Halaman

Rabu, 04 Juli 2012

[FANFIC] This Crush (last chapter)


Cast: 
Kang Jiyoung
Kim Myungsoo
Krystal Jung





Krystal berjalan menyusuri sebuah gang. Berkali-kali ia melihat sesuatu di ponselnya, berkali-kali juga ia bertanya kesana-sini. “Apa rumahnya tersembunyi?” gumamnya kesal. “Berani-beraninya dia tak masuk kerja tanpa memberi tahuku?”
 Setelah bersusah payah, akhirnya ia menemukan gedung apartemen kumuh tempat Myungsoo tinggal. Krystal segera menaiki tangga menuju puncak apartemen itu dan menemukan flat Myungsoo yang begitu sederhana, “Jadi selama ini dia tinggal di tempat seperti ini?” Krystal melihat sekeliling dan merasa prihatin, “Dia rela meninggalkan rumah semewah itu hanya untuk kehidupan seperti ini?”
Krystal mulai mengetuk pintu flat Myungsoo dan memanggil-manggil, “Myungsoo oppa?” berkali-kali dia melakukannya namun tak ada jawaban.
Tetapi hal itu terdengar oleh Jiyoung yang dengan bersusah payah bangkit dari tidurnya menuju beranda flat Myungsoo, “Nugu?” tanya Jiyoung setelah melihat Krystal.
Krystal terkejut melihat seorang gadis di tempat yang entah darimana datangnya. Dia hanya berpikir mungkin dia salah alamat. “Jung Krystal imnida. K..kau sendiri siapa?” Krystal seakan jijik melihat penampilan Jiyoung yang terlihat tak terurus.
“Aku? Kang Jiyoung imnida.” Jiyoung mengulurkan tangannya namun Krystal sama sekali tak menghiraukannya. Jiyoung mulai tak suka pada Krystal.
“Ini benar rumah Kim Myungsoo kan?” tanya Krystal.
Jiyoung mengangguk mantap, “Geurae. Kau mencarinya?”
Krystal mengangguk. “Tapi kau siapanya?”
“Dia itu Oppaku.” Jawab Jiyoung malas. “Dia sedang pergi ke apotek.”
“Ke apotek?” Krystal heran. “Untuk apa?”
“Membelikanku obat. Kenapa kau mencari oppaku?” tanya Jiyoung. Wajah semakin memperlihatkan kitidaksukaannya pada Krystal.
Krystal tersenyum kecut, “Oppamu?”
“Wae?” Jiyoung tak terima.
Krsytal tersenyum licik kali ini, “Kau hanya tak tahu yang sebenarnya. Dimana kau tinggal?”
“Kenapa kau tanyakan itu?”
Sesuatu terlinatas dipikiran Krystal membuatnya marah, “Jangan bilang kau serumah dengan Myungsoo oppa!”
“Aninde. Rumahku disana.” Jiyoung menunjuk flatnya diseberang.
Krystal melirik sekilas flat yang juga kumuh itu, “Pasti gadis yatim piatu yang malang.” Gumamnya.
“Sebenarnya kenapa kau mencari Myungsoo oppa?” Jiyoung semakin kesal dengan raut wajah Krystal yang sama sekali tak memancarkan ketulusan. Ya dia lebih peka dalam hal itu tanpa orang lain sadari.
“Wae? Kau tak suka aku mencarinya?” Krystal tersenyum kecut lagi, “Pasti kau sedang mengejar-ngejarnya ya? Tapi mana mungkin Myungsoo oppa menyukai gadis kekanakan sepertimu?”
“Kau itu bicara apa?” Sekarang Jiyoung berteriak.
Krystal sedikit terkejut dengan itu, “Kenapa kau aneh sekali? Dasar gadis gila?”
Kali ini Jiyoung tak bisa bertahan mendengar kata-kata itu. Dia memng tak jarang mendapat cemoohan seperti itu. Dan itu memang kata yang paling ia benci. Ia sama sekali tak suka di sebut gadis gila.
“Dasar jahat.” Jiyoung pada puncak kemarahannya dan mendorong tubuh Krystal. “Pergi!”
Krystal tersungkur ke lantai, kekuatan Jiyoung terlalu besar untuk ditahan. Krystal juag marah. Dia tak terima diperlakukan seperti itu oleh gadis aneh dan miskin seperti Jiyoung.
Di saat itu juga Myungsoo datang dan melihat kejadian itu, “Krystal?” Myungsoo membantu Krystal berdiri sambil melihat Jiyoung dengan tatapan peringatan.
“Apa yang kau lakukan Jiyoung-ah?” tanya Myungsoo yang tak tahu masalah sebenarnya. “Mianhae Krystal-ah. Akan aku jelaskan nanti.” Sekarang Myungsoo menarik Jiyoung menuju flatnya.
“Kenapa kau lakukan itu? Dia itu gadis baik yang memberiku pekerjaan. Dansekarang aku sedang punya hutang dengannya.” Jelas Myungsoo, dia tak menyangka Jiyoung akan melakukan hal itu pada Krystal.
“Tapi dia jahat Oppa. Aku tak suka Jung Krystal.” Kata Jiyoung, matanya berkaca-kaca karena merasa sedih melihat Myungsoo lebih membela gadis lain.
“Sudahlah.” Myungsoo beranjak pergi.
Jiyoung segera menahan kaki Myungsoo. Memeluk salah satu kaki Myungsoo untuk mencegahnya pergi, “Bukan seperti itu Oppa. Kajima Oppa! Kajima… jebal.” Jiyoung menangis sekarang.
“Diamlah disini.” Myungsoo melepas paksa Jiyoung dari kakinya lalu dengan cepat melangkah keluar.
Jiyoung menangis tersedu di dalam flatnya. Dia merasa kehilangan Myungsoo sekarang, “Bukan aku yang jahat Oppa. Tapi dia yang jahat.” Jiyoung tersedu. “Dan aku bukan gadis gila.”
Myungsoo menghampiri Krystal yang sedikit berantakan di beranda flatnya. Krystal agak terkejut dengan kebiasaan mereka saling menyeberangi flat dengan jembatan buatan dari kayu seperti itu. Dia hanya ingin tahu seberapa dekat mereka selama ini.
“Gwenchana?” tanya Myungsoo duduk di samping Krystal.
“Gwenchana.”
“Dia memang berbeda dari kita. Dia telah mengalami gondangan berat yang menyebabkan mentalnya sedikit terganggu. Pikirannya masih seperti gadis 10 tahunan.” Jelas Myungsoo.
Krystal terkejut dengan penjelasan itu, namun dia merasa itu memang masuk akal. “Jeongmal mianhae. Mungkin aku tadi menakutinya. Aku benar-benar tak tahu.”
“Gwenchanayo.” Jawab Myungsoo.
“Tapi sepertinya dia sangat menyukaimu? Apa kalian sangat dekat?” tanya Krystal penasaran.
Myungsoo tersenyum, “Andweyo. Mana mungkin seperti itu. Dia sudah menganggapku seperti oppanya sendiri. Begitupun aku.”
Krystal tersenyum lega, “Jadi hanya seperti itu?”
“Geurae, hanya seperti itu. Jangan kau kira kami pasangan yang tinggal bersama.”
Krystal tersenyum senang sekarang. Dia merasa Kang Jiyoung itu hanya hambatan kecil yang menyebalkan.
“Kenapa oppa tak masuk kerja dan tak memberi kabar?” tanya Krystal.
“Ah, jadi kau datang karena itu?”
Krystal mengangguk, “Apalagi?”
“Aku harus menjaga Jiyoung. Dia sakit dan sangat panas semalaman.” Jelas Myungsoo.
“Sakit?” Krystal tersenyum kecut. “Tak kusangka tenaganya saat sakit sekuat itu.”
Myungsoo juga tersenyum kecut, “Kalian hanya belum saling kenal. Kau orang yang benar-benar asing baginya. Sebenarnya kalian seumuran.”
“Bagaimana kau bisa kenal dengannya?”
Akhirnya Myungsoo menceritakan semua tentang Jiyoung dan kedatangannya, kecuali soal perginya Myungsoo dari rumahnya. Meski sebenarnya Krystal sudah benar-benar mengetahuinya.
“Oppa benar-benar lelaki baik. Wanita yang menjadi istrimu nanti adalah wanita paling beruntung.” Kata Krystal setelah Myungsoo selesai bercerita.
Myungsoo tersenyum tak begitu memperhatikan apa yang sebenarnya di bicarakan oleh Krystal, “Baiklah, aku akan berusaha sebaik mungkin 6 hari terkahir ini.”
***

Akhir-akhir ini Myungsoo seringkali menghabiskan waktunya bersama Krystal karena Krystal yang memintanya. Myungsoo menjadi lupa dengan Jiyoung yang kesepian. Sebenarnya Myungsoo hanya berpikir karena ini hanya sementara, dia akan melakukan semuanya dengan cepat dan menyelesaikannya. Termasuk berurusan dengan Krystal.
Namun tak ada yang tahu isi hati Krystal, ia semakin menyukai Myungsoo lebih dalam. Semua perhatian yang diberikan Myungsoo padanya ia anggap seperti halnya semua perhatian yang ia berikan pada Myungsoo. Krystal sangat yakin Myungsoo juga menyukainya. Atau bahkan mencintainya.
Seperti malam ini, untuk kesekian kalinya Krystal berkunjung ke flat Myungsoo dan menghabiskan sisa hari dengannya. Krystal sering mebelikan Myungsoo sesuka hatinya. Makanan, pakaian dan lain-lain, meski sering ditolak oleh Myungsoo dan ia sering membawanya pulang.
Jiyoung hanya bisa berdian diri di flatnya melihat semua adegan itu dari jendela. Jiyoung selalu mematikan lampu flatnya agar terlihat seperti sudah tertidur. Walau sebenarnya ia merasa sedih karena ia seakan sudah kehilangan oppanya.
Jiyoung juga melihat makanan-makanan yang diberikan Krystal di pojok flatnya. Semua itu terpaksa ia terima meski ia sama sekali tak suka. Jiyoung berpikir Myungsoo akan bangga atau suka padanya karena menyukai Krystal termasuk semua pemberiannya.
Percuma saja jika Jiyoung bergabung bersama mereka. Apa yang mereka bicarakan sering tak dimengerti oleh Jiyoung. Dan bahkan Krystal selalu berhasil mencuri perhatian Myungsoo dan membuat Myungsoo terkagum olehnya. Jiyoung mengakui bahwa Krystal adalah gadis yang pintar dan sangat cantik. Tapi Jiyoung sama sekali tak menyukai wajah tanpa ketulusan itu.
Kali ini Jiyoung harus melihat adegan yang tak ingin dilihatnya. Saat Krystal beranjak pulang, ia tersandung sesuatu saat menuju tangga. Itu membuat ia terjatuh, namun sebelum sampai di lantai, Myungsoo berhasil menangkap Krystal. Mereka berpandangan begitu lama, membuat Jiyoung sedih melihatnya. Dan sedetik kemudian, Krystal sudah mencium Myungsoo. Itu membuat Myungsoo sangat terkejut.
Akhirnya mereka terlarut dalam suasana yang canggung. Myungsoo tak tahu harus berkata apa. Ini bukan hal yang diinginkannya. Sedangkan Krystal tersenyum senang mengetahui Myungsoo sama sekali tak menolaknya. Ia segera pulang untuk menghindari suasana canggung. Tanpa orang lain ketahui, Krystal sudah menganggap dirinya sebagai kekasih Myungsoo, karena dia begitu percaya diri, toh pada akhirnya dia yang akan menjadi istri Myungsoo nanti.
Dan Jiyoung sendiri larut dalam kesedihannya. Ia benar-benar merasa kehilangan sesuatu yang berharga sekali lagi sekarang. Jiyoung menangis dalam diam.
***

Ini adalah hari terkahir Myungsoo berkerja di perusahaan Appa Krystal. Ia sudah membulatkan tekad untuk jauh-jauh dari perusahaan yang menjadi perusahaan Appanya itu. Namun sesuatu yang mengejutkan terjadi sesaat sebelum ia mengundurkan diri.
“Sebelum Oppa menyerahkan surat pengunduran diri oppa, Sebaiknya oppa masuk ke ruangan itu.” Kata Krystal sambil menatap pintu sebuah ruangan yang entah apa namanya, Krystal terlihat begitu bersemangat. Ya puncak rencanaya akan segera terselesaikan pikirnya.
Dengan sedikit curiga, Myungsoo masuk kedalam ruangan itu. Baru selangkah ia memasukinya. Dia sudah berniat keluar setelah mengetahui siapa orang-orang yang ada di dalamnya.
Eomma Myungsoo berhambur memeluknya dengan menangis tersedu setelah sekian lama tak bertemu dengan putra satu-satunya. “Myungsoo-ah… dimana kau selama ini nak? Apa yang kau makan dan bagaimana hidupmu? Eomma merindukanmu nak. Kami semua merindukanmu.”
Meski Myungsoo benar-benar tak menyukai hal ini. Namun di dalam lubuk hatinya, ia juga sangat merindukan orang tuanya.
Krystal menahan Myungsoo pergi dari ruangan itu sambil berkata, “Mereka sangat merindukanmu oppa. Mengapa oppa tak pulang?”
Myungsoo benar-benar kecewa. Dia tak menyangka Krystal seperti ini. Bahkan Krystal mengetahui semuanya tentangnya namun dengan tenangnya Krystal menyembunyikan semua itu dan tentunya menyusun semua rencana ini. Myungsoo benar-benar kecewa padanya.
Myungsoo juga berkaca-kaca namun ia menghindari tatapan Eomma agar tak menangis.
“Kim Myungsoo, sudah saatnya kau kembali. Kau bahkan tak berhasil dengan acara kaburmu itu kan? Kau juga bukan berstatus mahasiswa. Jangan main-main dengan hidupmu seperti itu.” Kali ini Appa Myungsoo angkat bicara.
Orang tua Krystal juga ada di ruangan itu. Seakan mereka memang sedang mengatur acara perjodohan.
“Berterimakasihlah pada Krystal. Karenanya kita bisa bertemu lagi seperti ini. Kalian disatukan oleh jodoh. Kalian tak bisa pungkiri itu.” Tambah Eomma Myungsoo.
“Myungsoo-ah, kami sudah mengatur perjodohan kalian. Appa Krystal tak akan menjodohkan Krystal dengan orang lain lagi. Kalian memang ditakdirkan bersama.” Bahkan Eomma Krystal juga menahan Myungsoo.
“Myungsoo-ah…. Pulanglah nak.” Pinta Eomma Myungsoo.
“Ani.” Jawab Myungsoo singkat. Dia makin kecewa pada keluarganya. Ternyata kepergiannya 5 tahun ini tak membuahkan hasil apa-apa. Memang benar keputusannya untuk pergi selamanya.
Myungsoo melepas genggaman eommanya dan pergi. Di koridor depan lift, Krystal masih berusaha menahan Myungsoo. Melihat reaksi Myungsoo seperti itu Krystal mulai khawatir.
“Apa lagi yang oppa pikirkan? Sudah saatnya oppa kembali ke kehidupan oppa yang sebenarnya.” Krystal menggenggam lengan Myungsoo.
Myungsoo menatap Krystal lekat-lekat. “Aku kagum dengan kesempurnaanmu berpura-pura tak mengenaliku selama ini.” Myungsoo melepas tangan Krsytal lalu masuk ke dalam lift yang terbuka.
Mendengar perkataan itu Krystal tak berani masuk ke dalam lift dan mencegah Myungsoo pergi lagi. Krystal menjadi marah akan kecacatan rencananya ini. “Andwe. Rencanaku takkan berakhir seperti ini. Andwe.” Gumam Krystal kecewa.
***

Jiyoung yang merasa kehilangan dan tersingkirkan, saat ini berusaha menghindari Myungsoo agar tak dianggap menggangu meski dia sama sekali tak tahu apa yang sedang terjadi. Jiyoung berusaha melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan Myungsoo. Bahkan diam-diam dia membantu di toko tetangganya agar di beri berapapun uang.
Sepulang dari Daesun group, Myungsoo merasa tertekan. Tak tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Terlintas di pikirannya untuk pergi dari tempat yang sudah diketahui orang tuanya itu. Namun pikiran tentang Jiyoung menghalanginya.
Bahkan ia begitu heran mengapa sikap Jiyoung padanya berubah seperti itu.
“Jiyoung-ah, kau sudah makan malam?” tanya Myungsoo.
Jiyoung mengangguk singkat tanpa menatap Myungsoo dan segera masuk ke flatnya dan mematikan lampunya tanda ia akan segera tidur.
“Apa telah terjadi sesuatu?” tanya Myungsoo pada dirinya sendiri. “Akhirnya ia memutuskan mengetuk pintu flat Jiyoung.
“Jiyoung-ah buka pintunya. Apa sesuatu telah terjadi?” tanya Myungsoo.
Namun Jiyoung berusaha tak mempedulikannya dan terus berpura-pura tidur.
“Jiyoung-ah? Buka pintunya sekarang atau aku dobrak. Bicaralah padaku. Jangan seperti ini?”
Setelah cukup lama Myungsoo melontarkan kata-katanya yang berhasil menyihir Jiyoung, Jiyuong membuka pintunya dengan wajah sedihnya setelah menghidupkan lagi lampu flatnya.
Myungsoo segera bereaksi khawatir melihat ekspresi Jiyoung yang tak ceria lagi itu. “Jiyoung-ah gwenchana? Bicaralah. Aku takkan mengerti jika kau tak bicara.”
Jiyoung akhirnya menatap Myungsoo. Ia mulai berkca-kaca, “Aku sedih. Benar-benar sedih.”
“Waegeurae? Apa karena aku?”
Jiyoung mengangguk.
“Apa kau karena Krystal?” tanya Myungsoo mulai memahami keadaan.
Jiyoung mengangguk lagi. Sekarang mereka Jiyoung duduk di kursi favoritnya di beranda, sedangkan Myungsoo berlutut di depan Jiyoung.
“Mianhae…… jeongmal mianhae. Aku sama sekali tak mendengarkan ucapanmu dan membiarkan diriku sendiri terjerumus dalam rencananya.” Jelas Myungsoo sambil memegang kedua tangan Jiyoung, berusaha membuatnya benar-benar percaya.
“Aku sudah kehilangan oppa karena Jung Krystal. Aku bahkan tak berani membenci Jung Krystal karena takut kau jadi tak menyukaiku oppa.” Jiyoung meneteskan air matanya.
Myungsoo juga berkca-kaca. Dia merasa bodoh selama ini mengabaikan Jiyoung yang begitu berharga baginya. Myungsoo ingat benar hal-hal konyol yang dilakukan Jiyoung untuknya meski itu menyusahkan Jiyoung.
“Aku tak suka kehilangan oppa. Aku takut oppa pergi.” Jiyoung menangis tersedu.
Myungsoo segera mendekapnya. Membiarkan Jiyoung menangis dalam pelukannya. Berusaha menenangkannya dan berjanji akan melakukan apa saja untuk tetap menjaga Jiyoung.
“Mianhae Jiyoung-ah. Aku takkan meninggalkanmu lagi. Kau tak perlu lagi kehilanganku.”
***


Krystal  menuju ke flat Myungsoo, berencana meneruskan dan memperbaiki rencananya yang cacat.
Malam ini dia tak bertemu Myungsoo lagi melainkan bertemu Jiyoung yang sedang membantu di sebuah toko mengangkat barang-barang.
“Kau?” Krystal agak terkejut melihat Jiyoung tak berada di flatnya.
“Jung Krystal?” Jiyoung benar-benar tak suka hal ini. “Kau mencari Myungsoo oppa?”
“Apa dia tak ada?”
“Dia belum pulang dari mencari pekerjaan baru. Kenapa kau terus mencarinya? Oppa bilang aku tak usah khawatir oppa direbut olehmu.”
Krystal tersenyum kecut dan licik seperti biasa, “Apa kau bilang?”
“Geurae. Kau tak usah mencari Myungsoo oppa lagi. Dia itu oppaku!”
“Dasar gadis gila! Kau itu bodoh dan tak tahu apa-apa? Kenapa kau selalu menyebalkan? Myungsoo oppa bukan milikmu. Dia milikku dan keluarganya. Tempatnya bukan disini. Dia putra tunggal keluarga kaya di negeri ini. Kau kira kau pantas bicara tentangnya seperti itu? Kau itu siapa?” Krystal sudah mendidih.
Jiyoung berkca-kaca setelah mendengar kalimat itu. Lagi-lagi Jiyoung mendorong tubuh Krystal dengan kuat hingga Krystal tersungkur. Kali ini Krystal segera bangkit dan melanjutkan perkataannya, “Kau benar-benar gila! Kau tak berpendidikan! Aku ini akan segera menjadi istri Myungsoo oppa jika tak ada kau. Kenapa kau menghalanginya pergi? Wae?”
“Apa yang kau bicarakan? Aku tak mengerti!” teriak Jiyoung.
“Dasar gadis gila tak berotak! Berhenti menjadi bayangan oppa. Kau hanya akan membuatnya semakin sengsara hidup di dunia ini.” Krystal seakan bertambah jijik melihat wajah Jiyoung. “Dasar gadis gila! Kenapa kau datang di kehidupannya?” Krystal yang kali ni mendorong Jiyoung sekuat tenaga.
Di saat itu juga Myungsoo tengah berjalan menyusuri gang itu menuju flatnya. Dia mendengar kalimat dan adegan terakhir itu. Myungsoo segera berlari mengamankan Jiyoung yang menangis itu.
“Oppa?” tanya Krystal tak percaya.
“Jung Krystal aku benar-benar kecewa padamu. Aku mohon jangan buat aku kecewa lebih jauh lagi.” Myungsoo tak sabar lagi. “Kau sengaja menyusun semuanya untuk menjebakku kan? Kau hanya ingin semua keinginanmu terpenuhi apapun caranya. Apa kau pikir dengan begitu aku akan menyukaimu?” Myungsoo menggeleng. “Aku tak mau, tak berniat dan takkan jatuh cinta padamu atau menyukaimu sekalipun.”
Krystal terkejut mendengarnya. Presepsinya selama ini terbukti salah meski ia tak mau menerima kenyataannya. “oppa? Teganya oppa berkata seperti itu?”
“Cukup! Pergilah. Hentikan semua ini. Aku takkan mau kembali.” Myungsoo menuntun Jiyoung menuju gedung apartemennya. “Dan ingat, dia tidak gila. Juga bukan dia yang datang ke kehidupanku, tapi aku yang datang ke kehidupannya.”
Myungsoo pun pergi meniggalkan Krystal yang terpuruk mengetahui semua rencanaya hancur dan kenyataan bahwa dia hanya membodohi dirinya sendiri soal perasaan Myungsoo padanya.
 “Oppa aku bukan gadis gila oppa… aku bukan gadis gila.” Jiyoung berkata seperti itu berkali-kali saat Myungsoo mengantar Jiyoung ke dalam flatnya.
“Ani.. kau memang bukan.” Myungsoo juga berkali-kali menjawab berusaha menenangkan Jiyoung. Myungsoo mendekap erat Jiyoung dan membelai lembut kepala Jiyoung, memberinya ketenangan. “Jangan pikirkan itu lagi.”
***

“Aku yakin eomma. Gadis itu penyebab semua ini. Aku lihat gadis itu begitu menyukai Myungsoo oppa. Kita tak tahu apa hal buruk yang akan terjadi jika dia tahu siapa Myungsoo oppa yang sebenarnya.” Jelas Krystal dengan tergesa-gesa pada Eomma dan Appa Myungsoo.
“Kau yakin mereka tinggal bersama?” tanya Appa Myungsoo.
Krystal mengangguk dengan mantap.
“Yeobo, kita harus selamatkan putra kita dari gadis miskin itu.” Pinta Eomma Myungsoo dengan berkaca-kaca. Dia tak tega mendengar semua cerita Krystal tentang putranya itu. “Bagaimana jika dia tahu siapa Myungsoo sebenarnya dan memanfaatkannya? Myungsoo kita sangat polos.”
“Aku juga tak mau itu terjadi Eomma, Appa.” Tambah Krystal memperkeruh suasana. Dia sama sekali tak menjelaskan pribadi Jiyoung yang sebenarnya.
“Baiklah. Aku akan melakukan sesuatu. Kau hanya perlu meyakinkan Myungsoo kembali.” Kata Appa Myungsoo akhirnya.
Krystal merasa sedikit puas dengan bantuan ini. Meski dia mulai gila dengan kenyataan bahwa Myungsoo sama sekali tak menyukainya, dia bersikeras menutupi semua kenyataan itu dan tetap berusaha membuat rencananya berhasil.
***

Myungsoo berlari menuju flatnya. Dia begitu senang karena mendapatkan pekerjaan baru di sebuah super market. Dia berniat memberi kabar Jiyoung. Dia sekarang sampai di beranda flatnya dan bermaksud menyeberang ke flat Jiyoung, namun dia melihat flat Jiyoung begitu berantakan.
Myungsoo makin khawatir saat melihat Jiyoung tak ada di dalam flatnya. Semuanya benar-benar berantakan. “Jiyoung-ah!” teriak Myungsoo. “Kang Jiyoung!!”
Myungsoo keluar lagi ke beranda dan seketika itu ia melihat Jiyoung di bawah. Tidak sendirian. Dua lelaki berbadan besar yang sudah tak asing lagi bagi Myungsoo menyeret paksa Jiyoung yang meronta. “Kang Jiyoung!” Myungsoo berteriak kerasembuat Jiyoung mendengarnya dan juga meneriakkan namanya.
Myungsoo segera turun dan mencegah mereka memasukkan Jiyoung ke dalam mobil. “Berhenti! Apa yang kalian lakukan padanya?”
Mereka berdua menoleh pada Myungsoo, juga seorang lagi yang terlihat seperti atasan mereka juga menatap Myungsoo. Mereka adalah orang yang selalu Myungsoo hindari 5 tahun lalu. Mereka orang suruhan Appanya yang selalu menceri Myungsoo ke seluruh pelosok negeri. Namun Myungsoo berhasil menyembunyikan diri di flat itu pada akhirnya, hingga mereka tak mencari lagi.
            “Kami..” si atasan mencoba bicara namun seseorang menyela mereka.
            “Aku yang menyuruh mereka.” Appa Myungsoo turun dari mobilnya.
            “Anakku… sudah waktunya kau pulang.” Eomma Myungsoo juga turun dari mobil itu. Myungsoo juga bisa melihat Krystal.
            “Kalian?” Myungsoo tak percaya melihat ini semua.
            “Oppa!! Myungsoo Oppa!! Mereka menyakitiku!” teriak Jiyoung pada Myungsoo.
            Myungsoo segera menarik Jiyoung denagn paksa dari tangan suruhan Appanya. “Ada apa dengan Jiyoung? Kenapa kalian mengincarnya sekarang?”
            “Dia tak pantas denganmu Kim Myungsoo.” Jawab Appa Myungsoo. “Kau tak bisa terus seperti ini. Eommamu sangat merindukanmu.”
            “Kalian pikir aku akan pulang dengan cara seperti ini?” tanya Myungsoo matanya memerah menahan air mata.
            “Kalau kau tak mau pulang. Terpaksa aku memakai caraku.” Kata Appa Myungsoo lalu memberi kode pada suruhannya.
Mereka dengan cepat mengambil kembali Jiyoung dan berusaha memasukkannya ke dalam mobil dengan kasar membuat lengan Jiyoung lecet tak karuan. Mereka membuat Jiyoung menangis kesakitan dan ketakutan.
            Myungsoo tak bisa melihat yang satu ini. Ini sudah mencapai pada titik kelemahannya. Jika dia berkeras tetap tinggal, mungkin Jiyoung bisa binasa dihadapannya sendiri dengan dirinya tak berbuat apa-apa seperti ini.
            “Kau harus pulang nak…” Eomma Myungsoo menangis.
            “Oppa! Oppa! Myungsoo Oppa!” suara Jiyoung juga terus berteriak.
            “Appa, jebal hentikan ini. Jangan lakukan ini.” Myungsoo menghampiri Appanya.
            “Bukankah kau sudah membuat keputusan?” Appa Memberi kode lagi pada suruhannya yang sekarang sudah mulai mengikat kedua lengan di belakang tubuhnya dan menyandarkan paksa Jiyoung ke mobil mereka, seperti pencuri yang tertangkap polisi.
            “Hentikan Appa! Jebal hentikan!” pinta Myungsoo, dia tak bisa membendung air matanya sekarang.
            Appanya bergeming dan tetap menikmati pemandangan penyiksaan Jiyoung.
            Myungsoo tak tahan lagi, “Baiklah… aku pulang.”
            Krystal seketika senang.
            “Mwo?” tanya Eommanya tak percaya.
            “Aku akan pulang. Tapi lepaskan Jiyoung.” Myungsoo menatap Appanya lekat-lekat. “Biarkan dia hidup disini dengan tenang. Biarkan dia. Dia tak ada kaitannya dengan ini semua.”
            “Kau yakin keputusanmu sudah berubah?”
            Myungsoo mengangguk dengan berat, “Geurae, tapi ingat persyaratannya.”
            Appa Myungsoo akhirnya mengangguk dan seketika suruhannya melepaskan Jiyoung.
            Myungsoo segera menghampiri Jiyoung dan melepas semua tali di lengannya, lalu menuntunnya kembali ke flatnya.
            “Oppa? Waegeurae Oppa? Ada apa ini?” tanya Jiyoung masih tersedu.
            Myunsoo hanya menatap Jiyoung lekat-lekat, tak tega melihatnya seperti ini karenanya.
            “Apa Oppa mau pergi?” tanya Jiyoung.
            “Mianhae Jiyoung-ah.” Myungsoo memeluk Jiyoung erat-erat.
            “Oppa? Tapi Oppa sudah berjanji tidak akan pergi.” Jiyoung menangis lagi.
            “Jeongmal mianhae. Hiduplah dengan baik disini. Kau harus bisa.” Myungsoo dengan sangat berat hati keluar meninggalkan flat Jiyoung dengan Jiyoung mengikuti di belakangnya. Myungsoo mengemas beberapa barangnya lalu turun.
            Jiyoung terus memandang Myungsoo pergi dari beranda flatnya, “Myungsoo Oppa! Kenapa kau pergi?” teriaknya.
            Myungsoo tak berani mendongak ke atas. Dia harus melakukan ini atau Jiyoung makin terluka karenanya. “Kajja!” Myungsoo memasuki mobil Appanya.
            Jiyoung terus melihat mobil itu hingga menghilang di kelokan. Dengan pedih ia menggumam, “Oppa… lalu aku bagaimana?” dia tahu dia tak bisa membiarkan Myungsoo pergi, tapi dia juga tak bisa mengejarnya karena Myungsoo terlihat begitu bersungguh-sungguh. “Oppa….”
***

            Krystal dengan hanya mengetuk sekali pintu kamar Myungsoo lalu masuk dengan membawa nampan berisi makanan. “Oppa, kau harus makan sesuatu.” Krystal duduk di tepi ranjang Myungsoo yang berantakan.
            Myungsoo sama sekali tak menganggap Krystal ada.
            “Oppa? Kau sudah memutuskan sesuatu yang benar. Kau harus mulai jalani kehidupan barumu ini.” Krystal bicara dengan ringan dan ceria.
            Myungsoo tersenyum kecut lalu berkata, “Kau kira aku tak punya tebakan bahwa kau yang menyebabkan semua ini?” Myungsoo sama sekali tak memandang Krystal. “Tinggalkan saja itu. Kau pergilah.”
            Krystal dengan terpaksa pergi.
            Myungsoo mengunci pintu kamarnya. Kamarnya yang sudah lalu tak ia tempati. Meskipun kamar ini terasa begitu lega karena luas, Myungsoo masih merasa sesak nafas dan lebih senang tinggal di flat sempitnya. Jujur saja di sudah melupakan kehidupannya yang sebenarnya ini. Menjadi lelaki kaya menjadi sesuatu yang baru baginya, dan ia tak bisa terbiasa.
            Myungsoo bergeluntungan lagi di ranjang yang semalam ia tiduri dan sangat berantakan itu. Ia sama sekali tak nyaman. Ia tak bisa tidur. Dia sudah terbiasa tidur di lantai. Dan belum lagi otak dan hatinya sudah dipenuhi gadis bernama Kang Jiyoung.
            Myungsoo mengambil tasnya dan mengeluarkan sesuatu yang membuatnya selalu merasa mendapatkan kekuatan. Digenggamnya erat-erat topi Appa Jiyoung. Myungsoo tak bisa membohongi lagi perasaannya, dia benar-benar merindukan Jiyoung. Lama-kelamaan dia bisa mati jika terus seperti ini.
            Myungsoo terus menyesali keputusannya untuk kembali ke rumah neraka ini. Dia benar-benar khawatir seperti apa hidup Jiyoung sekarang. Dia berusaha menenangkan diri setidaknya dia sudah menyelamatkan Jiyoung dari penyiksaan itu, dan membantunya tetap hidup di rumah orang tuanya.
            “Jiyoung-ah…”
***

            Myungsoo keluar dari kamarnya. Dia bermaksud menghabiskan sorenya di halaman belakang yang sebenarnya menjadi favoritnya itu. Rasanya sudah lama sekali ia tak kesana sekedar untuk menghabiskan sore-sorenya yang membosankan.
            Myungsoo menghentikan langkahnya saat melewati ruang kerja appanya. Ia mendengar namanya di sebut dan tentu saja Jiyoung juga disebut. Myungsoo tersenyum tak habis pikir karena ternyata Krystal ada di dalam tengah bercakap-cakap dengan Appa dan Eommanya.
            “Yeobo, bagaimana ini? Kita sudah membawanya pulang, tapi tetap saja dia tak mau melakukan apa-apa. Dia bahkan tak mau bekerja di perusahaan.” Keluh Eomma Myungsoo khawatir.
            “Geurae Appa, sepertinya aku sudah menjadi gadis bodoh yang terus mengharapkan untuk menikah dengan oppa.” Tambah Krystal.
            “Ara.” Jawab Appa Myungsoo. “Perusahaan ini memang harus ia tangani. Kalian kira harus berapa lama lagi aku hidup di dunia ini?”
            “Oppa masih saja memikirkan gadis itu Appa.” Krystal mengungkit Jiyoung.
            “Gadis gila bernama Jiyoung itu?” tanya Eomma Myungsoo.
            Krystal mengangguk mantap dengan wajah memelas, “Rasanya percuma aku menghiburnya setiap hari jika oppa tetap saja terganggu dengan gadis itu.”
            “Yeobo kita harus menyelamatkan pernikahan anak kita dan Krystal. Mereka sudah di jodohkan, mereka harus bersatu.”
            “Kalau begitu percepat pernikahan mereka, dan perusahaan akan segera aku wariskan padanya meski dia belum mampu.” Appa Myungsoo memutuskan.
            Eomma setuju, “Geurae yeobo, aku akan mengurus semua urusan pernikahan. Yang penting kita tak boleh malu di mata semua kolega dan saingan kita. Ini akan menjadi pernikahan paling indah di dunia bisnis Negara ini.”
            “Terserah kau.” Appa Myungsoo juga setuju.
            Krystal tersenyum, “Jeongmal gomawo Appa, Eomma. Dengan begini aku yakin dengan semua ini.” Krystal berpamitan dan keluar dari ruang itu.
            Setelah mendengar semuanya Myungsoo tersenyum pahit, “Mau sampai kapan mereka seegois itu?”
            Krystal terkejut melihat Myungsoo berdiri dengan tenangnya di balik pintu. “Oppa?”
            “Sejak kapan mereka jadi Appa dan Eommamu?” sindir Myungsoo.
            Krystal tak bisa berkata apa-apa.
            Myungsoo tersenyum kecut lagi, “Pernikahan? Sepertinya kau sangat bahagia.” Myungsoo menatap Krystal, “Geurae, akan ku buat kau sangat bahagia.”
            “Kenapa oppa sejahat itu?” tanya Krystal.
            “Ya, kelicikanmu membuatku semakin jahat.” Kata Myungsoo lalu pergi meninggalkan Krystal yang sangat khawatir dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
***

           
            Myungsoo mengenakan jasnya. Semua orang disekitarnya termasuk perias pengantinnya pun begitu. Eommanya berkali-kali memuji ketampanannya jika berpenampilan seperti itu. Ya, Myungsoo menyetujuinya. Ia bersedia melakukan pernikahan bisnis ini bersama Krystal.
            “Sebentar lagi akan dimulai. Bersiaplah.” Kata seorang penata dekorasi pada Myungsoo.
            Myungsoo sama sekali tak tersenyum seperti pengantin lainnya. Dia memang tak sedang mengikuti arus ini begitu saja. Dia bukan diam saja, dia sedang berpikir untuk menjalankan rencanya.
            Sesaat sebelum mulai, Appa Myungsoo masuk. “Harapanku untuk melihat adegan ini sudah pupus 5 tahun lalu. Tak kusangka aku bisa melihatnya.”
            “Kalau begitu nikmatilah.” Jawab Myungsoo dengan datar.
            “Anaku tersenyumlah, tunjukkan ketampananmu. Kau sangat serasi dengan Krystal.” Eomma Myungsoo merapikan jas Myungsoo yang sudah dirapikan berkali-kali.
            Tiba-tiba pesuruh Appa Myungsoo memasuki ruangan itu, membuat Appa Myungsoo dan Eommanya sedikit terkejut.
            “Kenapa kau kesini?” tanya Appa Myungsoo pelan di pojok ruangan.
            Namun Myungsoo bisa mendengarnya dengan jelas. Dia mulai curiga syaratnya tak terpenuhi.
            “A..aku hanya ingin memastikannya tuan.” Jawab pesuruh Appanya. “Semuanya sudah beres.”
            “Sudah kubilang bawa saja ke manapun kau suka. Yang penting tak beloh terlihat lagi.” Jelas Appanya.
            “Baiklah.” Jawab pesuruh itu lalu pergi.
            Myungsoo benar-benar penasaran apa yang sebenarnya mereka bicarakan. Myungsoo hanya merasa itu sangat mengkhawatirkan.
            “Sudah mulai. Kau harus masuk ke dalam gereja sekarang.” Kata si perias pengantin.
            Saat berjalan menuju gereja, Myungsoo bisa melihat mobil pesuruh Appanya yang diparkir di luar halaman gereja. Entah mengapa Myungsoo ingin melihatnya lebih dekat, Myungsoo mencurigai sesuatu. Namun dia tak bisa melakukan itu sekarang. Dia harus membuat perhitungan dulu dengan Krystal.
            Myungsoo sekarang sudah berdiri di altar. Krystal dan Appanya sudah berjalan menuju ke arahnya. Tak bisa di bohongi Krystal memang terlihat sangat cantik dengan gaun pengantin mewah itu. Tapi di mata Myungsoo kecantikannya sudah tertutup dengan kelicikkannya.
            Krsytal sudah meraih tangan Myungsoo dan dengan wajah cemerlang berdiri di sebelah Myungsoo. Saat itu juga Myungsoo tersenyum picik pada Krystal.
            Dengan lantang namun santai Myungsoo mulai bicara, “Kau terlihat sangat senang Jung Krystal. Kau pikir aku akan dengan senang hati melakukan pernikanan bisnis ini?”
            Krystal terbelalak mendengarnya.
            Semua orang dalam gereja di buat terkejut bukan main. Apalagi orang tua mereka berdua.
            “Kalaupun aku harus melakukan pernikahan seperti ini, apa aku akan melakukannya denganmu? Jangan terlalu memanjakan otakmu dengan khayalan gila seperti ini.” Myungsoo melepas tangan Krystal lalu melangkah keluar gereja dengan berkata, “Kalian para konglomerat, berhentilah melakukan hal-hal konyol semacam ini.”
            “Kim Myungsoo!” bentak Appanya. Namun Myungsoo tetap berjalan keluar.
            Di luar dia masih bisa melihat mobil pesuruh Appanya. Mereka terlihat  baru akan pergi namun sepertinya mereka lengah hingga meninggalkan kunci mobil tersebut di tempatnya. Myungsoo segera memasuki mobil itu menyalakan mesinnya. Terasa kaku memang. Sudah lama ia tak menyetir mobil. Padahal dia selalu menyetir 5 tahun lalu meskin masih di bawah umur.
            “Tuan!” teriak pesuruh Appanya melihat mobil mereka melesat pergi.
            Myungsoo mempercepat laju mobilnya sambil sesekali melihat ke spion kalau saja mereka mengejar. Dan memang seperti itu kenyataannya. Appa dan pesuruhnya mengejar di belakangnya.
            Kali ini Myungsoo menolehkan kepalanya untuk melihat lebih jelas. Betapa terkejutnya ia melihat seseorang tergeletak lemas di kursi belakang. “Jiyoung?”
            Setelah cukup lama mengemudi dan merasa aman, Myungsoo baru turun di tepi sebuah jalan besar yang menghubungkan setiap provinsi.
            Myungsoo segera menuju kursi belakang untuk meraih Jiyoung. Tubuhnya begitu dingin dan lemas. Berkali-kali Myungsoo memanggil namanya, “Jiyoung-ah. Ireona! Jebal ireona! Apa yang mereka lakukan padamu?”
            Myungsoo benar-benar marah orang tuanya sama sekali tak menghargainya dengan melanggar persyaratan yang ia ajukan. Buktinya Jiyoung tak baik-baik saja. Dia tak sedang hidup dengan baik di flatnya yang sederhana.
            Myungsoo bisa melihat lebam di mana-mana di sekujur tubuh Jiyoung. Myungsoo memeluk tubuh lemas itu. “Jiyoung jebal ireona….”
            Seketika itu Jiyoung membuka matanya lalu menangis melihat Myungsoo di hadapannya. “Oppa? Oppa kemana saja? Kenapa oppa melanggar janji oppa sendiri?”
            “Mianhae Jiyoung-ah… mianhae..” Myungsoo juga berkaca-kaca. Dia tak bisa melihat Jiyoung seperti ini.
            Tak lama kemudian, Appa dan pesuruhnya berhasil mengejarnya. Mobil mereka berhenti di seberang jalan. Bahkan Myungsoo juga bisa melihat Eommanya.
            Dengan marah Myungsoo keluar dari mobil dan berteriak. “Orang tua macam apa kalian yang menghancurkan hidup anak kalian sendiri? Harus seperti inikah orang tua konglomerat memperlakukan anaknya?”
            “Myungsoo-ah, hentikan ini. Pulanglah.. jangan tinggalkan Eomma lagi…” pinta Eomma Myungsoo. Tangisnya sudah begitu deras. Sepertinya dia sudah menangis sedari tadi.
            “ANDWE!! Aku takkan pulang lagi. Anggap saja anak kalian ini sudah mati. Biarkan dia hidup di dunia lain!” teriak Myungso sekali lagi.
            “Apa aku pernah mengajarimu menjadi sebodoh ini? Untuk apa kau korbankan hidupmu hanya untuk gadis gila seperti itu?” bentak Appanya marah.
            Myungsoo tertawa, “Aku bodoh? Mungkin aku memang bodoh karena aku mau saja di lahirkan di keluarga macam ini.”
            “Apa kau bilang?” Appanya sudah murka. “Bawa dia kemari!” Appanya menyuruh pesuruhnya.
            Myungsoo segera dijepit oelh kedua orang berbadan besar itu. Tenaga mereka sangat kuat membuat Myungsoo tak bisa meronta. “Apa ada orang tua yang memperlakukan anaknya seperti ini?”
            “Kami berbeda. Kami akan lakukan apapun untuk menyelamatkan perusahaan kami!” jelas Appanya.
            “Myungsoo hentikan ini nak…” pinta Eommanya sekali lagi.
            “AKU TIDAK AKAN KEMBALI LAGI!” teriak Myungsoo.
            “Oppa!” Panggil Jiyoung yang sudah berada di luar mobil. Dia bersusah payah menghampiri Myungsoo dan bermaksud membebaskannya. “Jangan ambil oppaku…” katanya lemah.
            Myungsoo melihat Jiyoung menyeberangi jalan menghampirinya disaat bersamaan sebuah mobil melaju dari kanan menyamai waktu Jiyoung. Mobil yang melaju begitu kencang itu berusaha mengerem, namun tiba-tiba Myungsoo tidak lagi melihat sosok Jiyoung di tengah jalan.
            “JIYOUNG!!!!!!” Jerit Myungsoo. Hatinya mencelos, dia tak bisa mencerna kenyataan ini.
            Jiyoung terpental jauh setelah tertabrak mobil itu. Myungsoo meronta sekuat tenaga untuk menghampiri Jiyoung namun Appanya menyuruh pesuruhnya membawa Myungsoo pergi.
            “Bawa dia pulang!” kata Appanya.
            “Jiyoung-ah!!! Andwe!!! Appa biarkan aku kesana!!! Appa… jebal… biar aku menghampiri Jiyoung…” Myungsoo bahkan tak bisa menangis. Ototnya melemas di sana-sini. Dia tak sanggup lagi meronta dari dua orang itu. Dengan pandangan kabur tubuhnya di bawa masuk ke dalam mobil, meninggalkan tempat itu. Entah apa yang terjadi pada Jiyoung. Mereka sama sekali tak mempedulikannya. Mereka tak mempedulikan Myungsoo yang hancur lebur melihat peristiwa ini.
***

2 YEARS LATER

            Hidup dengan baik, tidak untuk Kim Myungsoo. Dia sudah menghabiskan hari-harinya di rumah sakit ini sejak kejadian itu. Tidak makan dan tidak berkata apa-apa. Dia terlalu shock hingga rela menjalani hidupnya seperti ini. Dia hanya bertahan hidup dengan infuse yang selalu terhubung di nadinya itu.
            Siapapun yang datang tak pernah berhasil membuatnya bicara. Orang tuanya merasa begitu bersalah. Meskipun mereka berhasil mendapatkan anak mereka kembali, mereka sama sekali tak mendapat jiwa anak mereka yang hilang entah kemana.
            Kang Jiyoung, hanya nama itu yang ada di otak Myungsoo. Dia bertahan hidup dengan mengingat nama itu dan wajah pemiliknya. Berusaha mengingat semua perlakukan Jiyoung untuknya. Berusaha menganggap Jiyoung masih ada di suatu tempat hidup dengan baik.
            Seperti hari ini, Krystal yang sering mengunjunginya masih saja tak berhasil membuatnya bicara. “Oppa, aku datang membawakanmu pisang kesukaanmu.” Krystal datang dengan wajah yang tak seceria dulu. Benar, harapannya sudah redup dan hampir sirna seutuhnya.
            Myungsoo hanya memandang ke luar jendela kamar rumah sakitnya. Sore ini terasa berbeda entah mengapa. Entah karena Krystal tak begitu banyak bicara atau karena sore ini sudah mulai dingin memasuki musim dingin… Myungsoo tak tahu. Dia hanya merasa berbeda.
            Krystal duduk di kursi sebelah ranjang Myungsoo. Mengamati Myungsoo yang membisu.
            “Oppa.” Katanya lemah. “Sepertinya aku akan berhenti sampai disini.”
            Myungsoo tak merespon seperti biasa.
            “Aku tak bisa lagi menggantungkan hidupku padamu. Aku harus berpindah hati.”
            Kali ini Myungsoo menoleh menatap Krystal, untuk pertama kalinya di dua tahun ini.
            Krystal juga menatap Myungsoo, namun sekarang kembali menatap kosong ke luar jendela.
            “Mungkin ini memang kesalahanku yang menyebabkanmu seperti ini. Mianhae. Aku tak bisa bertanggung jawab.” Jelas Krystal lalu berdiri dan pergi meninggalkan Myungsoo yang seakan tak mendengar apa-apa.
            Krystal merasa lega, setidaknya Myungsoo masih mau menatapnya di kali terkahir ini.
            Myungsoo masih menatap kosong ke luar jendela. Dia selalu menikmati pemandangan tentram itu. Entah mengapa sore ini dia tertarik untuk keluar dari kamarnya menuju halaman samping rumah sakit dan duduk di salah satu kursi kayunya yang membuat hati tenang.
            Myungsoo merasakan dinginnya angin semilir yang menyentuh kulitnya. Myungsoo mengamatik setiap daun yang bergerak santai tertiup angin itu. Sore ini benar-benar dingin.
            Myungsoo sekarang bisa melihat seorang gadis berjalan santai menghampirinya dengan senyumnya yang manis dan menentramkan. Myungsoo memicingkan matanya berusaha memperjelas penglihatannya. Sekarang semua sudah jelas saat gadis itu duduk di samping Myungsoo sambil berkata, “Oppa.”
            Setelah sekian lama, Myungsoo akhirnya berkeinginan mengeluarkan suaranya, “Ji..Jiyoung?”
            Jiyoung tersenyum begitu manis melihat reaksi Myungsoo. Jiyoung terlihat sangat segar dan cantik. Dia tak seperti Jiyoung yang Myungsoo kenal selama ini. Dia sangat berbeda, walau dia masih memiliki senyum kekanankan itu. Penampilannya pun berbeda. Dia tak seperti gadis berumur 10 tahun lagi. Dia sudah tumbuh dewasa sekarang.
            Myungsoo tersenyum melihatnya. Myungsoo memperhatikan setiap inci tubuh Jiyoung. Dia berpikir ini mimpi yang begitu indah. Ya, ini seperti mimpi yang selama ini dia dambakan.
            “Apa oppa pikir oppa bermimpi?” tanya Jiyoung.
            “Tentu saja aku bermimpi.” Jawab Myungsoo tanpa sedikitpun mengalihkan perhatiannya dari Jiyoung.
            Jiyoung menggeleng lembut, “Ani, kau tak bermimpi.” Jiyoung menggenggam kedua tangan Myungsoo. “Mian aku baru bisa datang sekarang.”
            “A..apa maksudmu?”
            Jiyoung mulai menceritakan yang sebenarnya terjadi, “Dua tahun lalu, setelah kecelakaan itu. Orang yang menabrakku keluar dari mobilnya dan membawaku ke rumah sakit. Mereka bilang aku sangat kritis saat itu. Kepalaku terbentur sangat keras.”
            Myungsoo memperhatikan dengan sangat seksama. Seakan takut melewatkan satu kata saja.
            “Aku koma selama 5 hari. Mereka sangat terkejut setelah aku tersadar. Mereka bilang itu mukjizat. Oppa tahu apa yang terpenting?”
            Myungsoo menggeleng.
            Jiyoung tersenyum lalu melanjutkan, “Meski aku sendiri tak tahu. Mereka bilang aku malah sembuh seutuhnya. Benturan di kepalaku itu membuatku normal kembali dari trauma beratku. Aku bukan gadis 10 tahunan lagi, meski mereka bilang ini sangat tidak mungkin, tapi ini kenyataannya.”
            “Ka..kau sembuh?” tanya Myungsoo tak percaya. “Kau kembali ke gadis normal lagi?”
            Jiyoung tersenyum sambil mengangguk, “Oppa, aku hidup dengan baik selama ini. Apa oppa percaya sekarang aku punya pekerjaan?”
            “Kau bahkan punya pekerjaan?”
            “Ne, aku punya sebuah tokok bunga.” Jawab Jiyoung bangga. “Aku sudah sangat menantikan saat ini Oppa. Apa oppa tahu apa yang aku lakukan selama ini untuk bertemu dengamu?”
            “Mworago?”
            “Aku menulis. Seperti biasa aku menulis. Dan kali ini aku berhasil menulis dengan baik.” Jiyoung mengeluarkan sebuah kertas dengan tulisannya. “Inilah isi hatiku yang sedari dulu ingin aku ketahui dan aku ungkapkan, tapi dulu aku benar-benar kesulitan.
            Myungsoo membacanya

This Crush
It’s been so long
Me, liking you and you never know
Keep thinking if I should say or not
Do you know my mind?
Are you pretending like you don’t know?
Pretending like you can’t overcome it
Can’t you just accept my heart?
My love, my love
Please open up your mind
I’ve been tired of waiting
So exhausted but so that I won’t fall
Please hold my hand
 I still think of you all day
How to do so I can tell you about my mind
You’re my only one
My love, my love
Please open up your mind
I’ve been tired of waiting
So exhausted but so that I won’t fall
Please hold my hand
Because I love you so much,
Because I like you so much,
Please don’t turn away
Please accept my heart
I’ll make you happy forever
I want to be with you
Can’t you just come to me

Myungsoo tersenyum senang setelah membacanya.
“Saranghae oppa.” Kata Jiyoung. Seketika itu Myungsoo memeluk Jiyoung sangat erat seakan tak ingin kehilangannya lagi.
“Na ddo saranghae Jiyoung-ah. Jeongmal saranghae.” Ucap Myungsoo.
Setelah mereka melepaskan diri Myungsoo bertanya, “Jiyoung-ah, beloh aku melakukan sesuatu padamu? Selama ini aku tak berani melakukannya.”
“Mworago?” tanya Jiyoung heran.
Tiba-tiba Myungsoo mencium Jiyoung, membuat Jiyoung terbelalak namun menerimanya.
Setelah saling memisahkan diri, mereka di selimuti suasana yang begitu canggung. Myungsoo bisa melihat pipi Jiyoung yang memerah. Menambah manis penampilannya.
“O..oppa. tulisan itu, sebenarnya… itu perasaanku yang dulu.” Kata Jiyoung dia mengulurkan sebuah kertas lagi, “Sekarang seperti inilah hatiku…”
Myungsoo membacanya dan tersenyum sekali lagi, “Kenapa kau tak membuat novel saja?”
Mereka berdua tertawa. Myungsoo memeluk erat Jiyoung sekali lagi. Berjanji tak akan meninggalkannya lagi.


Love you, love you to death
Even if I’m born again
I’ll wait for you, my the one and only love

I can’t live without you
Even it’s hurting painfully, It’s alright
Even my breath and heartbeat stopped
If you’re here, by my side

I love you, I’m here
Cant you see me? Cant you hear me?
My love for you wouldn’t stop
Even the world’s end, my love wouldn’t change

Perhaps you don’t know
I’m just looking at you
My the one and only silly love

I can’t live without you
Even it’s hurting painfully, It’s alright
My love for you wouldn’t stop
Even the world’s end, my love wouldn’t change
(KJY for KMS)



THE END

[credit: lyric of Sandeul(B1A4) “This Crush” & K.Will “Real Love Song”]

1 komentar: