Main Cast:
Kang Jiyoung
Bae Suzy
Kim Myungsoo
Kim Sunggyu
Kevin Woo
Support Cast:
Sulli
Baro
Sandeul
Cameo:
Kim Namjoo
EungyoSupport Cast:
Sulli
Baro
Sandeul
Cameo:
Kim Namjoo
Karena
terlalu tertekan karena perubahan sikap Suzy, Jiyoung memutuskan pergi ke toko
buku yang ada di sebelah taman kota.
Tak disangka dia bertemu dengan
orang yang paling tak ingin ditemuinya, L. Jiyoung melihat L juga memasuki toko
yang sama. Akhirnya Jiyoung segera membayar sebuah novel yang sudah dipilihnya.
L melihat Jiyoung dan tahu Jiyoung
berusaha menghindar. Dia hanya tersenyum dan mengikuti Jiyoung yang menuju ke
taman kota.
Karena silaunya cahaya matahari
sore, Jiyoung tak melihat L yang mendekatinya yang sedang duduk di sebuah kursi
kayu membaca novelnya.
L duduk di sampingnya dengan tenang.
Merasa ada yang duduk di sampingnya, Jiyoung menoleh dan kecewa saat tahu itu
L.
“Sial sekali aku!” guman Jiyoung
sambil terus membaca novelnya. Dan berharap hantu yang ada di sampingnya segera
menghilang.
“Aku memang mengikutimu.” Kata L.
“Mwo? Darimana kau tahu aku ada
disini?” tanya Jiyoung.
“Aku bisa melakukan segala yang aku
mau. Kenapa kau meremehkanku?”
“Kim Myungsoo, tahukah kau dengan
begini kau terlihat bodoh dan menggelikan?”
L hanya tersenyum.
“Bisakah kau pergi?”
L menggeleng.
Akhirnya Jiyoung yang beranjak
pergi, tapi L segera menahan lengannya seperti biasa.
“Ini konyol.” Gumam Jiyoung.
“Kalu begitu jangan buat ini konyol
lagi.” Kata L. “Kau lihat mereka.” L menunjuk sepasang kekasih yang tengah berjalan
bersama di hadapan mereka.
Jiyoung tak merespon apa-apa.
“Aku tahu kau sama sekali tak
tertarik dengan hal seperti itu.”
“Lalu kenapa masih melakukan ini?
Kau bahkan tahu bahwa aku tak percaya.”
L tersenyum lagi.
“Bisakah kau berhenti tersenyum?”
tanya Jiyoung kesal.
“Wae? Kau tak suka?”
Jiyoung melepas genggaman tangan L
dan melangkah pergi. Namun L kembali mengerjarnya dan dengan susah payah
membawa Jiyoung kembali ke kursi kayu itu.
“Kau harus mulai terbiasa, karena
aku akan selalu melakukan semua ini. Sebab kau takkan melakukan hal ini kan? Jadi aku yang
melakukannya.”
Jiyoung memutar bola matanya,
“Sebenarnya apa yang kau katakana?”
“Setidaknya tetaplah disini sampai
matahari terbenam.” L mendudukkan Jiyoung disampingnya sambil tetap memegang
tangannya.
Jiyoung yang tak bisa melepas tangan
L, akhirnya terpaksa duduk disana dengan kesal. “Lalu kau mau apa sampai
matahari terbenam? Tanganku kebas, kau tahu?”
L menoleh menatap Jiyoung
lekat-lekat, “Ternyata kau banyak bicara ya?”
“Dan ternyata kau tak sekeren yang
Suzy bayangkan.” Balas Jiyoung.
Mereka benar-benar duduk bersama
sampai matahari tenggelam. L sudah meletakkan kepalanya di pundak Jiyoung
hingga Jiyoung pegal.
“Sejak kapan kau memproduksi fan
service seperti ini?” Jiyoung tersenyum kecut, “Dan ini salah alamat.”
“Ini bukan fan service.” Jawab L.
“Lalu? Caramu mempermalukan diri?”
L menggeleng.
“Michyeo!” gumam Jiyoung.
Akhirnya L melepas genggaman
tangannya dan berdiri, “Matahari sudah tenggelam. Kau pulanglah.” L tersenyum
sekali lagi.
Jiyoung membuat ekspresi heran
sekaligus jijik di wajahnya lalu pergi secepat yang ia bisa.
***
Sudah beberapa hari ini Suzy tak
bicara pada Jiyoung. Dan selama itu Jiyoung selalu berangkat ke sekolah
sendiri. Hanya L, Sunggyu dan Kevin saja
yang bicara pada Jiyoung saat ini.
“Kau benar-benar punya masalah
dengan Suzy? Sebenarnya ada apa dengan kalian berdua?” tanya Sunggyu saat
menghampiri Jiyoung dikelasnya yang kosong.
“Molla.” Jawab Jiyoung. Dia sendiri
tak bisa menjelaskannya. Dia tak tahu pasti apa penyebabnya, meski dia sudah
menebak soal L.
“Suzy jadi tak seceria biasanya.”
“Aku tahu kau pasti khawatir atau
semacamnya. Tapi aku memang tak tahu. Dan mungkin itu memang salahku.” Jelas
Jiyoung.
“Jadi kau memang menyukai Suzy?”
tanya Kevin yang tiba-tba masuk.
Sunggyu terlihat begitu terkejut.
Memang selama ini hanya Jiyoung yang tahu.
“Kau tinggal mengangguk saja. Semua
beres.” Kevin tersenyum. “Sepertinya hanya aku saja yang tak masuk dalam
masalah ini.”
“Bukankah itu bagus?” tanya Jiyoung.
Kevin tertawa,”Geurae.”
“Lalu apa yang akan kau lakukan
setelah kau tahu semuanya?” tanya Sunggyu pada Kevin.
“Tahu semuanya? Ya memang aku lebih
tahu dari siapapun karena aku tak terlibat dan aku hanya mengamati kalian
berempat. Ini sudah memakin rumit. Tapi…. Aku tak bisa ikut campur.” Jelas
Kevin. “Sunggyu-ah, jika kau memang benar-benar menyukai Suzy, sebaiknya kau
bilang saja padanya.”
Sunggyu tersenyum kecut, “Aku rasa
ini bukan waktu yang tepat.”
Kevin tertawa lagi, “Dasar L!”
Sunggyu dan Jiyoung melihatnya
dengan aneh.
***
Sore ini ponsel Jiyoung berbunyi,
sebuah pesan dari nomor yang tak dikenal masuk.
Jiyoung
aku mohon datanglah ke rumahku. Aku sakit.
L
“L?
darimana dia mendapat nomor ponselku? Dia kira aku gila mau menjenguknya sakit?
Apa urusanku?” batinnya.
Akhirnya Jiyoung memutuskan untuk keluar rumah menuju toko
buku kesayangannya itu. Ia melewati pintu kamar Suzy yang terbuka dan Suzy
keluar sehingga mereka saling menatap.
“Kau masih marah dan belum menemukan
jalan keluarnya?” tanya Jiyoung.
Suzy diam saja.
“Bicaralah atau aku benar-benar tak
mengerti apa walaupun itu salahku.”
“Kau mau kemana?” tanya Suzy.
“Toko buku.” Jawab Jiyoung singkat
lalu pergi.
Sesampainya di toko buku, Jiyoung
tak bisa menemukan buku yang ia inginkan. Namun ia malah menemukan Kevin di pojok toko.
“Kau?” tanya Kevin dia terlihat
terkejut.
“Apa yang kau lakukan disini?”
“Aku baru saja dari rumah L, tapi
sepertinya dia pergi. Kau sendiri?” Jawab Kevin.
“Aku sering kesini.” jawabnya. “Kau
bilang rumah L?” tanya Jiyoung heran.
“Ne, rumahnya kan
ada di dekat taman kota
itu.” Kevin mengambil sebuah buku. “Aku sudah cukup lama mengetuk pintunya tapi
tak ada jawaban.”
“Apa tak ada orang lain yang
membukakan pintu selain L?”
“Ah, kau pasti belum tahu.” Kevin
tersenyum. “Dia hidup sendiri. Orang tuanya sudah meninggal dua tahun lalu. Dia
juga tak punya saudara. Jangan bilang kau juga belum tahu rumahnya.”
Jiyoung menggeleng.
Akhirnya mereka berdua keluar daro
toko tersebut setelah Jiyoung membeli sesuatu yang lain dan Kevin membayar buku
yang dia tadi ia ambil.
“Rumah L ada di jalan itu.
Satu-satunya rumah berwarna cokelat tua seperti kayu.” Jelas Kevin sambil
menunjuk sebuah kelokkan di sebelah taman kota.
Jiyoung melihat kelokkan itu dan
mulai merasa dirinya aneh.
“Baiklah, aku harus pulang.
Anyeong.” Kata Kevin lalu pergi.
“Anyeong.” Balas Jiyoung.
Jiyoung sekali lagi melihat kelokkan
itu lalu membatin, “Pantas saja dia bisa
ada disini waktu itu. Rumahnya sedekat itu? Kenapa dia tak membuka pintu?
Bukankah dia ada di rumah?”
Jiyoung menghilangkan pemikirannya
dan berjalan pulang. Namun langkahnya terhenti saat ia berpikir, “Jangan bilang dia pingsan di dalam. Dan dia
tinggal sendirian?” Jiyoung berbalik arah dan menuju ke kelokkan yang di
tunjuk Kevin.
Jiyoung sudah sampai di satu-satunya
rumah berwarna cokelat tua. Dan dengan ragu mencoba mengetuk pintunya.
Memang tak ada jawaban. Karena
sedikit panic, Jiyoung mencoba membuka pintu itu. Dan betapa terkejutnya dia
saat pintu itu terbuka karena tak terkunci. “Kevin
bodoh! Kenapa tak coba buka pintunya?”
Jiyoung bergegas Masuk. “Apa Kim Myungsoo bodoh? Bagaimana bisa
membiarkan pintunya tak terkunci padahal dia tak sakit.”
Jiyoung
menyusuri setuiap ruangan dalam bisu seperti seorang pencuri. Dia tak menemukan
siapapun. “Jangan bilang ini bukan rumah
Kim Myungsoo. Apa jadinya jika aku salah masuk? Lihat saja Kevin!”
Jiyoung sampai di sebuah kamar yang
paling rapi. Tapi ranjangnya kosong dan Jiyoung tak menemukan siapa-siapa. Sampai
saat Jiyoung akan menutup pintunya kembali. Ada yang menyentuh pergelangan kakinya.
Seketika Jiyoung terkejut dan melompat dari termpatnya berdiri. Namun dia tak
berteriak histeris seperti geadis kebanyakan. Jiyoung memerika siapa pemilik
tangan itu dan benar saja tangan itu memegangnya, itu L. dia terkapar lelas di
lantai sehingga Jiyoung tak bisa melihatnya tadi.
“Kim Myungsoo?” Jiyoung menghampiri
tubuh L yang begitu lemah.
Tapi dia masih sadar lalu tersenyum
dan berkata lirih, “Kau datang?”
Jiyoung tak mempedulikannya dan
berusaha keras mengembalikan tubuh L ke ranjang meski itu sangat berat.
“Ternyata kau bisa sakit?” tanya
Jiyoung.
“Kalau… saja Kevin tak memangggilku
dari luar, aku takkan pingsan di lantai seperti.. itu.” Jelas L.
“Kau pingsan?” tanya Jiyoung.
“Aku tersadar sendiri saat kau
datang. Kau khawatir?” Senyum L masih terlihat.
Jiyoung menggeleng.
“Tapi kau datang kan?”
“Sudahlah diam saja! Bukankah kau
sakit?” Jiyoung segera menuju dapur dan mencari sesuatu yang bisa digunakan
untuk mengobati L. Dan anehnya dia menemukan semua itu.
“Kau punya semua ini tapi kau masih
sakit dan tak meminumnya?” tanya Jiyoung.
“Aku terlalu lemas, karena itu aku
mengirim pesan padamu.” Jawab L.
“Haruskah aku?”
“Kau lupa aku…”
Perkataan L terpotong oleh Jiyoung,
“Jangan bahas itu lagi.”
Jiyoung segera memberi L obat dan
membuatkan L bubur seadanya.
“Makanlah. Kau pasti baikan.” Kata
Jiyoung lalu beranjak pergi.
“Kau mau kemana?”
“Tentu saja pulang. Kau kira ini
rumahku?”
“Kau tega membiarkan aku memakan
bubur ini sendiri?”
“Selemah itukah kau?”
“Kau tak bisa lihat?”
Akhirnya Jiyoung dengan terpaksa
menyuapi L bubur.
Dengan canggung Jiyoung menyuapi L
sesendok demi sesendok. Akhirnya dia bicara, “Boleh aku bertanya satu hal?”
“Mwoya?”
“Kau kira Aku benar-benar
menyukaimu? Kau kira aku bercanda soal Suzy?”
“Bisakah aku jawab lain waktu?”
“Maksudmu?”
“Aku tak bisa menjawabnya sekarang.”
“Bisa aku tanya satu hal lagi?”
“Apa lagi?”
“Apa kau tak sedang bersandiwara?”
L menyentuhkan tangan Jiyoung ke
dahinya yang masih panas. “Kau kira aku tak benar-benar sakit?”
“Ani, maksudku semua perkataanmu
belakangan ini.”
L tersenyum. “Aku kira kau takkan
membahas hal ini lagi.”
“Kau hanya tak tahu, mungkin saja
karena itu Suzy tak mau bicara padaku.” Kata Jiyoung jujur.
“Kau kira aku bercanda? Apa aku
terlihat seperti orang yang bercanda?”
“Bukankah itu sangat aneh? Seorang
Kim Myungsoo tiba-tiba bersikap 180 derajat berbeda.”
“Kau hanya belum mengenalku. Sudah
ku bilang inilah aku.” Jawab L.
“Lalu kenapa seorang Kim Myungsoo
menyukai gadis sepertiku?” tanya Jiyoung akhirnya. Dia sudah tak kuat menahan tanda tanya di
hatinya selama ini.
L tersenyum senang, “Apa kau mulai
menyukaiku?”
“Sudah aku bilang aku tak mengerti
dengan hal seperti itu. Jangan tanyakan hal seperti itu padaku.”
“Aku juga tak bisa menjawabnya
sekarang. Tapi… gomawo…”
“Wae?”
“Karena kau sudah datang. Aku
benar-benar membutuhkanmu.”
Jiyoung diam saja.
Setelah bubur L habis. Jiyoung
beranjak pergi lagi. Tapi kali ini L menahan lengan Jiyoung lalu memeluknya dan
berkata, “Kau harus benar-benar bersiap. Karena mulai sekarang aku takkan
berhenti membuatmu menyukaiku.”
Jiyoung terbelalak dengan perlakukan
itu dan berusaha melepas pelukan L. “Apa kau gila?”
“Kau sudah tahu itu. Aku memang
sudah gila.” L tersenyum.
***
Jiyoung sudah merasa semakin gila.
Suzy masih tak mau bicara padanya. Setelah dua hari Jiyoung dari rumah L,
barulah L masuk sekolah. Sedangkan Kevin masih saja bicara hal-hal aneh
mengenai cinta padanya. Itu semua membuat JIyoung sakit kepala dan menjadi
sangat malas pergi ke sekolah.
Sebuah gumpalan kertas menjatuhi
kepala Jiyoung. Jiyoung sama sekali tak marah seperti biasa meskipun ia tahu
Baro yang melakukannya saat guru mereka baru saja keluar di pergantian jam
pelajaran.
“Gwenchana?” tanya Sulli pada
Jiyoung yang heran melihat perubahan sikap Jiyoung.
Agar cepat selesai Jiyoung menjawab
terpaksa menjawab seadanya, “Mungkin dia tak sengaja.”
“Geuraeyo! Dia memang tak sengaja!”
teriak Sandeul dari belakang, takut Baro akan menjadi sasaran pukulan Jiyoung
lagi. Sedangkan Baro sama sekali tak bersuara sambil mengamati reaksi Jiyoung
itu.
Sulli tersenyum kecut tanda ia
sangat heran pada sikap Jiyoung. Sulli memilih kembali ke tempat duduknya dan
menjauhi Jiyoung seakan takut tertular virusnya.
Jiyoung semakin aneh saat L kembali
dari toilet dan duduk di sebelahnya seperti setiap harinya.
Jiyoung tiba-tiba terbatuk seakan
tersedak saat minum. Tapi masalahnya dia bahkan tak sedang meminum sesuatu.
Ludahnya sendiri yang membuatnya tersedak. Itu sangat menjengkelkan bagi
Jiyoung dan pastinya memalukan.
“Waegeurae? Kau sakit?” tanya L
pelan.
Jiyoung segera menggeleng.
L tersenyum lega. Masih saja sikap
halus L terhadap Jiyoung itu mengherankan meskipun Jiyoung sudah cukup lama
mengalaminya.
***
Sudah 2 minggu hal itu berlanjut.
Hal-hal aneh terus terjadi di sekitas Jiyoung. Dan yang paling menjengkelkan
adalah pikiran Jiyoung tak bisa pergi dari L, meskipun tak sedang bersamanya di
hari Minggu sekalipun.
Jiyoung sedang bergulung-gulung
dengan selimutnya di atas ranjangnya, berusaha untuk tidur siang daripada
membiarkan pikirannya melayang kemana-mana tentang L.
Namun seberapa kerasnya dia mencoba,
dia sama sekali tak tertidur atau merasa mengantuk. Tiba-tiba pintu kamar
Jiyoung menjeblak terbuka dan memperlihatkan Suzy dengan pandangan tak
sabarannya.
“Suzy? Waeyo?” tanya Jiyoung heran.
“Baiklah L! aku menyerah!” teriak
Suzy membuat Jiyoung semakin heran.
Jiyoung mengerutkan alisnya.
“Kang Jiyoung, aku memaklumimu. Tapi
seharunya perempuan normal akan merasa bersalah pada sahabatnya dan meminta
maaf karena kesalahannya di situasi seperti ini. Tapi kau malah sibuk mencari
tahu apa yang terjadi dan tak menyadari kalau seharusnya adegan-adeganmu bersama
L yang membuatku marah.” Jelas Suzy.
“Mwo?”
“Sudahlah lupakan itu! Itu bukan
topik utamanya.” Suzy mendekat. “Sekarang jawab aku dengan jujur. Dengan apapun
kau menyebut istilah itu, tapi kau menyukai L kan?”
Jiyoung berusaha mencerna itu semua,
tapi dia tak bisa menjawab apa-apa.
“Kang Jiyoung? Jebal…. Pikirkan
dengan hatimu, bukan otakmu. Apa kau sama sekali tak bisa merasakannya?”
“Aninde.”
“Dengar, jatuh cinta itu wajar,
setiap manusia bukan wajib mencintai tapi berhak. Jadi apa kau sama sekali tak menyadarinya? Aku sudah bisa melihatnya
Jiyoung-ah…”
“Dengar, sebenarnya aku juga tak
tahu pasti.” Jawab Jiyoung akhirnya.
“Kau terus memikirkannya, tak tenang
jika tak melihatnya, ingin terus bersamanya, berada di pihaknya meski dia aneh,
benar kan?”
Jiyoung agak terkejut karena semua
itu benar. “Jangan bilang aku benar-benar menyukainya!”
“Kau memang tak menyukainya, tapi
kau mencitainya Jiyoung. Kang Jiyoung mencitai Kim Myungsoo. Itulah
kenyataannya. Jangan lagi berusaha menghindar!” teriak Suzy tak sabar.
“Kalau begitu, aku membuatmu sakit
hati, benar kan?
Aku merusak semuanya? Aku menghianatimu? Benar kan?” tanya Jiyoung.
Suzy tiba-tiba tersenyum
mendengarnya, “Kang Jiyoung… kau memang satu-satunya sahabatku yang aneh!”
“Apa sebenarnya maksud ini semua?”
Suzy tertawa sekarang, “Maksud dari
ini semua adalah, aku tak menyukai L sama sekali. Bagaimana lelaki itu bisa
menjadi tipeku?”
Jiyoung benar-benar bingung
sekarang.
FLASH BACK
Di hari pertama Suzy masuk ke
sekolah barunya, setelah dari kantin sekolah, Suzy menemui L di salah satu
koridor yang sedang sepi.
“L, bisa aku bicara denganmu
sebentar?” tanya Suzy.
L hanya memandangnya.
Suzy tersenyum mengejek, “Kau ini
benar-benar polos ya? Kau sama sekali tak tahu cara menyembunyikan perasaanmu
ya? Kalau saja gadis yang kau sukai itu peka, kau pasti akan malu.”
“Apa maksudmu?” L akhirnya bersuara.
“Sudahlah, kau bicara jujur saja
dengaku. Kau menyukai temankui Jiyoung kan?”
tanya Suzy.
L diam saja.
“Aku bisa membantumu mendapatkannya.
Tapi sayanya dia bukan gadis biasa. Jadi kau harus membantunya.” Jelas Suzy.
Akhirnya Suzy menceritakan semua
terntang Jiyoung pada L. semua sifatnya. Kebiasaannya dan rencananya.
“Aku akan menyuruhnya dekat denganmu
dengan alasan membantuku mengenalmu lebih dekat. Jadi dengan kata lain, aku
berpura-pura menyukaimu.”
L tersenyum, “Sepertinya itu tak
merugikanku sama sekali.”
Suzy juga tersenyum dan mengulurkan
tanganya sehingga L menjabatnya tanda mereka telah membuat suatu perjanjian.
“Kita akan mengajarinya seperti apa
itu cinta.” Kata Suzy.
L hanya tersenyum lagi.
“Ternyata sikapmu tak sekeren yang
terlihat ya?” Suzy melepas tanganya lalu pergi.
***
Suzy bertemu dengan L di sebuah
kafe. Itu adalah kafe tempat Kevin membawa mereka di hari mereka jalan-jalan
bersama.
“Hei! Aku tahu rencana kalian.
Ternyata kalian licik ya?” Kevin tiba-tiba masuk ke dalam kafe dan menghampiri
mereka berdua.
Suzy tersenyum malas, “Kau sudah
terlanjur tahu, jadi jangan bilang siapa-siapa.”
“Aku kira kau benar-benar menyukai
L, Suzy-ah.”
“Kau kira tipeku seperti ini?” Suzy
tertawa di ikuti dengan tawa Kevin.
“Bisakah kita membahas yang
seharusnya kita bahas?” Tanya L tak sabar.
Suzy menceritakan semuanya pada
Kevin, “Jadi L menyukai Kang Jiyoung?” Kevin terlihat begitu tertarik.
“Sepertinya ini akan seru.”
“Bagaimana? Kau sudah melakukan yang
terbaik?” tanya Suzy pada L.
“Kau tahu aku tak pandai dalam
urusan seperti itu. Tapi aku hanya mengikuti naluriku.” Jawab L.
“Dan sepertinya itu cukup baik.
Karena aku mulai melihat perubahan pada Jiyoung.” Kata Suzy.
“Kalau itu memang sangat terlihat.
Kalian ingat wajahnya saat aku memasang bandana di kepalanya. Dia seperti malu
pada L.” celetuk Kevin, “Sudah jelas Jiyoung mulai menyukainya.”
“Kalau masalah bandana itu, dia
memang tak menyukai benda semacam itu.” Kata Suzy dengan wajah datar.
“Beraninya kau melakukan hal itu
pada gadis yang aku sukai?” tanya L pada Kevin dan di ikuti tawa Kevin yang
meledak.
Kevin berkata, “Sudah lama aku tak
mendengar kau mengatakan hal yang seperti itu L!”
***
Di malam setelah Suzy melihat adegan
ciuman Jiyoung dan L, Suzy segera menemui L secara tersebunyi.
“Ya! Beraninya kau!”
“Mianhae, aku tak bisa menahan
diri.” Jawab L.
“Orang bisa salah paham Jiyoung yang
menciummu. Dasar! Semua itu terlihat seperti itu.”
“Benarkah?”
“Tentu saja! Kapan aku bilang kau
boleh mencium sahabatku sembarangan? Itu ciuman pertamanya kau tahu?”
“Jeongmal mianhae. Aku juga
menyesal. Tapi…”
“Tapia pa?”
“Kita jadikan itu alasan.”
Suzy mengerutkan alisnya.
“Setelah ini kau harus bertindak
seakan kau melihat adegan ini dari sudut pandangmu. Dan kau marah pada Jiyoung.
“Kau ingin kita memojokkan Jiyoung?”
“Geurae, kita buat Jiyoung
berinstropeksi diri.”
“L! kau kira aku bisa bersikap
seperti itu pada Jiyoung? Kau lupa? Dia satu-satunya sahabatku! Kami serumah,
kami berangkat ke sekolah bersama.”
“Kau tak perlu bicara dengannya di
manapun. Kalian tak perlu berangkat bersama lagi.”
“Kau ingin membuat persahabatan kami
rusak?” Suzy marah.
“Ani, aku rasa itu cara yang bagus
untuk menyadarkannya. Ini salah satu cara untuk mengajarinya tentang cinta.”
Jelas L.
Suzy menghela nafas panjang,
“Baiklah, ini demi Jiyoung.”
***
“Yeobosaeyo?” suara L terdengar
sangat lemah saat menjawab telepon dari Suzy.
“Kau benar-benar sakit? Dan kau
suruh Jiyoung mendatangimu kan?
Kau kira Jiyoung tahu dimana rumahmu.”
“Ne, aku benar-benar sakit. Kau
harus membantuku.”
“Dasar!” Suzy segera menutup
teleponnya. Dan keluar dari kamarnya dan bertemu Jiyoung yang sepertinya akan
pergi keluar. “Jangan bilang Jiyoung akan
segera menemui L! apa karena cinta dia sudah gila?”
“Kau
masih marah dan belum menemukan jalan keluarnya?” tanya Jiyoung.
Suzy diam saja.
“Bicaralah atau aku benar-benar tak
mengerti apa walaupun itu salahku.”
“Kau mau kemana?” tanya Suzy.
“Toko buku.” Jawab Jiyoung singkat
lalu pergi.
“Dan
benar saja! Tebakanku salah. Dia masih normal.” Batin Suzy lalu segera
masuk ke kamarnya lagi dan menelepon Kevin.
“Kevin! Kau harus bertindak
secepatnya. L sakit, dan kita harus segera membuat Jiyoung mendatanginya.”
“Mwo? Memang L ada dimana?”
“Dirumahnya. L sudah meminta Jiyoung
datang. Tapi Jiyoung tak tahu rumah L. kau urus itu. Dia pergi ke toko buku
dekat rumah L sekarang. Palihae!” jelas Suzy.
“Baiklah. Aku akan segera kesana.”
Jawab Kevin.
***
FLASH BACK END
Suzy menceritakan yang terjadi
sesungguhnya pada Jiyoung. Membuat JIyoung terbelalak dan terlihat jengkel
merasa ditipu mentah-mentah. Jiyoung membeku. Suzy khawatir dia akan meledak.
“Jiyoung-ah, kau mengerti maksudku
sekarang?”
Jiyoung mengangguk.
“Jadi, sekarang bukan waktu yang
tepat untuk memikirkan itu lagi. Sekarang yang terpenting kau sudah mengenal
apa itu cinta kan?
Dan kenyataannya adalah kau menyukai L. Jadi nyatakan perasaanmu sekarang. Jangan
membuat L menunggu, dia bisa sakit hati karena itu. Sekarang kirim pesan
padanya kau ingin berkencan dengannya. Kau harus katakana semuanya! Ok?” Jelas
Suzy panjang lebar tanpa jeda. Membuat Jiyoung sedikit sulit mencerna
kata-katanya.
“Tapi?”
“Sudahlah…. Ikuti apa kataku. Aku
sudah tak tahan lagi. Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan dalam urusan
cinta.”
Suzy segera mengurus Jiyoung setelah
dengan sangat sulit menyuruh Jiyoung mengirim pesan pada L.
Suzy mengajari semua cara berkencan,
berdandan, dan melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah cinta.
Itu hanya membuat Jiyoung tersenyum kecut dan tak habis pikir.
“Ingat dengan semua yang aku
katakana tadi. Kau harus ingat. Kau ini sedang dalam pembelajaran cintamu. Jadi
jangan sekali-kali lewatkan kesempatanmu. Kau bisa saja kehilangan L. Dimana
lagi kau bisa menemukan lelaki yang bisa membuatmu jatuh cinta?”
Jiyoung akhirnya mengangguk. Dia
sedang melihat dirinya di cermin.gadis di cermin itu sama sekali bukan dirinya.
Dia seperti gadis lain. Dia benar-benar kesal dengan yang satu ini.
***
L sampai di deoan pintu rumah Suzy, sebelum dia menekan bel,
dia melihat Kevin bersama Sunggyu mengampirinya.
“Kalian?”
“L? kenapa kau disini?” tanya Sunggyu.
“Kau sendiri?”
“Kevin yang membawaku kesini? Memang ini rumah siapa?”
Sunggyu benar-benar kelihatan heran.
“Geurae Kevin?” tanya L.
“Ne, salah satu gadis yang tinggal disini memintaku membawa
orang ini kesini. Aku rasa semuanya sudah berhasil ya?”
L tersenyum.
“Kau kesini karena dia mengajakmu berkencan kan?” tanya Kevin.
L menajwab, “Ini agak sulit dipercaya.”
“Apa yang sebenarnya kalian bicarakan?” Tanya Sunggyu.
Kevin dan L tertawa, “Kau lihat saja nanti.”
L menekan bel rumah Suzy, segera setelah itu seseorang
membuka pintu rumah itu dan seorang lagi
mengikuti di belakangnya dengan kikuk.
“Suzy?” Sunggyu heran. “Ini rumahmu?”
Suzy tersenyum lalu
mengangguk.
Namun perhatian ketiga lelaki ini beralih ke gadis yang
berada di belakangnya dengan dress selutut berwarna putih dan cardingan biru
mudanya, dia terlihat begitu manis. Rambut panjangnya yang kecoklatan selalu
terikat, tapi kini dibiarkan terurai. Membuat dia terlihat lebih cantik.
“Jiyoung?” gumam L. dia terperangah dengan penampilan baru
itu.
Kevin bersorak, “Kenapa tak dari dulu kau seperti ini? Pasti
aku akan mendahului L!”
“Kalian hanya belum mengenalnya terlalu dekat.” Kata Suzy
sambil tersenyum begitu senang.
“Apa yang sebenarnya sedang terjadi disini?” tanya Sunggyu.
“Sudahlah. Sebentar lagi kau pasti tahu.” Kata Kevin,
“Baiklah, Ini waktunya aku pergi. Kalian tahu? Pegawai baru di kafe favoritku
itu sangat cantik. Dan hari ini dia berjanji akan memberiku nomor ponselnya.”
Kevin melambaikan tangan lalu menghilang.
“Sudahlah, kalian cepat pergi!” kata Suzy mendorong Jiyoung
ke arah L.
L segera menggandeng tangan Jiyoung dan mengajaknya pergi ke
suatu tempat.
“Dan untuk apa aku di bawa kesini? Apa hanya untuk melengkapi
adegan membahagiakan ini?” tanya Sunggyu.
Suzy tersenyum melihatnya. “Baiklah, sekarang kau pergi
denganku. Kita berkencan seperti mereka. Kajja!” Suzy menarik lengan Sunggyu
dan juga melangkah pergi.
“Tunggu dulu, apa maksudmu?” tanya Sunggyu tak mengerti.
“Bukankah kau menyukaiku?” tanya Suzy membuat Sunggyu
terkejut namun akhirnya dia tersenyum senang.
***
L dan Jiyoung pergi ke taman sebelah toko buku kesukaan
Jiyoung di dekat rumah L. mereka duduk di bangku kayu yang pernah mereka duduki
sebelumnya.
“Kenapa perubahanmu secepat ini? Untuk apa kau mengajakku
pergi?” tanya L sambil memperhatikan beberapa anak kecil bermain di bawah
siraman cahaya matahari tenggelam.
“Ini semua ulah Suzy. Aku sudah tahu semua. Suzy bilang aku
tak boleh melewatka satu pun kesempatan.”
L mendengarkan dengan baik namun masih memperhatikan
anak-anak itu.
“Semua sikap ini, penampilan ini adalah ajaran Suzy. Suzy
berkata tentang banyak hal dalam cinta dan hubungan kekasih. Itu semua
benar-benar membuatku pusing.”
“Jadi?”
“Jadi aku putuskan aku memberitahumu.”
“Mworago?”
“Aku jatuh cinta padamu.” Kata Jiyoung tanpa basa-basi namun
sedikit ragu.
Kali ini L menatap Jiyoung lekat-lekat. “Kau yakin ini
benar-benar dari hatimu dan bukan ajaran Suzy?”
Jiyoung menggeleng.
L tersenyum geli. “Lihatlah dirimu, bagaimana aku tak jatuh
hati padamu?” Ekspresi wajah L menjadi lebih serius namun masih tersenyum,
“Jadi, bagaimana kalau aku tak percaya?”
“Maksudmu?”
“Aku tak percaya kau juga mencintaiku.”
Jiyoung diam saja dan seperti memikirkan sesuatu, dia hanya
menatap L. hening sejenak. Namun L terkejut, Jiyoung tiba-tiba menciumnya.
Setelah mereka saling melepaskan diri, L bertanya, “Apa ini
juga ajaran Suzy?”
Jiyoung mengangguk.
L terbahak. “Dan kau melakukannya dangan baik!”
Jiyoung tersenyum kecut, tak suka dengan suasana canggung
ini.
“Katakan sekali lagi kau mencintaiku!”
“Haruskah?”
“Aku bisa saja masih tak percaya.”
“Kim Myungsoo!! Saranghae!” kata Jiyoung cepat.
L tersenyum, “Na ddo saranghae.” L mencium Jiyoung lagi. Kali
ini mereka berciuman begitu lama. Tak peduli anak-anak yang tengah bermain itu
mengintip mereka.
THE
END
Daebak! The sweetest fanfiction I've ever read ^-^
BalasHapusreally? ^^ thank you very much for reading and commenting. :)
Hapus