecil.” Jelas Jiyoung. Jiyoung menyenggol lengan Dongwoon bermaksud menyuruhnya menjelaskannya.
Aku juga tak begitu suka kejadian seperti ini. Namun, aku rasa tak ada yang bisa dilakukan olehku. Aku hanya mengikuti arus. Aku pun memberikan ice cream yang sudah kubeli pada Seohyun.
“Aku tak menginginkannya lagi.” Kata Seohyun seperti yang sudah kubayangkan. Dia pun pergi bergitu saja meninggalkanku.
Tapi aku siap akan hal ini, hal seperti ini akan lebih sering terjadi sekarang. Dan aku tak perlu khawatir. Mungkin hanya orang lain yang tak mengerti sedang mengkhawatirkanku. Tapi mereka tak tau aku sama sekali tak mengkhawatirkan apa yang mereka khawatirkan, aku hanya mengkhawatirkan keadaan Seohyun.
Aku pun mengikuti Seohyun pergi. Akan lebih menyulitkan jika aku berdiam diri dan dihujani pertanyaan gila dari Jiyoung gadis aneh itu.
***
Dongwoon POV
Kenapa aku bertemu dengannya disini? Aku benar-benar tak tau apa yang harus kulakukan.
Jiyoung menanyaiku, “ weyo?”
Aku tak bisa menjawab.
“ Gwenchana? Kau sakit?” tanya Jiyoung.
“ Aniyo. Gwenchana.” Jawabku sambil mencoba tersenyum, lalu segera membeli ice cream untuknya.
Setelah membeli uce cream, kami duduk di salah satu bangku taman. Aku tau Jiyoung mengkhawatirkanku, dan itu membuatku bahagia.
“ Aku tau kau Dongwoon-ah. Pasti ada sesuatu kan? Meski aku tak tau apa masalahnya, pasti memberatkan hatimu. Geurae?” dia benar-benar memahamiku.
Namun aku tak bisa memberitaunya, aku tersenyum. “ Kau masih mengerti aku? Gwenchanayo... masalahnya tak terlalu berat aku rasa. Kau santai saja. Jika ice creamu kurang, aku akan belikan lagi.”
Dia hanya tersenyum. Senyum inilah yang selalu aku rindukan, senyum inilah yang membuatku tak bisa berhenti memikirkannya. Dia benar-benar membuatku gila.
***
Jiyoung POV
Jadi memang benar, sedang ada beberapa masalah rumit mengelilingiku sekarang. Tapi aku tetap tak bisa mengerti apa yang sedang terjadi.
Hari ini aku takut setengah mati, tiba-tiba Seohyun mengajakku bicara empat mata dia perpustakaan.
“ Jadi benar kau teman kecilnya?” tanya Seohyun.
“ Apa maksudmu Dongwoon?”
“ Siapa lagi?” Seohyun tak lagi terlihat ramah.
“ N..ne. kami teman kecil sebelum dia pindah dari kota ini.” Jawabku. Aku benar-benar takut.
“ Bisakah kau tak mendekatinya lagi?” tanya Seohyun dengan ekspresi tenang namun tak seperti biasanya.
“ Maksudmu?”
“Aku yakin kau tau maksudku. Kau tentu tau kan kau tak pantas bersamanya?”
“ Mwo?”
“ Hanya gadis sepertiku yang pantas.” Seohyun berkata sambil berbalik dan pergi begitu saja.
Dia benar-benar membuatku heran dan takut. Apa sebenarnya maksudnya? Kalau teringat pembicaraannya dengan Dongwoon waktu itu, apa benar dia menyukai Dongwoon?”
“ Andwe!” gumamku.
**
Aku heran kemana Dongwoon dan Seohyun hari ini. Sepulang sekolah aku hanya melihat Minho memasuki bus yang aku naikki. Yang aneh lagi, dia menghampiriku dan bicara denganku, aku selalu berdebar saat sperti ini. Minho menakutkan.
Minho bertanya saat duduk di sampingku, “Kau benar-benar teman kecilnya?”
“ Mwo? Nugu?”
“ Kau tau siapa.” Minho tak berekspresi seperti biasa.
“ Dongwoon?” aku mencoba menebak.
“ Kau memang teman kecilnya?” tanya Minho.
“ Ne, itu benar.”
“ Apa kalian juga memang baru jadian?”
“ Ah, aniyo. Itu salah. Kami selalu berteman. Andwe, dia sudah seperti saudaraku.” Jelasku. Apa maksudnya ini? Apa ini penting untuk Minho?
Minho tak bertanya lagi, dia hanya diam. Dia benar-benar aneh. Apa dia memikirkan Seohyun?
Dia mengejutkanku sekali lagi, apa di abisa membaca pikiranku? ““ Kau pikir aku memikirkan Seohyun?” tanyanya.
“ Mwo?” aku terkejut seperti biasa. “ kenapa kau selalu tau semuanya?”
“ Kita sama-sama tau masalah kita.” Jawabnya.
“ Masalah? Apa maksudnya?”
“ Kau tau.” Jawab Minho, lalu kembali diam.
Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Apa yang dia bicarakan? Masalah apa sebenarnya ini? Aku benar-benar tak mengerti.
**
Akhir-akhir ini aku semakin sering melihat Dongwoon dan Seohyun bicara bersama. Bagaimana dengan Minho?
“ Apa sebenarnya yang mereka bicarakan?” Gumamku.
Lagi-lagi Minho membuatku terkejut, “Kurasa kau lebih tau dariku.” Dia berdiri di belakangku dan membuatku terlonjak. Dasar Minho!
“ YA! Bisakah kau berhenti melakukannya?” teriakku padanya.
“ Mengapa kau berteriak pada Minho?” tanya Seohyun yang tiba-tiba datang dari belakangku.
Aku terlonjak sekali lagi, “ Ah... mi..mianhae...” aku langsung saja pergi menghindari Dua orang yang sedang sangat aneh itu.
Aku berjalan ke kantin sekolah dan menemukan Dongwoon disana, “ Dongwoon-ah!”
Dongwoon tersenyum lemah.
“ Gwenchanayo?”
Dongwoon tak menjawab, dia hanya menundukkan kepalanya, dan memegangi kepalanya begitu kuat.
Agak lama, Dongwoon akhirnya bicara, “ Jiyoung-ah, boleh aku kerumahmu malam ini?”
“ Kau akan kerumahku? Untuk apa? Apa kau ingin melihat rumah lamamu? Bentuknya sudah berbeda.”
“ Aniyo, bukan begitu. Kau hanya perlu mengizinkan aku datang nanti.” Dongwoon terlihat sangat serius. Dia terlihat aneh bagiku.
“ N..ne. orangtuaku akan sangat senang bertemu denganmu nanti.” aku tersenyum dengan ragu.
***
Dongwoon POV
Aku sedikit terlambat datang ke rumah Jiyoung. Aku benar-benar bingung. Aku tak begitu yakin langkahku ini benar. Tapi jika aku tak melakukan ini, aku bisa gila. Aku sudah terlanjur menyukainya. Dan sekarang dia sudah ada di depanku. Aku tak sanggup melewatkannya lagi.
Jiyoung membukakan pintu rumahnya untukku. Rumahnya tak berubah, masih sama seperti dulu, hanya saja tamannya mulai terlihat gersang sekarang.
“ Semalam ini kau datang?” tanya Jiyoung.
“ Mi..mianhae...” jawabku.
“ Orang tuaku sedang pergi keluar kota, kau tak bisa bertemu dengan mereka.” Jelasnya sambil mempersilahkan aku duduk di ruang tamunya. Aku rindu suasana rumah ini beserta pemiliknya.
“ Sebenarnya kau mau apa?” tanya Jiyoung. Aku tau dia benar-benar heran dan bingung.
“ Aku hanya ingin bicara padamu.”
“ Bicara? Tak puas disekolah?” tanya Jiyoung polos.
“ Ini beda Jiyoung-ah. Aku akan bicara mengenai perasaanku.” Jelasku.
“ Apa maksudmu?”
Kuputuskan untuk menyelesaikan semua ini sekarang juga. “ Kau kira untuk apa aku kembali ke kota ini kalau bukan untukmu?”
Jiyoung hanya diam tak mengerti. Aku tau ini keputusan yang berbahaya. Namun aku tak bisa melakukan apa yang aku inginkan sebegitu mudahnya. Aku tau jika aku sampaikan perasaanku pada Jiyoung, Seohyun akan membenci hal ini. Akan terjadi sesuatu yang buruk nanti. Tapi memang inilah tujuanku kembali ke kota ini. Aku hanya ingin menyampaikan perasaanku pada Jiyoung.
Aku tak ingin ada yang terluka, namun aku tak bisa membuat semua sesuai keinginanku. Aku akan tetap sampaikan perasaanku pada Jiyoung. Walaupun mungkin dia takkan membalasnya.
“ Jiyoung-ah. Aku baru menyadarinya saat aku pergi meninggalkanmu. Aku... aku rasa kaulah cinta pertamaku. Aku jatuh hati padamu.”
“ Dongwoon-ah.... aku...aku...” aku tau dia sangat bingung, dan terkejut. Mungkin benar dia memang tak memiliki perasaan sepertiku.
“ Apa kau akan bilang kau tak merasakan hal yang sama denganku?” tanyaku.
“ Aku...” dia tak berani menjawab.
“ Aku tak memaksamu untuk membalas perasaanku. Aku hanya ingin kau tau.”
“ Dongwoon-ah. Aku juga tak tau apa yang harus aku katakan padamu...” Jiyoung terlihat khawatir.
Aku mengisyaratkan padanya untuk diam
“ Kau tak perlu berpikir. Aku hanya perlu izinmu untuk terus mencintaimu. Izinkan aku menjagamu. Terserah kau anggap aku apa. Aku hanya ingin terus disisimu.”
Jiyoung tak berkata apa-apa. Aku hanya terus menggenggam tangannya berniat membuatnya tenang.
***
Jiyoung POV
Siang ini, lagi-lagi aku tak sengaja melihat Dongwoon bicara pada Seohyun, namun kali ini, Seohyun terlihat begitu tak senang. Seohyun sempat melirik tajam ke arahku dan membuatku bingung sekaligus takut. Jadi benar memang ada sesuatu dengan Seohyun dan Dongwoon?
Setelah itu aku masuk kedalam kelas dan menemukan Minho sendiri. Aku pun bicara bermaksud mendahului Minho, “Kau tak tanya padaku apa aku sedang memikirkan keberadaan Seohyun?”
Minho berbalik ke arahku dan tersenyum, “ Kau sudah tau dimana dia kan?” kenapa dia selalu tau? Dia benar-benar menyebalkan. Siapa juga yang memberinya senyum semanis itu.
“ Kenapa kau tau segalanya?” tanyaku padanya.
Minho tak menjawab dan hanya berbalik.
Aku terlalu terbiasa menggumam sendiri dan selalu melupakan bahwa Minho akan selalu mengetahuinya, “ Apa dia juga tau soal Seohyun dan Dongwoon?”
Tiba-tiba Minho berbalik lagi dan berkata, “ Arasso.”
“ Mwo?” aku kembali terkejut. “ Bisakah kau berhenti melakukan itu? Itu benar-benar berbahaya kau tau?”
Tiba-tiba Minho malah tersenyum. Dan setelah aku perhatikan senyumnya memang benar-benar manis.
Aku sedikit melamun setelah itu hingga aku memukul pelan kepalaku sendiri. “ Andwe! Aku tak boleh berpikiran seperti itu. Andwe! Andwe!” gumamku. Aku langsung menutup mulutku setelah sadar bahwa Minho ada di depanku, bisa saja minho mengetahuinya.
Benar saja Minho langsung berbalik padaku, “ apa yang kau pikirkan?”
“ Mollayo?” tanyaku meyakinkan diriku sendiri. Apa benar dia tak tau apa yang aku pikirkan, “ jeongmal mollayo?”
“ Mworago?” tanya Minho.
“ Syukurlah kalau begitu.” Untung saja dia tak mengetahuinya.
Minho hanya bebalik lagi. Dia benar-benar aneh.
**
Setelah berolahraga, aku duduk di tepi lapangan. Aku benar-benar lemas. Aku tak suka pelajaran yang satu ini.
Tiba-tiba Dongwoon menghampiriku sambil memberikan sebotol minuman untukku, “ Ini untukmu.”
“ Oh, gomawo. “ jawabku kikuk.
“ Kau lelah?” tanya Dongwoon sambil tersenyum ramah. Itulah kebiasaannya.
Aku melihat Seohyun saat melewatiku, wajahnya benar-benar jengkel aku rasa, “Ani, aku tak begitu lelah.” Kataku menjawab pertanyaan Dongwoon.
“ Sebaiknya kau mengganti seragammu dengan cepat. Kau terlalu lama menghabiskan waktu istirahat.” Jelas Dongwoon. “ Kau tak bisa kehilangan kebiasaanmu itu ya?”
“ Mwo?” apa yang dia bicarakan?
“ Kemalasanmu itu.” Jawab Dongwoon.
“ Malas? Aniyo. Aku tak malas. Siapa bilang aku malas? Ini aku baru mau ke ruang ganti.” kelakku lalu berdiri dan menuju ke ruang ganti.
Diruang ganti sudah sangat sepi aku hanya bisa melihat Seohyun disana. Aku masuk dengan agak takut. Namun aku memerangi perasaan gilaku itu. Takkan terjadi apa-apa. Aku hanya ingin mengganti seragamku.
Setelah aku mengganti seragamku dan berniat keluar dari ruang ganti, aku memanik saat aku tak bisa membuka pintunya. Aku rasa pintu itu terkunci dari luar.
“ Eotokhajo?” aku panik sekali. Aku menggedor-gedor pintu itu beberapa kali.
“ Ada orang diluar?” teriakku. “ Aku mohon buka pintunya!”
Agak lama aku terkurung di dalam ruang ganti. Aku sudah sangat putus asa. Aku benar-benar takut kegelapan, sedang hari semakin gelap. Aku hanya bisa duduk lemas bersandar di pintu.
“ Eotokhajo? Kalau aku tak bisa pulang bagaimana? Mengapa tak ada yang mencariku?” gumamku.
Tiba-tiba suara dari balik pintu menjawab, benar-benar membuatku terkejut, “ Kau akan pulang! Mundur dari pintu!”
Itu suara Minho, “ Minho-ah?”
Aku pun mundur dari pintu lalu Minho dengan cepat mendobrak pintu itu hingga menjeblak terbuka. Suaranya sangat keras di gedung sekolah yang mulai sepi ini.
“ Kau bodoh? Apa kau tak kuat mendobrak pintunya?” tanya Minho.
“ Ka...kau? Mengapa ka...kau disini? Apa yang ka...kau lakukan?”
Minho tersenyum kecut, “ menyelamatkanmu tentu saja.” Jawabnya
“ Tapi...” aku tak tau harus berkata apa. Aku hanya sedang bingung. Bagaimana bisa dia tau aku ada disini.
“ Kau tak mau pulang?” tanya Minho.
“ Tentu saja mau.” Jawabku segera.
Aku dan Minho pun menaikki bus yang biasa kami naikki.
Di dalam bus aku sibuk berpikir tetang ini semua, mengapa semuanya begitu membingungkan?
“ Kau ingin tau dimana Seohyun?” tanya Minho tiba-tiba.
“ N..ne, dimana dia? Mengapa kau tak bersamanya?” tanya Jiyoung. aku mulai terbiasa dengan kebiasaan Minho itu.
“ Dia pulang, seperti biasa.” Jawab Minho.
“ Tapi..” aku tak meneruskan kalimatku.
“ Kau ingin tau mengapa aku masih disini?” tanya Minho lagi.
“ Ne.” Jawabku cepat.
“ Ku lihat Dongwoon tak pulang bersamamu. Dan kulihat dia juga sibuk mencarimu.” Jelas Minho.
“ Bagaimana kau tau aku terkurung di ruang ganti?”
“ Terakhir aku melihatmu saat kau memasuki ruangan itu.” Jawab Minho.
“ Mengapa kau tak pulang bersama Seohyun saja?”
“ Kau tau ini masalah apa.” Jawab Minho.
“ Jakkaman. Minho-ah! Jelaskan padaku. Apa sebenarnya kau tau semuanya? Kau tau soal Seohyun dan Dongwoon?” aku ingin memperjelas semuanya.
“ Kau tau jawabannya.” Jawab Minho.
“ Kenapa kau tak pernah jelas?” tanyaku.
“ Dan kau selalu terlalu jelas.” Sahut Minho. “ Mengapa kau tak pernah bisa menyembunyikan apa-apa?”
“ Ya! Ini bukan waktunya membicarakanku. Sudahlah, kuanggap kau mengerti semuanya.” Kugelengkan kepalaku, aku tak habis pikir dengan lelaki ini.
“ Ne, aku mengerti semuanya.” Kata Minho, wajahnya terlihat lebih serius. “ Yang tidak aku mengerti adalah apa kau juga menyukai Dongwoon?”
Aku terkejut bagaimana bisa Minho tau sedalam ini. “ Mwo? Bisakah kau jelaskan darimana kau tau semuanya?”
“ Tak bisakah kau melihat? Semua begitu jelas.” Jawab Minho.
Baru kali ini aku bicara serius dengan Minho. Aku benar-benar merasa canggung. Aku tak pernah mengenal Minho sebelumnya.
“ Jadi...” aku bicara dengan ragu. “ menurutmu Seohyun benar-benar menyukai Dongwoon?”
“ Kau bodoh jika masih tak menyadarinya.” Jawab Minho.
“ Tapi.... aku rasa itu tak mungkin. Kau tau sendiri dia sedang bersamamu sekarang, kau juga tau dia sangat menyayangimu kan?”
“ Kau harus tau bahwa tak semua hal di dunia ini yang mengandung kejujuran dan kau juga harus tau begitu banyak rahasia di dunia ini.” Jelas Minho.
Aku tertegun mendengar penjelasan itu. Hari ini aku menemukan sisi lain dari pribadi Minho, entah mengapa aku begitu senang mendengar semua perkataan Minho itu.
“ Dan semuanya makin jelas dengan kejadian hari ini.” Kata Minho tiba-tiba.
“ Kejadian hari ini?” tanyaku, “ Kejadian apa?”
“ kejadian kau terkurung di ruang ganti.” Jawab Minho.
“ Lalu, apa hubungannya?”
“ Kau belum jawab pertanyaanku soal perasaanmu pada Dongwoon.” Minho mengalihkan pembicaraannya.
“ Ah?..... aku...aku Haruskah aku ceritakan ini padamu?”
“ Kau harus, ini masalah kita sekarang.” Jawab Minho. “ Ku rasa hanya kau yang bisa membereskan masalah ini.”
“ Mwo? Aku? Apa yang bisa kulakukan?” aku sungguh heran.
“ Kau bisa menjawab pertanyaanku.” Jawab Minho santai.
“Dongwoon itu sudah seperti oppaku, aku tak tau apa yang sebenarnya aku rasakan. Aku akui aku menyayanginya. Tapi aku rasa hanya sebatas sahabat.” Aku berusaha menjelaskannya.
“ Gomawo... teruslah bantu aku dengan selalu bicara dengaku seperti ini.” Kata Minho.
Aku tak berkata apa-apa aku hanya terus menatap Minho yang sedari tadi tak menatapku.
***
Author POV
Sepulang sekolah hari ini, Hujan turun cukup lebat, Jiyoung tak membawa payung, dia benar-benar bingung bagaimana caranya sampai ke halte bus.
“ Aish.... eotokhajo?” gumam Jiyoung, dia benar-benar bingung. “ Hujan cepatlah reda!!!!”
“ Hujan seperti ini pasti lama.” Dongwoon tiba-tiba menghampiri Jiyoung.
“ Dongwoon-ah! Kau mengagetkanku.” Kata Jiyoung.
“ Kau ingin segera ke halte bus kan?” tanya Dongwoon, dia tersenyum manis saat berkata.
“ Ne, kau benar. Apa kau tidak?”
“ Kalau begitu kita pakai caraku saja!” ajak Dongwoon.
“ Mwo? Apa kau bawa payung?” tanya Jiyoung.
“ Aniyo.” Dongwoon menggeleng.
“ Kau bawa jas hujan?” tanya Jiyoung lagi.
“ Aniyo.”
“ Apa kau akan menyetir busnya kesini?” Kini Jiyoung mulai menampakkan kekanakannya.
“ Tentu saja tidak! Dasar babo!” Dongwoon memukul pelan kepala Jiyoung.
“ Lalu apa?”
Dongwoon tersenyum lalu mengeluarkan jaket dari dalam tasnya.
“ Apa kau akan meminjamkannya padaku?” tanya Jiyoung.
“ Enak saja! Kita pakai ini bersama.”
“ apa muat?”
“ YA! Apa kau tak pernah melihat drama? Kau tau adegan saat sepasang kekasih kencan di tengah hujan atau tidak?” Dongwoon mulai tak sabar.
“ Drama yang mana?” tanya Jiyoung, dia menggaruk-garuk kepalanya.
“ Sudahlah...” Dongwoon berkata sambil menarik Jiyoung dalam rangkulannya.
Dongwoon membawa Jiyoung ke halte bus di bawah perlindungan jaket yang ia rentangkan di atasnya dan Jiyoung.
Sesampainya di halte bus, cukup banyak siswa lain yang memperhatikan dua remaja ini. Namun Jiyoung tak mengerti apa maksud mereka.
“ Kenapa busnya lama?” kata Dongwoon.
“ Itu sudah biasa.” Jawab Jiyoung.
“ Kau tidak kedinginan?” tanya Dongwoon.
“ Jelas saja aku kedinginan. Kau tak sadar ini sedang hujan?” kata Jiyoung sambil menggosok-gosok tangannya.
“ ne, jakkaman.” Kata Dongwoon tiba-tiba lalu pergi meninggalkan Jiyoung.
“ Mau kemana?” tanya Jiyoung. Namun Dongwoon sudah tak mendengarya di tengah hujan yang berisik.
Jiyoung menunggu Dongwoon kembali, dia bertanya-tanya kemana sebenarnya Dongwoon pergi. Pada saat yang sama, Jiyoung melihat Seohyun berjalan dengan basah kuyup ke arahnya.
Seohyun menghampiri Jiyoung dengan raut wajah tak sabar, “ Kau masih tak sadar?”
“ Seohyun-ah?” Jiyoung terkejut. Jiyoung bisa melihat Minho jauh di belakang Seohyun sedang menatapnya.
“ Peringatanku waktu itu?” kata Seohyun.
Jiyoung tak tau harus berbuat apa. Dia benar-benar terkejut melihat Seohyun seperti ini. Seohyun tak terlihat seperti biasanya. Seohyun yang selalu tampak ramah, lembut dan anggun, kini berubah menjadi Seohyun yang berbahaya dan bisa menyerang kapan saja. Matanya merah seperti menangis, namun air hujan menyamarkan semuanya.
“ Seohyun-ah...” Jiyoung menatap Minho.
Jiyoung sekarang sangat ingin menanyakan perasaan Seohyun pada Dongwoon namun dia tak sanggup melakukannya. Tapi Minho tiba-tiba mengangguk seakan mengerti apa yang sedang Jiyoung pikirkan. Jiyoung pun memberanikan dirinya.
“ Kau benar-benar menyukai Dongwoon?” tanya Jiyoung ragu.
“ Ne, geuraeso. Apa ini masih belum jelas?” Seohyun benar-benar menakutkan sekarang.
“ Bagaimana dengan Minho?” tanya Jiyoung.
Seohyun tak menjawab.
“ Apa kau akan menghianati Minho begitu saja?”
“ Bisakah kau berhenti bertanya?” tanya Seohyun.
“ Sadarkah kau sedang melakukan hal yang salah?”
“ Aku bilang berhenti!” teriak Seohyun sambil menutupi kedua telinganya.
Jiyoung heran mengapa reaksi Seohyun begitu berlebihan seperti ini. Namun saat dia akan berkata lagi, Minho menatapnya dan memberinya isyarat agar tak berkata lagi.
Seohyun berteriak sekali lagi, “ Berhenti!” Minho seketika menghampiri Seohyun dan merangkulnya dari belakang seakan menahanya untuk memberontak.
Jiyoung begitu bingung apa yang sebenarnya sedang tejadi. Dia benar-benar tak mengerti dia hanya bisa membeku.
Kemudian Dongwoon datang dengan membawa dua gelas kopi hangat yang baru dibelinya. “ Seohyun-ah! Cukup. Jebal... cukup kau lakukan ini. Aku sudah katakan padamu aku mencintainya. Kau sudah memiliki yang lain.”
Kempat orang ini sama sekali tak peduli bahwa ada banyak siswa lain yang sedang memperhatikan mereka. Mereka juga tak peduli air hujan yang dingin telah membasahi seluruh tubuh mereka.
“ Dongwoon-ah!” Seohyun memeluk Dongwoon erat.
“ Jiyoung sebaiknya kau pulang bersama Minho sekarang. Biar aku antarkan Seohyun pulang.” Kata Dongwoon sambil menuntun Seohyun dan pergi.
***
Jiyoung POV.
Aku masih membeku saat Minho menarikku ke dalam Bus yang baru saja datang.
Di dalam Bus aku akhirnya bicara, “ Jelaskan padaku.”
“ Seohyun tak seperti gadis biasanya, dia harus dilindungi.” Minho memulai penjelasannya, “ Dia gadis yang sangat labil, dia tak bisa mengontrol emosinya. Dia memiliki gangguan itu sejak orang tuanya meninggal di depan matanya 8 tahun lalu.”
Aku tak berkata apa-apa, aku hanya mendengarkan.
“ Dan dia sangat menyukai Dongwoon sejak mereka kursus di satu tempat 5 tahun lalu. Seohyun juga bertambah parah saat Dongwoon tiba-tiba pindah dan menjelaskan pada Seohyun bahwa dia tak bisa menerima perasaannya karena dia sudah memiliki cinta pertamanya.” Minho tak berekpresi.
“ Dan kau? Siapa kau sebenarnya?” tanyaku.
“ Aku hanya lelaki yang berusaha melindunginya sejak aku mengetahui ceritanya dua tahun lalu saat pertama kali aku mengenal Seohyun.” Jawab Minho.
“ Jadi kau bukan kekasihnya?”
“ Kami memang kekasih, dia juga akan merasakan hal yang sama jika dia kehilanganku. Namun perasaan yang kuberikan padanya bukan perasaan untuk seorang kekasih. Aku hanya berusaha melindunginya.”
“ Lalu, apa Dongwoon mengerti soal ini?”
“ Ne, kurasa dia lebih mengerti dariku. Hanya saja dia melakukan kesalahan saat kembali ke kota ini. Dia tak tau kau bersekolah di tempat yang sama dengan Seohyun.”
“ Apa Seohyun juga menyukaimu?” tanyaku. Aku benar=-benar ingin tau yang satu ini.
“ Dia bilang dia jatuh cinta padaku setelah 1 bulan mengenalku. Tapi itu tak penting lagi sekarang. Seohyun memang gadis yang labil, dia juga tak bisa mengontrol perasaanya yang sebenarnya sekarang.”
“ Bagaimana bisa dia menyukai dua orang sekaligus?” teriakku. Membuat beberapa orang di bus menoleh.
“ Dia sendiri tak bisa mengontrolnya, apalagi kita.” Jawab Minho.
“ Eotokhajo? Apa yang harus aku lakukan?” aku benar-benar pusing sekarang.
“ Aku tau kau tak bisa malakukan apa-apa sekarang.” Sahut Minho.
Tak tau kenapa ditengah-tengah kegelisahanku ini, aku masih bisa merasa tenang bila berada di samping Minho seperti ini. Aku harap aku tak menambah masalah dengan mulai menyukai Minho. Andwe!!!!
***
Dongwoon POV
Aku merasa bersalah atas masalah ini. Seharusnya kau memang tak kembali ke kota ini. Aku yang salah telah meninggalkan Jiyoung dulu, sekarang aku ingin kembali padanya. Betapa egoisnya aku? Sekarang aku malah membuat Jiyoung terperangkap dalam masalah rumit ini.
“ Jiyoung-ah... mianhae...” kataku padanya saat bertemu di kelas. “ Jeongmal mianhae...”
“ Weyo?” tanya Jiyoung. dia tak seceria biasanya.
“ Karena aku kau terlibat dalam masalah ini. Mianhae...”
“ Gwenchanayo. Aku juga tau posisimu sangat sulit sekarang.” Jawab Jiyoung. dia terlihat dewasa sekarang. Dia makin membuatku menyayanginya.
“ Minhae, aku juga telah menyukai seperti ini.” Jelasku padanya.
“ Arasso. Kurasa itu bukan salahmu.”
“ Mianhae..” kataku sambil memegang pundaknya.
Jiyoung hanya mengangguk dan menunjukkan wajah prihatinnya untukku.
Tiba-tiba Minho datang menghampiri kami. Dia terlihat serius tak seperti biasanya.
“ Kita tak bisa dimkan masalah ini begitu saja. Kita harus cepat menanganinya. “ kata Minho.
Aku bisa melihat keterkejutan di wajah Jiyoung.
“ aku rasa aku punya cara untuk menyelesaikan ini.” Tambah Minho.
“ Apa yang akan kau lakukan?” tanyaku.
“ Aku akan membuatnya kembali ke kehidupannya sekarang. Aku akan membuatnya melupakan kehidupannya di masa lalu.” Jawab Minho.
“ Eotokhe?” tanya Jiyoung.
“ Aku akan membuatnya kembali padaku. Jadi dia takkan lagi mengganggumu. Kalian bisa bantu aku?” kata Minho.
“ Apa yang bisa kubantu?” tanyaku.
“ Aku membutuhkan Jiyoung.” jawab Minho.
“ Mwo?” Jiyoung terkejut.
“ Kita buat Seohyun cemburu padamu sekali lagi, namuan bukan karena Dongwoon tapi karena aku..” jelas Minho. “ Dongwoon-ah, kuharap kau tak sakit hati saat aku melakkukan rencanaku ini.”
Aku tau Jiyoung terkejut, maskipun aku tak tau apa yang akan dilakukan Minho pada Jiyoung, tapi aku rasa tebakanku soal Jiyoung mulai menyukai Minho memang benar. Aku tau bagaimana perasaanya sekarang. Jiyoung pasti tak begitu setuju melakukan rencana ini, jika Minho melakukan sesuatu pada Jiyoung, Jiyoung takut itu akan membuatnya makin menyukai Minho.
***
Seohyun POV.
Aku berniat mencari Dongwoon, aku jengkel dia selalu pulang bersama Jiyoung sekarang. Sudah cukup lama aku menunggu Dongwoon di halte Bus, tapi aku tak juga melihatnya. Aku malah melihat Jiyoung berjalan bersama seorang lelaki, aku terkejut lelaki itu bukan Dongwoon melainkan Minho. Untuk apa mereka berjalan bersama? Sejak kapan mereka sedekat itu? Mengapa Minho tak menghampiriku?
Aku melihat mereka berdua memasuki bus. Aku melihat mereka berdua duduk bersebelahan. Dan aku juga emlihat mereka berciuman sekarang.
Apa-apaan ini? Kemana aku selama ini? Mengapa aku melupakan Minho? Mengapa Minho bersama Jiyoung sekarang? Aku terus menatap mereka berdua hingga Bus yang mereka naikki berlalu.
Aku tak bisa menerima ini. Mengapa semua yang aku sayang pergi dariku. Apa kesalahanku hingga harus merasakan ini semua? Aku tak bisa membiarkan Minho pergi bergitu saja. Dia milikku.
***
Dongwoon POV
Aku melihat mereka berciuman di bus itu. Jadi ini rencana Minho. Aku bisa melihat kekesalan di wajah Seohyun. Tak ada yang tau aku merasakan hal yang sama sepertinya. Hatiku terasa perih melihat kenyataan itu. Namun ini bagian dari hal yang lebih baik. Mungkin dengan ini, semua bisa lebih baik. Namun satu hal yang aku yakini, Jiyoung bisa benar-benar menyukai Minho sekarang.
***
Jiyoung POV
Aku tak menyangka Minho akan melakukan ini. Aku benar-benar merasakannya, dia menciumku. Aku tak menyangka dia akan melakukan cara ini untuk membuat Seohyun kembali padanya. Tapi ini malah membuatku makin menyukainya. Eotokhajo? Sekarang aku yang bersedih mendengar kenyataan sebentar lagi Seohyun akan kembali bersama Minho.
Aku tak menyangka saat Minho menarikku di atas bus. Aku tau Seohyun sedang memperhatikan kami. Minho langsung saja menciumku seperti tak terjadi apa-apa. Namun anehnya, dia tak segera melepaskan ciumannya walaupun bus ini sudah jauh dari sekolah. Sedangkan aku hanya bisa membeku.
Setelah agak lama akhirnya dia melepaskan ciumannya. Aku masih tetap membeku. Tapi aku bisa melihat Minho hanya berekspresi seperti biasa. Dari semua ini untung saja bus ini sedang sepi, tak ada yang menyadari ada yang tengah berciuman tadi.
Aku mencoba memecah keheningan walaupun aku masih tak kuat bicara karena terlalu shock. Jantungku terus berdegup kencang, “ Ka....kau pikir i..ini akan be...berhasil?”
“ Mianhae..” katanya tiba-tiba. Suaranya begitu dalam.
Ya aku tau ini memang salahnya, bukankah rencana ini berlebihan? Tapi aku tak berkutik, “ a...arasso.”
Tuhan... Eotokhajo? Aku benar-benar menyukainya sekarang. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku sekarang, bermaksud menghilangkan pikiranku tentang Minho.
“ Jika kau jatuh hati padaku, masalah ini akan makin rumit.” Kata Minho tiba-tiba. Dia membuatku terkejut seperti biasa namun kali ini lebih dalam efeknya.
“ Mwo? Aniyo! Siapa bilang aku menyukaimu?” kurasakan darahku mengalir deras di wajahku.
***
Author POV
Seohyun menghampiri Minho keesokan harinya, “ Minho-ah!”
“ Ne?” Minho menjawabnya.
“ Kau melupakanku?” tanya Seohyun.
“ Bukankah kau yang melupakanku?” tanya Minho balik.
Jiyoung dan Dongwoon melihat mereka dari jauh.
“ Kau kekasihku kan?” tanya Seohyun pada Minho.
“ Menurutmu bagaimana?” Minho bertanya dengan santai.
“ Kita sepasang kekasih.” Jawab Seohyun.
“ Kalau begitu, weyo?”
“ Jika kau kekasihku, kau tak boleh dengan gadis lain.” Jawab Seohyun.
“ Kau yakin?” tanya Minho. “ kau juga akan terus bersamaku?”
“ Ne, tentu saja. Jangan lagi bersama gadis lain, atau kau akan menyesal.” Jelas Seohyun.
“ Arasso. “ Minho tersenyum lalu merangkul Seohyun dan pergi.
Dongwoon sedikit merasa lega melihat itu, “ Jiyoung-ah! Sepertinya rencana Minho berhasil.”
Jiyoung tak menjawab dia sibuk dengan pikirannya sendiri.
Dongwoon juga diam dan hanya menatap Jiyoung.
***
Jiyoung POV
Geuraeyo, aku benar-benar menyukainya. Hatiku terlalu perih melihatnya selalu bersama Seohyun sekarang. Untuk apa aku merasakan ini. Seharusnya aku tak menyukainya. Ini suatu kesalahan besar.
Sekarang aku lebih sering bersama Dongwoon. Aku juga sering berjalan bersama Dongwoon di depan Seohyun. Aneh sekali dia sama sekali tak terpengaruh. Kelabilannya benar-benar membuatnya seaneh itu.
***
Minho POV
Aku menyesal menciumnya. Sahrusnya aku tak perlu melakukannya, itu membuatku mulai menyukainya. Sekarang walaupun aku bersama Seohyun, pikiranku tak bersamanya lagi sekarang. Inilah yang membuatku memberitahu untuk tidak mulai menyukaiku agar masalahnya tidak semakin rumit.
Hal lain yang menggangguku adalah, kebersamaan Jiyoung dengan Dongwoon, sepertinya mereka makin dekat. Kenapa kami harus satu kelas, itu membuatku harus melihat mereka bersama setiap hari.
Rencanaku itu benar-benar berhasil. Aku benar-benar bisa membuat Seohyun menghindari Dongwoon.
***
Seohyun POV
Ini gila! Semuanya menggangguku, semuanya membingungkanku. Eotokhajo? Aku harus setiap hari melihat Jiyoung bersama Dongwoon, aku ingin mengkentikannya namun aku sudah ingat Minho sekarang, aku juga tak bisa meninggalkan Minho yang sudah begitu baik padaku. Aku mencintai mereka berdua. Kenapa harus ada Jiyoung? seharusnya aku bisa bersama keduanya.
Kenapa mereka semua tak bisa mengerti? Aku sedang gila sekarang!! Kepalaku benar-benar sakit. Ingin sekali rasanya pergi dari dunia ini sekarang juga. Aku tak mau lagi merasakan ini semua. Sudah cukup.
***
Author POV
Jiyoung pergi sebuah swalayan dekat rumahnya siang ini, ternyata dia bertemu Minho disana. Dua orang ini lebih canggung dari sebelumnya setelah kejadian ciuman itu.
Saat Jiyoung akan mengambil snack di salah satu rak swalayan, Minho juga akan mengambil snack itu, tangan mereka bersentuhan.
“ AH!” Jiyoung terkejut. “ Minho-ah?”
Minho hanya tersenyum kecil. Dia tak bisa menghilangkan pikirannya tentang Jiyoung sekarang begitu juga sebaliknya dengan Jiyoung.
“Mianhae, kau ambil saja dulu.” Kata Jiyoung menyuruh Minho mendahuluinya.
“ Kau saja.” Balas Minho.
“ Oh? Baiklah.” Kata Jiyoung lalu mengambil snack itu dan pergi, dia memang bermaksud menghindari Minho.
Saat Jiyoung berlum melangkah jauh, Lengannya tertarik oleh Minho. Minho ternyata menahannya pergi.
“ We..weyo?” tanya Jiyoung ragu.
“ Bisa kita bicara sebentar?” tanya Minho dia sudah tak kuat menahan perasaannya lagi.
“ Ada apa?” tanya Jiyoung. sebenarnya dia juga ingin mengajak Minho bicara namun dia pikir dia memang harus menghindar.
Minho tak berkata lagi lalu mengajak menarik Jiyoung keluar dari swalayan itu.
Mereka sampai di taman seberang swalayan itu akhirnya, saat itu lengan Jiyoung masih dalam genggaman Minho. Jiyoung sadar genggaman itu sangat erat.
“ Kita akhiri saja semuanya.” Kata Minho tiba-tiba.
“ Mwo? Apa maksudmu?” tanya Jiyoung bingung.
“ Apa kau menyukaiku?” tanya Minho. Ekspresinya benar-benar serius tak sesantai biasanya.
“ M..Mwo?” wajah Jiyoung memerah, jantungnya berdegup kencang. “ Aku?”
“ Aku mohon jawab dengan jujur, kejujuranmu bisa membantuku.” Tambah Minho.
“ Untuk apa kita bicarakan ini?” tanya Jiyoung, dia masih ingin menghindar.
“ Jawablah, jebal..” pinta Minho.
Jiyoung agak terkejut melihat Minho memohon seperti ini di depannya.
“ Aku... aniyo... andwe... aku tak bisa memberitaumu.” Jawab Jiyoung akhirnya.
“ Apa itu artinya kau memang menyukaiku?” Minho masih belum melepaskan lengan Jiyoung.
Jiyoung menghela napas panjang, “ Geurae.... “ Jiyoung melepas genggaman Minho di lengannya. “ Mianhae... aku telah jatuh hati padamu. Dan sebaiknya kita lupakan ini.” Jiyoung berbalik berniat pergi.
Minho sekali lagi menarik lengan Jiyoung dan menahannya pergi, kali ini Minho menarik Jiyoung ke dalam pelukannya. “ Kalau begitu aku tidak gila, aku tidak menyukaimu sendirian.”
Jiyoung benar-benar shock namun dia benar-benar bahagia melihat kenyataan ini. Dia tak tau dia harus berbuat apa di dalam pelukan Minho. Dia hanya bisa membeku dan merasakan hangatnya pelukan orang yang kini dicintainya.
“ Aku juga, mianhae... aku telah jatuh hati padamu.” Kata Minho.
***
Dongwoon POV
Aku pergi ke rumah Jiyoung dan Eommanya bilang dia sedang pergi ke swalayan dekat rumahnya. Swalayan tempat aku dan Jiyoung sering belanja tak penting bersama.
Aku berniat menyusulnya, aku ingin mengejutkannya. Namun saat aku sampai di depan swalayan, mataku tertuju pada pemandangan mengejutkan di seberang jalan.
Di taman seberang itu, aku melihat Jiyoung berpelukan bersama Minho. Aku sakit hati, ya memang aku benar-benar sakit hati, namun rasanya tak ada yang bisa aku lakukan. Aku hanya bertanya-tanya apa sebenarnya hubungan Minho dengan Seohyun? Kenapa Minho bisa dengan bebas memeluk gadis lain?
Dengan melihat kejadian ini, aku rasa kembalinya aku ke kota ini tak ada gunanya. Aku hanya kembali pada kehidupan lama yang sudah tak aku kenal. Aku yang menjadi orang asing sekarang. Aku berusaha menutupi sakit hatiku ini, aku sudah memberitahu Jiyoung bahwa aku hanya perlu ijinnya untuk tetap mencintainya. Inilah hasilnya, aku hanya akan mencintainya sendirian.
Aku tak mau pergi menghindar. Aku ingin menyelesaikan masalah ini sekarang. Aku menghampiri Jiyoung dan Minho di taman itu.
“ Jiyoung-ah! Minho-ah! Sejak kapan kalian jadian?” tanyaku pada mereka. Aku berusaha terlihat ceria dan baik-baik saja.
***
Jiyoung POV
Aku melihat Dongwoon menghampiriku saat Minho masih memelukku. Aku langsung melepaskan pelukan itu setelah melihat Dongwoon, aku tak tega melihatnya sakit hati. Dia datang dengan ceria, tapi aku tau dia sedang sangat terluka.
“ Apa kalian baru saja jadian hari ini?” tanya Dongwoon lagi.
“ Aniyo! Siapa bilang kami jadian?” jawabku segera. Aku melirik Minho menunggunya berkata sesuatu. Namun dia tak bereaksi apa-apa.
“ Sudahlah mengaku saja kalian berdua...” goda Dongwoon. “Aku akan bantu kau mengatasi Seohyun.”
“ Aku harus pergi” kata Minho tiba-tiba lalu pergi begitu saja. Dia membuatku bingung. Apa yang dikatakannya tadi sungguh-sungguh?
Sekarang tinggal aku dan Dongwoon. Apa yang aku katakan padanya?
Dongwoon mendekat, dia mengamati wajahku. Apa yang sebenarnya dia lakukan?
“ Kau memang menyukainya kan?” tanya Dongwoon.
“ Mwo? Apa yang sebenarnya kau bicarakan?” tanyaku berpura tak mengerti, walau aku 100% mengerti semua ini.
“ Lihat saja wajahmu begitu merah. Kau benar-benar menyukainya kan?” tanya Dongwoon lagi.
“ Ani. Kenapa kau berpikiran seperti itu?”
Kami pun melanjutkan pembicaraan di rumahku.
“ Sudahlah. Mengaku saja...” Dongwoon tersenyum manis. Apa dia tidak sakit hati?
“ Jiyoung-ah... sudahlah ceritakan saja. Aku bisa mengerti. Walau aku bilang aku menyukaimu, tapi kau kan tak menyukaiku, jadi kau boleh saja menyukai seorang lelaki. Kau lupa aku ini sahabatmu? Palihae!!! Ceritakan padaku!”
Aku memang sangat menceritakan ini padanya namun aku tak sanggup, “ Apa kau yakin? Aku harus menceritakannya padamu?”
“ Ne, kau harus ceritakan sekarang juga. Kau menyukainya kan?”
“ Ne....” jawabku akhirnya. Aku menyerah dengan desakannya. “ Aku memang menyukainya.
“ Lalu mengapa kau berpelukan dengannya tai? Apa dia juga menyukaimu?” tanya Dongwoon.
“ Dia yang memelukku setelah aku mengaku padanya aku menyukainya. Dia bilang kalau begitu dia tidak gila, dia tak menyukaiku sendirian. Tapi... Andwe! Dia tak mungkin menyukaiku. Dia kan bersama Seohyun.” Jelasku dengan wajah memerah.
“ Dia pernah menceritakan tentang hubungannya dengan Seohyun tidak?”
“ Pernah.” Aku menunduk. “ Dia bilang dia hana seorang lelaki yang ingin melindunginya.”
“ Kalau begitu dia memang menyukaimu.” Sahut Dongwoon. “ Dia bukan tipe lelaki pembual.”
“ Tapi.......”
“ Tapi apa? Kau takut apa yang akan terjadi pada Seohyun dan aku?” Dongwoon kini juga bisa membaca pikiranku.
“ Aku rasa ini tak benar. Ini tak boleh diteruskan.” Kelakku.
“ Sudahlah kalian saling menyukai kan? Aku akan bantu kalian. Kalian berdua terlalu banyak berkorban.” Jelas Dongwoon. Aku tak mengerti maksudnya.
“ Baiklah lebih baik aku pulang.” Kata Dongwoon sambil berdiri.
Aku mengantarnya ke pintu. Sesampainya di teras rumahku, dia berbalik lalu bicara aneh, “ Kau memelukku?” tanyanya.
“ Mwo? Untuk apa?” tanyaku heran.
“ Aku akan sangat merindukanmu...” jawabnya dia tersenyum pahit sambil menundukkan kepalanya.
Aku selalu tak tega melihatnya, langsung saja aku memeluknya, aku memang menyayanginya.
“ Gomawo.” Katanya.
***
Dongwoon POV
Jiyoung-ah... lepas dari pelukanmu terasa berat. Mungkin inilah pertemuan terakhir kita. Aku ingin kau bahagia. Gomawopta.... kau sudah mau memelukku untuk terakhir kalinya. Aku akan terus mencintaimu meski aku tak bersamamu.
***
5 BULAN KEMUDIAN
Author Pov
Jiyoung berjalan santai sambil menikmati pemandangan laut senja di pinggir kotanya. Tangan Minho ada di genggamannya. Dia merasa bahagia sekarang. Cukup bahagia, setelah bisa menerima semuanya.
Jiyoung mengambil secarik kertas dari sakunya yang merupakan sebuah surat. Dia dan Minho melihatnya sambil tersenyum. Jiyoung dan Minho memegangnya bersamaan dan meletakkannya di tepi pantai agar tersapu ombak. Agar ombak bisa membawanya pergi. Setelah meletakkan kertas itu, Minho memeluk erat Jiyoung.
***
EPILOG
Untuk Jiyoung dan Minho
Gomawo... kalian adalah teman yang baik. Mianhae... aku pergi begitu saja. Ku bawa Seohyun bersamaku, aku ingin menggantikan Minho untuk melindunginya. Dia akan menjalani terapi untuk mengobati kelabilannya.
Bahagialah kalian disana..... Minho-ah, kau tau aku takkan pernah berhenti untuk mencintai Jiyoung. lingdungi dia dengan segenap jiwamu. Gomawo... jeongmal gomawo.... Jiyoung-ah... mianhae, aku telah mencintaimu hingga membuat semuanya rumit. Sekarang aku berniat membereskan semuanya.
Dongwoon