Halaman

Kamis, 19 Juli 2012

[FANFIC] High School Love (last part)

Cast:
Kang Jiyoung
Lee Jieun (IU)
Bae Suzy
Choi Sulli
Jung Eunji
Park Jiyeon
Son Naeun
Luna
Jung Krystal
Ryu Hwayoung
Ryu Hyoyoung
Soyou
Kim Jongin (Kai)
Kim Myungsoo
Lee Taemin
Oh Sehun
Baro
Sandeul
Do Kyungsoo (D.O)
Gong Chansik (Gongchan)
Park Chanyeol
Hyunseong
Yoo Seungho
Byun Baekhyun
Lee Hyunwoo


Author POV
            Jo Hyun Jae seongsaenim memasuki kelas 3 2 itu. “Anyeong haseyo!” Salamnya setelah sampai di bangku guru.
            “Anyeong haseyo!” balas para siswa.
            “Sepertinya kalian terlihat lesu, waegeurae?” tanya Jo seongsaenim setelah menyadari hal itu.
            “Kami terlalu lelah Songsaenim.” Jawab Baro.
            “Lelah?”
            “Ne, terlalu banyak tugas dan kegiatan persiapan ujian.” Jawab Sandeul yang kali ini tidak tidur.
            “Ah… kalian jalani saja itu semua itu. Semangat saja.” Kata Jo seongsaenim sambil tersenyum ramah seperti biasanya. “Soyou masih absen?”
            Seungho menjawab, “Soyou sakit seongsaenim.”
            Jo seongsaenim tersenyum melihat Seungho. Begitu juga dengan siswa lain. Mereka seakan tidak percaya dengan itu. Sejak kapan Seungho tahu tentang Soyou?
            “Bagaimana dengan Jieun dan Baekhyun?” tanya Jo seongsaenim.
            Dengan ragu Suzy menjawab, “Byun Baekhyun juga sakit seongsaenim.”
            “Seungho saja sudah mengejutkan, bagaimana denganmu yang sama sekali tak tertarik dengan urusan manusiawi itu?” tanya Baro.
            “Suzy-ah, sejak kapan kau mengerti tentang Baekhyun seperti itu?” tanya Sandeul. Siswa yang lain malah tertawa.
            “Sudahlah kalian… itu berarti kerja kelompok yang aku bentuk membuahkan hasil. Kalian jadi lebih dekat satu sama lain kan?”
            “Ne seongsaenim.” Jawab beberapa siswa.
            “Berarti tinggal Jieun yang absen tanpa keterangan.”
            Hyunwoo menoleh ke bangku Jieun yang kosong. Dia benar-benar tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Jieun.
            “Baiklah, kalian selesaikan tugas penelitian kalian. Waktunya tinggal dua minggu lagi. Sekarang akan ku lanjutkan pelajarannya.” Jelas Jo seongsaenim.
            Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kelas dan masuk, mereka mengenalnya sebagai pegawai sekolah, “Jo seongsaenim, kepala sekolah ingin bertemu denganmu. Sekolah baru saja mendapat kabar dari siswa anda, Lee Jieun.”
           Seisi kelas cukup terkejut, jika sudah sampai kepala sekolah, berarti itu masalah serius. Entah apa yang terjadi, mereka benar-benar khawatir.
            “Baiklah. Anak-anak, tunggu sebentar. Aku akan segera kembali.” Jo seongsaenim lalu keluar mengikuti pegawai sekolah itu tadi. Siswa lain menjadi gugup menanti kabar dibuatnya.
            “Apa yang terjadi dengan gadis aneh itu?” celetuk Baro.
            “Bisakah kau berhenti memanggilnya gadis aneh?” tanya Luna.
            “Siapa yang terakhir bersamanya kemarin?” tanya Sandeul.
            “Kemarin dia bersama kami untuk meneliti. Sepertinya dia baik-baik saja.” Jawab Jiyoung.
            Kelas mulai gaduh dengan perbincangan mereka sendiri. Ada yang membicarakan Jieun, sisanya membicarakan atau memikirkan dirinya sendiri.
            Selang beberapa menit, Jo seongsaenim kembali. Seisi kelas kembali tenang. Mereka penasaran dengan apa yang akan mereka dengar.
            Ekspresi Jo seongsaenim tak enak dilihat, berarti ada sesuatu yang benar-benar seirus, “Lee Jieun baru saja melakukan percobaan bunuh diri.” Kata Jo seongsaenim akhirnya.
            Seisi kelas terguncang. Mereka benar-benar terkejut.
            “Lalu apa yang terjadi dengannya sekarang seongsaenim?” tanya Luna tak sabar.
            “Tetangganya berhasil mencegahnya dan membawanya ke rumah sakit.” Jawab Jo seongsaenim.
            “Tapi… kenapa dia melakukannya?” kali ini Jiyoung yang angkat bicara.
            “Sekolah juga baru mendapat kabar bahwa pihak kepolisian, dua hari yang lalu menemukan jasad Eomma Jieun di daerah Jonlado.”
            Mereka semua makin terkejut dengan berita ini. mereka sama sekali tak menyangkan hal seperti ini akan menimpa Jieun. Terutama Hyunwoo, ia menyesal karena tidak mengetahui hal ini lebih awal.
            “Aku tidak cukup mengenalnya.” Gumam Hyunwoo.
            “Seongsaenim, kita harus mengunjunginya di rumah sakit.” Seletuk Gongchan.
            “Geurae seongsaenim. Kita harus pergi.” Kata si kembar bersamaan.
            Banyak suara menyetujuinya.
            “Baiklah, kita harus datang hari ini juga.” Jawab Jo seongsaenim akhirnya.

Suzy POV
            Aku sedang berada di dalam bus. Kami sedang menuju ke rumah sakit tempat Jieun di rawat.
            Aku yang sedari tadi duduk, sekarang berdiri. Aku menghampiri Hyunwoo yang juga berdiri. Dia terlihat aneh. Aku tebak dia mengetahui sesuatu yang lain dari Jieun.
            “Hyunwoo, malhaebwa.” Kataku padanya, dia terkejut. “Kau mengetahui sesuatu tentang Jieun.”
            “A.. apa maksudmu?” tanyanya.
            “Sudah cepat katakana saja!” perintahku.
            “Em… baiklah.. malam itu… aku melihat Jieun menangis hebat.” Jawabnya, akhirnya dia menyerah.
            “Wae?”
            “Itu setelah dia melihat Myungsoo mencium Jiyoung.” Jawabnya. Sudah kutebak.
            “Apa saat itu dia menerima telepon atau sejenisnya?”
            “Geurae, aku bahkan melihatnya menjatuhkan ponselnya. Entah dia menangis karena Eommanya atau Myungsoo.”
            “Dua-duanya. Dia menangis karena dua-duanya. Selama ini dia selalu seperti itu, merasa paling menyedihkan dan menyesali hidupnya sendiri. Dan aku rasa malam itu adalah puncak kesedihannya.” Jelasku pada Hyunwoo lalu kembali duduk di tempatku tadi. Hyunwoo tampak berpikir dan sedkit menyesal setelah mendengar kata-kataku.
            Tak kusangka Jieun bisa berpikiran untuk bunuh diri.
            “Apa? Dengan cara apa dia bunuh diri?” tanyaku pada anak-anak yang sedang berbincang heboh itu.
            “Jo Seongsaenim bilang dia menyayat nadinya. Tapi tetangganya bilang juga menemukan tali tergantung di dalam kamarnya.” Jelas Luna.
            “Ya, sejak kapan kau peduli pada Jieun?” tanya Baro.
            “Kalian hanya tak tahu. Mungkin hanya aku yang paling memahaminya.” Jawabku lalu membuang muka.
            Aku sibuk berpikir. Apa mungkin Jieun sudah mencoba beberapa kali untuk bunuh diri, tapi selalu gagal hingga dia menyayat nadinya?

Jiyoung POV
            Kami sampai di tempat Jieun. Dia terbangun saat kami datang. Aku benar-benar iba melihatnya. Dia terlihat sangat lemah. Wajahnya terlihat lebih kurus. Dokter bilang dia tidak memakan apa-apa dua hari ini. kenapa dia harus semenyedihkan ini? kenapa dia begini?
            “Jieun-ah gwenchana?” tanya Luna yang paling dulu menghampiri Jieun.
            Jieun terlihat tak kuasa menjawabnya, entah karena terlalu lemah atau dia tak sanggup melakukannya.
            “Kami sudah tahu masalah yang menimpamu Jieun-ah. Kau harus kuat.” Kata Taemin.
            “Geurae, kau harus kuat.” Ulang si kembar.
            “Kami akan selalu mendukungmu.” Kata Gongchan.
            “Kau bisa membagi bebanmu bersama kami.” Kataku sambil menggenggam tangannya. Dia mulai berkaca-kaca.
            “Itu benar Jieun-ah, jangan khawatir.” Tambah Jiyeon.
            Kami semua terus memberinya kata-kata semangat. Tapi hanya Myungsoo yang diam. Apa dia gila? Kenapa dia harus tetap sedingin itu di saat seperti ini? akhirnya aku mundur dan menghampiri Myungsoo.
            “Michyeoso? Ini bukan waktunya berwajah dingin seperti itu. Tidakkah kau simpati padanya? Hei dia teman sekelas kita. Katakan sesuatu padanya!” bisikku pada Myungsoo.
            Dia menatapku sekilas lalu menurutiku, dia maju dan mendekat pada Jieun, dia mulai bicara, “Jangan pernah berpikiran kau tak penting lagi.” Mwo? Kenapa harus berkata seperti itu? Dasar Myungsoo!

Suzy POV
            “Jangan pernah berpikiran kau tak penting lagi.” Kata Myungsoo. Sudah ku tebak, dia mengerti sesuatu tentang Jieun selama ini. Dia bukan tipe orang yang benar-benar dingin seperti ia perlihatkan selama ini, hampir seperti Baekhyun. Atau jangan-jangan dia malah mengerti jika Jieun menyukainya selama ini. Tapi karena tak bisa membalas perasaan Jieun, dia memilih berpura-pura tak tahu. Geurae, bukankah selama ini dia selalu berusaha membantu Jieun di setiap pelajaran? Meski Jieun sama sekali tak menyadarinya. Mereka benar-benar rumit.
            “Dengar Jieun-ah, kau lihatteman-temanmu begitu menyayangimu? Kau harus semangat menghadapi hidupmu yang sekarang. Mulailah hidup yang baru, kami takkan segan membantumu. Kau harus semangat untuk mengikuti kelulusan! Arachi?” jelas Jo seongsaenim.
            Jieun menangis sekarang. Air matanya mengalir deras. Aku bisa mengerti perasaannya yang rumit itu. Dia memikirkan Eommanya, Myungsoo dan teman-teman yang ternyata memperhatikannya itu.
            “Kamsa hamnida, kalian sudah menyemangati noona.” Seorang lelaki muda tiba-tiba muncul.

Jiyeon POV
            “Kamsa hamnida, kalian sudah menyemangati noona.” Aku mendengar seseorang bicara, dia muncul begitu saja dari belakang kami. Mwo? Apa Jieun punya adik?
            “Kau siapa?” tanya Sandeul.
            “Aku adikknya. Noona pasti tak pernah menceritakan aku. Dia memang tertutup.” Kata lelaki itu sepertinya dia hanya beda dua tahun dari kami. “Perkenalkan, Lee Sungmin imnida.”
            Ah, namanya Sungmin. Memang tak ada yang bisa mengenal Jieun dengan baik. Kami semua tak mengetahuinya sama sekali. Pantas saja Jieun sangat terpukul dengan kepergian Eommanya. Dengan begini dia yatim piatu, dan dia harus menghidupi adiknya juga. Dia benar-benar mengibakan.
***

Eunji POV
            Aku menghampiri Kyungsoo yang sedang makan di kantin sekolah. Karena dia sendirian, sepertinya ini saat yang tepat untukku bicara padanya. “Anyeong Kyungsoo-ah.” Kataku lalu duduk di hadapannya.
            Dia terkejut, itu sudah pasti. Aku hanya tersenyum. Aku berusaha memasangw ajah sesantai mungkin. Meski aku sudah tahu masalahnya dengan Hyunseong. Dan meski aku menyukainya, aku takkan bisa menerimanya hingga dia bicara sendiri padaku. Mungkin sikap pengecutnya itu sedikit mengecewakan, tapi aku tetap menyukainya. Aku hanya akan bersikap seakan aku tak menyukainya, namun aku tahu dia menyukaiku. Akan ku buat dia belajar dewasa.
            “Kau terlihat begitu gugup bicara denganku?” tanyaku sambil tersenyum. “Kau selesaikan saja makanmu.”
            “Ani, aku tidak lapar lagi.” Jawabnya lalu menjauhkan makanannya. Aku sudah jamin dia tidak akan bisa makan dengan tenang jika ada aku.
            “Kau yakin kau akan tetap bersikap seperti ini?” tanyaku, aku masih memasang senyumku agar terlihat santi, “Padaku?”
            “Mworago?”
            “Jung Eunji, gadis yang dapat menggetarkan hatiku.” Aku katakana hal yang ia tuliskan di buku catatanku.
            Ekspresinya berubah 180 derajat, dia terkejut sekaligus gugup. Aku rasa dia juga malu.
            “Aku sudah membacanya. Berkali-kali.” Kataku, semakin membuatnya gugup.
            Dia tertunduk, tiba-tiba badannya tak bergetar lagi. Apa dia sudah berubah? Secepat itu?
            “Jadi kau sudah mengetahuinya?” tanyanya. Sikapnya lebih tenang.
            Aku mengangguk, “Geurae, jelas sekali terpaku dalam otakku.”
            “Sepertinya aku tak bisa bersembunyi lagi darimu.” Katanya. Apa ini? dia sudah sekuat itu? Ani, aku tak boleh lemah.
            “Dan ya, aku akan menganggap tak terjadi apa-apa selama aku tidak mengatakannya langsung.” Kataku lalu beranjak pergi.
            “Eunji-ah!” panggilnya. Lalu aku berbalik. “Saranghae.” Katanya. Itulah kata-kata yang aku tunggu selama ini.
            “Ara.” Jawabku santai lalu pergi dan membuatnya bingung setengah mati.


Soyou POV
            Hari ini aku sudah masuk ke sekolah. Sebenarnya aku masih shock, tapi aku hanya tak ingin ketinggalan pelajaran yang harusnya aku dapatkan. Dan aku memutuskan hanya akan duduk di bangkuku sepanjang hari.
            “Kau yakin kau sudah siap menjalani hidupmu yang baru?” Seungho menghampiriku.
            Entah kenapa sekarang aku menjadi sangat canggung dengannya. Tentu saja hanya dia yang mengerti kehidupanku yang sebenarnya. Tapi untuk menganggapnya teman atau satu-satunya sahabat dekatku, aku tak sanggup, rasanya dia terlalu baik untukku.
            Aku mengangguk ragu.
            Dia tersenyum, “Jangan khawatir, memulai sesuatu yang baru tak sesulit yang kau bayangkan. Kau tenang saja, selama kau punya orang-orang di sekitarmu yang mau mendukungmu apapun yang kau lakukan untuk berubah.” Jelasnya membuatku tenang. Baru kali ini aku bisa sebegitu takluknya di hadapan lelaki.
            “Go..Gomawo.” kataku akhirnya. Aku memang ingin mengatakannya, tapi aku merasa tak pantas saja.
            Dia tersenyum lagi, begitu manis, “Kau tak usah memikirkan itu. Teman lain juga akan melakukan itu untuk temannya. Bukan begitu?”
            Aku tersenyum, walau dipaksakan. Mungkin dia bisa merasakannya, tapi aku tak peduli.
            “Soyou-ah, jangan pernah kembali ke tempat itu lagi. Ara?”
            Aku mengangguk, menurutinya begitu saja. Rasanya aku akan melakukan apa saja yang dikatakannya. Bahkan mungkin jika aku di suruh melompat ke dalam jurang juga aku mau. Entah begaimana bisa aku seperti ini karenanya.
            “Karena kau sudah sembuh, kau harus pergi jalan-jalan denganku!” kata Eunji saat memasuki kelas. dia terlihat begitu senang.
            Aku juga mengangguk padanya.
            “Wah kau jadi manis begini? Siapa yang merubahmu?” tanyanya sambil tertawa.
            Aku dan Seungho saling memandang dan menahan tawa.

Jongin POV
            “Jongin-ah, apa kau tahu kenapa Krystal jadi semurung itu?” tanya Luna sesaat setelah Krystal keluar dari kelas.
            Itu jelas karena aku. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa karena aku memang tak punya perasaan padanya.  Akupun menggeleng pada Luna.
            “Dia aneh sekali tak seperti biasanya sejak lima hari yang lalu itu. Apa ada sesuatu tentang perjodohannya ya? Apa dia tidak suka dengan lelaki yang dijodohkan dengannya?” gumam Luna.
           Ani, tidak seperti itu. Itu semua salahku. Aku menolak perjodohan itu. Padahal aku tahu Krystal menyukaiku. Aku malah lebih memilih Jiyoung yang menyukai Myungsoo itu. Aku hanya tak ingin Krystal tak bahagia jika nanti bersamaku karena aku tak bisa sepenuhnya memberikan hatiku padanya. Akan sangat egois sekali aku jika menerima perjodohan itu.
            Tapi bukankah aku juga sangat bodoh menyukai Jiyoung seperti ini? bukankah sudah jelas aku tak mungkin bisa bersamanya? Aku bodoh. Benar-benar bodoh. Sekarang otakku dipenuhi dua gadis itu.

Suzy POV
            Baekhyun masih tinggal dirumahku. Tapi harus segera pergi karena Appa dan Eomma akan pulang besok. Jadi setidaknya hari ini dia harus pergi. Dia tidur di kamar tamu. Jelas tak mungkin tidru di kamarku. Jadi sebut saja kami serumah tiga hari ini.
            Keceriaannya kembali, itu membuatnya menyebalkan, karena kali ini dia menyukaiku, jadi sikapnya tak seperti biasanya. Dau pagi ini dia memasak untukku sarapan. Entah aku harus bilang apa. Tapi dia harus cepat pergi, aku tak kuat hidup seperti itu. Hei, dia itu menumpang sudah bagus aku tak memungut biaya apapun.
Tapi ternyata dia juga bukan tipe orang yang suka merepotkan orang lain. Dia sangat merasa berhutang budi padaku. Berkali-kali dia memaksa untuk membayar sewa, tapi terus aku tolak. Dan dia terlihat begitu merasa rendah di hadapanku. Yang membuatnya bertahan adalah perasaannya padaku. Aku benar- benar takut jika saat dia mengutarakan perasaannya padaku. Aku tak bisa menerima hal seperti itu. Karena hal seperti itu tak ada di kamusku.
“Jangan khawatir, aku akan pergi hari ini. aku sudah berkeliling dan mendapatkan sebuah tempat sewa meski kecil.” Katanya saat menghampiriku di perpustakaan.
Ya, dia tak tahu saja aku yang membuatnya mendapatkan tempat itu. Aku menyuruh pesuruh Appa mencarikannya. Dan sebentar lagi dia juga akan segera mendapat pekerjaan sambilan. Entah kenapa aku membantunya sejauh ini? aku tidak terlihat bodoh kan?
“Mwo? Sehun bersama Hwayoung sekarang?” teriak Sandeul. Agak jauh di seberang ruangan. Mereka sudah jadian rupanya. Sepertinya Sehun menurutiku. Lalu apanya yang aneh. Kenapa mereka harus seheboh itu?
“Bukankah dia dekat dengan Hyoyoung? Kenapa jadi Hwayoung?” tanya Gongchan.
“Molla. Hyoyoung yang memberitahuku.” Jawab Jiyeon.
“Apa jangan-jangan dia ingin dapat keduanya?” tanya. Baro.
“Ani, tak mungkin begitu.” Jawab Naeun.
“Apa kau begitu mengenal Sehun?” tanya Gongchan.
“Apa kau tak bisa melihatnya? Dia bukan orang seperti itu.” Jawab Naeun.
“Sudah..sudah. nanti bisa-bisa kalian bertengkar lagi.” Kata Taemin, sedangkan yang lain menertawakan Gongchan dan Naeun.
“Ya! Ini perpustakaan. Kenapa kalian seribut itu? Dari kelas mana kalian? Biar aku catat nama kalian.” Penjaga perpustakaan menghampiri mereka membuat mereka terdiam dan sedikit takut dengan ekspresinya yang mengerikan.
“Mianhae….” Jawab mereka bersama.
“Kalau aku dengar suara keras sekali lagi, kalian tidak akan pulang dengan selamat.” Kata penjada perpustakaan lalu pergi. Sedangkan anak-anak tadi malah menahan tawa.
“Sudah ku bilang jangan rebut disini. Kalian malah membicarakan Si kembar dan Sehun.” Kata Taemin.
“Tapi aku rasa akhir-akhir ini semakin banyak teman kelas kita terlibat hubungan percintaan.” Celetuk Baro. “Benarkan?”
“Geurae, seperti yang itu. Kalian pikir mereka itu bagaimana?” Sandeul menunjukku dan Baekhyun.
Baekhyun tersenyum, “Wae?”
            “Kalian berdua jadian kan?” tanya Baro.
            “Kalau iya apa ada masalah?” Baekhyun bertanya sambil melingkarkan lengannya di pundakku.
            Segera aku menghindari Baekhyun dan bicara, “Jangan bermimpi!”
            “Sudahlah akui saja Suzy-ah. Itu sesuatu yang patut kita hargai, karena ini, predikat tidak manusiawi Suzy akan terpecahkan.” Kata Sandeul dengan senangnya merasa mendapat bahan olok-olok.
            “Kenapa kalian memikirkan aku? Kenapa kalian tidak tanya saja pada Jiyeon tentang hubungannya dengan Chanyeol sekarang? Sepertinya mereka sudah berciuman.” Kataku santai. Aku sengaja mengalihkan perhatian.
            Wajah Jiyeon melebur merah.
            “Jincha Jiyeon-ah?” tanya Taemin.
            “Kenapa jadi bicarakan aku?” tanya Jiyeon malu.
            “Benar sudah berciuman?” tanya Baro.
            “Wae? Kalian tak suka?” tiba-tiba Chanyeol menghampiri mereka lalu merangkul Jiyeon begitu saja.
            Jiyeon sekarang sudah seperti tomat.
            “Wah.. ternyata perjuanganmu selama ini sampai juga.” Kata Taemin sambil menepuk pundak Chanyeol. Jiyeon hanya tersenyum. Dia benar-benar kikuk.
            “Kalau begitu traktir kami!!!” teriak Bari dan Sandeul.
            “Ssstt.” Gongchan mengingatkan mereka. Membuat mereka menahan tawa sekali lagi. Tak bisa membayangkan wajah penjaga perpustakaan marah sekali lagi pada mereka. Pasti sangat konyol.
            “Darimana kau tahu?” tanya Baekhyun kagum, sepertinya dia mulai memahamiku. Memahami kemampuanku memahami orang lain. Atau mungkin dia tahu bahwa aku tahu dia menyukaiku. Tapi aku tak peduli. Itu urusannya, bukankah dia yang menyukaiku?
            “Sudah terlihat jelas.” Jawabku.
            “Aku selalu penasaran bagaimana rasanya melihat dari sudut pandangmu itu.” Dia berdiri lalu mengacak-acak rambutku dan pergi, “Aku ke kelas dulu.”

Myungsoo POV
            “Kalau begitu traktir kami!” aku bisa mendengar teriakan Sandeul dan Baro di depan sana. Mereka sepertinya sangat senang.
Jiyoung menyentuh pipiku berkali-kali dengan telunjuknya. Memang aku diamkan dia seperti itu sedari tadi. Mungkin sudah 10 menit dia duduk diam di sini menungguku meresponnya. “Myungsoo-ah aku sudah lama menunggumu disini. Kau suruh aku kesini untuk apa?” kami sedang berada di tempat favoritku di perpustakaan
Aku sudah menemukan jawabannya. Tadinya aku ingin bertanya padanya tentang perasaannya padaku. Tapi sekarang aku sudah tahu, dengannya diam di sini dari tadi sudah menunjukkan perasaannya padaku. Jika dia tak menyukai dia sudah pergi dari tadi.
“Bukalah matamu! Kau tidak tidur kan? Kau hanya mendengarkan musik?” Sekarang Jiyoung menarik earphone di telingaku. “Kau mau biarkan aku seperti ini sampai kapan?”
Akhirnya aku membuka mataku dan tersenyum melihat wajahnya yang mulai bosan.
“Mwo? Ada perlu apa kau memanggilku kesini?” tanyanya.
“Sudah. Aku sudah selesai.” Jawabku.
“Mwo? Hanya seperti itu? Kau ingin aku menemanimu seperti ini?” tanyanya. “Kenapa tak bawa saja aku pulang?”
“Kau yakin?” tanyaku menggodanya.
Dia langsung menggeleng. “Ani. Ani.”
“Aku hanya ingin tahu perasaanmu padaku.”
“Lalu?”
“Dan aku sudah mengetahuinya. Kau menyukai kan?”
“Kau sudah menciumku begitu saja. Membuatku gila begitu saja. Bagaimana aku bisa menghindar? Bagaimana aku bisa menolak?” katanya akhirnya.
Aku tersenyum senang, caranya mengutarakan perasaannya juga sangat berbeda. Aku benar-benar mencintai gadis ini. sekarang aku sudah memeluknya sambil berkata, “Gomawo.”
Jiyoung tersenyum begitu manis.
***


……2 YEARS LATER……


REUNI KELAS 3 2

Author POV
            “Naeun-ah! Anyeong!!” Eunji menghampiri Naeun dan langsung memeluknya.
            “Bagaimana kabarmu Eunji-ah?” tanya Naeun.
            “Aku sangat baik. Kau?”
            “Bisa kau lihat. Aku baik-baik saja kan?” jawab Naeun.
            “Eunji kau melupakanku?” tanya Gongchan yang muncul dari belakang Naeun.
            “Tentu saja tidak.” Eunji juga memeluknya. “Ah, jangan marah Naeun-ah.”
            Naeun tersenyum, “Tenang saja, Gongchan yang pencemburu.”
            “Apa kalian masih sering bertengkar?” Tanya Taemin yang menghampiri mereka.
            “Itu makanan sehari-hari.” Jawab Gongchan sambil merangkul Naeun. “Dengan begitu kami semakin kuat.”
            “Para hadirin di persilahkan menikmati hidangan yang sudah di persiapkan.” Baro bicara di mike di atas panggung.
            “Apa benar Baro dan Sandeul yang menjadi penggalang acara ini?” tanya Eunji.
            “Geurae, mereka mempersiapkan ini sudah sangat lama.” jawab Taemin.
            Semua yang datang sudah berkumpul di meja makan, setelah itu mereka berkumpul membentuk lingkaran besar dengan kursi dan sofa yang mereka tata sendiri.
            “Benarkah kalian yang menggelar acara ini?” tanya Soyou pada Baro dan Sandeul.
            “Tentu saja kami. Kau kira siapa lagi?” tanya Sandeul.
            “Aku kira kalian tak suka mengurusi hal macam ini.” jawab Soyou.
            “Jadi, kau dengan Seungho? Itu benar?” tanya Baro.
            “Kenapa jadi bicarakan aku?”
            “Tapi benar kan?” tanya Sandeul lagi.
            “Ini aku sudah buat daftarnya. Ternyata banyak juga yang jadian satu ini.” kata Baro lalu memberikannya pada Sandeul.
            “Jamkanmanyo.” Sandeul sedikit terkejut membacanya lalu mengambil mike.
            “Ya! Kenapa harus pakai mike?” tanya Jiyeon.
            “Diamlah kau!” kata Sandeul lalu mulai membaca catatan Baro, “Naeun dan Gongchan, Soyou dengan Seungho, Jiyeon dengan Chanyeol, Sehun dengan Hwayoung, Kyungsoo dengan Eunji dan Jiyoung dengan Myungsoo? Dan ini masih bertahan sampai sekarang? Kalian yakin?”
            Semuanya tertawa.
            “Kau melewatkan satu lagi.” Kata Krystal. “Aku dan Jongin. Kami sudah bertunangan.”
            “Jinchayo?” tanya yang lain.
            “Aku dengar kalian tidak jadi di jodohkan?” tanya Taemin.
            “Kalau soal itu kalian harus tanya Jongin.” Kata Krystal sambil tersenyum melirik Jongin di sebelahnya.
           “Aku yang meminta orang tua kami untuk menjodohkan kami lagi.” Jawab Jongin membuat yang lain tertawa.
            “Ah, kau itu memang dasar! Makanya kalau buat keputusan itu dipikir-pikir dulu. Kau kira Krystal itu tidak cantik?” celetuk Sandeul. Terdengar tawa lagi dari yang lain.
            “Ah kalian ini jadian hanya dengan orang-orang 3 2 saja. Kalian payah!” celetuk Baro.
            “Ani, aku sekarang dengan Noori dari kelas 3 1.” Kata Hyoyoung tak terima.
            “Mwo? Kau dengan orang itu?” teriak Baro dan Sandeul.
            “Jamkanmanyo, bagaimana dengan nasib Baekhyun dan Suzy?” tanya Taemin.
            “Sampai sekarang dia sangat sulit didapatkan. Aku masih mengusahakannya. Bahkan aku kuliah di universitasnya.” Jawab Baekhyun.
            “Geuraeyo?” tanya yang lain.
            “Mimpi saja terus.” Tambah Suzy.
            “Kau yakin tidak mau menerimanya?” tanya Hyunseong.
            Suzy menggeleng sambil tersenyum.
            “Ya, itulah ganjaran yang didapat dari jatuh cinta pada gadis yang tidak manusiawi.” Kata Sandeul.
            “Aku lihat hanya Jieun yang tidak hadir.” Kata Jiyoung.
            “Ah, biar aku yang jelaskan.” Hyunwoo berdiri. “dia sekarang hidup di sebuah gereja di kota kecil. Dia menitipkan surat ini untuk kalian semua.”
            “Surat?”
            Hyunwoo mulai membacanya, “Mianhae aku tak bisa datang. Tapi aku sangat senang saat menerima undangannya dari Hyunwoo. Kepercayaanku semakin tinggi tentang kalian yang tidak akan melupakanku dan tidak memperhatikanku. Karena kalianlah aku bisa hidup dari awal lagi dan hidup lebih baik. Aku mengucapkan banyak terima kasih pada kalian. Jeongmal gomawoyo. Pertahankan cinta ini. Lee Jieun.”

Jiyoung POV
            “Kalian mau pulang sekarang?” tanya Eunji pada Naeun dan Gongchan. Dia sedang menggandeng Kyungsoo sekarang.
            “Geurae. Wae?” tanya Gongchan.
            “Kita pulang bersama. Kajja!” kata Kyungsoo. Mereka berempat tersenyum lalu menuju pintu keluar bersama.
            Di sisi lain aku melihat Sandeul, Baro, Taemin, Luna kali ini bertambah Sulli berbincang seru tentang kehidupan mereka di universitas sekarang.
            “Mwo? Kali ini Eommamu ingin bertemu denganku lagi?” tanya Chanyeol pada Jiyeon. Dan dijawab oleh anggukan Jiyeon.
            “Aku kira hanya Eommaku yang begitu menyukaimu.”
            “Ani, Eomma mungkin akan mengujimu pekerjaan rumah tangga kali ini.” jawab Jiyeon lalu tertawa.
            “Senang melihat kalian bersama.” Kata Krystal pada Seungho dan Soyou.
            “Aku juga senang melihatmu akhirnya mendapat yang kau inginkan.” Kata Seungho.
            “Jaga dia biak-baik.” Kata Jongin pada Seungho.
            “Kau juga jaga dia baik-baik.” Balas Seungho.
            “Apa kalian akan segera menikah?” tanya Soyou penasaran.
            “Ani, kami akan menyelesaikan kuliah kami. Dan mungkin Jongin juga harus bekerja dulu.” Jawab Krystal.
            “Soyou-ah wae? Kau ingin aku segera menikahimu?” tanya Seungho.
            “A..ani. siapa bilang? Apa kau sudah mapan?” tanya Soyou.
            “Apa perusahan otomotif milik Seungho sekarang kurang bagimu?” tanya Jongin.
            “Mwo? Kau sudah mendapatkannya?” tanya Soyou.
            “Wae? Kau sangat senang? Dasar materialistis!” kata Seungho.
            “Aku hanya tak siap menjadi nyonya presdir.” Jawab Soyou.
            “Kau kira aku akan menikahimu?” tanya Seungho lagi.
            “Coba saja kalau berani!” Soyou menampakkan tatapan mematikannya. Membuat yang lain tertawa.
            “Kami pulang dulu.” Kata Si kembar pada Baro dan yang lain.
            “Ya! Sehun-ah, apa kau akan mengantar keduanya?” tanya Baro.
            “Wae? Iri?” tanya Sehun dengan penuh percaya diri.
            “Bisakah berikan padaku satu saja?” tanya Sandeul. “Motorku bisa dipakai untuk membonceng seseorang.”
            “Kau kira kami sudih pulang denganmu?” tanya si kembar bersamaan. Yang lain tertawa mendengarnya.
            “Sudahlah nona-nona kita pulang sekarang.” Kata Sehun menggandeng keduanya.
            “Ah Sehun-ah! Kau jadi sombong sekarang. Kau lebih baik tetap seperti dulu! Teriak Baro.
            “Seperti dulu yang bisa kalian manfaatkan?” tanya Taemin.
            “Geurae, dulu Sehun selalu memberi uang jajan pada mereka berdua.” Tambah Sulli.
            “Bahkan aku memergoki mereka membulinya.” Tambah Luna lagi.
            “Teruskan..” kata Baro.
            “Teruskan saja.. bawa kami ke kantor polisi sekalian.” Tambah Sandeul.
            “Kau yakin kau tak mau kita jadian disini? Di depan yang lain?” tanya Baekhyun pada Suzy. Sekarang perhatianku teralih pada mereka.
            “Mwo? Jangan bicarakan itu lagi! Aku muak. Benar-benar muak.” Jawab Suzy.
            “Apa benar kau tidak terpengaruh dengan ketampananku ini?” tanya Baekhyun sambil berpose sok keren.
            “Ya, kau memang tampan. Sangat tampan. Tapi tunggu saja sampai dunia ini kiamat dan tidak ada lagi orang di dunia ini.” jawab Suzy dengan malas.
            “Aish.. gadis ini benar-benar menggemaskan.” Baekhyun berniat memeluk Suzy, namun karena sepertinya Suzy sudah terbiasa, dengan cepat dia berlari ke belakang Hyunseong.
            “Selamatkan aku! Selamatkan aku!” katanya sambil berlindung di belakang Hyunseong. Sedangkan Baekhyun masih mengejarnya dari depan Hyunseong.
            “Kau tenang saja Baekhyun-ah. Dia sudah goyah akanmu. Dalam waktu dekat ini dia pasti menerimamu.” Kata Hyunseong.
            “Jinchayo?” tanya Baekhyun.
            “Ya! Hyunseong-ah! Apa kau juga punya kemampuan itu?” teriak Suzy.
            “Kenapa kalian masih seperti anak kecil begitu?” teriak Baro.
            “Dasar gadis tidak manusiawi!” Sandeul menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir.
            “Kita pulang sekarang?” seseorang mengusap kepalaku. Aku kenal benar tangannya. “Kau memperhatikan mereka sampai seperti itu. Kau sangat merindukan masa-masa itu ya?”
            Aku mendongak dan mendapati Myungsoo menatapku, “Kau benar, mungkin aku memang sangat merindukan masa-masa itu.”
            Dia merangkulku dan membangkitkanku dari dudukku. “Kalau begitu jangan pernah lupakan mereka. Terutama jangan lupakan aku.” Kata Myungsoo lalu tersenyum manis. Senyuman itu, walaupun sudah berkali-kali, aku tetap leleh dibuatnya.
            “Kalau kau sudah terpatri dalam di hatiku dan otakku.” Jawabku sambil tertawa.
            “Kenapa tertawa? Kau tak serius?” tanyanya.
            “Serius.”
            “Ani.”
            “Serius.”
            “Ani.”
            “Memang serius.”
            “Baiklah. Aku mencintaimu.”
            “Apa hubungannya?”
            “Hubungkan saja.”
            Kami berjalan pulang.


Nan neoreul saranghae… neoege kamsahae… neo ppuniya seojunghae… that is friends… (Secret ~ Friends)
THE END


Tidak ada komentar:

Posting Komentar