Cast:
Kang Jiyoung
Lee Jieun (IU)
Bae Suzy
Choi Sulli
Jung Eunji
Park Jiyeon
Son Naeun
Luna
Jung Krystal
Ryu Hwayoung
Ryu Hyoyoung
Soyou
Kim Jongin (Kai)
Kim Myungsoo
Lee Taemin
Oh Sehun
Baro
Sandeul
Do Kyungsoo (D.O)
Gong Chansik (Gongchan)
Park Chanyeol
Hyunseong
Yoo Seungho
Byun Baekhyun
Lee Hyunwoo
“Aaaaaaaaaaargh!!!!” aku mendengar jeritan dari arah belakangku. Omo! Siapa
gadis yang bisa-bisanya menjerit sebarbar itu di tempat seperti ini?
Aku
menoleh ke belakang, aku menyukainya karena kau bisa melihat Jongin tanpa
kesulitan. Tapi di belakang aku melihat Soyou yang baru saja berteriak. Ada apa dengannya? Apa
dia tak bisa berkelakukan berkelas sebentar saja?
“Baro!!!!
Sandeul!!!! Kalian mati! Kalian harus mati!!!” Soyou masih berteriak dengan
nada sombongnya. Kenapa dia selalu begitu?
Aku
melihat noda-noda merah di seragam Soyou. Itu apa? Tak tahulah. Aku tak peduli.
Sedangkan Baro dan Sandeul tertawa terbahak-bahak dengan bebasnya. Mungkin
mereka baru mengerjai Soyou. Aku segera berbalik lagi. Bukankah itu tak ada
hubungannya denganku?
Suzy POV
“Aaaaaaaaaaargh!!!!” tak salah lagi itu jeritan Soyou. Jeritannya yang
memekakkan telinga ini benar-benar membekas di hati, takkan mudah dilupakan.
Aish… kenapa dia suka sekali melakukan hal yang berlebihan seperti ini?
Tunggu
sebentar, aku melihat nona darah di seragam Soyou. Dia kenapa? Apa yang
dilakukan si bodoh Baro Sandeul? Apa mereka gila?
“Ya
jamkanman. Apa kalian kira kami melukainya?” kata Baro sambil menahan tawanya.
Sandeul
lambai-lambaikan tangannya di depan wajahnya. “Ani, kami tidak melakukan hal
kriminal seperti itu.
Sekarang Soyou
dengan marahnya mengambil sesuatu di meja Baro. Lalu ia menumpahkannya di
segaram baro dan Sandeul. Aku bisa menebak, itu hanya tinta merah. Dasar
manusia aneh!
Baro dan
Sandeul berhenti tertawa, mereka meratapi nasib seragam mereka yang lebih parah
dari Soyou.
“Ah..
eommaku bisa marah.” teriak Sandeul lalu mengajak Baro pergi ke toilet.
“Dasar
kaki tangan iblis! Bagaimana bisa mereka menodai seragamku dengan tangan kotor
mereka?” Soyou berteriak kesal.
Hah… apa
ini? Bukankah ini bukan hal yang penting? Kenapa mereka heboh sekali? Akhirnya
aku beranjak dari bangkuku dan keluar dari kelas. aku muak dengan mereka.
Aku
menuju perpustakaan, tempat paling sepi di sekolah ini. Aku mengambil buku
sembarangan. Sebenarnya tak ada niat membaca sedikitpun aku hanya perlu
penyamaran untuk bisa menggunakan ruang sepi ini.
Ku
letakkan buku yang baru saja aku ambil di atas meja dengan posisi berdiri
terbuka, dan aku tinggal tidur di baliknya. Kuletakkan kepalaku di atas meja
menghadap ke kanan dan mulai memjamkan mata.
Tunggu
sebenar, apa yang ku lihat barusan? Byun Baekhyun ada di sebelahku, kenapa aku
tak menyadari sebelumnya? Ini sama saja bunuh diri. Dia itu mengganggu sekali.
Tak kusangka orang sepertinya bisa menghabiskan waktu di tempat seperti ini.
Aku membuka mataku lagi, kali ini Baekhyun sudah menatapku.
“Ya! Kau
kira ini motel? Kau tak bisa baca tulisan di depan? Ini perpustakaan.” Dia
mulai cerewet.
Aku
mengangguk saja. Anggap saja aku tak bisa membaca dan bodoh di hadapan orang
ini. Aku kembali memjamkan mataku. Semoga orang itu cepat berlalu.
Tiba-tiba
Baekhyun menarik telingaku, “Cepat pergi!” katanya. Orang ini benar-benar.
Aish…
“Apa
masalahmu?” tanyaku.
“Ini
perpustakaan dan ini bukan tempat tidur.” Katanya. Dia benar-benar lelaki
cerewet.
“Aku tahu
ini perpustakaan. Aku tahu ini bukan tempat tidur atau motel. Kau kira aku
bodoh? Tak bisakah kau berhenti menjadi eomma-eomma? Dasar alien!” aku pun
beranjak pergi. Sial aku terbawa emosi olehnya. Harusnya aku menghadapi semua
ini dengan santai. Mana Bae Suzy yang biasa? Dia memang alien menjengkelkan,
takkan ada yang tahan dengannya.
Semoga
tak ada waktu atau kesempatan lain aku bertemu dengannya. Anggap saja dia tak
sekelas denganku.
Jiyeon POV
Suzy
menabrakku saat dia keluar dari perpustakaan. Dia kenapa? Sepertinya dia sedang
marah. siapa yang berani menyulut Apinya Suzy. Apa dia sudah bosan hidup.
Aku kembali ke
kelas. aku lihat Sulli masih merasa kesal karena Jiyoung waktu itu. Dia jadi
tak banyak bicara. Atau mungkin dia memang sangat kecewa karena Jongin lebih
dekat dengan Krystal? Ya mungkin begitu. Memang sulit menyukai seseorang yang
tidak menyukaimu.
Aku duduk
di bangkuku, ku dengar Soyou mengomel. Aku tak begitu bisa mendengar jelas apa
yang dia bicarakan. Hari ini aku tak tertarik dengan masalahnya. Aku hanya
capek karena terlalu lama belajar semalam. Dan hasilnya pun tak memuaskan.
Terbuat dari apa otakku sebenarnya?
“Jiyeon-ah, ini tugasnya sudah selesai. Kau saja yang kumpulkan.” Jongin
memberikan tugas bahasa Inggris yang sudah selesai padaku. Wah aku lihat
Krystal pintar sekali mengerjakannya.
“Ah iya.
Gomawo Krystal-ah.” Aku bicara pada Krystal sepelan mungkin semoga Sulli tak
mendengarnya.
“Anyeong
chagi…” seseorang menghampiriku, aku sangat hafal suaranya. Dia selalu begitu,
menggodaku tanpa kenal ampun, aku sampai kuwalahan menghadapinya.
“Chanyeol-ah, bisa kau berhenti memanggilku seperti itu?” tanyaku.
Chanyeol
tersenyum, “Kau mau ku panggil manis? Atau cantik?”
“Apalagi
itu.” Aku menggeleng. “Panggil Jiyeon saja. Ya?”
“Ah kau
ini polos sekali.” Dia malah menyentuh daguku.
“Terus!
Terus saja menggoda begitu. Hahaha” Taemin malah tertawa di belakangku. “Kalian
memang cocok.”
“Ah
begitu? Aku cocok dengannya.” Chanyeol mendekatkan wajahnya denganku, seakan akan
berpose di foto box.
Aku
segera menjauh darinya, “Chanyeol-ah..”
Taemin
tertawa lagi, “Ne, kalian memang cocok. Goda saja dia terus, dia pasti akhirnya
menyukaimu meski sulit Chanyeol-ah.”
“Kau
mendukung atau mengejek?” Tanya Chanyeol sinis.
“Bisakah
kalian berhenti?” tanyaku lalu mengeluarkan buku bermaksud membacanya.
“Ah
andwe! Dia sudah mengeluarkan bukunya. Auranya berubah menjadi siswa teladan.
Aku harus pergi.” Kata Chanyeol lalu menjauh. Ah ternyata cara ini masih ampuh.
***
Author POV
Hari
ini meta pelajaran mereka diisi dengan bermain bola lempar. Jang Woohyuk
Seongsaenim, guru olah raga mereka hanya dengan santai menjadi wasit mereka.
“Kalian
buat tim campuran saja.” Jawab Jang Seongsaenim saat ditanyai tentang
permainannya.
Akhirnya
Jiyoung, Jongin, Baro, Eunji dan Hyoyoung satu tim melawan tim Sehun, Kyungsoo,
Luna, Naeun, dan Jiyeon. Siswa yang lain hanya jadi pernonton di tepi lapangan.
Mereka
mulai bermain. Bola sedang ada pada Baro, kali ini dia mencari sasaran empuk,
dia melihat peluang pada Kyungsoo, sebenarnya dia tahu Sehun payah dalam
permainan ini, tapi saat ini Kyungsoo sedang sedikit melamun, dia sepertinya
sibuk dengan pikirannya sendiri.
Kyungsoo
memang sedang sibuk memikirkan Eunji,
“Dia tak melihat tulisan itu kan? Dia sudah
membacanya, atau dia tak membacanya, atau dia bahkan belum membuka bukunya?
Tenang… tenang saja.. bukankah sikapnya sejauh ini biasa saja? Belum, aku belum
terlihat bodoh. Ani, aku tak terlihat bodoh saat ini.” Batinnya.
Dengan
mantap Baro melempar bolanya pada Kyungsoo. Sangat mudah, terlalu mudah malah,
Kyungsoo tumbang, dia tak melihat bola berarah padanya. Dia baru sadar saat
mendengar teriakan teman-temannya, dan pada saat itu bola sudah di depan
wajahnya.
“Ah?
Kyungsoo? Bagaimana kau bisa begitu?” Sehun khawatir. Tinggal dia lelaki di tim
itu. “Apa yang harus aku lakukan?”
Jang
seongsaenim meniup peluit. Bola ada pada Sehun sekarang. Dia benar-benar
bingung harus melempar kemana.
“Ayo
lempar saja. Cepat!” teriak teman-temannya yang lain.
“Bola itu
untuk dilempar Sehun-ah, bukan untuk dipandangi seperti itu.” Celetuk Hwayoung.
“Geurae,
untuk dilempar Sehun-ah.” Tambah Hyoyoung.
“Kau mau
kita semua bermalam disini hanya untuk bermain bola lempar?” tanya Baro.
“Ayo
cepat!” teriak yang lain lagi.
Akhirnya
dengan sekuat tenaga Sehun melemparkannya. Tak ada yang tahu kemana arahnya.
Akhirnya
dengan sangat cepat bola itu menghantam Jiyoung dengan sangat kuat hingga
Jiyoung pingsan.
Semua
terkejut dan kaget melihat keadaan Jiyoung dan perbuatan Sehun itu.
“Ya!
Sehun-ah kau mau jadi pembunuh?” tanya Sandeul.
Tiba-tiba
seseorang menghampiri Jiyoung dan menggendongnya menuju klinik sekolah, dia Kim
Myunsgoo.
Siswa
lain agak tercengang melihat adegan yang tak biasa ini. Mereka tak menyangkan
Myungsoo bisa melakukan hal seperti itu.
Jongin POV
Aku
melihat bola itu menghantam Jiyoung dengan kuat. Gila! Aku tak ingin
membayangkan yang akan terjadi pada Jiyoung selanjutnya.
Dan benar
saja, Jiyoung tergeletak lemas di lapangan. Semua terlihat menyalahkan sehun,
dan memang benar, itu salahnya. Bagaimana dia bisa melakukan hal sebodoh itu?
Aku tak
tahan lagi melihatnya, aku mulai melangkahkan kakiku untuk menggendong Jiyoung
ke klinik, tapi langkahku seketika terhenti saat melihat Myungsoo menyeberangi
lapangan dan melakukan hal yang ingin aku lakukan itu.
Hah… apa
ini? Aku terlihat bodoh. Lagi-lagi aku bertindak bodoh hanya karena gadis
bernama Jiyoung itu.
Krystal POV
Pertandingan itu sama sekali tak menarik, jadi sedari tadi aku hanya melihat
dan memperhatikan Jongin. Hanya itu yang bisa membuatku betah berada disini
walaupun cuaca sepanas ini.
Aku masih
seperti itu saat tiba-tiba Jiyoung terhantam bola yang entah darimana
datangnya. Aku melihatnya pingsan. Tapi karena merasa tak ada kaitannya
denganku, aku kembali melihat Jongin, dan aku melihat dia melangkahkan kakinya.
Andwe, dia berniat menolong Jiyoung. Sejak kapan Jongin peduli pada gadis lain?
Dan yang
paling tak aku sukai adalah ekspresi Jongin ketika Myungsoo yang datang
mendahuluinya. Aku bisa mengerti, itu terlihat jelas, dia kecewa. Kenapa
seperti itu? Ini gila.
Jieun POV
Aku hanya
melihat pertandingannya sesekali. Sebenarnya aku ingin ikut. Tapi aku
mengurungkan niatku. Sebaiknya aku tetap disini, duduk di tepi lapangan.
Menjauh dari perhatian.
Bodohnya
aku, daripada pertandingan itu aku malah lebih tertarik memperhatikan Myungsoo.
Aku tak bisa menahan diriku tak mencuri pandang darinya. Siapa suruh dia duduk
di samping kananku?
Ah
sudalah Lee Jieun. Aku ini tak pantas melakukan hal macam itu pada Myungsoo.
Sudah… hentikan ini sekarang juga. Aku bukan siapa-siapa.
Namun
tiba-tiba Myungsoo beranjak dari tempatnya setelah Jiyoung pingsan terhantam
bola dari Sehun. Apa dia akan menolong Jiyoung? Ya, itu benar. Dia membawa
Jiyoung ke klinik sekolah. Baru kali ini aku melihat Myungsoo mau terlibat
suatu masalah dengan seorang gadis.
Lihat Lee
Jieun, kau bodoh lagi. Bagaimana bisa aku mengetahui tentang Myungsoo sampai
sejauh itu? Bukankah ini bukan urusanku? Bahkan ini tak pantas menjadi
urusanku.
***
Author POV
“Ingat
mulai minggu depan, kalian sudah ada jam tambahan. Jangan sia-siakan waktu
tahun terakhir kalian di sekolah ini. Araso?” Jo Hyunjae Seongsaenim
memberitahu para siswa di kelas itu, meskipun ada beberapa yang tak
memperhatikannya.
“Apa akan
ada jam malam Seongsaenim?” tanya baro.
Jo
Seongsaenim tersenyum, “Jawabannya pasti tidak kalian sukai.”
“Itu
berarti ada jam malam.” Gerutu Baro. Seketika banyak terdengar dengungan dari
siswa-siswa yang tak menyukai hal itu.
Namun ada
beberapa siswa yang terlihat menginginkannya, mereka pikir itu sangat perlu
karena mereka masih belum siap menghadapi ujian nanti.
“Ah..
kalian jangan terpuruk dulu.. nikmati saja itu. Dan sekarang, jangan pikirkan
itu lagi. Sekolah mewajibkan kalian semua siswa mengerjakan tugas akhir.” Jelas
Jo Seongsaenim, berusaha menenangkan mereka.
Semua
menatap Jo seongsaenim ingin tahu tugas apa itu.
“Kalian
harus mengadakan penelitian di sekitar kalian, yang bersifat sosial. Dan kalian
harus berikan laporannya paling lambat 2 bulan setelah ini. Tapi jangn kawatir
untuk pusing. Kalian akan berkelompok.” Jelasnya masih sambil tersenyum.
“Apa
kelompoknya ditentukan?” tanya Eunji.
Jo
Seongsaenim mengangguk, “Geurae. Aku akan menentukannya sebagai wali kelas
kalian. Jangan banyak sanggahan tentang itu, ok? Anggaplah ini untuk lebih
mengakrabkan kalian di tahun terakhir kalian. Jadi jangan protes jika kalian
tak merasa nyaman dengan teman sekolompok kalian. Jajahi saja mereka, terima
saja..”
Banyak
terdengar keluhan tak suka akan hal itu, namun Jo Seongsaenim hanya tersenyum
pada mereka.
“Baiklah
akan aku bagi.” Jo Seongsaenim mengambil jurnalnya. “Kalau begitu dibagi dalam
lima kelompok.” Dia menatap muridnya sejenak lalu melanjutkan bicaranya,
“Kelompok I yaitu Soyou, Yoo Seungho, Kang Jiyoung, Kim Myungsoo dan… Lee
Jieun.”
Terdengar
beberapa keluhan lagi atau kata-kata senang dari yang lain.
“Ha..
untung saja aku tak sekelompok dengan Myungsoo…” gumam Baro.
“Mwo?
Kenapa aku harus berkelompok dengan orang-orang itu?” Soyou sangat kesal.
“Selanjutnya Kelompok II yaitu Bae Suzy, Hyunseong, Jung Eunji, Do Kyungsoo dan
Byun Baekhyun.”
Suzy tak
begitu mendengarkannya. Terserah dia mau sekelompok dengan siapa saja. Dia sama
sekali tak tertarik dengan ini.
Sedangkan
Kyungsoo langsung memasang wajah was-wasnya.
“Eunji-ah.. untung aku sekelompok denganmu… aku tertolong. Benar-benar
tertolong.” Kata Baekhyun pada Eunji. Dan eunji hanya tertawa melihatnya.
“Kelompok
III yaitu, Son Naeun, Ryu Hwayoung, Oh Sehun, Lee Taemin dan Lee Hyun woo.”
“Ah..
kita berpisah Hyoyoung-ah..” Hwayoung membuat ekspresi seakan sedang menangis
sambil memeluk Hyoyoung.
Dan itu juga dikalukan Hyoyoung. “Kita Berpisah…”
“Sudah saatnya kalian dipisah supaya dunia ini tenang.” Celetuk Suzy dari
belakang mereka yang tak sengaja mendengar.
“Kau bisa saja Suzy-ah..” kata Hwayoung sambil mendorong pelan tubuh Suzy.
Hyoyoung menduplikatnya, “Geurae, kau bisa saja…”
“Kalau begitu tinggal dua kelompok. Kelompok IV yaitu Park Chanyeol, Park
Jiyeon, Ryu Hyoyoung, Sandeul dan Luna. Jadi sisanya Choi Sulli, Jung Krystal,
Kim Jongin, Gong Chansik dan Baro adalah kelompok V.” Jo seongsaenim mengakhiri
penjelasannya. “Kalau begitu cukup sampai disini pertemuan kita. Jangan lupa
untuk segera mengerjakannya ya. Dua bulan itu bukan waktu yang lama untuk tugas
seperti itu. Anyeong haseyo.”
“Anyeong haseyo songsaenim.” Jawab para siswa.
“Chagi, kita sekelompok!” kata Chanyeol pada Jiyeon yang hanya tersenyum
geli melihat tingkah seperti itu. “Kita ini memang jodoh dan sudah ditakdirkan.
Marga kita sama-sama Park, kita satu kelompok, dan kita tinggal satu kompleks.
Benar-benar terlahirkan untuk menjadi satu.” Chanyeol tertawa senang dan bangga
akan kata-katanya sendiri yang cukup tinggi itu.
“Ya! Park Chanyeol! Bisakah kau diam dan berhenti melakukan hal itu? Aku
seperti orang gila berada di tengah-tengah kalian.” Teriak Soyou dengan
kesombongannya yang biasa.
Jiyeon menjulurkan lidahnya dengan singkat ke arah Chanyeol. Membuat
Chanyeol malah tersenyum kegirangan.
“Andwe Jiyoung-ah… na eotokhe??” Sulli benar-benar bingung meratapi nasibnya
saat ini.
“Hwaiting Sulli-ah! Kau hanya perlu fokus dan tak melakukan kesalahan. Aku
mendukungmu dengan doa.” Kata Jiyoung.
“Ya.. apa yang kau pikirkan?” tanya Sulli dia tak berani mengeraskan
suaranya.
“Kau khawatir Kai Jongin itu menyadarinya kan?” tanya Jiyoung.
“Pabo!!!” Sulli memukul kepala Jiyoung pelan. “Sudah kubilang jangan
bicarakan itu lagi! Aku ini tidak menyukainya.”
Jiyoung mengangguk-angguk sambil menahan senyum ,”Ara… ara..”
“Ya.. aku sungguh-sungguh.”
Jiyoung mengangguk-angguk lagi, “Kalau begitu apa yang kau khawatirkan?”
“Aku ini sekelompok dengan Krystal, si tuan putri yang mungkin saja tak mau
bicara denganku yang rakyat jelata ini.”
Jiyoung terbahak, “Kau apa?”
“Ya! Bukan waktunya tertawa. Aku serius.”
“Ah geurae..geurae.. sudahlah, kalau kau takut atau apapun itu pada Krystal.
Kau berlindung saja pada KaiJongin itu.” Jiyoung mengangkat alisnya menggoda
Sulli.
“Sudah kubilang jangan bicarakan dia Jiyoung-ah.. ah sudahlah kau sama
sekali tidak membantu.”
“Apa? Apalagi yang kalian ributkan?” tanya Baro. “Aku ini tidak sekelompok
dengan Myungsoo malah sekelompok dengan Kai. Ckckck. Nasibku benar-benar
sial..”
Jiyoung tertawa, “Apa sialnya? Hanya seperti itu? Kau punya masalah dengan
mereka berdua?”
Baro menatap Jiyoung, berpikir, “Molla, entah aku punya masalah atau tidak
dengan mereka, aku hanya tak suka dengan gaya mereka yang sok misterius itu.”
Jiyoung tertawa lagi. “Misterius? Apa tidak ada kata lain yang pas untuk
menyebut mereka?”
Sulli lebih memilih tak mendengarkan mereka dan meletakkan kepalanya di atas
mejanya.
***
Jiyoung POV
Kami
sedang mendiskusikan waktu yang tepat untuk mengerjakan tugas terakhir itu.
Tapi sepertinya kami belum menemukan jalan keluar.
“Jadi
kalian ingin kita berkumpul jam berapa besok dan dimana?” tanyaku. Aku agak
canggung di kelompok ini, karena aku tak begitu akrab dengan mereka. Tapi tanpa
sadar aku selalu memperhatikan Myungsoo, karena Sulli bilang dia yang dengan
sigap membawaku ke klinik setelah terkena bola Sehun. Tapi… apa itu benar?
Orang seperti itu bisa melakukannya?
“Ya! Kang
Jiyoung, kau ini bertanya tapi malah melamun saat orang menjawabnya.” Kata Soyou
ketus.
“Ah
mianhae…” aku tertawa semerasa bersalah mungkin. “Mungkin aku sudah terlalu
lapar.”
“Baiklah.
Kita mulai jam 6 malam saja karena Soyou tak bisa terlalu malam.” Kata Seungho
akhirnya.
“Ah
baiklah kalau begitu. Kita bertemu di kedai dekat rumahku karena disana sepi
dan cocok untuk berdiskusi, tapi aku jamin tempatnya nyaman.” Jelasku. Aku
tersenyum tapi entah yang bicara sedari tadi hanya Aku, Soyou dan Seungho saja.
Myungsoo hanya menyeletuk sedikit dan bahkan Jieun hanya mengangguk-angguk
saja.
***
Hyunwoo POV
Sebenarnya agak kecewa berada di kelompok ini. Tapi aku tidak seharusnya
menolak kelompok ini. Ya, aku memang lebih tertarik sekelompok dengan Jieun.
Ya, aku ingin melindunginya. Bukankah dia sekelompok dengan Myungsoo, akan
sangat berat untuknya. Tapi untung saja di kelompok itu tak ada gadis yang juga
menyukai Myungsoo, atau gadis yang mungkin disukai Myungsoo. Myungsoo bukan
tipe lelaki yang suka mengurusi hal-hal seperti itu kan? Aku benar kan?
“Ya!
Hyunwoo-ah, kau melamun? Kau tidak mau bekerja sama dengan kami?” tanya taemin
tiba-tiba membuatku terkejut, seakan dia bisa membaca pikiranku.
“A..ani.”
jawabku gugup, seperti takut bahwa Taemin benar-benar bisa membaca pikiranku.
“Ah
sudahlah, ayo kita lanjutkan lagi.” Kata Naeun dengan kalusnya.
“Ah,
bukankah kau juga kecewa karena tidak sekelompok dengan Gongchan?” Taemin
bertanya dengan tertawa. Naeun juga tersenyum.
“Tapi
yang jelas, Kelompok kita ini kelompok tersepi.” Celetuk Hwayoung.
“Geurae
hanya kau saja yang ramai.” Kata Naeun, masih dengan nada kelembutannya.
“Aku?
Ramai? Tidak ada Hyoyoung disini bagaimana aku bisa ramai?” tanya Hwayoung.
“Dasar si
kembar.” Kata Taemin.
“Se..Sehun-ah, kenapa kau diam saja?” tanyaku, dia sedari tadi tak mengeluarkan
satu suarapun.
Sehun
menggeleng, “A..ani, Gwenchana.”
Lalu
Hwayoung mengalungkan lengannya di pundak Sehun dan berkata, “Gwenchana
Sehunie, kau tak perlu takut berada disini, ada aku yang akan melindungimu.”
Sehun
terlihat terkejut, “K..kau kira aku takut.”
“Ani. Kau
kira aku menganggapmu penakut?” tanya Hwayoung.
“Ya..
baiklah, terserah kau.” Sehun melepaskan diri dari Hwayoung.
“Kita
lanjutkan ini?” tanya Naeun.
“Ah,
geurae.. daripada kita membicarakan hal tak penting. Kita lanjutkan saja.”
Kataku.
***
Jiyeon POV
“Kau
yakin kita akan gunakan itu?” tanyaku pada yang lain. Kami sedang sibuk
berpikir untuk materi penelitian.
“Wae? Itu
bagus kan? Kau tak setuju?” tanya Sandeul sinis.
“Ya! Ya!
Ya! Memangnya kenapa kalau Jiyeon tak setuju? Kau mau marah?” tanya Chanyeol.
“Aku
tidak salah kan? Itu memang bagus untuk dijadikan materi. Mengamati kehidupan
wanita malam? Aku yakin tak akan ada yang menggunakan itu.” Jelas Sandeul.
“Tapi,
kita kan masih SMA? Bagaimana bisa kita masuk ke lingkungan mereka? Kita ini
masih dianggap di bawah umur. Lagipula, kita bisa disangka seperti itu juga.”
Jelasku. Bukankah memang sedikit berbahay meneliti hal seperti itu? Kita tak
tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam dunia itu.
“Geurae,
Jiyeon benar. Jangan bicarakan ini lagi.” Tambah Chanyeol. Aduh orang ini, dia
bisa membuat Sandeul marah.
“Molla.
Terserah kalian. Aku ikut kalian saja.” Kata Sandeul akhirnya. Dia sebenarnya
terlihat kecewa.
“Ya! Kau
Ryu Hyoyoung! Kenapa tak mengeluarkan suara sedikitpun?” tanya Chanyeol
padanya.
Hyoyoung
hanya menggeleng.
“Apa
karena kembaranmu tak ada disini jadi kau tak punya seseorang untuk diulangi
perkataannya?” Chanyeol tertawa.
“Chanyeol-ah. Sudahlah jangan ledek semua teman-temanmu begitu. Kita kembali ke
topik Jiyeon-ah.” Kata Luna.
Aku
mengangguk, “Jangan hiraukan Chanyeol lagi, dia memang seperti itu.”
“Ah,
Chagi… kau benar-benar memahamiku ya?” kata Chanyeol sambil mengalungkan lengannya
di pundakku. Aku segera membuat gerakan muntah dan membuat yang lain tertawa,
kecuali Chanyeol.
***
Krystal POV
Aku tak
begitu memperhatikan apa yang sedang mereka diskusikan. Aku sangat senang
sekelompok dengan Jongin. Benar-benar senang, tapi aku sama sekali tak bisa
melupakan sikapnya terhadap Jiyoung yang pingsan temo hari. Apa maksudnya itu?
“Jadi
kita sepakat meneliti itu?” tanya Gongchan.
“Ne,
geurae. Aku rasa itu yang terbaik.” Jawab Baro, “Bagaimana menurut kalian?”
Jongin
mengangguk. Aku melihat Sulli sekarang, kenapa gadis itu? Dia juga melamun
hampir sepertiku, karena dia begitu mempehatikan setiap gerak-gerik Jongin.
Jangan bilang dia menyukai Jongin? Andwe! Itu tak bisa terjadi. Jongin hanya
untukku. Belum labi masalah Jiyoung, kenapa Sulli ini ikut-ikutan. Ada apa
sebenarnya dengan gadis-gadis ini? Mereka benar-benar mengesalkan.
Sulli POV
Ah, aku
bodoh! Sedari tadi aku memperhatikan Jongin saja. Itu memalukan, bagaimana kalau
ada yang menyadarinya? Aku bisa mati berdiri.
Sekarang
aku malah melihat Krystal yang semakin mempersempit jarak duduknya dengan
Jongin. Aku memang bodoh, tapi aku tak suka hal ini. Entah kenapa itu
menjengkelkan, apalagi harus melihat Krystal sedekat itu dengan Jongin. Tapi
daritadi aku perhatikan, Jongin memang paling akrab dengan Krystal. Wae? Aku
tak punya kesempatan seperti itu? Dengan sekelompok seperti ini? Apa aku tak
punya kesempatan dengannya?
“Sulli?
Bagaimana menurutmu?” Jongin bertanya padaku. Untuk pertama kalinya. Dia bicara
padaku. Aku bisa melihat siratan tak suka di wajah Krystal.
“Ya! Ku
lihat dari tadi kau melamun. Kau sakit atau lapar?” tanya Baro.
Aku
segera menggeleng, “Ani gwenchana. Aku setuju.”
“Baiklah,
kita lanjutkan itu besok. Ini sudah terlalu malam.” Kata Gongchan. “Lagipula
aku harus menjemput Naeun di rumah Taemin.” Dia melirik jam tangannya.
“Sepertinya mereka sudah pulang sekarang.
“Ah,
dasar kekasih baru! Baiklah, kita pulang. Ingat setelah menjemputnya, kalian
harus langsung pulang. Jangan buat orang tua kalian khawatir.” Jelas Baro.
Gongchan
tertawa, “Sejak kapan kau jadi seperti Eomma-eomma begini?”
Baro juga
tertawa, “Ya, itu memang terdengar aneh jika aku yang mengatakannya. Tapi aku
serius.”
Akhirnya
kami beranjak pulang. Tiba-tiba aku mendengar Krystal bicara, “Jongin-ah, aku
pulang bersamamu ya.. aku sudah terlanjur bialang pada Appa kalau aku pergi
bersamamu. Kalau aku tak bilang begitu, pasti aku tak boleh pulang semalam
ini.”
Dengan
ekspresi datar, Jongin menjawab, “Baiklah.”
Aku
sedikit marah. aku tak suka hal itu. Kenapa mereka seakrab itu? Kenapa Appa
Krystal percaya jika Krystal bersama Jongin? Apa mereka punya hubungan lebih?
***
Suzy POV
Apalah
ini? Diskusi ini lebih banyak terasa canggungnya. Mereka itu kenapa? Bukankah
mereka itu teman sekelas. Dan aku? Lebih baik aku diam saja. Sedari tadi aku
sangat risih melihat Kyungsoo yang begitu gugup harus sekelompok dengan Eunji.
Apa dengan begitu dia bisa menutupi perasaannya yang sangat terlihat pada
Eunji?
Mereka
ini buang-buang waktuku saja. Seharusnya kan aku bisa bersantai di rumah, tapi
gara-gara ini aku harus terpaksa pergi ke kafe seperti ini. Awas saja kalau
mereka tak dapat apa-apa dari diskusi ini.
“Jadi?”
tanya Baekhyun. Orang ini, hanya bertanya, apa sedari tadi dia ikut berpikir?
“Ah,
bagaimana kalau kita ulas kehidupan anak-anak yatim di panti asuhan?” tanya
Eunji. Menurutku itu cukup bagus, meskipun itu agak biasa.
Belum aku
menjawab setuju, Baekhyun malah lebih dulu menjawab, “Bisakah kita ulas yang
lain?” kenapa dia? Ekspresinya berubah sama sekali, dari lelaki ceria dan
menjengkelkan, jadi selemah itu. Ada apa dengan panti asuhan dengannya. Jangan
bilang dia juga termasuk dari anak-anak itu.
“Wae?”
tanya Hyunseong, sepertinya dia mendukung usulan Eunji.
Daripada
melihat mereka yang seperti itu, aku membuang waktu dengan kembali mengikat
rambutku yang sebenarnya sudah ku ikat dan tidak kendur sama sekali.
Tapi
tiba-tiba Baekhyun bicara, “Kau, Suzy-ah tak punya usul lain? Kenapa dari tadi
kau diam saja?”
“Aku? Kau
bicara padaku?” tanyaku, sedikit tak percaya dia bicara padaku dengan ekspresi
seperti itu. Dia masih terlihat lemah dan rapuh.
“Siapa
lagi?” tanyanya.
“Aku tak
punya ide.” Jawabku datar.
“Ada apa
dengan ide Eunji? Bukankah itu bagus?” tanya Hyunseong.
“Kyungsoo-ah, bagaimana denganmu?” sekarang Baekhyun bertanya pada Kyungsoo
yang masih sangat gugup itu.
“Ah, aku…
aku rasa ide itu sudah baik.” Jawabnya, itu dipaksakan.
“Wae? Ada apa dengan ide itu
Baekhyun-ah?” tanya Hyunseong.
“Apa tak
ada yang lain Eunji-ah?” tanya Baekhyun akhirnya.
“Ah, kita
bisa pikirkan yang lain jika kau memang tak setuju.” Jawab Eunji ramah.
Ya, kenapa
aku jadi memperhatikan Baekhyun begini? Perubahan karakternya yang mendadak itu
memang mengagetkan. Aku saja sampai terbawa olehnya.
“Baiklah,
kita cari yang lain.” Kata Hyunseong akhirnya.
TO BE CONTINUED...........