Kang Jiyoung
Lee Jieun (IU)
Bae Suzy
Choi Sulli
Jung Eunji
Park Jiyeon
Son Naeun
Luna
Jung Krystal
Ryu Hwayoung
Ryu Hyoyoung
Soyou
Kim Jongin (Kai)
Kim Myungsoo
Lee Taemin
Oh Sehun
Baro
Sandeul
Do Kyungsoo (D.O)
Gong Chansik (Gongchan)
Park Chanyeol
Hyunseong
Yoo Seungho
Byun Baekhyun
Lee Hyunwoo
Jieun POV
Hari ini kami berencana mendiskusikan lagi materi yang sudah kami dapatkan. Sampai hari diskusi terakhir, aku masih sulit mengemukakan pendapatku. Meskipun berkali-kali Jiyoung menyuruhku untuk tak sepasif itu, tapi aku tetap tak bisa. Aku makin tak bisa lagi saat aku menyadari keberadaan Myungsoo.
Aku yang paling pertama datang ke kedai dekat rumah Jiyoung. Bahkan aku belum melihat Jiyoung sama sekali. Kemana yang lain? Apa aku yang terlalu awal? Tapi kurasa tidak, aku lihat sudah lebih 5 menit dari yang dijanjikan.
“Kau sudah lama?” tanya seseorang dibelakangku. Seketika aku tersentak kaget sekaligus gugup, karena aku kenal betul pemilik suara itu.
“A..ani.” jawabku sebisa mungkin. Sebenarnya aku sangat sulit berbicara di saat seperti ini.
“Kalau begitu duduklah. Tunggu apa lagi?” dia mengajakku duduk di salah satu meja kedai yang biasa kami gunakan untuk diskusi.
“An..ani, aku akan menunggu mereka datang di pintu saja.” Jawabku lalu melangkah ke pintu masuk kedai. Aku benar-benar harus menjauhinya jika tak ingin mempermalukan diri.
Tiba-tiba seseorang menarik lenganku, ya Myungsoo menarik lenganku dan menyuruhku duduk di hadapannya. “Kenapa kau selalu bertingkah aneh?” tanyanya.
Aku benar-benar mati kutu. Tak ada yang bisa aku lakukan. Tak kusangka dia bisa bersikap seperti ini padaku. Pada gadis sepertiku ini.
Hajima Lee Jieun, jangan berkhayal terlalu tinggi, dia tak mungkin menyukaimu. Kim Myungsoo tak mungkin menyukaiku, ini hanya perlakukan untuk teman, sebatas itu saja. Aku hanya teman kelasnya.
“Kau yakin akan hidup seperti itu selamanya?” tanyanya dengan wajah dinginnya, kenapa dia tak pernah mengubah itu?
“Aku?..mwo?” aku benar-benar tak tahu harus bicara apa. Ini pengalman terlangkaku.
Myungsoo tersenyum kecut, namun wajahnya masih dingin, dia lebih terlihat seperti mengejekku. Apapun itu namanya. Aku tak bisa mencernanya dengan baik. “Lihatlah kau begitu tertutup.”
Aku tak menjawab apa-apa. Aku hanya tersenyum pahit, lebih tepatnya menjelekkan diriku sendiri.
Tiba-tiba dia mengeluarkan sebuah minuman kaleng dari sakunya yang besar, “Tadi kubeli di luar. Untukmu.” Dia memberikan satu untukku, dan meminum yang lain.
Aku meraih kaleng itu dengan ragu. Kaleng ini… ini dari Kim Myungsoo untukku, ini seperti mimpi. Kim Myungsoo yang selama ini dingin, tiba-tiba bicara padaku, dia juga memberiku minuman kaleng yang sebenarnya favoritku ini.
“Minumlah, aku tak mencoba meracunimu.” Katanya sambil menegak miliknya.
“Go..Gomawoyo.” jawabku lirih. Aku membuka tutup kalengnya dan meminumnya. Entah kenapa terasa berbeda saat diminum bersama Myungsoo.
Tak lama kemudian, Jiyoung datang. Spontan aku langsung menghentikan aktivitasku, seakan aku merasa bersalah sudah meminum pemberian Myungsoo dan orang lain mengetahuinya.
“Mianhae.. aku terlambat. Aku ketiduran tadi. Yang lain mana?” tanyanya. Dia terlihat segar, walaupun penampilannya sedikit berantakan karena terlalu tergesa-gesa.
“Itu mereka.”
Entah bagaimana, Seungho dan Soyou datang bersama.
“Mian. Aku terlambat.” Kata Seungho ramah.
“Aku takkan minta maaf, aku sama sekali tidak terlambat. Bahkan aku berangkat lebih awal dari kalian, tapi siapa suruh taksi yang aku naikki mogok di tengah jalan?” Soyou menjelaskan dengan nada sombongnya.
“ah.. gwenchana..” kata Jiyoung dengan senyumnya, itu terlihat dipaksakan hanya untuk meredam emosi Soyou yang meluap-luap.
“Dan yang terpenting, aku juga harus pulang terlebih dahulu hari ini. Jangan larang aku! Aku sudah berusaha datang lebih awal.” Kata Soyou lagi.
“Kita mulai saja sekarang?” tanya Seungho.
“Ne.” Jiyoung mengangguk cepat.
Suzy POV
Hari ini kami selesai mendiskusikan materi yang tepat, materi yang di setujui Byun Baekhyun. Kami lebih memilih meneliti kehidupan para pedagang di pasar pinggir kota.
Aku bersiap untuk pulang. Aku lihat Hyunseong mengantar Eunji pulang. Sudah bisa dipastikan Kyungsoo yang teremukkan hatinya. Siapa suruh dia tak berani mengunggkapkannya pada Eunji? Aku lihat dia pulang sendiri dengan bus.
Sedangkan aku masih berjalan di pinggir jalan. Aku belum berniat memanggil taksi. Ku biarkan dulu mataku menyegarkan diri dengan melihat pemandangan malam yang cukup menyejukkan hati ini.
Tak lama aku berjalan, aku memang belum kenal daerah itu, tapi aku melihat Baekhyun masuk ke dalam suatu rumah. Rumah itu terlihat begitu sederhana. Apa itu rumahnya?
Ah, sudahlah, aku harus pulang… tapi.. entah kenapa aku ingin melihat ke dalam, dan melihat kehidupan Baekhyun yang sebenarnya. Bukankah dia lelaki yang cukup aneh, terkadang dia terlihat ceria, kadang cerewet, dia juga bisa bersikap dingin seperti Myungsoo atau Jongin. Dan tempo hari, aku lihat dia begitu lemah dan rapuh. Sebenarnya yang mana kepribadiannya.
Tak sadar, aku melangkahkan kakiku di depan rumah Baekhyun. Tak terlihat apa-apa. Jendelanya buram dari sini. Aku hanya diam, mengamatinya. Aku berancana segera pulang. Mana mungkin Bae Suzy melakukan hal tak penting seperti ini?
“Kau mau jadi penguntit?” tanya Baekhyun seraya membuka pintu rumahnya.
Aku benar-benar tersentak kaget, “Ya! Kau mengagetkanku!”
Dia tersenyum kecut, “Apa yang kau lakukan disini? Sedari tadi mengamati rumahku. Apa kau juga akan mengadakan penelitian tentangku?”
“Bagaimana kau bisa tahu aku disini?” tanyaku.
“Kau terlihat jelas dari dalam sini.” Jawabnya santai. Bisa ku pastikan jenis jendela rumah baekhyun itu.
“Jadi.. benar ini rumahmu?” tanyaku.
Baekhyun mengangguk.
“Araso.” Aku juga mengangguk lalu pergi, aku rasa benar- benar tak ada gunanya aku disini.
“Kau pergi begitu saja?” tanyanya.
Aku hanya mengangguk sambil terus berjalan.
Dia diam, tak bicara lagi, kalau begitu aku harus cepat pulang dan menghindari hal gila ini.
Sehun POV
Aku lihat Gongchan sudah datang menjemput Naeun. Mereka selalu tersenyum seperti itu saat bertemu. Sepertinya menyenangkan bisa tersenyum seleluasa itu. Aku lebih menyalahkan diriku sendiri dalam hal ini. Entah kenapa aku hidup seperti ini. Appa bilang itu karena aku terlalu dekat dengan Eomma yang menginginkan anak perempuan. Jadi dia secara tak sadar mendidikku seperti anak perempuan. Terkadang aku marah dengan hal itu, tapi lama-kelamaan aku menyadarinya, kemungkinan itu sangat besar. Dan sekarang aku dalam masa perubahan diri. Aku akan berusaha mencobanya, meski itu sangat sulit.
“Hwa..Hwayoung-ah!” aku memberanikan diri memanggil Hwayoung yang tengah berdiri begitu saja di pinggir jalan.
“ah, Sehun-ah. Wae?” tanyanya.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanyaku.
“Aku menunggu Hyoyoung. Tempatnya diskusi lebih jauh, jadi dia yang harus menjemputku.” Dia tersenyum. Senyum itu sangat sering aku lihat. Terkadang aku berpikir, apa tersenyum di setiap perkataannya itu perlu?
“Ka..kalau begitu pulanglah denganku. Biar sopirku mengantarkan kalian.” Tawarku.
Hwayoung mengedipkan matanya. Dia menatapku dalam. Hei, ini membuatku bisa mati beku. Apa yang sebenarnya dia lakukan?
“Kau benar Oh Sehun?” tanyanya.
Aku mengangguk ragu, “W..wae?”
“Ani…” dia melangkah di sekelilingku, seperti sedang mengamatiku lekat-lekat, dan memang itu yang dia lakukan. “Oh Sehun yang ku kenal tak mungkinmengajak seorang gadis pulang bersamanya. Biar gadis itu adalah teman dekatnya sekalipun.”
Aku tertawa getir, “Geuraeyo? Itu terdengar sadis.”
Hwayoung tertawa terbahak. “Kau benar-benar lucu Sehun-ah…”
Dia terbahak, tak berhenti-berhenti. Tawanya begitu lepas. Wajah cantik itu tertawa. Sudah sering aku melihat tawa Hwayoung, tapi aku belum pernah melihat yang selepas ini, apalagi dihadapanku. Dia terlihat begitu bahagia, dan senang rasanya mengetahui itu karena aku.
“K..kau sudah puas tertawa?” tanyaku.
Dia memegangi perutnya yang pasti sakit, “Puas..puas sekali. Tak pernah aku sangka kau bisa sekonyol ini. Sudah.. sudah..” dia mencoba meredakan tawanya, tapi setiap melihatku, dia tertawa lagi. Itu.. itu membuatku ikut tertawa.
Tiba-tiba Hwayoung berhenti tertawa, membuatku spontan juga menghentikan tawaku, “Sehun-ah, apa kau sungguh-sungguh soal akan merubah dirimu itu?”
Aku mengangguk.
“Sepertinya kau berhasil.” Dia tertawa lagi. “Dasar Oh Sehun aneh!!!”
Entah kenapa, aku lebih suka seperti ini, melihatnya tertawa karena aku. Aku benar-benar suka itu. Sepertinya yang baru saja dikatakan Hwayoung adalah suatu kebenaran. Aku memang sedikit berhasil. Aku menyukainya.
“Hwayoung-ah!!!! Sehun-ah!!!” teriak Hyoyoung yang sudah tiba, dia baru turun dari taksi.
“Hyoyoung-ah!” sapa Hwayoung. Dia masih tertawa.
“Wae, ada hal lucu apa? Ceritakan padaku!” Hyoyoung juga penasaran.
Hwayoung menceritakan detilnya pada Hyoyoung, dia juga tertawa, sama lepasnya dengan Hwayoung, tapi entah kenapa, aku lebih suka tawa Hwayoung.
“Jadi, kalian jadi pulang bersamaku?” tanyaku akhirnya. Kalau aku menunggu mereka selesai tertawa, mungkin harus menginap disini.
“Ne..ne.ne. kami pulang bersamamu.” Jawab mereka bersamaan.
“Itu sopirku sudah datang.” Aku menunjuk sebuah mobil yang melaju ke arahku.
“Untuk merayakan keberhasilan usaha Sehun, kita harus menuruti tawarannya.” Kata Hwayoung.
“Harus menurutinya!!!” tambah Hyoyoung. Aku tersenyum, aku selalu kagum dengan kekompakkan mereka.
***
Sulli POV
Kemarin aku melihat Krystal diantar pulang lagi oleh Jongin. Sebenarnya seperti apa hubungan mereka? Apa mereka sepasang kekasih? Atau hanya sebatas sahabat yang terjalin karena persahabatan orang tua. Meskipun berkali-kali aku berusaha tak menghiraukan hal ini, aku semakin ingin tahu. Aku ingin tahu apa yang terjadi antara mereka, apa yang dipikirkan Krystal, apa yang dipikirkan Jongin dan apa yang ada di hati Jongin.
Aku melihat Jongin keluar dari kelas, dan aku melihat Krystal sengaja mengikutinya. Kenapa ini? Kenapa mereka terlihat berbeda? Kenapa mereka terlihat lebih canggung? Apa..apa mereka berciuman semalam?
Ani! Andwe Choi Sulli! Apa yang sedang kau pikirkan? Ini gila, tak seharusnya aku berpikiran seperti itu.
Aku turuti kata hatiku untuk melangkahkan kakiku mengikuti mereka berdua. Mereka menyusuri koridor, sepertinya sekarang Jongin sudah tahu kalau Krystal mengikutinya.
Akhirnya mereka berhenti di koridor sepi dekat gudang penyimpanan alat olahraga. Aku bersebunyi di belokan koridor. Aku berusaha mendengar apa yang mereka katakan.
“Jangan larang aku untuk mengikutimu! Ini semua harus dijelaskan. Aku sudah tak tahan lagi.” Kata Krystal. Dia seperti Menahan sesuatu. Aku belum pernah mendengar Krystal bicara dengan cara seperti itu. Itu adalah karakter tersembunyi Krystal.
“Aku rasa tak ada yang bisa dibicarakan lagi.” Jawab Jongin.
“Ani, aku harus tahu alasannya.” Krystal mulai berkaca-kaca. “Kau tahu seberapa lama orang tua kita merencanakan perjodohan kita?”
Mwo? Apa aku tidak salah dengar? Mereka… mereka dijodohkan? Aku segera menutup mulutku rapat-rapat dengan kedua tanganku agar tak mengeluarkan suara.
“Aku tahu, bahkan aku mengetahuinya sebelum kau tahu.”
“Mwo? Kau bahkan sudah mengetahuinya lebih awal?”
Jongin mengangguk, “Aku tahu, dan aku sudah berencana menolaknya sejak awal. Dan semalam sudah jelas kan? Aku menolaknya.”
Krystal tertawa pahit, itu terdengar menyeramkan, “Semudah itu kau jelaskan padaku. Tega sekali kau bicara begitu padaku? Tak tahukah kau apa yang selama ini aku lakukan? Tak tahukah kau hidupku begitu sulit karena kau?” Krystal meledak, wajahnya begitu merah menahan amarah, tangisnya juga begitu deras. Jadi, Jongin sudah menolak perjodohan itu?
“Mianhae. Aku tak menyangka kau akan menyetujui perjodohan itu.” Kata Jongin sungguh-sungguh.
“Katakan alasannya! Kenapa kau menolak dijodohkan denganku?” tanya Krystal.
“Aku..” jawaban Jongin terpotong.
“Kau menyukai Kang Jiyoung kan?” tanya Krystal.”Selama ini kau menyukainya kan?”
Aku terperanjat, rasanya ternggorokanku tiba-tiba tercekat. Aku tak bisa percaya ini.
Jongin tak menjawab, dia hanya diam, tapi ekspresi di matanya berubah, dia seakan ingin mengiyakan pertanyaan itu, tapi dia tak sanggup.
Krystal tersenyum pahit lagi, “Kau Kim Jongin! Bagaimana kau bisa membuatku terkalahkan oleh gadis seperti Kang Jiyoung?” Krystal mendorong keras tubuh jongin lalu pergi.
Aku juga segera pergi ke toilet. Aku lihat diriku di cermin. Bagaimana bisa aku menangis? Kenapa aku menangis mendengarnya. Bukan soal perjodohan mereka tapi soal Jiyoung, sepertinya aku tertusuk dari belakang.
Kyungsoo POV
Lagi-lagi mereka bersama. Dekat sekali mereka. Sebenarnya sedekat apa hubungan mereka? Baru saja Eunji pergi ke bangku Hyunseong, entah apa yang mereka bicarakan sampai seasyik itu. Bisa saja Hyunseong bicara sampai membuat eunji tertawa semanis itu.
Jung Eunji, apa dia tak melihat tulisan itu? Kalau memang itu buku catatannya, harusnya dia hafal benar setiap coretan yang ada disana. Apa memang tak terlihat? Tapi bukankah aku selamat jika seperti itu? Ah Mollaso!
“ya, Kyungsoo-ah. Kau lihat dimana Baekhyun? Myungsoo atau Taemin?” tanya Chanyeol tiba-tiba membuyarkan lamunanku.
Aku segera menggeleng.
“Ah kau ini, selalu saja tak tahu apa-apa. Apa gunamu hidup di dunia ini?” katanya sambil memukul kepalaku pelan. Orang ini benar-benar, apa mentang-mentang dia tinggi jadi bisa seenaknya?
“Benar kau tidak tahu?” tanyanya lagi.
“Aku benar-benar tidak tahu.” Jawabku, menegaskan setiap kata yang aku ucapkan.
“Aish… Jincha!” umpatnya.
“Chanyeol-ah! Kau sudah kerjakan yang aku suruh kemarin?” teriak Jiyeon dari bangkunya.
“Ah, chagi… kau memanggilku?” Chanyeol dengan cepat menghampiri Jiyeon. Orang itu, bagaimana bisa dengan mudahnya menggoda gadis seperti itu. Sedangkan aku, aku menyedihkan seperti ini. Ku lihat lagi Eunji, dia masih tertawa bersama Hyunseong.
Jiyoung POV
“Hei, kalian tahu dimana Myungsoo?” tanyaku pada Seungho dan Hyunseong yang sedang berbincang dengan Eunji.
“Ya! Jiyoung-ah, aku juga sedang mencarinya.” Sahut Chanyeol yang tengah berbincang dengan Jiyeon.
“Molla.” Jawab Hyunseong.
“Kau? Tahu dimana dia?” aku menunjuk Seungho.
“Dia ke perpustakaan.” Jawabnya. Mwo? Aku baru saja dari sana, dan aku tak melihatnya.
“Ya! Kenapa kau tak bilang dari tadi?” protes Chanyeol yang mendengar jawaban Seungho.
“Apa aku tahu kau mencarinya?” Seungho tertawa.
“Sudah cepat kerjakan ini terlebih dahulu! kau mencarinya hanya untuk kau ajak main game saja kan?” Jiyeon berkomentar.
Chanyeol seraya tersenyum, “Ah.. chagi.. kau tahu saja tentang aku…”
“Berhenti memanggilku seperti itu!” teriak Jiyeon.
Aku segera pergi ke perpustakaan lagi. Sesampainya disana, aku berkeliling. Apa benar Myungsoo kesini? Aku benar-benar tak melihatnya masuk tadi.
Dan benar saja, akhirnya aku menemukan Myungsoo di balik rak buku paling besar di perpustakaan sekolah. Dan tebak apa yang dia lakukan? Dia tertidur disana. Earphone terpasang di telinganya. Baru tahu aku Myungsoo punya kebiasaan aneh seperti ini. bukankah aku juga sering kesini, tapi aku tak pernah melihatnya. Tapi…. Memang baru sekarang aku berurusan dengannya.
Aku berniat membangunkannya, tapi, aku amlah terpaku melihat wajahnya yang seperti malaikat itu. Hah.. coba saja dia tak memasang wajah dinginnya setiap saat, pasti banyak yang menyukai wajah malaikatnya itu.
“Myungsoo-ah..” bisikku. Sangat disayangkan harus membangunkannya. Tapi urusanku tak kalah penting.
Dia tak bangun, ah jelas saja dia tak mendengarku, pasti musiknya keras. Akhirnya aku membuat diriku lebih dekat dengannya untuk menjangkau earphonenya. Em, earphonenya sama seperti milikku.
Tiba-tiba Myungsoo membuka matanya dan berkata, “Mulai tertarik denganku?”
Aku tersentak dan spontan mundur hingga kepalaku terbentuk rak buku yang super besar itu. “Aigo!!” aku segera mengelus bagian kepalaku yang sakit.
Myungsoo bangkit dari posisinya, dia juga membantuku bangun.
“Mian, aku mengganggu tidur siangmu yang nyenyak itu.” Kataku cepat-cepat.
“Kau kira aku tidur?” tanyanya.
Sambil masih memeganggi kepalaku, “Mwo? Kau tidak tidur?”
“Kau lihat sendiri kan? Aku mendengarkan musik.” Jawabnya santai. “Dan aku bukan siswa yang akan menyalahgunakan sarana sekolah.”
Aku mengangguk saja. Apalah orang ini… bagaimana bisa dia tidak tidur? Dia mendengarkan musik saja? “Jadi dari tadi kau tahu aku datang?”
Dia mengangguk.
Aish… ini memalukan, apa yang ada dalam pikirkannya nanti, jika dia tahu apa yang aku pikirkan saat melihatnya tadi?
“Lalu?”
“Ah… aku jadi lupa..” aku duduk di bangku membaca di sampingnya. “Bagaimana? Mereka menyerahkan tugas dokumentasi pada kita berdua. Kau atau aku yang menyediakan kameranya?” aduh.. kepalaku ini sakit sekali. Aku mengelusnya berkali-kali. Pasti sudah bengkak.
“Aku tak ada. Kau saja.” Jawabnya singkat.
“Ah.. baiklah. Ya sudah, aku pergi dulu.” Kataku lalu beranjak pergi.
“Kang Jiyoung!” Myungsoo memanggilku.
“Ne?” aku menoleh.
“Kau mencariku hanya untuk itu?” tanyanya. Hah.. apa dia marah? apa dia merasa aku mempermainkannya karena hanya bicara seperti ini setelah menggagu waktu santainya? Aigoo eotokhe?
Myungsoo menghampiriku. Aku benar-benar gugup. Apa dia akan meledak marah? Tuhan.. aku belum kenal betul lelaki ini.
Tiba-tiba Myungsoo menyentuh kepalaku di bagian yang sakit, “Usap saja terus. Itu bisa mencegahnya membengkak.” Katanya lalu tersenyum.
Tunggu sebentar, apa ini nyata? Kim Myungsoo tersenyum padaku? Jadi dia tidak hanya berwajah dingin? Setahuku dia seperti ini hanya dengan teman-temannya saja. Apa ini karakter aslinya? Atau dia hanya berakting saja? Aish molla….. aku pergi saja.
Aku berjalan menuju kelas dengan kepalaku penuh dengan senyum Myungsoo tadi. Ah.. aku tak bisa menghilangkannya dari pikiranku. Aku harus mengalihkan perhatianku. Harus!
“Sulli-ah!” aku segera memanggil Sulli setelah melihatnya di koridor. Jarak kami masih jauh, jadi aku berlari menghampirinya.
Sulli menatapku setelah mendengarku, tapi… mana senyumnya? Dia tak tersenyum seperti biasanya. Sekarang dia malah tetap berjalan dan tak menghiraukanku. Dia kenapa? Ada apa dengannya? Tak biasanya dia seperti ini. pasti sesuatu yang buruk sudah terjadi.
Suzy POV
Aku sedang duduk di pinggiran koridor sekarang, baru saja keluar dari perpustakaan. Aku lelah sekali, itu benar. Kenapa aku harus selalu mengetahui itu semua? Masalah-masalah mereka yang tak pernting itu? Lalu harus kuapakan? Apa aku harus jadi ibu peri untuk mereka? Kenapa aku selalu seperti itu? Tanpa sengaja mengerti semua masalah mereka dan akhirnya hanya akan membuat kepalaku pusing.
Di perpustakaan barusan, sebuah adegan aku lihat mulai menampakkan benih-benih cinta baru di kelas kami. Geurae, Kang Jiyoung dan Kim Myungsoo, mereka sudah terlibat satu sama lain, tinggal tunggu waktunya saja. Dan sebelum itu, aku sedang berada di gudang penyimpanan alat olahraga karena Jang seongsaenim menyuruhku mengembalikan bola-bola basket yang abru saja di pakainya untuk mengajar. Saat itu juga aku terpaksa mendengar drama Krystal dan Jongin. Bahkan aku juga sempat melihat Sulli di seberang koridor, bersembunyi mendengar itu semua. Berarti itu alasannya kenapa Sulli tak menghiraukan sapaan Jiyoung barusan.
Benar-benar rumit mereka ini. kalau mereka dihubungkan dengan tali berdasarkan permasalahan mereka itu, pasti sudah sangat rumit tali itu. Belum lagi kalau Jieun melihat adegan di perpustakaan barusan. Aku berkali-kali berusaha untuk tidak ikut campur dengan itu semua. Tapi rasanya seperti aku sudah memainkan puzle, dan akan selalu mengganjal jika aku tak menyelesaikan puzle itu. Tapi kenapa aku? Gadis sepertiku bukankah tidak cocok untuk hal seperti itu? Hah… aku bisa benar-benar gila sekarang. Biarlah.. biarlah… mereka menghadapi masalah mereka sendiri. Memangnya aku tak punya masalah?
Tiba-tiba seseorang berdiri di hadapanku, aku bisa melihat kakinya. Siapa dia? Aku bahkan tak menyadarinya berjalan ke arahku. Aku mendongakkan kepalaku dan melihat wajahnya. Kenapa orang ini?
“Bae Suzy, aku ingin tanya satu hal.” Baekhyun bicara dengan nada datar. Sepertinya dia sedang memasang karakter dingin. Dasar pribadi ganda!
Aku tak bicara apa-apa, aku hanya mengangkat alisku tanda ingin tahu.
“Kenapa? Kau berdiri di depan rumahku dan mengamati seperti itu, kenapa?” tanyanya. Hah… dia ingin tahu masalah tak penting seperti ini. tapi jika dipikir-pikir memang sedikit aneh aku melakukannya.
“Ani, tak ada alasan khusus.” Jawabku santai.
Dia masih menundukkan kepalanya untuk bicara padaku, membuatku juga harus terus mendongak. “Kau yakin? Tak ada motif lain?”
Aku mengangguk.
Lalu dia tersenyum kecut. Apa? Apa maksudnya? Kenapa dia harus tersenyum seperti itu?
“Wae? Kau takut sesuatu tentangmu terbongkar?” tanyaku. Aku tak tahan lagi.
Ekspresinya berubah, sepertinya dia sedikit khawatir. “Terbongkar?”
Aku mengangkat alisku lagi.
Dia tersenyum kecut lagi, “Apa ada sesuatu yang aku sembunyikan hingga harus terbongkar?”
“Molla. Jujur saja, aku tak begitu mengenalmu.” Jawabku lalu berdiri.
Dia melempar pandang benci padaku. Hei apa dia mengajak perang? Dia pergi begitu saja. Apa yang sebenarnya dia pikirkan? Kenapa harus berekspresi seperti itu? Molla. Lebih baik aku kembali ke kelas.
Aku sudah duduk di bangkuku sekarang. Kelas tengah ramai dengan suara Baro dan Sandeul yang menyanyi entah apa itu. Aku juga mendengar tawa Taemin dan Seungho karena ulah mereka.
Huft… aku tak bisa menghindar, otakku masih memikirkan ekspresi Baekhyun. Jujur, dari semua teman sekelasku ini, hanya dia yang sulit dimengerti. Wae? Kenapa dia seperti itu?
Aku berpikir… terus berpikir… aku bahkan meletakkan kepalaku di atas bangku dan memejamkan mata.
Ah! Geurae, araso… dia marah padaku. Benar, jelas dia mengiraku menyelidiki tentangnya yang dia sembunyikan selama ini. Dia mungkin juga berpikiran aku akan menyebarkannya dan mempermalukannya. Semua orang mengira kan aku membenci orang-orang di dunia ini. geurae… aku tampar diriku sendiri jika tebakanku ini salah.
TO BE CONTINUED…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar