Cast:
Kang Jiyoung
Kim Myungsoo
Krystal Jung
Krystal berjalan menyusuri sebuah gang. Berkali-kali ia melihat sesuatu di ponselnya, berkali-kali juga ia bertanya kesana-sini. “Apa rumahnya tersembunyi?” gumamnya kesal. “Berani-beraninya dia tak masuk kerja tanpa memberi tahuku?”
Kang Jiyoung
Kim Myungsoo
Krystal Jung
Krystal berjalan menyusuri sebuah gang. Berkali-kali ia melihat sesuatu di ponselnya, berkali-kali juga ia bertanya kesana-sini. “Apa rumahnya tersembunyi?” gumamnya kesal. “Berani-beraninya dia tak masuk kerja tanpa memberi tahuku?”
Setelah bersusah payah,
akhirnya ia menemukan gedung apartemen kumuh tempat Myungsoo tinggal. Krystal
segera menaiki tangga menuju puncak apartemen itu dan menemukan flat Myungsoo
yang begitu sederhana, “Jadi selama ini dia tinggal di tempat seperti ini?”
Krystal melihat sekeliling dan merasa prihatin, “Dia rela meninggalkan rumah
semewah itu hanya untuk kehidupan seperti ini?”
Krystal mulai mengetuk pintu flat Myungsoo dan memanggil-manggil,
“Myungsoo oppa?” berkali-kali dia melakukannya namun tak ada jawaban.
Tetapi hal itu terdengar oleh Jiyoung yang dengan bersusah payah
bangkit dari tidurnya menuju beranda flat Myungsoo, “Nugu?” tanya Jiyoung
setelah melihat Krystal.
Krystal terkejut melihat seorang gadis di tempat yang entah darimana
datangnya. Dia hanya berpikir mungkin dia salah alamat. “Jung Krystal imnida.
K..kau sendiri siapa?” Krystal seakan jijik melihat penampilan Jiyoung yang
terlihat tak terurus.
“Aku? Kang Jiyoung imnida.” Jiyoung mengulurkan tangannya namun
Krystal sama sekali tak menghiraukannya. Jiyoung mulai tak suka pada Krystal.
“Ini benar rumah Kim Myungsoo kan?”
tanya Krystal.
Jiyoung mengangguk mantap, “Geurae. Kau mencarinya?”
Krystal mengangguk. “Tapi kau siapanya?”
“Dia itu Oppaku.” Jawab Jiyoung malas. “Dia sedang pergi ke apotek.”
“Ke apotek?” Krystal heran. “Untuk apa?”
“Membelikanku obat. Kenapa kau mencari oppaku?” tanya Jiyoung. Wajah
semakin memperlihatkan kitidaksukaannya pada Krystal.
Krystal tersenyum kecut, “Oppamu?”
“Wae?” Jiyoung tak terima.
Krsytal tersenyum licik kali ini, “Kau hanya tak tahu yang
sebenarnya. Dimana kau tinggal?”
“Kenapa kau tanyakan itu?”
Sesuatu terlinatas dipikiran Krystal membuatnya marah, “Jangan
bilang kau serumah dengan Myungsoo oppa!”
“Aninde. Rumahku disana.” Jiyoung menunjuk flatnya diseberang.
Krystal melirik sekilas flat yang juga kumuh itu, “Pasti gadis yatim
piatu yang malang.”
Gumamnya.
“Sebenarnya kenapa kau mencari Myungsoo oppa?” Jiyoung semakin kesal
dengan raut wajah Krystal yang sama sekali tak memancarkan ketulusan. Ya dia
lebih peka dalam hal itu tanpa orang lain sadari.
“Wae? Kau tak suka aku mencarinya?” Krystal tersenyum kecut lagi,
“Pasti kau sedang mengejar-ngejarnya ya? Tapi mana mungkin Myungsoo oppa
menyukai gadis kekanakan sepertimu?”
“Kau itu bicara apa?” Sekarang Jiyoung berteriak.
Krystal sedikit terkejut dengan itu, “Kenapa kau aneh sekali? Dasar
gadis gila?”
Kali ini Jiyoung tak bisa bertahan mendengar kata-kata itu. Dia
memng tak jarang mendapat cemoohan seperti itu. Dan itu memang kata yang paling
ia benci. Ia sama sekali tak suka di sebut gadis gila.
“Dasar jahat.” Jiyoung pada puncak kemarahannya dan mendorong tubuh
Krystal. “Pergi!”
Krystal tersungkur ke lantai, kekuatan Jiyoung terlalu besar untuk
ditahan. Krystal juag marah. Dia tak terima diperlakukan seperti itu oleh gadis
aneh dan miskin seperti Jiyoung.
Di saat itu juga Myungsoo datang dan melihat kejadian itu,
“Krystal?” Myungsoo membantu Krystal berdiri sambil melihat Jiyoung dengan
tatapan peringatan.
“Apa yang kau lakukan Jiyoung-ah?” tanya Myungsoo yang tak tahu
masalah sebenarnya. “Mianhae Krystal-ah. Akan aku jelaskan nanti.” Sekarang
Myungsoo menarik Jiyoung menuju flatnya.
“Kenapa kau lakukan itu? Dia itu gadis baik yang memberiku
pekerjaan. Dansekarang aku sedang punya hutang dengannya.” Jelas Myungsoo, dia
tak menyangka Jiyoung akan melakukan hal itu pada Krystal.
“Tapi dia jahat Oppa. Aku tak suka Jung Krystal.” Kata Jiyoung,
matanya berkaca-kaca karena merasa sedih melihat Myungsoo lebih membela gadis
lain.
“Sudahlah.” Myungsoo beranjak pergi.
Jiyoung segera menahan kaki Myungsoo. Memeluk salah satu kaki
Myungsoo untuk mencegahnya pergi, “Bukan seperti itu Oppa. Kajima Oppa! Kajima…
jebal.” Jiyoung menangis sekarang.
“Diamlah disini.” Myungsoo melepas paksa Jiyoung dari kakinya lalu
dengan cepat melangkah keluar.
Jiyoung menangis tersedu di dalam flatnya. Dia merasa kehilangan
Myungsoo sekarang, “Bukan aku yang jahat Oppa. Tapi dia yang jahat.” Jiyoung
tersedu. “Dan aku bukan gadis gila.”
Myungsoo menghampiri Krystal yang sedikit berantakan di beranda
flatnya. Krystal agak terkejut dengan kebiasaan mereka saling menyeberangi flat
dengan jembatan buatan dari kayu seperti itu. Dia hanya ingin tahu seberapa
dekat mereka selama ini.
“Gwenchana?” tanya Myungsoo duduk di samping Krystal.
“Gwenchana.”
“Dia memang berbeda dari kita. Dia telah mengalami gondangan berat
yang menyebabkan mentalnya sedikit terganggu. Pikirannya masih seperti gadis 10
tahunan.” Jelas Myungsoo.
Krystal terkejut dengan penjelasan itu, namun dia merasa itu memang
masuk akal. “Jeongmal mianhae. Mungkin aku tadi menakutinya. Aku benar-benar
tak tahu.”
“Gwenchanayo.” Jawab Myungsoo.
“Tapi sepertinya dia sangat menyukaimu? Apa kalian sangat dekat?”
tanya Krystal penasaran.
Myungsoo tersenyum, “Andweyo. Mana mungkin seperti itu. Dia sudah
menganggapku seperti oppanya sendiri. Begitupun aku.”
Krystal tersenyum lega, “Jadi hanya seperti itu?”
“Geurae, hanya seperti itu. Jangan kau kira kami pasangan yang
tinggal bersama.”
Krystal tersenyum senang sekarang. Dia merasa Kang Jiyoung itu hanya
hambatan kecil yang menyebalkan.
“Kenapa oppa tak masuk kerja dan tak memberi kabar?” tanya Krystal.
“Ah, jadi kau datang karena itu?”
Krystal mengangguk, “Apalagi?”
“Aku harus menjaga Jiyoung. Dia sakit dan sangat panas semalaman.”
Jelas Myungsoo.
“Sakit?” Krystal tersenyum kecut. “Tak kusangka tenaganya saat sakit
sekuat itu.”
Myungsoo juga tersenyum kecut, “Kalian hanya belum saling kenal. Kau
orang yang benar-benar asing baginya. Sebenarnya kalian seumuran.”
“Bagaimana kau bisa kenal dengannya?”
Akhirnya Myungsoo menceritakan semua tentang Jiyoung dan
kedatangannya, kecuali soal perginya Myungsoo dari rumahnya. Meski sebenarnya
Krystal sudah benar-benar mengetahuinya.
“Oppa benar-benar lelaki baik. Wanita yang menjadi istrimu nanti
adalah wanita paling beruntung.” Kata Krystal setelah Myungsoo selesai
bercerita.
Myungsoo tersenyum tak begitu memperhatikan apa yang sebenarnya di
bicarakan oleh Krystal, “Baiklah, aku akan berusaha sebaik mungkin 6 hari
terkahir ini.”
***
Akhir-akhir ini Myungsoo seringkali menghabiskan waktunya bersama
Krystal karena Krystal yang memintanya. Myungsoo menjadi lupa dengan Jiyoung
yang kesepian. Sebenarnya Myungsoo hanya berpikir karena ini hanya sementara,
dia akan melakukan semuanya dengan cepat dan menyelesaikannya. Termasuk
berurusan dengan Krystal.
Namun tak ada yang tahu isi hati Krystal, ia semakin menyukai
Myungsoo lebih dalam. Semua perhatian yang diberikan Myungsoo padanya ia anggap
seperti halnya semua perhatian yang ia berikan pada Myungsoo. Krystal sangat
yakin Myungsoo juga menyukainya. Atau bahkan mencintainya.
Seperti malam ini, untuk kesekian kalinya Krystal berkunjung ke flat
Myungsoo dan menghabiskan sisa hari dengannya. Krystal sering mebelikan
Myungsoo sesuka hatinya. Makanan, pakaian dan lain-lain, meski sering ditolak
oleh Myungsoo dan ia sering membawanya pulang.
Jiyoung hanya bisa berdian diri di flatnya melihat semua adegan itu
dari jendela. Jiyoung selalu mematikan lampu flatnya agar terlihat seperti
sudah tertidur. Walau sebenarnya ia merasa sedih karena ia seakan sudah
kehilangan oppanya.
Jiyoung juga melihat makanan-makanan yang diberikan Krystal di pojok
flatnya. Semua itu terpaksa ia terima meski ia sama sekali tak suka. Jiyoung
berpikir Myungsoo akan bangga atau suka padanya karena menyukai Krystal
termasuk semua pemberiannya.
Percuma saja jika Jiyoung bergabung bersama mereka. Apa yang mereka
bicarakan sering tak dimengerti oleh Jiyoung. Dan bahkan Krystal selalu
berhasil mencuri perhatian Myungsoo dan membuat Myungsoo terkagum olehnya.
Jiyoung mengakui bahwa Krystal adalah gadis yang pintar dan sangat cantik. Tapi
Jiyoung sama sekali tak menyukai wajah tanpa ketulusan itu.
Kali ini Jiyoung harus melihat adegan yang tak ingin dilihatnya.
Saat Krystal beranjak pulang, ia tersandung sesuatu saat menuju tangga. Itu
membuat ia terjatuh, namun sebelum sampai di lantai, Myungsoo berhasil
menangkap Krystal. Mereka berpandangan begitu lama, membuat Jiyoung sedih
melihatnya. Dan sedetik kemudian, Krystal sudah mencium Myungsoo. Itu membuat
Myungsoo sangat terkejut.
Akhirnya mereka terlarut dalam suasana yang canggung. Myungsoo tak
tahu harus berkata apa. Ini bukan hal yang diinginkannya. Sedangkan Krystal
tersenyum senang mengetahui Myungsoo sama sekali tak menolaknya. Ia segera
pulang untuk menghindari suasana canggung. Tanpa orang lain ketahui, Krystal
sudah menganggap dirinya sebagai kekasih Myungsoo, karena dia begitu percaya
diri, toh pada akhirnya dia yang akan menjadi istri Myungsoo nanti.
Dan Jiyoung sendiri larut dalam kesedihannya. Ia benar-benar merasa
kehilangan sesuatu yang berharga sekali lagi sekarang. Jiyoung menangis dalam
diam.
***
Ini adalah hari terkahir Myungsoo berkerja di perusahaan Appa
Krystal. Ia sudah membulatkan tekad untuk jauh-jauh dari perusahaan yang
menjadi perusahaan Appanya itu. Namun sesuatu yang mengejutkan terjadi sesaat
sebelum ia mengundurkan diri.
“Sebelum Oppa menyerahkan surat
pengunduran diri oppa, Sebaiknya oppa masuk ke ruangan itu.” Kata Krystal
sambil menatap pintu sebuah ruangan yang entah apa namanya, Krystal terlihat
begitu bersemangat. Ya puncak rencanaya akan segera terselesaikan pikirnya.
Dengan sedikit curiga, Myungsoo masuk kedalam ruangan itu. Baru
selangkah ia memasukinya. Dia sudah berniat keluar setelah mengetahui siapa
orang-orang yang ada di dalamnya.
Eomma Myungsoo berhambur memeluknya dengan menangis tersedu setelah
sekian lama tak bertemu dengan putra satu-satunya. “Myungsoo-ah… dimana kau
selama ini nak? Apa yang kau makan dan bagaimana hidupmu? Eomma merindukanmu
nak. Kami semua merindukanmu.”
Meski Myungsoo benar-benar tak menyukai hal ini. Namun di dalam
lubuk hatinya, ia juga sangat merindukan orang tuanya.
Krystal menahan Myungsoo pergi dari ruangan itu sambil berkata,
“Mereka sangat merindukanmu oppa. Mengapa oppa tak pulang?”
Myungsoo benar-benar kecewa. Dia tak menyangka Krystal seperti ini.
Bahkan Krystal mengetahui semuanya tentangnya namun dengan tenangnya Krystal
menyembunyikan semua itu dan tentunya menyusun semua rencana ini. Myungsoo
benar-benar kecewa padanya.
Myungsoo juga berkaca-kaca namun ia menghindari tatapan Eomma agar
tak menangis.
“Kim Myungsoo, sudah saatnya kau kembali. Kau bahkan tak berhasil
dengan acara kaburmu itu kan?
Kau juga bukan berstatus mahasiswa. Jangan main-main dengan hidupmu seperti
itu.” Kali ini Appa Myungsoo angkat bicara.
Orang tua Krystal juga ada di ruangan itu. Seakan mereka memang
sedang mengatur acara perjodohan.
“Berterimakasihlah pada Krystal. Karenanya kita bisa bertemu lagi
seperti ini. Kalian disatukan oleh jodoh. Kalian tak bisa pungkiri itu.” Tambah
Eomma Myungsoo.
“Myungsoo-ah, kami sudah mengatur perjodohan kalian. Appa Krystal
tak akan menjodohkan Krystal dengan orang lain lagi. Kalian memang ditakdirkan
bersama.” Bahkan Eomma Krystal juga menahan Myungsoo.
“Myungsoo-ah…. Pulanglah nak.” Pinta Eomma Myungsoo.
“Ani.” Jawab Myungsoo singkat. Dia makin kecewa pada keluarganya.
Ternyata kepergiannya 5 tahun ini tak membuahkan hasil apa-apa. Memang benar
keputusannya untuk pergi selamanya.
Myungsoo melepas genggaman eommanya dan pergi. Di koridor depan
lift, Krystal masih berusaha menahan Myungsoo. Melihat reaksi Myungsoo seperti
itu Krystal mulai khawatir.
“Apa lagi yang oppa pikirkan? Sudah saatnya oppa kembali ke
kehidupan oppa yang sebenarnya.” Krystal menggenggam lengan Myungsoo.
Myungsoo menatap Krystal lekat-lekat. “Aku kagum dengan
kesempurnaanmu berpura-pura tak mengenaliku selama ini.” Myungsoo melepas
tangan Krsytal lalu masuk ke dalam lift yang terbuka.
Mendengar perkataan itu Krystal tak berani masuk ke dalam lift dan
mencegah Myungsoo pergi lagi. Krystal menjadi marah akan kecacatan rencananya
ini. “Andwe. Rencanaku takkan berakhir seperti ini. Andwe.” Gumam Krystal
kecewa.
***
Jiyoung yang merasa kehilangan dan tersingkirkan, saat ini berusaha
menghindari Myungsoo agar tak dianggap menggangu meski dia sama sekali tak tahu
apa yang sedang terjadi. Jiyoung berusaha melakukan semuanya sendiri tanpa
bantuan Myungsoo. Bahkan diam-diam dia membantu di toko tetangganya agar di
beri berapapun uang.
Sepulang dari Daesun group, Myungsoo merasa tertekan. Tak tahu apa
yang akan dia lakukan selanjutnya. Terlintas di pikirannya untuk pergi dari
tempat yang sudah diketahui orang tuanya itu. Namun pikiran tentang Jiyoung
menghalanginya.
Bahkan ia begitu heran mengapa sikap Jiyoung padanya berubah seperti
itu.
“Jiyoung-ah, kau sudah makan malam?” tanya Myungsoo.
Jiyoung mengangguk singkat tanpa menatap Myungsoo dan segera masuk
ke flatnya dan mematikan lampunya tanda ia akan segera tidur.
“Apa telah terjadi sesuatu?” tanya Myungsoo pada dirinya sendiri.
“Akhirnya ia memutuskan mengetuk pintu flat Jiyoung.
“Jiyoung-ah buka pintunya. Apa sesuatu telah terjadi?” tanya
Myungsoo.
Namun Jiyoung berusaha tak mempedulikannya dan terus berpura-pura
tidur.
“Jiyoung-ah? Buka pintunya sekarang atau aku dobrak. Bicaralah
padaku. Jangan seperti ini?”
Setelah cukup lama Myungsoo melontarkan kata-katanya yang berhasil
menyihir Jiyoung, Jiyuong membuka pintunya dengan wajah sedihnya setelah
menghidupkan lagi lampu flatnya.
Myungsoo segera bereaksi khawatir melihat ekspresi Jiyoung yang tak
ceria lagi itu. “Jiyoung-ah gwenchana? Bicaralah. Aku takkan mengerti jika kau
tak bicara.”
Jiyoung akhirnya menatap Myungsoo. Ia mulai berkca-kaca, “Aku sedih.
Benar-benar sedih.”
“Waegeurae? Apa karena aku?”
Jiyoung mengangguk.
“Apa kau karena Krystal?” tanya Myungsoo mulai memahami keadaan.
Jiyoung mengangguk lagi. Sekarang mereka Jiyoung duduk di kursi
favoritnya di beranda, sedangkan Myungsoo berlutut di depan Jiyoung.
“Mianhae…… jeongmal mianhae. Aku sama sekali tak mendengarkan
ucapanmu dan membiarkan diriku sendiri terjerumus dalam rencananya.” Jelas
Myungsoo sambil memegang kedua tangan Jiyoung, berusaha membuatnya benar-benar
percaya.
“Aku sudah kehilangan oppa karena Jung Krystal. Aku bahkan tak
berani membenci Jung Krystal karena takut kau jadi tak menyukaiku oppa.”
Jiyoung meneteskan air matanya.
Myungsoo juga berkca-kaca. Dia merasa bodoh selama ini mengabaikan
Jiyoung yang begitu berharga baginya. Myungsoo ingat benar hal-hal konyol yang
dilakukan Jiyoung untuknya meski itu menyusahkan Jiyoung.
“Aku tak suka kehilangan oppa. Aku takut oppa pergi.” Jiyoung
menangis tersedu.
Myungsoo segera mendekapnya. Membiarkan Jiyoung menangis dalam
pelukannya. Berusaha menenangkannya dan berjanji akan melakukan apa saja untuk
tetap menjaga Jiyoung.
“Mianhae Jiyoung-ah. Aku takkan meninggalkanmu lagi. Kau tak perlu
lagi kehilanganku.”
***
Krystal menuju ke flat
Myungsoo, berencana meneruskan dan memperbaiki rencananya yang cacat.
Malam ini dia tak bertemu Myungsoo lagi melainkan bertemu Jiyoung
yang sedang membantu di sebuah toko mengangkat barang-barang.
“Kau?” Krystal agak terkejut melihat Jiyoung tak berada di flatnya.
“Jung Krystal?” Jiyoung benar-benar tak suka hal ini. “Kau mencari
Myungsoo oppa?”
“Apa dia tak ada?”
“Dia belum pulang dari mencari pekerjaan baru. Kenapa kau terus
mencarinya? Oppa bilang aku tak usah khawatir oppa direbut olehmu.”
Krystal tersenyum kecut dan licik seperti biasa, “Apa kau bilang?”
“Geurae. Kau tak usah mencari Myungsoo oppa lagi. Dia itu oppaku!”
“Dasar gadis gila! Kau itu bodoh dan tak tahu apa-apa? Kenapa kau
selalu menyebalkan? Myungsoo oppa bukan milikmu. Dia milikku dan keluarganya.
Tempatnya bukan disini. Dia putra tunggal keluarga kaya di negeri ini. Kau kira
kau pantas bicara tentangnya seperti itu? Kau itu siapa?” Krystal sudah
mendidih.
Jiyoung berkca-kaca setelah mendengar kalimat itu. Lagi-lagi Jiyoung
mendorong tubuh Krystal dengan kuat hingga Krystal tersungkur. Kali ini Krystal
segera bangkit dan melanjutkan perkataannya, “Kau benar-benar gila! Kau tak
berpendidikan! Aku ini akan segera menjadi istri Myungsoo oppa jika tak ada
kau. Kenapa kau menghalanginya pergi? Wae?”
“Apa yang kau bicarakan? Aku tak mengerti!” teriak Jiyoung.
“Dasar gadis gila tak berotak! Berhenti menjadi bayangan oppa. Kau
hanya akan membuatnya semakin sengsara hidup di dunia ini.” Krystal seakan
bertambah jijik melihat wajah Jiyoung. “Dasar gadis gila! Kenapa kau datang di
kehidupannya?” Krystal yang kali ni mendorong Jiyoung sekuat tenaga.
Di saat itu juga Myungsoo tengah berjalan menyusuri gang itu menuju
flatnya. Dia mendengar kalimat dan adegan terakhir itu. Myungsoo segera berlari
mengamankan Jiyoung yang menangis itu.
“Oppa?” tanya Krystal tak percaya.
“Jung Krystal aku benar-benar kecewa padamu. Aku mohon jangan buat
aku kecewa lebih jauh lagi.” Myungsoo tak sabar lagi. “Kau sengaja menyusun
semuanya untuk menjebakku kan?
Kau hanya ingin semua keinginanmu terpenuhi apapun caranya. Apa kau pikir
dengan begitu aku akan menyukaimu?” Myungsoo menggeleng. “Aku tak mau, tak
berniat dan takkan jatuh cinta padamu atau menyukaimu sekalipun.”
Krystal terkejut mendengarnya. Presepsinya selama ini terbukti salah
meski ia tak mau menerima kenyataannya. “oppa? Teganya oppa berkata seperti itu?”
“Cukup! Pergilah. Hentikan semua ini. Aku takkan mau kembali.”
Myungsoo menuntun Jiyoung menuju gedung apartemennya. “Dan ingat, dia tidak
gila. Juga bukan dia yang datang ke kehidupanku, tapi aku yang datang ke
kehidupannya.”
Myungsoo pun pergi meniggalkan Krystal yang terpuruk mengetahui
semua rencanaya hancur dan kenyataan bahwa dia hanya membodohi dirinya sendiri
soal perasaan Myungsoo padanya.
“Oppa aku bukan gadis gila
oppa… aku bukan gadis gila.” Jiyoung berkata seperti itu berkali-kali saat Myungsoo
mengantar Jiyoung ke dalam flatnya.
“Ani.. kau memang bukan.” Myungsoo juga berkali-kali menjawab
berusaha menenangkan Jiyoung. Myungsoo mendekap erat Jiyoung dan membelai
lembut kepala Jiyoung, memberinya ketenangan. “Jangan pikirkan itu lagi.”
***
“Aku yakin eomma. Gadis itu penyebab semua ini. Aku lihat gadis itu
begitu menyukai Myungsoo oppa. Kita tak tahu apa hal buruk yang akan terjadi
jika dia tahu siapa Myungsoo oppa yang sebenarnya.” Jelas Krystal dengan
tergesa-gesa pada Eomma dan Appa Myungsoo.
“Kau yakin mereka tinggal bersama?” tanya Appa Myungsoo.
Krystal mengangguk dengan mantap.
“Yeobo, kita harus selamatkan putra kita dari gadis miskin itu.”
Pinta Eomma Myungsoo dengan berkaca-kaca. Dia tak tega mendengar semua cerita
Krystal tentang putranya itu. “Bagaimana jika dia tahu siapa Myungsoo
sebenarnya dan memanfaatkannya? Myungsoo kita sangat polos.”
“Aku juga tak mau itu terjadi Eomma, Appa.” Tambah Krystal
memperkeruh suasana. Dia sama sekali tak menjelaskan pribadi Jiyoung yang
sebenarnya.
“Baiklah. Aku akan melakukan sesuatu. Kau hanya perlu meyakinkan
Myungsoo kembali.” Kata Appa Myungsoo akhirnya.
Krystal merasa sedikit puas dengan bantuan ini. Meski dia mulai gila
dengan kenyataan bahwa Myungsoo sama sekali tak menyukainya, dia bersikeras
menutupi semua kenyataan itu dan tetap berusaha membuat rencananya berhasil.
***
Myungsoo berlari menuju flatnya. Dia begitu senang karena
mendapatkan pekerjaan baru di sebuah super market. Dia berniat memberi kabar
Jiyoung. Dia sekarang sampai di beranda flatnya dan bermaksud menyeberang ke
flat Jiyoung, namun dia melihat flat Jiyoung begitu berantakan.
Myungsoo makin khawatir saat melihat Jiyoung tak ada di dalam
flatnya. Semuanya benar-benar berantakan. “Jiyoung-ah!” teriak Myungsoo. “Kang
Jiyoung!!”
Myungsoo keluar lagi ke beranda dan seketika itu ia melihat Jiyoung
di bawah. Tidak sendirian. Dua lelaki berbadan besar yang sudah tak asing lagi
bagi Myungsoo menyeret paksa Jiyoung yang meronta. “Kang Jiyoung!” Myungsoo
berteriak kerasembuat Jiyoung mendengarnya dan juga meneriakkan namanya.
Myungsoo segera turun dan mencegah mereka memasukkan Jiyoung ke
dalam mobil. “Berhenti! Apa yang kalian lakukan padanya?”
Mereka berdua menoleh pada Myungsoo, juga seorang lagi yang terlihat
seperti atasan mereka juga menatap Myungsoo. Mereka adalah orang yang selalu
Myungsoo hindari 5 tahun lalu. Mereka orang suruhan Appanya yang selalu menceri
Myungsoo ke seluruh pelosok negeri. Namun Myungsoo berhasil menyembunyikan diri
di flat itu pada akhirnya, hingga mereka tak mencari lagi.
“Kami..” si atasan mencoba bicara
namun seseorang menyela mereka.
“Aku yang menyuruh mereka.” Appa
Myungsoo turun dari mobilnya.
“Anakku… sudah waktunya kau pulang.”
Eomma Myungsoo juga turun dari mobil itu. Myungsoo juga bisa melihat Krystal.
“Kalian?” Myungsoo tak percaya
melihat ini semua.
“Oppa!! Myungsoo Oppa!! Mereka
menyakitiku!” teriak Jiyoung pada Myungsoo.
Myungsoo segera menarik Jiyoung
denagn paksa dari tangan suruhan Appanya. “Ada apa dengan Jiyoung? Kenapa kalian mengincarnya
sekarang?”
“Dia tak pantas denganmu Kim
Myungsoo.” Jawab Appa Myungsoo. “Kau tak bisa terus seperti ini. Eommamu sangat
merindukanmu.”
“Kalian pikir aku akan pulang dengan
cara seperti ini?” tanya Myungsoo matanya memerah menahan air mata.
“Kalau kau tak mau pulang. Terpaksa
aku memakai caraku.” Kata Appa Myungsoo lalu memberi kode pada suruhannya.
Mereka dengan
cepat mengambil kembali Jiyoung dan berusaha memasukkannya ke dalam mobil
dengan kasar membuat lengan Jiyoung lecet tak karuan. Mereka membuat Jiyoung
menangis kesakitan dan ketakutan.
Myungsoo tak bisa melihat yang satu
ini. Ini sudah mencapai pada titik kelemahannya. Jika dia berkeras tetap
tinggal, mungkin Jiyoung bisa binasa dihadapannya sendiri dengan dirinya tak
berbuat apa-apa seperti ini.
“Kau harus pulang nak…” Eomma
Myungsoo menangis.
“Oppa! Oppa! Myungsoo Oppa!” suara
Jiyoung juga terus berteriak.
“Appa, jebal hentikan ini. Jangan
lakukan ini.” Myungsoo menghampiri Appanya.
“Bukankah kau sudah membuat
keputusan?” Appa Memberi kode lagi pada suruhannya yang sekarang sudah mulai
mengikat kedua lengan di belakang tubuhnya dan menyandarkan paksa Jiyoung ke
mobil mereka, seperti pencuri yang tertangkap polisi.
“Hentikan Appa! Jebal hentikan!”
pinta Myungsoo, dia tak bisa membendung air matanya sekarang.
Appanya bergeming dan tetap
menikmati pemandangan penyiksaan Jiyoung.
Myungsoo tak tahan lagi, “Baiklah…
aku pulang.”
Krystal seketika senang.
“Mwo?” tanya Eommanya tak percaya.
“Aku akan pulang. Tapi lepaskan
Jiyoung.” Myungsoo menatap Appanya lekat-lekat. “Biarkan dia hidup disini
dengan tenang. Biarkan dia. Dia tak ada kaitannya dengan ini semua.”
“Kau yakin keputusanmu sudah
berubah?”
Myungsoo mengangguk dengan berat,
“Geurae, tapi ingat persyaratannya.”
Appa Myungsoo akhirnya mengangguk
dan seketika suruhannya melepaskan Jiyoung.
Myungsoo segera menghampiri Jiyoung
dan melepas semua tali di lengannya, lalu menuntunnya kembali ke flatnya.
“Oppa? Waegeurae Oppa? Ada apa ini?” tanya
Jiyoung masih tersedu.
Myunsoo hanya menatap Jiyoung
lekat-lekat, tak tega melihatnya seperti ini karenanya.
“Apa Oppa mau pergi?” tanya Jiyoung.
“Mianhae Jiyoung-ah.” Myungsoo
memeluk Jiyoung erat-erat.
“Oppa? Tapi Oppa sudah berjanji
tidak akan pergi.” Jiyoung menangis lagi.
“Jeongmal mianhae. Hiduplah dengan
baik disini. Kau harus bisa.” Myungsoo dengan sangat berat hati keluar
meninggalkan flat Jiyoung dengan Jiyoung mengikuti di belakangnya. Myungsoo
mengemas beberapa barangnya lalu turun.
Jiyoung terus memandang Myungsoo
pergi dari beranda flatnya, “Myungsoo Oppa! Kenapa kau pergi?” teriaknya.
Myungsoo tak berani mendongak ke
atas. Dia harus melakukan ini atau Jiyoung makin terluka karenanya. “Kajja!”
Myungsoo memasuki mobil Appanya.
Jiyoung terus melihat mobil itu
hingga menghilang di kelokan. Dengan pedih ia menggumam, “Oppa… lalu aku
bagaimana?” dia tahu dia tak bisa membiarkan Myungsoo pergi, tapi dia juga tak
bisa mengejarnya karena Myungsoo terlihat begitu bersungguh-sungguh. “Oppa….”
***
Krystal dengan hanya mengetuk sekali
pintu kamar Myungsoo lalu masuk dengan membawa nampan berisi makanan. “Oppa,
kau harus makan sesuatu.” Krystal duduk di tepi ranjang Myungsoo yang
berantakan.
Myungsoo sama sekali tak menganggap
Krystal ada.
“Oppa? Kau sudah memutuskan sesuatu
yang benar. Kau harus mulai jalani kehidupan barumu ini.” Krystal bicara dengan
ringan dan ceria.
Myungsoo tersenyum kecut lalu
berkata, “Kau kira aku tak punya tebakan bahwa kau yang menyebabkan semua ini?”
Myungsoo sama sekali tak memandang Krystal. “Tinggalkan saja itu. Kau
pergilah.”
Krystal dengan terpaksa pergi.
Myungsoo mengunci pintu kamarnya.
Kamarnya yang sudah lalu tak ia tempati. Meskipun kamar ini terasa begitu lega
karena luas, Myungsoo masih merasa sesak nafas dan lebih senang tinggal di flat
sempitnya. Jujur saja di sudah melupakan kehidupannya yang sebenarnya ini.
Menjadi lelaki kaya menjadi sesuatu yang baru baginya, dan ia tak bisa
terbiasa.
Myungsoo bergeluntungan lagi di
ranjang yang semalam ia tiduri dan sangat berantakan itu. Ia sama sekali tak
nyaman. Ia tak bisa tidur. Dia sudah terbiasa tidur di lantai. Dan belum lagi
otak dan hatinya sudah dipenuhi gadis bernama Kang Jiyoung.
Myungsoo mengambil tasnya dan
mengeluarkan sesuatu yang membuatnya selalu merasa mendapatkan kekuatan.
Digenggamnya erat-erat topi Appa Jiyoung. Myungsoo tak bisa membohongi lagi
perasaannya, dia benar-benar merindukan Jiyoung. Lama-kelamaan dia bisa mati
jika terus seperti ini.
Myungsoo terus menyesali
keputusannya untuk kembali ke rumah neraka ini. Dia benar-benar khawatir
seperti apa hidup Jiyoung sekarang. Dia berusaha menenangkan diri setidaknya
dia sudah menyelamatkan Jiyoung dari penyiksaan itu, dan membantunya tetap
hidup di rumah orang tuanya.
“Jiyoung-ah…”
***
Myungsoo keluar dari kamarnya. Dia
bermaksud menghabiskan sorenya di halaman belakang yang sebenarnya menjadi
favoritnya itu. Rasanya sudah lama sekali ia tak kesana sekedar untuk
menghabiskan sore-sorenya yang membosankan.
Myungsoo menghentikan langkahnya
saat melewati ruang kerja appanya. Ia mendengar namanya di sebut dan tentu saja
Jiyoung juga disebut. Myungsoo tersenyum tak habis pikir karena ternyata
Krystal ada di dalam tengah bercakap-cakap dengan Appa dan Eommanya.
“Yeobo, bagaimana ini? Kita sudah
membawanya pulang, tapi tetap saja dia tak mau melakukan apa-apa. Dia bahkan
tak mau bekerja di perusahaan.” Keluh Eomma Myungsoo khawatir.
“Geurae Appa, sepertinya aku sudah
menjadi gadis bodoh yang terus mengharapkan untuk menikah dengan oppa.” Tambah
Krystal.
“Ara.” Jawab Appa Myungsoo. “Perusahaan
ini memang harus ia tangani. Kalian kira harus berapa lama lagi aku hidup di
dunia ini?”
“Oppa masih saja memikirkan gadis
itu Appa.” Krystal mengungkit Jiyoung.
“Gadis gila bernama Jiyoung itu?”
tanya Eomma Myungsoo.
Krystal mengangguk mantap dengan
wajah memelas, “Rasanya percuma aku menghiburnya setiap hari jika oppa tetap
saja terganggu dengan gadis itu.”
“Yeobo kita harus menyelamatkan
pernikahan anak kita dan Krystal. Mereka sudah di jodohkan, mereka harus
bersatu.”
“Kalau begitu percepat pernikahan
mereka, dan perusahaan akan segera aku wariskan padanya meski dia belum mampu.”
Appa Myungsoo memutuskan.
Eomma setuju, “Geurae yeobo, aku
akan mengurus semua urusan pernikahan. Yang penting kita tak boleh malu di mata
semua kolega dan saingan kita. Ini akan menjadi pernikahan paling indah di
dunia bisnis Negara ini.”
“Terserah kau.” Appa Myungsoo juga
setuju.
Krystal tersenyum, “Jeongmal gomawo
Appa, Eomma. Dengan begini aku yakin dengan semua ini.” Krystal berpamitan dan
keluar dari ruang itu.
Setelah mendengar semuanya Myungsoo
tersenyum pahit, “Mau sampai kapan mereka seegois itu?”
Krystal terkejut melihat Myungsoo
berdiri dengan tenangnya di balik pintu. “Oppa?”
“Sejak kapan mereka jadi Appa dan
Eommamu?” sindir Myungsoo.
Krystal tak bisa berkata apa-apa.
Myungsoo tersenyum kecut lagi,
“Pernikahan? Sepertinya kau sangat bahagia.” Myungsoo menatap Krystal, “Geurae,
akan ku buat kau sangat bahagia.”
“Kenapa oppa sejahat itu?” tanya
Krystal.
“Ya, kelicikanmu membuatku semakin
jahat.” Kata Myungsoo lalu pergi meninggalkan Krystal yang sangat khawatir
dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
***
Myungsoo mengenakan jasnya. Semua
orang disekitarnya termasuk perias pengantinnya pun begitu. Eommanya
berkali-kali memuji ketampanannya jika berpenampilan seperti itu. Ya, Myungsoo
menyetujuinya. Ia bersedia melakukan pernikahan bisnis ini bersama Krystal.
“Sebentar lagi akan dimulai.
Bersiaplah.” Kata seorang penata dekorasi pada Myungsoo.
Myungsoo sama sekali tak tersenyum
seperti pengantin lainnya. Dia memang tak sedang mengikuti arus ini begitu
saja. Dia bukan diam saja, dia sedang berpikir untuk menjalankan rencanya.
Sesaat sebelum mulai, Appa Myungsoo
masuk. “Harapanku untuk melihat adegan ini sudah pupus 5 tahun lalu. Tak
kusangka aku bisa melihatnya.”
“Kalau begitu nikmatilah.” Jawab
Myungsoo dengan datar.
“Anaku tersenyumlah, tunjukkan
ketampananmu. Kau sangat serasi dengan Krystal.” Eomma Myungsoo merapikan jas
Myungsoo yang sudah dirapikan berkali-kali.
Tiba-tiba pesuruh Appa Myungsoo
memasuki ruangan itu, membuat Appa Myungsoo dan Eommanya sedikit terkejut.
“Kenapa kau kesini?” tanya Appa
Myungsoo pelan di pojok ruangan.
Namun Myungsoo bisa mendengarnya
dengan jelas. Dia mulai curiga syaratnya tak terpenuhi.
“A..aku hanya ingin memastikannya
tuan.” Jawab pesuruh Appanya. “Semuanya sudah beres.”
“Sudah kubilang bawa saja ke manapun
kau suka. Yang penting tak beloh terlihat lagi.” Jelas Appanya.
“Baiklah.” Jawab pesuruh itu lalu
pergi.
Myungsoo benar-benar penasaran apa yang
sebenarnya mereka bicarakan. Myungsoo hanya merasa itu sangat mengkhawatirkan.
“Sudah mulai. Kau harus masuk ke
dalam gereja sekarang.” Kata si perias pengantin.
Saat berjalan menuju gereja,
Myungsoo bisa melihat mobil pesuruh Appanya yang diparkir di luar halaman
gereja. Entah mengapa Myungsoo ingin melihatnya lebih dekat, Myungsoo
mencurigai sesuatu. Namun dia tak bisa melakukan itu sekarang. Dia harus
membuat perhitungan dulu dengan Krystal.
Myungsoo sekarang sudah berdiri di
altar. Krystal dan Appanya sudah berjalan menuju ke arahnya. Tak bisa di
bohongi Krystal memang terlihat sangat cantik dengan gaun pengantin mewah itu.
Tapi di mata Myungsoo kecantikannya sudah tertutup dengan kelicikkannya.
Krsytal sudah meraih tangan Myungsoo
dan dengan wajah cemerlang berdiri di sebelah Myungsoo. Saat itu juga Myungsoo
tersenyum picik pada Krystal.
Dengan lantang namun santai Myungsoo
mulai bicara, “Kau terlihat sangat senang Jung Krystal. Kau pikir aku akan
dengan senang hati melakukan pernikanan bisnis ini?”
Krystal terbelalak mendengarnya.
Semua orang dalam gereja di buat
terkejut bukan main. Apalagi orang tua mereka berdua.
“Kalaupun aku harus melakukan
pernikahan seperti ini, apa aku akan melakukannya denganmu? Jangan terlalu
memanjakan otakmu dengan khayalan gila seperti ini.” Myungsoo melepas tangan
Krystal lalu melangkah keluar gereja dengan berkata, “Kalian para konglomerat,
berhentilah melakukan hal-hal konyol semacam ini.”
“Kim Myungsoo!” bentak Appanya.
Namun Myungsoo tetap berjalan keluar.
Di luar dia masih bisa melihat mobil
pesuruh Appanya. Mereka terlihat baru
akan pergi namun sepertinya mereka lengah hingga meninggalkan kunci mobil
tersebut di tempatnya. Myungsoo segera memasuki mobil itu menyalakan mesinnya.
Terasa kaku memang. Sudah lama ia tak menyetir mobil. Padahal dia selalu
menyetir 5 tahun lalu meskin masih di bawah umur.
“Tuan!” teriak pesuruh Appanya
melihat mobil mereka melesat pergi.
Myungsoo mempercepat laju mobilnya
sambil sesekali melihat ke spion kalau saja mereka mengejar. Dan memang seperti
itu kenyataannya. Appa dan pesuruhnya mengejar di belakangnya.
Kali ini Myungsoo menolehkan
kepalanya untuk melihat lebih jelas. Betapa terkejutnya ia melihat seseorang
tergeletak lemas di kursi belakang. “Jiyoung?”
Setelah cukup lama mengemudi dan
merasa aman, Myungsoo baru turun di tepi sebuah jalan besar yang menghubungkan
setiap provinsi.
Myungsoo segera menuju kursi
belakang untuk meraih Jiyoung. Tubuhnya begitu dingin dan lemas. Berkali-kali
Myungsoo memanggil namanya, “Jiyoung-ah. Ireona! Jebal ireona! Apa yang mereka
lakukan padamu?”
Myungsoo benar-benar marah orang
tuanya sama sekali tak menghargainya dengan melanggar persyaratan yang ia
ajukan. Buktinya Jiyoung tak baik-baik saja. Dia tak sedang hidup dengan baik
di flatnya yang sederhana.
Myungsoo bisa melihat lebam di
mana-mana di sekujur tubuh Jiyoung. Myungsoo memeluk tubuh lemas itu. “Jiyoung
jebal ireona….”
Seketika itu Jiyoung membuka matanya
lalu menangis melihat Myungsoo di hadapannya. “Oppa? Oppa kemana saja? Kenapa
oppa melanggar janji oppa sendiri?”
“Mianhae Jiyoung-ah… mianhae..”
Myungsoo juga berkaca-kaca. Dia tak bisa melihat Jiyoung seperti ini.
Tak lama kemudian, Appa dan
pesuruhnya berhasil mengejarnya. Mobil mereka berhenti di seberang jalan.
Bahkan Myungsoo juga bisa melihat Eommanya.
Dengan marah Myungsoo keluar dari
mobil dan berteriak. “Orang tua macam apa kalian yang menghancurkan hidup anak
kalian sendiri? Harus seperti inikah orang tua konglomerat memperlakukan
anaknya?”
“Myungsoo-ah, hentikan ini.
Pulanglah.. jangan tinggalkan Eomma lagi…” pinta Eomma Myungsoo. Tangisnya
sudah begitu deras. Sepertinya dia sudah menangis sedari tadi.
“ANDWE!! Aku takkan pulang lagi.
Anggap saja anak kalian ini sudah mati. Biarkan dia hidup di dunia lain!” teriak
Myungso sekali lagi.
“Apa aku pernah mengajarimu menjadi
sebodoh ini? Untuk apa kau korbankan hidupmu hanya untuk gadis gila seperti
itu?” bentak Appanya marah.
Myungsoo tertawa, “Aku bodoh?
Mungkin aku memang bodoh karena aku mau saja di lahirkan di keluarga macam
ini.”
“Apa kau bilang?” Appanya sudah
murka. “Bawa dia kemari!” Appanya menyuruh pesuruhnya.
Myungsoo segera dijepit oelh kedua
orang berbadan besar itu. Tenaga mereka sangat kuat membuat Myungsoo tak bisa
meronta. “Apa ada orang tua yang memperlakukan anaknya seperti ini?”
“Kami berbeda. Kami akan lakukan
apapun untuk menyelamatkan perusahaan kami!” jelas Appanya.
“Myungsoo hentikan ini nak…” pinta
Eommanya sekali lagi.
“AKU TIDAK AKAN KEMBALI LAGI!”
teriak Myungsoo.
“Oppa!” Panggil Jiyoung yang sudah
berada di luar mobil. Dia bersusah payah menghampiri Myungsoo dan bermaksud
membebaskannya. “Jangan ambil oppaku…” katanya lemah.
Myungsoo melihat Jiyoung
menyeberangi jalan menghampirinya disaat bersamaan sebuah mobil melaju dari
kanan menyamai waktu Jiyoung. Mobil yang melaju begitu kencang itu berusaha
mengerem, namun tiba-tiba Myungsoo tidak lagi melihat sosok Jiyoung di tengah
jalan.
“JIYOUNG!!!!!!” Jerit Myungsoo.
Hatinya mencelos, dia tak bisa mencerna kenyataan ini.
Jiyoung terpental jauh setelah
tertabrak mobil itu. Myungsoo meronta sekuat tenaga untuk menghampiri Jiyoung
namun Appanya menyuruh pesuruhnya membawa Myungsoo pergi.
“Bawa dia pulang!” kata Appanya.
“Jiyoung-ah!!! Andwe!!! Appa biarkan
aku kesana!!! Appa… jebal… biar aku menghampiri Jiyoung…” Myungsoo bahkan tak
bisa menangis. Ototnya melemas di sana-sini. Dia tak sanggup lagi meronta dari
dua orang itu. Dengan pandangan kabur tubuhnya di bawa masuk ke dalam mobil,
meninggalkan tempat itu. Entah apa yang terjadi pada Jiyoung. Mereka sama
sekali tak mempedulikannya. Mereka tak mempedulikan Myungsoo yang hancur lebur
melihat peristiwa ini.
***
2 YEARS LATER
Hidup dengan baik, tidak untuk Kim
Myungsoo. Dia sudah menghabiskan hari-harinya di rumah sakit ini sejak kejadian
itu. Tidak makan dan tidak berkata apa-apa. Dia terlalu shock hingga rela
menjalani hidupnya seperti ini. Dia hanya bertahan hidup dengan infuse yang
selalu terhubung di nadinya itu.
Siapapun yang datang tak pernah
berhasil membuatnya bicara. Orang tuanya merasa begitu bersalah. Meskipun
mereka berhasil mendapatkan anak mereka kembali, mereka sama sekali tak
mendapat jiwa anak mereka yang hilang entah kemana.
Kang Jiyoung, hanya nama itu yang
ada di otak Myungsoo. Dia bertahan hidup dengan mengingat nama itu dan wajah
pemiliknya. Berusaha mengingat semua perlakukan Jiyoung untuknya. Berusaha
menganggap Jiyoung masih ada di suatu tempat hidup dengan baik.
Seperti hari ini, Krystal yang
sering mengunjunginya masih saja tak berhasil membuatnya bicara. “Oppa, aku
datang membawakanmu pisang kesukaanmu.” Krystal datang dengan wajah yang tak
seceria dulu. Benar, harapannya sudah redup dan hampir sirna seutuhnya.
Myungsoo hanya memandang ke luar
jendela kamar rumah sakitnya. Sore ini terasa berbeda entah mengapa. Entah
karena Krystal tak begitu banyak bicara atau karena sore ini sudah mulai dingin
memasuki musim dingin… Myungsoo tak tahu. Dia hanya merasa berbeda.
Krystal duduk di kursi sebelah
ranjang Myungsoo. Mengamati Myungsoo yang membisu.
“Oppa.” Katanya lemah. “Sepertinya
aku akan berhenti sampai disini.”
Myungsoo tak merespon seperti biasa.
“Aku tak bisa lagi menggantungkan
hidupku padamu. Aku harus berpindah hati.”
Kali ini Myungsoo menoleh menatap
Krystal, untuk pertama kalinya di dua tahun ini.
Krystal juga menatap Myungsoo, namun
sekarang kembali menatap kosong ke luar jendela.
“Mungkin ini memang kesalahanku yang
menyebabkanmu seperti ini. Mianhae. Aku tak bisa bertanggung jawab.” Jelas
Krystal lalu berdiri dan pergi meninggalkan Myungsoo yang seakan tak mendengar
apa-apa.
Krystal merasa lega, setidaknya
Myungsoo masih mau menatapnya di kali terkahir ini.
Myungsoo masih menatap kosong ke
luar jendela. Dia selalu menikmati pemandangan tentram itu. Entah mengapa sore
ini dia tertarik untuk keluar dari kamarnya menuju halaman samping rumah sakit
dan duduk di salah satu kursi kayunya yang membuat hati tenang.
Myungsoo merasakan dinginnya angin
semilir yang menyentuh kulitnya. Myungsoo mengamatik setiap daun yang bergerak
santai tertiup angin itu. Sore ini benar-benar dingin.
Myungsoo sekarang bisa melihat
seorang gadis berjalan santai menghampirinya dengan senyumnya yang manis dan
menentramkan. Myungsoo memicingkan matanya berusaha memperjelas penglihatannya.
Sekarang semua sudah jelas saat gadis itu duduk di samping Myungsoo sambil
berkata, “Oppa.”
Setelah sekian lama, Myungsoo
akhirnya berkeinginan mengeluarkan suaranya, “Ji..Jiyoung?”
Jiyoung tersenyum begitu manis
melihat reaksi Myungsoo. Jiyoung terlihat sangat segar dan cantik. Dia tak seperti
Jiyoung yang Myungsoo kenal selama ini. Dia sangat berbeda, walau dia masih
memiliki senyum kekanankan itu. Penampilannya pun berbeda. Dia tak seperti
gadis berumur 10 tahun lagi. Dia sudah tumbuh dewasa sekarang.
Myungsoo tersenyum melihatnya. Myungsoo
memperhatikan setiap inci tubuh Jiyoung. Dia berpikir ini mimpi yang begitu
indah. Ya, ini seperti mimpi yang selama ini dia dambakan.
“Apa oppa pikir oppa bermimpi?”
tanya Jiyoung.
“Tentu saja aku bermimpi.” Jawab
Myungsoo tanpa sedikitpun mengalihkan perhatiannya dari Jiyoung.
Jiyoung menggeleng lembut, “Ani, kau
tak bermimpi.” Jiyoung menggenggam kedua tangan Myungsoo. “Mian aku baru bisa
datang sekarang.”
“A..apa maksudmu?”
Jiyoung mulai menceritakan yang
sebenarnya terjadi, “Dua tahun lalu, setelah kecelakaan itu. Orang yang
menabrakku keluar dari mobilnya dan membawaku ke rumah sakit. Mereka bilang aku
sangat kritis saat itu. Kepalaku terbentur sangat keras.”
Myungsoo memperhatikan dengan sangat
seksama. Seakan takut melewatkan satu kata saja.
“Aku koma selama 5 hari. Mereka
sangat terkejut setelah aku tersadar. Mereka bilang itu mukjizat. Oppa tahu apa
yang terpenting?”
Myungsoo menggeleng.
Jiyoung tersenyum lalu melanjutkan,
“Meski aku sendiri tak tahu. Mereka bilang aku malah sembuh seutuhnya. Benturan
di kepalaku itu membuatku normal kembali dari trauma beratku. Aku bukan gadis
10 tahunan lagi, meski mereka bilang ini sangat tidak mungkin, tapi ini
kenyataannya.”
“Ka..kau sembuh?” tanya Myungsoo tak
percaya. “Kau kembali ke gadis normal lagi?”
Jiyoung tersenyum sambil mengangguk,
“Oppa, aku hidup dengan baik selama ini. Apa oppa percaya sekarang aku punya
pekerjaan?”
“Kau bahkan punya pekerjaan?”
“Ne, aku punya sebuah tokok bunga.”
Jawab Jiyoung bangga. “Aku sudah sangat menantikan saat ini Oppa. Apa oppa tahu
apa yang aku lakukan selama ini untuk bertemu dengamu?”
“Mworago?”
“Aku menulis. Seperti biasa aku
menulis. Dan kali ini aku berhasil menulis dengan baik.” Jiyoung mengeluarkan
sebuah kertas dengan tulisannya. “Inilah isi hatiku yang sedari dulu ingin aku
ketahui dan aku ungkapkan, tapi dulu aku benar-benar kesulitan.
Myungsoo membacanya
This Crush
It’s been so long
Me, liking you and you never know
Keep thinking if I should say or not
Me, liking you and you never know
Keep thinking if I should say or not
Do you know my mind?
Are you pretending like you don’t know?
Pretending like you can’t overcome it
Can’t you just accept my heart?
Are you pretending like you don’t know?
Pretending like you can’t overcome it
Can’t you just accept my heart?
My love, my love
Please open up your mind
I’ve been tired of waiting
So exhausted but so that I won’t fall
Please hold my hand
Please open up your mind
I’ve been tired of waiting
So exhausted but so that I won’t fall
Please hold my hand
I still think of you all day
How to do so I can tell you about my mind
You’re my only one
How to do so I can tell you about my mind
You’re my only one
My love, my love
Please open up your mind
I’ve been tired of waiting
So exhausted but so that I won’t fall
Please hold my hand
Please open up your mind
I’ve been tired of waiting
So exhausted but so that I won’t fall
Please hold my hand
Because I love you so much,
Because I like you so much,
Please don’t turn away
Please accept my heart
I’ll make you happy forever
I want to be with you
Can’t you just come to me
Because I like you so much,
Please don’t turn away
Please accept my heart
I’ll make you happy forever
I want to be with you
Can’t you just come to me
Myungsoo tersenyum senang setelah membacanya.
“Saranghae oppa.” Kata Jiyoung. Seketika itu Myungsoo memeluk
Jiyoung sangat erat seakan tak ingin kehilangannya lagi.
“Na ddo saranghae Jiyoung-ah. Jeongmal saranghae.” Ucap Myungsoo.
Setelah mereka melepaskan diri Myungsoo bertanya, “Jiyoung-ah, beloh
aku melakukan sesuatu padamu? Selama ini aku tak berani melakukannya.”
“Mworago?” tanya Jiyoung heran.
Tiba-tiba Myungsoo mencium Jiyoung, membuat Jiyoung terbelalak namun
menerimanya.
Setelah saling memisahkan diri, mereka di selimuti suasana yang
begitu canggung. Myungsoo bisa melihat pipi Jiyoung yang memerah. Menambah
manis penampilannya.
“O..oppa. tulisan itu, sebenarnya… itu perasaanku yang dulu.” Kata
Jiyoung dia mengulurkan sebuah kertas lagi, “Sekarang seperti inilah hatiku…”
Myungsoo membacanya dan tersenyum sekali lagi, “Kenapa kau tak
membuat novel saja?”
Mereka berdua tertawa. Myungsoo memeluk erat Jiyoung sekali lagi.
Berjanji tak akan meninggalkannya lagi.
Love you, love you to death
Even if I’m born again
I’ll wait for you, my the one and only love
Even if I’m born again
I’ll wait for you, my the one and only love
I can’t live without you
Even it’s hurting painfully, It’s alright
Even my breath and heartbeat stopped
If you’re here, by my side
I love you, I’m here
Cant you see me? Cant you hear me?
My love for you wouldn’t stop
Even the world’s end, my love wouldn’t change
Perhaps you don’t know
I’m just looking at you
My the one and only silly love
I can’t live without you
Even it’s hurting painfully, It’s alright
My love for you wouldn’t stop
Even the world’s end, my love wouldn’t change
Even it’s hurting painfully, It’s alright
Even my breath and heartbeat stopped
If you’re here, by my side
I love you, I’m here
Cant you see me? Cant you hear me?
My love for you wouldn’t stop
Even the world’s end, my love wouldn’t change
Perhaps you don’t know
I’m just looking at you
My the one and only silly love
I can’t live without you
Even it’s hurting painfully, It’s alright
My love for you wouldn’t stop
Even the world’s end, my love wouldn’t change
(KJY for KMS)
THE
END
[credit: lyric
of Sandeul(B1A4) “This Crush” & K.Will “Real Love Song”]
keren suka banget :3
BalasHapus